Love You In Silence (Birthday Project)





Main Cast = Kim Jong Woon, Kim So Eun
Minor Cast = Cho Kyuhyun, Park Hana (oc)
Genre = Romance
Type = Oneshot (Yesung’s Birthday Project)
Author = Salsa



Sebelumnya, Minal aidin wal Faizin^^

Happy reading,.....


February 14th 2012
15: 03 KST
Coffee Shop
Jong Woon POV





Lonceng yang terpasang di bagian atas pintu kafe berdenting nyaring, menandakan seseorang baru saja membukanya. Secara refleks, nyaris semua pengunjung dan pelayan di kafe tempatku bekerja ini menoleh ke pintu masuk.


“eomeo” desisku saat melihat seorang yeoja yang sangat kukenal sedang berdiri dipintu masuk. Tubuhnya basah kuyup terkena deraian air hujan. Hujan sore ini benar-benar sangat deras, bahkan bisa dibilang nyaris seperti badai. Aku sudah memperingatkannya untuk tidak keluar flat hari ini. Tapi seperti biasanya, ia tak mendengarkanku. Terlebih mengingat hari ini adalah tanggal 14 Februari, ya.. hari Valentine, hari kasih sayang. Pastinya, gadis itu sama dengan gadis-gadis lain di seluruh belahan dunia. Ia ingin merayakan hari spesial ini dengan orang yang menurutnya spesial juga. Dan orang spesial itu adalah……………….


Dengan segera aku menghampiri gadis itu, tubuhnya menggigil kedinginan. Wajahnya juga terlihat pucat. Ya Tuhan, gadis ini benar-benar gigih, tak perduli walau ada gempa bumi, hujan badai, halilintar bahkan kiamat sekalipun, pasti ia akan tetap pada pendiriannya, dan bodohnya ia selalu mengatakan bahwa itu adalah pengorbanan atas nama cinta. Memuakkan.


“kenapa tak mendengarkanku? Kan sudah kubilang jangan keluar flat” omelku tepat di hadapannya.
“oppa, di luar hujan deras sekali” Ucapnya, mencoba mengalihkan pembicaraan.


Tanpa basa-basi lagi aku segera menarik pergelangan tangannya, membawa gadis itu ke satu-satunya meja kosong yang tersisa. Sebuah meja tepat di sudut ruangan.


“diam disini. Kuambilkan kopi hangat”
“siapa bilang aku mau kopi?” serunya dengan tubuh bergetar. Aigoo….. disaat menggigil seperti inipun, ia masih senang mendebatku?


“Kalau kau sudah lupa, ini adalah coffee shop, nona” Ucapku sinis lalu berlalu meninggalkannya. 



So Eun POV






Mataku terfokus pada sebuah kotak tepat di atas meja, kotak berwarna merah polos berbentuk hati dengan pita putih di ujungnyanya. Didalamnya, aku meletakkan cokelat-cokelat hasil karyaku. Cokelat valentine untuk seseorang yang menurutku spesial, seorang namja yang aku suka. Haa…… pasti akan sangat menyenangkan jika melihat ia memakan cokelat buatanku ini.


Aku masih senang memperhatikan kotak itu sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangan, saat tiba-tiba saja sebuah jaket disampirkan seseorang dari belakang. Jong Woon oppa.


“ige! Minumlah” Suruhnya singkat sambil meletakkan secangkir kopi hangat didepanku. Aku mengangguk dan segera menyesap kopi itu.


“cokelat?” Tanya Jong Woon oppa, merujuk pada kotak merah di atas meja. Aku kembali mengangguk, kali ini disertai senyum.


“sekarang aku bisa menebak darimana asal wajah pucat dan mata berkantung itu” Lanjutnya sambil duduk di kursi tepat dihadapanku. “Kau tidak tidur malam ini?” tanyanya, mulai menginterogasi.


Aku menghela nafas lalu meletakkan cangkir kopiku “aku membuat cokelat semalaman tapi hasilnya sangat buruk, jadi aku terus membuatnya sampai pagi tapi hasilnya tak jauh beda. Lalu tadi siang aku membuat sekali lagi dan hasilnya…….” Ucapku menggantung. “Hasilnya bagaimana?” Tanya namja itu penasaran.


“Molla, aku tak berani mencobanya. Aku takut hasilnya sama saja seperti semalam. Jadi lebih baik tak usah kucoba daripada membuatku sakit hati”


“Bodoh” desisnya
“ISH!Ada alasan lain juga!” ujarku tak terima. Aku tersenyum lalu menatap namja didepanku lekat-lekat “Selain itu, aku juga ingin orang yang mencoba cokelatku pertama kali adalah orang yang spesial”


“dia sudah pulang” ucap namja itu sambil melipat tangannya di atas meja.
“hmm?”
“Kyuhyun-mu pulang 2 jam yang lalu. Dia minta izin pulang duluan tadi, katanya ada urusan mendadak. Harusnya kau menelfonku dulu sebelum kesini”  Ucap Jong Woon oppa. Dan didetik itu juga, Aku terdiam, pikiranku langsung kosong, sama sekali tak sanggup memikirkan apa-apa. Ya Tuhan, Aku berusaha mati-matian membuat cokelat untuknya, tapi ia malah………….. AISH! Bisa tidak aku bunuh diri saja sekarang?


“So Eun. Gwaechana?”
“aku ingin mengatakan aku tak apa-apa tapi sayangnya, aku tak bisa”



Jong Woon POV


“aku ingin mengatakan aku tak apa-apa tapi sayangnya, aku tak bisa” Jawabnya lesu


Gadis itu mendesah berat lalu menatapku dengan sorot mata putus asa “Jadi usahaku sia-sia? Jadi usahaku tak ada gunanya, begitu?” lanjutnya, kini lengkap dengan isakan tertahan. Tidak menangis, hanya… terdengar serak seperti habis menangis. Ya.. aku mengerti. Ia pasti sangat kecewa. Tahun lalu ia juga berencana memberikan Kyuhyun cokelat tapi saat itu ia belum berani dan sekarang, saat ia sudah punya keberanian, kesempatan seolah mundur beberapa langkah darinya.


Ia tersenyum miris lalu menggeleng. So Eun menatap kotak cokelatnya sebentar lalu memutuskan untuk mengambilnya kembali.


“aku akan membuangnya” Ucap So Eun pelan.
“YA.. Mana boleh? Sini, berikan padaku. Biar aku yang habiskan” Aku tersenyum sambil mengulurkan sebelah tangan, mengambil kotak merah ditangannya. Ia tampak tak menolak namun air mata tiba-tiba saja malah turun sedikit demi sedikit membasahi pipinya. Aku hanya menggeleng melihat tingkahnya lalu kembali mengarahkan pandanganku ke kotak tadi. Perlahan, kubuka kotak itu dan tersenyum saat mendapati butiran-butiran cokelat disana. Cantik.


“hei… jangan menangis” Ucapku sambil menyentuhkan punggung tanganku ke pipinya, membuat gadis itu mengangkat kepalanya.


“Jong Woon oppa”
“hmm”
“sepertinya Kyuhyun oppa tidak ditakdirkan untukku. Sudah 2 tahun aku menjadi pengagumnya tapi tak ada kemajuan sama sekali. Bertepuk sebelah tangan” Ucapnya lesu. Aku enggan menjawab, mungkin diam adalah pilihan yang tepat. Aku mengambil satu butir cokelat dan mulai mengunyahnya. Baiklah, di detik pertama cokelat itu masuk ke mulutku, aku sudah percaya kalau gadis didepanku adalah pembuatnya.


“Ottokhae?”
“enak”
“jinjja yo?”
“mm” anggukku, membuat senyuman terlukis jelas di wajah penuh air matanya.Hingga……….. “JONG WOON! JANGAN MENGOBROL DISAAT  JAM KERJAAAAAA! CEPAT KESINI” Suara melengking seorang namja tua benar-benar nyaris merusak pendengaranku. Aku merapatkan rahangku sambil menutup mata geram, suara itu…. Jinjja! Lebih buruk dari sirine ambulan.


“NE… BOSEU” aku balas berteriak.
“sudah sana! Kerja yang benar! 1 Jam lagi selesai kan? Kita bisa pulang bersama” Ucap So Eun sambil mengambil sebutir cokelat dari kotak merah didepan kami.


“eo” Aku segera berdiri lalu mengambil butir cokelat yang nyaris saja ia masukkan ke dalam mulutnya itu.
“YAAA” ia langsung berteriak dan menatapku kesal.
“ini cokelatku! Kau tidak boleh makan” Ucapku lalu mengambil semua butir cokelat yang tersisa di kotak itu sesegera mungkin. Gadis itu menatap heran ke arahku namun tetap menahan mulutnya untuk tidak berkomentar. “kau aneh” desisnya.


“diamlah! Habiskan kopimu! Jangan menangis lagi! Bahkan aku belum bilang kemana perginya Cho Kyuhyun itu kan? kalau kau tau dia kemana, aku yakin kau sudah menghancurkan kafe ini”


“memangnya kemana?”
“Ini hari valentine kan? Menurutmu  dia kemana?” Gadis itu terdiam sejenak lalu langsung memasang tampang kesal. Ya.. kemana lagi? Pasti urusan mendadak yang ia maksud adalah Yu-Ri. Gadis pujaannya.


“JONG WOON” Suara bos menyebalkan itu kembali terdengar
“NE… bawel (Suara dipelankan)” balasku membuat gadis didepanku tergelak seketika.
“Omoona, oppa! Sudah sana! Sepertinya bosmu sudah berniat menelanmu hidup-hidup”
“pakai jaketnya yang benar. Udaranya dingin”
“siap” ucapnya dengan gaya hormat, membuatku tak bisa menahan tanganku untuk bergerak mengacak rambutnya.


So Eun POV


Aku memakai jaket milik Jong Woon oppa yang sebelumnya tersampir asal ditubuhku dengan benar, merasakan rasa hangat dari sana mengalir lembut di tubuhku. Aku selalu suka memakai jaketnya, mencium harumnya.


Sambil memejamkan mata, aku kembali menyesap kopiku, merasakan cairan hitam kental itu masuk melewati kerongkonganku. Kegiatan ini berlangsung cukup lama sampai akhirnya mataku kembali tertuju pada kotak cokelatku yang tergeletak diatas meja. Sudah tak ada butir cokelat yang tersisa, hanya serpihan kecil dari cokelat tadi. Aku menimbang-nimbang sebentar sebelum akhirnya mengoleskan jariku ke lelehan cokelat disana lalu mengecapnya di lndra perasaku dan…… “yaiks…. Cokelat macam apa ini?”


…………………………………………………………………………


Aku menelungkupkan kepala di atas meja, menjadikan kedua lenganku sebagai bantalan. Kenapa satu jam terasa seperti satu tahun? Kenapa lama sekali, oppa? Daritadi mataku merajalela mencari tontonan menarik. Mungkin kalau ada Kyuhyun oppa disini, aku akan dengan senang hati menatapnya tanpa malu-malu. Tapi pria itu sedang tidak ada……….. ah.. demi Tuhan aku bosan.


“So Eun?” Suara itu. Refleks aku segera memutar kepala kebelakang dan didetik itu juga aku tak dapat merasakan nafasku sendiri, seperti semua orang berhenti dan hanya aku saja yang bisa bergerak. Seperti ada backsound lagu romantis yang mengiringi kami berdua. Aku dan namja yang menjadi fokusku saat ini, Cho Kyuhyun.


“Eh? Oppa?”
“mencari Jong Woon?”
“anio…………” ‘mencarimu,’ lanjutku dalam hati.
“lalu? Apa yang membawamu kesini?” tanyanya. Aku memutar bola mataku, mencari alasan masuk akal untuk menjawab pertanyaannya hingga mataku tertuju pada secangkir kopi di sebuah meja.


“Kopi” Jawabku cepat sambil mengangkat cangkir kopiku. Masih tersisa setengahnya. Aku memang tak terlalu menyukai kopi, aku meminumnya hanya untuk membuat tubuhku lebih hangat saja. Selain itu, alasan lain kenapa aku meminum kopi adalah karena orang yang kusuka juga menyukainya. Mungkin ini berlebihan, tapi aku akan menyukai apa yang disukai namja yang kucinta.


“Oh.. Keureom. Ini coffee shop, pasti kopi yang kau cari” Ucapnya sambil mengangguk.
“hei… lihat kotak itu! Kau membuat cokelat. Apa masih tersisa untukku?” Serunya sambil duduk di hadapanku. “Ng.. mianhae…. Jong Woon oppa menghabiskan semuanya”


“Pasti rasanya sangat enak ya..”
“Anio! Bahkan tak ada rasanya. Aku juga heran kenapa dia menghabiskan semuanya” Tiba-tiba namja itu tersenyum, “ya.. memang seharusnya seperti itu kan?” ucapnya


“hmm?”
“kalau sudah cinta ya memang seperti itu, seburuk apapun masakan pasangannya maka ia akan tetap bilang kalau rasanya enak. Ia hanya akan mengatakan apa yang membuat pasangannya senang. Yang dilihat adalah usaha dan perhatiannya bukan rasanya. Kalian berdua itu benar-benar membuatku iri”


“eh? Iri?” Aku benar-benar tak tau harus bicara apa lagi. Apa ia berpikir cokelat ini untuk Jong Woon oppa? Ini untukmu. Ya Tuhan, andai kau tau. Semalaman aku tak tidur karenamu.


“tadi aku ke rumah Yu-Ri tapi….. ya.. kau tau sendiri! Cinta yang bertepuk sebelah tangan itu menyakitkan”


“aku mengerti” Ucapku sambil menatapnya. Aku mengerti, benar-benar mengerti. Rasanya memang sangat menyakitkan.


“disaat kau mati-matian menarik perhatiannya, ia malah memberi perhatian pada orang lain” Namja itu berucap dengan tatapan menerawang. Ya.. Kyuhyun oppa! Itu yang aku lakukan padamu. Aku mati-matian menarik perhatianmu tapi kau malah memberi perhatian pada Yu-Ri. Aku ke Coffee shop ini nyaris setiap hari hanya untuk melihatmu. Memesan sesuatu yang tidak kusuka dan berusaha meminumnya hanya karenamu.


“kau beruntung. Dia terlihat sangat menyayangimu” Ucap namja itu lagi, kini sambil mengalihkan pandangannya ke satu titik. Aku menoleh, mengikuti arah tatapannya. Jong Woon oppa. Namja itu sedang berdiri di belakang kasir, melayani pembeli dengan senyum ramahnya.


“dia memang harus menyayangiku. Dia sahabatku. Bahkan sejak kecil. Aku tak tau bagaimana bisa aku hidup dengan benar kalau dia tak ada disekitarku”


“oh ya? Ayolah……. Kalian berdua itu sama saja! Bersembunyi dibalik kata sahabat. Setidaknya aku cukup pintar untuk mengetahui hubungan kalian. Kau selalu memesan kopi yang sama setiap harinya dan anehnya, Jong Woon bilang padaku kau tidak menyukai kopi. Lalu? Apa aku akan menerima alasan yang kau buat? Meminum kopi? Jangan kira aku tak tau apa yang kau lakukan disini nyaris setiap hari, So Eun~a” Mataku membulat. Jadi...., dia tau alasanku mengunjungi coffee shop ini setiap hari? Apa dia benar-benar sudah tau kalau alasan terbesarku adalah dirinya? Cho Kyuhyun.


“kau tak tau oppa”
“ah.. tentu saja aku tau! Aku tau kau datang kesini untuk memperhatikan setiap kegiatannya kan?”
“nugu?”
“siapa lagi? Tentu saja Jong Woon hyung!”
“HAHH???”


Aku masih tak habis pikir, rasanya seperti mendapat kartu mati. Bagaimana bisa dia berpikir seperti itu? Jadi selama ini dia mengira aku memperhatikan Jong Woon oppa? Ya Tuhan, Cho Kyuhyun aku memperhatikanmu. Apa kurang jelas?


“A..ak.. aku tidak…..” belum sempat aku membela diri, tiba-tiba Jong Woon oppa datang. Ia melemparkan afron merah yang sedari tadi melekat dipinggangnya ke arah namja didepanku yang langsung menangkapnya dengan sigap.


“Sudah cukup mengobrolnya. Kyuhyun~a………… kerja yang benar” ujar Jong Woon oppa sambil memasangkan topi hitam khas pelayan kafe yang tadi terpasang dikepalanya ke kepala Kyuhyun oppa. Lalu, tatapan mata pria itu kini beralih padaku, ia segera meraih tanganku dan berjalan seenaknya tanpa memperhatikanku yang masih duduk. Dasar! “a..an..anyyeong oppa” seruku pada Kyuhyun oppa dengan sedikit susah payah.


………………………………….


Jong Woon POV


Ini aneh. Sepanjang jalan gadis ini diam, tak seperti biasanya. Biasanya jika aku menarik paksa gadis ini saat ia sedang bersama Kyuhyun, ia akan mengomeliku habis-habisan, mengutukku dengan berbagai sumpah serapah tanpa henti. Tapi kali ini, dia diam. Sebenarnya tadi dia dan Kyuhyun membicarakan apa?


“oppa”
“eh?” sedikit terkejut, aku menoleh kearahnya.
“Kau  menyukaiku?”
“mwo?”
“anio….. lupakan saja” Ucapnya lalu menghembuskan nafas keras.
“sebenarnya kau kenapa?”
“Kyuhyun oppa membuatku bingung”
“bingung?”
“hattcciii…….” Aku segera mengeluarkan sapu tanganku dan menyodorkan padanya. “gomawo” ucapnya sambil menerima sapu tangan itu.


“kau bersin-bersin sejak tadi. Pasti demam. Makanya kalau kubilang jangan keluar flat ya jangan keluar! Kalau kau sakit siapa yang repot hum?”


“oppa…. Suaramu terdengar seperti dengungan lebah ditelingaku” gumamnya. Ia menggerakkan tangannya di sekitar kepala, memberikan pijatan ringan yang mungkin bisa mengurangi rasa pusingnya. “lihat kan? Ayo, percepat jalannya! Sebentar lagi sampai” seruku sambil memegangi tangannya. Takut-takut ia jatuh karena kehilangan keseimbangan.


Langkah kamipun terhenti tepat didepan flat. Ya.. flat kami bersebelahan. “dimana kunci flatmu?” Tanyaku. Gadis itu tak menjawab, ia lebih memilih menarik tas selempang kecilnya kedepan dan mencari kuncinya sendiri. “kenapa keras kepala sekali?” seruku dengan nada menyindir. Dengan satu gerakan cepat, aku menarik tas kecilnya dan mencari kunci itu, menyingkirkan tangan lemasnya yang ikut masuk kesela-sela tas. Setelah menemukan kuncinya, aku segera memasukkan benda itu ke lubang kunci dan membuka pintu flatnya. “masuklah! Istirahat yang benar!” seruku. Ia tak menjawab, ia malah duduk di kursi plastik tepat di depan flat. Aku menghembuskan nafas pelan lalu berjongkok di hadapannya. Wajahnya terlihat sangat pucat dan lelah.


Aku mengulurkan tangan, menempelkan punggung tanganku di keningnya. Memastikan suhu tubuhnya. “kau benar-benar demam. Nanti malam tak usah ke kafe”


“aniya….” Bantahnya cepat.
“siapa suruh tak tidur semalaman? Memaksakan diri ke kafe ditengah hujan deras? Kau tau sendiri kita sama-sama tak menyukai rumah sakit. Kalau kau sakit aku harus apa? Untuk kali ini, kumohon jangan membantahku!”


“ayolah oppa! Ini masih jam 5 sore. Masih ada waktu 4 jam sebelum berangkat ke kafe. Aku hanya perlu meminum obat dan tidur sebentar. Setelah itu, aku yakin akan sembuh”


“anigoya”
“oppaaaaaaaaaaaa…….. Jebal….” Rengeknya sambil menarik-narik lengan bajuku.
“ah… molla! Terserah kau saja! Tapi kalau terjadi apa-apa jangan menyalahkanku. Aku sudah memperingatkanmu!”


“ne..” angguknya.


……………………………….


Malam ini, dia benar-benar pergi bekerja. Ia memang gadis yang rajin, bahkan terlalu rajin menurutku. Terkadang ia terlalu keras pada dirinya sendiri, dan aku tak suka melihatnya seperti itu. Jika bisa aku ingin menyuruhnya berhenti bekerja saja. Ia adalah seorang pemain biola di sebuah kafe. Kami sama-sama bekerja di kafe, namun kafe yang berbeda, pekerjaan yang berbeda juga jam dan waktu kerja yang berbeda. Kembali ke biola, Ya.. biola sudah selayaknya nafas bagi gadis itu, ia sangat menyukai biola. Memang menyenangkan jika bisa mendapatkan uang dari hobimu. Pekerjaannya juga tidak sulit, hanya bermain biola kurang lebih 1 jam. Tapi, waktunya…………. Terlalu larut menurutku. Ia mulai bekerja pukul 10 malam dan selesai jam 11 setiap akhir pekan. Itu keterlaluan. Aku mau melayangkan protes, tapi sayangnya aku tak tau pada siapa. Sebisaku, aku selalu mengantar dan menunggunya di kafe. Tapi sekarang, So Eun sudah tak memperbolehkanku melakukan hal itu lagi. Dia bilang, dia tak mau menjadi beban bagiku dan akhirnya,…….. ia mendapatkan apa yang dia mau. Bukankah selalu seperti itu? Aku tak mengantarnya tiap saat, hanya di waktu-waktu tertentu.


Aku dan So Eun adalah sahabat kecil. Perbedaan umur kami 5 tahun. Kami sama-sama lahir di Cheonan. Dan sekarang? Kenapa kami bisa di Seoul? 2 tahun lalu, aku memutuskan untuk hidup mandiri di Seoul, ingin mencoba merasakan bagaimana rasanya hidup jauh dari keluarga. Ingin mencoba merasakan bagaimana rasanya menghidupi diri sendiri. Orang tuaku mengizinkan. Dan So Eun? Dia merengek meminta ikut denganku, ia memakai alasan yang sama. Ingin mencoba hidup mandiri. Padahal mungkin alasan sebenarnya adalah tak mau jauh dariku.


Oh.. dan Kyuhyun. Saat sampai di Seoul, aku segera mencari pekerjaan. Dan aku mendapatkan pekerjaan sebagai seorang pelayan kafe, ya.. sebenarnya tidak tetap menjadi pelayan. Kadang aku menjaga kasir atau menjadi barista disana. Kyuhyun adalah teman pertamaku dan aku memperkenalkannya dengan So Eun. Dari situlah awal dari kisah cinta tak berujung antara gadis itu dan Kyuhyun. Sepertinya ia sudah meleleh di detik pertama melihat namja itu, bahkan matanya sampai memerah karena lupa berkedip, dan aku menjadi pengingatnya untuk mengedipkan mata disaat itu. Benar-benar tidak adil. Saat melihatku, So Eun tak pernah bersikap seperti itu. Dia selalu bisa mengedipkan matanya dengan benar. Ish… benar-benar tidak adil, bukan? Bahkan aku dan Kyuhyun memiliki ketampanan yang tak jauh beda. Ah.. baiklah! Lupakan soal ketampananku! Satu tahun setelahnya, Kyuhyun mengatakan bahwa ia sedang menyukai seorang gadis, Kwon Yu-Ri. Entahlah, aku tak mengenalnya tapi pasti dia adalah seorang gadis yang hebat hingga membuat seorang Cho Kyuhyun jatuh cinta setengah mati. Dan kenyataan itu, sukses membuat So Eun nyaris membakar flat kami. Ya.. dia terpuruk! Dan akulah yang menjadi target kekesalannya. Ia sering berteriak-teriak tak jelas, mengutuk seseorang bernama Kwon Yu-Ri itu dan aku….. mau tak mau pasti mendengarnya. Karena ia hanya akan berteriak-teriak jika berada disekitarku.


…………………………………………………


So Eun’s Flat
08:49 KST
So Eun POV


Aku merasakan dingin di keningku. Sedikit berat, aku membuka mata dan menemukan seorang namja berada tepat dihadapanku.


“oppa! Bagaimana bisa kau disini?”
“menurutmu?” ia balik bertanya dengan nada datar. Tangannya sibuk meletakkan kain kompresan dikeningku. Terlihat sangat tidak perduli, tapi aku tau dia sangat perduli. Kalau dia benar-benar tidak perduli kenapa mau repot-repot mengompresku?


“aku lupa mengunci pintu flatku lagi?”
“bagus kalau kau sudah tau jawabannya”
“ya.. semalam aku pusing sekali!”
“lihatlah! Kau benar-benar demam” aku hanya tersenyum kecil mendengar ucapan sinisnya. Ya.. mungkin aku memang terlalu memaksakan diri hingga sakit begini.


“kenapa belum berangkat ke Kafe?”
“kau sakit begini, bagaimana bisa aku pergi?”
“kalau kau tak ada, nanti Kyuhyun oppa sendirian! Dia bisa sakit kalau bekerja terlalu lelah!”
“heh…. Yang sedang sakit itu kau! Kenapa malah mengkhawatirkan orang lain? Khawatirkanlah dirimu sendiri!”


“cepat pergi, cerewet!”
“kau mengusirku?”
“Kalau ia kenapa? Sudah sana pergi, ini flatku!”
“YAK…………………


Beginilah cara membuatnya pergi, kurang lebih 30 detik saling meneriaki satu sama lain hingga akhirnya,…………………


“ah.. baik! Lebih baik aku kerja daripada disini dengan yeoja setengah gila sepertimu”
“Ya.. pergilah! Siapa juga yang mau ditemani oleh namja aneh sepertimu”


A day later………….


“sudah baikan?”
“lumayan”
“istirahat yang benar”
“kemarin aku sudah istirahat seharian, …… kau bahkan lebih cerewet dari eomma” pria itu tak menjawab, sibuk dengan botol obat ditangannya.


“oppa!” panggilku pelan
“hmm?”
“Kyuhyun oppa….. ng… dia… mmm”
“kenapa?” tanya pria itu sambil meletakkan botol obat digenggamannya ke atas meja.
“dia tak mengatakan sesuatu?”
“mengatakan apa?” namja itu mulai mengarahkan tatapannya padaku. Mengernyit heran mendengar pertanyaan yang kulontarkan.


“dia tak bertanya kenapa aku tak ke kafe kemarin?”
“pasti dia mengkhawatirkanmu”
“Jinjja yo?” Seruku senang
“ne..  jadi cepatlah sembuh!”
“emm” anggukku


………………………………………………………………………….


Coffee Shop
09:16 KST
Jong Woon POV




“kalau dia sakit ya berikan obat! Kenapa harus aku?” seru Kyuhyun tak terima.
“karena kaulah obatnya!”
“aku? Obat?”
“ne.. cepatlah kesana! Oh ia....Jangan bilang aku yang menyuruhmu! Bilang saja kau memang mengkhawatirkannya!”


“YAAA! Shireo!”
“kau tega melihatnya sakit?”
“bukan begitu, tapi……….”
“cepat kesana!” tandasku geram.
“tapi hyung, aku sudah sering izin. Bos tua itu bisa memecatku!” keluh Kyuhyun dengan suara dipelankan. Ya… bagaimanapun bos tua itu atasan kami. Kalau dia mendengar gaya bicara seperti ini, ya… sudah dipastikan kami akan didepak dari kafe ini.


“tak akan! Masalah bos tua, aku yang urus!”
“tapi hyung. kenapa tidak kau saja? Kau kan lebih dekat dengannya!”
“kedatanganmu bisa membuatnya lebih baik!”
“Ah.. terserah kau sajalah! Aku pergi kalau begitu!”


…………………………………………..


Sepulangnya dari kafe, seperti yang sudah kuduga, gadis itu sembuh. Baru saja aku ingin membuka pintu flatku, So Eun keluar dari flatnya dengan senyum cerah. Ia menarikku, mengajakku mengobrol nyaris semalaman dan topik pembicaraannya? Ya.. mungkin kalian sudah tau. Cho Kyuhyun. Ia menceritakan semuanya. Mulai dari keterkejutannya saat membuka pintu sampai rasa tidak relanya saat namja itu memutuskan untuk pulang. Ia juga menceritakan apa saja yang mereka obrolkan. Ayolah…. Aku juga sering mengobrol dengannya tapi ia tak pernah terlihat seantusias itu. Sedangkan Kyuhyun, ia malah terlihat histeris duluan sebelum mulai bercerita. Dia juga bilang, ia merasa sembuh saat itu juga. Saat melihat namja itu di depannya. Ok! Baiklah…….. rekomendasi untuk semua orang yang demam. Belilah Cho Kyuhyun di apotik terdekat.


A month later………………….


Aku baru saja memejamkan mata saat tiba-tiba KYYAAAAAAAAAAAAA……………… Sebuah teriakan meluncur bebas ditelingaku. Kim So Eun. Ada apa dengan gadis itu? Dengan segera, aku keluar dari flatku, melompati dinding pembatas antara beranda flat kami, lantas dengan cepat meraih gagang pintu flatnya.


“Ada apa?” Tanyaku cepat begitu membuka pintu.
“Ada kecoa!”
“kecoa?” ulangku syok
“ne.. cepat tangkap!” Suruhnya sambil meraih lenganku
“Kau berteriak sekencang tadi hanya karena kecoa?”
“memangnya kenapa? Itu manusiawi!”
“YAK! KIM SO EUN! SUDAH BERAPA KALI KAU SEPERTI INI? INI SUDAH LEWAT JAM 9 MALAM! SEMUA ORANG SEDANG MENCOBA UNTUK TIDUR SEKARANG DAN KAU…..”


“ara… ara… ara…. Sekarang kau tangkap dulu kecoanya baru setelah itu ceramahi aku lagi”
“Kau…. Benar-benar….”
“Cantik” potongnya sambil tersenyum manis.
“cish,,,” desisku sebal lalu berjalan mencari kecoa sialan itu. Aku sudah berputar-putar diruangan itu tapi hasilnya sia-sia, aku menoleh ke arah gadis yang bukannya ikut mencari malah sibuk dengan handphonenya. “hei…. Sepertinya tak ada! Sudah, aku mau tidur!”


“eh? Apa? Kau tak boleh pulang sebelum menemukan kecoa itu! Coba cari di kolong tempat tidur, di kamar mandi atau dapur!” gadis itu berucap dengan mudahnya sambil menunjuk celah-celah antara lemari dan tempat-tempat tak terjamah lainnya. Ya Tuhan, dia senang sekali membuatku menderita. Mana ada namja tampan malam-malam begini disuruh mencari kecoa?


“kenapa harus takut kecoa? Kalau kau lupa, kau itu lebih besar dari kecoa!”
“YAA! Kau pikir aku sebodoh apa sampai hal seperti itu harus kau yang ingatkan?”
“oh.. aku tau!” ucapku sambil menyeringai kecil.
“Tau apa?” Tanyanya tak mengerti
“ini hanya alasanmu saja kan? Sebenarnya tidak ada kecoa kan? Bilang saja kau merindukanku!”
“MWO?”
“Ia kan? Padahal baru 4 jam yang lalu kita bertemu, sekarang sudah rindu rupanya!”
“siapa bilang? Ya sudah! Pulang sana! Dasar namja menyebalkan. Pria narsis!” Umpatnya sambil memasang tampang kesal.


“ah.. bagus kalau begitu! Aku pulang” Ujarku santai sambil berjalan keluar dari flatnya, membuat gadis itu semakin merengut. Ah.. biarlah! Ini bukan pertama kalinya dia seperti ini. Memangnya aku apa? Pembasmi serangga pribadinya?


………………………………………………………..


3 months later………………..


“gamsahamnida Hana-ya!”  Ucapku sambil turun dari mobilnya.
“ne oppa! Sampai jumpa besok sore!”
“ah..ye!” aku mengangguk lalu tersenyum ramah padanya. Pada gadis berusia 19 tahun bernama Park Hana. Yah…. Bisa dibilang dia adalah muridku. Sudah sebulan ini, aku mengajar privat piano untuk gadis itu. Ng… kalau kalian belum tau, aku adalah sarjana broadcast music.


“kalau begitu aku pergi. Annyeong Yesung oppa” seru Hana dari dalam mobil. Aku tersenyum sembari memberikan anggukan kecil, mengiringi laju mobilnya. Dia tidak menyetir mobilnya sendiri, ia punya seorang sopir bernama Han ahjussi.


Mataku masih terfokus pada mobil yang sudah melaju itu saat dengan tiba-tiba sebuah suara terdengar dari arah belakang.


Annyeong Yesung oppa…. Cih…” cibir seorang gadis sambil menjulurkan lidahnya. Aku menoleh dan menatapnya heran.


“kau kenapa?”
“kenapa dia masih memanggilmu Yesung oppa? Aku tak terima. Aku tak mau ada yang memanggilmu seperti itu. Cuma aku dan beberapa orang yang tentunya sudah mendapat persetujuanku yang boleh memanggilmu dengan sebutan itu. Yesung oppa, art of Voice. Memangnya kau pernah bernyanyi didepannya? Kenapa gadis manja itu harus memanggilmu seperti itu? Kenapa tidak memanggilmu dengan sebutan Jong Woon-ssi saja?”


“terlalu formal” balasku singkat
“memangnya aku perduli? Tch…. Dari awal aku tak suka dengan gadis itu. Kau berhenti saja!”
“kita sedang butuh uang, So Eun~a. Sudahlah, kenapa mengomel terus?”
“Tentu saja aku mengomel. Lihatlah, jam berapa ini? Kenapa baru pulang? Dan kenapa harus diantar olehnya? Memangnya kenapa tidak naik bus saja?”


“Ya Tuhan. Sebenarnya ada apa denganmu huh?”
“Jangan mengalihkan pembicaraan! Cepat jelaskan padaku!” Serunya tak sabar. Akhirnya aku pun mengalah dan menjelaskan padanya.


“tadi setelah bermain piano, dia mengajakku untuk makan malam dan………..”
“dan kau mau? Dasar namja murahan” potongnya dengan nada meninggi. Aku berdecak kesal mendengar umpatannya. Namja murahan? Jinjja!


“sudahlah. Masuk ke flatmu sana!” Tanpa bicara lagi, gadis itu segera berlalu menuju flatnya. Ia terlihat sangat emosi denganku. Ya.. akhir-akhir ini emosi gadis itu sedang naik turun dan sebenarnya memang banyak faktor yang membuatnya menjadi seperti itu, Diantaranya Hana dan Kyuhyun. Hana, ya.. dia iri melihat kedekatanku dengan Hana. Dan sayangnya aku belum mengerti dengan jelas, atas dasar apa keiriannya itu. Karena Hana memanggilku Yesung? Itu saja? Ah.. aku tak mau repot-repot memikirkannya! Kalau Kyuhyun, namja itu sedang tak berada di Seoul, Ya.. alasan yang sangat jelas bukan? Gadis itu jadi uring-uringan sendiri karena namja pujaannya tak terjangkau matanya, dia sedang berada di Busan. Kakak perempuannya, Cho Ahra, akan menikah.


……………………………………………………


TOK TOK TOK TOK


Suara ketukan pintu yang terdengar tidak sabar itu benar-benar mengusikku. Ya Tuhan, aku baru saja akan merebahkan tubuh. Dengan sedikit perasaan tidak rela, aku melangkah mendekati pintu. Aku mengerang kesal sambil membuka pintu yang masih aktif diketuk itu. Dan Jreng………… Tebakanku benar. Siapa lagi yang akan dengan senang hati menggangguku kecuali gadis bernama Kim So Eun itu?


“ada apa?” tanyaku langsung
“aku tak bisa tidur. Ambil gitarmu dan temani aku. Palli” suruhnya
“YAAAA…. Apa urusannya denganku? Yang tak bisa tidur kan kau, bukan aku”
“oppa! Kata eomma-mu kalau aku butuh apa-apa, aku tak boleh sungkan-sungkan meminta tolong padamu. Katanya kau juga harus menjagaku dengan baik. Sudah lupa?”


“tch…” kenapa dia selalu memakai alasan itu? Aku jadi tak bisa membantah. Akhirnya, dengan langkah berat, aku kembali masuk kedalam flatku. Ya.. sesuai permintaannya, mengambil gitar dan menemaninya diluar.


Author POV


So Eun tersenyum lebar saat Jong Woon berbalik mengambil gitarnya. Ia bertepuk tangan pelan, sekedar merayakan keberhasilannya sendiri. Tentu saja ini bukan pertama kalinya, jika sedang bosan ia pasti akan mengetuk pintu flat disampingnya dan mengeluarkan berjuta alasan untuk membuat sang pemilik flat keluar lantas menemaninya.


So Eun mengambil posisi duduk dengan kaki bersila diatas tembok pembatas antara flatnya dan flat Jong Woon. Mulutnya tak berhenti menyenandungkan potongan lagu yang saat ini sedang berkeliaran bebas dikepalanya. Ya.. setidaknya itu cukup berguna untuk membunuh rasa bosannya menunggu Jong Woon.


Tak lama kemudian, namja itu datang dengan sebuah gitar ditangannya. Ia duduk dilantai dengan posisi lurus menghadap So Eun.


“hmmm…… sekarang nyanyikan lagu!”
“kau mau lagu apa?”
“lagu biasa saja!” Jong Woon mengangguk lalu mulai memetik senar gitarnya.


I love you, my love
I’ll give you everything, oh my love
I’ll light you up brighter than that star in the sky


You’re so amazing, you’re perfect in every way
A bouquet of roses that no one else can compare to
You’re more beautiful than a flower, your scent is better than a lilac
As you pass by me and your hair flutters in the wind, it smells so nice
Won’t you slowly come closer to me? Melt my heart


So Eun menatap lurus kedepan sambil ikut bernyanyi


I love you, my love
I’ll give you everything, oh my love
I’ll light you up brighter than that star in the sky
You’re prettier than a bouquet of flowers, you’re dazzling
I love her more than flowers


Look here, don’t look anywhere else
Don’t look at anything but me
Won’t you come just a little bit quicker? My heart is on fire


Jong Woon POV


“kau tidak bosan? Setiap kali aku memegang gitar kau selalu memintaku menyanyikan lagu ini”
“aku menyukainya bahkan aku masih tak percaya jika lagu ini buatanmu”
“apa yang membuatmu tak percaya?”
“liriknya. ‘aku mencintaimu, cintaku. Aku akan memberikan segalanya untukmu, oh cintaku’ aku tak tau kau punya pemikiran semanis itu”


“aku memang jenis namja yang manis”
“ah.. lupakan! Tidak sama sekali” sergah gadis itu membuatku terkekeh.
“darimana kau mendapat inspirasi seperti itu? Oh.. stop! Jangan dijawab! Biar kutebak, pasti saat sedang membuat lagu ini kau tak berhenti memikirkanku kan? ‘aku akan menerangimu hingga lebih terang dari bintang di langit. Kamu sangat menakjubkan, kamu lebih sempurna dari apapun’ itu benar-benar sesuai dengan karakterku” lanjut gadis itu penuh percaya diri.


“ah.. Jong Woon oppa! Kupastikan jika suatu saat nanti kau terkenal dan menjadi penyanyi, aku akan menjadi orang pertama yang mengidolakanmu”


“baiklah! Kupegang janjimu” jawabku sambil meletakkan gitar disampingku.
“kau belum ngantuk?” Tanyaku sambil mendongak menatapnya. Ia balas menatapku lalu menggeleng cepat.
“belum. Temani aku mengobrol saja!”
“mau bicara tentang apa?”
“bagaimana kalau Hana saja?” aku mengernyit. “Hana?”
“jangan terlalu dekat dengannya. Aku tak suka”
“memangnya kenapa?”
“Sepertinya dia menyukaimu! Aku tak mau kau terlalu dekat dengannya”
“tapi aku tak menyukainya, So Eun~a. Lagipula memangnya kenapa jika aku dekat dengannya?”
“sudah kubilang aku tak suka. Kau itu milikku” serunya dengan bibir mengerucut. Tunggu dulu, dia bilang apa tadi? Aku miliknya?


“aku? Milikmu? Kalau begitu kau juga milikku, begitu?” Tanyaku hati-hati
“anio…… aku milik Kyuhyun oppa”
“bagaimana bisa begitu? Kenapa kau dengan seenaknya mengatakan bahwa aku milikmu? Memangnya sudah ada persetujuan dariku huh?”


“aish…. Sudahlah! Terima saja! Lagipula tak ada ruginya kan?”
“kau merasa memilikiku atas dasar apa?”
“molla………. Yang pasti aku tak suka jika ada yeoja lain yang dekat-dekat denganmu selain aku”
“intinya kau cemburu!”
“kenapa aku harus cemburu pada sahabatku sendiri? Itu tidak masuk akal, Kim Jong Woon”
“Mungkin kau mulai menyukaiku tanpa kau sadari”
“Jangan terlalu banyak berharap”
“Harusnya aku yang mengatakan itu padamu”
“YAK! Obrolan macam apa ini? Sudah, aku mau tidur saja!”
“Katanya tadi belum ngantuk”
“tadi belum, sekarang sudah” elaknya sambil beranjak dari posisinya.
“hmm…. Satu lagi, lagumu itu terlalu pendek! Tambahkan lagi liriknya kalau mau kubilang bagus. Ara?” serunya dan BRAAKK….. ia membanting pintu flatnya sehingga menimbulkan debuman keras. Ya.. bagus sekali. Dia yang memaksaku keluar dan sekarang dia juga yang meninggalkanku.


August 24th 2012
00:52 KST
Jong Woon’s flat


“Saengil Chukhahae Jong Woon oppa” Aku terlonjak di tempat tidur saat dengan tiba-tiba seorang yeoja berteriak tepat didepan wajahku. Merusak mimpi indahku begitu saja. Aku membuka mata dengan cepat dan mengerang didetik berikutnya, “aigoo…. Kim So Eun!!!!!" ya.. tanpa harus menjadi orang jeniuspun, aku sudah tahu yang barusan berteriak itu dia. Gelagat tidak baik sudah ia tunjukkan dari kemarin, dengan hebohnya ia meminjam kunci flatku. Benar-benar tidak professional.


“ini hari ulang tahunmu, oppa! Palli ireona! Kajja! Kita rayakan! Aku bawa kue!! Palli! Palli” desaknya sambil menarik lenganku dengan sekuat tenaga. “Ah… bisa tidak tunggu sampai besok pagi saja?”


“ANIO! KAU MAU KUBAKAR?????” mataku langsung terbuka lebar mendengar bentakannya. Sejak kapan gadis ini punya niatan untuk membakarku? “kau sadis sekali!” ujarku sambil menyibak selimut yang membelit tubuhku lalu menatap yeoja itu frustasi.


“Hei… apa tidak ada cara lain untuk merayakan ulang tahunku? Kenapa selalu membangunkanku ditengah malam dengan cara yang seperti ini? Kau kira diteriaki tepat didepan wajah itu menyenangkan? Tidak bisa dengan cara yang lebih manis hmm? Jantungku nyaris lompat, tau tidak? Kau kira suaramu bagus? Suaramu itu cempreng, jauh dari kata bagus.” keluhku


“lebih manis ya?” ulangnya sambil tersenyum. Aku mengangguk tanpa memperhatikannya, mataku masih belum bisa terbuka sepenuhnya. Ini tengah malam, dan aku ngantuk. Persetan dengan hari ulang tahun.


“Oh.. Keurae! Baiklah, ulang! Kali ini aku akan menggunakan cara yang manis! Cepat ambil posisi tidur” Ujarnya sambil mendorong tubuhku kasar sampai tertelungkup kembali di kasur. Aku menurut saja, tanpa protes aku kembali masuk kedalam selimut dan mengambil posisi ternyaman. Siapa tau gadis itu tiba-tiba amnesia dan tak jadi membangunkanku? Kemungkinan selalu ada kan?


Namun diluar dugaan, sebuah bantal mendarat sempurna dikepalaku. Aku baru saja ingin menoleh dan hendak berteriak tak terima tapi belum sempat aku membuka mulut, ia kembali memukulku dengan seperangkat alat tidur seperti bantal dan guling secara bertubi-tubi. Aku berteriak menyuruhnya berhenti, tapi ia terlihat tak perduli dan malah tertawa puas. Baiklah, kesabaran itu ada batasnya. So, It’s War.


“YAK! AWAS KAU!” Aku berteriak sambil melemparkan bantal terdekat kearahnya. Tapi sial. Gadis itu sepertinya punya hubungan darah dengan belut, KENAPA DARITADI AKU TAK BERHASIL MENGENAINYA?


“KAU! KENAPA LINCAH SEKALI HUH?”
“bukan akunya yang lincah oppa”
“lalu?”
“kau saja yang bodoh” Jawabnya enteng, Aish…. Gadis ini! Senang sekali membuatku naik darah.
“mau dilanjut tidak?” Tawarnya sambil mengambil guling yang tergeletak di bawah kakinya. Aku mengambil bantal kecil yang tergeletak dikursi sebagai jawaban. Baiklah! Setidaknya aku harus berhasil membuat satu saja benda empuk ini mendarat dikepalanya. Masa ia aku kalah? Di hari ulang tahunku? Ah.. tidak! Terima kasih.


“hana dul………” BRAAAKK
“YAKKK! KIM SO EUN! AKU BELUM SELESAI MENGHITUNG! BABOYA!”
“APA KAU BILANG? BABOYA?” Pekiknya tidak terima sambil mengambil ancang-ancang untuk mengangkat kursi kayu disampingnya. Ya.. Bagus! Hancurkan saja flatku sekalian.


“ah ye.. ye… sekarang dimana kueku?” Ucapku mulai mengganti topik. Memang inilah yang harus kulakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah di flatku.


“ish.. benar juga! Ayo!” Serunya sambil menarik lenganku menuju meja. Kami duduk berhadapan didepan sebuah meja kecil, tempat dimana gadis itu meletakkan kuenya. Ia mengeluarkan lilin berbentuk angka 2 dan 8 dari paper bag disamping kue itu.


“tahun ini kau sudah 29 tahun umur Korea kan? Beruntunglah aku membeli yang 28, setidaknya 1 tahun lebih muda. Kau pasti bahagia sekali ya.. ”


“aku memang 28 tahun. Kita pakai ketentuan internasional saja!”
“Ya… mungkin sekarang aku harus mulai mempertimbangkan panti jompo untuk menampungmu”
“Aigoo…. Setua apa aku dimatamu?”
“lebih tua dari yang kau pikirkan. Bahkan aku sudah punya niatan untuk memanggilmu ahjussi atau bahkan harabeoji?”


“Cish…. Diam kau!” Seruku kesal. Gadis itu hanya tersenyum namun tak terlihat bersalah sama sekali. Ia sibuk meletakkan lilin ulang tahunku di atas kue tart yang terlihat menggoda. Tunggu, darimana dia mendapatkan kue itu?


“oppa! Matikan lampunya sana!” ucapnya tanpa mengangkat kepala sama sekali. Terlihat begitu serius. Aigooo….. dia hanya harus menaruh lilin diatas kue!! Kenapa sikapnya seolah sedang mengerjakan ujian kelulusan?


Tanpa banyak protes, aku segera berjalan untuk mematikan lampu.


“ng.. sekalian ambilkan korek api ya..” Ucapnya lagi, dan lagi-lagi aku menurut begitu saja. Kerasukan apa aku malam ini?


Aku berjalan perlahan kearahnya dan menyodorkan korek api itu tepat dimukanya.


“Cepat nyalahkan!” Suruhnya. Tak ada kalimat penolakan, aku hanya menarik nafas penuh rasa sabar menanggapinya dan langsung menyalakan api, sesuai dengan perintahnya.


Kini kami duduk berhadapan dengan meja kecil ditengah-tengah kami, di atas meja kecil itu terdapat kue tart yang sudah dipasangi lilin yang menyala. Tak ada cahaya lain, hanya dari lilin dan sinar bulan yang menelusup lewat jendela. Suasana malam ini benar-benar hening.


“Oppa, make a wish” ucapnya sambil tersenyum. Aku memejamkan mataku sebentar dan bergumam dalam hati, lalu sesaat kemudian membuka kembali mataku dan meniup lilinnya. Menyisakan sekelebat asap dari lilin yang baru saja mati. Sekarang, hanya cahaya bulan saja yang menjadi penerang. Sebenarnya bisa saja aku kembali menyalakan lampu ruangan, tapi aku takkan beranjak dulu, setidaknya sebelum gadis bawel didepanku mengomel, seperti ini saja lebih tenang. Lagipula kurasa ini tidak terlalu gelap, aku masih bisa melihat garis wajah yeoja didepanku dengan jelas.


“kau meminta apa?” sudah kuduga, pasti gadis ini penasaran dengan harapan ulang tahunku.
“haruskah aku memberitaumu?”
“tck…”
“hahaha….. baiklah, kuberitahu” ujarku saat melihatnya merengut. “aku berharap…….. semoga orang yang kucintai bisa menatapku sesekali. Bisa benar-benar menganggapku sesekali. Aku harap, gadis yang kucintai bisa memberiku sedikit kesempatan untuk mengatakan padanya bahwa aku mencintainya. Itu saja. Sederhana bukan?”


“kau sedang jatuh cinta?” tanya gadis didepanku dengan tatapan tak fokus.
“begitulah..”
“jinjja yo? Kenapa tak pernah memberitauku sebelumnya? Aigoo sahabat macam apa kau?” dia menatapku kesal lalu menarik nafas ringan “tapi, ng…. apapun yang kau lakukan, aku selalu mendukungmu. Berusahalah untuk mendapatkannya, oppa! Kau harus mendapatkan gadis itu” Ujar So Eun menyemangati, tapi aku bisa melihat sesuatu yang lain dari sini. Ia berucap dengan semangat dan senyum yang cerah tapi bola matanya bergetar, penuh ketakutan. Apa dia takut aku akan meninggalkannya?


“sepertinya sulit. Gadis ini tak menyukaiku. Dia tergila-gila pada namja lain” responku sambil menghembuskan nafas putus asa.


“kalau begitu kau harus berusaha”
“aku sudah berusaha”
“usaha lebih keras lagi”
“Ng… arasseo” anggukku
“jangan lupa kenalkan padaku, ya!” ucapnya lemah
“pasti” aku tersenyum kecil. Senyuman tertahan.
“Tapi, kalau kau sudah mendapatkannya. Jangan melupakanku ya… ah ralat. Maksudku jangan meninggalkanku. Kau harus selalu menemaniku” Ucapnya sambil tersenyum simpul.


“aku takkan pernah meninggalkanmu”
“janji?”
“janji” aku langsung mengangguk pasti. Meyakinkannya. Ia tersenyum lalu menarik nafas lega, seolah beban dipundaknya baru saja terangkat.


“Lebih baik kita makan kuenya” Seru gadis itu sambil mengeluarkan pisau bening.
“ah.. ide bagus! Sini aku yang potong”
“anio! Aku saja yang potong”
“aku yang ulang tahun jadi aku yang harus potong”
“aniya!!! Aku mau potong kue”
“ish… terserahlah” dengan riang, yeoja itu memotong kue dengan ukuran sesuka hatinya, mungkin sudah keahliannya untuk berbuat tidak adil. Lihat hasil potongannya, satu besar dan satu kecil, aku berani bertaruh kue yang kecil itu akan ia berikan padaku. Ok! See…. Lihat piring kueku sekarang.


“kau sedang memberi makan semut?”
“mana ada semut diberi makan? Namja bodoh” gumamnya sebelum melahap kue dengan porsi 3 kali lipat dari punyaku itu dengan semangat.


“ah.. baiklah! Ini dan semua ini, menjadi hak milikku” Ucapku sambil menunjuk tart besar yang sebagian sudah terpotong itu. Aku yakin sebentar lagi dia akan berteriak tak terima, namun diluar dugaan, yeoja didepanku malah mengangguk tanpa rasa dendam lalu kembali menyendok kue dipiringnya.


“kau sedang sakit?” tanyaku kaget
“anio”
“lalu? Kenapa tak mendebatku?”
“oh.. kau mau didebat?”
“bukan begitu. Hanya saja, ini benar-benar aneh. Apa angin malam membuat otakmu bergeser?”
“bisa berhenti membuat emosiku naik?”
“jadi kue ini benar-benar untukku?”
“memangnya aku beli untuk siapa lagi?”
“jinjja yo?” seruku tak percaya sementara gadis itu hanya mengangguk tanpa ekspresi.
“Geunde, darimana  kau mendapat uang untuk membeli tart ini? Sepertinya ini cukup mahal”
“uhukk..” So Eun langsung tersedak lalu terbatuk-batuk beberapa saat. Dia segera mengambil segelas air dan meminumnya cepat-cepat.


“hei…. kenapa kau? Makannya pelan-pelan saja!”
“hmm…. Oppa! Janji ya tak akan marah” ucapnya pelan. Ah.. Baiklah, sesuatu yang menyebalkan pasti sebentar lagi akan keluar dari mulutnya. Belum apa-apa rahangku sudah merapat dan jantungku berdetak di luar kendali, lihatlah! Belum bicara saja rasanya aku sudah ingin menelan yeoja ini hidup-hidup.


“ne.. katakanlah”
“janji tak akan marah?”
“hmm”
“ng… begini, kau ingat kan kemarin aku kalah taruhan denganmu?”
“ye.. lalu?”
“kau menyuruhku mencuci semua pakaianmu kan?”
“bicaralah lebih cepat!” geramku
“saat aku mengambil jeansmu, aku menemukan benda berwarna cokelat yang bisa ditekuk” ucap gadis itu sambil memperagakan gaya menekuk dan pada detik itu, aku langsung tau apa yang ia maksud.


“dompet?” tekanku, membuat gadis itu langsung diam sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Jinjja! Pantas saja kau berbaik hati memberikan kue ini untukku! Ternyata kau membelinya dengan uangku! Aishhh!”


“Mian. Mian. Mian. Mian. Mian” mulut yeoja itu tak berhenti mengucapkan kata maaf dengan mata yang terpejam dan tangan yang dikaitkan satu sama lain. Seolah takut sebentar lagi aku akan meledak.


“sudahlah! Acara ulang tahunnya selesai”
“eh? Jeongmal? Kau tak punya niat untuk memarahiku?” ucapnya terkejut
“anio. Aku sedang tidak mood marah-marah.oh ia… chakkaman! Dimana hadiahku?”
“memangnya tart itu tak termasuk hadiah”
“anio. Tart ini dibeli dengan uangku, mana bisa disebut hadiah?” yeoja itu merengut lalu memasang ekspresi berpikir selama beberapa saat “hei…. kedatanganku disini juga bisa dikategorikan sebagai hadiah” serunya


“yang benar saja? Bahkan kalau bisa memilih, aku lebih ingin menukarkanmu dengan sekarung beras”
“eomeo. Jahat sekali kau!!”
“sudahlah! Hentikan omong kosong ini! Intinya, kau benar-benar tak membawakanku hadiah?” ucapku kecewa.


“mian”
“ah.. Jinjja! Lebih baik kembali ke flatmu sana! Ini sudah nyaris pagi” ucapku kesal.
“ne” ia hendak berdiri namun…………..


So Eun POV


“ah.. Jinjja! Lebih baik kembali ke flatmu sana! Ini sudah nyaris pagi” ucapnya dengan nada kesal. Memang sih, kalau dipikir-pikir aku keterlaluan juga. Mengganggunya tengah malam, meneriakinya hingga bangun, melemparinya dengan bantal, memberantaki flatnya, membeli kue ulang tahunnya dengan uangnya sendiri, benar-benar sahabat yang tak tau diri.


“ne” Ucapku pelan sambil bergerak seolah-olah akan berdiri, padahal………….


Author POV


Namja itu diam, tak bergeming sama sekali saat ia merasakan bibir gadis itu menyentuh pipinya. So Eun dengan tiba-tiba, memajukan wajahnya melewati meja lalu mencium pipi pria itu beberapa saat. Setelah itu, tanpa bicara ia segera bangkit berdiri dan melesat menuju pintu keluar.


“saengil chukhahae oppa. Anggap saja……….. yang barusan itu hadiahmu” ucap gadis itu cepat lalu menghilang di balik pintu. Namun beberapa detik kemudian, Jong Woon kembali harus menahan nafas karena dengan tiba-tiba wajah gadis itu kembali menyembul dibalik pintu flatnya yang terbuka. “ng.. apa ada yang pernah mengatakan kalau kau tampan saat sedang kesal? Neomu kwiyeopta” ujar gadis itu sambil tersenyum salah tingkah dan dengan sekali gerakan, ia menarik pintu flat namja itu sampai tertutup lalu benar-benar menghilang.


Jong Woon masih terdiam, menatap kosong ke arah pintu yang baru saja tertutup. Pelan-pelan ia menggerakkan tangannya, menyentuh pipinya masih dengan ekspresi tak percaya. Bahkan ia masih bisa merasakan rasa hangat disana.


………………………………………………………


Saturday, August 25th
21:35 KST
So Eun POV


KREKK. Setelah berhasil mengunci pintu, aku memasukkan kunci flatku ke dalam tas sambil berbalik.


“kau Kim So Eun kan?” Langkahku langsung terhenti lalu refleks mendongak. Dan di detik itu juga, moodku langsung jatuh ke level paling bawah “ne.. ada perlu  apa?” tanyaku langsung, jelas dengan nada tak suka. Kalian tau siapa yeoja yang berada dihadapanku sekarang? Perlukah aku menyebutkan namanya? Tck… baiklah. Gadis ini, Hana.


“Aigoo…. Sinis sekali” Yeoja itu tersenyum sambil memutar bola matanya.
“bisa cepat sedikit? Aku harus pergi kerja” gadis itu tertawa kecil setelah mendengar ucapan tak suka yang kulontarkan lalu mengalihkan matanya, menatapku, tatapannya saat melihatku mungkin akan terlihat sama saat ia sedang menatap sampah. Kalian tau betapa menyebalkannya itu? Rasanya tanganku sudah gatal ingin menamparnya. “sebenarnya aku juga tak ada urusan denganmu. Yesung oppa mana?”


Aigoo……. Yesung oppa? Jong Woon pabo! Apa dia tak mengatakan pada gadis ini untuk berhenti memanggilnya dengan sebutan itu? Hanya aku yang boleh memanggilnya begitu. YAK!!!!


“Oh.. maksudmu Jong Woon? Namja jelek itu?”
“namja jelek? Kau buta?” serunya tak terima. YAA!!! Terserah aku mau mengatakan namja itu seperti apa, dia milikku. Tanganku sudah mengepal disamping badan, benar-benar sudah siap untuk memberikan hadiah istimewa untuknya.


“dia mengambil shift malam, jadi belum pulang” jawabku ketus
“ah.. sayang sekali. Padahal aku ingin mengajaknya makan malam, yah… hitung-hitung perayaan ulang tahun lah”


“ulang tahunnya itu kemarin. Kau terlambat”
“aku tau. Apa bedanya sekarang dan kemarin?”
“tentu saja berbeda. Kami berdua sudah merayakannya tepat tengah malam. Kau tak akan bisa membayangkan betapa jeleknya dia saat bangun tidur. Hahaha” ucapku heboh, mendadak teringat wajah ngantuk Jong Woon oppa yang tak tertolong itu.


“kau masuk ke flatnya pada tengah malam?” serunya sebal.
“keoreom! Memangnya kenapa? Hubungan kami berdua bahkan lebih dekat daripada orang pacaran” Ucapku sambil bersedekap. Aigoo…. Ini pertama kalinya aku merasa sangat bangga bisa sebegitu dekat dengan namja itu.


“kau sedang berusaha memanas-manasiku?”
“Eomeo! Memanas-manasi? Di malam sedingin ini, kau merasa kepanasan huh?” Ujarku ceria. “sepertinya aku harus pergi sekarang. Annyeong” aku segera beranjak meninggalkannya sambil tertawa bahagia. Ya Tuhan, menyenangkan sekali melihat wajah gadis itu tertekuk berlapis-lapis hanya karena Jong Woon oppa.


“So Eun~a” senyum diwajahku langsung menghilang begitu mendengar ia meneriaki namaku. Aku segera menoleh dan menatapnya tajam “YAA!!! BERAPA UMURMU?” teriakku, namun ia hanya mengedikan bahunya tak perduli lalu berjalan mendekat ke arahku dan berhenti tepat didepanku.


“ini pertemuan pertama kita kan? Senang bertemu denganmu” Ucapnya sambil tersenyum, senyuman licik. Menjijikan.


“pertama dan terakhir. Kuharap kita tak bertemu lagi dan jujur saja, sedikitpun aku tak merasa senang bertemu denganmu” ucapku sejujur-jujurnya. “selamat malam, Hana-ssi” ujarku sengit lalu segera pergi dari tempat yang mendadak mengeluarkan hawa panas itu.


…………………………………………………..


22:59 KST
Jong Woon POV


Fiuh~ aku bersumpah takkan mau lagi mengambil shift malam. Ternyata bekerja di malam hari jauh lebih melelahkan. Belum lagi malam ini, kafe tempatku bekerja dibooking untuk acara kantor dan tentunya itu semua semakin membuatku kerepotan. Semua orang memanggil ‘pelayan’ sambil mengacungkan tangannya, padahal jelas-jelas aku sedang sibuk. Bisa tidak mereka langsung melayani diri sendiri saja? Kalau perlu duduk diam saja tak usah pesan.


Aku berjalan pelan menuju flat  yang sudah terlihat jelas, namun tanpa terduga butiran-butiran air terjatuh dari langit. Hujan. Aku segera menutupi kepalaku dengan tangan lalu berlari menuju flat.


Setelah sampai di depan flat, tanpa membuang waktu aku segera merogoh saku jeansku dengan sedikit terengah-engah. Mengambil kunci flat. Namun gerakan tanganku terhenti begitu teringat sesuatu.


Author POV


Gerakan tangan Jong Woon terhenti seketika, dengan cepat namja itu menoleh ke samping dan meringis saat melihat payung berwarna cokelat polos masih bersandar rapi di sudut tembok flat disampingnya, flat So Eun. “gadis itu! Jinjja!” geram Jong Woon sambil buru-buru meraih payung itu dan segera melesat pergi.


…………………………….


So Eun POV


Sial. Gara-gara gadis menyebalkan itu, aku jadi lupa membawa payung. Padahal aku sudah meletakkannya di luar supaya tidak lupa. Aish…. Bagaimana caranya aku pulang kalau begini? Ya Tuhan, Kenapa hujannya turun deras sekali? Dan sepertinya belum ada tanda-tanda akan berhenti. Lalu bagaimana denganku? Masa ia aku menunggu sampai hujannya reda? Bagaimana kalau hujannya tak reda-reda? Jadi aku menginap disini, begitu? Mana mungkin? Tapi aku juga tak mau mengambil resiko menerobos hujan sederas ini.


Dan sekarang disinilah aku, di sebuah halte bus, seorang diri menunggu hujan reda. Tanpa satu orangpun yang menemani.  Menyedihkan.


Author POV

                                              
Jong Woon berjalan cepat menuju halte, ya.. dia yakin 100% So Eun sudah keluar dari kafe tempatnya bekerja, menaiki bus lalu turun di halte dan  kemudian bingung sendiri bagaimana bisa berjalan ke flat di tengah hujan selebat ini. Gadis bodoh. Namja itu sudah menyuruhnya membawa payung tadi. Kenapa gadis itu senang sekali membuatnya khawatir?


Langkahnya langsung terhenti begitu sampai di halte. Ada raut lega di wajahnya saat melihat yeoja yang ia khawatirkan ternyata sedang tertidur dideretan kursi kosong, sendirian dengan kepala yang ia sandarkan di tiang penyangga.


Namja itu mendekat, kembali tersenyum saat melihat wajah tak berdosa gadis itu. Tak berdosa? Bahkan dia sangsi dengan pikirannya sendiri. Mungkin gadis tak tau diri terasa lebih tepat. Ya.. Kim So Eun, gadis tak tau diri yang selalu membuatnya khawatir. Namja itu mendekatkan wajahnya ke wajah yeoja didepannya, menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan sekarang. Meneriakinya seperti yang biasa gadis itu lakukan padanya, menyentil dahinya atau malah membalas ciumannya yang kemarin. Sepertinya pilihan terakhir terdengar menyenangkan.


So Eun POV


TAAKK “aaawww” aku memekik dan langsung mengelus dahiku yang memanas. Aigoo……. Siapa yang berani menganiaya gadis sepertiku? Aku membuka mataku, sudah berniat dalam hati ingin membunuh siapa saja yang sudah menyerang gadis tak berdosa yang sedang terlelap ini, namun yang terjadi malah aku langsung terpaku layaknya anak idiot didetik pertama aku membuka mata. Jong Woon oppa. Aigoo……. Rasanya seperti ribuan malaikat sedang berpihak padaku sekarang. Jong Woon oppa, demi Tuhan aku bahagia sekali melihatmu sekarang.


“kau itu bodoh? Sangat bodoh? Benar-benar bodoh? Super duper bodoh atau………..”


Jong Woon POV


“kau itu bodoh? Sangat bodoh? Benar-benar bodoh? Super duper bodoh atau………..”
“KYYAAA………………….. Jong Woon oppaaaaaa!!!!” dia langsung memekik kegirangan lalu melompat kearahku, memelukku, dan menepuk pipiku sesuka hatinya.Ish! Dia pikir tidak sakit? “Ya Tuhan. Kukira aku akan menginap disini semalaman” ujarnya penuh rasa syukur lalu bertepuk tangan heboh.


“heh! Kenapa sulit sekali mendengarkanku huh? Kubilang bawa payung! Kenapa kau malah meninggalkannya?” seruku kesal


“aku lupa” jawabnya enteng
“lupa? Sebegitu kecilnya kah memori otakmu?”
“aku punya alasan sendiri, oppa. Ada seseorang yang membuatku emosi hingga membuatku lupa. Sudahlah, ayo pulang sekarang” ujarnya tak suka sambil segera menarik lenganku.


………………………….


Saat ini, kami sedang ditengah perjalanan menuju flat, ya.. tentu saja ditemani dengan hujan deras yang tak kunjung berhenti. “fuuuu….. tck… Chuwo (dinginnya)” gumam gadis di sebelahku. Ia tak henti menggosokkan kedua tangan sambil meniupnya sesekali.


“Sini tanganmu” ucapku sambil mengulurkan tangan kiriku ke arahnya.


Author POV


“sini tanganmu” Ucap Jong Woon sambil mengulurkan sebelah tangannya yang bebas pada So Eun.
“ne?” So Eun menoleh
“kemarikan tanganmu” Ucap namja itu lagi. So Eun melirik Jong Woon bingung lalu dengan pasrah membiarkan tangannya masuk kedalam genggaman tangan pria itu.


“coba bayangkan apapun yang mungkin bisa membuatmu hangat” Ucap Jong Woon sambil menggenggam tangan yeoja disampingnya erat.


“hum?”
“bayangkan saja!”
“eum… OK!”


selama beberapa saat mereka terdiam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Yang terdengar hanya suara air hujan yang jatuh bebas dari langit lalu menghantam jalanan beraspal disekeliling mereka, juga suara bising dari air yang jatuh tepat diatas payung yang mereka gunakan, hingga akhirnya mengalir memutar dan jatuh menetes ke tanah. Suara malam yang menyenangkan. Bahkan hujanpun terasa bersahabat saat ini.


“kenapa aku tidak mencintaimu saja ya?” gumam So Eun lirih
“nde?” dengan gerakan cepat, Jong Woon memutar kepalanya menghadap gadis itu.
“kau terlalu mengenalku, bahkan kurasa lebih daripada aku mengenal diriku sendiri. Kau tau apa yang kusuka dan tidak kusuka. Kau juga selalu ada tiap aku membutuhkanmu. Dan masih banyak lagi, Oh.. yang paling penting, kau masih mau bersabar menghadapi tingkahku yang terkadang menyebalkan dan kekanakan. Kenapa aku harus mencintai Kyuhyun oppa dan tidak mencintaimu saja?”


“jadi dari tadi kau diam karena memikirkan itu? Sudah kubilang, pikirkan saja sesuatu yang hangat”
“sebelumnya aku sedang memikirkan api dan entah sejak kapan, aku jadi memikirkanmu. Kalau dipikir-pikir kau baik juga ternyata. Eh.. tapi aku serius. Aku sebal! Kenapa harus Kyuhyun oppa yang aku suka? Kenapa tidak kau saja?”


“kalau begitu kenapa tidak dicoba saja?”
“coba apa?”
“mulai mencintaiku”
“Maldo andwae! (tidak mungkin!)” Seru So Eun. Gadis itu melirik Jong Woon sekilas dan langsung menggeleng sambil tersenyum ringan, “aku sudah menganggapmu sebagai kakak laki-lakiku sendiri. Lagipula walaupun Kyuhyun oppa tak seperhatian kau, tapi aku akan tetap mempertahankan Kyusso couple sampai akhir”


“ne? Kyusso couple? Hahaha……….. Mimpimu terlalu jauh! KyuRi couple sudah tak bisa diganggu gugat” Ucap Jong Woon sambil tersenyum puas.


“tch… aku masih punya kesempatan, tau!” balas So Eun yang langsung mengerucutkan bibirnya.
“kau harus mempertimbangkan Jong-Eun couple sesekali! Itu terdengar sempurna” goda Jong Woon sambil menyenggol lengan gadis disampingnya.


“Aigoo……. Jong-Eun? Jong Woon, So Eun begitu? Aniya! Aku tak mau! Aku mau yang lebih tampan darimu”


“cish…. Kurasa wajahku dan Kyuhyun tak beda jauh. Malah sepertinya aku berada satu tingkat diatasnya dalam hal ketampanan.”


“Oh.. Berhentilah. Kau membuatku mual” seru So Eun. Gadis itu langsung berpura-pura menutup mulutnya dengan sebelah tangan sambil sedikit menunduk. Benar-benar niat untuk membuat namja disampingnya naik darah.


“YAK!!! Berlebihan” desis Jong Woon sambil merengut. Ia sudah berniat melayangkan jitakan keras ke kepala yeoja itu, tapi kali ini ia tak bisa. Tangan kanannya sedang memegangi payung dan sebelahnya lagi sedang menggenggam tangan So Eun yang terasa terlalu dingin.


“kalau kau tak mau Jong-Eun, kurasa Jong-Na juga menarik” lanjut pria itu dengan nada serius.
“MWO? Maksudmu Na-nya itu Hana? Tck.. aku tak setuju”
“wae? Bukankah Hana itu sangat cantik?” goda Jong Woon sambil memasang senyum lebar
“heh…. Kau itu puluhan tahun lebih tua darinya! Sadarlah!”
“apa maksudmu huh? Puluhan tahun? Berhentilah berkata seolah-olah aku ini sudah sangat tua”
“makanya jangan bicarakan tentang Hana! Aku benar-benar tidak menyukai gadis itu. Aku…..”
“cemburu” selak Jong Woon. Pria itu menoleh kearah So Eun dan langsung tergelak begitu melihat perubahan ekspresinya. “berhenti menggodaku” seru gadis itu kesal.


“aish… Bukankah kau duluan yang menggodaku?” Jong Woon semakin terlihat puas saat gadis disampingnya sama sekali tak bisa berkutik.


“ah.. masa? Memangnya kau merasa tergoda huh? Aku hanya berusaha jujur. Harusnya kau bertanya pada dirimu sendiri, kenapa kau tak semenarik Kyuhyun dan tak bisa memikatku?”


“aish… sudahlah! Lama-lama pembicaraan kita jadi berputar-putar seperti ini. Hei.. Aku mau tanya, Tadi kau bertemu dengan Hana?”


“dari mana kau tau?” tanya So Eun heran
“tadi kau bilang ada seseorang yang membuatmu emosi hingga lupa membawa payung. Siapa lagi yang bisa membuatmu emosi selain Hana?”


“ne.. seratus untukmu” ujar So Eun datar.
“dia bilang apa?”
“entahlah. Aku lupa”


………………………………….


“MWO? Hilang? Yang benar? Coba sini aku yang cari”


So Eun menyerahkan tas tangannya pada Jong Woon sambil meringis. Mereka baru saja sampai dan langsung disapa oleh masalah. Saat ini keduanya sedang berdiri dengan wajah panik tepat didepan flat So Eun.


“coba diingat-ingat lagi. Tadi setelah kau mengunci pintu flat, kuncinya kau taruh mana?” tanya Jong Woon. Pria itu sedang sibuk mengaduk-aduk isi tas So Eun, sementara gadis itu sendiri malah berjongkok frustasi didepan flatnya.


“aku yakin sudah menaruhnya didalam tas” rengek So Eun
“Aigoo….. Kau ceroboh sekali. Tidak ada didalam tas. Mungkin jatuh” ucap Jong Woon sambil mengembalikan tas tangan itu pada yang punya. “oppa, mau temani aku kembali ke kafe tidak?” pria itu dengan cepat menggeleng, “ditengah hujan seperti ini? Tidak terima kasih. Lebih baik kau minta kunci cadangannya pada Hye Seo Ahjumma”


“itu masalahnya. Dia sedang tidak di rumah sekarang. Tadi pagi ia pergi ke luar kota dan baru akan kembali besok”


“sial. Lalu apa kabarnya kau malam ini?”
“makanya antar aku ke kafe. Aku akan mencoba mencarinya disana”
“kemungkinan kita menemukannya sangat tipis, So Eun~a.”
“lalu malam ini aku tidur dimana?”
“ya.. tidur disini saja! Kupinjamkan selimut, mau tidak?”
“Aigoo……… Jahat sekali kau! Awas!” dengan gerakan cepat, So Eun berdiri lalu mendorong tubuh Jong Woon agar menyingkir dari hadapannya dan tanpa permisi memasuki flat namja itu dengan sukacita.


“Yayayayaya…….. siapa yang mengizinkanmu masuk?” seru Jong Woon sambil melangkah mendekati gadis yang sudah duduk ditengah-tengah flatnya itu.


“lalu aku tidur dimana kalau bukan disini?” ujar So Eun santai
“flat kita itu adalah kamar berjenis one-room, jadi tempat tidur, dapur, ruang tamu itu hanya ada dalam satu ruangan tanpa sekat pembatas. Dan yang terpenting, hanya ada satu tempat tidur disini. Kau mau tidur dimana?”


“aku cukup tau diri. Aku tak akan merengek meminta bantuanmu dalam hal apapun. Aku juga akan tidur dilantai, kalau perlu aku bisa tidur dilemari atau di kamar mandi. Terserah yang penting malam ini aku bisa tidur”


“terserah kau saja!” Jong Woon berbalik lalu mengunci pintu flatnya dari dalam. Ia menggantungkan kunci itu dipaku yang terletak disamping pintu masuk lalu berlalu ke lemari pakaian.


“oppa, punya makanan tidak?”
“ada ramyun sepertinya, tapi tidak ada mangkuk sama sekali. Tadi dipinjam oleh sejun ahjussi, katanya ada acara makan-makan keluarga dan lihat, bahkan orang yang seluruh mangkuknya dipinjam tidak diundang.”


“kan acara makan-makan keluarga dan jelas kau bukan keluarganya” respon So Eun sambil beranjak dari posisinya.


“aku mau mandi” ucap Jong Woon sambil membuka jaketnya. So Eun yang sedang mencari panci untuk memasak ramyun pun menoleh. “lalu apa urusannya denganku?” gumam gadis itu heran.


…………………………………………………………………………


Jong Woon POV


Baru saja keluar dari kamar mandi, bau ramyun sudah langsung menggoda. Sambil mengeringkan rambut,  aku mendekat ke meja kecil ditengah flat dan duduk bersila didepannya. Tak lama, So Eun datang sambil membawa panci berisi ramyun lalu meletakkannya diatas meja.


“Sejun ahjussi itu meminjam atau merampok?” tanya So Eun sambil kembali lagi ke konter dapur
“memangnya benar-benar tak ada mangkuk lagi?”
“eobseo. Bahkan piring-piring kecilpun tak ada.” Seru So Eun sambil berjongkok didepan lemari. Ia mengambil dua pasang sumpit lalu meletakkannya kembali diatas meja.


“coba cari dilemari yang atas” Suruhku . Ia menghela nafas sebal lalu menuruti perintahku. Ia berjinjit sambil membuka lemari kayu dibagian atas, “eh? Ada. Tapi cuma satu” serunya sambil mengacungkan sebuah mangkuk putih kearahku.


“pakailah!” balasku sambil membuka tutup panci didepanku dan memperhatikan uap panas yang keluar dari sana.


“lalu kau pakai apa?” tanya So Eun sambil mengambil posisi duduk berhadapan denganku, tepat didepan panci berisi ramyun yang sangat menggoda. Aku mengacungkan tutup panci ditanganku sebagai jawaban, lalu kami mengambil sumpit masing-masing dan mulai memakan makan malam sederhana kami.


…………………………………………………….


So Eun POV


“YAA…. OPPA! Kalau kau menyentuh saklarnya, kubunuh kau!”
“Aigoo…… aku tak bisa tidur kalau lampunya menyala” sungut namja itu sambil berdiri dengan tangan yang mengulur didepan saklar lampu. Aish…. Namja jelek itu! Jinjja!


Saat ini, aku sedang berdiri diatas tempat tidur dengan bantal yang sengaja kuangkat tinggi-tinggi, bersiap-siap untuk melemparnya apabila namja menyebalkan itu benar-benar mematikan lampu. Aku menatapnya dengan tatapan tersadis yang bisa kuberikan namun namja itu tak terlihat gentar, beberapa kali ia bahkan menekan saklarnya hingga lampu itu mati lalu dinyalakan lagi didetik berikutnya. Mencoba mempermainkanku. Ish! Jinjja! Jinjja! Jinjja!


“kalau kau matikan lampunya aku berjanji akan mencekikmu sampai mati”
“heh… kenapa akhir-akhir ini kau senang sekali mengancam membunuhku? Kau benar-benar sudah sakit jiwa!”


“Jangan mencoba mengalihkan pembicaraan. Caramu melakukannya sangat payah” Ucapku sambil menggeleng prihatin lalu dengan cepat kembali menatapnya sadis, “dan kau! Menjauhlah dari saklar atau habislah nyawamu”


“gila. Dalam waktu kurang dari 5 menit kau sudah mengancam membunuhku sebanyak 3 kali. Kau benar-benar keren”


“Diam kau! Sekarang menjauh dari saklar” suruhku sambil mengibas-ngibaskan tangan, gaya mengusir.
“ah.. baiklah! Aku kalah dan kau menang, seperti biasanya! Kapan kau bisa mengalah padaku huh?” ujarnya sambil melangkah mendekat kearahku yang langsung tersenyum lega. Ia mengambil selimut didalam lemari lalu melemparnya kearahku. “gomawo” ucapku semanis mungkin dan balasan yang kuterima adalah dengusan tak suka lengkap dengan ekspresi meledek yang entah sejak kapan ia miliki. Semakin menyebalkan saja dia.


Aku masih duduk diatas tempat tidur dengan mata yang melirik kearah Jong Woon oppa yang sedang menata selimutnya sedemikian rupa diatas lantai. YUP! Dia tidur lantai dengan senang hati, maksudku dengan senang hati adalah TANPA PAKSAAN. Sekali lagi kutekankan TANPA PAKSAAN. Padahal aku tak meminta tidur diatas tapi tadi ia menyuruhku tidur ditempat tidur saja. Katanya lantainya dingin dan aku bisa mati beku. Mana mungkin? Berlebihan.


Aku membaringkan tubuhku dan menatap lurus pada langit-langit kamar yang terang benderang. Lalu dengan perlahan, aku menggeser posisiku hingga bisa melihat namja yang sudah membaringkan diri persis dibawah tempat tidur yang saat ini aku pakai. Ia tidur meringkuk dengan posisi wajah yang ia tutupi bantal, terlihat jelas bahwa ia merasa amat terganggu dengan cahaya terang dari lampu itu.


“oppa! Kau kedinginan ya? Lantainya dingin sekali ya?” ucapku khawatir, sementara namja itu sama sekali tak bereaksi.


“haaa…. Aku jadi merasa sangat bersalah denganmu. Ini kan flatmu, seharusnya aku yang tidur dibawah bukan kau”  gerutuku sambil menoleh padanya, pada namja yang masih tak bergeming itu. Masa ia dia sudah tidur?


“Kau belum tidur kan?” tanyaku hati-hati dan kali ini ia menoleh, “bagaimana bisa aku tidur jika kau bicara terus? Diamlah!” serunya sinis, sukses membuatku berdecak.


“jinjja! Aku hanya mengkhawatirkanmu saja! Aku tau lantainya sangat dingin” aku balas berseru, namun dengan cepat Jong Woon oppa menenggelamkan wajahnya dibantal. Seperti aku benar-benar sangat mengganggu saja. Aku kan hanya tak enak hati.


“Ah.. oppa! Aku benar-benar tak tega melihatmu tidur seperti itu. Kau benar-benar terlihat seperti anak terlantar yang sedang tidur dipinggir jalan. Aku benar-benar kasihan” ujarku lagi. Saat ini posisiku adalah membaringkan badan dengan mata yang melirik kearah Jong Woon oppa.


“hei… kalau sangat dingin, ini pakai saja selimutku” ucapku sambil mengacungkan selimut yang tadi ia berikan, namun tentu saja namja itu tak melihat karena ia masih bertahan dengan posisi sebelumnya. Ya Tuhan, ia nafas lewat mana jika hidung dan mulutnya tertutup bantal seperti itu. Dia benar-benar manusia ajaib. “Aniya… aku hanya basa-basi saja. Aku juga kedinginan dan membutuhkan selimut” ujarku meralat ucapan sendiri.


“oppa,…. Sepertinya kau……………..” belum sempat aku menutup mulut, Pria yang tadinya sedang tidur menelungkup dibawah sekarang sudah berada persis disampingku. Ia baru saja meloncat ke tempat tidur dan sukses membuatku syok setengah mati, sekarang ia sedang duduk disampingku dengan tatapan kesal , sedangkan aku masih tak dapat mengontrol ekspresi wajahku dan untuk saat ini hanya mampu balik menatapnya ngeri. Apa yang akan dia lakukan?


“Keobwa! Aku sudah tak kedinginan lagi sekarang. Apa ini bisa membuatmu tutup mulut?” serunya dan dalam sekali gerakan, pria itu sudah berbaring memunggungiku. Oh.. Ya Tuhan! Bisa tidak aku mati sekarang saja? Saat ini aku masih tak bergeming, aku masih melongo dahsyat sambil menatap langit-langit dengan wajah tegang. Sekarang pertanyaannya terjawab dengan mudah, kalimat terakhirnya adalah ‘Apa ini bisa membuatmu tutup mulut?’ dan jawabannya adalah YA. Bahkan aku masih menahan nafas sekarang.Ini gila. Mungkin beberapa detik lagi aku akan mati. Ya Tuhan, KIM JONG WOON PABO.


………………………………………………………………………………………………



13:13 KST
Coffee Shop
Author POV





“Kyuhyun oppa, aku membawakan ini untukmu” Ucap So Eun sambil menyodorkan tempat makan.
“untukku? apa ini?” tanya Kyuhyun sambil menerima tempat makan itu dan mencoba membukanya.
“Kimbab”
“Oh? Jinjja? gomawo So Eun~a”
“cheonmaneyo oppa” balas gadis itu sambil tertunduk malu. Tak lama kemudian, ia mulai mengedarkan pandangannya lagi, sedari tadi ia memang sudah merasakan kejanggalan disini. Maksudnya, dimana pria menyebalkan itu? Biasanya saat So Eun datang kesini, pria itu pasti yang pertama kali ia lihat. Entah itu sedang berdiri dibelakang kasir atau mundar-mandir sok sibuk. Tapi hari ini…………


“mencari Jong Woon hyung?”
“eh?” So Eun tersadar lalu langsung mendongak menatap pria didepannya, “em… ne! Dimana dia?”
“entahlah. Tadi dia izin. Ada seorang gadis cantik yang datang dan mengajaknya pergi”
“MWO?”


Kyuhyun langsung terkekeh pelan melihat raut syok dan kesal yang berbaur diwajah gadis itu. “ne.. waeyo? Cemburu?” goda Kyuhyun sambil membuka tempat makan yang tadi So Eun berikan lalu tersenyum cerah begitu melihat isinya. So Eun mendecak, tak menggubris ucapan namja didepannya. “lalu kapan ia pulang?” tanya So Eun tak sabar, sudah berkali-kali ia menengok ke pintu masuk dan tak menemukan tanda-tanda akan terbuka. “Mungkin, hmm…………” Kyuhyun mengangkat tangan kirinya, melirik arloji lalu bergumam, “dia akan datang dalam waktu, 3… 2…. Sekarang” Tepat saat pria itu berkata ‘sekarang’ sebuah mobil sedan tau-tau terlihat melalui dinding kaca, mobil itu berhenti tepat diseberang jalan. So Eun melongo dahsyat sambil menatap pria yang kini sudah asyik dengan kimbabnya. Bagaimana pria itu bisa melakukannya? Maksudnya, ia bahkan tau sampai sedetail itu. Ia berkata sekarang dan mobil itu datang. Keren sekali. Ah… aniya, bukan keren! Ini terdengar sedikit mengerikan! Jangan-jangan ia bersahabat dengan jin, iblis atau sebangsanya. Yang jelas pria ini benar-benar ajaib.


So Eun menggeleng, lalu dengan cepat menoleh ke dinding kaca yang mengelilingi bangunan ini. Ia bisa melihat Jong Woon sedang turun dari mobil itu lalu tersenyum ramah pada seorang gadis didalamnya. Gadis memuakkan itu lagi. Cish….


Lonceng kafe berbunyi nyaring seiring dengan masuknya seseorang. Yup. Siapa lagi?


 “oh… jadi sekarang hubungan kalian sudah sejauh ini. Pergi bersama diwaktu kerja? Benar-benar namja tak tahu diri” Ucap So Eun tepat saat pria bernama Jong Woon itu melangkah didekatnya. “kau disini?” balas pria itu tanpa menunjukkan tanda-tanda bersalah atau tertangkap basah.


“kenapa? Mengejutkan untukmu?”
“tidak juga. Kau memang senang sekali kesini kan?” Ucap pria itu dengan nada datar.
“tch…. Sudah kubilang kan! Aku tak suka kalau kau terlalu dekat dengannya” Pekik So Eun tak tahan. Ia tak bisa basa-basi lagi untuk kali ini.


“Apa? Dengan siapa?”
“Jangan pura-pura tidak tahu ya… Kenapa kau senang sekali membuatku kesal? Dia itu menyukaimu.” Seru So Eun masih dengan nada suara meninggi.


“ish… kau ini kenapa sih? Hana tadi menelfonku, katanya ada yang ingin dibicarakan. Akhirnya aku izin dan makan siang dengannya”


“Itu pasti hanya akal-akalannya saja, oppa! Kenapa kau tidak pernah mengerti?” potong So Eun, ia mendengus dan melengos menghindari tatapan pria didepannya.


“lalu? Bagian mananya yang salah? Aku hanya keluar sebentar untuk bicara. Lagipula kau kesini bukan untuk mencariku kan? Kau ingin menemui Kyuhyun dan seperti yang kau inginkan dia ada disini. Jadi? Apa masalahnya?”


“ne.. aku memang kesini untuk menemui Kyuhyun oppa dan aku juga membawakan kimbab untuknya. Lalu? Kau cemburu?”


“nugu? Aku? Cemburu? Bukankah kau yang selalu cemburu pada Hana?” balas Jong Woon yang mulai terpancing emosi. Sementara itu, Kyuhyun yang merasa namanya dibawa-bawa langsung berdiri “yayayaya…. Ini coffee shop. Kalian harusnya menyelesaikan masalah kalian ditempat lain” ujar Kyuhyun dengan raut wajah yang ia buat seberwibawa mungkin. “Ini bukan urusanmu” seru Jong Woon ketus.


“kalau begitu jangan membawa-bawa namaku! Aku salah apa? Ish… Jinjja!”  Ucap Kyuhyun. Ia mendecak sebal lalu akhirnya kembali duduk dan lebih memilih menonton kedua orang didepannya bertengkar. Ya.. itu pilihan terbaik.


Jong Woon melemparkan pandangannya ke dinding kafe, lalu bergumam “lanjutkanlah pertemuan manis kalian. Aku takkan mengganggu” ucap pria itu sinis lalu beranjak meninggalkan So Eun.


“NE.. DAN KAU! SILAHKAN BERSENANG-SENANG DENGAN GADIS KECIL ITU. DASAR PHEDOFIL” Pekik So Eun, semakin menambah suasana menyeramkan di Coffee Shop itu. Semua penikmat kopi yang sedang menghabiskan waktu disini kini menatap kedua orang yang tak henti berteriak itu dengan tatapan heran, penuh tanda tanya.


Jong Woon langsung berbalik dengan geram, kembali menatap gadis dibelakangnya “Apa lagi? Sudah kubilang aku dan Hana tak memiliki hubungan apa-apa” ujar Jong Woon serak. Amarahnya sudah naik sampai ke ubun-ubun dan sekarang ia sudah tak bisa lagi membentak atau berteriak-teriak.


“tapi kalian terlalu dekat”
“dekat? Lalu menurutmu hubungan kita seperti apa?”
“kita memang sudah seharusnya  dekat. Kita ini sahabat sejak kecil” Jong Woon mendesah, seiring dengan reaksi Kyuhyun yang langsung memelantingkan badannya ke sandaran kursi. Wajahnya terlihat meledek dan siapapun yang melihatnya pasti langsung gatal untuk menyetrikanya dengan suhu terpanas yang mampu dihasilkan alat setrika. “sahabat sejak kecil? Mana ada sahabat seposesif itu? Marah-marah bila melihat sahabatnya dekat dengan orang lain. Over protectif best friend? Menggelikan. Selalu bersembunyi dibalik kata sahabat. Pecundang” paparnya sambil menggeleng menatap dinding kaca.


“berisik” sahut So Eun dan Jong Woon berbarengan. Mereka melemparkan tatapan ‘jangan ikut campur’ kearah pria itu lalu kembali saling menatap satu sama lain. Mengabaikan Kyuhyun yang masih bergumam tidak jelas.


“lalu sekarang apa maumu?” tanya namja itu berusaha sabar.
“mauku? Kau menanyakan mauku? Memangnya kau masih perduli?” So Eun berkata dengan nada menantang. Gadis itu baru saja hendak menumpahkan kekesalannya lagi ketika Jong Woon mendekat dan mencengkram lengan atasnya.


“tutup mulutmu dan ikut aku”
“YA… Siapa yang memperbolehkanmu menyentuhku?” So Eun mengguncangkan pria itu dengan kesal dan mau tak mau masuk ke sebuah ruangan dibagian sisi kiri bangunan ini. Ya.. ruangan itu memang merupakan tempat terdekat yang mampu Jong Woon jangkau. Jujur saja, ia sudah sangat risih melihat tatapan para pengunjung yang penasaran. Ya Tuhan, ini masalah pribadinya bukan drama dan jelas bukan konsumsi umum.


‘BRAAKK!!!’


Suara bantingan pintu itu bergema memenuhi seluruh bangunan Coffee Shop tua tempatnya bekerja. So Eun terkejut dan mengatupkan bibirnya yang dari tadi berteriak mengeluarkan makian itu rapat-rapat.


“Kau ini kenapa sebenarnya?” Jong Woon memelankan suaranya dan bertanya padanya secara paksa.
“memangnya aku kenapa? Aku hanya tak suka dengan sikapmu siang ini. Kau benar-benar…………………… menyebalkan” So Eun berusaha membalas tatapan pria itu, namun akhirnya ia menyerah dan mengalihkan pandangannya kearah lain pada kata terakhir di kalimatnya, sejurus dengan nada suaranya yang kian melemah.


“Coba kutanya, aku salah apa? Hana hanya ingin bicara padaku dan pembicaraan kami memang cukup serius. Bisa dibilang tentang masa depan” So Eun ingin menangis saat itu juga, apa katanya? tentang masa depan? Dibayangan gadis itu, sudah terpampang jelas seorang Kim Jong Woon berjalan diatas altar bersama Hana sedangkan dirinya sendiri teronggok dideretan paling belakang ruang gereja, sendirian. “kau mau tau isi pembicaraan kami tadi?” So Eun langsung tersadar dan menatap pria didepannya tajam.


“apa perduliku? Aku sama sekali tak butuh penjelasan apapun” jawab gadis itu sinis.
“siapa juga yang berniat menjelaskan sesuatu padamu. Aku memang tak salah apa-apa disini” balas Jong Woon tak kalah sinis. Kali ini keduanya saling melipat tangan sebagai tanda peperangan dimulai, namun yang terlihat malah seperti dua orang yang siap difoto dengan gaya yang sama dan dengan mata yang saling mengeluarkan sinar laser mematikan.


“aku jadi curiga kau mulai menyukaiku, So Eun~a”


Deg! Napas So Eun terasa terhenti. Kemudian jantungnya ikut berhenti memompa darah. Bahkan ia sudah bersiap jika sebentar lagi otaknya ikut berhenti bekerja.


“A..apa?”


So Eun menggerakkan bola matanya, berusaha mengalihkan pandangan.


“Sudahlah jangan bertele-tele. Kalau kau tidak suka ya katakan saja tidak, tak usah pura-pura tak dengar. Kau mau benar-benar tuli?” So Eun meliriknya sekilas, “menyukaimu? Kyuhyun jauh lebih sempurna darimu dan jangan harap seleraku bisa turun dari seorang Cho Kyuhyun menjadi Kim Jong Woon. Jelas kalian beda kelas dan KAU tentu saja bukan seleraku” So Eun berkata sambil membuat gerakan memotong udara dengan telapak tangannya, seolah berkata ‘kau sama sekali bukan seleraku dan aku takkan jatuh cinta padamu’


“Jinjja yo?” tiba-tiba Jong Woon bertanya sambil mendekatkan badannya.
“Kau yakin takkan jatuh cinta padaku?”
“y..ya..yakin” So Eun segera mengalihkan pandangannya lagi.
“lalu kenapa kau tak suka melihatku dengan Hana? Alasan yang kau berikan padaku tak cukup kuat. Kau hanya bilang tak suka aku terlalu dekat dengannya. Kau lebih terlihat seperti seorang pacar yang posesif daripada sahabat” So Eun mendongak menatapnya lalu membuang muka dengan cepat. “Tck… Pokoknya mulai sekarang aku membencimu” ujar gadis itu, berusaha angkuh walau sebenarnya ia merasa sangat bodoh. Ayolah, apa yang barusan ia katakan sama sekali tak berdasar dan jelas menyimpang dari pernyataan yang Jong Woon berikan.


“Aish…. Aku juga sudah muak kalau begini terus” Bukannya mengatakan sesuatu yang bisa membuat So Eun tenang, pria itu malah ikut mengomel. Kalau begini, masalah klise tanpa akhir ini benar-benar takkan berakhir.


“Ah sudahlah. Memangnya siapa yang salah disini?” So Eun berkacak pinggang dan berkata dengan nada menantang. “kau bodoh oppa! Sangat” lanjut gadis itu sambil mendorong tubuh Jong Woon.


Begitu So Eun mendorong tubuhnya, Jong Woon memegang tangannya.


“Terserah. Bahkan sampai detik inipun aku masih tak mengerti, bodoh dalam hal apa yang kau maksud? Tapi…. Aku sama sekali tak perduli dengan alasanmu. Bukankah yang ada diotakmu hanyalah Kim So Eun selalu benar? Aku bodoh. Oke aku terima. Aku menyebalkan. Terserah. Tapi kau juga harus tau Kim So Eun-ssi, kau jauh lebih bodoh dariku. Aku berani bertaruh kau bahkan tak menyadari perasaanmu sendiri”


So Eun kehilangan kata-kata . Ia tak bisa berhadapan dan menatap wajah Jong Woon yang masih terus memandangnya. So Eun menahan nafasnya selama namja itu bicara bahkan masih belum bisa menarik nafas beberapa detik setelahnya.


"apa aku harus menjadi seorang Cho Kyuhyun untuk membuatmu menatapku?"
“a..ak..”
“kau tak perlu bicara! Dengarkan saja ucapanku!” selak pria itu lagi lalu kembali memandang So Eun tajam.


“kalau kau tak bisa menyadari perasaanmu sendiri, kurasa sudah saatnya untuk membantu membuatmu menyadarinya” Jong Woon tersenyum mengakhiri ucapannya lalu keluar dari ruangan itu terlebih dahulu.


Baru saja ia melangkah keluar, belasan pasang mata langsung menatapnya heran termasuk Kyuhyun, manusia yang dimatanya terlihat paling antusias dalam urusan ini. Tidak lama kemudian So Eun ikut keluar dengan wajah muram dan disaat itu juga Kyuhyun langsung berteriak “hooaaa…. Kalian berdua! Apa yang kalian lakukan dikamar mandi?”


“Kamar mandi?” ulang Jong Woon syok sambil berbalik menghadap ruangan dibelakangnya. Saking kesalnya, pria itu bahkan tak menyadari ruangan apa yang ia masuki tadi. So Eun ikut menoleh, menatap ruangan itu tanpa ekspresi lalu mendesah sambil mengambil tasnya yang terjatuh didekat kursi pengunjung.


“HOOOAAAAAAA! HYUNG! KALIAN BERDUA BENAR-BENAR GILA” Seru Kyuhyun heboh sambil menunjuk –nunjuk pintu kamar mandi yang tertutup. Wajahnya terlihat berbinar dan meledek disaat yang bersamaan.


Jong Woon POV


“HOOOAAAAAAA! HYUNG! KALIAN BERDUA BENAR-BENAR GILA” Aku mendecak begitu mendengar Kyuhyun kembali berteriak. Ya Tuhan, dia mau membuatku dipecat sepertinya. Apa ia belum sadar juga kalau bos tua itu sudah ada disampingnya. Kyuhyun masih tertawa sambil bertepuk tangan heboh saat pria setengah baya disampingnya menatapku tajam dan aku hanya bisa menunduk.


 “apanya yang gila?” tanya bos tua kebanggaan kami sambil menepuk bahu Kyuhyun, sontak membuat namja yang sedang menggila sendiri itu langsung membeku dan menoleh dengan wajah ngeri kearahnya.


“ah… itu….. Jong Woon hyung…. Tadi…. Itu….” Ucapnya gelagapan sambil menunjukku dan kamar mandi secara bergantian. Aish…. Mau apa lagi dia?


“bicara yang benar! Kau mau kupecat?” tegas pria setengah baya itu.
“Jong Woon hyung masuk ke kamar mandi, boseu” ucap Kyuhyun langsung. Aku mendesah berat begitu melihat bos tua itu menoleh kepadaku dengan tatapan ‘ikut ke kantorku’ mungkin dia ingin meminta penjelasan lebih dariku. Aku berani bertaruh, pria itu pasti sama sekali tak mengerti dengan ucapan Kyuhyun tadi. Maksudku, ‘Jong Woon hyung masuk ke kamar mandi’ apa yang salah dengan itu? memangnya aku tak boleh ke kamar mandi?


Aku mengangguk singkat lalu menoleh kearah pintu masuk Coffee Shop yang baru saja mengeluarkan bunyi dentingan lonceng, So Eun keluar. Ia berjalan tergesa-gesa sambil menyentuh pipinya dengan cepat. Ia menangis? Omoona….. Bunuhlah aku!


“JONG WOOONNNN”
“ah… ne.. ne boseu” ujarku, cepat-cepat beranjak dan mengayunkan kaki mengikuti pria yang senang sekali meneriakkan namaku itu. Entahlah! Mungkin dia terobsesi dengan namaku.


……………………………………………………….


21:34 KST
So Eun’s flat
So Eun POV


Aku melangkahkan kaki dengan malas menuju ke luar. Demi Tuhan, sebenarnya aku tak mau. Terlebih saat suara petikan senar gitar tertangkap indra pendengaranku. Pria itu pasti sedang memainkan gitarnya didepan flat. Tck,… aku benar-benar tak mau bertemu dengannya dulu. Tapi, aku juga tak sudi membiarkan dua kantung sampah besar ini menginap lagi di flatku. Ya… aku lupa membuangnya! Sebenarnya bukan hanya lupa, ini lebih seperti kolaborasi antara malas dan tak ingat.


Sambil mendesah dan beberapa kali berlatih mengeluarkan ekspresi tak perduli, aku memutar kenop pintu flatku lalu menyeret kantung-kantung sampah keluar. Tepat saat pintu flatku terbuka, Jong Woon oppa menghentikan gerakan tangannya  dan langsung menoleh. Ya.. hanya sekedar refleks mungkin. Jangan terlalu banyak berharap, Kim So Eun. Aku menghela nafas ringan lalu membuang sampah-sampahku ke tempat pembuangan berupa box besar yang memang sudah disiapkan.


Aku beranjak kembali kedalam flat. Berharap namja yang sejak tadi belum kulirik itu benar-benar tak mengacuhkanku sampai akhir. Sampai aku bisa masuk kembali ke flatku dengan selamat. Jujur, akupun tak mengerti. Jantungku berdegup terlalu cepat, dan itu sangat menyakitkan. Sejak kapan perasaan seperti ini munculpun aku tak tau, mungkin sejak kemarin atau kemarinnya lagi, atau seminggu yang lalu, sebulan yang lalu atau sejak awal sebenarnya sudah begini.


“chakkaman” sial. Aku menghentikan langkah kakiku tepat didepan pintu. Aku tak bersuara bahkan tak menoleh. Aku hanya menunggu alasannya memanggil, dalam diam.


“kau mau hadiah apa untuk ulang tahunmu?” aku mengernyit. Hadiah ulang tahun? ulang tahunku masih lebih dari seminggu lagi dan dia menanyakan hadiah ulang tahun?


“Kemungkinan besar aku tak akan ada disini saat hari ulang tahunmu, jadi……….. bisa kau sebutkan hadiahmu sekarang? Kalau aku sanggup, akan kupenuhi secepatnya” hatiku mencelos begitu mendengar paparannya. Bola mataku bahkan sudah bergetar tak terkendali lengkap dengan cairan-cairan bening yang mendesak keluar.


“jebal! Bicaralah! Setidaknya katakan sesuatu! Kau masih marah?” dengan nada suara lirih pria itu kembali bicara. Aku meremas tanganku sendiri dengan nafas tersengal tidak karuan. Namja ini! Jinjja! Dia membuatku kembali syok, dia bilang kemungkinan besar tak akan ada saat hari ulang tahunku? Memangnya dia mau pergi kemana?


Aku masih sibuk mengontrol nafasku yang berantakan saat terdengar suara dibelakang. Sepertinya namja itu sudah berdiri dan mulai mendekat. Tunggu! Tanpa kujelaskanpun, kalian sudah tau kan bentuk flat kami? Ya.. flat berbentuk one-room. Oh.. dan satu lagi, beranda flat kami menyatu, hanya dipisahkan oleh tembok kecil setinggi pinggang. Jadi untuk menuju ke posisiku sekarang, pria itu hanya perlu melompati tembok tak berguna itu.


Rasanya ingin berteriak menyuruhnya berhenti untuk mendekat. Namun pita suaraku sepertinya baru saja tertelan. Aku bahkan tak mampu membuka mulutku sekarang. Jantungku berdegup mengerikan hingga…. “KYUHYUN” pekikku tak tahan. Mungkin jawabanku barusan berhasil membuatnya membekukan kakinya ditempat, aku yakin pria itu tak mencoba mendekatiku lagi sekarang.


“aku hanya butuh Kyuhyun saja. Aku hanya ingin menghabiskan hari ulang tahunku bersama orang yang kusuka. Intinya, hadiah ulang tahunku tak ada sangkut pautnya denganmu. Jadi, berhentilah bersikap seperti ini. Kau tak perlu repot-repot memenuhi keinginanku” ujarku tegas, tanpa cacat. Aku tak mengerti bagaimana bisa kalimat-kalimat itu meluncur bebas dari mulutku. Aku hanya tak berani jika harus kembali berdekatan dengannya. Apalagi menatap matanya. Entahlah, kurasa ada sesuatu yang salah diotakku.


“oh.. baiklah!” ujarnya, dengan nada pasrah yang menyakitkan.


Author POV


“oh.. baiklah!” Jong Woon menghela nafas sambil memutar tubuhnya tanpa semangat. Ia mengambil gitar yang sebelumnya ia senderkan di dinding flatnya lalu berjalan menuju pintu masuk. Kini posisi keduanya persis sama, terdiam didepan pintu flat masing-masing, parahnya dengan posisi yang terlalu sejajar untuk disebut kebetulan.


“besok aku pergi”  ujar pria itu lirih.


So Eun mendesah lalu tersenyum samar, “ne.. pergilah sesuka hatimu, kalau perlu pergilah bersama Hana-mu itu” sinisnya.


“Aku memang akan pergi dengannya” jawab namja itu datar. Datar sedatar-datarnya, sama sekali tak menampakkan penekanan, intonasi atau apalah itu, tapi mampu membuat So Eun mematung ditempatnya. Hantaman keras lagi yang ia rasakan dan tempatnya masih sama, tepat dihatinya. Tapi ada yang berbeda. Walaupun bernada datar dan dengan suara yang nyaris tak terdengar, Ucapan pria itu mampu membuat hantaman itu terasa jutaan kali lebih dahsyat. Bola mata gadis itu juga ikut bergetar hebat, lengkap dengan cairan bening yang siap terjun bebas, tapi gadis itu malah menahannya dan lebih memilih menyakiti dirinya sendiri lebih dalam lagi. Toh, ia sudah kesakitan sejak tadi jadi apa salahnya jika ditambah sakit sedikit lagi? Ia tersenyum, lagi-lagi senyuman samar yang menjurus pada senyuman palsu, “kalau begitu selamat tinggal” ucapnya lalu mulai melangkahkan kaki masuk dan benar-benar menutup pintu flatnya. Sejujurnya, untuk berjalan masuk beberapa langkah saja ia kepayahan. Kakinya melemas dan keringat dingin mengucur ditengkuknya. Membuatnya kehilangan energi.


……………………………………………………………………..


08:16 KST
So Eun POV


Dia pergi. Namja itu tak sedang main-main. Kurang lebih 15 menit yang lalu, yeoja yang tak mau kusebut namanya itu datang ke flatnya dan membawa Jong Woon oppa pergi. Aish….. bukan dibawa pergi begitu. Maksudku, menjemput…. Ya,.. menjemput. Mungkin kata itulah yang paling tepat. Bahkan aku belum sempat bertemu dengannya pagi ini, aku hanya mengintip dari jendela. Tiba-tiba kehilangan keberanian untuk melangkah keluar.


Sekarang disinilah aku, diflatku sendiri. Pura-pura tak melihat, pura-pura tak mendengar dan yang paling hebatnya lagi, pura-pura tak perduli. Entah sejak kapan hidupku menjadi penuh dengan kepura-puraan seperti ini. Cih… siapa perduli? ok! aku mulai lagi.


3 days later……


08:12 KST
Yeouido Park


“mulai merindukan Pria itu?” aku mengerutkan kening lalu menoleh kearah namja tinggi dengan warna kulit putih pucat disampingku. “nde?”


“aku peringatkan satu hal padamu. Kau baru akan sadar jika seseorang itu sangat berharga dalam hidupmu saat orang itu sudah pergi. Jangan sampai suatu saat kau menyesali tindakanmu sendiri”


“apa yang kau bicarakan huh?”
“masih tak mengerti juga?” pria bermarga Cho itu membalik posisinya dan menatapku dengan tatapan meledek.


“kau sedang membicarakan Jong Woon oppa?”
“menurutmu siapa lagi?” aku menghela nafas lalu melengoskan mataku menghindari mata tajamnya.
“baru tiga hari saja kau sudah selemah ini, So Eun~a” lanjutnya lagi, membuatku semakin terhenyak. “lemah? Apanya yang lemah? Aku baik-baik saja” ujarku berusaha kuat, namun sayangnya terlalu bodoh untuk menyembunyikan nada suaraku yang menyedihkan. Pria itu terkekeh lalu menggelengkan kepalanya.


“kalau misalnya, hyung mencintaimu bagaimana? Kau mau merubah sifat keras kepalamu itu?”
“siapa yang keras kepala?” sinisku
“kim so eun” jawabnya enteng, membuatku merengut.
“kurasa Hana lebih………..”
“kau tau?” selaknya, dengan nada seolah akan memperdengarkan cerita maha panjang padaku.
“apa?”
“sebelum pergi, dia memintaku menjagamu, lebih tepatnya menitipkanmu. Aku juga bingung kenapa dia sebegitu khawatirnya meninggalkanmu. Memangnya kau seceroboh apa?”


“memangnya Jong Woon oppa bilang apa saja?”
“terlalu banyak sampai-sampai aku lupa”
“aish…. Ternyata kau jauh lebih menyebalkan daripadanya” pria itu tertawa dan menggeleng disaat yang bersamaan lalu mengarahkan tatapannya kembali kearah kolam. “kau cerewet. Persis seperti yang Jong Woon hyung katakan” responnya pelan.


“dia bilang aku cerewet?” tanyaku dengan nada tak terima yang jelas kentara. Kyuhyun oppa mengembangkan senyumnya sambil mengangguk penuh kemenangan lalu membalik badannya memunggungi kolam. Ia menyelipkan jemarinya di saku celana lalu menoleh padaku.


“ne.. dia juga bilang kau itu gadis bodoh yang menyebalkan, keras kepala, selalu marah-marah tak jelas, cemburu tanpa dasar, kadang bisa berlagak sok tua tapi didetik berikutnya bisa menjadi sangat manja. Suka menyusahkan orang lain. Pekerja keras yang mengkhawatirkan. Ia juga bilang sebenarnya dia tak menyukai pekerjaanmu itu. Violin kafe di malam hari. Ia sangat khawatir. Belum lagi sikap sok bisa menjaga diri sendirimu itu. Kenapa kau tak mau dia antar? Menurutku, untuk ukuran seorang gadis pekerjaanmu cukup beresiko, So Eun~a”


“aku hanya tak mau menyusahkannya saja”
“hei…. tak dengar tadi aku bilang apa? Suka menyusahkan orang lain itu sudah masuk daftar sikapmu di matanya”


“cih… mungkin dia hanya bercanda. Ayolah, masa ia tak ada satupun sikapku yang baik dimatanya”
“dia memang tak mengatakan sedikitpun soal kebaikanmu. Mungkin memang tidak ada”
“KYUHYUN OPPA!!!!!!! JINJJA!”
“Hahaha…… Ya Tuhan! Jangan teriak-teriak! Aku hanya bercanda” balas pria itu sambil mengontrol ekspresi geli diwajahnya. “mungkin kelebihanmu adalah membuatnya nyaman. Kau tau seberapa berbinarnya ia saat menceritakan sesuatu tentangmu?”


“berbinar?” Kyuhyun oppa mengangguk lalu kembali menyunggingkan senyum, “ia tergila-gila padamu. Itu fakta. Aku berani bertaruh. Cara ia menyembunyikan perasaan terlalu buruk. Dia harus banyak belajar” Ucap Kyuhyun oppa dengan nada menasehati. Aigoo…….. orang ini. Sok paling hebat dalam segala hal. Sepertinya namja ini harus diingatkan soal kisah cinta tak berujungnya dengan gadis bernama Yu-Ri itu. Bukankah cintanya bertepuk sebelah tangan?


“belum tentu oppa. Jangan asal membuat pernyataan seperti itu. Toh, aku juga sudah tergila-gila pada namja lain”


“ya.. dan menyedihkannya, namja yang kau gila-gilai adalah aku” responnya datar dan seharusnya aku kaget bukan? Ah.. baiklah! Aku akan mencoba kaget lain waktu.


“jadi kau sudah tau?” aku malah bertanya tanpa semangat. Tak ada ekspresi terkejut sama sekali. Ya.. sejujurnya ini memang bukan sesuatu yang sangat mengejutkan. Toh…. Perhatianku padanya sudah terlalu jelas, dan itu sama saja seperti mengungkapkan cinta secara gamblang. Ia kan?


“sangat mudah ditebak. Memang banyak gadis yang menggilaiku”
“aku serius. Aku memang mencintaimu, oppa” nada bimbang. Nada semacam itu tidak seharusnya keluar dari bibirku disaat seperti ini. Tapi, itulah kenyataannya. Disaat seperti ini, justru aku bimbang, sama sekali tak yakin dengan perasaanku sendiri.


“coba tinjau ulang perasaanmu. Jujur saja, aku tak yakin.”
“dulu aku yakin, sampai sel-sel darahku seolah berhenti ditempat tiap bertatapan denganmu tapi sekarang……….. aku tak mengerti bagaimana bisa begini. Mungkin aku sudah lelah karena kau tak memperdulikanku dan lebih memilih mengejar-ngejar yeoja yang tidak mencintaimu”


“tak mencintaiku? Kata siapa? Yu-Ri sudah mulai membuka pintu hatinya untukku. Kau hanya perlu menunggu undangan”


“Aish……. Tega sekali kau! Bicara seperti itu pada seorang gadis yang tanpa malu-malu menyatakan cintanya. Harusnya kau mengerti sedikit perasaanku”


“demi Tuhan, aku yakin kau sama sekali tak merasa kecewa. Jujurlah!” aku terdiam. Lagi-lagi kelimpungan sendiri mencari jawaban. “aku hanya pelampiasanmu, So Eun~a! Tidak lebih” lanjutnya lagi.


“aku mencintaimu secara berlebihan. Jelas kau bukan pelampiasan. Pelampiasan? Dari siapa? Jong Woon oppa? Kami hanya saling merasa nyaman satu sama lain. Hanya itu. Kami memiliki cinta sendiri-sendiri”


“ya… bicaralah sesuka hatimu”


…………………………………………………….


September 5th 2012
22:17 KST


Kurang dari dua jam lagi aku akan berulang tahun. Sial, bahkan secuil kegembiraanpun tak terasa. Kalian tau? Aku masih berharap layaknya orang gila malam ini, berharap Jong Woon oppa tiba-tiba saja datang dan mengagetkanku, seperti tahun-tahun sebelumnya. Aku berjanji tak akan marah walau nantinya ia lupa membelikanku kado seperti tahun lalu, aku juga tak akan marah kalau nantinya dia membahas-bahas soal Hana lagi didepanku. Sungguh. Aku janji. Aku hanya menginginkan kehadirannya disini. Hanya itu.


Aku diam tak bergeming, duduk bersila diatas lantai sambil menatap lurus kearah pintu masuk. Jong Woon oppa, datanglah! Kumohon datanglah! Katakan padaku kau hanya sedang main-main, oppa! Katakan kau tidak serius dengan ucapanmu saat itu! Aku ingin melihatmu di hari ulang tahunku.


1 jam
2 jam
3 jam


Sekarang sudah lewat dari jam 1 malam dan aku masih tak bergerak. Ah.. baiklah! Aku menyerah. Pria itu tak mungkin datang. Sambil menghela nafas, aku bangkit dari posisi dudukku dan melangkah menuju tempat tidur. Menghempaskan tubuh dan tertidur saat itu juga. Aku lelah. Sangat. Aku menangis nyaris seharian hanya karena namja itu. Seumur-umur aku tak pernah berjauhan dengannya lebih dari 3 hari dan sekarang satu minggu telah terlewati, ini rekor bukan? Dan aku tergolong cukup kuat untuk melakukan ini kan? Ya.. baiklah! Aku sadar. Hidup tanpanya itu mengerikan.Padahal sejak Jong Woon oppa pergi, Kyuhyun oppa rajin mengunjungi flatku. Aku tau hanya untuk basa-basi, dan dia sendiripun juga bilang begitu. Ia sudah berjanji pada Jong Woon oppa untuk mengecekku setiap hari selama ia tak ada. Menyebalkan bukan? Apa menurutnya aku sebegitu kekanakannya hingga harus dicek seperti ini?


………………………………………………………………………………………………………


16:55 KST
Lotte World
Kyuhyun POV


“Ayolah, gembira sedikit! Ini hari ulang tahunmu, So Eun~a” gadis itu menoleh, masih dengan tatapan kebingungannya. “ne..” jawabnya pelan


“ish… kita sudah jalan-jalan sejak pagi. Tapi sedikitpun kau tak tertawa, hanya senyum palsu yang sama sekali tak membantu”  kali ini So Eun mendecak sambil menatapku sinis. “kau pikir aku tidak lelah? Aku juga tak mau menjadi orang yang menyedihkan seperti  ini. Tapi mau bagaimana lagi? Aku tak tau bagaimana caranya.”


“menurutmu apa yang bisa membuatmu bahagia? Katakanlah! Untuk sehari ini aku akan coba mengabulkannya”


“tak usah”
“katakan saja!”
“aku tak mau apa-apa. Jadi diamlah!”
“kau pasti menginginkan sesuatu. Cepat katakan!”
“kalau begitu, coba katakan kau mencintaiku! Coba katakan” serunya tak tahan. Ia berteriak dengan mata yang berkaca-kaca, membuatku terpaku ditempat. Sejauh ini, aku hanya menganggapnya sebagai teman atau mungkin adik perempuanku, walaupun aku sudah cukup tahu kalau dia menyukaiku.


“waeyo? Tak bisa kan?” lanjutnya lagi, kali ini sambil menangis sesenggukan didepanku. Ya Tuhan, yeoja ini! Aku benar-benar tak habis pikir bagaimana Jong Woon hyung tahan bersamanya selama bertahun-tahun.


“So Eun~a” Ujarku sambil menyentuh bahunya. Ia tak bergeming, tangisnya malah terdengar semakin keras seiring dengan bahunya yang bergetar.


“So Eun~a” sama saja. Ia tak menganggapku ada sama sekali.
“SO EUN~A” aku memekik sambil mencengkram kedua bahunya dan memutarnya kearahku. “kau kenapa huh? Kenapa malah menangis?”


“Jong Woon oppa sebenarnya kemana? Apa yang ia lakukan? Kenapa harus pergi bersama Hana? Kapan ia pulang? Apa ia benar-benar akan melewatkan hari ulang tahunku?” pertanyaan-pertanyaan itu meluncur bebas dari bibirnya, diiringi dengan isakan dan lelehan air mata dipipinya. Tangannya mengepal dan terlihat gemetar. Melihat itu, aku segera menggenggam tangannya yang entah kenapa bisa terasa begitu dingin.


“jadi itu yang mengganggu pikiranmu?” tanyaku lembut.
“oppa! Apa ini sudah terlalu terlambat untuk mengganti hadiahku?” aku mengerutkan kening lalu menunduk, mensejajarkan wajahku tepat didepan wajahnya.


“hei… kau masih punya 7 jam lagi. Mungkin masih ada kesempatan”
“aku mencintainya, oppa. Kurasa aku mencintainya. Yang sebenarnya aku inginkan itu dia. Yang aku butuhkan selama ini itu dia. Aku hanya terlalu bodoh untuk menyadarinya” tangisnya makin kencang, tatapan matanya tak bisa dideskripsikan, terlalu menyakitkan untuk dipandang. Ia benar-benar terlihat kacau saat ini. Kami berada ditengah keramaian, di Lotte World. Dan tentu saja, tatapan heran dari setiap orang yang lewat menjadi terlalu sering kami dapatkan sejak beberapa menit yang lalu. Aku menenangkannya, mengusap punggungnya dengan sebelah tanganku.


“menurutmu, malam ini ia akan pulang?”
“kalau kau menyingkirkan gengsimu dan menelfonnya duluan mungkin ia akan pulang” ia menatapku seolah berkata ‘ide yang buruk’ lalu melengoskan matanya kearah lain. Tapi beberapa detik berikutnya ia sudah mengeluarkan handphone dan langsung sibuk dengan jari-jarinya yang bergerak dengan kecepatan super. Terlihat terlalu serius kalau benar ia hanya mengetik sms untuk pria itu. Aku melongokkan kepalaku untuk melihat smsnya yang sepertinya tak habis-habis itu tapi dengan gerakan cepat ia malah memutar badan. Aku berjalan memutarinya dan berhenti tepat didepannya, lalu kembali mencoba melihat isi pesan itu tapi kali ini ia malah mendorong wajahku dengan telapak tangannya. “YAAAAAAAAAAA!”


“ish… jangan liat-liat, Kyuhyun~a” desisnya sambil tetap menatap lurus kelayar ponsel.
“hei… hei… aku lebih tua darimu!” emosiku mulai tersungut. Yang benar saja, yang memberikannya ide untuk mengirim sms itu aku, lalu saat aku mau melihat isi smsnya ia malah mendorong mukaku, lalu setelah itu bukannya minta maaf ia malah memanggilku Kyuhyun~a. Cih,… KIM SO EUNNNNN.


“Kita cuma beda setahun, tau!”
“eomeo! Lalu kenapa kemarin-kemarin kau memanggilku Kyuhyun oppa?”
“hah? Jinjjayo? Aku memanggilmu Kyuhyun oppa?” Tanyanya, pura-pura terkejut dengan tampang innocent yang menyebalkan.


“Aish… KIM SO EUNNNNN!”


………………………………………………….


21:01 KST
Author POV


So Eun segera memasuki flatnya. Beginilah jika pergantian musim terjadi. Musim panas menjadi musim gugur. Paginya terasa sangat hangat dan bersahabat namun pada malam hari, udara akan terasa dingin dan menusuk. Walaupun begitu, ia tetap suka. Alasannya? Sederhana saja, ia lahir di musim ini. Musim gugur. Alasan kedua, Jong Woon menyukai musim ini juga. Sejak kecil, ia sudah dicekoki dengan segala rentetan kata mengenai keindahan musim gugur. Pria itu selalu bisa mempengaruhinya dan sekarang, ia mencintai musim gugur sebagaimana pria itu mencintainya juga. Musim gugur menurut mereka mempunyai kelebihan tersendiri dibanding musim-musim lainnya. Tidak membuat tubuhnya lengket seperti musim panas dan juga tidak mengharuskannya memakai mantel super tebal seperti musim dingin lalu eumm.. musim semi? Bunga bermekaran. Ya.. terdengar indah dan menyenangkan. Tapi…. Terlalu banyak yang mengidam-idamkan musim semi dan kalau mereka juga ikut-ikut suka musim semi, maka….. tak ada yang spesial, bukan?


Jika di musim semi semua menjadi warna pink dan putih, maka jauh berbeda dengan musim gugur. Semuanya menjadi kuning, jingga, merah dan cokelat. Kalau dimusim semi bunga bermunculan, maka dimusim gugur daun-daun berubah warna dan jatuh perlahan menyapa tanah. Entah kenapa, terdengar sangat romantis. Lagipula, biasanya dimusim inilah para penulis dan musisi mulai kebanjiran inspirasi.Salah satunya So Eun, ia suka memainkan biolanya ditengah taman kota, ditemani sinar mentari hangat dan daun-daun yang menguning. Sempurna.


Pada musim gugur, langitnya berwarna biru dengan cuaca cerah dan hangat. Belum lagi pesona warna musim gugur yang menakjubkan. Tapi…. ia rasa, mungkin musim gugur tahun ini akan terasa berbeda jika pria itu tak ada disekitarnya. Pasti semuanya akan hambar.


Sambil menghela nafas gadis itu berjalan lemas kearah jendela. Meletakkan tas tangannya dikursi lalu ia sendiri duduk dilantai menghadap jendela yang memang agak rendah. Dari sini, So Eun bisa melihat bulan yang terang benderang. Mendadak matanya memanas dan butir demi butir air turun lembut melewati pipinya. Tak ada isakan lagi. Jujur saja, ia sudah lelah menangis hingga terisak-isak keras dari kemarin. Demi Tuhan, gadis itu menginginkan mesin waktu. Ia benar-benar bodoh saat itu, saat dengan penuh percaya diri mengatakan bahwa yang ia inginkan saat hari ulang tahunnya adalah Kyuhyun dan juga dengan bodohnya mengatakan, hadiah ulang tahunnya sama sekali tak berhubungan dengan pria itu, dengan Kim Jong Woon. Padahal nyatanya, ia nyaris gila hanya karena merindukannya.


Tok Tok Tok


Pintu flatnya baru saja diketuk, sukses membuat jantung gadis itu bertalu-talu parah. Dibenaknya, gambaran seorang namja yang sangat ia harapkan kedatangannya malam ini sudah tertera jelas. Dengan terburu-buru gadis itu bangkit dan berlarian menyeret kakinya yang sebetulnya belum siap diajak berlari. Tangannya gemetaran saat sibuk memasukkan kunci kelubangnya, sejurus dengan suara ketukan pintu yang terdengar sangat menuntut untuk cepat dibuka.


Kreeeekkkk


“JONG WONN OP……pa???”
“YAAA!!! SO EUN~A kenapa lama sekali membuka pintunya?” bukan seperti yang ia harapkan. Seorang yeoja bertubuh gemuk dengan roll rambut dikepalanya sedang bertolak pinggang dengan wajah garang. So Eun langsung mendesah dan memasang tampang lusuh lagi. Binar bahagia yang tadi, sudah menghilang entah kemana.


“Hye Seo ahjumma….. aku sudah membayar sewa flat bulan ini kok! 2 hari yang lalu, ingat tidak? Ah.. pasti lupa ya! Saat itu aku membayarkan flat Jong Woon oppa juga, ingat tidak? Aish… Pikunnya sudah tak tertolong”


PLETAAAAAAAAAAAAAKK


“AA… Ajumma!!! Appo” ringis So Eun sambil mengelus puncak kepalanya yang baru saja diketuk dengan kipas.


“habis kau ini! Siapa yang bilang aku kesini mau menagih sewa flat huh?”
“lalu apalagi? Bukannya hanya itu yang ahjumma lakukan setiap kali kesini. Mengetuk pintu lalu berteriak-teriak”


“Aishh… Kim So Eun! Jinjja! Ah.. sudahlah! Ige..” ucap Hye Seo ahjumma dengan raut dan nada suara frustasi, ia menyodorkan sebuah kotak kecil berwarna biru muda, polos tanpa aksen pita apapun.


“ige mwoya?” tanya So Eun bingung, ia mengambil kotak itu dan memperhatikannya dari segala sisi.
“tadi sekitar jam 10 siang ada tukang pengantar barang didepan flatmu. Ia kasihan sekali, sepertinya sudah bertahun-tahun mengetuk pintu tapi tak dibukakan. Sepertinya yang tinggal diflat itu tuli. Jadi aku saja yang terima. Daripada tukang pos itu mati didepan flatmu, ia kan?” Hye Seo ahjumma memberikan kata-kata sindiran yang ia harap bisa dimengerti oleh gadis didepannya, namun So Eun malah tak terlihat tersinggung sama sekali.


“oh.. begitu! Baiklah! Terima kasih ahjumma” BRAAKKK


Tanpa basa-basi, gadis itu menutup pintu flatnya lalu berjalan ke tengah flat, tempat dimana meja kecil tertata rapi. Dengan raut penasaran, ia membuka kotak itu pelan-pelan dan dahinya langsung berkerut begitu melihat isinya. Kaset. Ya.. kaset. Tak ada pengirimnya, namun entah kenapa ia yakin kalau Jong Woon-lah dalang dari semuanya.


Dengan segera gadis itu menyiapkan radionya. Ia memasukkan kaset itu kedalam radiotape dengan perasaan tak menentu lalu mundur beberapa langkah sambil menatap lurus ke speaker. Setelah nyaris 10 detik tak terdengar suara apa-apa, kini sebuah alunan musik yang terlalu ia hafal terdengar. Lagu itu. Lagu biasanya. Lagu tanpa judul hasil karya Kim Jong Woon. Cepat-cepat, gadis itu mengencangkan volumenya.


Alunan lagu sederhana yang biasanya hanya ia dengar dengan iringan gitar kini terdengar lebih mempesona karena ditambah dengan alat musik lain, seperti keyboard, bass dan drum. Ia tau sejak awal kalau lagu itu memang keren tapi ia tak tau kalau lagu itu bisa lebih keren lagi bahkan sekeren ini. Ternyata pria itu benar-benar berbakat.


I love you, my love
I will give you everything, oh my love
I will shine on you brighter than the stars in the sky


You’re amazing, everything of you is perfect
You’re like a rose that no one can match
You’re more beautiful than a flower
Your aroma smells better than the scent of a lilac
When you pass by me, when your hair waves, it smells so good


Slowly come to me
Melting my heart


I love you, my love
I will give you everything, oh my love
I will shine on you brighter than the stars in the sky
You’re prettier than a flower
And dazzling
I am loving her over flowers


Look over here, don’t look at other places
Do not load anything else in your eyes except me
Can you come to me a little faster?
My heart is anxious


I love you, my love
I will give you everything, oh my love
I will shine on you brighter than the stars in the sky
You’re prettier than a flower, and dazzling
I am loving her over flowers


I love you, my love, I will give you everything, oh my love
I will shine on you brighter than the stars in the sky
I’m a sunflower that only looks at you
You are a red rose, you’re everything of my life
I love you


So Eun masih terdiam, jelas masih terlena mendengar alunan nada-nada indah itu. Hingga akhirnya tersadar sendiri dan langsung menggelengkan kepala. Ia hendak bangkit untuk mematikan radionya namun……….


So Eun~a                           


So Eun langsung terkesiap dan menatap radio itu lagi. Ternyata rekamannya belum selesai.


Bagaimana lagunya? Suka tidak?


Tanpa diperintah gadis itu langsung menggerakkan sudut bibirnya membentuk senyuman. Tiba-tiba saja ia ingin sekali menangis. Nada suaranya itu,,…. Kenapa bisa begitu menyenangkan untuk didengar?


So Eun~a…. Jangan marah! Aku pergi bersama Hana hanya untuk merekam lagu ini. Ah… aniya! Aku menjualnya. Aku pergi untuk mengurus semuanya. Aku ingin bicara padamu tapi kau malah marah-marah terus. Aku sama sekali tak bohong waktu di coffee shop saat itu, Hana benar-benar memintaku menemaninya makan siang karena ingin membicarakan sesuatu dan inilah yang ia bicarakan. Tentang penjualan lagu. Tenang saja, kau orang pertama yang mendengar lagu ini bahkan Hanapun belum mendengarnya. Rekaman ini hanya ada satu orang saja yang punya, yaitu kau. Jadi jagalah kasetnya baik-baik. Rekaman dipusatnya sudah dihapus. Nanti laguku akan dinyanyikan oleh soloist pendatang baru, namanya Bang Chan Hun. Dia benar-benar tampan. Tapi aku tetap lebih tampan.


So Eun langsung tertawa mendengar statementnya barusan, tingkat percaya diri pria itu masih sama. Masih keterlaluan narsisnya.


Kau dengar tidak? Lirik lagunya ada yang berubah kan? Dulu katamu laguku terlalu pendek jadi aku menambahkan beberapa lirik lagi. Bagaimana sekarang? Apa menurutmu sudah bisa dibilang bagus? 



“itu bagus, oppa. Sangat” ujarnya lirih. Ia menarik jaket terdekat yang mampu ia jangkau lalu mengeluskannya dipipi. Jaket siapa lagi? Ada dua jaket dirumahnya dan dua-duanya milik pria itu. Ia lupa mengembalikannya. Sejak kapan ya? Sepertinya ia meminjam jaket ini sejak tahun baru dan jaket yang satunya ia dapatkan saat ia basah kuyup di Coffee shop. Saat hari valentine kemarin.



Dan ng…. So Eun~a, kau benar! Lagu ini terinspirasi darimu. Aku membayangkan wajahmu yang menyebalkan itu selama membuat lagu ini. Kau ingat tidak liriknya bagaimana? Kubilang ‘Lihat kesini, jangan melihat kearah lain. Jangan memuat apapun dimatamu kecuali aku. Dapatkah kamu datang kepadaku sedikit lebih cepat? Hatiku cemas’ aku yakin kau mengerti apa yang kumaksud disitu. Kubilang lihat kesini, kenapa harus mengharapkan seseorang yang belum tentu mencintaimu? Kenapa kau malah mengacuhkan pria yang jelas-jelas selalu berada disampingmu? Menjagamu! Ah… baiklah! Aku akan mengatakannya secara gamblang, takut kau masih tak paham. Kau itu terkadang suka kelewat bodoh, ……puffhhh….. So Eun~a aku mencintaimu. Aku mencintaimu entah sejak kapan. Yang pasti perasaanku sudah berubah dari hanya sekedar ingin melindungimu sampai ingin memilikimu. Bukannya ingin menjadi seorang pecundang karena mengatakan cinta lewat rekaman idiot seperti ini tapi……. jujur saja aku takut memulainya. Aku takut kau merasa risih dan akhirnya menjaga jarak dariku.


Gadis itu langsung terenyuh. Entah kenapa jantungnya langsung mengeluarkan debaran menyakitkan mendengar pernyataan Jong Woon. Dia bilang dia mencintainya juga? Lalu selama ini mereka hidup dalam kemunafikan begitu? Mengaku sahabat padahal saling cinta. Saling? Tunggu dulu! Bukannya gadis itu baru menyadari rasa cintanya sekarang? jadi tak bisa dikatakan saling cinta sejak awal. Sama sekali tak bisa. Tapi.. bisa dibilang gadis itu buta. Ya.. saat ini ia setuju dengan ucapan Kyuhyun tempo hari,


 “aku peringatkan satu hal padamu. Kau baru akan sadar jika seseorang itu sangat berharga dalam hidupmu saat orang itu sudah pergi. Jangan sampai suatu saat kau menyesali tindakanmu sendiri”


“Ya… Kyuhyun oppa. Kau benar. Aku baru sadar kalau aku mencintainya saat ia sedang tak ada disekitarku untuk waktu yang cukup lama. Kalau dia bisa kembali secepatnya aku janji akan memperbaiki semuanya” gumam gadis itu dengan air mata yang mulai tumpah ruah.


So Eun~a…. Jangan menangis! Kau pasti sedang menangis kan? Dasar gadis cengeng! Sudahlah, begini saja. Aku minta maaf! Pasti aku membuatmu bingung ya? Kalau kau tidak suka dengan kalimatku barusan ya jangan dipikirkan. Anggap saja semua yang kuucapkan tadi hanya angin lalu. Ara?


So Eun langsung mendongak, menatap radio itu lagi. “oppa” hanya kata itu yang keluar dari mulutnya. Tenggorokannya tercekat dan suaranya menjadi serak karena menangis.


apa lagi? Aku harus bilang apa lagi? Oh.. aku hampir saja melupakan hal terpenting ini. Kuharap rekaman ini sampai ditanganmu tepat waktu. So Eun~a, Saengil Chukahae. Semoga semua harapanmu terkabul dan maafkan aku karena tak bisa ada disana saat hari ulang tahunmu. Tapi kau senang kan hari ini? Kau harus menceritakanku apa saja yang kau dan Kyuhyun lakukan! Dan jangan lupa untuk menarik nafas saat itu. Kyuhyun tidak membuatmu mati ditempat kan? Kalau aku pulang nanti, kumohon jangan marah lagi. Aku sudah cukup lelah karena tak melihatmu dalan jangka waktu yang cukup lama dan kuharap kau bisa menyambutku dengan baik. Tidak berteriak-teriak atau malah membuang muka. Kumohon jangan!


“Kalau begitu pulanglah sekarang” So Eun langsung menjawab sambil menatap radionya kesal. Ya.. dia sendiri tahu, ucapannya tadi sama sekali tak berguna, toh.. pria itu takkan dengar. Lagipula, ini hanya rekaman.


Em,,, mengenai hadiahmu? Ini hadiah dariku untukmu. Aku merekam suaraku distudio dan mengirimkannya padamu. Kuingatkan sekali lagi, ini hanya satu-satunya di dunia. Tentu saja eksklusif karena pengarangnya langsung yang menyanyikannya. Mungkin dilain waktu, lagu ini akan didengar banyak orang tapi dengan penyanyi dan tentu saja suara yang berbeda kan? Lihatlah, betapa spesialnya hadiah ulang tahunmu. Ah.. baiklah! Aku tak bisa lama-lama. Kau juga sudah mual mendengar suaraku kan? Hahahaa….


Eunghh….. So Eun~a…. kuharap aku bisa pulang secepatnya. Aku merindukanmu. Sangat.



So Eun POV


Eunghh….. So Eun~a…. kuharap aku bisa pulang secepatnya. Aku merindukanmu. Sangat.


Aku langsung mematikan radio itu dan membaringkan tubuhku dilantai. Rasanya lemas sekali. Aku jadi ingin mati saja. Ternyata mendengar suaranya tidak bisa mengurangi rasa rinduku bahkan malah membuatku semakin tak berdaya menahannya. Aku menatap lurus kearah langit-langit kamar. Ini ulang tahun terburuk yang pernah ada. Aku memang mendapatkan hadiahku, hadiah yang kubilang kuinginkan, Cho Kyuhyun. Seharian kami jalan-jalan berdua tapi…… ternyata bukan itu yang sebenarnya kuinginkan. Aku hanya butuh Jong Woon oppa saja, hanya dia, tak perlu kado atau kue sekalipun. Hanya butuh kehadirannya dan ulang tahunku akan menjadi sempurna. Seperti tahun-tahun sebelumnya.


Aku menghela nafas, sejurus dengan air mataku yang mengalir menyamping karena posisiku sekarang. Jam 11 lewat 43 menit, apa lagi yang kuharapkan? Kedatangannya? Itu terlalu mustahil.


Aku mencoba memejamkan mata, tapi aku justru seperti melihat sesuatu yang lain. Ini aneh. Ini terasa begitu nyata. Aku menoleh kearah pintu yang masih tertutup rapat. Entahlah, tapi perasaanku menyuruh membukanya. Aku mencoba mengabaikannya tapi rasa itu semakin membludak dan tidak terkendali. Belum lagi rasa penasaran yang ikut-ikut menelusup keluar. Ah.. baiklah! Aku menyerah.


Dengan langkah gontai dan detakan jantung yang menggila, aku mendekat dan menangkupkan jemariku didaun pintu. Belum sempat kukunci sejak Hye Seo ahjumma tadi datang. Aku menarik nafas lemah lalu memutar kenop dan menariknya kedalam.



Jong Woon POV


Aku tak tau jalan pikiran macam apa yang sedang kulewati. Aku menyatakan perasaanku direkaman kaset itu dan tanpa berpikir ulang langsung mengirimnya ke So Eun. Bagaimana jika ia benar-benar tidak suka dan malah semakin marah? Ah.. Jinjja! Semua pikiran itu sedang berkecamuk diotakku dan sukses membuatku mengurungkan niat untuk mengetuk pintu flat didepanku. Ya,.. aku sudah pulang! Harusnya aku masih harus mengurus lagu dan baru diperbolehkan pulang 3 hari lagi tapi kurasa aku tak akan sanggup. Maksudku, melewatkan hari ulang tahunnya? Melewatkan hari ulang tahun salah satu gadis yang paling kusayang? Belum lagi tadi sore ponselku tak henti-hentinya mengeluarkan getaran. Belasan sms dari satu pengirim. Ya.. So Eun. Semua kata rindu yang gadis itu kirimkan padaku malah membuatku semakin kesulitan untuk menahan rasa ini.


Dan dengan alasan itu, aku menyelesaikan semua pekerjaanku lebih cepat dan segera memutuskan untuk pulang. Dan sekarang, disinilah aku. Didepan flat seorang gadis. Sudah hampir 7 menit aku berdiri mematung disini, tak berani mendekat sama sekali. Berkali-kali aku mengangkat lengan kiriku, melirik jam tangan yang nyaris menunjuk angka 12.


Kreek krekk


Seketika aku menahan nafas. Daun pintu flatnya bergerak seiring dengan suara decitan besi-besi yang saling beradu. Dan didetik selanjutnya, tubuhku langsung menegang. Pintu itu terbuka sepenuhnya dan menampakkan sosok yang sangat kurindukan. So Eun berdiri diambang pintu dengan tatapan tak percaya, mulutnya bergetar dan tak lama kemudian air matanya berjatuhan. Matanya sembap. Aku yakin dia sedang menangis sebelumnya.


Terlihat begitu gugup. Aku juga merasakan hal yang sama. Aku tak pernah merasa segugup ini sebelumnya, terlebih didepan gadis ini. Didepan gadis yang tanpa malu-malu menjitak dan meneriakiku. Tapi……….. kali ini suasananya berbeda. Kami saling menatap satu sama lain, jujur saja walaupun hanya menatap tapi aku sudah cukup puas. Tahu kalau gadisku baik-baik saja, bahkan saat ini mampu kujangkau dengan indra penglihatanku sendiri. Mungkin bisa dibilang saling memuaskan mata setelah seminggu lebih tak bertemu.


Kami masih tak beranjak, tak ada yang saling mendekat. Mungkin ia tak beranjak karena ia masih mengira aku hanyalah halusinasi parah yang muncul karena pengaruh otaknya yang sudah rusak. Sedangkan aku, aku tak sanggup melangkah sama sekali. Sepertinya kakiku sudah dipaku ditanah.


“aku belum terlambat kan? Ini masih hari ulang tahunmu kan?” ujarku, berusaha membunuh keheningan yang terlalu lama ini.


“namja sialan” desisnya dengan sorot mata yang tak kumengerti. Aku langsung menghela nafas mendengarnya, ternyata dia masih marah.


“kau bodoh atau apa?” kali ini dia memekik sementara aku masih terdiam. Sambil menunduk aku meloloskan mataku dari wajahnya.


“kakiku lemas! Bisakah kau mendekat dan memelukku? Kenapa kau senang sekali membuatku tersiksa?” ujarnya kemudian. Terdengar seperti rintihan lelah yang sangat menyesakkan. Aku langsung terkesiap, rasa lega langsung meluap-luap didadaku. Aku menampakkan senyum penuh rasa syukur kearahnya. Ternyata dia tak marah. Tanpa membuang waktu, aku langsung melangkah dengan tenagaku yang masih tersisa, menarik pinggangnya dan membawanya kedalam pelukanku. Tangisannya langsung mengeras saat kepalanya sudah menempel sempurna didadaku, aku semakin mendekapnya, mencoba menenangkannya walau itu sama sekali tak berguna. Tangisnya tak berhenti, bahkan tanda-tanda akan berhentipun tidak ada.


“So Eun~a….. maafkan aku!” ujarku pelan dan ia masih tetap menangis terisak-isak. “So Eun~a” ucapku lagi. Entahlah, aku sedang ingin memanggil namanya terus-menerus. Kucium puncak kepalanya lalu kutahan kepalaku disana, semakin lama aku semakin membenamkannya, membiarkan indra penciumanku kembali menghirup aroma tubuh yang sempat menghilang. Demi Tuhan, kami tak pernah seserius ini. Maksudku, kami memang sudah pernah berpelukan beberapa kali sebelumnya tapi tidak sampai meluapkan emosi sebanyak ini dan tak pernah terasa seperti ini. Rasanya seperti semua beban masalah terangkat dan tubuh menjadi terasa begitu ringan.


Aku menepuk punggungnya sementara So Eun menggerakkan kedua tangannya mengitari tubuhku. Dia semakin mengeratkan pelukannya sebelum kemudian ia lepaskan sendiri.


“Jangan pergi lagi!” gadis itu bicara dengan suara serak sambil mendongak. Tenggorokanku tercekat sejak tadi, jadi aku hanya menggangguk sebagai jawaban. Ia ikut tersenyum lalu sedikit menunduk dan menghapus air mata dengan tangannya. Segera saja, aku mengulurkan tangan kewajahnya, menggantikan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh tangannya sendiri. Ia kembali mengangkat kepala, memperhatikan wajahku lekat-lekat selama jari-jariku sibuk bergerak diwajahnya.


“oppa! Aku juga mencintaimu!” ucapnya tiba-tiba. Membuat fokusku langsung buyar dan kembali menatap bola matanya.


“tadi kau bilang kau mencintaiku kan? Sekarang aku jawab. Aku juga mencintaimu” ulangnya, kali ini dengan ulasan senyum tulus. Sukses membuatku terenyuh. Aku mengucapkannya lewat rekaman dan dia mengucapkannya secara langsung. Jelas aku kalah dalam urusan nyali disini.


“makanya jangan pergi lagi” lanjutnya dengan nada menasehati. Ia mengulurkan tangannya menyentuh wajahku dengan sebelah tangan, sedangkan sebelahnya lagi ia tahan disamping badannya. “oppa! Maafkan aku!”


“minta maaf untuk apa?” tanyaku lembut sambil menyelipkan jari-jariku dihelaian rambutnya. Perlahan mengusap lembut tengkuknya, membuat tubuh gadis itu sedikit meremang.


“aku tak tau. Pokoknya aku minta maaf. Aku minta maaf karena menjadi Kim So Eun yang selalu membuatmu kesal dan semua kesalahanku yang lain. Bisa maafkan aku?” ujarnya lirih. Matanya sama sekali tak menatapku, ia malah menatap tangannya sendiri yang sibuk bergerak diwajahku. Ia sedang memakai sweater berwarna cream dengan lengan panjang, bahkan lebih panjang dari tangannya sendiri. Membuat sebagian telapak tangannya tertutup sweater itu. Rambutnya ia gerai, hanya dijepit sedikit disebelah kanan. Cantik.


“Terima kasih juga karena kau datang dihari spesialku. Malam ini benar-benar sempurna.” Aku tersenyum lalu dengan gerakan cepat langsung menarik pinggangnya lagi. “sempurna? Kurasa belum”


Wajahnya langsung berubah jadi merah begitu aku selesai bicara. Aku terkekeh sebentar melihat ekspresi terkejutnya lalu segera mendekatkan wajahku kewajahnya. Dan disaat seperti itu, ia masih berani membuka mata dan menampakkan ekspresi bodohnya. Aku tersenyum, masih menikmati wajah gugupnya sementara ia mulai menutup mata. Cukup lama. Sampai akhirnya ia kembali membuka mata dan terkejut melihat jarak wajah kami yang terlalu dekat. “s..se..sebenarnya kau m..ma..mau apa huh?” serunya parau. Dan jelas terlalu gugup.


“menurutmu apa?”
“mencium kan?”
“oh.. jadi sudah tahu?” ucapku sebelum akhirnya memiringkan kepala dan menjangkau bibirnya dengan mudah. Aku melingkarkan sebelah tanganku dipinggangnya dan menggunakan sebelah tanganku yang lain untuk menahan tengkuknya. Awalnya hanya saling menempelkan permukaan bibir satu sama lain, dan dalam sekejap langsung berubah jadi lumatan-lumatan ringan yang sama-sama kami lakukan. Dan entah bagaimana caranya, saat ini tubuhnya sudah menempel ditembok dan sekarang sudah menyudut di dinding. Mungkin kaki kami bergerak tanpa sadar hingga menempel disini.


Kegiatan itu terus berlanjut sampai…………… KRRIIIIINGGGG     KRRIIIIINGGGG    KRRIIIIINGGGG


Aku dan So Eun refleks terlonjak dan saling menjauhkan diri satu sama lain. Ciuman kami berakhir karena suara sialan itu. Kami berdua saling melempar pandang dan kembali bertatapan dengan ekspresi bingung.


“Oppa itu suara apa?”
“mana aku tahu! Coba lihat kedalam! Suaranya dari dalam flatmu” So Eun langsung menoleh kearah pintu flatnya yang terbuka dan beranjak masuk kedalam. 10 detik berlalu tapi dia tak kunjung datang, bahkan suara yang menginterupsi kegiatan kami tadipun masih aktif terdengar. Sebenarnya apa yang dia lakukan didalam?


Sambil menghela nafas, aku memasuki flatnya. “YAK!apa yang kau lakukan?” seruku saat melihat gadis aneh itu sedang berusaha membuka bungkus kado. Ia mencongkel ujung-ujung kertas pembungkusnya dengan pulpen sambil meringis.


“Oppaaa…… suaranya dari sini! Sepertinya jam weker! Ini hadiah dari Kyuhyun oppa!!!”
“nde? Kenapa bisa menyala? Memangnya sudah dipasang baterainya?” aku langsung menarik kotak itu dan berusaha merobek kertas pembungkusnya. Jinjja!! Kyuhyun pabo! Kenapa lengket sekali? Aish…. Jadi susah dibuka begini!


“mana aku tau! Geumanha,,,,,, Oppaa….. cepat! Nanti tetangga bangun semua. Aku tak mau kena marah!”


“Ya sudah banting saja!” seruku sambil menyodorkan kotak berisi weker yang tak henti-hentinya mengeluarkan deringan itu kepada yang punya.


“nde? Banting? Aniyooo!”
“aish…. So Eun~a! Ini berisik sekali!”
“jangan dibanting” ujar So Eun kukuh. Tiba-tiba saja sayup-sayup suara pintu terbuka diiringi dengan lontaran kata protes terdengar samar ditelinga kami.


“cepat banting! Cepat!” suruhku, mengusung nada propokatif.
“aniyaaa” dia langsung memeluk kotak itu dengan ekspresi panik
“oke…. Aku akan bicara pada para tetangga kalau suara itu berasal dari sini” ucapku sambil berpura-pura akan berdiri.


“Ah,..,. iya iya. Aku banting” responnya cepat sambil menahan tanganku. Ia segera menutup telinganya dengan sebelah tangan lalu menoleh menatapku dengan sinis.


Dan…… BRAAKK


Seketika suara deringan weker tadi berhenti. Aku langsung menghela nafas penuh rasa syukur lalu tersenyum menghadap So Eun yang justru malah terlihat syok.


“Aigoo….” serunya lirih sambil memegangi kepalanya. Ia terkulai lemas dalam posisi duduk dilantai dengan tatapan mata panik yang tertuju pada kotak yang masih belum terbuka itu. Ya.. kotaknya memang masih terlihat baik-baik saja tapi isi didalamnya….eum…. No comment.


“Ah… ia” Tiba-tiba So Eun menjentikkan jarinya lalu melesat ke laci kayu tak jauh dari posisi kami sekarang. Ia mengeluarkan gunting dan sukses membuatku melongo dahsyat. “YAAAA! Kau punya gunting? Kenapa tak dikeluarkan dari tadi huh?”


“AISH… Aku baru ingat, tau!” serunya tak mau kalah. Lalu menggunting pembungkus kado itu dengan mudah. Ya Tuhan, yeoja seperti Kim So Eun harus dilestarikan. Benar-benar unik. Dunia akan bersedih jika spesiesnya punah. Aku mengamatinya dengan tatapan menyindir dan frustasi yang berbaur menjadi satu. Mungkin tatapan mataku saat ini tak akan bisa ia pahami. Baguslah!


“eomoonnnaaaa….. Oppa!! Ottokhae???” racaunya saat membuka kotak itu dan menemukan jam wekernya sudah retak dan jarum jam yang tergantung menyedihkan.


“Minta yang baru saja pada Kyuhyun”
“ISH! Jinjja! Enak sekali kau bicara! Aku tak mau tau, pokoknya ini semua salahmu! Kau harus membenarkannya! Bawa ke tukang reparasi sana!” ia kembali meracau sambil menarik-narik jaketku seperti anak kecil.


“YAA!!! Kau yang banting kan? Kenapa jadi aku yang salah?”
“tapi kan kau yang menghasutku!”
“Ah.. kenapa malah membicarakan ini sih?” seruku kesal sambil menggeser weker beserta kotak-kotaknya itu menjauh. Ia hendak mengulurkan tangannya untuk mengambil weker itu kembali, namun dengan gerakan cepat aku menahan dan menarik tangannya. Membuat tubuh gadis itu langsung menegang dengan pandangan mata yang tidak fokus.


“Yang tadi mau dilanjut tidak?” godaku sambil menatap matanya sayu.
“eh?” dia mengeluarkan ekspresi tak mengerti yang kuyakini sama sekali tak dibuat-buat. Ya.. gadis ini benar-benar sering amnesia tiba-tiba dan akupun sudah sangat maklum dengan sifatnya yang satu itu.


“yang tadi didepan? Ingat tidak?” ucapku, membantu mengingatkan nenek pikun ini. Kali ini dengan ekspresi malas yang sama sekali tak berusaha kututupi. So Eun memasang tampang berpikir lalu didetik berikutnya matanya langsung membulat. Ah.. baguslah! Jadi dia sudah mengerti sekarang?


“a..ap..apanya yang d..di..dilanjut? kau g..gi..gila!” ucapnya gugup. “nde? Jadi begitu saja?”
“apanya yang begitu saja? Sudah sana! Kembali ke flatmu! Aku mau tidur! Namja macam apa kau! Memasuki rumah seorang gadis ditengah malam!” seru gadis itu. Jelas sudah bisa mengontrol detakan jantungnya. Aku mendesah lalu segera berdiri. Gadis itu ikut berdiri dan kini berjalan duluan menuju pintu. Ia berdiri disisi pintu yang sudah terbuka lalu menatapku seolah berkata ‘cepat keluar’. Ah.. jinjja! Tadi dia menangis-nangis dipelukanku dan sekarang aku diusir. Cepat sekali dia berubah mood.


“ei… So Eun~a… jadi sekarang kita pacaran?”
“mwo? Pacaran? Kapan kau memintaku jadi pacarmu huh?”
“jadi harus diminta dulu?”
“tentu saja, pabo.”
“aish… tanpa dimintapun kau sudah mau kan?”
“YAAA!!!! Siapa bilang?”
“tadi katamu kau juga mencintaiku!”
“aku hanya bilang aku mencintaimu kan? Tak ada kata-kata pacar sama sekali.”
“kalau begitu, mau tidak jadi pacarku?”
“hanya begitu?”


So Eun POV


“Kalau begitu, mau tidak jadi pacarku?” tanya namja itu, sukses membuatku melongo. “hanya begitu?” aku balas bertanya dengan tatapan heran yang sama sekali tak bisa kututupi. Oh.. Tuhan, kenapa harus menciptakan makhluk sepertinya?


“tentu saja, memang harus bagaimana lagi?”
“bisa sedikit lebih romantis tidak?” seruku kesal.
“romantis?” ulangnya seperti orang tuli
“Ah.. Jinjja! Sudahlah, tak usah romantis-romantis segala! Aku mau jadi pacarmu, puas? Sudah sana keluar” ujarku sambil mendorongnya.


“HUAA…. JEONGMAL?” Serunya bahagia
“ne.. sekarang keluarlah!” aku kembali mendorongnya, kali ini dengan sekuat tenaga. Aigoo… ada apa ini? Tanpa diperintah pipiku langsung memanas setelah mengucapkan kalimat itu. “So Eun~a! KAU PACARKU SEKARANG?”


BRAAAKKKK….


Aku langsung membanting pintu flatku sampai tertutup, mengabaikannya yang masih heboh kegirangan diluar. Aku sendiri langsung berdiri membelakangi pintu dengan senyum lebar yang mengembang tiba-tiba. Diiringi dengan detak jantungku yang berdetak cepat. Ah… eomoe… pipiku panas, eommmaaaaaaaaaaaaa….

“SELAMAT MALAM............................... PACAR” pekik seseorang dari luar, membuatku langsung mengernyit. Norak sekali dia. Apa ia lupa? Ini tengah malam. Jinjja!


…………………………………………..



Coffee Shop
14:39 KST


“kau benar-benar akan meninggalkannya wamil, hyung?”
“keoreom”
“kau yakin dia baik-baik saja? Satu minggu tanpa kau saja dia sudah sekarat”
“YAAA! KYUHYUN OPPA!!!!!” Seruku sambil menendang kakinya, membuat pria bermulut ahjuma itu meringis dan refleks memegangi kakinya. Sementara itu, Jong Woon oppa hanya tertawa kecil lalu menjawab pertanyaan Kyuhyun tadi, “maka dari itu, kita akan kembali ke Cheonan. Kalau disanakan ada orang tuaku dan orang tuanya juga. Ia pasti akan baik-baik saja”


“jadi kalian benar-benar akan meninggalkan Seoul?”
“ne.. oppa wamil dan aku akan meneruskan kuliah”
“hei… siapa yang mempengaruhi otakmu hingga sejauh ini? Kukira kau akan tetap kekeh mempertahankan pekerjaanmu sebagai violinist kafe” ujar Kyuhyun oppa setengah tidak percaya.


“Jong Woon oppa tak menyukai pekerjaanku, lagipula kurasa aku juga butuh kuliah”
“oh.. jadi sekarang sudah mulai menurut pada calon suami hum?” goda pria menyebalkan itu sambil menyenggol lenganku. YA… AKU SEDANG MEMEGANG CANGKIR KOPI. DASAR BODOH. Aku ingin berteriak seperti itu, tapi mulutku kelu saking syoknya. Aku masih tak percaya karena tanganku masih bisa menahan cangkir ini hingga tak jatuh bebas kelantai dan hancur berkeping-keping.


“hahaha…. Aku juga tak tau kenapa gadis ini bisa berubah pikiran” Jong Woon oppa ikut-ikut tertawa lepas dan akhirnya mengobrol berdua tanpa mengacuhkanku.


Ya.. aku dan Jong Woon oppa akan kembali ke Cheonan. Kami rasa, hidup mandirinya sudah selesai dan waktunya kami kembali ke kampung halaman. Lagipula, Jong Woon oppa sudah memutuskan untuk mendaftar wajib militer. Aku tak tau bagaimana nasibku selama dia tak ada nanti. 2 tahun itu sangat lama. Dan untuk mengantisipasi itu, aku memilih menyibukkan diri dengan dunia baru, ya.. dunia perkuliahan di Cheonan.


“kyuhyun~a…. Yu-Ri bagaimana? Sudah sejauh mana hubungan kalian?” aku langsung mengarahkan fokusku kembali pada Kyuhyun oppa. Menunggu jawaban yang akan keluar dari bibirnya.


Ia memelantingkan tubuhnya ke sandaran kursi lalu tersenyum menjijikan “setiap perbuatan yang dilakukan dengan tulus pasti akan membuahkan hasil. Tak ada satupun yang sia-sia didunia ini. Bukankah begitu?” ujarnya sok puitis, sukses membuatku dan Jong Woon oppa langsung mendesah sambil membuang muka darinya secara bersamaan.


“jadi intinya hubungan kalian memiliki kemajuan?” ucapku, berusaha mengambil kesimpulan.
“keurae! Lagipula gadis mana yang sanggup menahan pesonaku? Ei.. nona Kim, aku pasti akan sangat merindukanmu” aku langsung menaikkan sebelah alisku mendengar pernyataannya. “nanti stalkerku akan berkurang satu jika kau tak ada. Lalu, siapa lagi yang akan repot-repot datang kesini dan memberikanku kimbab selain kau hum?”


“Aish…. Kau akan merindukanku karena itu? Ah jinjja!”
“cari saja gadis lain yang bersedia menjadi fansmu” sela Jong Woon oppa.
“ne.. aku sudah pensiun menjadi fansmu!” ucapku menyetujui.
“ya.. tenang saja! Aku pasti bisa menemukannya dengan mudah” aku dan Jong Woon oppa langsung mengangguk malas, ya.. biarlah dia bicara sesuka hatinya. Ah.. tapi jujur! Pasti aku akan sangat merindukannya, tak dipungkiri aku masih menobatkan diriku sendiri sebagai fansnya, walaupun pria ini menyebalkan tapi ia mempunyai wajah yang terlalu sempurna untuk ukuran manusia. Ia memiliki tipe wajah dengan ketampanan yang berpotensi membuat para wanita ketagihan memandanginya. Selayaknya candu. Ketampanan yang memabukkan. Aish…  Cho Kyuhyun.


“eum… Jong Woon oppa! Sepertinya aku harus kembali ke flat sekarang. Banyak yang belum kupersiapkan untuk besok”


“ah.. ye.. berhatilah-hatilah” aku tersenyum sambil mengangkat jempolku kearahnya lalu beralih kearah Kyuhyun oppa. “bisa jadi ini terakhir kali kita bertemu. Kyuhyun oppa, pangeran tampan yang menyebalkan. Aku masih menjadi fans nomor satumu. Ara?” Kyuhyun oppa langsung tersenyum mendengar ucapanku barusan, “aish… aku pasti akan merindukanmu yeoja aneh”


“ah.. mau berpisah saja kau masih senang membuatku naik darah. Sudahlah, aku pulang sekarang. Anyyeong”


………………………..


Tadinya memang ingin langsung pulang, tapi begitu melihat kedai ice cream yang baru buka, pertahanku langsung runtuh. Maka dari itu, mau bagaimana lagi? Sudah pasti aku disini sekarang. Duduk santai diteras sebuah kedai ice cream dengan satu cup milkshake vanilla yang menggoda. Ah.. ice cream cokelat jumboku belum datang sejak tadi. Sambil menunggu, aku memperhatikan orang-orang yang sibuk berlalu lalang dengan terburu-buru, sebenarnya apa yang membuat mereka terburu-buru ya? Ingin segera pulang dan menemui keluarga di rumah? Em.. bisa jadi.


“Kim So Eun?” refleks, aku memutar kepalaku kembali kedepan dan menemukan engg…. Seseorang yang langsung membuat moodku berantakan. Milkshake yang sedang kusedot dari sedotan panjang memutar berwarna merah inipun langsung terasa hambar.


“eh? Kau rupanya! Tak menyangka bisa bertemu disini” ujarku dengan nada datar. Aku menatapnya sebentar lalu langsung pura-pura tertarik dengan mobil sedan yang terparkir diseberang jalan.


“aku boleh duduk disini?” ia menunjuk kursi kosong dihadapanku. “eng.. keureom” ujarku seadanya. Ia langsung tersenyum dan menarik kursi itu mundur lalu duduk diatasnya sambil menghela nafas.


“hei… apa kabar? Sudah lama kita tak bertemu. Terakhir saat aku menjemput Yesung oppa di flat kalian, kau sama sekali tak keluar.” Ia berucap dengan nada yang begitu ramah, sampai-sampai aku sendiri sangsi apakah ini benar seorang Park Hana? Aku langsung tersenyum, jelas senyuman sinis. Aku mendongak dan menatapnya tak suka. “sejak awal kita tak pernah akrab bukan? Lalu atas dasar apa kau menjadi begitu sopan padaku?”






Gadis itu tersenyum sambil menundukkan kepalanya. “aku hanya berusaha menjadi lebih baik, eonni” Aku langsung menaikkan sebelah alisku, menatapnya dengan tatapan ‘kau sakit?’ lalu membuang muka. “bisakah hubungan kita menjadi sedikit lebih baik?” ucapnya pelan, diiringi dengan kedatangan seorang pelayan yang membawakan pesanan ice creamku. Aku tersenyum ramah pada pelayan itu lalu kembali menatap yeoja didepanku. Yeoja yang kelewat cantik dengan mata bulat yang indah. Mungkin aku membencinya karena iri dengan kecantikannya, dan pastinya karena ia dekat dengan Jong Woon oppa. Yup! Untuk kali ini aku akui, aku cemburu.


“selamat atas hubungan kalian”
“darimana kau tau?” seruku sinis sambil menyuap ice creamku dengan sendok besar. “Yesung oppa! Kami masih membahas soal lagunya dan aku iseng bertanya” menyadari perubahan air mukaku, ia langsung meralat ucapannya “Jong Woon oppa”


“ah.. tak apa! Kau boleh memanggilnya Yesung! Tapi, bolehkah aku tau, bagaimana kau bisa mengetahui  panggilan itu?”


“aku melihat tulisanmu dibuku musiknya. Yesung oppaku yang pabo. Kau menulisnya besar-besar disampul belakang buku musiknya kan?” aku terdiam, mengingat-ingat selama beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum. “oh.. yang itu! Ingat, aku ingat!” seruku sambil mengangguk-angguk.


“aku menyukai nama itu jadi kupanggil saja dia begitu. Aku sama sekali tak tau kalau dia pandai menyanyi. Dia tak pernah menyanyi didepanku. Yesung oppa hanya mengajariku main piano. Itu saja”


“arasseo. Kau tak perlu menjelaskannya… eum... soal penjualan lagu. Bagaimana kau bisa tau dia menulis lagu?”


“dari buku musiknya juga. Aku tak sengaja melihatnya dan tanpa permisi aku memberikannya kepada appaku lalu saat itu juga appa langsung menyukai liriknya”


“appamu seorang produser musik?” gadis itu langsung mengangguk pasti. “ada seorang soloist pria bernama Bang Chang Hun, dia yang akan menyanyikan lagu Yesung oppa” aku mengangguk lalu kembali menyuap ice creamku.


“so eun eonni. Besok kalian benar-benar akan kembali ke Cheo……”
“jawab jujur! Kau menyukai Jong Woon oppa kan?” aku menyela tanpa mengangkat kepala sedikitpun dari ice cream cokelatku. Gadis itu terdiam sebentar lalu mengangguk, “jujur saja, aku memang menyukainya. Yesung oppa benar-benar baik dan manis. Setiap dia bicara rasanya aku ingin meleleh. Tapi lama-kelamaan, aku sadar ia sudah tergila-gila parah dengan seorang gadis. Kukira aku bisa merebutnya dan membuatnya mengalihkan perhatiannya sebentar saja dari gadis itu tapi ternyata….. aku sama sekali tak berhasil. Pesona gadis itu terlalu kuat dimata Yesung oppa. Jadi mau tak mau, aku mundur” setiap ia bicara ‘gadis itu’ ia pasti langsung menatapku. Ya.. kata ‘gadis itu’ dikalimatnya jelas ditujukan padaku.


“bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?”
“cara dia menyebut namamu berbeda. Cara dia menatapmu itu berbeda. Apalagi setiap aku mengajaknya bicara, dia selalu menyambung-nyambungkannya denganmu. So Eun juga… ah… itu mirip sekali dengan kelakuan So Eun. Aku tak tau bagaimana bisa kau mempengaruhi otaknya sampai sebegitunya. Yang jelas aku sudah kalah telak darimu. Benar-benar membuat iri”


“jinjjayo?”
“hmm” angguknya
“kalau kau belum tau, ia sepertinya sudah mengagumimu sejak lama, eonni”
“tak usah memanggilku begitu. Aku tau kau merasa risih”
“aku bukan merasa risih hanya tak biasa saja”
“kalau begitu tak usah. Panggil So Eun saja!”
“oke! Ah..Baiklah, kurasa cukup berbincangnya. Aku ada urusan lain. Senang bertemu denganmu” ia tersenyum manis lalu bersiap-siap berdiri.


“Hana~ya… “ panggilku membuatnya menghentikan gerakannya dan menoleh “untuk kali ini, senang juga  bertemu denganmu” aku membalas senyumnya. Dia masih tersenyum sesaat sebelum menghembuskan nafas prihatin “jangan terlalu cemburu padanya. Aku jamin dengan diriku sendiri, ia tak mungkin menatap yeoja lain selain dirimu. Jangan terlalu cemburu. Kasihan Yesung oppa” aku terkesiap mendengar ucapannya lalu mengangguk kikuk. Benar juga! Sifat pencemburuanku benar-benar tak tertolong.


“ah.. baiklah! Annyeong! Semoga bisa bertemu lagi lain waktu” aku mengangguk lalu kembali tersenyum. Astaga, gadis ini benar-benar cantik.Ia berdiri lalu mulai beranjak dari kursinya. Aku memperhatikan punggungnya yang mulai menjauh, hingga “PARK HANA” panggilku setengah berteriak. Ia menoleh dan menghadapku dengan bingung. “MULAI SEKARANG KITA BERTEMAN YA” teriakku sambil melambaikan tangan. Aku bisa melihat senyumnya dari sini. “SETUJU” Jawabnya sambil membalas lambaian tanganku. “ANYYEONG EONNI”


“ANYYEONG”


Aku menghela nafas lega lalu memelantingkan tubuhku disandaran kursi. Kurasa kehidupanku selanjutnya akan menjadi sangat sempurna. Ya.. mungkin aku memang harus kembali menunggu selama kurang lebih dua tahun untuk memiliki seorang Kim Jong Woon seutuhnya tapi….. jika membayangkan aku akan hidup bersama pria itu selamanya, maka waktu dua tahun jelas tak ada apa-apanya.


Eum…. detik ini aku mengerti. Kenapa didunia ini begitu banyak orang yang rela tersakiti berkali-kali hanya untuk jatuh cinta. Cinta hanyalah istilah sederhana yang digunakan oleh seseorang untuk mengekspresikan ketertarikan dan menganggapnya istimewa. Namun jatuh cinta, jelas jauh berbeda dengan kata cinta saja. Nyaris terdengar seperti bualan tidak berguna yang jauh dari akal sehat. Tapi, jika kau sudah jatuh cinta, bersiap-siaplah untuk menghadapi hal-hal baru dalam hidup dan terperangkap bersama seseorang yang telah membuatmu jatuh.


“hei…. katanya mau pulang? Kenapa masih disini?” refleks aku menoleh. Dan langsung tersenyum didetik itu juga. Tanpa membuang waktu aku berdiri. Menatapnya lekat-lekat lalu merangsek memaksa diriku sendiri masuk ke dalam pelukannya. Membuat pria itu mau tak mau melingkarkan tangannya disekeliling tubuhku.


“kau kenapa sih? Kita dilihat banyak orang” bisik pria itu dengan nada khawatir.
“oppa, terima kasih” aku tak tau bagaimana ekspresi wajahnya sekarang, aku masih memanjakan diriku sendiri didalam pelukannya yang hangat. “terima kasih?” dengan nada bingung yang sangat kentara, ucapan itu terdengar samar ditelingaku.


Sambil tersenyum, aku melepaskan pelukanku dan mendongak menatapnya. “ne.. karena berhasil membuatku jatuh cinta. Dan terima kasih juga karena bersedia mencintaiku. Buat aku terjatuh dan terperosok lebih dalam lagi, ara?” sebelah alis pria itu terangkat dengan bingung, “kau sedang bicara apa sih?”


“bukan apa-apa” ucapku sebelum memiringkan wajah dan mengecup pipinya pelan.
“ini tempat umum” Jong Woon oppa mengingatkan lalu langsung memegangi tengkuknya dengan kikuk.
“aku tau”
“ya sudah ayo pulang”
“ice creamku belum habis. Temani aku habiskan dulu, baru kita pulang” aku menarik tangannya hingga terduduk dikursi lalu menyodorkan sendok ice cream kepadanya. Ia masih menatapku bingung untuk beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum dan menyendok ice cream cokelat jumbo didepan kami bersamaku.



END


Bismillah, tes tes tes. Tarik nafas, hembuskan.


MINAL AIDIN WAL FAIZIN SEMUAAAAAAAAAAA^_^


Annyeong readersku yang cantik-cantik *peres*


JONG-EUN BALIKKKKKK *tabur bunga* oke.. sebelumnya, maaf bg siapapun yg dah baca n berujung pada kekecewaan *apadah bahasanya* disini keliatan banget aku g kreatif. Itu encung masa jd pelayan kafe lagi, trs alur ceritanya masa begini-begini lagi *jedotin pala ke tembok* sekali lagi MIAN. Trs, konflik? gila.... aku bingung mau bikin konflik macam apa. Aku g pinter bikin konflik.... ya.. laen kali diusahain deh.


Eum sekarang mari Bahas ff ini, bagian mana yang paling kalian g suka?? Karakter Kyuhyun kah? Kyuhyunnya aku buat jadi rada sableng n narsis gitu. G papa kan ya?? Hoho…. Tapi keren kan *tabok*. Jadi, para SparKyu terima aja ya..  *senyum manis* Abis itu apalagi? ceritanya terlalu datar? ya.. untuk yang satu itu, aku nyadar diri. Sebenernya aku buat cerita ini dr jaman Paris In Love selesai, tp cuma 10 page trus g dilanjutin lagi dan kemaren pas bulan puasa mulai ngelanjutin lagi. Untungnya keburu dan selesai tepat waktu. Tdnya karena ff ini nyambung sampe ultahnya So Eun, aku mau bikin jd Twoshots tapi g jadi deng...... aku males motong-motongnya, lgian dipertengahan g ada adegan serunya kan??? jd buat fansnya So Eun *aku g tau namanya apa. Kl g salah ANGEL (?) bener g? ralat kl salah ya..* aku pastiin tgl 6 sept besok aku g publish apa-apa...


Oh.. dan satu lagi. Aku mau bikin pengumuman disini, bagi siapapun yg pernah minta ato setdknya berharap aku bikin ff so eun sama namja lain. Kayaknya aku g bakal bisa penuhi deh. Aku tuh anaknya susah bangun feel dan sekarang aku ngerasa udah dpt feel Jong-Eun. So… kl bosen sama Yesung, dan berharap So Eun dipasangin ama namja lain, jangan terlalu berharap banyak sama aku.


Em READERSSSS…… selesai baca, please ngasih reaksi ato komen ya… aku butuh komen disini! Butuh sebutuh-butuhnya! Kasih tau aku kurangnya dimana. Supaya bisa lebih baik lagi. Kaya kemaren tuh di Paris In Love, ada yg bilang ‘tambahin gambar’ sip! Itu masukkan yang berarti buat aku. THANK YOU///// *tp demi apapun nyari gambar yg sesuai sama yang aku pengen itu susah. Jadi seadanya dulu ya..^^* please kasih komen! kalian boleh minta apa aja diforum komen*tp blm tentu aku kabulin* kaya tambahin konflik, yesungnya bikin lbh romantis ato apalah. Tp kl yesung jd lebih romantis? Susah kali ya… itu PR banget. Yesung itu tuh g pantes romantis. Emang sih banyak yg bilang, yesung itu romantis dengan tatapan+suaranya. Tatapannya aku setuju tapi suaranya……..? gimana ya? Menurut aku, suara Yesung itu tipe suara yang gelap dan bikin patah hati bukan romantis. Kl Kyuhyun baru bikin tenang, damai, pokoknya enak didenger sebelum tidur. Kl Ryeowook? Suara dia tuh bikin seneng+bahagia. Noh kan, omongan aku nyasar ampe Ryeowook ikut-ikut. Back to Jong-Eun. Aku pasti bikin Jong-Eun lagi kok, tapi g bakal dalam waktu deket. Karena, jelas ini bukan blog khusus Jong-Eun kan??? Aku juga mau berimajinasi tentang couple-couple lain. Boleh dong?? Dan coba kasih aku saran, maunya cerita Jong-Eun semacam apa? Dijadiin orang kaya aja apa ya? Kesian, aku bikin cerita begini-begini terus. Masalah kenapa pelayan kafe lagi? Aku g tau kenapa tapi sesuatu yg berhubungan dgn kafe/coffee shop itu selalu keliatan keren dimata aku. Lagian lbh baik kan drpd aku jadiin tukang parkir? *mending g usah bikin ff*


Uppsss ampe lupa…………Happy birthday my YESUNGIEEEEEEEE…  berapa umurmu sekarang bang? kl ngeliat dari muka, susah buat percaya kl dia udah mau kepala tiga. Dia ama Kyuhyun aja keliatan tuaan Kyu *dirajam SparKyu* em....harapannya…………… SEMOGA DDANG BROTHER+KKOMING BISA CEPET DAPET EOMMA #eh?? Pokoknya Long live and always in god’s protection. Hope you always get the best. Keep health and don’t forget to rest. Serius jaga kesehatan, jangan sampe radang usus lagi T_T



OH.. ia!! Di lagu Rockstar...... ada yang merhatiin g?? Masa ada yang tereak ‘CAUSE I’M A LOCKSTAR’ yup! Itu si encung, tukang balon saya yang tereak. Masa Lockstar bang? Haha..... ya udahlah g papa! Kesalahan-kesalahan dia itu malah ngebuat dia keliatan makin cute, ia ga??? *apa ini??*


Oke… bye bye readers! Please leave a comment and reaction for me. Selanjutnya........ WTL part 8 siap publish *lempar pom-pom*



Comments

  1. ok akhirnya ada jg ff jong-eun.....hahahaha....
    q suka ama ceritanya, feelnya dpt, good job deh buat authornya, and di tunggu nih ffnya jong-eun yg lain hehehe...
    minal aidin walfa izin, mohon maaf lahir dan batin ya, klu ada salah pengucapan pd komennya di maafin ya...wkwkwkwk....
    ok deh semangatnya dlm berkarya ya....fightinggg...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha.... Thx dah komen, chingu..
      bagus deh kl dpt feelnya^^

      g usah ditungguin jong-eunnya... nanti juga nongol sendiri:))

      Delete
  2. bagus...
    enknya dibilang apa ya nih ff? intinya enk dibaca ajalah..klo masalah yesungnya g romantis mungkin itu tuntutan karakter. lagian pas kan ama karakternya so eun yang rada sableng.

    terus apalagi ya?
    kakak maunya aku ngomong ppa?
    kayaknya itu aja deh, aku cape nulisnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe... ia-ia segitu aja. makasih dah komen de(?)
      Apa? emang So Eun rada sableng? tapi tetep Kyu jauh lebih sableng kan? *kekeh.

      Delete
  3. Wiihhhh akhir'a ada jga ff Yesso( Yesung- so eun )
    Aku suka sama cerita'a, feel'a jga dpet bget...
    Klau mau tau, fans Kim so eun, Angels...
    Di tunggu deh ff Yesso, lai'a :D

    ReplyDelete
  4. akhir nya jong-eun couple comeback hahha
    wah suka bgt deh baca nya cz kata2 x mudah di mengerti n crita x panjang bgt jd sy puaaas bgt...
    suka bgt dgn kata2 (bila demam belilah cho kyu hyun di apotik terdekat) hahha sumpah ngakak baca pas kta2 tu.
    trus suka bgt sm karakter nya yesung oppa(upst ntr dimarahin so eun eonni lg kekkee)
    karakter x so eun kurg ngeh bwt sy cz rada sableng#plakditabok angels
    eh iya chingu pgn bgt deh baca ff jong-eun yg karakter nya yesung oppa dingin gt sm cewek trus banyak cwek yg suka sm dia nah kim so eun unni jadi anak orang kaya yg terobsesi mw dapetin apa yg dia ingin kan kayak anak manja gt...
    tp akhir nya sadr setelah jatuh cinta sma yesung oppa wah sy pgn bgt ada ff jong-eun yg kyk gt :)

    untuk ff jong-eun yg ini menurut ku kereen bgt, tp ttp lbh suka ff jong-eun yg #PLEASE BE MINE# cz karakter bang ecung lbh keren kayak gt hehe mian jgn tersinggung thor. :)
    smoga ada ff jong-eun lg cz sy sgt suka couple ini n itu berkat ff mu yg PLEASE BE MINE thor hahha
    ok minal aidin wal-faidzin jg yah :D
    fighting...!!! selalu di tunggu karya2 ff jong-eun nya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. g lah...sama sekali g tersinggung. keren tuh idenya. tp kayanya kl begitu, lebih cocok dibkn series deh. Kl engga mungkin twoshot dan dijamin bkl panjang bget. *ngebayangin* nanti deh aku pikirin lagi. semoga bisa bikin yg semacam itu.

      makasih loh masukannya^^

      Delete
  5. seru! pas di depan sih pas baca masih ketawa ketawa aja eh tapi pas akhir akhir mulai deh kerasa sedih nya. so sweet <3 suka sama bahasa di ff ini, baku tapi dimngerti (?)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe.... ia, sedih-sedihannya diakhir:D

      makasih komennya chingu

      Delete
  6. Yeay ... Like it (y)
    Sebelumnya reader minta maav ya thor ,reader udh bc semua FF mu bru comments d sinii ,reader janji nanti2 klo ada FF jong_eun couple reader bklan setiaa commentr d blog ni <3

    Suka banget ma ni crita,sedih jg pas denger rekaman dr bang yesung buat soeun,adorable n very sweet.

    Ditunggu FF jong_eun yg laennya :)
    Tetep cmangadt n gomawo to author :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks(^.^)/ udah dibaca aja aku udah seneng....

      iya ditunggu aja Jong-Eun - Jong Eun selanjutnyaaa:) gomawo komennya

      Delete
  7. Author, entr bikinin FF special jong_eun couple pada saat ultah bang yesung ya :* *puppyeyes*
    Readers,slalu buka ni blog mantengin ff jong_eun couple ,,blon nonggol2 :*
    Tetep smangatd ya thor *sodorin Bang yeye* hhhe biar dpt inspirasi buat projek jong_eun couple nya (y)

    Special thumb just for U (y) ,(y)

    Lanjuuut~ :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. bikin ga ya?? ditunggu aja deh, masih sebulan lagi kan? Makasih semangat + yeyenya *kantongin encung*

      Delete
  8. GILAAAA... COBA DIBIKIN FIM LEPAS... KKK~ CERITANYA SERU, DAN SENENG GA ADA KONFLIK YANG GIMANAAA GITU, COZ AKU GA SUKA KONFLIK KKK~ KEBAYANG EKSPERSI SO EUN YANG BERUBAH-UBAH DISINI, PASTU kYUUUTEEE BANGET, DAN UNTUK YEYE GA PERLU JADI ROMANTIS CUKUP BEGITU AJA, KARENA NAMJA ROMANTIS DI SUJU EMANG CUMAN DONGHAE YANG BISA KKK~, DAN UNTUK SUAMIKYU... I LOVE U SO MUCH MESKI DISINI BUKAN YANG UTAMA TAPI KARAKTERNYA CUKUP KEREN MENURUTKU HAHAHA.. SECARA SIAPA LAGI YANG MAU MUJI SELAIN ISTRINYA ..TUL GA AUTHOR WKWKWKW... YANG JELAS SEMUA KARAKTER DISINI AKU SUKA ,FEEL NYA DAPET DAN KATA-KATA DALAM DIALOGNYA TUH BANGET BANGET SUKAA... RINGAN TAPI NYES GITU..HEHE , OYA THANKS BUAT AUTHOR YANG UDAH REKOMENDASIKAN CHO KYUHYUN OBAT DEMAM YANG AMPUH .. AKU AKAN CARI DIAPOTIK NANTI.. AHHH BERHARAP AKU DEMAM... WKWKKWK...:D HBD YEYE....(NINIET)

    ReplyDelete
    Replies
    1. KAMU KENAPA????? CAPSLOCK ITU CAPSLOCK!!!!!!! Hahahah......... aduh! makasih komennya! Ah... kita samaan dong! aku juga g suka konflik *tos* pengennya yang tenang-tenang aja....

      suamimu??? TIDAAAKKKK! kyuhyun udah nikah sama aku tadi pagiiiiiii.......

      Delete

Post a Comment

Popular Posts