Get Crazy #3 (jinxed)




Asap mengepul saat aku menghembuskan napas. Ah….. Chuwo…. Jeongmal. Aku memeluk diriku sendiri sambil menggerutu menghadap pintu darurat yang belum kunjung terbuka. Ish…. Namja itu ganti baju dimana sih? Inggris? Jepang? Dasar! Atau jangan-jangan dia cuma mau membohongiku! Jangan-jangan saat ini dia sedang berada di ruang tunggu yang hangat bersama member lainnya. Sedang menertawakanku. Dia sepertinya memang sengaja ingin membuatku mati beku di luar. Cih… harusnya aku tidak percaya begitu saja saat dengan baiknya namja itu langsung berdiri tepat setelah aku membunuh harga diriku. Seharusnya……………


KRREEEK
Semua prasangka buruk itu langsung lenyap saat pintu darurat dihadapanku terbuka. Seorang namja keluar sambil melempar pony-nya kesamping. Dan itu sukses membuatku menahan napas. ANIO….. aku menahan napas bukan karena terpesona oleh namja itu. Aku menahan napas karena TAKUT. Ayolah….. aku belum sempat membuka internet dan membaca profil L.Joe TEEN TOP, apa dia punya kemampuan membaca pikiran? Kalau sampai punya, maka tamatlah riwayatku. Sudah berapa kali aku berpikiran buruk tentangnya? Dia benar-benar bisa menebasku kalau tahu.


Seketika tanganku refleks bergerak memegangi leher. Setelah aku memikirkan kata ‘tebas’ leherku terasa benar-benar seperti mau putus. “ei… Park Hyo Jin” aku tersentak saat menengadah dan mendapati namja itu tengah berdiri persis dihadapanku.


“kau kenapa?” tanyanya dengan alis yang terangkat sebelah. “a..an…ani” aku langsung menggeleng sambil menurunkan tangan pelan-pelan.


“kita naik apa?” buru-buru aku mengganti topik. Upaya kecil untuk membuat namja itu berhenti menatapku seolah aku adalah orang paling aneh sedunia.


“aku pinjam motor staff”
Berhasil. Ia tak lagi menatapku. Bahkan tanpa banyak bicara ia berjalan menuju parkiran, membuatku langsung cepat-cepat mengekor dibelakangnya. Segudang prasangka buruk kembali hadir saat itu. Dengan langkah pelan, aku menatap punggungnya sambil mengernyit. Pria ini! Apakah benar ia bisa menyetir? Dari wajahnya ia terlihat seperti orang yang selalu mengalami kegagalan dalam tes mengemudi. Benar-benar meragukan. Bagaimana jika kita mengalami kecelakaan dan aku ma………..


Bertepatan dengan semua pikiran yang tengah melayang bebas itu, entah atas alasan apa ia berbalik menghadapku. Membuat tubuhku sedikit terhuyung ke belakang karena terkejut. Aish….. mencurigakan. Dia benar-benar bisa membaca pikiran. “w..wa..wae? Motornya hilang atau kenapa?” celetukku asal. Jelas berusaha menutupi kegugupan. Namun pria itu mengabaikan ucapanku, ia justru malah berjalan mendekat. Membuatku mengambil langkah mundur.


Ia menatapku. Intens. Tck….. kenapa menatapku begitu? aku jadi merasa seperti punya salah kalau begini. Sepertinya dugaanku dari tadi itu benar. L.Joe Teen Top BISA MEMBACA PIKIRAN. Ish…. Aku kan cuma berpendapat. Itu-pun dalam hati. Kenapa namja ini sensi sekali?


“w..wae? kenapa menatapku begitu?” L.Joe tersenyum geli melihatku yang nampak gugup. “pakai ini” lagi-lagi aku tersentak saat dengan tiba-tiba namja itu mengulurkan kedua tangannya ke sisi tubuhku dan menyampirkan sesuatu. Aku melirik benda itu. Jaket. Jaket biru dongker. Jaket yang sejak pagi kupakai kini terpakai lagi.


Aku menengadah bermaksud berterimakasih, namun ia justru mengacaukan sistem kerja otakku dengan seulas senyum. Ya.. dia cuma tersenyum dan Ya… karena senyum itu aku sampai lupa caranya bicara. Terima kasih? TIDAK. Aku tak mau mengucapkan terima kasih pada orang yang nyaris saja menandaskan nyawaku hanya karena senyuman sederhana. Geunde……. Dia habis terbentur? Kenapa tiba-tiba tersenyum begitu? ah… Dwasseo (lupakan). Ini namanya peringatan. Aku harus lebih waspada dengan senyumnya. Berbahaya.


Dia berbalik lagi ke depan, dan entah kenapa aku langsung mendesah dengan spontan. Seolah tak rela harus melihat punggungnya lagi. Ya Tuhan…….. Park Hyo Jin! Bersihkan otakmu! Bersihkan! Bersihkan! Bersihkan! Aku menarik napas dalam-dalam sembari memegangi jaket yang tersemat dibahuku. Menatap lurus ke depan dan mulai melangkah lagi dengan lesu.


“hei…. tadi aku melihat Sistar Hyorin. Hari ini ada Sistar juga ya?”
“Sistar19” L.joe menjawab pertanyaan basa-basiku dengan nada datar. Membuatku langsung mendengus. Ish….  Aku kan cuma mau mencairkan suasana.


“kenapa dingin sekali sih? Tak bisa lebih antusias sedikit?”
“Kau curang! Kau mengenal Sistar tapi tak mengenal Teen Top! Bahkan kami debut di tahun yang sama!” pria itu berbalik dan menatapku tak senang. Aku terdiam, tak tahu harus bilang apa. Hanya menatapnya sambil tersenyum paksa. “kau juga mengenal B.A.P, NU’EST. aish….. Jinjja”


Aku menggigit bibirku saat mendengar nada kecewa dari suaranya. “tadi sebenarnya saat sedang mencari ruang tunggumu, aku tak sengaja melihat ruang tunggu mereka juga. Sejujurnya yang aku tahu cuma SHINee, dan hanya tahu sedikit tentang B.A.P, kalau NU’EST kurasa aku pernah mendengarnya” aku berusaha menjelaskan dengan jujur, dan pria itu terlihat mendengarkannya baik-baik. “Jessica” tanpa sadar aku memekik begitu  teringat sesuatu, “Maksudku teman kuliahku, namanya Jessica adalah fans B.A.P, dia sangat menyukai Zelo. Gara-gara temanku itu aku jadi sedikit banyak mendengar lagu-lagu mereka. Aku suka warrior, power, lalu………….” Saat aku menoleh, L.Joe sudah bersiap dimotornya. “naiklah sebelum aku berubah pikiran”



………………………………………..



Hyo Jin’s apartment
20:27 KST
L.Joe POV



Kami sampai. Pukul setengah Sembilan malam di flat Hyo Jin. Gadis itu langsung melepas jaketnya dan menyodorkan padaku. “gomawo” ia berucap kilat saat aku menerimanya. Lantas berjalan menuju flat miliknya tanpa memperdulikanku yang baru saja turun dari motor. Aku mendengus pelan. Dia sama sekali tak mau bicara lebih panjang lagi, huh? Tak ingin basa-basi lebih banyak sedikit, huh? tawarkan sesuatu, kek. Dasar tak sopan.


Tiba-tiba saja dia berbalik, sukses membuatku tersentak. “kau boleh pulang” ia bicara sambil menatapku heran, seolah mengatakan ‘apa yang kau lakukan disini?’ Sial. Perlukah kuingatkan siapa yang sudah mengantarnya ke apartemen tercinta ini?


“ne.. aku juga mau pulang kok” aku setengah berteriak karena kesal. Ia menatapku serba salah, lalu mulai membuka mulutnya lagi. “aku bukannya tidak mau mengajakmu masuk, hanya saja………” Hyo Jin menarik napas sambil menyerongkan badan menunjuk flatnya. “kau mau masuk ke gubuk reyot ini? lagipula aku harus segera ganti baju dan segera ke Klub. Aku sudah terlalu sering terlambat, gajiku hampir tiap bulan dipotong dan aku juga sudah mendapat segudang surat ancaman pemecatan karena sikapku yang katanya tidak sopan” Hyo Jin meniup poninya setelah selesai bicara. Ia terlihat sangat lelah dengan rutinitasnya. Jarangkan dia, aku yang cuma mendengar saja sudah merasa kelelahan.


Aku yang tak tahu harus bicara apa, tak sengaja melihat benda persegi panjang tipis di teras flatnya. “itu apa?” Hyo Jin mengikuti arah telunjukku, lantas segera mengambil benda tersebut. “hei…. aku dapat surat” serunya riang.


Aku mengurungkan niatku untuk pergi dan berjalan mendekati Hyo Jin yang tengah sibuk dengan suratnya. “ah.. ternyata hanya tagihan listrik. Tiga bulan belum bayar. Sudah pasti mereka akan memutus aliran listrik flatku. Ya.. tidak buruk. Setidaknya saat ini masih menyala” Hyo Jin tersenyum paksa sambil mengangkat kedua tangannya yang masing-masing memegang lembar surat dan juga amplop, seolah ingin mengatakan ‘tenang saja. Aku tidak apa-apa. Ini bukan masalah besar, kok’


Karena bingung mau merespon apa akhirnya aku mengganti topik “Kau! Kuantar ke Klub ya” Hyo Jin langsung mengibaskan tangan sambil bilang “An…..” ya.. dia cuma bilang ‘an’ lalu tiba-tiba saja tubuhnya membeku seperti papan. Tangan ia kibaskan itu berhenti bersamaan dengan ucapan yang ia tahan. Matanya terlihat menerawang selama beberapa saat, sebelum akhirnya “baiklah” jawab Hyo Jin dengan nada rendah.



…………………………….



Aku menunggu di luar selama Hyo Jin bersiap-siap. Hanya sebentar. Sangat amat sebentar bahkan. Untuk ukuran seorang gadis, ia termasuk tipe yang luar bisa simpel. Ayolah…… dia cuma membutuhkan tiga menit empat puluh dua detik untuk mengganti pakaian dan lain sebagainya. Sangat berbeda dengan perempuan kebanyakan yang membutuhkan waktu puluhan kali lipat. Tak usah jauh-jauh! Tengok saja Chunji, walaupun ia itu seorang namja, ia membutuhkan waktu minimal 30 menit di kamar mandi. Jika kurang dari itu, maka bisa dipastikan ia tak akan keluar. Coba bayangkan apa saja yang dia la…………. Eh, ani! Untuk apa membayangkan hal seperti itu?


Aku berdiri saat Hyo Jin selesai mengunci pintu flatnya. “kajja” ajakku. Hyo Jin mengangguk, lalu memandangi lampu terasnya dengan tatapan miris. Aku menggigit bibir, turut prihatin dengan musibah yang menimpanya. Belum bayar listrik tiga bulan? Ah..aku benar-benar kehilangan kata.


“listriknya benar-benar akan diputus?” tanyaku pelan.
“begitulah” jawab Hyo Jin pasrah.
“kapan?” BAAMMM…. Seketika flat Hyo Jin menjadi gelap. “sudah tahu kan jawabannya?” Hyo Jin mendesah lesu kemudian berlalu meninggalkan flat malangnya. Sebelum berbalik mengikuti gadis itu, aku menyempatkan diri untuk memandangi lampu flatnya yang baru saja padam. “jawaban yang sangat jelas” gumamku sambil menggeleng.


“KAU NIAT MENGANTARKU TIDAK HEH?”



……………………………………………………………………



21↑Night Club
21:15 KST
Author POV



L.Joe langsung mengedarkan pandangan begitu masuk. Ia berjalan tak nyaman menelusuri tempat berisik itu. Klub malam tempat Hyo Jin bekerja. Ia sebenarnya sudah disuruh pulang seusai mengantar Hyo Jin kesana. Tapi, bukan L.Joe namanya kalau tidak keras kepala. Ia penasaran dengan pekerjaan Hyo Jin, dan tanpa pikir panjang ikut masuk tanpa sepengetahuan gadis itu. Dan disinilah dia sekarang. Duduk menyendiri di bagian sudut. Ia sudah berulang kali mengangkat tangannya –menolak- gadis-gadis yang hendak menghampiri.


Sejak 5 menit terakhir, matanya tertuju pada seseorang. Siapa lagi? Tentu saja Hyo Jin. L.Joe nyaris putus asa karena tak kunjung menemukan gadis itu saat masuk. Tapi untung saja ditengah keputusasaannya itu, ia akhirnya berhasil menemukan gadis berkemeja putih dengan rok hitam yang ia cari-cari sedang berjalan membawa nampan penuh makanan.


Ia lalu mencari tempat ternyaman untuk mengawasi Hyo Jin hingga berakhir disini. 5 menit berlalu lagi dan jarum pendek jam tangannya sudah hampir menyentuh angka sepuluh. L.Joe berdiri, sudah bersiap untuk pulang. Perasaannya sudah sedikit lebih tenang saat mengetahui pekerjaan Hyo Jin tak semengerikan yang ia kira. Sejak tadi gadis itu hanya bolak-balik membawakan pesanan atau membersihkan meja.


Namja itu melangkahkan kakinya dengan mata yang masih sempat-sempatnya tertuju pada Hyo Jin. Hingga……… “HYYAAA….. APA YANG KAU LAKUKAN?” mata L.Joe memicing begitu melihat ada yang tidak beres di kejauhan. Ia mendengar suara teriakan perempuan. ‘suara jelek tadi……………………….. ah.. HYO JIN’ Setelah yakin kalau yang tadi berteriak adalah gadis itu, L.Joe kembali memutar langkah dan berlari mendekat ke sumber suara. “ada apa?” L.Joe bertanya pada namja setengah mabuk yang tengah asik menonton.


“Biasa. Gadis itu sok jual mahal. Masa dicium saja tidak mau” L.Joe benar-benar merasa gerah saat pria itu bicara seolah ‘mencium’ adalah hal yang sangat wajar. Terlebih yang ia bicarakan adalah Hyo Jin. “SIALAN” tanpa berpikir, tangannya melayang meninju namja tadi tepat di muka. Lantas mendesak orang-orang yang tengah berkerubung di sekitar Hyo Jin untuk memberinya jalan.


L.Joe terdiam sebentar saat melihat Hyo Jin yang berlinang air mata tengah membentak-bentak seorang pria. “KALAU KUBILANG TIDAK MAU YA TIDAK MAU! KENAPA MEMAKSAKU!” Hyo Jin berteriak sampai urat lehernya terlihat mau putus, masih belum sadar kalau disampingnya sekarang sudah ada seorang namja yang entah kenapa ikut-ikut merasa sangat kesal.


“HEH! AHJUSSI SIAL! KAU TAK PUNYA KACA DI RUMAH? KAU SUDAH SANGAT TUA, KENAPA MASIH BANYAK TINGKAH, HUH? APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA?” Hyo Jin terkejut begitu mendengar pria disampingnya berteriak dengan sangat kencang. Tapi ia lebih terkejut saat menoleh dan mendapati L.Joe-lah pria disampingnya itu.


“YAA… KAU SIAPA? UNTUK APA IKUT CAMPUR?” Bentak namja itu sambil mendorong L.Joe. L.Joe yang tak suka diperlakukan seperti itu tak tinggal diam. Ia balik mendorong namja berwajah ahjussi itu dengan kedua tangannya. Tapi pria itu justru tak terhuyung sama sekali. L.Joe mencoba mendorong sekali lagi tapi hasilnya sama saja. Namja didepan L.Joe yang sudah bosan mendapat ‘serangan’ bertubi-tubi itu tanpa basa-basi menyiramkan sisa arak di gelasnya tepat ke muka L.Joe.


L.Joe terkejut. Amarahnya sudah benar-benar berkuasa sekarang. Tanpa berpikir dua kali, ia mengangkat kaki lalu menendang perut namja itu hingga terhempas menubruk meja. Setelah itu L.Joe langsung mencengkram pergelangan tangan Hyo Jin dan menyeretnya ke dalam toilet pria.


“Kau gila! Aku kan sudah menyuruhmu pulang, kenapa masih disini! Dan kenapa kau menendang namja ta……… YAYAYA, INI TOILET PRIA, BODOH” Hyo Jin yang sedang mengomel saat diseret-seret L.Joe langsung berteriak begitu sampai di toilet. Lelaki yang ada di dalam toilet terkejut saat melihat Hyo Jin. Namun, ia lebih terkejut saat melihat L.Joe yang wajahnya terlihat seperti siap membunuh orang. Wajah basahnya merah padam karena sangat marah. Benar-benar menyeramkan. L.Joe tak memedulikan tatapan orang-orang. Ia yang masih menyeret Hyo Jin berjalan ke arah keran air di depan kaca.


“Kau puas sudah membuatku dalam masalah. Kenapa kau bodoh sekali? Cukup berteriak saja! jangan sampai melakukan kekerasan fisik. Aku yakin namja tadi sudah patah tulang gara-gara kau! Aku benar-benar bisa dipecat jika begini caranya” Hyo Jin terus mengomel saat L.Joe tengah membasuh mukanya dengan air. Namja itu menahan napas saat mendengar omelan Hyo Jin, jelas mencoba mengendalikan emosinya yang tak karuan. Rasanya ia sudah siap meledak.


Sekarang pria itu benar-benar sudah tak dapat menahan diri karena Hyo Jin yang masih belum berhenti mengomel. L.Joe mengelap wajahnya dalam satu gerakan asal, lalu berjalan mendekati Hyo Jin. Gadis itu sangat terkejut. Ia melangkahkan kakinya ke belakang.


“Kau pikir aku senang menendang namja tadi? Kau pikir aku tipe namja yang senang melakukan kekerasan heh?” L.Joe mengeraskan rahangnya sambil maju selangkah mendekati Hyo Jin. Hyo Jin yang tegang, berdiri menempel ke dinding. Ia merasa kesulitan bernapas karena wajah ‘berbahaya’ L.Joe semakin mendekat kearahnya. Wajah namja itu masih setengah basah, dari ujung rambutnya air menetes secara berkala tiap dua detik. Leher dan bagian atas baju yang ia pakai juga agak basah.  Mungkin ini bukan saat yang tepat untuk menyadari betapa tampannya namja ini jika dilihat dari jarak dekat. Tapi aku benar-benar tak dapat menahan otakku untuk memikirkannya. Aish….. sejak mengenal Jessica, imun-ku terhadap namja tampan semakin lemah! Dan sekarang kurasa aku benar-benar sudah tak memiliki kekebalan apapun untuk menahannya.


“o..oke…. jangan mendekat lagi! Cukup sampai disitu. Aku akan menendangmu jika mendekat lagi” Hyo Jin buru-buru memberikan peringatan kepada L.Joe.


“kau harusnya berterimakasih karena aku sudah membantumu. Kau tau? Aku bahkan mengawasimu dari tadi. Aku hanya ingin melindungimu. Tapi kenapa balasannya malah seperti ini? kenapa kau malah mengomeliku terus? Kau senang sekali membuatku marah ya..” L.Joe meninju dinding di samping kepala Hyo Jin.


“Ehem!”
L.Joe dan Hyo Jin langsung menolehkan kepalanya saat mendengar suara batuk yang mengejutkan. Seorang lelaki paruh baya sedang mengirimkan tatapan yang membuat tidak nyaman. Ini adalah toilet pria.


“memang di dalam sudah tidak ada tempat untuk pacaran lagi, ya?” lelaki paruh baya itu memandangi L.Joe dan Hyo Jin dengan tatapan ‘dasar anak muda’, lalu masuk ke cubicle toilet.


 L.Joe dan Hyo Jin langsung keluar dari toilet dengan terburu-buru. Dan tepat saat itu, seorang wanita menghadang mereka. Ia terlihat seperti sepuluh tahun di atas L.Joe, tapi sayangnya wajah wanita itu nampak rusak karena terlalu sering memakai make up. Ia mengenakani mini dress pas badan berwarna merah seduktif dengan tatanan rambut wavy bervolume dan make up yang sangat tebal. Ia benar-benar terlihat seperti badut di mata L.Joe.


“Park Hyo Jin! Ikut aku” wanita itu memperhatikan L.Joe dengan tatapan menilai, lalu mengalihkan perhatiannya pada Hyo Jin lagi sambil menggerak-gerakkan telunjuknya.


Hyo Jin yang pasrah tak lagi bisa berkata-kata. Ia menghembuskan napas pelan lalu berjalan mengikuti wanita itu. L.Joe buru-buru menahan Hyo Jin. “dia bersamaku. Kau mau membawanya kemana? Bicara disini saja” sahut L.Joe membuat wanita itu berbalik. Ia menyeringai sembari menatap L.Joe. “dia bekerja padaku. Ini masalah pribadi antara majikan dan pelayannya” wanita itu bicara dengan nada yang sangat menyebalkan.


“bicara disini saja!” L.Joe kekeh pada keinginannya.
“Hyo Jin~a……. bilang pada pacarmu untuk tidak bersikap buruk! Atau aku benar-benar akan marah” Hyo Jin menoleh dan memandangi L.Joe dengan jengah. “bisakah kau tutup mulutmu? Kau sudah terlalu jauh mencampuri urusanku. Urus saja kepentinganmu sendiri” Hyo Jin berkata dengan dingin, lantas menghempakan tangan namja itu dari lengannya. Ia lalu berjalan lagi.


“changkaman!” Hyo Jin mendesah begitu mendengar suara L.Joe.
“kau sepertinya benar-benar cemas ya.. “ wanita bermake up tebal itu memandangi L.Joe dengan tatapan iba yang dibuat-buat, lalu tertawa tanpa alasan dan berjalan mendekatinya. “baiklah….. aku akan bicara disini. Hyo Jin~aaa….. kita bicara disini saja. Pacarmu sangat mengkhawatirkanmu sepertinya”


“cepat bicara” sahut L.Joe muak.
“Pacarmu yang nakal ini kupecat!”
“ne?” Hyo Jin yang walaupun sudah yakin akan mendengar kalimat itu tetap saja merasa terkejut. Ia langsung memegangi lengan ‘majikannya’ itu dengan mata yang berkaca-kaca. “kumohon jangan pecat aku……. aku masih sangat membutuhkan peker……………..”


“ah.. kebetulan sekali! Hyo Jin juga ingin mengundurkan diri hari ini”
“benarkah? Bagus kalau begitu” tangan Hyo Jin langsung melemas sampai-sampai terlepas dari lengan wanita tadi. Ia hanya bisa membuka mulut tanpa berkata-kata. Ia benar-benar terkejut. Kenapa L.Joe bicara seenak jidatnya begitu?


“ya sudah….. jadi masalahnya sudah selesai. Kau boleh pulang sekarang. Oh….. dan gajimu sudah kubayar semua kan? dua bulan lalu kau mengemis padaku untuk memberikan semua gajimu hingga bulan ini. Kau ingat?” Hyo Jin masih syok sehingga ia tak mampu menjawab sama sekali. “dan seharusnya aku memotong gajimu karena sikap yang tidak menyenangkan sepanjang bulan Februari kemarin. Tapi karena kebaikan hatiku, aku tak akan meminta apapun darimu. Sampai jumpa lagi, Park Hyo Jin~ssi….. senang pernah bekerja sama denganmu” wanita itu mengakhiri ucapannya dengan senyum menjijikan yang ditujukan pada L.Joe, dan senyuman itu benar-benar membuat L.Joe merinding.


“aku tak percaya kau bekerja pada perempuan gila seperti itu”
“aku tak percaya pria yang baru kutemui kemarin bisa membawa petaka sebesar ini padaku” balas Hyo Jin dengan napas memburu. Wajahnya sudah basah karena menangis. Ia memang sangat membenci pekerjaannya, tapi di sisi lain ia juga sangat membutuhkannya.


“kubilang aku akan mencarikan pekerjaan” teriak L.Joe kesal
“bodoh! Mencari pekerjaan tak semudah itu”
“Hyyyaaaa….. aku bisa mencarikan pekerjaan yang lebih baik dari ini. Memangnya kenapa kau senang sekali bekerja di tempat seperti ini? apa gajinya sangat besar? Memangnya berapa mereka membayarmu?”


PLAAKKK
L.Joe terdiam, Hyo Jin memandanginya dengan tatapan tak habis pikir. “aku sudah mengotori tanganku dengan menampar banyak sekali namja bulan kemarin” Hyo Jin tersenyum separuh sambil menggelengkan kepalanya seperti orang gila, “Chukahaeyo! Kau menjadi namja pertama yang kutampar bulan ini!” setelah mengucapkan selamat, gadis itu langsung pergi. Meninggalkan L.Joe yang masih bergeming. Memegangi pipinya yang terasa panas seperti terbakar. Tamparan Hyo Jin ternyata semengerikan ini.


“Hyo Jin~aa…………. CHANGKAMMAN!” setelah tersadar, namja itu berlari menyusul Hyo Jin. Ia meraih lengan Hyo Jin dengan cepat. Hyo Jin berbalik, dan saat itulah L.Joe merasa benar-benar bersalah. Ternyata Hyo Jin menangis lagi. Tadi tangisnya sempat berhenti, tapi ternyata sekarang ia menangis lagi.


“Kau kenapa sih? Sudah kubilang aku akan mencarikan pekerjaan untukmu”
“sebenarnya maumu apa? aku benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiranmu. Kita baru bertemu kemarin, lalu sekarang kau sudah membuatku dipecat. Ajaib”


“YAA…. PARK HYO JIN! Jangan marah padaku! Cepat atau lambat kau memang pasti akan dipecat kok”
“APA KATAMU?”
“a..an..ani” L.Joe langsung menarik kata-katanya kembali saat Hyo Jin mengeluarkan ekspresi horor. Sukses membuat namja itu merasa terancam.


“tch….. geumanhe! Sekarang kau urus hidupmu sendiri! Enyahlah dari hadapanku untuk selamanya! Dasar pembawa sial”


“mworago? Pembawa sial?”
“lalu julukan apa yang pantas untuk pria sepertimu selain pembawa sial huh?”
“ah.. ya… oke…. kau bebas memanggilku apa sekarang. Mungkin aku memang agak salah disini. Tapi aku jamin kau akan berterimakasih padaku atas apa yang sudah kulakukan”


“terserah” tandas Hyo Jin yang langsung pergi.
“kau mau pulang kan? kuantar ya..” L.Joe berusaha menyamakan langkahnya dengan Hyo Jin yang berjalan dengan sangat terburu-buru.


“hei…. kenapa kau tak jadi supir pribadiku saja?” desis Hyo Jin sinis. Ia menghentikan langkahnya dan memandangi L.Joe dengan tatapan yang sangat amat frustasi. “jadi mau kuantar pulang atau tidak?” tawar L.Joe sekali lagi.


“Tidak” jawab Hyo Jin yakin. “lebih baik kau pulang dan jangan pernah tampakkan wajahmu yang menjengkelkan itu di depanku”


“kalau begitu buang tv-mu jauh-jauh. Aku akan sering menampakkan wajahku yang katanya menjengkelkan ini didepan tv” L.Joe bicara dengan nada yang tak kalah sinis. Lantas benar-benar berlalu dari hadapan Hyo Jin. Tak dipungkiri ia benar-benar kesal. Tadi ia disiram arak, dibentak-bentak lalu ditampar. Kemudian sekarang ia juga disuruh enyah dengan julukan yang baru kali ini ia dapat selama 20 tahun hidup. Gadis itu bilang wajahnya menjengkelkan. Ia sudah sering mendengar orang memberikan julukan untuk wajahnya. Tapi……..baru dia yang bilang wajahku menjengkelkan. Dia…. Gadis yang bahkan baru bertemu denganku kemarin, tepat tengah malam.



…………………………………………………….



Teen Top’s dorm
23:58 KST



L.Joe baru saja berhasil memasukkan kombinasi angka di pintu dormnya. Dengan lesu namja itu membuka pintu dan berjalan masuk tanpa tenaga. Dormnya sudah sangat gelap.  Sama sekali tak terlihat tanda-tanda kehidupan. Padahal ini belum tengah malam. L.Joe melirik jam tangannya, satu….. dua… sekarang baru tengah malam.


Namja itu berjalan gontai menuju kamarnya, tangannya sudah mengulur.  Nyaris saja menyentuh kenop pintu saat “hyaaaaa”


“sshhhttt”
TAK
“aw”
L.Joe mengusap keningnya sambil meringis. Chunji. Namja yang memegang bahunya dari belakang dengan misterius, lalu namja yang memukul dahinya tanpa prikemanusiaan adalah dia. Lee Chunji.


“waeee????? Kenapa memukul dahiku heh???”
“siapa suruh berteriak? Kau tak tahu ini sudah malam?”
“aku tak akan berteriak jika kau tak mengejutkanku”
“hei lihat! sekarang  kau berteriak lagi!” Chunji menunjuk L.Joe dengan ekspresi ‘kena kau!’, sementara L.Joe hanya menatapnya tak perduli.


“sudah bicaranya? Aku mau tidur”
“aish….. enak saja! kau tahu? gara-gara kau meminjam motor milik staf hyung, ia jadi tidak bisa pulang. Manager Ahn lalu memberinya uang dan menyuruh namja itu pulang naik taksi. Kasihan sekali dia” Chunji menggeleng prihatin mengingat kejadian itu, L.Joe yang tak dapat menangkap ucapan Chunji yang sangat cepat ikut menggeleng dengan bingung.


“ah…. Tapi ada yang lebih kasihan!” Chunji menaikkan suara sembari menunjuk dirinya sendiri.
“kau?” tanya L.Joe ragu.
“ne.. aku dan member lain. Kau tau? Selama di vehicle Manager Ahn marah-marah dengan sangat kencang. Ia menanyakan kau kemana. Aish…. Memangnya kau kemana sih? Kau kan cuma harus mengantar pacarmu…… memang dimana rumah gadis itu? Jeju?” Chunji bicara dengan sangat cepat sampai-sampai membuat lawan bicaranya pusing. L.Joe mendesah, “lalu kalian bilang apa?”


“Niel bilang kau menemui appamu, tapi walaupun begitu Manager Ahn tetap marah-marah. Katanya kau harus izin dulu padanya sebelum pergi. Jangan seenaknya. Eomoona…… padahal semua omelan itu untukmu, tapi kenapa malah kami yang harus dengar?”


“ck… tumben sekali kau belum tidur”
“memangnya kenapa kalau aku belum tidur?”
“ Demi Tuhan aku lebih senang disambut C.A.P hyung daripada kau. Walaupun dia menyebalkan tapi setidaknya dia tidak cerewet” dan tepat setelah itu, L.Joe langsung mengambil langkah cepat dan masuk ke kamarnya. Meninggalkan Chunji yang siap meledak.


“YAAA…… LEE BYUNG HUN”



TBC


Anyyeong^^ Happy 1004 (cheonsa/angels) day….


Udah… aku ga tau mau ngomong apa.. makasih buat yg udah baca… mian ff ini g danta bangetT__T L.Joe-nya kepo abis…… apa-apa mau ikut campur, hedehhhh-__-


 sebelum mengakhiri, aku mau ngasih info kl 'mungkin' GIGSent bakalan rada sepi minggu ini, abisnya tiga authornya lg sibuk UTS. Tapi ga tau juga ya.. aku g tau apa yang ada di otak 'GSB + Kim Dhira' jangan2 mereka berencana publish 10 ff perhari selama minggu UTS ini.... ya doain ajalah.....


Sekiann…….. Thanks^_^

Comments

  1. bukankah bagus joe akan memberi hyojin pekerjaan yang baru,. :O
    kasihan ya hidup hyojin,. O.o

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts