[One-Shoot] The Unique Girl







Summary : “unik itu berbeda dengan aneh bukan? Dirinya tidak aneh. Namun unik.”

-------^^-------

Tatapan apa itu? apa maksud mereka menatap ku seperti itu? seakan aku ini adalah mangsa mereka yang tak lama lagi akan habis dalam sekali telan. ya aku tahu aku tampan. Tetapi, tidak bisakah singkirkan tatapan itu dari ku?

Ku percepat langkah ku meninggalkan koridor yang semakin lama semakin tak terkendali. Menerobos kerumunan orang-orang yang terus melontarkan tatapan macam itu.

“huufftt… gila! Aku harus selalu waspada jika seperti ini!” gerutu ku. ku tengok arah belakang. syukurlah, ku rasa tak ada lagi yang mengikuti dan kurasa…koridor ini cukup sepi. Bahkan sangat sepi!

BUUGHH!

“ahh…”ringis ku. kurasa bagian lengan kiri ku sedikit ngilu.

Ku tatap siapa pelaku yang menabrak ku tadi, oh atau aku yang menabraknya?
ia seorang gadis. Rambut hitamnya yang panjang ia kuncir kuda, dengan poni samping yang sedikit berantakan. Menggunakan seragam yang sama seperti ku, dan tentunya ia murid Kanghyang High School.

Ia meremas bahunya, mungkin ia kesakitan karena insiden tabrakan tadi. Wajahnya yang di tundukan membuat ku sulit untuk melihat wajahnya.

“gwaenchana?” tanya ku mencoba memastikan.

Ia mengangkat wajahnya. Aku sedikit tersentak begitu tatapan mata kami bertemu. Bukan karena matanya yang berwarna merah maupun hijau, tetapi tatapannya yang tak dapat ku artikan.
Iris hitamnya terus menatap ku intens yang kian lama menusuk karena tatapan dinginnya. Oh bahkan cukup lama kami bertatapan, tak ada satupun kata yang terlontar dari bibirnya sebagai jawaban.

“ck!” ia mendecak dan berlalu begitu saja. Ku tatap punggungnya yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang dari pandangan ku.

“gadis aneh.” Gumam ku.

Ku lanjutkan langkah yang membawa ku kepada sebuah ruangan. Ruangan dengan pintu yang tertutup yang terletak di lantai paling atas gedung ini. terdapat sebuah papan bertuliskan ‘Headmaster’s room’ pada bagian depan pintunya.

Tok tok

-------^^-------

                ‘Author POV’

Seorang namja berhenti tepat di ambang pintu yang bertuliskan 12-A. samar ia mendengar seseorang memanggilnya dan memerintahkannya untuk masuk karena keadaan kelas yang cukup riuh itu.

Namja itu memantapkan langkahnya dan berhenti tepat di samping pria setengah paruh baya yang membawa beberapa buku tebal.

“Oh Sehun, silahkan perkenalkan dirimu.” Titah pria setengah paruh baya dengan nametag ‘Kang Si Hyuk’.

Namja bernama Oh Sehun itu menarik nafas dan membuangnya perlahan. “annyeong haseyo Oh Sehun imnida. Mohon bantuan dan kerja samanya. Terima kasih.” Tersenyum tipis sembari menyapu seisi kelas dengan pandangannya. Membuat keadaan kelas semakin riuh.

Pandangannya terhenti pada sosok yang tengah menelungkupkan wajahnya pada kedua tangan yang dilipat di atas meja. Posisi seseorang yang sedang tertidur.

“Oh Sehun, sepertinya kau mendapatkan respon positif. Semoga kau dapat menyesuaikan dirimu dengan cepat disini. Dan sekarang kau boleh duduk, ada dua kursi kosong, silahkan kau pilih.” Bisik Kang Si Hyuk sembari menepuk pudaknya.

“baik saem. Terima kasih.”

Sehun melangkah menuju dua kursi kosong yang jarak keduanya tak terlalu jauh. Ia mendudukan dirinya pada salah satu kursi kosong yang disampingnya terdapat seorang namja.

“hei. Nama ku Kim Jongin. Kau boleh memanggil ku Jongin.” Namja bernama Kim Jongin itu mengulurkan tangannya sembari tersenyum.

“aku Oh Sehun. Panggil saja Sehun.” Menjabat tangan Jongin sembari balas senyum.

“ku dengar dari Kang saem, kau murid pindahan dari Jepang bukan?” tanya Jongin. Sehun mengangguk.

“lalu mengapa kau kembali ke korea?”

“abeoji diharuskan mengurusi pekerjaannya di korea.”

Prok prok

Jongin bertepuk tangan singkat, membuat Sehun menatapnya aneh. Jongin tertawa ringan begitu seluruh murid menatapnya.

“mengapa kau bertepuk tangan?” tanya Sehun.

“aku memuji mu. kau tampan dan kau adalah murid pindahan dari negeri orang. Pasti banyak yang menjadi fans mu, terutama para yeoja.”

Sehun semakin tak mengerti dengan ucapan Jongin. Ia hanya mengangguk sembari tersenyum kikuk. Menurutnya ucapan Jongin itu terlalu berlebihan.

“saem akan menjelaskan materi baru. Saem harap, kalian dapat mengerti hanya dengan sekali penjelasan karena ini materi yang mudah.” Ucap Kang Si Hyuk yang tengah berdiri di depan kelas.

Kang Si Hyuk mulai menjelaskan tentang materi yang tengah ia terangkan dan sesekali menuliskan beberapa kalimat pada papan tulis putih itu. Seluruh murid memperhatikannya, namun tak jarang banyak dari mereka yang mulai terlihat jengah.

“ugghh…”

Sebuah suara memecahkan konsentrasi Sehun, menoleh mencari dimana asal suara itu berada. Ia kembali dibuat tersentak untuk yang kedua kalinya.

gadis itu…bukan kah ia gadis yang kutabrak tadi!? Gadis aneh itu!?

“biarkan saja, ia memang selalu seperti itu.” Jongin tiba-tiba menepuk bahunya dan berkata. Sepertinya Jongin menyadari perubahan sikap Sehun, “kau kenapa?”.

“anni, hanya saja wajah gadis itu sepetinya tidak asing lagi bagi ku. oh sudahlah tidak apa.” sehun mencoba tersenyum menyembunyikan perasaan terkejutnya.

Ia mencoba kembali memperhatikan pelajaran yang tengah Kang saem jelaskan, namun otaknya berkata lain. Gadis aneh itu telah mengusik fikirannya.

-------^^-------

Kisah hidup itu berbeda-beda bukan? Ada yang berakhir dengan bahagia ataupun sebaliknya. Tak ada yang tahu dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena jika itu terjadi, hidup ini tidak akan seimbang.

~

Seorang gadis mencoba menahan kantuknya saat pelajaran sejarah yang membosankan itu berlanjut. Tak lama lagi pelajaran terkutuk itu akan segera berakhir di akhiri oleh suara helaan nafas lega para murid dan suara riuh sepatu yang beradu dengan lantai dingin koridor.

Satu. Dua. Dan… tiga!

Tepat saat perkiraannya itu bel pertanda waktu istirahat untuk makan siang berbunyi. Dan tak lama pria setengah paruh baya bernametag Kang Si Hyuk itu meninggalkan kelas dengan membawa buku-buku tebalnya. Dan tak lupa para murid yang tak sabar untuk menghabiskan makan siang mereka pun berbondong-bondong keluar dari kelas masing-masing.

Gadis itu merenggangkan otot tangan dan otot lehernya yang menegang. Sejak insiden tadi pagi dan pelajaran terkutuk di jam pertama membuatnya malas. Dirasa kelas itu sudah cukup sepi dan hanya ada beberapa murid saja, ia segera pergi meninggalkan kelas pula. Berjalan menuju tempat yang sudah menjadi incarannya.

Koridor nampak seperti biasa, penuh dengan murid yang tak sabar ingin menghabiskan makan siang mereka maupun yang hanya bercengkrama diiringi canda tawa. cukup riuh bukan? Namun ia tetap mencoba tak memperdulikan itu. yang ia butuhkan adalah ketenangan, bukan kebisingan.
Tatapan datar dan aura dinginnya terus menemani sampai ia tiba pada suatu tempat yang dimana tak ada satu pun sosok selain dirinya. Menuju sebuah-satu-satunya- pohon maple yang terletak tepat di tengah taman dan mendudukan dirinya dibawah pohon itu.

