( One-shoot ) At The Time










Cast : Kim Jongwoon
           Kim So Eun





~~~~  




Mengapa aku mencintaimu?

Haruskah aku memiliki alasan untuk mencintaimu?


Bolehkah aku menjawabnya dengan mengatakan bahwa aku sendiri juga tidak tahu mengapa?




Parasmu yang jelita, senyummu yang begitu indah, tampilanmu yang amat menawan, serta segala keindahan yang tuhan limpahkan padamu, juga bukan sebuah alasan yang tepat kenapa aku mencintaimu. Meski itu semua merupakan salah satu faktor kecil. Namun bukan karena hal itu karena kenyataannya aku juga menerima segala kekurangan yang ada pada dirimu, entah itu secara fisik maupun psikologismu.


Meski sampai detik ini aku belum menemukan alasan yang tepat, tapi percayalah, bahwa cinta yang kuberikan padamu sama besarnya dengan yang kau berikan padaku, bahkan melebihi dari apa yang telah kau berikan.


Terkadang pertanyaan semacam itu juga terlintas dalam benakku. Aku juga tidak habis pikir bagaimana bisa kau memilihku dari sekian banyak pria di muka bumi ini. Padahal awalnya kita begitu bertolak belakang, meski hingga kini pun begitu. Baik secara umur, sifat, serta pandangan hidup kita jelas berbeda. 


Sampai terkadang aku berpikir untuk melepasmu pergi dan membiarkan dirimu mencari pria yang jauh lebih baik dariku seperti beberapa bulan yang lalu.


“ Aku akan pergi ke Taiwan lusa, ku harap kau mengerti.” Ucapku serius sambil memandangnya yang juga memandangku dengan memamerkan wajah manisnya. Waktu itu aku masih sangat ingat bagaimana penampilannya yang sangat memukau meski baju yang dikenakannya biasa saja.


“ Tentu oppa! Bukankah pergi keluar negeri memang sudah kerjaanmu? Aku pasti memahaminya, tenang saja.” senyum manisnya mencuat dan akan segera memanipulasi semua akal sehatku atau bisa saja memporak porandakan keyakinanku, jika saja saat itu aku tidak bersikap tegas.


“ Tapi kali ini berbeda, aku akan berada di sana dalam waktu yang cukup lama. Kira-kira enam bulan.”


“ Terus apa masalahnya?” wajah polosnya lagi-lagi berhasil membuatku tersiksa. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa kalau ia masih memasang wajah seperti itu. haruskah aku membelakanginya agar apapun yang ia lakukan tidak dapat kulihat?.


“ Enam bulan bukan waktu yang singkat So Eun!” nada bicaraku meninggi. Aku ingin menegaskan sebuah maksud dari pertemuan kami pada waktu itu.

“ Aku tahu, terus kenapa?”


“ Pergilah sebelum terlambat! Aku tak akan memaksamu untuk tetap berada di sisiku.” Ucapku seraya menundukkan kepalaku sejenak. Aku bukannya sudah tidak mencintai gadis itu lagi, namun aku sangat mengerti bagaimana perasaannya. Selama dua tahun bersama, aku tak pernah benar-benar membuatnya bahagia. Hubungan kami tak senormal yang orang pikirkan. Setidaknya tidak ada jadwal khusus untuk kami bertemu, yang lebih parahnya itu semua karena aku, atau lebih tepatnya karena kesibukanku.



Statusku sebagai CEO perusahaan advertising, membuatku tak punya banyak waktu selain dihadapkan dengan setumpuk berkas pekerjaan. Jangankan untuk bertemu, untuk saling menyapa melalui telpon saja rasanya begitu sulit. Maka dari itu, aku tidak ingin terus menyiksanya dengan kenyataan seperti itu. aku sangat paham bahwa ia membutuhkan semua yang tak bisa kuberikan itu. jadi sudah kuputuskan untuk melepasnya, membiarkannya menemukan kebahagiannya meski bukan bersamaku.


“ Oppa… aku tidak pernah menuntut apapun padamu. Kencan, menjemputku di kampus, atau sekedar meminta waktumu untuk menghubungiku, aku tidak pernah meminta itu semua. Aku selalu menerima oppa apa adanya, tapi sekarang…aku tidak bisa menerima permintaan oppa.” Bisa kulihat jelas bagaimana keterkejutan dirinya akan apa yang ku katakan tadi. Sedikit demi sedikit titik-titik noktah bening jatuh mengalir di atas pipinya.

“ Tapi…”


“ Pergilah oppa..aku akan terus menunggumu sampai kau kembali.” Lirihnya yang terdengar begitu menyakitkan untukku. Ku genggam kedua tangannya dengan erat, sambil terus menatap matanya dengan lembut.



“ Aku akan baik-baik saja sampai kau datang untuk menemuiku kembali. Percayalah…” tak terasa aku ikut menangis. Gadis ini benar-benar keras kepala, padahal aku melakukan semua itu demi kebaikannya.



Tatapannya sungguh meneduhkan hatiku, tanpa ku sadari tuhan telah mengirimkan seorang bidadari cantik yang juga baik hati. Bodohnya aku kalau sampai benar-benar melepaskan dirinya. Dan hal itulah yang membuatku selalu bersemangat dalam bekerja. Semua pekerjaan ku selesaikan dengan cepat, berharap aku bisa kembali ke Korea lebih cepat dari yang direncanakan.


Hingga akhirnya hari ini aku bisa menginjakkan kakiku kembali di kota yang sudah lama tak ku jamahi. Kira-kira pukul sembilan pagi tadi aku sampai, dan langsung kembali ke rumahku, lebih tepatnya rumah kedua orang tuaku, karena sampai saat ini aku belum memiliki rumah pribadi.



“ Jadi kapan kau akan menemuinya?” aku hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan omma yang terdengar begitu khawatir.


“ Mungkin lusa setelah aku menyelesaikan berkas-berkas pekerjaanku.” Jawabku enteng, namun tidak untuk ommaku. Saat aku memutuskan untuk menyetujui proyek di Taiwan-pun, dialah orang yang paling panik. Alasannya tidak lain dan tidak bukan karena seorang gadis bernama Kim So Eun. Omma begitu menyayangi gadis itu, terkadang aku suka merasa kalau omma jauh mencintai So Eun daripada aku.


“ Kalau begitu kabari dia jika kau sudah kembali, atau tidak aku yang akan mengabarinya.” Kekehan pelan lolos begitu saja dari mulutku. tak hanya ucapan omma yang membuatku terkekeh, namun jika kalian melihat bagaimana ekspresinya sekarang ini, kalian juga akan tertawa.


“ Jangan omma biar aku saja. tenanglah… aku pasti akan menemuinya tapi tidak hari ini.” Ucapku sembari tersenyum meyakinkan omma. 





*****





So Eun POV




Sumpah demi apapun hari ini aku sangat lelah. begitu banyak tugas yang mesti ku kerjakan, apalagi menjelang sidang skripsi membuatku harus pontang panting ke sana kemari melakukan sebuah penelitian. Sungguh menjengkelkan!.


Ku buka pintu lokerku dengan tak bersemangat dan meletakkan beberapa buku tebal ke dalamnya. Namun tanganku berhenti saat aku menyadari ada sesuatu yang menempel di balik pintu lokerku. Selembar tiket bioskop beserta secarik kertas. Datanglah atau tidak akan ku kutuk hubunganmu dengan Jongwoon tidak akan bertahan lama. Gila! Sumpah serapah macam apa ini? Kenapa harus bawa-bawa hubunganku dengan Jongwoon oppa? Tidak salah lagi, pasti ini ulah Seunmi. Dia kan selalu melakukan apapun agar aku menuruti keinginannya. Tanganku kembali mendorong pintu kecil di depanku, hingga pintu itu tertutup rapat.



Jam tiga sore? Sepertinya masih bisa. Baiklah…sepertinya bukan ide yang buruk. Pergi menonton film untuk sekedar melepas penat, memang bukan hal yang salah. Lagipula sayang kan kalau tiket ini aku buang begitu saja?.




*****




~ ~ At Myeondong Theater ~ ~




Dengan langkah hati-hati, ku susuri barisan-barisan kursi yang terhampar dalam ruangan besar ini guna menemukan kursi yang tertera pada lembar tiket yang tengah ku genggam. 59 B , nah itu dia!. Akupun segera duduk di kursiku. Film sebentar lagi akan dimulai, tapi sampai sekarang ia belum datang juga. Bahkan sampai film dimulaipun, ia belum kunjung datang. Aigoo…apa dia lupa?. Kenapa sampai sekarang belum datang juga?.


