Get Crazy #2 (mission success)




Bedroom, Teen Topā€™s dorm
07:09 KST
L.Joe POV



ā€œByung Hun~aā€ Mataku mengerjap, terlihat seorang pria samar-samar di hadapanku.
ā€œKenapa?ā€ sahutku, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul.
ā€œDi luar, Andy hyung mencarimu!ā€ Seketika mataku terbuka, terperanjat saat mendengar nama itu disebut. Aku bangkit dari posisi berbaringku lalu meringis meminta bantuan pada pria yang baru saja membangunkanku itu, C.A.P hyung.



ā€œTunggu tunggu, Hyo Jin sudah pulang kan?ā€ tanyaku, mendadak teringat akan gadis itu.
ā€œSiapa Hyo Jin?ā€ Bodoh. Pria ini! Astaga!
ā€œGadis yang di kamarmu!ā€ ringisku tak sabar. C.A.P hyung mengeluarkan ekspresi berpikir sejenak, tepat sebelumā€¦, ā€œYa Tuhan!ā€ mendesis dengan mata ikut terbelalak. Aku kembali meringis, dan tiba-tiba saja C.A.P hyung menarik lenganku sekuat tenaga, mengabaikan dongsaengnya yang  nyaris terjungkal dari tempat tidur ini. ā€œSekarang kau tanggung jawab! Aku masih mau hidup.ā€ Pria berotot itu tanpa prikemanusiaan menarik-narikku yang bertubuh kecil. Membuka pintu kamar dengan gaduh, lalu mendorongku mendekat pada Andy hyung yang masih tenang membolak-balik koran harian.


Dengan gelisah aku menarik napas, menghembuskannya pelan-pelan, kemudian menarik napas beberapa kali lagi hingga, ā€œehem.ā€ Aku berdehem, membuat pria yang tengah duduk di sofa itu sedikit terkejut. ā€œHyung mencariku?ā€ ucapku, yang lantas membuat lawan bicaraku berdiri. Andy hyung melempar korannya ke atas meja.


ā€œSemalam pulang jam berapa?ā€ Tanpa basa-basi ia bertanya dengan dingin. Tangannya menelusup masuk ke saku celana sambil terus menatapku serius. ā€œSemalam, semalam aku pulang...ā€ Aku berusaha menjawab, tapi... Ya Tuhanā€¦ā€¦.. apa aku benar-benar harus bilang aku pulang jam 2 pagi?


ā€œLee Byung Hun!ā€ Andy hyung mulai geram. Ia menatapku dengan raut super serius yang selalu ia perlihatkan jika sedang marah.


Aku meringis, memikirkan sebuah jawaban jujur yang sama sekali tidak memberatkan bagiku. Tckā€¦.. memangnya ada?


ā€œJam, jam 11 malam aku sudah di dorm bersama C.A.P hyung. Ia kan hyung?ā€ seruku. Dengan akrab melempar senyum ā€˜anggukan kepalamuā€™ pada pria yang kebetulan sedang berdiri di belakang Andy hyung itu.


ā€œJam 11 apa? Aku masih disini jam 11,ā€ ujar Andy hyung sambil mengeluarkan senyuman ā€˜kau mau mencoba membohongiku, huh?ā€™


ā€œMaksudku jam 12,ā€ ralatku kilat.
ā€œApa itu benar, Minsoo?ā€ Pria itu menoleh pada C.A.P hyung. ā€œTidak salah, tapi lebih akuratnya jam 12 lewat 2 jam. Iya kan L.Joe?ā€ C.A.P hyung meminta persetujuanku dengan ekspresi tak berdosa-yang jelas dibuat-buat, kemudian tersenyum penuh kemenangan saat Andy hyung menoleh kembali padaku. Sial. Kenapa anak itu senang sekali melihatku menderita? Aku menggeram ke arahnya, mengeluarkan tatapan penuh ancaman yang sama sekali tak ia tanggapi. Dengan santai pria itu membalik badan, kemudian melangkah menuju dapur. Mungkin melihatku dimarahi adalah hiburan baginya.


ā€œJam 2 pagi? Kemana saja kau hingga pulang sepagi itu!ā€ Mata Andy hyung langsung menyorotku tajam. Membuatku menarik napas jengah sembari mengalihkan pandang ke arah lain. Dan bertepatan dengan itu, tubuhku dibuat menegang hebat saat melihat seorang gadis dengan tampang luar biasa bingung baru saja keluar dari kamar C.A.P hyung.


ā€œApa yang kau lakukan disitu, bodoh!ā€ desisku tak tahan. ā€œKau bilang aku apa? bodoh?ā€ Tiba-tiba saja Andy hyung berseru tinggi. Membuatku berjengit dan fokus menatapnya kembali. ā€œTidak, tidak, tidak." Aku buru-buru menggeleng dengan ketakutan. ā€œTadi, tadi C.A.P hyung berdiri di dekat jendela. Aku khawatir dia jatuh, jadinya kubilang ā€˜Apa yang kau lakukan disitu, bodoh!ā€™ begitu hyung. Sungguh,ā€ karangku. Andy hyung pun menoleh ke arah jendela, dan kebetulan pria yang tadi kubicarakan itu baru saja kembali dari dapur dan tengah berdiri di dekat sana. Syukurlah. Fiuh~


Andy hyung kemudian kembali fokus menatapku. ā€œLalu kemarin kau kenapa?ā€ Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya, Andy hyung mengganti topik, membuatku kesulitan untuk menjawab. Apa sudah waktunya? Jadi sekarang ia akan membicarakan kesalahanku di panggung kemarin? Tck, kalau begitu, maka sudah bisa dipastikan omelannya akan sangat amat panjang sekali. Aku menghela napas, berbarengan dengan rentetan kalimat motivasi yang keluar tanpa henti dari mulut CEO agensiku ini.


Diam-diam aku mencuri pandang pada C.A.P hyung, menyuruhnya mengurus Hyo Jin dengan bahasa isyarat. Untungnya ia cepat tanggap dan langsung melakukan apa yang kusuruh.


Selama Andy hyung mengomel, aku terus memperhatikan gerak-gerik mereka dari ekor mataku. Hyo Jin yang terlihat kebingungan setengah mati sedang digiring C.A.P hyung mengendap-endap menuju pintu keluar. Mereka tinggal berjalan sedikit lagi untuk sampai di pintu keluar saat ā€˜awwā€™ Hyo Jin mengaduh. Secara spontan aku langsung berteriak sembari menahan kepala Andy hyung yang nyaris saja menoleh. Ah gadis itu!


ā€œSuara Chunji benar-benar seperti perempuan ya,ā€ ucapku sambil menggeleng maklum. ā€œChunji? Yang tadi suara Chunji?ā€ tanya pria itu heran.


ā€œYa. Kalau masih pagi suaranya memang suka begitu.ā€ Lagi-lagi aku mengarang, cukup bebas karena tak ada member lain yang dengar.


ā€œMemangnya dia sudah bangun?ā€ Andy hyung menaikkan sebelah alisnya sembari melongok ke pintu masuk. ā€œTapi suaranya dari saā€¦.ā€


ā€œSUDAHH!!! Akhir-akhir ini dia memang sedang rajin bangun pagi. Lagipula hari ini kan ada comeback stage di music bank, yeah Chunji tak akan bisa menyanyi kalau tidak mandi,ā€ selaku secepat-cepatnya, dengan ekspresi semeyakinkan mungkin.


ā€œAh.. terserahlah. Lebih baik kau juga siap-siap! Jangan lupa bangunkan yang lain,ā€ suruh Andy hyung, terlihat mulai pusing.


Aku mengangguk cepat, lantas setengah berlari mendahului pria itu dan membukakan pintu untuknya. Dengan tingkat kesopanan yang luar biasa aku tersenyum sembari mempersilakannya keluar. Inilah yang dinamakan mengusir-secara-halus. Andy hyung mendecakkan lidahnya melihat sikapku, namun tetap menahan mulutnya untuk berkomentar dan lebih memilih segera keluar.


ā€œHeh, bagaimana? Hyo Jin sudah pulang?ā€ tanyaku, bertepatan dengan suara pintu yang kututup. C.A.P hyung memang punya kemampuan mengagumkan untuk keluar-masuk pintu tanpa disadari orang lain. Jadinya aku sudah tak begitu kaget lagi melihat C.A.P hyung yang-tadinya-keluar-bersama-Hyo Jin kini malah berjalan santai (lagi-lagi) dari arah dapur. 


ā€œSudah,ā€ ucapnya singkat. Membuatku langsung menghembuskan napas lega. ā€œCantik, seksi. Yeah, seleramu boleh juga,ā€ ucapnya tiba-tiba. ā€œApa?ā€ sahutku sambil berjalan mendekatinya.


ā€œGadis tadi.ā€
ā€œKami tak sengaja bertemu semalam,ā€ jawabku jujur.
ā€œGeurae,ā€ angguk pria itu, namun dengan seringaian meledek yang kentara.
ā€œTch, aku memang baru bertemu dengannya semalam.ā€ Aku nyaris memekik karena kesal.
ā€œTentu saja, baru bertemu semalam, kemudian dibuat pingsan dan dibawa pulang ke dorm. Sangat normal.ā€ Nada meledeknya semakin menjadi-jadi. Aku menggigit bibir menahan kesal. Ah.. baiklah. Terserah. Persetan dia mau percaya atau tidak. Lagipula perempuan galak dan tak punya sopan santun seperti itu sama sekali bukan tipeku.



ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦



Hyo Jinā€™s flat
Hyo Jin POV
07:38 KST



Langkahku terhenti. Tepat di depan sebuah apartemen kecil yang cuma muat dihuni oleh diriku sendiri saking kecilnya. Tck, Iya iya, tidak boleh mengeluh. Setidaknya aku masih punya tempat tinggal, masih bisa tidur beralaskan kasur, bukankah begitu? Dengan jengah kurogoh saku rok-ku, mengambil kunci yang ternyata masih aman disana (yang benar saja! semalaman aku pingsan dan bangun-bangun di kamar orang. Bukan hal mustahil jika diam-diam mereka mengambil kunci flatku, kan?) dan membuka pintu.


Hal pertama yang kulakukan adalah menengok jam dinding. Entah kenapa bisa-bisanya merasa tak percaya pada jam tanganku sendiri. Baguslah, ternyata masih jam setengah delapan. Berhubung kuliahku dimulai pukul sepuluh, berarti aku masih punya cukup waktu untuk mandi dan bersiap-siap.


Aku berjalan malas ke arah lemari, mengambil kaos dan jeans. Dua hal wajib yang akan melekat di tubuhku selama berada di kampus nanti. Aku kembali menutup lemari itu, lantas berhadapan langsung dengan cermin besar yang memang menempel di muka lemarinya. Awalnya aku tak menyadari ada yang aneh, tapi saat pandanganku turun ke bawah, aku mulai terperanjat menatap sesuatu.


Jaket pria semalam, ternyata masih melingkar erat di pinggangku. Dengan cepat aku melepas ikatannya, ā€œTch, kenapa malah tertinggal di badanku, sih?ā€ gerutuku, menatap benda berwarna biru dongker itu frustasi. Ah, terserahlah! Aku pasti akan kembalikan, kok. Tapi jelas tidak sekarang. Aku tak akan membolos satu hari pun, terlebih hanya untuk mengembalikan jaket. Tapi, heiā€¦ lihat jaket ini! Sepertinya bagus juga jika dipadukan dengan kaos-ku. Warnanya masuk, style-nya juga keren. Baiklah, telah kuputuskan. Pria yang semalam sial!-bagaimana-bisa-aku-lupa-namanya, JAKETNYA KUPINJAM DULU YAā€¦ā€¦
 


ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.



Tepat jam 5 sore dan seluruh kegiatanku di kampus baru saja usai. Sempurna sekali. Ini kesempatan emas untuk kembali ke apartemen dan tidur. Aku tersenyum, hanya karena membayangkan kasur yang walaupun kapasnya sudah ada yang keluar-keluar saja aku sudah sesenang ini. Dengan riangnya berjalan melewati gerbang hingga heeii... JAKET INI! ā€œAh bodoh! Kenapa aku harus ingat sih?ā€ ujarku sambil memukul-mukul kepala pelan. Aku mendecak, cukup keras, sampai-sampai satpam di depan gerbang langsung menoleh. Tuhan, untuk kali ini dengarkan doaku. Kumohon. Tolong buat aku amnesia tiba-tiba.


Tidak. Setelah menunggu setengah menit, aku masih tetap saja ingat. Intinya Tuhan mengabaikan doaku. Jangankan dikabul, Ia justru menganugerahkanku sebuah rasa bersalah yang berlebihan saat ini. Entah kenapa pikiranku justru mendesak untuk mengembalikan barang itu pada sang pemilik. Ya, sepertinya aku memang diciptakan sebagai gadis yang entah kenapa sangat tak suka jika tidak mengembalikan barang yang bukan hak-ku secepatnya. Punya perasaan sejenis ini benar-benar melelahkan. Sungguh.


Sebaiknya aku cepat menemui pria blonde itu dan mengembalikan jaket yang tengah kupakai ini. Lalu setelahnya kembali ke apartemen dan tidur dengan perasaan tenang. Aku baru saja hendak melangkah saat... ā€œTunggu! Dimana aku bisa menemuinya?ā€ desisku dengan langkah yang langsung terhenti. Sempat terbersit di benakku untuk mengantar jaket ini kembali ke apartemen tempat pria blonde itu tinggal. Tapi. dia kan artis. Bisa jadi detik ini dia sedang tidak berada di apartemennya. ā€œJ.. JESSICAā€ Aku berteriak sambil melambai-lambai. Saat melihat gadis itu kebingungan mencari asal suara, aku langsung berlari menghampirinya.


ā€œJessica. Aku mau tanya sesuatu.ā€ Gadis yang tengah asik menatap laptopnya itu terpaksa membuka headset dan menengadah menatapku. ā€œApa?ā€ sahutnya datar.


ā€œHeiā€¦ kau tahu nama artis pria blonde itu tidak?ā€ tanyaku sembari mengambil posisi duduk tepat di sebelahnya.


ā€œArtis pria blonde? Bisa lebih spesifik tidak? Aktor drama, aktor film, penyanyi atau apa?ā€
ā€œDia member boy group. Kalau tidak salah ada kata Joe di namanya.ā€ Aku berusaha mengingat-ingat. ā€œJoe?ā€ ulang Jessica sambil mengernyit.


ā€œAku tak begitu ingat, tapi.. AHHH!!! AKU TAHU!ā€ Mataku melebar dengan senyum yang merekah, perlahan namun pasti informasi mengenai siapa pria semalam muncul satu-persatu.


ā€œAda kata TOP di nama grupnya. Mungkin Tip Top, To Top, bla bla bla Top lah.ā€ Setelah mengucapkan itu lagi-lagi alisku bertautan. Mencoba menajamkan ingatan mengenai nama pria semalam, aku bersumpah namanya mudah diingat tapi kenapa aku malah tidak ingat. ā€œSepertinya aku benar, namanya Joe dari Tip Top.ā€ Pada akhirnya aku tetap kekeh pada pemikiran awalku dan berseru setengah yakin.


ā€œHa? Aku tak pernah dengar. Atau jangan-jangan maksudmu T.O.P Big Bang ya?ā€
ā€œAniya, T.O.P tidak blonde.ā€
ā€œSungmin Super Junior? Key SHINee? Atau....ā€
ā€œCukup! Cukup! Aku tahu Sungmin, aku juga tahu Key, tapi jelas pria yang kumaksud saat ini bukanlah mereka."


ā€œLalu? Aku yakin tak ada boy group namanya Tip Top di Korea Selatan."
ā€œSebenarnya aku juga merasa sedikit asing dengan nama grupnya, tapi aku yakin dia artis. Aku benar-benar pernah melihatnya di TV.ā€


ā€œTunggu!ā€ Jessica membuat gerakan seolah sedang menghentikan angin. Lalu menatapku tak percaya, ā€œKau..ā€ telunjuknya menjulur tepat di depan wajahku, ā€œ..baru saja bertemu ARTISSSS????ā€ Jessica memekik dengan mata yang nyaris keluar. Aku meringis melihat sikap super noraknya yang membuat kami sesaat jadi pusat perhatian. ā€œTch, sudah berapa kali kubilang jangan teriak-teri....HYAAAAAA!ā€ Aku menjerit di saat sedang menasehati Jessica untuk tidak teriak-teriak. Cerdas! Tapi lupakan tentang itu. Sekarang aku dapat informasi baru dari otak brilianku.


ā€œBagaimana bisa aku lupa?ā€ Aku menarik napas antusias. ā€œPokoknya grup ini punya gerakan yang menggelikan.ā€


Jessica menaikkan sebelah alisnya.


ā€œLihat ini!ā€ Aku berdiri tepat di hadapan gadis itu, lantas meliuk-liukan badan ke bawah persis seperti yang diperagakan pria semalam. Dan tepat saat ituā€¦.. ā€œTEEN TOP!ā€


ā€œMAJA!ā€ Aku dan Jessica berteriak bersahutan, mungkin akan terdengar seperti sedang membentak satu sama lain dengan ekspresi riang. Aneh? Ya, tak perlu disebutpun aku sudah sangat sadar.


ā€œAh.. aku tahu siapa yang kau maksud sekarang!ā€ Jesssica menjentikkan jari, kemudian menatapku sambil menyeringai puas. ā€œPasti maksudmu adalah the cutest, hottest, sweetest, sexiest, coolest, the most charming boy, one and only L.JOEEEE, sang rapper. Iya kan?ā€


ā€œMaja.. L.Joe.ā€ Aku bergumam dengan rasa syukur yang tiada tara. Akhirnya waktuku tak habis sia-sia bersama gadis ini. ā€œBenar. Namanya Ljoe. Kau hebat sekali Sica~a.ā€ Aku menepuk-nepuk bahu perempuan itu dengan bangga. ā€œAkhirnya kau berguna juga,ā€ gumamku tak sadar.


ā€œApa katamu?ā€ Jessica yang tadinya tengah tersenyum langsung merengut menatapku.
ā€œKau pintar, luar biasa pintar.ā€ Aku langsung memuji. Terpaksa.
ā€œGeurae.ā€ Gadis itu mengibaskan rambut. ā€œSekarang ayo gunakan laptopmu itu dan cari tahu dimana mereka sekarang!ā€


ā€œHa? Untuk apa?ā€ selidiknya dengan mata yang memicing.
ā€œAh, aku tak punya banyak waktu! Palli, palli, palli,ā€ desakku, membuat gadis itu mendengus pelan. Ia kembali mengarahkan seluruh fokusnya pada layar laptop sembari mengetikkan sesuatu dan.., ā€œMusic Bank. Mereka ada Comeback stage disana hari ini,ā€ sahut gadis itu tak lama kemudian.


ā€œDetik ini?ā€
ā€œSepertinya begitu.ā€ Ia mengangkat bahu.
ā€œAstaga kau benar-benar canggih! Terima kasih sayang.ā€ Aku mencubit pipi gadis itu dengan gemas. Kemudian segera berlari sebelum ia sempat membalas. Baiklah, tujuanku sekarang adalah KBS building, Yeouido.



ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.



KBS Building, Yeouido Yeongdeungpo-gu, Seoul
18:41 KST
Author POV



Hyo Jin berjalan masuk melewati beberapa studio di gedung KBS. Sedari tadi gadis itu tak henti-hentinya menanyakan letak studio Music Bank dan kebenaran Teen Top yang menjadi salah satu pengisi acara musik tersebut pada setiap orang yang berpapasan dengannya.


Setelah 15 menit berputar tak jelas di gedung itu, akhirnya Hyo Jin berhasil masuk ke studio dimana acara musik populer Music Bank biasa melakukan recording. Matanya langsung mengedar liar ke atas panggung. Dengan susah payah gadis itu menajamkan ingatannya mengenai bentuk wajah pria blonde yang semalam. Apakah benar dia? Batin Hyo Jin saat mendapati pria yang rambutnya sama persis dengan pria yang ia lihat semalam. Satu-satunya pria blonde di atas panggung. Apa dia Teen Top L.Joe? Saat pikirannya tengah menerawang, tiba-tiba saja matanya menangkap kata ā€˜TEEN TOPā€™ tengah berjalan otomatis mengelilingi layar besar yang menjadi stage background. Berarti benar, salah satu dari orang itulah yang ia cari.


Hyo Jin bersedekap dengan tubuh yang bersandar di tembok. Ia sudah berniat untuk menunggu pria blonde berpony pink itu hingga turun panggung. Tapi, mendadak harapannya seolah terasa mustahil saat mendengar betapa riuhnya suara fans yang kompak meneriakkan fanchant. Ia benar-benar bisa diamuk massa jika menemui pria itu di hadapan orang-orang ini. Lagipula, apa mungkin ia bisa berhadapan dengan pria itu di tempat seramai ini? Terlebih dengan fakta kalau pria itu bukanlah orang biasa. 



ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦..



Teen Top waiting room, Music Bank studio
18:59 KST
Hyo Jin POV



Berkat pemikiranku beberapa menit yang lalu, detik ini aku sudah berdiri di tempat yang berbeda, yeah.. disinilah aku, di depan sebuah pintu dengan papan persegi panjang kecil bertuliskan TEEN TOP. Sepertinya aku cukup hebat dalam hal menebak, ayolah kata TEEN TOP jika dilafalkan tak terdengar jauh beda dengan Tip Top kan? Bukan salahku kalau salah sedikit.


Entah penjagaan di tempat ini yang buruk atau akunya yang kelewat jenius, sejak tadi tak ada satupun orang yang menegur. Aku bisa melenggang bebas di backstage hingga akhirnya berakhir di sofa empuk ruang istirahat pribadi TEEN TOP. Bukan bermaksud lancang, hanya saja tadi pintunya tak dikunci dan aku memang kelelahan, jadi apa salahnya menampung satu orang saja untuk duduk?


Aku memperbaiki posisi dudukku menjadi lebih nyaman sembari mencicipi minuman jeruk dingin yang sangat menyegarkan. Hei, tunggu! Apa minum setengah botol masih bisa disebut mencicipi? Lupakan! Mereka artis, mereka bisa beli 1000 minuman seperti ini jika mereka mau, iya kan?


Aku mulai beralih pada minuman serupa dengan rasa jambu saat tiba-tiba saja pintu masuk di depanku terbuka lebar. Secepat kilat aku berdiri, bersamaan dengan tangan kananku yang memutar tutup minuman jambu itu di bibir botol, lantas melemparnya kembali ke atas meja. Semua gerakan itu kulakukan dengan sangat cepat. Lebih baik mereka tidak berteriak atau memanggil security, aku bersumpah aku bukan penyusup. Aku cuma..cuma..hei, sepertinya aku memang penyusup.


Seketika sekumpulan pria yang tadinya sedang mengobrol seru itu membeku begitu melihatku. Cih, kenapa menatapku begitu? Jangan-jangan mereka pikir aku ini sasaeng fans?! Tidak tidak uh aku bahkan sudah lupa nama pria blonde itu. ā€œKau! Mau apa disini?ā€ Seru seorang namja yang langsung mendekatiku. Ah pria ini! Dialah yang kucari.


ā€œPacarnya L.Joe? Apa kabar?ā€ sambung orang bersuara berat. Aku langsung mengalihkan perhatian pada orang yang tengah menutup pintu itu. Ternyata dia, pria tampan yang menggiringku keluar apartemennya tadi pagi. Bicara soal dia, sebenarnya pagi ini aku sudah memutuskan untuk jatuh cinta padanya. Tapi saat sampai di depan pintu apartemen, dia bilang ā€˜kau pacarnya L.Joe ya? Sejak kapan? Sudahlah tak usah dijawab! Disana ada lift, tapi kalau kau tak tahu cara menggunakannya, di sebelah sana ada tangga daruratā€™ dengan nada seolah ia tahu segalanya, aku langsung membuang jauh-jauh niat untuk ā€˜jatuh cintaā€™ itu dan lebih tertarik menguburnya hidup-hidup. Benar-benar! Memangnya aku terlihat senorak itu apa?


Aku mendelik ke arah pria tam.. cukup! Berhenti memujinya, Park Hyo Jin! Maksudku pria menyebalkan itu, lantas kembali menujukan semua perhatian pada...L.Joe. Ya, tadi aku dengar pria itu bilang L.Joe. Tidak salah lagi.


ā€œAku kesini mencarimu,ā€ ujarku sambil melepaskan jaket. Dan tepat saat itu seseorang langsung tercekat antusias sambil bilang, ā€œomo! omo!ā€ dan menutup mulutnya. Kelihatannya dia maknae di grup ini, mukanya benar-benar terlihat seperti anak sekolah dasar. Walau ingin sekali menendangnya, aku tetap mempertahankan sikap tenangku, mengabaikan pria itu dan langsung menyodorkan jaket yang baru saja kubuka pada L.Joe. ā€œAku mau mengembalikan ini,ā€ ujarku tanpa basa-basi. Pria itu menerimanya, kemudian langsung menatapku dengan tatapan menyelidik. ā€œKau jauh-jauh kesini cuma mau mengembalikan jaket?ā€ ia mendekatkan wajahnya sambil menyeringai.


ā€œKalian benar-benar sedang berkencan?ā€ seru seorang pria berwajah kecil yang nampak tak terima.
Aku mengabaikan pria itu dan merapatkan tubuhku pada L.Joe. Balik menatapnya dengan sengit. ā€œMemang ada alasan lain ya?ā€


ā€œBertemu denganku?ā€ sambut pria itu percaya diri.
ā€œOh, yang benar saja! Turunkan kadar kepercayaan dirimu itu! Kau tahu? Demi mengembalikan jaketmu ini aku harus rela mengabaikan ruang tunggu lain yang lebih menggiurkan.ā€ Aku mengambil jeda untuk mengatur napasku yang jadi tak beraturan karena kesal. ā€œTadi aku melihat ruang tunggu SHINee, B.A.P, NUā€™EST,ā€ ujarku setengah berteriak. ā€œHarusnya jika aku mau, aku bisa saja menyelinap ke ruangan mereka. Bukannya di ruang tunggu boy group yang sama sekali tak kukenal.ā€


ā€œKalau kau mau kan? Berarti kau memang tidak mau.ā€ tandas L.Joe sambil tersenyum, membuatku kehabisan kata. ā€œB, bukan begitu, bodoh! Sudahlah, aku tak punya urusan lagi denganmu. Aku harus..hei, jam berapa sekarang?ā€


ā€œJam 8 malam,ā€ sahut seseorang, entah siapa dan entah dari arah mana.
ā€œSial. Aku harus pergi!ā€
ā€œKemana?ā€ L.Joe menahan tanganku saat aku melewatinya. Membuatku mau tak mau berbalik. ā€œTentu saja pulang,ā€ ringisku tak sabar.


ā€œKalau cuma mau pulang kenapa harus sepanik itu?ā€ 
ā€œTentu saja, jam 9 malam aku sudah harus sampai di klub.ā€
ā€œKLUB?" Semua yang ada di ruangan ini terlihat terkejut, kecuali aku dan L.Joe. ā€œKukira kau sudah resign.ā€


ā€œKau gila? Lalu aku dapat uang dari mana kalau bukan dari situ?ā€ desisku
ā€œKau kan bisa mencari pekerjaan lain.ā€
ā€œOh? Menurutmu cari pekerjaan itu mudah ya? Kalau begitu cepat carikan satu untukku.ā€ tantangku, tak benar-benar serius.
ā€œSatu? Aku bisa dapatkan sepuluh.ā€
ā€œJangan cuma bicara! Buktikan!ā€
ā€œOke, tenang saja, besok kau sudah bisa kerja di tempat baru." Aku terbelalak takjub mendengar ucapannya. Besok? Pria ini sakit jiwa.


ā€œHebat.ā€ Aku segera berbalik dan lagi-lagi L.Joe menarik lenganku. ā€œKuantar.ā€
ā€œTidak usahā€
ā€œYa sudah.ā€ Ia melepaskan lenganku begitu saja. Sungguh? Cuma begitu? Dia tak mau berusaha untuk memaksaku lebih? Ya Tuhan ini kan sudah malam.


Aku membeku di hadapannya, sedangkan lelaki itu justru dengan santai menjatuhkan dirinya di sofa. Oh yang benar saja! Dengan emosi aku kembali membalik badan menghadap pintu. Tadinya sudah mau keluar dan bahkan berniat menutup pintu itu dengan bantingan keras, kalau perlu sampai hancur. Namun sejenak bayangan mengharukan terbersit, di dompetku sekarang cuma ada 5000 won. Itu artinya uangku hanya akan cukup untuk sampai di rumah. Lalu bagaimana caranya aku ke klub? Aku tak boleh begitu saja percaya kalau orang tak dikenal ini akan mencarikanku pekerjaan, lagipula tas beserta segala isinya milikku masih tertinggal disana.


ā€œAda apa? Kau tak tahu caranya buka pintu?ā€ Lagi-lagi suara L.Joe terdengar. Aku tak tahu ia bicara dengan nada khawatir begitu tulus atau malah sedang meledek. Masa bodo. Aku tak peduli. Kugigit bibir bawahku dengan cemas. Ayolah, L.Joe atau siapapun! Berikan aku tawaran pulang. Kumohon.


ā€œNiel~ah, tolong bukakan pintu untuk Hyo Jin.ā€ Aku nyaris menangis begitu pria itu malah menyuruh temannya membukakan pintu untukku. Ya Tuhan! Apa kau benar-benar setidak peka itu? Aku masih disini bukan karena tak bisa buka pintu. Tapi ingin diantar pulang. Aku benar-benar menyesal, andai saja waktu bisa diputar, aku pastikan akan langsung menerima tawarannya tadi.


ā€œNoona, kau benar-benar tak tahu caranya buka pintu?ā€ Orang yang dipanggil Niel itu meringis sambil berdiri, hendak membukakan pintu untukku. Tapi jelas sekali kalau sebenarnya ia enggan. 


Ceklekā€¦ā€¦


ā€œSilahkan,ā€ ujarnya dengan nada sopan yang dibuat-buat begitu membukakanku pintu.
ā€œHati-hati di jalan,ā€ sambung L.Joe, entah kenapa terdengar begitu riang.


Dan sekarang aku sudah berhadapan dengan pintu yang terbuka lebar, semua orang di ruangan ini sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Sial, dari satu dua tiga..., enam orang disini tak ada satupun yang peka terhadap perempuan? Daebak!


ā€œYa Tuhan, ini sudah jam delapan malam. Apa baik seorang perempuan pulang sendirian?ā€ Aku setengah berteriak di depan pintu. Sebenarnya berniat menyindir, tapi setelah melakukannya aku justru jadi mau bunuh diri saking malunya. Apa yang baru saja kau lakukan, Park Hyo Jin? Kau baru saja membunuh harga dirimu!


ā€œAku sebenarnya mau sekali, tapi orang-orang disini pasti akan mengadukannya pada pacarku.ā€
ā€œSayang sekali noona, aku belum punya SIM.ā€
ā€œIni waktu istirahat, aku tak mau menjadi sopir.ā€


Pria bermuka kecil, anak berwajah sekolah dasar dan namja tampan yang menggiringku tadi pagi saling bersahutan dengan nada menyesal yang dibuat-buat. 



Akhirnya, karena sudah tak tahan.....



ā€œHeh manusia blonde, pink pucat, atau apalah warna rambutmu itu! Antar aku pulang. CEPAT!ā€



TBC



Anyyeong^^ 


Eungā€¦.. aku belom kenalin siapakah gerangan Park Hyo Jin sebenernya ya..? dia tuh ulzzang, lahir taun 1992 dibulan yg sama kaya Chunji alias Oktober tepatnya tanggal 2. Soā€¦. Intinya dia lebih tua setahun dari ljoe, tapi kl disini kayanya aku buat mereka seumuran.


Ya udah segitu aja, babay~

Comments

  1. lucu ya sikap mereka berdua,.
    apalagi hyojin ckckckck >.< bikin gemes,. :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts