[One-Shoot] It Will Never Change
cast :
- IU a.k.a Lee Ji Eun
- Yook Sungjae BtoB a.k.a Jung Sungjae
- Park Kahi a.k.a eomma
- G.O MBLAQ (Jung Byunghee) a.k.a appa
Monday, better day
Cheo-eumcheoreom seolle-ineun geureon nal
Sunday, better day
Jon-gil neoman saenggakhaneun geureon nal
Ku rogoh dalam tas ku demi mencari benda berbentuk persegi
panjang yang tengah berdering. Sangat sulit rasanya untuk mengambil benda itu,
karena tas ku kini telah terisi penuh oleh berbagai macam buku yang baru saja
ku pinjam dari perpustakaan. Aku terus mencari benda itu, hingga kini dering
nya sudah tak terdengar lagi dan hanya menyisakan getaran singkat yang terasa
pada tubuh ku.
Setelah beberapa detik tangan ku menari-nari didalam sana,
akhirnya aku berhasil menemukannya. Dengan cepat ku tarik tangan ku keluar dan mulai
menatap layar touchscreen nya. Mata ku terbelalak seketika, tak percaya atas
apa yang baru saja terbaca oleh ku. Masih dengan rasa tak percaya, aku menekan
tombol open yang terpampang jelas disana.
āJi Eun
sunbeanim, bisakah kita bertemu sepulang sekolah nanti? ada yang ingin aku
tanyakan pada mu.ā
To
: Ji Eun
Aku mulai merasa tak terkontrol. Rasanya bibir ku telah
menyunggingkan sebuah lengkungan tipis tepat saat aku selesai membaca pesan
singkatnya. Aaaaaa..... ottokhae? Apakah kini wajah ku telah seperti kepiting rebus yang berwarna merah
padam? Dan jika itu terjadi, aku harus segera pergi meninggalkan kelas, kalau
tidak aku bisa mati malu karena tidak ada angin tidak ada hujan wajah ku
menjadi merah merona.
Tangan lincah ku mulai ku gerakkan menyusuri seluruh screen
benda ini. Dengan lihai jari-jari ku menekan huruf-huruf yang akan berubah
menjadi sebuah kalimat balasan yang akan aku kirim. Setelah ku pastikan jari
jemari ku telah melaksanakan tugas dengan baik, tanpa basa-basi lagi aku segera
menekan tombol send.
āJi Eun-ah.ā Mendengar nama ku terpanggil, sontak aku pun
langsung menoleh pada sosok yeoja yang kini tengah berdiri tepat didepan ku.
Wajahnya terlihat begitu bingung menatap ku. Aisshh... pasti ini karena
perubahan mimik wajah ku yang terjadi beberapa saat yang lalu. Ah... Ji Eun
pabo!
ānde?ā Aku menatapnya dengan tatapan yang sebisa mungkin ku
buat untuk tenang. Walau ku tahu ia bukanlah typical yeoja yang dengun mudahnya
menghilangkan rasa penasarannya akan apa yang membuatnya penasaran. Dan itu
berarti aku harus memikirkan jawaban apa yang harus aku berikan padanya.
āapakah tadi kepala mu sempat terbentur?ā
āmwoya? yak! Jung Eunji!ā Aku membulatkan mata ku. Rasanya
ingin sekali ku maki yeoja ini hingga ia tak bisa lagi sembarangan berbicara.
Jung Eunji, yeoja ini merupakan sahabat ku. Kami telah bersahabat sejak berada
dibangku menengah pertama, dan hingga kini kami masih menjadi sahabat baik.
Oh iya, aku belum memperkenalkan diri. Nama ku Lee Ji Eun,
seorang siswi kelas tiga di Gyoyang Itta High School. Berbicara mengenai
perkenalan diri, apakah kalian menemukan keanehan? Ya, keureom. Pasti dengan
mudah kalian dapat menemukan keanehan itu. Ya.... Ji Eun dan Eunji, nama yang
sama, penulisan yang sama, hanya berbeda letaknya saja. Banyak yang mengira
kami merupakan saudara kembar ketika kami memperkenalkan diri hanya dengan
menggunakan nama sapaan. Tetapi itu hanya berlaku bagi sebagian orang yang baru
bertemu dengan kami. Tetapi untungnya kami tak memiliki nama keluarga yang
sama. Untungnya aku bermarga Lee dan dia bermarga Jung. Andai saja aku bermarga
Jung atau dia yang bermarga Lee, pasti seluruh orang yang baru mengenal kami
atau mungkin semua orang akan mengira kami merupakan saudara kembar. Yah.... walau hingga saat ini pun aku
masih bertanya-tanya, apakah aku memiliki kemiripan wajah dengannya? Tetapi aku
harap itu tidak terjadi.
Asih... lupakan masalah itu. Sepertinya, yang penting
sekarang adalah menghilangkan rasa penasaran dari yeoja ini dan pergi
meninggalkannya sebelum aku terlalu lama membuat orang itu menunggu. Tapi apa
yang harus aku lakukan sekarang? Pwa! Yeoja ini terus menatap ku dengan lekat,
sepertinya ia tengah mengamati ku dan tak lama lagi pasti ia akan mengintrogasi
ku dengan berbagai pertanyaan yang tengah bermain riang difikirannya. Argghh...
jinjja! Aku tak memiliki bahan untuk mengelak jika ia bertanya yang akan
menjerumuskan ku dalam kegelapan yang tengah ia rancang.
ākau tengah memikirkan siapa?ā Dingin dan datar. Hanya itu
yang dapat ku rasakan dari pertanyaan yang terlontar darinya. Tetapi walaupun
begitu, aku tetap merasakan hawa kelam telah mengikat ku. Aisshh apa yang harus
aku jawab sekarang? Haruskah aku membuat lelucon yang pastinya akan berujung
garing, atau aku pergi begitu saja? Aaaaaa Tu..............
Monday, better day
Cheo-eumcheoreom seolle-ineun geureon nal
Sunday, better day
Jon-gil neoman saenggakhaneun geureon nal
Arrggghhhhh.... kenapa disaat seperti ini ia mengirimkan
pesan balasannya. Aahhh... apa yang harus aku katakan sekarang? Eunji, yeoja
ini telah mengeluarkan seringainya begitu mendengar ponsel ku berdering dengan
sangat nyaringnya.
ānugu? kenapa kau tak membacanya.ā
ābukan urusan mu. sudah sana pergi. jangan ganggu aku.ā
Ketus ku sembari menatapnya dingin.
āem... boleh aku tebak. pasti pesan itu berasal dari hoobae
itu kan. siapa namanya?ā
āSungjae!ā upss.. apa yang baru saja aku katakan. YAK!! LEE
JI EUN!!!!! Kau baru saja menggali kuburan mu sendiri. Arghhh... pasti sekarang
ia tengah merasa bahagia. Lihat saja, tawanya membuat ku ingin sekali
melemparinya dengan kursi yang tengah ku duduki ini.
āć
ć
ć
ć
ā
āya! hentikan tawa mu itu!ā Erang ku saat melihatnya masih
tertawa dnegan bahagianya. Aish... ada apa dengan yeoja ini? Tidak bisakah ia
berhenti tertawa? Aku harus segera menemuinya. Arghhh.... Jung Eunji!!!!
āwaeyo? aku hanya tertawa. apakah ada peraturan yang melarang
seseorang untuk tertawa? tidak kan? jadi kau jangan melarang ku untuk tertawa,
karena itu salah satu bentuk pelanggaran HAM, dan akan ada sanksi nya bagi yang
melanggar. apakah kau ingin ku laporkan ke kejaksaan karena telah melarang ku
tertawa?ā
āBO? tsk.. terserah kau saja. yang jelas aku harus pergi!ā Ketus
ku dan tanpa basa-basi lagi, ku raih tas berwana hijau toska dan membawanya
bersama dengan ku. Tsk... itulah sosoknya. Mengesalkan dan selalu membuat ku
tak berkutik jika ia telah mengeluarkan jurus andalannya. Ya apa lagi kalau
bukan pasal-pasal kepolisian yang sangat ku benci karena aku tak mengerti.
āya Ji Eun-ah.... jangan lupa kabari aku ya, jika kau telah
resmi bersama hoobae itu.ā Ujarnya lagi dengan suara yang kencang membuat seisi
kelas menatap ku dengan tatapan yang sangat tak ku sukai. Argghhh.... Jung
Eunji!! Kau membuat ku malu!! Sungguh aku akan segera menghabisi mu setelah
urusan ku selesai.
********
Aku mulai merasakan desiran yang lebih hebat lagi setelah
aku berhasil menemukan sosoknya. Gemuruh di jantung pun dapat ku rasakan dengan
jelas, bahkan aku tak dapat menghitungnya. Aish... detakannya berpacu kelewat
normal. Apakah ini tandanya aku akan mati? Setahu ku jika detak jantung
seseorang telah berdetak dengan sangat cepatnya berarti orang itu sudah dalam
keadaan yang tak baik.
Aku tetap melangkahkan kaki ku. Semakin lama aku dapat
melihat sosok nya dengan jelas, walau yang ku lihat hanya bagian belakangnya
saja, tetapi walaupun begitu peredaran nafas ku sudah mulai tak normal. Rasanya
nafas ku mulai tercekak, dan sulit sekali untuk ku menghirup atau bahkan
membuang hasil respirasi di tubuh ku.
Aroma tubuhnya semkain lama dapat ku hirup dan ku nikmati.
Dan tanpa ku sadari kini tubuh ku telah berdiri dibelakangnya, berjarak hanya
beberapa centi darinya. Untuk beberapa saat aku hanya terdiam, menikmati
kehadirannya dari belakang. Tetapi itu tak bertahan lama, karena seper sekian
detik kemudian ia membalikkan tubuh nya. Menatap ku dengan senyuman yang tak
pernah lepas menghiasi wajahnya. Entah bagaimana ia bisa tahu keberadaan ku? Apakah
ia memiliki sebuah mata lagi dibelakang hingga ia dapat melihat kedatangan ku?
Aku membalas senyumnya, walaupun rasa canggung masih ku
rasakan tetapi dengan sebisa mungkin ku buat diri ku tenang. Walau ku tahu itu
sama sekali tak bekerja dengan baik. Karena kini hormon adrenalin ku telah
mempekerjakan jantung serta pembuluh
darah ku secara tak wajar.
āmian.. apakah kau sudah lama?ā Ku dudukan tubuh ku
disampingnya. Sesekali ku hembuskan nafas ku sepelan mungkin agar ia tak
menyadarinya. Tetapi walaupun aku telah meghembuskan nafas hingga tak terhitung
sudah berapa kali, rasa gugupnya tak kunjung mereda. Bahkan semakin lama
semakin tak karuan saja.
Cukup lama kami berada dalam kebisuan. Tetapi kebisuan itu
semakin membuat ku gugup. Aku terus menatap lurus kedepan, kesebuah taman kecil
yang ditanami berbagai jenis bunga yang berwarna-warni. Tak ada niatan bagi ku
untuk mengubah arah pandang ku menjadi dirinya. Walau hati ini telah meminta ku
untuk melakukannya, tetapi saraf pusat ku tak mengizinkannya.
Gemuruh di jantung ku semakin terasa sangat cepat ketika
ekor mata ku menangkap sosoknya yang tengah melihat ku. Aish... ottokhae?
Apakah wajah ku telah memerah? Aish
bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Rasanya aku ingin segera pergi dari
tempat ini. Tetapi untuk menggerakkan jari jemari ku yang telah mengaku pun aku
tak bisa. Tsk.. Jung Sungjae! You make me crazy!!!!
āsunbea....ā Aku menoleh pelan kearahnya. Bahkan sangat
pelan dan terlihat kaku. Dan dapat ku pastikan bahwa kini gerakan yang ku
lakukan terlihat seperti sebuah robot. Aish.... Lee Ji Eun! Tenanglah, jangan
gugup.
āem.... bolehkan aku memanggil mu dengan nama saja?ā
ānde? ah... em......ā Lidah ku kelu seketika. Aku seperti
menjadi gagu dan tak dapat melanjutkan ucapan ku saat kedua tangannya meraih
tangan ku. Ia menggenggamnya, begitu hangat hingga aku tak ingin ia
melepaskannya.
ānan saranghanda.ā
Aku tertegun, tak percaya atas apa yang baru saja ku dengar.
Kalimat yang begitu singkat dan jelas, tetapi dapat menggetarkan hati ku. Apakah aku sedang tertidur? Atau ini hanya sebuah mimpi saja? Jika pun benar,
tolong jangan bangunkan aku. Biarkan saja aku menikmati indahnya mimpi ini.
āJi Eun-ah...ā
Ah ini bukan mimpi. Ini nyata. Kalimat itu, dirinya,
semuanya benar-benar nyata. Aku tidak sedang bermimpi. Tapi tunggu, apa yang harus aku katakan
padanya. Arghhh... lidah ku sudah tak berfungsi dengan baik. Tuhan... tidak
bisakah kau membuat ku kembali ke keadaan semula. Saat dimana aku belum menjadi
seperti robot seperti sekarang ini.
āapakah kau tak memiliki perasaan yang sama dengan ku?ā
Aku menatapnya. Pertanyaannya itu langsung membuat tubuh ku
terasa sangat panas. Aku? Jika pun benar, aku akan sangat menyesalinya.
āsepertinya aku sudah mendapatkan jawabannya. mian sunbeanim.....ā
Ia melepaskan genggamannya, yang membuat tangan ku terasa hampa. Aish... Lee Ji
Eun, apa yang kau lakukan? Cepat hentikan langkahnya. Kau tak mungkin
menyi-nyiakan kebahagiaan mu.
āSungjae-ah. nado, nado saranghae.....ā Ujar ku saat
tubuhnya sudah berjarak jauh dari ku.
********
Hari-hari ku terus berlalu dengan meninggalkan berbagai
kegembiraan. Setiap hari kami selalu bersama. Tak pernah sekali pun kami
terpisahkan. Pergi ke sekolah, pulang, atau ke toko buku sekali pun. Sungguh
aku sangat bersyukur memilikinya sebagai kekasih ku. Haa sepertinya kehidupan
ku sudah lengkap. Aku sudah memiliki semua yang ku inginkan.
********
Aku terus tersenyum sepanjang pesan yang ku terima. Pesan
dengan kata-kata yang tak terlalu manis tetapi dapat membuat ku merasa seperti
bidadari yang paling beruntung. Ah...
namja ini benar-benar membuat ku tergila-gila akan sosoknya. Senyumnya, tubuh tingginya,
bahkan gerak-geriknya pun masih terekam dengan sangat baik di otak ku.
Aku terkejut ketika mata ku menangkap sosok eomma dan appa
yang tengah memperhatikan ku. Tsk pasti ini karena sedari tadi aku terus
tersenyum. Arghhh... Ji Eun paboya.
āappa, sepertinya sebentar lagi anak perempuan kita
satu-satunya akan diambil seseorang.ā Mata ku membulat seketika. Aish..
apa-apaan mereka ini, kenapa berbicara yang aneh-aneh seperti itu. Aku hanya
memiliki seorang kekasih, dan lagi pula aku masih seorang pelajar. Dan diambil
seseorang, sepertinya kalimat itu terlalu berlebihan. Aku belum ingin menikah.
āsiapa namja itu? kenalkan
kepada kami. setidaknya appa harus tahu, apakah namja itu cukup baik
untuk bersanding dengan anak perempuan appa satu-satunya ini.ā
Aku sedikit tergelitik dengan ucapan appa. Bagaimana tidak,
appa ku ini paling pelit dalam berbicara. Mungkin dalam satu hari dapat
dihitung dengan jari berapa kali ia berbicara dengan ku. Bukan karena kami tak
dekat, tetapi karena aktivitas kami yang banyak sehingga membuat intensitas
pertemuan kami hanya sedikit. Dan juga karena aku lebih senang menghabiskan waktu
ku didalam kamar dengan music yang menyala, ponsel atau pun gadget-gadget ku
yang lainnya. Tetapi kebiasaan ku itu sedikit berkurang, ketika aku telah bersama dengannya. Jung Sungjae, ya.. namja
itulah yang mengalihkan sebagian dunia ku.
āaish.. appa eomma. aku kan baru berpacaran saja bukannya
ingin menikah.ā
Flashback end
Semakin mengingatnya hati ku semakin merasa sakit. Sangat
sakit hingga aku tak dapat lagi membendungnya. Andai saja Tuhan menciptakan
manusia dengan anggota tubuh yang dapat di rakit, pasti saat ini aku telah
melepaskan hati ku dan meninggalkannya untuk beberapa saat.
Begitu sakit, begitu pedih, dan begitu menyiksa. Semua...
semua berakhir begitu saja. semua tinggallah kenangan manis yang semakin lama
akan menjadi pahit yang tertinggal di memori ku. Dan bahkan hanya akan
meninggalkan rasa pedih, tak lebih dari itu.
Aku bangkit meninggalkan ranjang menuju meja rias. Ku tatap
pantulan diri ku di cermin. Wajah ku, tubuh ku, sangat tak layak untuk hidup.
Hanya ada kesedihan yang ku lihat disana. Wae? Wae? Kenapa harus aku? Kenapa
tak orang lain saja yang merasakannya? Kenapa harus aku ya Tuhan?
Author POV
Matanya yang bengkak, bibirnya yang pucat, serta tubuhnya
yang lemah menunjukkan betapa rapuhnya yeoja itu. Ia tak menyangka bahwa kisah
cintanya akan berakhir dengan sangat tak menyenangkan. Dipisahkan karena
ketidak sukaan orang tuanya. Hingga saat ini pun yeoja itu sama sekali tak
mengetahui alasan mengapa orang tuanya sangat tak menyukai ke kasihnya itu. Ia
hanya dapat memendamkan saja beribu-ribu pertanyaan yang terus saja
menggelayuti fikirannya. Bahkan nyaris membuat aktivitasnya lumpuh total.
Untunglah disaat itu yeoja tersebut tak benar-benar sendiri. Ia masih memiliki
seorang sahabat yang sangat mengertinya. Bahkan dapat sedikit menghiburnya
walaupun hanya beberapa saat.
Hari demi hari ia lalui dengan guratan kesedihan yang
tergambar jelas pada wajah cantiknya. Berbagai macam hiburan telah
dipersembahkan untuknya, tetapi yeoja itu tak juga lepas dari kelamnya kesedihan
yang ia alami. Bahkan semakin hari gurat kesedihannya semakin terlihat jelas.
āJi Eun-ah, jaebbal. tak mungkin kan kau terus-terusan mengurung
diri mu di kamar?ā Suaranya terdengar panik. Dengan ketukan yang bertubi-tubi
yeoja itu terus memaksa Ji Eun yeoja yang sudah hampir satu minggu itu terus mengurung
dirinya di kamar untuk keluar. Tetapi sayangnya Ji Eun seperti sangat enggan
untuk mengabulkan permintaan sahabatnya itu. Buktinya, ia sama sekali tak
menggubris keberadaan yeoja itu, bahkan mengucapkan sepatah kata saja tidak. Ia
benar-benar sudah seperti mayat hidup. Kegiatannya hanya tidur, menangis, dan
makan, itu juga kalau kepala asisten rumah tangganya telah meminta bahkan dapat
dibilang telah memohon kepadanya.
āJi Eun-ah... tolong buka pintunya. aku ingin bicara dengan
mu..ā
Flashback
āapakah ini namja yang kau maksud?ā Suaranya terdengar
begitu lembut. Wanita itu mengambil selembar kertas yang bergambarkan wajah
seorang namja tampan yang tengah tersenyum dengan merangkul seorang yeoja yang
tengah duduk disampingnya. Wanita itu terus memperhatikan sosok namja yang ada
di foto tersebut.
āapakah lembaran foto itu adalah foto kekasih mu?ā Seru
suara berat khas seorang lelaki paruh baya. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya
kepada dua orang wanita yang merupakan bagian penting dari hidupnya itu.
āne appa. apakah appa ingin melihatnya?ā Tawar yeoja muda itu.
Seulas senyum juga terlukis indah di bibir mungilnya. Dengan senang hati yeoja
itu pun menyerahkan lembaran foto yang ia pegang kepada lelaki yang ia panggil
appa itu.
Senyumnya terus saja ia sunggingkan, hingga tiba-tiba saja
senyum cantiknya hilang seketika saat didapatinya mimik wajah lelaki itu tak
sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Wajahnya menatap lelaki itu bingung.
Sebuah pertanyaan besar telah menghiasi fikirannya, āada apa dengan appa?ā.
Lelaki itu mengangkat kepalanya, ia menatap sosok yeoja itu
dengan tatapan yang sama sekali tak dapat diketahui maksudnya.
āsiapa nama namja ini?ā Nada bicaranya berubah. Berubah
menjadi dingin, ia nampak tak seantusias sebelumnya. Dan hal itu semakin
menambah gurat kebingungan di wajah yeoja itu. Dengan sedikit ragu ia pun
menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh lelaki itu.
āSungjae, Jung Sungjae.ā
ānde? Jung Sungjae?ā Tanya lelaki itu lagi seperti ingin
memastikan bahwa yang ia dengar tidaklah salah.
āne, waeyo appa?ā
Tak hanya nada bicaranya saja yang berubah, tetapi mimik
serta tatapan lelaki itu berubah seketika saat ia melihat wajah seorang namja
yang terlihat bahagia dilembaran foto
tersebut. Ia terlihat sangat bingung serta tak percaya dengan apa yang
baru ia lihat. Berkali-kali lelaki itu menundukkan kepalanya, dan sepelan
mungkin menghembuskan nafasnya. Tetapi apa yang ia lakukan semakin membuat
sosok yeoja itu terlihat bingung, atau bisa dikatakan kalau kini yeoja itu
terlihat takut bahkan sangat takut.
āakhiri hubungan kalian!ā Suaranya yang terdengar begitu
datar, membuat beribu pertanyaan yang tak tersampaikan terus saja memenuhi
fikiran serta benak yeoja muda itu.
āwae appa? apakah appa mengenal Sungjae?ā
ātak ada urusannya dengan mu Ji Eun-ah. yang jelas kau harus
mengakhiri hubunngan mu dengan namja itu jika kau masih menganggap ku sebagai
appa mu!!ā Lelaki itu bangkit seketika dan meninggalkan sosok yeoja yang
terlihat terkejut dengan genangan air mata yang sebentar lagi akan membanjiri
kedua pipinya.
Flashback end
Ji Eun POV
Aku semakin terisak ketika bayang-bayang itu kembali muncul
memenuhi fikiran ku. Kini aku hanya berharap bahwa semua yang aku alami
hanyalah bagian dari buah tidur, dan saat aku terbangun yang muncul hanyalah
segudang kebahagiaan yang akan memenuhi hari-hari ku. Tetapi itu sangat
mustahil. Tak mungkin aku tengah bermimpi. Semua sudah berakhir Ji Eun. Berakhir.
Tak ada lagi yang tersisa.
āJi Eun-ah... tolong
buka pintunya. Aku ingin bicara dengan mu..ā
Eunji, apakah ia datang karena mengkhawatirkan ku atau
karena eomma yang memintannya untuk datang? Huhh... kenapa rasanya aku sulit
untuk mepercayai orang lain?
āJi Eun-ah.. kau
dengar aku?ā
Suara teriakannya membuat ku semakin merasa pusing. Tak ada
pilihan lain selain membiarkannya melihat keadaan ku kini. Walau saat ini aku
tak memiliki hasrat untuk bertemu dengan orang lain. Ku raih kunci yang masih
tergantung di pintu. Aku sedikit memutarnya, dan tak lama setelah itu pintu
yang awalnya terkunci kini sudah tak terkunci lagi.
āgwaencana?ā Tanya nya saat tubuh kami sudah tak terhalangi
oleh sekat apa pun. Ia meraih pundak ku, memegangnya dengan keras seperti ingin
memberikan sedikit tenaganya pada ku. Sayangnya apa yang ia lakukan sangatlah
sia-sia. Karena aku masih seperti sebelumnya. Lemas dengan rasa sakit yang
sangat sulit disembuhkan, bahkan dokter pun sepertinya tak mampu untuk menyembuhkannya.
āada apa?ā Tanya ku dan kembali mendudukkan tubuh ku diatas
ranjang.
āada apa? cih... yak! Lee Ji Eun! kau sudah hampir dua
minggu tidak masuk sekolah. apakah pantas kau bertanya seperti itu pada ku?ā
Aku hanya diam. Aku sama sekali tak memiliki niatan untuk
menjawab pertanyaannya, atau menimpali pembicaraannya. Yang ku butuhkan kini
hanyalah ketenangan dan juga sosok nya. Sosok namja yanng sudah hampir dua
minggu ini telah tak berstatus kekasih ku lagi.
āLEE JI EUN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!ā
********
ākau tak bisa terus
begini? sebentar lagi kita akan lulus,
dan kau harus fokus pada skripsi mu. kalau tidak, bagaimana kau bisa
melanjutkan pendidikan mu?ā
ādiam? diam tak akan memberikan
hasil apa pun. diam hanya akan memberikan mu penyiksaan secara tak langsung.ā
āwae? apakah kau tak
berani bertanya pada appa mu?ā
āJi Eun-ah... kau
harus bangun. jaebbal....ā
Ku sunggingkan seringai ku setiap kali kalimat-kalimat itu terngiang-ngiang
di telinga ku. Diam? Bertanya? Ha.. semua itu akan memberikan hasil yang sama.
Apakah ia fikir aku tak pernah menanyakan alasan mengapa appa sangat tak suka
dengan sosok Sungjae? Tetapi sayanganya, sudah hampir lima puluh kali aku
menanyakan pertanyaan yang sama, tetapi apa? Aku tak mendapatkan jawaban apa
pun. Dan Sungjae? Namja itu seperti membiarkan ku terombang-ambing didalam kapal
besar yang hampir hanyut dibawa ombak. Ia melepaskan tangannya begitu saja saat
aku menceritakan semuanya.
Flashaback
āSunngjae-ah.. ottokhae?ā Tangis ku semakin pecah. Rasanya
aku sudah tak sanggup untuk melanjutkan hidup ku lagi. Semua penyemangat ku
hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.
Ku raskaan genggamannya semakin kencang saja. Tetapi anehnya
aku tak merasakan apa yang biasanya aku rasakan. Kehangatannya tak lagi ku
rasakan.
ākalau itu yang appa mu inginkan, kita akhiri saja hubungan
kita. mian Ji Eun-ah....ā
Aku tersantak. Ku rasakan detak jantung ku berdetak dengan
sangat kencangnya. Apakah aku sedang bermimpi? Sungjae, namja yang sangat aku
sayangi tiba-tiba saja mengakhiri hubungannya dengan ku hanya karena appa. Dan
ia sama sekali tak terlihat ingin mempertahankan hubungan yang telah berjalan
lebih dari dua tahun ini.
āSungjae-ah...ā
āsejujurnya aku masih sangat mencintai mu. tetapi sepertinya
appa mu benar, kita tak mungkin bersama. karena................ā
ākarena apa? apakah karena kau telah menemukan yeoja lain?
jawab aku Sungjae-ah, jawab.ā
āne. mian Ji Eun-ah.. jinjja mianhae.........ā
Flashback end
Aku tak bisa terus seperti ini. Aku harus tahu alasan appa
yang tak menyetujui hubungan ku dengan Sungjae. Walau bagaimana pun caranya,
walau tanpa sosoknya disamping ku.
Author POV
Langkahnya yang begitu terburu-buru, membuatnya tak
memperhatikan sekitarnya yang nyaris menyebabkannya jatuh terjerembab kedalam
kolam. Untunglah orang yang bertabrakan dengannya memeganginya hingga
menyelamatkan tubuhnya dari dinginnya air kolam.
Kakinya terus berlari tanpa henti. Nafasnya yang terengah
pun tak membuatnya menghentikan aksi gilanya. Ia terus saja berlari mencari
keberadaan seseorang. Matanya terus ia edarkan keseluruh penjuru bangunan nan
besar itu. Hingga, tepat pada puncaknya, ia berhenti. Berhenti berlari serta
berhenti berharap.
Wajahnya terlihat begitu tekejut. Semakin lama matanya kian
berwarna merah. Tubuhnya pun semakin terlihat bergetar.
āSungjae-ah.....ā Suaranya yang bergetar membuat sosok yang
ia panggil segera menoleh kearahnya. Wajahnya terlihat sangat terkejut. Ia tak
dapat mempercayai apa yang tengah ia lihat.
āJi Eun....ā
Ji Eun, yeoja itu segera pergi meninggalkan sosok Sungjae.
Ia berlari menghindari Sungjae yang ternyata juga ikut berlari mengejarnya.
āJi Eun-ah....ā Tangan besarnya berhasil meraih lengan kecil
milik Ji Eun. Langkah mereka pun terhenti. Tak ada yang bergeming, atau
mengubah posisi mereka agar lebih nyaman berbicara pun tak mereka lakukan.
Mereka hanya diam, dan membiarkan diri mereka menjadi pusat
perhatian bagi banyak pasang mata yang sejak awal memang sudah berada di tempat
itu. Sekitar beberapa detik saraf pusat mereka berhenti bekerja. Namun selang
beberapa saat, tangan besar milik Sungjae bergerak mengajak sang pemilik lengan
untuk berjalan mengikutinya. Kedua anak manusia itu terus melangkah menembus kerumunan mata yang menatap mereka
penuh tanya.
Tepat didepan sebuah taman, Sungjae menghentikan langkahnya.
Ia melepaskan genggamannya. Melangkah maju mendekati kolam air pancur.
āmian.....ā Satu kata yang singkat namun langsung dapat
membuat Ji Eun semkain terlihat menyedihkan. Wajah putihnya kini kian dibasahi
oleh genangan air bening yang tak kunjung berhenti. Tubuh mungilnya pun sudah
tak dapat berdiri dengan kokoh. Ia pun jatuh. Terjatuh dengan wajah yang
tertunduk.
āwae?ā
āaku tak mungkin melanjutkannya. appa mu telah melarang
hubungan kita.ā
āappa? tapi kita masih dapat berusaha untuk meyakinkan appa.
kenapa kau menyerah begitu saja?ā
āaku tak menyerah. ini demi kebaikan mu Ji Eun-ah...ā
ādemi kebaikan ku? kau salah jika menganggap ini demi
kebaikan ku. aku mohon Sungjae-ah, kita berusaha bersama...ā Suaranya yang
semakin bergetar tetap tak membuat Sungjae mengubah fikirannya. Bahkan untuk
membantu Ji Eun bangun saja ia tak melakukannya.
āannie.ā
āwae? apakah karena yeoja itu?ā Suaranya kini meninggi,
namun tetap terselip kesedihan dari pertanyaannya itu.
ānde. mian Ji Eun-ah.....ā
********
Rumah nan besar namun tak ada satu penghuni pun yang
terlihat disana. Keadaaan yang memang sudah biasanya terjadi tapi tak untuk
sekarang. Keadaan rumah nan sepi, sunyi serta tak berpenghuni semakin membuat
kesedihan terpampang jelas pada wajahnya. Ia begitu terlihat pucat, tenaganya
yang ia miliki pun sepertinya telah terhisap habis begitu saja.
Ia tetap melangkahkan kakinya mendekati sebuah pintu
berwarna putih dengan sedikit corak. Tangannya ia layangkan meraih gagang pintu
tersebut. Wajahnya yang pucat memaksa tubuhnya harus berbaring diatas ranjang
besar yang menghadap ke cermin. Ia menatap langit-langit dengan tumpukan air
bening yang siap mengalir membasahi pipinya.
ākau jahat..ā Tangisnya pecah begitu saja bersamaan dengan
ungkapan kemarahan yang sedari tadi ia pendam.
Matanya terus saja
mengalirkan cairan bening dan membuat genangan air pada pipinya semakin meluas.
Tubuhnya pun semakin bergetar tatkala otaknya kembali memutar rekaman-rekaman
yang membawanya pada kesedihan yang teramat ini.
āaku tak akan menyerah begitu saja. setidaknya aku harus
tahu alasan appa. walaupun hanya aku, sendiri.ā
Ji Eun POV
Matahari telah bersinar namun nampaknya aku lebih dulu
terbangun sebelum sinarnya menyinarkan seluruh penjuru di bumi. Oh iya,
sepertinya aku harus segera bergegas sebelum ada yang mengetahui ini semua.
Author POV
Detik telah berubah menjadi menit. Menit berganti menjadi
jam. Jam pun yang telah berputar selama dua puluh empat jam telah berganti
menjadi hari. Hari terus bergulir hingga membentuk minggu disetiap bulannya. Tanpa kenal lelah, Ji Eun, yeoja
itu terus berusaha mencari apa yang memang harus ia ketahui. Ia seperti
menemukan keanehan pada appa, eomma, serta Sungjae mantan kekasihnya itu.
Tak kenal malam maupun pagi, ia terus melangkahkan kakinya
menyusuri seluruh penjuru Seoul. Berhari-hari ia terus lalui tanpa tujuan yang
benar-benar pasti. Hingga sebuah kebenaran besar menyapanya yang membuatnya
seperti kehilangan akal sehatnya.
Langkahnya begitu tak menentu. Hampir saja ia menabrak
seseorang yang berpapasan dengannya.
āottokhae?ā
Ji Eun POV
Dada ku terasa sangat sesak hingga untuk bernafas pun
rasanya sangat sulit ku lakukan. Aku tak dapat melihat dengan baik, fokus ku
hilang. Bahkan tak hanya itu saja, seluruh hidup ku pun telah menghilang bahkan
lenyap dan tak akan kembali.
āJi Eun, apa itu kau?ā
Apakah itu eomma? Huh, jam berapa ini? Tumben sekali ia
telah berada di rumah.
Saat aku hendak memasuki kamar, ku rasakan ada sebuah tangan
yang menghentikan ku. Namun rasa lelah serta sakit yang ku rasakan membuat ku
tak berniat untuk mengetahui siapa orang itu bahkan hingga meladeninya. Tapi
tanpa aku menoleh kearahnya pun aku yakin siapa orang yang menahan ku.
āJi Eun, kau kenapa?ā
Suaranya terdengar begitu khawatir. Khawatir? Apakah ia tak salah? Bukankah ia
lebih memihak kepada appa dari pada kepada aku yang jelas-jelas merupakan anak
kandungnya. Huh... kenapa sekarang ia harus mengkhawatirkan ku? Toh bukannya
sejak appa melarang hubungan ku, ia lebih peduli pada appa. Dan membiarkan ku
merasakan rasa bingung yang membuat ku nyaris
menjadi gila.
ākau menangis? wae? ceritakan pada eomma..ā Aku menoleh
padanya. Sebisa mungkin aku berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang masih bisa ku pergunakan.
āunntuk apa?ā
āJi Eun-ah, kau kenapa? kenapa kau berbicara seperti itu
pada eomma?ā
āhuh.. kenapa? aku? bukankah seharusnya aku yang bertanya
pertanyaan seperti itu pada eomma? eomma kenapa? kenapa eomma sama seperti
appa? membiarkan ku berada dalam lingkaran kebingungan yang kalian buat? wae?
WAEYO EOMMA?ā Tangis ku pecah begitu saja. Aku tak dapat lagi membendung
semuanya sendiri, bahkan sedetik pun aku sudah tak sanggup.
āada apa ini?ā
āJi Eun-ah, kau kenapa?ā
ākenapa kalian diam? appa sungguh tak mengerti.ā
Author POV
Intonasinya yang telah berubah pun bahkan tak membuat kedua
wanita itu menjawab pertanyaannya. Kedua wanita itu hanya diam dan membisu
dalam tangis masing-masing.
āsudahlah, aku lelah. aku ingin istirahat.ā Ia lenggangkan
tangannya yang bebas kearah gagang pintu berwarna putih itu, membukanya dan
membiarkan dirinya lenyap tertutup oleh daun pintu.
Tapi sepertinya keinginannya untuk beristirahat pun harus ia
kubur dalam-dalam karena suara seseorang yang membuatnya mengurungkan niatnya.
Ia kembali membuka pintu itu dan menoleh kearah tangga tempat dimana suara itu
berasal. Matanya membulat seketika ketika retina matanya menangkap sebuah
berkas sinar yang diorientasikan membentuk tubuh manusia.
āchangkkaman.ā
********
Diam, hanya kata itu lah yang dapat dikatakan sebagai
gambaran keadaan ruang keluarga itu. Empat manusia yang berada disana hanya
diam, mengunci mulut mereka dan tak membukanya. Terlalu sunyi hingga deru nafas
dari mereka pun dapat terdengar.
āuntuk apa kau kesini?ā Sinis seorang yeoja yanng sedari
tadi hanya diam menatap sosok orang yang ia tanya dengan penuh amarah. Namun
dibalik itu semua, tatapan kesedihan masih terlihat jelas dari mata indahnya.
āsepertinya sudah tak ada lagi yang perlu dibicarakan. aku
juga sudah lelah. lebih baik kau cepat pulang, ini sudah malam.ā Yeoja itu
bangkit, hendak ia ingin pergi namun tak jadi karena namja itu menghalangi
keinginannya.
āsaranghanda Ji Eun-ah.ā Ujarnya begitu lantang tanpa
memperdulikan sosok yeoja yang ia panggil Ji Eun itu. Sosoknya berjalan
menghampiri Ji Eun, meraih tangannya dan menggenggamnya begitu hangat. Namun Ji
Eun terlihat sangat tak menyukai itu, sampai-sampai ia tak mau menatap sosok
namja dihadapannya itu.
ācih, wae? apakah kau dicampakkan oleh yeoja itu. siapa
namanya? Kim... Kim... ah Kim Nam Joo? ha?ā
āah, hampir saja aku lupa. bukankah kau lebih takut pada
appa ku? kenapa sekarang kau kembali kesini dan mengatakan kalau kau mencintai
ku didepannya? apakah kau tak takut jika suatu waktu appa akan membunuh mu?ā
āJung Ji Eun!ā
ānde? Jung? Lee Ji Eun! itulah nama ku! ah aku baru
menyadari satu hal. kalian memiliki nama yang sama, Jung. Jung Byunghee dan
Jung Sungjae, seperti ayah dan anak saja. ha... atau kalian memang ayak dan
anak?ā Suaranya semakin terdengar sarkartis. Bahkan tatapannya semakin lama
semakin terlihat menyeramkan. Ia menatap kedua pria itu bergantian dengan
tatapan sinis.
āJi Eun! jaga bicara mu!ā
āwae eomma? ah, apakah eomma juga mengetahui hal ini? jadi
hanya aku yang tak tahu. huuhh... sudah kuduga. apakah kalian tahu seberapa
frustasinya aku? Apakah kalian memikirkan ku? kalian diam? berarti kalian mengakuinya.ā
Ia menengadahkan kepalanya ke atas. Entah apa yang ia lakukan, tapi saat ia
kembali menatap tiga orang yang hanya dapat diam membisu itu, kedua pelupuk
matanya telah dipenuhi oleh genangan air yang siap meluncur membasahi pipinya.
ākalian keterlaluan.ā Kedua pelupuk matanya seperti tak
sanggup lagi menampung butiran demi butiran air bening itu hingga membiarkannya
bebas jatuh ke pipi yeoja itu. Ji Eun, yeoja itu masih menatap ketiga orang
yang terus saja diam itu, tapi sedetik kemudian ia melepaskan genggaman namja
itu dengan kasarnya dan beranjak meninggalkan mereka.
Ji Eun POV
Dada ku begitu tersa sakit, hingga untuk bernafas pun
rasanya sangat sulit ku lakukan. Kepala ku juga terasa pusing, bahkan sangat
pusing hingga membuat pandangan ku tersa bergerak, seperti tak memiliki fokus
yang tetap. Hingga aku merasa seluruh penglihatan ku berubah menjadi satu
warna, hitam.
********
Pergelangan tangan ku begitu terasa perih saat ku gerakan.
Aku juga merasakan rasa sakit dibeberapa bagian tubuh ku. Huh... kepala ku pun
terasa masih berputar. Sebenarnya apa yang terjadi.
āJi Eun, apakah kau
sudah sadar? dokter.. dokter.......ā
Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba sdada ku terasa dingin?
Dan... kenapa mata ku terhalang oleh sinar yang sangat terang?
ādia sudah tak
apa-apa. dia hanya perlu beristirahat saja. mungkin ini akibat dari rasa lelah
yang ia rasakan serta terlalu banyak yang ia fikirkan.ā
āne. Kalau begitu
terimakasih dok...ā
Apakah aku sedang mengigau? Sepertinya tadi suara eomma, dan
kenapa ia menyebut dokter?
āJi Eun-ah... apakah
kau mendengar eomma?ā
Aku mencoba membuka kelopak mata ku, tapi rasanya sangat
sulit ku lakukan. Kepala ku juga sangat pusing. Ayolah Ji Eun, kau pasti bisa.
Perlahan...... huh, kenapa rasnaya begitu menyilaukan. Aku tak dapat melihat
apa pun.
āJi Eun.....ā
Ku pejamkan kembali mata ku. Huuuu... semoga setelah ini aku
dapat melihat seperti semula. Perlahan Ji Eun, kau pasti bisa.
āJi Eun-ah......ā
Nde? Itu, suara itu. Apakah aku tak salah dengar? Suara itu,
suara berat itu.....
āJi Eun......ā
Kini aku merasa ada yang menggenggam tangan ku. Awalnya aku
tak dapat melihat siapa sosok itu. Tapi beberapa saat kemudian semua kembali.
Aku dapat melihatnya. Melihat sosok eomma yang tengah berdiri disamping ku dengan
matanya yang terlihat bengkak. Tungggu, bengkak? Apakah eomma menangis?
āeomma......ā
āJi Eun-ah, mianhae. jinjja mianhae.. eomma bejanji, eomma
tak akan pernah merahasiakan apa pun dari mu. mian Ji Eun-ah.......ā
Wajahnya begitu terlihat menyesal. Sungguh hati ku terasa
sakit melihat eomma menangis. Apakah aku telah keterlaluan hingga membuat
wanita yang dengan tegarnya telah membesarkan ku ini menangis?
Author POV
Ji Eun, yeoja yang masih terbaring diatas ranjang itu tak
henti-hentinya merutuki diri atas apa yang telah ia lakukan hingga membuta
wanita yang sangat ia sayangi itu menangis dihadapannya. Ia tak menyangka
keputusannya untuk membeberkan apa yang telah ia temukan seminggu ini membuat
eomma nya merasa bersalah. Dan ia juga tak menyangka bahwa sosok namja yang
awalnya tak mau mempertahankan hubungan mereka itu tiba-tiba saja datang.
ākalian harus selesaikan masalah ini. appa dan eomma akan
menemui dokter dulu.ā Mereka pun melangkah pergi, tetapi sebelumnya wanita paruh
baya itu terlebih dulu menghentikan langkahnya dan menggenggam tangan kekar
seorang namja yang berdiri tak jauh dari
ranjang dimana Ji Eun terbaring.
Suasana aneh mulai
menyergapi seisi runagan itu. Ji Eun terlihat sangat tak menginginkan
keadaan seperti itu. Ia lebih memilih untuk memejamkan matanya dan tak
mengindahkan sosok namja ynag kini telah berdiri disampingnya. Beberapa menit
telah berlalu, tetapi Ji Eun tetap menutup matanya. Hingga nyaris sepuluh menit
barulah Ji Eun membuka matanya. Ia menatap sosok namja itu dengan pandangan
yang tak dapat diartikan. Senang? Sedih? Marah? Kesal? Tak ada yang tahu arti
dari tatapan itu. Tetapi sesuatu terjadi. Sebuah butiran krystal mengalir tanpa
ada yang memerintahkannya. Ji Eun segera menyekah butiran itu. Ia tak ingin
namja itu melihatnya menangis. Sudah cukup baginya untuk menangis, dan kini
bukan lagi waktunya untuk itu.
Namun gerakan yang tak terduga membuat Ji Eun harus kembali
membiarkan gengan air bening itu mengalir membasahi pipinya. Ia seperti
terhanyut begitu saja dalam dekapan namja itu. Namja yang masih sangat ia
sayangi. Namja yang membuatnya dengan suka rela menghabiskan waktunya hanya
untuk mencari kebenaran. Kebenaran yang sangat pahit hingga membuatnnya harus
terbaring di rumah sakit.
ālepaskan aku...ā ucapnya lirih.
āmian. mian Ji Eun-ah.. jinjja mian.......ā
āmian? wae? apakah karena kau telah dicampakkan oleh yeoja
itu, makanya kau kembali kepada ku? jawab aku Sungjae-ah....ā
Tak ada jawaban yang terlontar dari mulut namja itu. Ia
malah semakin mengeratkan pelukannya pada Ji Eun. Dan seperti tersihir oleh
keadaan saat itu, Sungjae, namja itu juga menangis. Ia merasa sangat menyesal.
Ia merasa bahwa dia merupakan namja terbodoh di dunia ini. Namja yang dengan
mudahnya meninggalkan yeoja yang ia cintai melebihi apa pun.
āaku terlalu pengecut untuk menghadapi kenyataan
sesungguhnya. aku bukanlah namja yang baik. aku hanya memikirkan diri ku
sendiri. tetapi aku sadar, semua ini salah. dan meninggalkan mu adalah
kesalahan terbesar ku..ā
āapakah sekarang kau menyesal? tetapi kau terlambat. hubungan
kita sudah tak dapat dilanjutkan lagi. semua telah berakhir. kau benar. kau
pengecut. kau takut untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada ku. membiarkan ku
mencari kenyataan pahit itu sendiri. kau jahat Sungjae-ah......ā
āmian.. jinjja mian.....ā
Sungjae kembali menarik tubuh mungil Ji Eun kedalam
dekapannya. Membenamkan wajah Ji Eun dalam dada bidangnya. Awalnya Ji Eun
meronta, tak ingin Sungjae melakukan hal yang menurutnya sangat menyiksa
perasaannya itu, tetapi ia sama sekali tak dapat berbuat apa pun. Sungjae lebih
kuat darinya, sekeras apa pun ia mencoba untuk melepaskan pelukan itu, tetapi
pada akhirnya ia akan tetap berada didalam pelukan Sungjae.
ākenapa kau melakukan ini? apakah kau tak tahu bagaimana perasaan ku? kau jahat Sungjae-ah..
kau jahat.ā Tangisnya. Ji Eun seperti kehilangan akal sehatnya. Ia terus menangis
dan memukuli Sungjae dengan tangannya.
āmian.. aku memang jahat. aku membiarkan mu sendiri. tetapi
aku berjanji, aku tak akan mengulanginya lagi.ā
Ji Eun tersentak. Seketika ia seperti tak dapat mengalirkan
air matanya. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengar. Sungjae, namja itu
mengatakan satu kalimat yang benar-benar membuatnnya marah.
āSungjae-ah. kau gila. kau adik ku, lebih tepatnya adik tiri
ku. kita tak mungkin kembali melanjutkan hubungan ini. appa mu adalah appa ku,
berarti kita keluarga.ā
āannie. itu tidak benar.ā
ātidak benar? Sungjae-ah, sadar. appa mu telah menikah
dengan eomma ku, dan berarti kita adalah saudara.ā
āannie, kau salah Ji Eun-ah. apa yang kau ketahui semuanya
salah!ā
āsalah? memangnya apa yang salah? kau adalah anak appa, dan
appa telah menikah dengan eomma. lalu aku salah dimana?ā Ji Eun tampak tak
ingin kalah. Ia yakin apa yanng ia ketahui adalah benar. Tak mungkin seseorang
yang memberitahunya tentang semua itu berbohong, untuk apa orang itu berbohong.
Toh ia sama sekali tak memberikan apa pun pada orang itu.
āappa memang appa ku, tetapi ia bukan appa kandung ku.ā
Ji Eun nampak tertegun. Ia tak mengerti apa yang tengah
dibicarakan Sungjae. Appa, tetapi bukan appanya.
āapa maksud mu?ā
āappa, ia merupakan adik appa ku. saat appa ku meninggal,
appa menikah dengan eomma ku. dan ia kembali berpisah dengannya saat umur ku
sepuluh tahun.ā
ājadi maksud mu?ā
āne, kita tak memiliki hubungan apa pun. kau bukan kakak ku
dan aku bukan adik mu.ā
ākau jangan bercanda Sungjae-ah. ini tak lucu sama sekali.ā
āaku tak bercanda, aku serius. Nam Joo lah yang telah
mengatakannya pada ku.ā
āNam Joo?ā Ji Eun nampak sedikit terkejut. Ia tak menyangka
bahwa Sungjae akan kembali menyebutkan nama yeoja itu. Apakah ia tengah mempermainkan
ku? Itulah yang ada dibenak Ji Eun kini. Ia bingung, kenapa yeoja itu bisa
mengetahui apa yang seharusnya Sungjae tahu.
āne, karena ia adalah teman masa kecil ku. mian Ji Eun-ah,
karena waktu itu aku mengatakan kalau Nam Joo adalah kekasih ku. aku tak tahu
harus mengatakan apa, karena yang ku tahu saat itu kau adalah kakak ku.ā
āja... jadi, dia tak memiliki hubungan apa pun dengan mu?ā
āne. mian Ji Eun-ah...ā
āka-kau jahat Sungjae-ah....ā Ji Eun kembali terisak.
Butiran-butiran krystal yang sempat berhenti mengalir pun kini kembali membuat
genangan di pipinya. Sungjae yang menyadarinya pun dengan cepat kembali menarik
tubuh Ji Eun kedalam dekapannya.
āmenangislah, karena setelah ini aku tak akan pernah
membiarkan sedikit pun air mata mu jatuh. saranghae Ji Eun-ah......ā
Ji Eun POV
āka-kau jahat Sungjae-ah...ā
Aku kembali terisak. Entah kenapa aku merasakan keringanan.
Apakah karena fakta yang baru ku ketahui itu?
āmenangislah, karena setelah ini aku tak akan pernah
membiarkan sedikit pun air mata mu jatuh. saranghae Ji Eun-ah......ā
Aku terbelalak. Apakah aku tak salah mendengar? Aku segera
melepaskan pelukannya. Menatapnya tak percaya. Apakah semua ini hanya mimpi?
Atau halusinasi ku?
ānan saranghae Ji Eun-ah......ā Ia kemabli mengucapkannya. Ini nyata. Aku tak
mungkin salah mendengar hingga dua kali.
āapakah kau tak sedang bercanda?ā
āannie, aku benar-benar menyukai mu Ji Eun noona. nan
jeongmal saranghae.ā
Aku terdiam untuk beberapa saat. Rasanya nyawa ku tak
sepenuhnya sadar hingga membuat ku harus kembali memfokuskan semua sistem saraf
pusat ku. Ku tatap matanya lekat-lekat. Huu... ini bukanlah mimpi. Ini nyata.
Ku rundukkan kepala ku dan menghembuskan nafas ku dengan
begitu pelannya. Tak lama, aku kembali mengangkat kepala ku dan menatap matanya
dengan lekat.
ā nado saranghae Jung Sungjae.....ā
The End ^^,
annyyeeeooonnnggggg readers-deul..... I'm back with my new story with new cast *turn on the firework*
hhooooaaaaa..... how is it goes? are readers amused with this story?
i hope this story doesn't disturb readers. and mian for the stright story.
i think only that, so see you in the next fanfiction.....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
Comments
Post a Comment