Baiklah…sepertinya kali ini dia telat lagi. Aku hanya menghela nafas pasrah kemudian mengalihkan perhatianku pada layar raksasa di depan yang tengah memutar sebuah film romantis. Di pertengahan aku merasa resah karena hingga saat ini Seunmi belum kunjung datang.


“ Tolong matikan ponselmu, di bioskop dilarang menyalahkan ponsel. Kau tidak tahu peraturan itu?” aku mendecak kesal pada suara tegas yang baru saja mengomentari kegiatanku. Memangnya kenapa? Apa mengecek ponselku untuk menulis sebuah pesan mengganggu kenyamanan orang lain? sepertinya tidak.


Aku pun mematikan ponselku dan menyimpannya kembali ke dalam tas. Kemudian ku angkat kepalaku untuk melihat orang menyebalkan yang tadi. Mulanya ingin mengomeli orang itu, aku malah dibuat tak berdaya saat tahu orang menyebalkan itu, Jongwoon oppa. Tuhan…aku sedang tidak bermimpikan.



Entah tak percaya dengan penglihatanku atau terlalu kagum dengan sosok tampan yang nampak tenang menyaksikan layar lebar di depan, aku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Aigoo…ini sugestiku sendiri atau memang nyata? Kenapa orang ini kelihatan lebih menawan, bahkan sangat?.



“ Hati-hati matamu lepas. aku tahu aku memang tampan, tapi bisakah tidak melihatku begitu? Kau kelihatan seperti ingin menelanku bulat-bulat.”


Cihh…setelah lama tak bertemu ternyata dia semakin menyebalkan. Lihat saja sikap narsisnya. Benar-benar sudah tak bisa ditolerir. Baik…aku tak akan memandangimu lagi! Jadi jangan salahkan aku jika aku sudah tak ingin melihat wajahmu lagi.


Aku kembali menatap layar besar di depan, menikmati kisah menarik yang sedang ku saksikan. Hingga tak terasa lampu bioskop kembali dinyalakan saat film telah selesai. Aku dan Jongwoon oppa meninggalkan bioskop, kami menyusuri jalan sembari berbincang tentang kesibukkan masing-masing. Aku juga tak lupa mengeluh padanya karena selama enam bulan ini ia benar-benar tidak menghubungiku, ayolah bahkan sebuah pesanpun tak kuterima. Benar-benar keterlaluan.


Dia terkekeh hingga matanya yang kecil dan menyipit, persis sekali dengan emotikon tertawa. Matanya hanya tinggal segaris. “ Aku takut jika menghubungimu, kau akan merindukanku dan akhirnya kau tak bisa mengerjakan skripsi dengan baik. bukankah sebentar lagi kau sidang skripsi?” aku mencibir sementara dia terus terkekeh.


“ Ya memang, tapi aiishhh…kenapa kau menyebalkan sekali sih!” aku merengut sebal, tanganku bersedekap di depan dada kemudian berjalan menduluinya.



“ Belajarlah dengan baik. aku akan memberikan sesuatu jika kau lulus nanti.” Ucapnya merajuk namun terdengar begitu menggoda, maksudku menggoda hatiku untuk tak kesal lagi padanya.


Aku menatapnya, memandang wajahnya yang terlihat sedang menahan tawa. Ckk…sebenarnya dia itu sungguhan atau hanya ingin mempermainkanku saja sih?.

“ Memangnya apa?” tuntutku. Bukannya menjawab ia malah mengangkat bahunya sambil berlalu begitu saja. “ Lihat saja nanti.” Ujarnya tenang tanpa melihatku.


Menyebalkan! Baru bertemu tapi dia sudah menyebalkan begitu! Sebenarnya apa yang dia inginkan?...tapi baiklah, aku akan lebih giat belajar dan menyelesaikan skripsi secepatnya. Aku mau tahu kejutan macam apa yang mampu diberikan oleh seorang Kim Jongwoon.





******




Author POV





Baju toga, topi kelulusan menjadi pemandangan wajar hari ini. tak terasa hari kelulusan, hari yang dinantikan para mahasiswa telah tiba. Para orangtua mendekap putra putri mereka dengan penuh bangga, begitupun dengan kedua orangtua So Eun. Dengan bangga mereka merangkul putri mereka sambil mengucapkan kalimat syukur berulang kali.



Rasa bahagia yang berlimpah juga dirasakan So Eun, ia merasa amat senang bukan hanya karena ia bisa membuat kedua orang tuanya bangga, tapi juga karena ia berhasil menggapai cita-cita dan kini ia semakin dekat dengan impiannya menjadi seorang entrepreneur muda berbakat.


Namun, kebahagiaan yang ia rasakan nampak sedikit kurang tanpa kehadiran pria itu, Jongwoon, Jongwoon oppa-nya. Tadi setelah menerima sertifikat kelulusan, tak lama pria itu mengiriminya pesan. Memberi ucapan serta permintaan maaf karena tak bisa datang menyaksikan salah satu momen berharga di hidupnya.


So Eun tak bisa apa-apa, mau tak mau ia mesti menerima. Ia ingin egois, ia ingin membeli waktu pria itu untuk bersamanya, namun ia sadar jika seperti itu ia sama saja menghancurkan hubungannya sendiri. bukankah dalam sebuah hubungan mesti ada rasa saling menghargai dan memaklumi.




*****





Rasa kantuk belum juga bisa teratasi namun suara bel rumahnya terus berbunyi. Awalnya So Eun mengabaikan bunyi itu, ia pikir ada orangtuanya yang bisa membukakan pintu, tapi setelah lama dibiarkan, bunyi itu tak kunjung berhenti. Dengan amat terpaksa, So Eun meninggalkan ranjangnya dan berjalan cepat menuju pintu.


Ia tak habis-habis merutuki tamu yang datang itu. Memangnya tak ada waktu lagi untuk berkunjung? Kenapa harus malam-malam begini? Kenapa mesti mengganggu waktu tidurnya? Dan kenapa orang di rumahnya tak juga membukakan pintu?. Huftt…menyebalkan!.


Pintu berhasil dibuka So Eun, gadis itu menguap namun setelahnya mata sayunya langsung membulat. Kantuk yang dari tadi membelenggunya, kini sirna. Hilang seperti terserap oleh sosok di depannya, sosok yang dari tadi memencet bel rumahnya.


So Eun tetap mematung bahkan ia tetap tak bergeming ketika sosok itu sudah masuk ke dalam rumahnya. rupanya So Eun masih belum bisa mencerna apa yang sedang dialaminya. Mungkin ia terlampau shock.



Berbeda dengan So Eun yang masih tak bergeming, sosok itu, pria itu sedang menilik ke sudut ruangan rumah gadisnya. Matanya melirik ke sana kemari, seperti sedang berusaha mencari letak perbedaan tempat ini dengan waktu terakhir ia berkunjung.


Pria itu kembali menoleh ke arah So Eun yang sedang berjalan menghampirinya. gadis itu benar-benar diam, pandangan matanya tak bisa lepas dari sosok pria di depannya, sosok pria yang ia cintai, Kim Jongwoon.



“ Ayo duduk! Dari tadi kau berdiri saja! silahkan jangan malu-malu.” ujar Jongwoon meledek gadis itu.


“ Inikan rumahku.” Gumam So Eun. Gadis itu duduk tepat di sebuah sofa. Pandangannya masih tak lepas dari Jongwoon yang juga telah duduk di sofa seberang.


Seperti sedang memastikan kelengkapan bagian tubuh kekasihnya, So Eun menatapi Jongwoon dengan teliti.




“ Aku tak menyangka, akhirnya kau lulus juga. Nilaimu juga sangat bagus. Aigoo…ternyata kau tidak sebodoh apa yang kupikirkan.” Celetuk Jongwoon. Entah sedang merasa senang atau memang cuma ingin menggoda gadis di depannya, Jongwoon tak berhenti tersenyum.




“ Memangnya kau pikir aku sebodoh apa hah?” So Eun mendelik, ia cukup kesal dengan tingkah Jongwoon. Pria itu bahkan tak merasa bersalah karena tak hadir di hari kelulusannya dan sekarang ia malah menghinanya seperti itu.



Tertawa dan tertawa, sungguh membuat So Eun semakin jengkel. Ia pun bangkit dari duduknya. “ Sudahlah aku lelah. jika kau ke sini hanya untuk membuatku kesal, lebih baik pulang saja.” wajah enggan sudah terlanjur terpasang, menandakan seberapa muaknya So Eun sekarang ini.



Helaan nafas lelah menjadi pengiring gerak memutar So Eun, gadis itu mendecak pelan. ia menatap pria di depannya, pria yang menarik lengannya, pria yang memaksanya untuk berbalik.


“ Kenapa kau begitu padaku? Kau tak rindu padaku?”


“ Aku hanya sedang lelah.”


Jongwoon menghembuskan nafasnya, ia menatap So Eun lembut. “ Dengar…” Jongwoon terdiam, ia menggantung kalimatnya, jelas itu membuat So Eun semakin kesal.



“ Kau hanya mempermainkanku oppa.”

“ Hei dengarkan dulu!”



Baik…So Eun memang kalah. Karena nyatanya meskipun sedang marah ia tetap tak bisa mengabaikan Jongwoon. Entah kenapa keberadaan pria itu tak bisa membuatnya memalingkan pandangan.

“ Waktumu lima detik.” Putus So Eun, Jongwoon langsung memasang tampang protes. “ Apa-apaan kau ini? mana bisa seperti itu?!” keluh Jongwoon tak terima.

“ Satu…dua…” Jongwoon kian panik saat So Eun tak main-main dengan ucapannya, gadis itu benar-benar menghitung waktunya. “ Hei…berhenti!”


“ Tiga…empat…”


“ Aku mencintaimu!” detakan jantung Jongwoon semakin cepat, manakala keberanian dan nyalinya dikejar batas waktu. Sebenarnya ia ingin mengucapkan dengan cara yang lebih romantis, tapi bagaimana bisa ia merangkai kalimat romantis dalam waktu kurang dari lima detik?.

Jika Jongwoon masih sibuk mengatur pernafasannya, So Eun kelihatan seperti orang yang baru saja tersambar petir. Terkejut dan tak bisa bergeming. Sehebat itukah? Hanya karena dua kata yang diucapkan Jongwoon ia jadi membeku?.




*****




Jongwoon POV





Aku menelan ludahku sendiri. entah kenapa apa yang ingin ku katakan seperti tertahan di kerongkongan. Tak bisa diucapkan. Ya tuhan…kenapa segugup ini?. ku tatap dirinya yang masih terdiam, ku usap tengkuk belakangku yang terasa dingin tiba-tiba. Ayolah…ini bukan pertama kali aku mengatakan perasaanku padanya.



Aku mendehem pelan, “ So Eun-aa, kita sudah melewati waktu yang lama dan berat. Sudah banyak rintangan yang kita lalui, banyak terjal yang telah menguji. Hingga tak terasa kita semakin dewasa. Kita semakin kuat dan siap untuk menghadapi ujian yang jauh lebih besar. Namun…untuk menghadapi ujian itu……” jantungku berdegup semakin kencang, entah kenapa detik-detik ini seperti detik-detik menegangkan.



Nyaliku kian ciut saat matanya menyorotku dengan tegas, ia sedang menunggu kelanjutan kalimatku. Namun…sialnya keringat dingin dan hawa senyap malah menyergap tubuhku. kenapa tubuhku tak bisa diajak kompromi, kenapa kondisiku malah membuat segala keberanianku mengecil?.



Pandanganku beralih ke lantai, menimang untuk memutuskan mana yang lebih baik. apa yang mesti kulakan. Aku kembali menatapnya, kini tekadku sudah mantap. Aku yakin, aku pasti bisa.


Ku genggam kedua tangannya, memposisikan untuk menatapnya dengan intens. Aku bisa merasakan kegugupan gadis ini dari sentuhan tangannya yang terasa bergetar. So Eun-aa…apa kau bisa merasakan apa yang sedang kurasakan?.


“ Kita harus bersama, karena dengan bersama kita bisa menjaga satu sama lain. meringankan di saat yang lain merasa lelah. memberi dukungan ketika salah satu merasa patah arang. Jadi….maukah kau menikah denganku, menjadi pendampingku, menjadi istri serta ibu dari anak-anakku?” aku menatapnya dalam, tak kubiarkan sedikitpun mata ini beralih pada yang lain. aku ingin dia yakin jika aku benar-benar mencintainya. Aku sungguh-sungguh dengan ucapanku.


Ia membeku, ia sama sekali tak menjawab. Ayo So Eun jawab aku!. kenapa kau hanya diam? Cobalah untuk mengatakan sesuatu!.


“ Oppa…aku..aku bersedia.” Ia tersenyum senang, ia menghembuskan nafasnya. Aku langsung mendekapnya, memberinya sebuah pelukan, sebuah pelukan yang selama ini jarang kuberikan.


Ku usap kepalanya. “ Aku mencintaimu oppa. Terimakasih karena tetap bertahan di sisiku.”aku terkekeh pelan. bukankah aku yang harusnya mengucapkan kata-kata itu.

“ Aku juga berterimakasih karena kau mau bersabar.” Ia melepaskan pelukannya dan menatapku sambil merengut.


“ Tentu! Gadis mana lagi yang mau bersabar dengan pria super sibuk seperti dirimu?” ia tersenyum, akupun mengacak rambutnya pelan dan kembali memeluknya.


Rasanya bahagia, pasti. Tentu saja. akhirnya… setelah melalui ini dan itu, setelah mengatasi berbagai problema kini tibalah kami di sebuah ujung, ah tidak! nyatanya kami baru sampai tiba di gerbang kehidupan yang baru. Kehidupan yang luasnya bagai lautan, sangat besar dan tak seorangpun bisa memprediksi kapan gelombang laut akan mengusik kenyamanan itu. sekarang aku tahu, aku sudah mendapat jawaban atas pertanyaanku. Kini aku mengerti kenapa aku mencintaimu. Aku mencintaimu karena kau adalah kau, Kim So Eun. Gadis yang kucintai karena begitulah dirimu, lebih dari itu aku menyayangimu karena kau gadis luar biasa yang bisa bertahan. Jika aku tercipta sebagai laut mungkin aku bisa menyebutmu sebagai pohon bakau. Karena kau begitu kuat menahan gelombang air laut yang memaksa masuk untuk mengikis pantai.



Dan aku yakin, jika setiap fase memiliki giliran masing-masing untuk tiba di pintu kebahagiaan. Mungkin selama ini aku tak bisa membahagiakannya, tapi sekarang berkat kesabarannya, kami bisa bersatu. Seperti bibit pohon yang ditanam dan terus dijaga, pasti suatu saat bibit itu akan tumbuh menjadi pohon besar dengan buah yang banyak. Dan itulah filosofi cinta kita, seperti pohon yang butuh waktu lama dan kesabaran.





END



JIAHHHHH…..KOK BALIK LAGI?????
Kekekekk…kenapa pada bosen ya ngeliat aku balik? Hihihi….ya udah sih emang masalah buat LOE??*becanda#pasangan bendera putih


Gimana? Absurd gila badai kan? Hancur berantakan aburadul dan gak jelas banget kan? Sudah aku kira…sudah aku tebak akan begitu. Rasanya ini ff gak ada feelnya, gak tau kenapa romance-nya gak berasa. Ya…emang salah aku sih karena ff ini pernah ditinggal dan pas dilanjutin jadi setengah-setengah feelnya.

Emang aku bikin ff ini tuh udh cukup lama, gak tau sih kapan, Cuma udh dari 2012. Tapi aku tinggal di tengah jalan. Tau sendiri kan gimana aku? kalo bosen ditinggal. Eh…gak tau kenapa malah pengen nerusin ff ini, karena sayang juga. Tapi gitu deh…jatohnya malah aneh banget, romance-nya gak dapet, asik-nya gak dapet, jadi data raja…


Ok…ini ff gagal, Cuma ya..*tampangmikir
Sayang kalo gak dipublish, selagi masih ada gigsent gak masalah. Kekekeke……
Ya udh…semoga pada gak nyesel abis baca ff ni, smoga….pada gak kesel ya…
Emang ni ff mang awkward bgt, aku aja pas baca lagi. Rasanya pengen nenggelemin kepala di bantal. Dari semua scene romance yg gagal, ini nih yang paling gagal. Aduh…aduhhh…aduhhh…

Ya udah deh itu aja…aku pusing. Saking stressnya bikin ff romance gagal.
Okelah…





See You,

GSB

Comments

  1. woooooooooooooooooaaah kereeeennnn bgt chingu...!! aku suka jong-eun couple hahaha
    ouhya ff kibum sm so eun eonni tu kapan dilanjut yah?? sy dh lama nunggu ne#plak
    jd scptnya di lanjut yaw#ngarep
    n di tunggu ff yang lain gomawo :D

    ReplyDelete
  2. huaaaa baru nemu lagi blog yg ada ff kim so eun nyaaa.. seneeeeeeng :"D
    ceritanya seru thor, walaupun kurang ada konfliknya hehe tapi tetep kereeeen :D
    diunggu ff kim so eun lainnya thor. hwaiting

    ReplyDelete
  3. Ok bgt crtnya...
    Gak ada masalah sm crtny...bgs kok..
    Ok di tunggu ffnya kim so eun yg lainnya
    Gomawo and semangat buat author...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts