[ Ficlet ] Stay By Your Side











Cast:
  • ·         Song Ji Kyung ( OC )
  • ·         Byun Baekhyun

Length: 7 pages / 1667 words






Ku pandangi dirinya yang tengah sibuk berpindah ke sana kemari. Dari tadi begitulah kegiatannya, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya hanya untuk melayani keperluanku. Sebenarnya aku masih sangat mampu untuk sekedar mengambil air minum untuk diriku sendiri, tapi gadis itu terus saja memaksaku untuk tetap diam dan beristirahat.


“ Ji Kyung-aa….” Panggilku pelan.



Gadis itu membalik tubuhnya setelah sebelumnya ia sedang merapihkan buku-buku di meja belajarku. Ia menggedikkan kepalanya, seolah sedang menanyakan maksudku memanggilnya tadi. 


“ Pergilah.” Ucapku singkat. Ku hirup udara sebanyak-banyaknya, kemudian menghembuskannya perlahan. Hembusan nafasku terasa begitu berat, seperti meninggalkan rasa sesak di dadaku. Namun seberat apapun rasanya, aku tetap harus menghadapinya, karena cepat atau lambat aku memang harus melepasnya. Membiarkan gadis itu pergi dan mencari kebahagiannya di luar sana.


Tak ada kata terucap dari mulutnya, ia hanya berjalan menghampiriku, menghampiri diriku yang masih duduk bersandar pada kepala ranjang. Matanya begitu tegas menatapku, hingga membuatku merasa terhakimi oleh tindakannya itu.


“ Apakah kau tidak memiliki permintaan lain yang setidaknya bisa ku penuhi?” dia memang selalu seperti ini. Dia begitu keras kepala dan selalu menolak untuk pergi.


“ Tidak ada. Aku hanya ingin kau pergi. Pergilah!” ucapku datar. Kini pandanganku beralih pada lemari pakaian di sudut ruangan. Tak ada yang menarik di sana, bahkan tak ada yang bisa kulihat selain sebuah lemari besar dengan pintu tertutup rapat. Jelas..aku hanya ingin menghindari tatapan matanya, setidaknya itu adalah salah satu bentuk antisipasi untuk meminimalisir rasa sesak dalam dadaku. 


“ Aku tahu kau sangat benci pada manusia cerewet, tapi haruskah kau memintaku pergi? Sudah berulang kali aku mencoba mengendalikan diriku agar tak banyak bicara, tapi hasilnya sama saja. jadi bisakah kau memahamiku? Aku hanya butuh waktu untuk itu.”


“ Aku sedang serius! Berhentilah bergurau! Tentu kau tahu alasan kenapa aku memintamu pergi dan yang jelas bukan seperti yang kau katakan tadi.” Ku arahkan pandanganku padanya. Untuk sejenak mata kami bertemu, namun tak lama ia menundukkan kepalanya.


“ Waktu terus berlalu hingga tanpa kusadari sudah banyak waktu yang ku buang percuma. Begitu banyak harapan kosong yang memenuhi relung hatiku, tapi apa? hingga kini tidak ada yang berubah. Jadi berhentilah untuk datang padaku, pergilah. Meski aku tahu itu tak mudah, tapi setidaknya begitu lebih baik.” Lanjutku  yang membuatnya mengangkat kepalanya dengan cepat. Mata itu menatapku dengan sendu, namun tak lama kemudian mata itu kembali berbinar. Ekspresi kelabunya berubah menjadi begitu merona.



Aku tak mengerti apa maksud dari ekspresinya itu, yang jelas eskpresi itu seperti ekspresi sedang mengejekku. Gadis di depanku menyunggingkan senyum jahil sambil terus menghujaniku dengan delikan mata berbinarnya.


“ Kenapa kau masih memintaku pergi kalau jelas-jelas itu sangat berat?” aku tersentak dengan ucapannya, aku sedang serius tapi ia masih bisa-bisanya membalasku dengan bergurau. 


Ku hembuskan nafasku, seolah sedang memupuk rasa sabar dalam benakku. “ Karena…karena..aku..aku, maksudku…”


Gadis itu mengerutkan dahinya sembari menunggu lanjutan dari ucapanku. “ Maksudku…” belum juga aku berhasil menemukan kata yang  tepat untuk meneruskan ucapanku, tiba—tiba saja suara tawanya menggelegar. Sontak saja aku dibuat tersentak sekaligus kesal dengan tingkahnya. Bagaimana bisa dia tertawa seperti itu di saat aku sedang mencoba untuk serius?. 


“ Song Ji Kyung! Berhenti tertawa!” aku menatapnya sebal yang membuatnya berhenti tertawa, walau masih terdengar sedikit kekehan pelan dari mulutnya.


“ Ah keurae!” serunya dengan sengit. Seolah tak terima ku pelototi, ia malah membalasku dengan balik menatapku tajam sambil mencebikkan mulutnya.
“ Harus berapa kali ku katakan kalau aku tidak akan pergi? Apa aku harus mengatakannya setiap detik? Ayolah… ku rasa kau sangat pintar untuk sekedar mengingat ucapanku itu. Jadi berhentilah untuk memintaku pergi, karena sampai kapanpun jawabanku tidak akan pernah berubah.” 


Dengan tegasnya gadis itu kembali mengorasikan pendiriannya yang tak akan berubah meski aku sudah memintanya berulang kali. Aku tak tahu harus melakukan apalagi agar ia mau meninggalkanku. Jujur…aku senang karena dia terus berada di sisiku, tapi terkadang aku merasa bersalah dan juga merasa tak berdaya. Aku malu padanya karena hingga kini kondisiku tidak menunjukan kemajuan, membuatku terlihat begitu menyedihkan dan aku benci seperti itu.


“ Aisshh…sepertinya terlalu lama berdiam diri di dalam rumah membuat pikiranmu kacau. Ah…bagaimana kalau kita jalan-jalan keluar? Sepertinya kau sangat membutuhkannya, Baekhyun-ssi!” ucapnya sambil terkekeh pelan. Ia duduk di pinggir ranjangku sambil menggenggam tanganku dan menautkan jari jemariku dengan miliknya. Ia tersenyum ringan sambil memainkan pegangannya.


Melihatnya seperti ini dengan senyum yang terus mengembang di wajah cantiknya membuatku tak bisa berkata apapun. Beginilah Song Ji Kyung, gadis yang sudah menjadi sahabatku sejak sepuluh tahun yang lalu dan dua tahun yang lalu resmi menyandang gelar sebagai kekasihku. Tak ada yang berubah dari sosok Ji Kyung kecil dengan sekarang. Sama – sama keras kepala, pemberani, dan sangat cerewet.






*****






Ji Kyung POV
At 16:10 KST
Haeundae Beach









 Aku menerawang lurus ke depan dengan sangat lega, hingga tak jarang aku tersenyum senang. Hembusan angin pantai terasa begitu lembut menyapa kulitku dan tak lupa ikut menerbangkan beberapa helai rambutku, sensasi yang sudah jarang bisa kurasakan, setidaknya sangat jarang bisa kurasakan bersama Baekhyun. 


Oh ya bicara tentang orang itu, sejak baru sampai di tempat ini hingga sekarang ia terus saja mengomel atau tidak menggerutu tidak jelas. Kelihatannya dia sangat jengkel dengan kelakuanku yang memaksanya untuk datang kesini. Mungkin bukan hanya itu alasannya, melainkan ada hal lain yang membuatnya kesal padaku. Apalagi kalau bukan keputusanku untuk tetap berada di sampingnya?.


Jujur aku memang tak pernah berniat untuk meninggalkannya, meski kondisinya sekarang tidak sama dengan kondisinya seperti satu tahun yang lalu. Meski aku harus berlapang dada jika sekarang kami tidak bisa pergi bersama seperti dulu lagi, tidak bisa melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh pasangan lain. Tapi aku percaya bahwa suatu saat nanti ia akan kembali seperti dulu, ia akan sembuh. Ini hanya sementara.


Satu tahun lalu, ia mengalami kecelakaan yang menyebabkan saraf pada kakinya infeksi hingga membuat dirinya tak mampu untuk berjalan, jangankan berjalan, sekedar menggerakkan kakinya saja tidak bisa. Awalnya ia begitu tertekan dengan kenyataan itu, kenyataan bahwa dirinya lumpuh. Lagipula siapa juga yang tak terguncang mendapati kenyataan seperti itu?.


Setelah kejadian itu, Baekhyun jadi bersikap dingin padaku. Malah pada awal-awal, ia sempat tidak mau bertemu denganku. Bahkan ia selalu mengusirku saat aku datang ke kamarnya, ia terlihat sangat tertekan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, perlahan ia mulai bisa menerima kenyataan itu. Meski sampai sekarangpun ia masih memintaku pergi dan menyuruhku mencari pria lain yang bisa membuatku bahagia.


Awalnya aku merasa kesal, tapi lama kelamaan aku menjadi terbiasa dengan ucapannya itu. Aku selalu menganggap ucapannya sebagai angin lalu yang akan berlalu begitu saja, karena sampai kapanpun aku tidak akan bisa meninggalkannya.


“ Kau gila? Sedari tadi kau terus tersenyum seperti orang tidak waras.”


Aku menoleh pada sosok di sampingku yang duduk di kursi rodanya, sedangkan aku duduk di hamparan pasir lembut. “ Apa tersenyum itu salah? Apa dengan tersenyum aku sudah melanggar hukum?” balasku. Ia hanya mendengus kesal sambil mengalihkan pandangannya ke depan, menatap lurus ke arah gulungan ombak tenang Pantai Haeundae.


“ Apakah ini bisa dibilang kencan terakhir sebelum kau meninggalkanku?” ucapnya masih dengan memandang lurus ke depan. Ucapannya kali ini membuatku terdiam sejenak sambil menatapi wajah samping kirinya.


Akupun beranjak dari dudukku dan melangkah kecil ke depan, hingga akhirnya pandanganku kembali terarah pada sosok di belakangku. Sosok itu membalas tatapanku dengan pandangan sendunya. Ku langkahkan kakiku menghampiri sosok yang tengah duduk tenang di kursinya. Ku rundukkan tubuhku untuk menyetarakan posisi kami.


“ Ini memang kencan, tapi bukan untuk terakhir kalinya, melainkan untuk seterusnya.” ku raih kedua tangannya yang betumpu pada tumpuan tangan di kursi rodanya.
“ Jadi besok, lusa, minggu depan, dan seterusnya kita akan terus melakukan kegiatan seperti ini. Mengunjungi berbagai tempat bersama, bukankah sangat menyenangkan?.”


“ Ji Kyung-aa..”

“ Ssstt…bisakah kau mendengarkanku? Setidaknya mendengarkan keinginanku kali ini?”


Aku menatap matanya seolah sedang memintanya untuk mengabulkan keinginanku. Bisa kurasakan tangannya yang mulai merapatkan genggamannya pada tanganku.


“ Tapi aku tidak seperti dulu lagi. Aku lumpuh Ji Kyung-aa. Pergi bersamaku hanya membuatmu merasa seperti sedang pergi bersama seorang manula.”


Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya. Bisa ku mengerti bagaimana perasaannya saat ini, ia hampir putus asa setelah semua terapi yang ia jalani tapi tak ada satupun yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan.


“ Asalkan pergi bersamamu, aku tidak masalah kalau nantinya aku harus selalu menuntunmu. Bahkan jika perlu, aku bersedia menjadi kaki yang mengantarmu ke semua tempat yang ingin kau datangi.” Genggamanku semakin kuat, sekuat tekadku untuk terus berada di sisinya. Aku ingin dia tahu kalau aku tidak main-main dengan perkataanku, aku ingin dia merasakan betapa aku selalu mendukungnya untuk tetap percaya jika suatu saat dia akan sembuh. Aku akan terus menemaninya, bahkan jika kemungkinan terburuk sekalipun terjadi.


Ku rasakan tangannya yang lepas dari genggamanku, tak lama tangan itu melayang ke udara hingga akhirnya kurasakan sentuhan lembut pada pipiku. Tangannya mengelus pipiku begitu lembut hingga aku tak ingin dia mengakhirinya.


Ia menatapku begitu lekat, seolah sedang mengeksplorasi kesungguhan yang terdapat di dalam mataku.“ Kalau begitu aku akan berjuang untuk sembuh karena aku tidak ingin membebaniku. Biar bagaimanapun tubuhku lebih besar daripada tubuhmu, lantas bagaimana caranya kau bisa menjadi kakiku? Lagipula kakimu itu sangat pendek, jadi bisa ku pastikan jalanmu itu sangat lambat dan aku tidak ingin punya kaki seperti itu.”


Jatuh sudah air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk mataku, namun ucapannya yang sedikit menyebalkan membuatku terkekeh sekaligus. Di saat seperti ini bahkan dia masih bisa menghinaku, menjengkelkan!. Tapi tak apa, aku senang saat melihatnya tertawa.


“ Walaupun pendek, jangan ragukan kemampuan kakiku! Aku bahkan pernah meraih juara satu saat pertandingan lari saat smp dulu.” Protesku yang membuatnya terkekeh semakin hebat. Matanya yang indah menyipit, hingga wajah dingin yang selama ini ia perlihatkan pupus sudah. 


Aku langsung memeluknya, menumpukan daguku di atas bahunya. Ku dekap erat tubuhnya dengan kedua tanganku, meski aku tak bisa memeluknya dengan leluasa, mengingat posisiku yang berdiri sedangkan ia duduk. Dapat ku rasakan tangannya yang mulai mengelus punggungku. Hangat…begitulah yang kurasakan.


“ Aku akan berusaha sebaik mungkin. Jadi tunggulah aku.” Ucapnya. Seiring dengan ucapannya terlontar, hembusan nafasnya menyapa kulit tengkukku dengan lembut, membuatnya sedikit gemetar.


“ Tidak masalah. Mau setahun, dua tahun atau selama apapun, aku tidak peduli. Aku akan terus menunggu.” Seruku mantap. Semangat serta kesungguhan bercampur dalam diriku, aku tak main-main dengan kata-kataku.


“ Keras kepala!” umpatnya diselingi dengan kekehan pelan yang masih dapat terdengar oleh indera pendengaranku. Aku hanya ikut tersenyum sembari meresapi kebersamaan kami pada hari ini. Ditemani semilir angin laut berpayungkan suasana langit senja, begitu indah. Apalagi saat tangannya mengusap kepalaku secara berkala, rasanya sangat nyaman dan indah. Begitu sulit untuk didefinisikan.


Seperti yang sudah kubilang tadi, sekalipun kemungkinan terburuk itu terjadi, aku tetap aku akan berada di sampingnya. Menemaninya melalui setiap waktu dalam hidupnya dan menjadi tempatnya bersandar saat ia merasa lelah dengan semua usahanya. Mungkin terdengar begitu berlebihan dan menjijikkan, tapi aku akan terus berada di sisinya, baik susah ataupun senang.





~ ~ END ~ ~



Say yeah! Yeah! Yeah! *author mulai gila.
Wow….aku balik!!!! Apa kabar semuanya?? Kayanya aku belum publish satu ff-pun di bulan ini, jadi baiklah aku comeback dengan membawa ficlet ini. gimana? Dapet feelnya gak? Aisshh…kalau gak kerasa juga gak papa kok. Kalo menurutku sih ceritanya udah pasaran bgt ya,, tapi sumpah ini cerita hasil imajinasiku sendiri, jadi ga ada acara plagiat atau semacamnya. Ini tuh inspirasinya dapet kemaren, tapi aku ngebayanginnya si Chanyeol.

Eh tapi pas lagi nonton fancam smtown seoul ending, aku liat si Chanyeol itu rada koplak, sedangkan karakter cowok disini tuh pendiem, cool, meski kadang-kadang manis. Tapi jangan sepenuhnya percaya sama alasan di atas juga sih, karena alasan utama aku gak jadi make Chanyeol adalah karena AKU GAK PUNYA FOTONYA CHANYEOL *JEDDARRRRRRRR*.

Kekekekekkek….jadi gini ceritanya, tadi sore pas aku lagi mau bikin cover ffnya, aku baru inget kalau aku gak punya foto Chanyeol. Padahal kemaren aku udah download foto sebagian anak-anak exo, tapi karena internetnya lelet jadi aku baru dapet fotonya tao,kai,suho ama kris. Ya udh karena dari awalnya udh niat klo ff ini castnya anak exo, akhirnya aku buka deh file fotonya terus aku liatin satu-satu sampe bosen, tapi gak ada satupun yang menurut aku pas.

Eh gak lama, aku inget kalau aku pernah minta fotonya si Baekhyun ama farah, eh bener…pas aku cari ketemu deh. Dan pilihanpun jatuh pada Baekhyun. Tapi masalah belum selesai sampe disitu, karena ada masalah lain yaitu aku gak tau main cast ceweknya siapa. Akhirnya aku buka file foto ulzzang, Cuma gak ada yang ekspresinya mendukung. Pokoknya aku bingung deh, mana internet lagi dipake ma adek tercinta. Ahhh…untungnya aku itu anaknya gak pantang menyerah ya, dan akhirnya nemuin satu foto yang pas. Dan itupun fotonya Chorong A-pink, tapi ya udahlah ya…aku males bgt nyari orang lain.

Gak butuh waktu lama, cukup sedikit sentuhan dari photoscape gambarpun jadi. Cepat, simple, dan…memuaskanlah. Setelah itu aku baru deh nulis ceritanya, dan alhamdulillahnya bisa kelar jadi gak bertele-tele. Rasanya seneng, puas, bahagia *lebeh mode on*. Pokoknya ff ini masuk dalam list ff ajaibku setelah sebelumnya ada LNE part 1 ama WGM.

Karena ini ficlet pertamaku, jadi aku mohon komennya yah… buat readers jangan sungkan-sungkan untuk ngasih komen. Di dunia ini kan gak ada yg sempurna, begitupun dengan ff ini. pasti ada aja kekurangannya. Karena dengan kalian komen, aku jadi tau kekurangan sama kelebihan ff ini. terserah deh kalian mau komenin tentang plotnya, karakternya, atau susunan bahasanya, yah pokoknya kalau bisa komen. Seenggaknya yang bisa jadi koreksi buat ff aku ke depannya.

Eh sampe lupa…..
Selamat hari Raya Idul Fitri 1433 H.
Minal aidin wal faidzin ya readers tercinta ( bagi yg merayakan )
Maafin yah..kalo selama ini author banyak salah…
Aku juga mau ngucapin selamat ultah buat televisi satu untuk semua (SCTV) yang 22 tahun dan juga buat Yesung oppa yang ke 28 *OMONA! Ternyata tuaan Yesung oppa daripada SCTV. #Siap-siap dikejar salsa. Hehehehehe…tapi masih tuaan pak popo fauza (yg punya sctv) dari Yesung Oppa. Aku sih berharap di umur 28 atau 29 (hitungan korea), Yesung oppa makin sukses baik karir ama suju atau karir bisnisnya ( semoga invasi why style-nya sukses ), berubah jadi orang yang sedikit lebih normal (sadar umur bang), yang terpenting sehat. Semoga yesung oppa gak encok lagi yah….
Kekekekkk…..okelah…segitu aja gilanya…kalau dilanjutin nanti dosaku makin banyak, kan baru lebaran *sembah sujud di depan Yesung oppa*. Ya udh aku cukupkan sampai di sini..

See you…


Salam lebaran


GSB


Comments

Popular Posts