Tenang. Tempat yang tepat untuk seseorang yang ingin sendiri–maupun menyendiri.

Taman belakang. Tak ada yang aneh dengan tempat bernama taman belakang bukan? taman yang tenang, taman yang dipenuhi oleh pohon-pohon hijau, yang dihadapannya terdapat gedung tua. Ya, Kanghyang High School memiliki sebuah gedung lain yang sudah berumur tua. Menyeramkan. Begitu murid-murid mengatakannya. Yang konon gedung tua tepat dihadapan taman belakang ini adalah bangunan yang menyimpan ribuan kisah yang dapat membuat bulu kuduk siapapun berdiri.

Namun itu tak dapat membuat seorang Park Hana takut sedikitpun. Hana-gadis yang tengah duduk di bawah pohon maple ini mulai memejamkan matanya. Tak ada rasa takut sedikitpun baginya karena cerita-cerita konyol itu hanya angin lalu baginya. Tak ada hal aneh yang mengganggunya semenjak ia datang ke taman belakang Kanghyang diawal ia bersekolah.

Semilir angin pun mulai menemaninya. Membuat beberapa daun berjatuhan dan berterbangan. Dan membuat dirinya pun mulai menyelami alam mimpi.

-------^^-------

“baiklah tuan-“

“jangan panggil aku tuan. Panggil saja Oh Sehun. Sehun. Aku disini hanya ingin bersekolah. Bukan untuk di bedakan.” Ujar Sehun malas.

“tetapi jika appa mu tau-“

“katakan saja, aku yang menyuruhnya.”

“oh ehm…baiklah Sehun. Sepertinya tak ada yang di bicarakan lagi bukan?” laki-laki paruh baya yang tengah duduk pada kursi besarnya tersenyum kikuk.

“baiklah aku permisi.” Sehun membungkukan badannya dam membalikan badan keluar dari ruangan itu.

“kepala sekolah itu, sudah ku katakan beribu-ribu kali jangan memanggil ku tuan oh. Awas saja sampai ada yang tahu. Akan ku buat ia benar-benar botak seutuhnya!” Sehun mengumpat sembari berjalan tak tentu arah.

“sshh…bukankah ia murid baru itu?”
“aigoo tampan sekali.”
“aaaa!!! Ia benar-benar keren!”
“ku dengar ia murid pindahan dari Jepang loh. Benar-benar seperti pangeran!”

Berbagai bisikan lolos dengan mudahnya pada alat pendengarannya. Astaga! Belum hampir 24 jam sudah banyak yang membicarakannya. Sehun mulai tak nyaman dengan bisikan-bisikan itu. sepertinya ucapan Jongin ketika pelajaran sejarah itu ada benarnya.

“hai Sehun!” dari kejauhan Sehun dapat melihat sesosok namja melambaikan tangan dan berlari ke arahnya. namja yang baru saja menjadi err… teman? Jongin datang sembari tersenyum lebar, ia merangkul Sehun.

“Sehun-ah kau tahu tidak? Sekarang kau adalah Hot News di Kanghyang! Benar kataku, kau akan menjadi atau.. mungkin sudah menjadi idola! Kau hebat Sehun-ah!” begitulah bunyi pujian yang dilontarkan Jongin. Dengan seruan Jongin itu, membuat banyak murid Kanghyang yang mendengarnya menjadi bersorak.

kim jongin. Ku fikir dengan adanya diri mu di sini dapat membantu ku selamat dari bisikan-bisikan setan itu. tetapi kehadiran mu malah semakin memperburuk keadaan. Aku harus pergi secepatnya atau aku akan mati habis disini!’

“uwaaaa!!! Itu Jongin sunbae dan Sehun sunbae bukan!? mereka berteman!? Astaga! Pangeran kita! Mereka tampan sekali!” seorang gadis bersorak dari kerumunan. Membuat Sehun semkin ingin mati rasanya. Namun berbeda dengan Jongin, namja itu malah tersenyum sembari melambaikan tangannya mengakibatkan sorakan-sorakan itu semakin riuh terdengar seakan memecahkan telinga.

“Sehun-ah, bagaimana jika kita makan siang dulu? Kau mau kan?” ajak Jongin.

Sehun terlihat berfikir. “jika aku menerima ajakannya mungkin saja aku akan habis jika harus dihadapkan dengan kerumunan yang siap memangsa ku kapan saja ketika aku makan siang nanti. Aku harus mengelak walau sebenarnya cacing-cacing ini tengah meronta-ronta.” Ia membatin sembari menatap perutnya.

“eung…Jongin-ah ku rasa aku sedang tidak lapar, dan sepertinya aku harus segera ke toilet. Mian.” Dustanya.

“oh baiklah. Kau hati-hati! Siapa tahu tiba-tiba ada segeromboln gadis yang meminta berfoto dengan mu!” seru Jongin seraya terkekeh begitu Sehun telah mengambil seribu langkah cepat meninggalkannya.

“haahh…ku rasa kalian harus bersabar sampai waktu pulang nanti.” Sehun menyentuh perutnya.

“dan kini aku harus bagaimana!? Berbohong dengan mengatakan ingin ke toilet namun nyatanya aku tak tahu harus kemana!” gerutunya.

Sehun menundukan wajahnya memandang tepat ke arah sepatunya. Tak ada yang menarik. Ia melangkah tak tentu arah sampai kakinya pun yang membawanya pada suatu tempat.

Semilir angin menyambutnya. Membuat beberapa helai rambutnya ikut berterbangan. Ia tertegun sejenak menyadari dimana dirinya kini berada.

“tak ku sangka Kanghyang mempunyai tempat senyaman ini.”

Ia melangkahkan kakinya menuju sebuah pohon yang rindang, “apakah ini taman belakang yang dikatakan kepala sekolah setengah botak itu?”

Sehun menarik nafas dalam-dalam, menikmati sensasi sejuk udara taman. Satu… dua… dan, “AAAAAAAAAA!!!!!!!!!!” ia berteriak sekencang-kencangnya, mencoba melepaskan kejenuhan semenjak ia menginjakan kakinya di Kanghyang.

“AAARRGGHHH!!! BERISIK! MENGGANGGU!” suara seseorang membuatnya terkejut. Ternyata tak hanya ada dirinya di taman yang kelihatannya sepi ini.

Sehun mencari dimana asal sumber suara. Ia menelisik setiap sudut taman. Dan dapat. Seorang gadis yang tengah memejamkan matanya dengan kening berkerut terduduk di bawah pohon maple.

Ia berada di jarak yang cukup jauh dari tempat dimana Sehun tengah menatapnya. Wajahnya terlihat kusut. Perlahan ia membuka kelopak matanya.

“ga…gadis itu!” untuk kesekian kalinya Sehun dibuat terkejut.

“neo! gadis aneh! Kau yang tadi pagi bukan?” Sehun menunjuk gadis yang tengah menatapnya dengan tatapan yang ditunjukan kepadanya saat insiden tadi pagi.

“ia lagi? Sudah tiga kali aku melihat gadis aneh ini.” gumam Sehun sembari menunjukan wajah keheranannya.

Insiden tabrakan, suara lenguhan bangun tidur, hingga pertemuan tak terduga di taman belakang Kanghyang dengan sosok yang sama. Rasanya Sehun ingin terjun saja dari gedung pencakar langit.

Gadis itu tetap tak bergeming. Ia menatap Sehun dengan tatapan datarnya yang kian menusuk. Kesal karena acara tidur siangnya terusik oleh suara teriakan laki-laki yang telah menabraknya tadi pagi.

Gadis itu bangkit dari duduknya, melangkah meninggalkan taman Kanghyang yang mulai tak nyaman-baginya. Namun begitu ia hendak melewati lelaki yang telah mengganggunya, dengan terpaksa langkahnya harus terhenti begitu dirasa ada yang menahan lengannya.

Ia menoleh menatap laki-laki di hadapannya dengan tatapan yang tak berubah sedikit pun, tetap datar dan terkesan dingin.

“mengapa kau selalu menatap ku dengan tatapan seperti itu?” Sehun mulai berucap. Ia menatap gadis di hadapannya dengan tatapan menelisik.

Tak ada sepatah katapun yang terlontar dari bibir tipisnya. Ia mencoba melepaskan tangannya dari lelaki yang notabenenya sangat tak ia kenali.

Sehun tak puas hanya ditatap seperti itu, ia tetap menahan lengan itu walaupun pemiliknya terus mencoba melepaskan diri.

“memangnya aku salah apa? bahkan aku tak mengenal mu atau bahkan untuk bertemu sebelumnya saja tak pernah. Sejak insiden tadi pagi kau selalu menatap ku deng-“

“lepas! Pengganggu!”

Dalam sekali hentakan tangannya pun terlepas. Dengan langkah besar ia meninggalkan taman belakang Kanghyang-dan meninggalkan laki-laki yang sudah berani mengganggu waktu tidur siangnya.

Dan Sehun hanya dapat menatap punggung gadis itu tanpa mendapat jawaban apapun. Memang apa salah dirinya? Toh mengenal saja tidak.

Sehun mengendikan bahunya sembari menghela nafas. Mendudukan dirinya di bawah pohon rindang itu.

TRAK

Sesuatu yang janggal tertindih oleh tangannya. Ia mengangkat tangan kanannya dan mendapati sebuah benda di sana. Sehun memungut dan memperhatikan benda apa yang telah tertindih olehnya.

“nametag…”

Ia membaca sebuah nama yang tertera pada benda mungil berbentuk persegi panjang itu.

“Park Hana. Nama seorang gadis. Mungkinkah ini milik gadis aneh itu?”

-------^^-------

“nametag ku? sepertinya tertinggal, tetapi tidak mungkin. Ahjumma juga sudah menanyakannya. Atau mungkin terjatuh? Tapi dimana?” seorang gadis bergumam di bangkunya. Terlihat bingung juga kesal namun kesan dingin tetap melekat pada dirinya.

“Park Hana. Ini milik mu?”

“nametag ku, neo!” Hana menggeram dalam hati, menatap sengit kepada sosok yang telah baik mengembalikan nametag miliknya.

“kemarin terjatuh di taman belakang.” Sosok itu menunjukan senyum manisnya, mencoba membuat Hana luluh dan meninggalkan aura dinginnya. Tetapi,

Namun, bukannya dibalas dengan senyum atau sekedar ucapan terima kasih, Hana dengan kasar merampas nametag miliknya dari tangan sosok itu. Berlalu meninggalkan sosoknya yang mematung dan beberapa murid yang melihat kejadian yang terkesan cepat itu.

“namja itu. Jangan katakan ia juga di kelas ini.” Hana bergumam kesal dengan volume suara yang sangat kecil bahkan nyaris tak terdengar sama sekali. Mengambil langkah seribu meninggalkan banyak tanya bagi beberapa murid yang menatapnya tak percaya.

“sehun-ah tak perlu difikirkan. Kau tak perlu seterkejut itu. gadis itu memang selalu seperti itu. selalu menyendiri walaupun sudah banyak yang mencoba mendekatinya. Wajahnya yang cukup manis terkesan menyeramkan karena tatapan datarnya dan aura dinginnya.” Seseorang merangkul Sehun sembari berujar. Siapa lagi kalau bukan Kim Jongin?

Sehun terdiam, namun tak lama sesuatu memaksanya untuk berbicara. Mengatakan hal yang mungkin terdengar konyol. Entah apa yang mendorongnya untuk mengatakan hal itu.

“Park Hana. Seperti apa dirinya? Tempo hari sudah beberapa kali aku bertemu dengannya, tetapi hanya tatapan datar itu yang selalu ditunjukannya. Awalnya ku fikir ia gadis yang aneh, namun sepertinya aku salah. Ia unik. Jongin-ah, bisakan kau ceritakan tentangnya kepada ku?”

Sehun tersenyum penuh arti menatap Jongin. Sedangkan Jongin, ia sedikit tercengang dengan apa yang Sehun katakan. Memintanya menceritakan perihal gadis bernama Park Hana? Terdengar konyol bukan?



The End ^.^




hai readerssss......
first fanfiction in the sweet month, February..
by the way, this is the third fanfiction of uri hoobae. after "Troubles from Strawberry" and "Mianhae", now she comeback with the newest srtory. how do you think? is it nice?
we hope readers like and be entertained with this fanfiction :)
see you next time.

Comments

Popular Posts