Because She's Not You



Cast = Huang Zitao
Length = Oneshot/ song fic of Teen Top (Missing You)
Genre = Romance
Author = Salsa



I guess I was mistook her for you, because the back of her looked like yours

When I see her, I keep thinking of you. Your smile flickers before me.

The way you talk that made me laugh, the perfume that I gave to you

If I make her exactly like you and love her, Will I be able to forget you?



Kukira semuanya akan segera berakhir. Kukira aku hanya perlu membiarkan waktu yang menyelesaikan. Tapi siapa sangka kalau rasa itu tak terganti? Siapa sangka kalau aku masih dengan bodohnya mencintai gadis sepertimu setengah mati? Bahkan lebih dari itu. Karenamu, kini aku telah menjelma menjadi pria brengsek tak berhati.


Aku sama sekali tak menyangka kejadian malam itu bisa berdampak sebesar ini. Aku masih bisa mengingat kejadiannya dengan jelas. Sangat jelas bahkan. Harusnya aku tak membawamu ke rumahku saat itu. Harusnya aku bisa sedikit lebih bersabar untuk mengenalkanmu pada eomma. Dan sekarang…….. setelah semuanya sudah terlanjur terjadi, penyesalan tak lagi punya guna.


Aku sama sekali tak punya maksud apapun selain memperkenalkanmu pada eomma. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Eomma-lah yang justru mengenalkanku pada seseorang. Seseorang yang ia pilih untuk bersamaku. Aku tak tahu apa yang ada dipikiran eomma saat melakukan itu, saat memperkenalkan gadis itu tepat dihadapanmu. Aku tahu kau terkejut. Karena aku pun merasa demikian. Semua rencana yang kita susun bersama lenyap karena sekian detik.


Sakit? Geurayo. Mustahil jika kau tak merasakan itu. Perempuan sekuat apapun akan tetap merasakannya jika dihadapkan dengan kenyataan ini. Aku tahu kau marah, tapi demi Tuhan aku sama sekali tak merencanakan ini. Demi Tuhan aku juga tak bisa merasakan nafasku sendiri saat eomma dengan senyum cerahnya memperkenalkan Hye Ra dihadapan kita -yang jelas-jelas sedang berdiri berdampingan dengan tangan yang terkait-


Mungkin eomma memang sengaja melakukan itu. Mungkin ia memang mengharapkan Hye Ra yang menjadi pendampingku. Tapi bukankah aku sudah berjanji akan mempertahankanmu? Tapi kenapa sulit sekali bagimu untuk percaya? Bukankah aku sudah berjanji akan memperjuangkanmu? Tapi kenapa kau malah mundur? Kau….. tanpa pikir panjang, langsung memutuskan untuk meninggalkanku. Kau tahu seberapa hancurnya aku saat kau mengucapkan ‘selamat tinggal’? kau tahu seberapa lemasnya tubuhku saat kau mengucapkan kalimat terkutuk itu?


Dan itulah akhir dari hubungan kita. Kau lari begitu saja tanpa memberiku kesempatan untuk menjelaskan. Jika tahu begini, aku tak akan pernah membawamu ke rumahku. Tak akan pernah memperkenalkanmu pada eommaku.


Aku masih bersikap seolah ‘aku baik-baik saja’ saat bertemu denganmu di ruang kelas universitas kita. Dan kurasa kau pun begitu. Bahkan kau bisa-bisanya melewatiku begitu saja saat berpapasan. Hebat. Aku bahkan kalah telak untuk hal ini. Sejujurnya bahkan aku masih kesulitan mengalihkan pandangan tiap melihatmu, sedangkan kau dengan mudahnya mengabaikan kehadiranku, seakan Huang Zitao tak pernah memiliki eksistensi dalam hidupmu. Hari-hari awal berakhirnya hubungan kita adalah yang terburuk dalam hidupku. Namun aku tak tahu hari-hari selanjutnya justru bisa menjadi lebih buruk lagi.


Bisakah kau bilang padaku kalau ini hanya lelucon? Bisakah kau bilang padaku kalau pria itu bukan siapa-siapa? TIDAK. Jawabannya adalah TIDAK. Ini bukan lelucon, dan pria yang menempel denganmu setiap saat itu adalah pria yang kau nobatkan sebagai penggantiku. Secepat inikah kau melupakanku? Sehebat apa pria itu hingga bisa membuatmu berpaling semudah ini?


Dan akhirnya pun aku mengikuti permainanmu. Kau mau aku bersikap seolah kita tak pernah kenal? Baiklah. Kau dengan namja yang bahkan tak lebih baik dariku itu dan aku dengan gadis yang detik ini sudah eomma tetapkan sebagai tunanganku. Otokachi? Kalau begini impas bukan? Kita lihat siapa yang sanggup bertahan.


Aku melihatmu bersama dengan namja sial itu nyaris setiap hari. Terus terang aku ingin menghampiri pria itu dan menghajarnya sampai mati. Tapi……. punya hak apa aku melakukan itu? Jadi aku hanya diam, pura-pura tak perduli. Padahal terbakar dalam hati. Sejak saat itu aku mulai melampiaskan semuanya pada Hye Ra. Entah kenapa sejak melihatmu bahagia dengan namja lain, keinginanku untuk memilikimu justru semakin tak terkendali. Aku menginginkanmu. Sangat. Tapi kita sudah berjalan sejauh ini, mungkinkah untuk kembali? Dan pertanyaan lain, apa kau mau kembali padaku?


Dan kata ‘tidak’ lah yang pasti akan kau ucap. Aku terlalu mengenalmu. Gadis sepertimu takkan pernah mau mempertahankan sesuatu yang jelas-jelas ditentang. Dan karena itu, aku mulai menjadikan Hye Ra sebagai pelampiasanku terhadapmu. Pada awalnya aku tak pernah menatapnya dengan cara yang benar. Aku tak pernah menatapnya setulus aku menatapmu. Tapi sekarang…….. aku mulai memperbaiki semuanya. Aku diam-diam memaksanya menjadi sepertimu.


Kau tahu? jika ia sedang berbalik membelakangiku, siluet tubuhnya terlihat sepertimu. Membuatku terkadang kesulitan sendiri untuk membedakannya. Dan bahkan ketika aku menatapnya, yang kupikirkan tetaplah kau. Perlahan-lahan aku merubahnya menjadi sepertimu. Benar-benar……. Sepertimu.


Bahkan saat ia tersenyum pun, bayangan senyummu ikut berkelebat dalam pikiranku. Membuatku ikut menarik sudut bibirku tanpa sadar. Mungkin ia kira aku tersenyum karenanya. Tapi faktanya aku tersenyum karena kau tersenyum dalam pikiranku. Tidakkah itu terlalu tidak masuk akal? Tidakkah aku terlalu jahat padanya? Bolehkah aku menyalahkanmu karena membuatku seperti ini?


Caramu bicara, caramu tersenyum, caramu berpenampilan, semua kuterapkan padanya. Bahkan parfum yang kuberikan untukmu saat itu, parfum yang masih kau pakai sampai detik ini, juga kubelikan untuknya. Parfum yang sama. Jika aku membuat gadis itu persis sepertimu, dan mulai belajar untuk mencintainya karena itu, mungkinkah aku akan melupakanmu?



Because of my guilt over this crash of emotions, I can’t look you straight in the eye

Even if I avoided your eyes, it’s obvious that you’ll notice right away

So I hurry and replace my eyes with truth~less eyes 

I see her in you, I hate myself for being like this too but I can’t help it 




Aku menyambut Hye Ra yang baru saja memasuki mobil dengan tatapan tajam. “hai” seolah tak paham, gadis itu malah menyapaku dengan senyumnya.  “siapa  yang memperbolehkanmu mengikat rambut seperti itu?” desisku, dengan rahang yang merapat menahan marah. Tangan kiriku yang terulur diatas kemudi meremas stirnya tanpa kendali. Kenapa gadis ini sulit sekali mengerti? Kenapa dia sangat bodoh? Sudah berapa kali aku menyuruhnya berhenti mengikat rambutnya seperti itu? Mungkin ini terdengar sangat sepele baginya, tapi tidak untukku.


“a..apa?”
“kau mau melepasnya sendiri atau aku yang akan menariknya” gadis itu menatapku penuh tanya, membuatku langsung mengalihkan tatapan kearah lain dengan cepat. “kau mendengarku kan?” aku kembali menoleh padanya, bicara dengan nada muak.


“tapi rambutku sangat panjang……. Dan cuacanya sedang sangat pan…………..”
“diam dan turuti perintahku” tandasku tanpa menoleh lagi. Membuat gadis itu langsung terdiam.


Hye Ra~yaa……  Maafkan aku karena sudah bertindak sejauh ini. Maaf karena melampiaskan semua rasa depresiku padamu. Maaf aku tak pernah menatap tepat di matamu saat bicara dan aku juga minta maaf karena selalu menghindar saat kau mencoba mempertemukan sepasang mata kita. Aku hanya tak dapat menahan luapan perasaanku yang tidak semestinya. Tiap aku menatapmu, aku selalu menginginkan dia. Sekeras apapun aku berusaha untuk membuatmu nampak sepertinya, tetap saja aku tak akan pernah bisa merubahmu menjadinya.


Aku yakin kau sering melihat kebenaran di mataku. Terkadang sulit menutupinya. Terkadang aku terlalu lambat untuk mengubah tatapan mataku menjadi terlihat lebih tulus. Walau sebenarnya usahaku untuk melakukannya pasti tak akan pernah terlihat benar, tapi aku selalu mengusahakannya. Aku ingin menjaga perasaanmu juga, tapi ada hal lain yang mendesak untuk menjadi prioritas. Kebutuhanku akan-nya.


Hye Ra~ya….. kau tahu? lama-lama aku mulai melihatnya dalam dirimu. Jika sudah begini, aku tak yakin bisa menghentikannya. Sejujurnya aku juga membenci diriku sendiri karena menjadi seperti ini, tapi mau bagaimana lagi? aku tak dapat menghentikannya sama sekali.



I still want her, not you, my love changes once again

But it is not the right time yet. You met me and you loved me

Our love has no truth. There’s head but no heart

Our relationship is an empty cracker



Aku bahkan tak pernah repot-repot menghitung sudah berapa bulan kulewati bersama Hye Ra. Yang kutahu hanyalah aku masih menginginkannya, bukan kau Hye Ra~yaa. Mungkin suatu hari nanti rasa ini akan berubah, mungkin suatu hari nanti aku bisa mencintaimu dengan tulus. Tapi tolong jangan paksa aku untuk sekarang. Ini bukan waktu yang tepat untuk mencintaimu dan melupakannya.


Sejujurnya aku tak mengerti, kenapa kau bisa-bisanya mencintaiku begitu saja. Tidakkah kau melihat betapa keparatnya aku sebagai seorang pria? Bagiku hubungan kita tak ada artinya Hye Ra~ya……. Aku memang bersamamu setiap saat, tapi aku harus bagaimana jika kenyataannya hatiku bukan untukmu?



Because She’s not you, I guess I wanted to make her into you

Because I missed you, I guess I wanted to make her resemble you more

One more night, just one more night, I want to find you in her

I’m so sorry, I’m so sorry, I hope she can replace you



Ini salahmu. Jika nantinya ia tersakiti, ini karenamu. Karena dia bukanlah kau, aku terus berusaha menyamakan dia dalam segala hal denganmu. Kau tahu kenapa setiap saat aku terus-menerus membuatnya menyerupaimu? Itu karena aku merindukanmu. Satu malam saja……. kumohon aku hanya minta satu malam. Buatlah aku bisa mendapatimu dalam dirinya. Brengsek! Ya.... sebut saja aku begitu. Tapi aku tak punya pilihan lain.


“tch……. Apa maumu?” itulah kalimat yang kau ucap saat aku menghalangi jalanmu untuk keluar dari ruang kelas. Matamu menyorotku jengah. Menatapku dengan tatapan terganggu.


“tck….. sebenarnya apa maumu? Kalau mau bicara ya bicara sekarang! aku tak punya banyak wak…….”
“pulang bersamaku” tepat saat aku menyampaikan keinginanku, kau tersenyum sinis sembari memalingkan wajah kearah lain.


“kau harus menjemput tunanganmu kan? lagipula aku sudah punya seseorang yang akan mengantarku pulang dengan selamat. Jadi….. terima kasih, lain kali saja” tandasmu sembari mendorong tanganku yang menghalangi jalan keluar, lantas berjalan pergi begitu saja. Dengan cepat aku menarik lenganmu, memaksamu untuk kembali menatapku.


“KENAPA?” Aku tak lagi bisa mengontrol nada suaraku menjadi baik-baik dan mulai berteriak. Emosiku tersulut dengan begitu mudah, dan kau masih bisa-bisanya menatapku dengan sangat tenang.


“kenapa apa?”
“kenapa kau sebegitu mudahnya melupakanku?”
“karena ada namja lain yang dengan mudahnya mengisi hatiku. Sekarang lepas tanganku!”


Ucapan yang sama sekali tak kuduga keluar dengan mudahnya dari bibirmu. Membuatku kehabisan kata. Cengkramanku dilenganmu melemah hingga akhirnya benar-benar terlepas. Aku tak bisa menjawab, dan yang kulakukan hanya terdiam layaknya pria dungu sementara kau pergi, meninggalkanku tanpa perduli. Jadi ini akhirnya? Lalu apa bagimu enam tahun itu tak ada artinya?


Kau kira aku tidak tersiksa melakukan hal semacam ini? aku tersiksa. Aku merasa begitu bersalah pada Hye Ra. Dia mencintaiku dengan tulus dan aku malah menyamakannya denganmu. Maaf….. aku benar-benar minta maaf….. terus terang aku juga berharap dia bisa menggantikan posisimu dihatiku. Kuharap aku bisa benar-benar jatuh cinta padanya dan membuatku berhenti menginginkanmu secara berlebihan.




You still don’t know, you can have my body but you can’t have  my heart

Our love song ain’t got no soul, it’s so cold, I give up I’m sorry


Please understand me for not being able to say I Love You


              
Mungkin sampai detik ini kau masih belum paham Hye Ra~ya…. Kau bisa memiliki ragaku, tapi tidak dengan hatiku. Jika nantinya kau hidup bersamaku, bersiap-siaplah atas perlakuan dinginku padamu. Kehidupan kita akan dimulai tanpa rasa. Tak perlu menangis. Kalau kau tak suka dengan ucapanku, kau hanya perlu pergi dariku. Sepertinya kau harus memahami satu hal, jangan pernah berharap aku akan meraih kedua tanganmu, meminta maaf dan mengatakan aku mencintaimu. Tolong pahami aku, aku tak akan melakukan itu padamu. Aku menyerah. Maaf…..



Everytime I miss you, I want to find her. I know I’m selfish but what can I do?

Everytime I miss your scent I want to be hugged by her. I know I’m selfish but what can I do?

She can’t be the same as you, because l’ll keep thinking about you

But I still can’t help it, it is too hard being on my own. Without you I want to die

The time without you is killing me



Setelah turun dari mobil, aku memayungi Hye Ra dengan jaketku dan setengah berlari menjangkau pintu rumah. Ini sudah jam sembilan malam dan kami baru saja pulang dari acara makan malam. Aku tak mengerti dengan jalan pikiran orang tuaku dan orang tua Hye Ra, mereka mempersiapkan semua keperluan pernikahan kami dengan sangat terburu-buru. Bahkan malam ini pun mereka masih sibuk membicarakan hal-hal mengenai itu, mengenai sesuatu yang sama sekali tak ingin kudengar.


Mereka semua bersikap seolah kami akan menikah besok. Benar-benar berlebihan. Apa jangan-jangan eomma takut aku akan kembali padamu? Huh…. Mungkin memang begitu. Aku dan Hye Ra yang sama sekali tak membantu mengurus semua persiapan disuruh pulang lebih awal. Ya.. setidaknya itu lebih baik daripada diam seperti benda mati di tengah-tengah manusia yang antusias.


Jadi disinilah kami sekarang, di rumahku. Rumah Hye Ra jelas masih kosong dan gadis itu tak mau sendirian di rumahnya saat hujan yang lebih mirip seperti badai ini masih berkuasa diatas langit. Malam ini sungguh malam terburuk dalam setahun terakhir, kilat dan petir yang tak henti bersahut-sahutan seolah berlomba membuat para penghuni bumi ketakutan. Bergemuruh tanpa henti.


Hye Ra merapatkan mantelnya saat pintu rumahku terbuka. Angin yang berhembus benar-benar memperparah rasa dingin yang menyergap, membuat kami berdua buru-buru merangsek masuk untuk memperhangat diri. Aku langsung menutup pintu rumahku dan berbalik menghadapnya. Dan entah kenapa yang terbayang justru dirimu lagi. Tch….. kapan siksaan ini berakhir? Walaupun aku tak dapat mengingat sudah berapa lama aku bersamanya, tapi aku yakin waktu yang kami lewati bersama sudah cukup lama. Ani…… sangat lama.


Aku meletakkan secangkir minuman hangat di atas meja untuk Hye Ra yang tampak menggigil. Lantas menatap gadis itu dengan lemah. Pernahkah aku mengatakan ini padamu? Jika aku merindukanmu, gadis inilah yang akan kupandangi. Lalu secara otomatis, semua sarafku akan bekerjasama mengirimkan sinyal ke otak kalau gadis yang tengah kupandangi sekarang adalah kau. Aku benar-benar merasa seperti sedang menatapmu tiap melihatnya. Bahkan semua sel tubuhku seolah mendukung……….. Jahat? Ya.. aku tahu….


Gadis itu tersentak saat aku memeluknya tiba-tiba. “Tao~~…..  kau Kenapa?” desisnya tak mengerti, dengan nada takut yang kentara.  “aku merindukanmu” jawabku parau.


“kita bersama sejak tadi pagi”
“benarkah? Tapi kenapa aku masih sangat merindukanmu?” aku menenggelemkan wajahku dilehernya, menghirup aroma parfum itu dalam-dalam. Jika aku merindukan aroma tubuhmu, yang kucari adalah dia. Aku akan memintanya memelukku, atau aku akan langsung memeluknya seperti ini. Dan jika aku tak dapat mencium aroma parfum itu di tubuhnya, aku bisa menjadi sangat mengerikan. Aku bisa marah-marah tanpa alasan, dan menatapnya seolah ia adalah perempuan paling hina di muka bumi. Aku tahu aku egois, aku hanya mementingkan diriku saja. Tapi apa lagi yang bisa kulakukan? Aku sudah mencintaimu sebesar ini. Aku tak bisa kemana-mana lagi.


Sampai kapanpun Hye Ra tidak akan bisa sama sepertimu. Tidak akan bisa menggantikanmu. Bukankah setiap aku melihat gadis itu yang kupikirkan adalah kau? Dia hanya bisa mengobati kerinduanku yang menggila ini sesaat. Tapi selebihnya aku akan tersiksa lagi karena merindukanmu. Kembalilah padaku. Aku bisa mati jika begini caranya. Aku tak bisa menjadikan Hye Ra sebagai pelampiasanku terus. Aku menginginkanmu. Sesulit itukah untuk dipahami? Detik-detik tanpamu terasa seperti neraka. Sungguh…… Neraka…..


There’s no need for you to disappear, but it’s not like you’ll come back anyway

Even if she can replace you, even if there is someone who can replace you

That person can’t be you. And only I will hurt more



Aku mendekap tubuhnya lebih erat. Memuaskan indra penciumanku dengan aroma khas parfummu yang menguar dari tubuhnya. “Tao…… aku……. tak bisa……. bernafas…” desis Hye Ra sambil mencoba mendorongku menjauh. Aku tak perduli, bahkan tak mencoba untuk perduli. “Taooo” erangannya mengeras. Sebenarnya jika aku mau aku bisa saja mengabaikannya, tapi aku tak bisa terus-menerus bersikap begini. Akhirnya mau tak mau aku melonggarkan dekapanku, menunduk menatapnya yang langsung menarik napas dalam sambil memegangi dada.


Aku memperhatikannya dengan intens, dan entah bagaimana aku merasa gadis ini sangat………….....  SIAL. Aku menyerah. Aku tak dapat mengendalikan akal sehatku lagi dan langsung mendorongnya sampai berbenturan dengan dinding. “Tao…..  hajimaa… ” tanpa perduli dengan ucapannya, aku langsung mencondongkan kepala dan menjangkau bibirnya dengan mudah. Awalnya aku hanya ingin memberikan kecupan singkat dan langsung pergi dari tempat yang mendadak membuat beku ini. Tapi…………… ternyata tidak semudah itu. Saat bibirku bersentuhan dengan permukaan bibirnya, yang dapat kupikirkan hanyalah menciumnya lebih dalam. Dan itulah yang kulakukan saat ini. Sebelah tanganku memegangi tengkuknya, sementara sebelah yang lain melingkar erat di pinggangnya. Menguncinya untuk tetap begini. Sebut saja ‘memaksanya’ untuk bertahan dalam posisi ini.


 Tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu yang aneh menyentuh pipiku. Basah. Gerakanku langsung terhenti. Aku langsung menjauhkan wajah darinya, dan yang kudapati adalah wajah Hye Ra yang basah karena air mata. Gadis itu langsung merunduk, membuat rambutnya jatuh menutupi wajah, menggigit bibir menahan tangis. Ia benar-benar terlihat seperti tahanan penjara yang akan dieksekusi mati. Dia terlihat sangat……..


“apa yang kau lakukan?” ucapku keras. Aku benci merasakan ‘rasa bersalah’ namun sepertinya gadis ini senang sekali membuatku merasakan hal itu. Kenapa dia harus menangis? Hye Ra menarik napas berat, terlihat mencoba meredam emosinya ke level terendah. Kemudian memandangiku hati-hati. “Tao~~ bagaimana jika………………”


Suasana mendadak hening, ia belum melanjutkan ucapannya sedangkan aku masih terdiam menanti lanjutan kalimatnya.


“Jika gadis itu datang dan memutuskan kembali padamu……. Apa… apa kau akan meninggalkanku begitu saja?” ujar Hye Ra serak. Ia menghapus air mata di wajahnya dengan kasar, lalu menatapku seolah apa yang akan keluar dari mulutku nanti adalah penentu hidup matinya.


“maksudmu……………….”
“mantanmu” selaknya langsung. Membuatku tak berkutik. Aku memalingkan wajahku kearah lain, berusaha menghindari tatapan matanya yang penuh luka. Sejauh itukah aku menyakitinya? Ah.. bodoh! Kau belum sadar juga Huang Zi Tao?


“Tao…..”
“MOLLA (aku tak tahu)” bentakku, membuat Hye Ra terkejut. Setelahnya gadis itu menatapku dengan tatapan nanar, lalu mendudukkan tubuhnya yang lemah di atas sofa. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Sementara aku sendiri langsung melangkah mundur dengan langkah berat, perlahan rasa bersalah itu semakin besar memenuhi dadaku, membuat sesak. Kenapa aku harus membentaknya? Tak adakah cara lebih baik yang bisa kulakukan?


Ketukan terdengar nyaring didetik berikutnya. Secara refleks aku menoleh ke arah pintu masuk. Hujan diluar masih sangat lebat, dan seharusnya semua orang yang masih punya akal sehat tak akan mau keluar rumah di cuaca seekstrim ini. Aku kembali memalingkan wajah pada Hye Ra yang masih bertahan dengan posisinya.


“mungkin……… aku akan tetap bersamamu…..” Hye Ra mengangkat kepalanya begitu mendengarku bicara. Menampakkan wajah kacaunya yang sejak tadi tersembunyi dibalik tangan. “benarkah?” ada nada tak percaya yang kudengar, membuatku merasa seperti tengah tersengat listrik. Apa gadis ini benar-benar sudah jatuh cinta padaku? Kumohon jangan………….  Mencintaiku hanya akan membuatmu semakin terluka. Sungguh.


“tapi jangan pernah berpikir aku akan mencintaimu sebesar aku mencintainya” lanjutku memperingati, membuat ekspresi gadis itu berubah lagi. Bola matanya terlihat bergetar menahan sakit. “karena faktanya kau bukan dia. Dan sampai matipun tak akan pernah menjadi dia” tambahku dingin, lantas segera mengayun langkah berat meninggalkannya. Lebih tepatnya mendekati pintu masuk yang masih diketuk oleh seseorang.


Aku membuka pintu itu dalam satu gerakan cepat, seketika membeku begitu melihat siapa yang datang. Seseorang yang sama sekali tak kuduga kini telah berdiri dihadapanku. Kau………… kenapa harus datang? Terlebih dengan penampilan sehancur ini! tubuhmu basah kuyup diguyur hujan. Hanya kaos lengan pendek dan jeans? Kau bisa mati beku jika begini. Bibirmu sudah bergetar menahan dingin, senada dengan tubuhmu yang gemetaran dihembus angin. Nyatanya kau sedang menggigil hebat, tapi begitu pintunya terbuka kau seolah lupa akan apa yang kau rasa. Matamu langsung berbinar, dalam hitungan detik senyuman tipis terukir dibibirmu dan……. “Tao” tanpa meminta persetujuan, kau segera merangsek memelukku. Aku tak bereaksi, tak membalas ataupun menghindar. Aku hanya diam sementara kau menangis terisak-isak didadaku. Hanya diam. Belum cukup mampu untuk memahami semuanya. Sekarang apa lagi?  


“maafkan aku” belum sempat otakku memproses semua ini, tiba-tiba saja kau menjatuhkan diri dan berlutut dihadapanku. Dengan bibir bergetar dan tubuh yang menggigil kedinginan kau terisak meminta maaf. Gemuruh petir dilangit kini seolah berpindah ke tubuhku. Ya.. itulah yang kurasakan. Bingung, lemas, tak percaya,………. Sakit.


Aku segera meraih bahumu dan “Tao” Bersamaan dengan kilat yang menyambar mencakar langit, suara Hye Ra terdengar dari arah belakang. Aku tak menoleh, tak berani lebih tepatnya. Aku tak bisa membayangkan betapa sakitnya hati Hye Ra melihatku yang menjadi selemah ini dihadapanmu, tapi begitu kasar dihadapannya. Seolah ia sama sekali tak punya kesempatan untuk menggantikan posisimu. Dan sekarang…….. jika kau bicara lebih jauh lagi, aku sama sekali tak bisa menjamin akan menepati janjiku saat bersama Hye Ra tadi.


“kumohon……………. Maafkan aku….. aku masih sangat membutuhkanmu. Kembali padaku. Kumohon...”


Semudah inikah? Kau hanya perlu datang sesuka hatimu dan memintaku kembali? Aku tahu aku sendiri pun masih sangat menginginkanmu, dan seharusnya ini menjadi pilihan yang sangat mudah bagiku. Tapi…. meskipun begitu, kau tidak bisa seperti ini. TIDAK. Aku tidak menyuruhmu menghilang dari hidupku, hanya saja jangan datang dan pergi seenakmu. Aku berusaha mengabaikan nada lirih yang kau gunakan, untuk saat ini lebih memilih menyelamatkan hati Hye Ra yang sedang menyaksikan kita dari belakang. Tapi…..


“Tao……. Aku mencintaimu…………. Sangat…….. kumohon maafkan aku……. kumohon”


Lagi-lagi kau bicara, dengan nada yang lebih lirih dari sebelumnya. Membuat pertahananku yang memang lemah ini hancur dengan mudah. Air terus menetes dari tubuhmu, turun bersamaan dengan cairan bening yang keluar dari matamu. Sementara disisi lain aku juga mendengar suara isak tertahan dari belakang. Hye Ra…..

Demi Tuhan….. maafkan aku karena melakukan ini…. tapi……


“maaf…….”



END


what a weird(?) ending……. Right?


Itu kata terakhir di ff ini yg ngomong Tao, tapi buat siapanya silahkan ditentukan sendiri. Kalian bebas memilih yg terbaik menurut masing-masing *sok diplomatis* kl aku lanjutin adanya Tao jadi milih aku, kan ga enak ya ama Hye Ra dan mantannya,…… udah nangis-nangis eh yg dipilih aku //gajekronis-_-/


Sebenernya aku bikin ff ini karena permintaan dr seseorang. Dia tuh lagi merayakan betapa tuanya dia sekarang…… huwiiiiiiii HAPPY BIRTHDAY to NANDITAAA….. *lemparin eunhyuk* semoga bisa berubah jadi manusia normal *amin* semoga bisa cepet-cepet insyaf *amin* semoga mimpinya yg sama Kris beberapa minggu lalu jadi kenyataan *a…. ///ga ada yg aminin//*


Okeh….. goodbye semuanyaahhh! Aku ada dinner ama Tao ini…. 


BYE

Comments

  1. Ini blogspot jadi ninggalin jejaknya susah. Tp demi ngomen di ff yg satu ini, aku rela repot2 log in wordpress dan nge accept ini dan itu. Sumpah ini ngegantung bgt -_- kirain kursor hapeku rusak atau mungkin, ada kata TBC yg keselip (?) tapi pas nengok ke judul ada tulisan one shoot~
    oke, satu-satunya jalan ya, cuma memohon dgn sangat ke authornya buat bikin sequelnya. Jebaaal~ *pasang aegyo breng Kris* diapain kek ceritanya, kalo emang ga adil kalo tao milih salah satu dari mereka, sama aku juga ga papa #plak.

    Anyway, authornya punya twitter ga nih? Aku udah niat masukin authornya ke list author favorit *tepok tgan* ffnya bgus soalnya :) aku mau follow biar dapat update-an ff lbih cepet ^^
    eh, btw... Komennya udah pjg bget ya? Mian kalo aku keliwat cerewet ._.V

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ini di blogspot, readers disini jd susah komennya-.- tp MAKASIH sejuta kali buat kamu... aku appreciate setinggi-tingginya, kirain ga bakal ada yang komen...

      Bagus? aku ga ngerasa bikin apa-apa, ini cuma lirik lagu trus aku tulis ulang pake bahasa sendiri. Tapi baguslah kl ada yang suka.... buat sekarang, aku blm ada ide buat bikin sequel.... karena jujur aku sendiripun ga tau mau ngelanjutin kaya gimana.... tp diusahain deh.. kl aku mampu ya aku bikinin....

      aku g ada twitter, twitter blog aja ya... @GIGSEnt

      one more time, BIG THANKS TO YOU:)

      Delete

Post a Comment

Popular Posts