Story From Suncheon - Part 1
Cast : Jung Cheonsa
Kris Wu
Ini pengalaman pertamanya tinggal di sebuah desa terpencil
yang sebagian besar penduduknya bekerja di bidang perkebunan untuk memenuhi
kebetuhan. Jung Cheonsa, gadis Seoul yang baru tiba di desa Suncheon setelah
perjalanan panjang yang melelahkan. Sebenarnya ia juga tidak akan sudi pindah
dari kota metropolitan ke tempat kecil seperti tempat tinggalnya sekarang, tapi
keadaan mendesaknya untuk tak banyak mengeluh. Kehancuran rumah tangga orang
tuanya, membuatnya mesti memilih antara hidup modern dengan fasilitas cukup di
Seoul bersama sang ayah atau pindah ke desa kecil bersama ibunya. Dihadapkan
dengan dua pilihan yang masing-masing memiliki poin tersendiri untuk ia
pertimbangkan, tidak mudah untuk memutuskan satu diantaranya.
Jika memilih Seoul tentu ia harus siap hidup bersama
ayahnya, hidup di bawah rasa benci karena pengkhianatan yang dilakukan ayahnya
terhadap sang ibu. Perselingkuhan ayahnya menjadi peristiwa besar yang merubah
hidupnya dan pastinya menggoreskan terlalu banyak coretan kelam untuk Cheonsa.
Mungkin ia bisa menikmati berbagai kemudahan jika tinggal di Seoul, tapi
sepertinya Cheonsa merupakan wujud gadis yang tak sudi hidup tanpa hati yang
bahagia. Ia sudah memprediksikan hidupnya jika memilih tinggal bersama sang
ayah. Pasti tawanya hambar tanpa rasa. Dan ia tidak bisa hidup dalam kondisi
seperti itu.
Mau tak mau ia harus melepas semua kemudahan, kenangan,
kenyamanan yang ada di Seoul. Kini ia sudah punya lembaran baru di tempat baru
yang cukup lumayan menurutnya. Ia dan ibunya tinggal di sebuah rumah sederhana
dengan halaman yang dipenuhi rerumputan serta tanaman hijau. Tidak begitu buruk.Walau
Suncheon tak semodern Seoul yang memiliki banyak pusat perbelanjaan, tapi
Suncheon punya banyak kebun asri yang membuat desa ini memiliki nilai plus
tersendiri untuk Cheonsa.
Hari ini hari pertamanya masuk sekolah.Ia berada di tingkat
tiga SMA. Jauh sebelum pindah ke desa ini, ibunya memang sudah mendaftarkan
dirinya di sekolah yang tak jauh dari rumahnya. Seperti pelajar lain yang baru
pulang dari sekolah, Cheonsa terlihat menapaki jalanan desa menuju rumahnya. Sama
seperti yang pernah dibayangkannya, kini Cheonsa berjalan kaki baik berangkat
atau pulang sekolah.Ia menyesal karena tadi pagi menolak sepeda yang diberikan
ibunya. Ternyata cukup melelahkan berjalan sejauh ini. Dulu saat di Seoul jarak
sekolah dan rumahnya lebih jauh dari ini, tapi di sana ada bus jadi ia tak
perlu khawatir betisnya pegal.
ā Aku benci ayah! Kenapa ayah berselingkuh hah??āCheonsa
merutuki hidupnya.Dalam benaknya selalu ada kalimat āandai sajaā. Kaleng
minuman yang tadi ia bawa sudah kosong, kini diremuknya dengan kesal. Mungkin
kalau bisa diibaratkan, kaleng itu adalah kepala ayahnya.
ā Menyebalkan!ā tak bisa menahan emosinya lagi, Cheonsa
langsung melempar kalengnya ke sembarang tempat. Ia melempar ke arah
semak-semak yang baru saja dilewatinya.
ā Awwwā¦.ā Cheonsa memegangi kepalanya yang baru saja
terhantam benda ringan yang cukup membuat kepalanya merasa nyeri.Ia terus
mengusap kepala belakang, astagaā¦menyebalkan. Ia tak berhenti menggerutu.
Tubuhnya berbalik ke belakang, berniat mencari tahu orang usil yang telah
melempari kepalanya.
Matanya tertarik pada benda yang terhampar tak jauh dari
kakinya.Iniā¦bukankah kaleng yang tadi
kubuang?.Cheonsa menoleh ke berbagai arah, cukup bingung. Kaleng itu sudah
ia buang, dan sekarang terlempar mengenai kepalanya. Seseorang ada yang bisa
jelaskan? Ini tidak mungkin perbuatan hantu usil kan?.
ā Kau tidak pernah diajari untuk membuang sampah pada
tempatnya ya nona?ā tiba-tiba sebuah suara mengintrupsi perhatiannya, Cheonsa
menoleh ke arah suara dengan wajah super seram.
Seorang pria berandal dengan tindik di telinga tengah
memandangnya dengan merendahkan. Siapa
pria ini?Preman di desa ini? pikir Cheonsa menilai tampilan pria itu.
Pria itu membungkuk, tangannya meraih kaleng yang tadi ia
lempar ke kepala Cheonsa. ā Ini. Bawa dan buanglah setelah kau menemukan tempat
sampah.ā Pria itu menarik tangan Cheonsa, memaksa gadis itu menerima kaleng itu
kembali.
ā Oke manis, aku pergi dulu. Ingat! Buang sampah pada
tempatnya!āCheonsa hanya mendengus kesal.Matanya mengekor, menyorot pria yang
tengah menjauhinya.
Ia menggeleng pelan. Pria itu benar-benar brandal.Dari
penampilan atau caranya berjalan.Lihatlah pria itu sedang bersenandung senang
dengan santai.Aisshhā¦jadi orang seperti itukah yang baru saja menasihatinya
untuk membuang sampah pada tempatnya?Seorang pria yang tak lebih dari brandal
sok tahu.
****
Berulang kali Cheonsa menghentakkan kakinya, berjalan dengan
langkah yang begitu berisik.
Sebenarnya ia tak mau ikut ke pasar, tapi ibunya
yang sangat bawel itu mengancam akan mengurangi uang sakunya jika saja ia
berani menolak atau kabur. Sekarang gadis itu harus rela jika indera
penciumannya begitu akrab dengan bau amis dari berbagai daging serta ikan. Ia
mendecak untuk kesekian kalinya, keadaan pasar sangatlah ramai. Memang pasar
mana yang tidak ramai.
Jalanan cukup basah dan dipenuhi tanah, tadi malam hujan
mengguyur desa dengan sangat deras.Cheonsa sangat membenci melihat sandalnya
kotor, kubangan air juga sedikit memercik celana panjangnya.Astagaā¦kenapa ada
tempat seperti ini.
Ayo datang ikannya masih segar-segar
Dijual murah daging babi berkualitas tinggi!
Beli satu akan gratis satu! Ayo ahgasshi dicoba!
Dari tadi pendengarannya dipenuhi oleh suara pedagang yang
berlomba-lomba untuk mendapat perhatian dari para pembeli.Mereka itu berisik
sekali.Pikir Cheonsa melihat pedagang sayuran yang tengah berbicara dengan
cepat serta logat aneh.Huftā¦Cheonsa memalingkan pandangannya, kemana saja asal
tidak melihat wajah semangat ibu-ibu pedagang yang dari tadi tidak berhenti
mempromosikan dagangannya.
Cheonsa menoleh sekilas, memastikan ibunya masih sibuk
menawar harga ikan.Baiklahā¦sepertinya berjalan-jalan sebentar tidak masalah.Ia
berjalan dengan santai, memperhatikan sekelilingnya. Sederet pedagang masih
bisa dilihat, tapi tidak seperti bagian di sana. Mayoritas pedangang di sini
menjual makanan jadi. Kriukkā¦ia meringis pelan.perutnya benar-benar
keroncongan.Tadi saat baru bangun ibunya langsung menariknya ke pasar.Ia bahkan
belum meneguk air putih barang setetes. Ibunya memang kejam.
Berbagai makanan lezat bisa dilihatnya secara langsung.Mulai
dari pembuatannya hingga penyajiannya. Andaikan ia punya uang, mungkin ia sudah
memesan salah satu makanan itu. Cheonsa memegangi perutnya, benar-benar melilit
dan keroncongan. Ckkā¦lebih baik ia kembali pada ibunya.
Langkahnya yang memutar berhenti bergerak begitu
segerombolan pria berwajah mesum berdiri di depannya. Tanpa harus dijelaskan,
ia tahu benar siapa yang tengah dihadapinya. Salah seorang dari gerombolan itu
maju beberapa langkah ke arahnya.
ā Kau ingin makan gadis manis? bagaimana kalau makan bersama
oppa?ā pria itu mengulurkan tangannya, hendak mengelus rambut Cheonsa tapi
kalah cepat karena gadis itu segera mengelak.
Kawanan pria yang biasa disebut preman oleh orang-orang
sekitar tertawa melihat sikap angkuh Cheonsa.ā Sepertinya nona ini ingin makan
kue ikan. Kajja!ā seorang yang lain melirik teman-temannya dengan seringaian.
Mereka pun maju dan mengamit lengan Cheonsa.
Gadis itu tak hanya diam, ia memberontak. Sampai kapanpun ia
tidak akan pernah sudi disentuh oleh pria-pria kotor itu. ā Lepaskan aku! aku
bunuh kalian semua!ā beruntung ia cukup pintar dalam mengatur strategi, ia
menginjak kaki salah seorang yang mengamit lengannya. Dengan cepat tangannya
terbebas, namun orang-orang itu tak lantas membirkannya kabur.
ā Jangan sombong pada kami ya!ā Cheonsa meringis sambil
memberi perlawanan begitu tangannya kembali ditarik paksa. Mau tak mau, ia
melakukan hal menjijikan setidaknya jika ia lakukan pada pria itu. ia menggigit
tangan orang itu dengan keras, tak peduli jika ia sangat jijik pada pria bau
itu.
Pria itu mengibaskan tangannya, rahangnya mengeras.Ia tidak
terima diperlakukan seperti ini oleh gadis kecil di hadapannya, menurutnya
gadis itu sudah mempermalukannya. Ia melirik ke arah teman-temannya,
memerintahkan mereka untuk membawa gadis itu.
ā Hentikan! Kalian ini tak punya kerjaan selain mengganggu
orang apa?ā gerombolan itu menoleh pada sesosok tinggi yang tengah memamerkan
wajah nyeleneh.
Cheonsa yang masih dibekap oleh tangan-tangan kekar itu, tak
bisa menyembunyikan keterkejutannya. Betapa terkejutnya ia saat melihat pria
brandal yang kemarin menceramahinya kini tampil layaknya kesatria tak
berpedang. Dilihat dari kondisi fisik, baiklah pria brandal itu jauh lebih
tinggi dari pria-pria bau di sekitarnya, tapi jika menilik dari jumlah dan juga
kemampuan, nampaknya pria brandal itu kalah telak.
ā Dan kauā¦kau tidak punya kerjaan lain selain mencampuri
urusan orang?ā setelah cukup lama menyaksikan gelagat orang di sekitarnya,
Cheonsa sekarang mengerti kedudukan pria yang tadi ia gigit itu semacam ketua
dari gerombolan pria bau ini.
Pria itu merangsek maju memepeti pria brandal dengan terus
mendorong bahunya.Cheonsa tak tahu harus mendukung pihak yang mana, kedua kubu
sama-sama orang asing untuknya.Tapiā¦sepertinya pria brandal itu jauh lebih bisa
dipercaya. Kemarin pria iyu menceramahinya karena membuat sampah sembarangan,
jadi bisa saja kan orang itu cukup baik.
ā Eun Pyoā¦kau ini. senang sekali mendekatiku! Aku sangat
wangi ya?Tentuā¦apa kau suka aroma parfumku yang ini?ā ujar pria brandal itu.Dia
sangat santai, mungkin bisa dibilang pria itu seperti tengah mempermainkan
orang di depannya.
Geramā¦itulah yang dirasakan oleh Eun Pyo āpria yang tadi
digigit Cheonsa-, melihat betapa lebarnya cengiran di wajah itu, rasanya ingin
sekali ia meninjunya. ā Hei..hei jangan terlalu dekat!ā merasa cukup risih karena
terus dihimpit, akhirnya ia āpria yang disebut pria brandal oleh Cheonsa- pun
mendorong Eun Pyo. Tapi tanpa disangkanya, ia mendorong dengan terlalu kuat
hingga akhirnya pria bau itu tersungkur ke tanah.
Melihat sang ketua diperlakukan tidak hormat, anak buah Eun
Pyo langsung menghadang pria brandal yang tengah memasang wajah waspada.
Banyaknya kawanan Eun Pyo yang berancang ingin menghajarnya, membuat pria itu
melirik pada Cheonsa yang hanya dijaga oleh satu orang.Ia tersenyum miring.
Kawanan itu mengepungnya, membuat pria jangkung itu mesti memutar otaknya untuk
bisa mengelak.
Hingga pertarungan yang tak imbang itu terjadi, pria brandal
itu hanya bisa mengelak dan kabur begitu ada kesempatan.Ia berlari dengan
sangat kencang. Jaraknya yang sudah tak begitu jauh dari Cheonsa memudahkannya
untuk menarik gadis itu. Tak peduli dengan perlawanan dari anak buah Eun Pyo
yang masih kukuh mempertahankan lengan Cheonsa yang satu lagi, Ia terus berlari.
Pegangan kuat di lengan Cheonsa terlepas, anak buah Eun Pyo
tak kuat lagi menggenggam Cheonsa sementara dirinya terseret jauh karena tenaga
kuat pria brandal itu.Sedangkan pria brandal itu masih menuntunnya, Cheonsa
memegangi dadanya. Nafasnya benar-benar memburu, seingatnya ia bukanlah pelari
yang baik jadi tak salah kalau nafasnya tersengal. Rasanya benar-benar mau
mati.
Walau ingin menghempas tangan asing yang terus menarik
lengannya, Cheonsa tetap diam tanpa mengeluarkan protes. Bahaya akan menghampirinya
jika ia tidak membiarkan pria brandal itu membawanya. Sampai akhirnya pria itu
menariknya untuk berbelok arah dan berhenti di tempat yang cukup ramai.Mereka
sembunyi di balik pedagang makanan yang terlihat cukup kaget dengan kedatangan
dua orang itu.
Cheonsa masih menstabilkan pernafasannya, berlari dengan
tempo secepat itu membuat jantungnya tak karuan.Aroma lezat yang menguar dari
makanan, mengguncang perutnya. Ia mendecak, tidak bisakah perutnya berkompromi
sedikit?.
ā Kau lapar?ā menyadari keresahan gadis di sampingnya, pria
itu menawarkan makanan dengan sangat ramah. karena sebenarnya ia sendiri juga
lapar, ia ingin membeli sesuatu. Cheonsa tak menjawab, ia lebih memilih untuk
memutar bola matanya dengan sinis. Tapi wajahnya memerah begitu bunyi perutnya
terdengar.Ia tak berani mengangkat kepalanya sampai akhirnya pria brandal itu
beranjak dan menghampiri seorang nenek yang menjual Hotteok āpanekuk.
Tak lama dua buah Hotteok dibawa pria itu kembali.Ia duduk
di sebelah Cheonsa, ia mengulurkan satu Hotteok yang dilapisi kertas di
bawahnya sebagai wadah. Melihat cairan madu di atas Hotteok itu, membuat
Cheonsa tak bisa menolak jika ia sangat menginginkan makanan itu.
ā Ambilah..ā Cheonsa menatap pria itu dengan ragu. Akhirnya
ia pun mengambil Hotteok itu dengan perlahan.
Keduanya sama-sama sibuk dengan makanannya.Walau di awal
Cheonsa kelihatan enggan, namun sekarang Cheonsa terlihat tak begitu peduli.Ia
memakan hotteoknya dengan lahap.
ā Oh ya kita sudah pernah bertemu sebelumnya kan? Waktu itu
kau melempar kaleng sembarangan dan mengenai kepalaku, dan akhirnya aku
melempar balik kaleng itu ke kepalamu.
Tidak menyangka bisa bertemu denganmu lagi.āCheonsa mendelik kesal, mencibir
pelan tanpa membalas ucapan pria yang sedang senang membahas pertemuan
pertamanya.
ā Kita belum berkenalan. Namaku Krisl!ā dengan senang hati
pria brandal itu mengulurkan tangannya pada Cheonsa.Sementara gadis itu hanya
mematung.Siapa yang menanyakan namanya?.Cheonsa
membuang wajahnya, ia kembali fokus pada makanannya.
ā Heiā¦harusnya kau menjabat tanganku! Mengenalkan namamu.
Seperti oh ya..namaku Eun Bin, senang berkenalan denganmu. Harusnya begitu!ā
pria itu terus mengomel, memprotes tindakan kurang sopan Cheonsa.
ā Cepat katakan namamu atau tidak aku akan mengembalikanmu
pada preman-preman tadi!.ā Ancam pria itu.
Cheonsa mendengus kasar.Baru kali ini ada yang mengancamnya
seperti ini hanya karena ingin berkenalan. Pria aneh.
ā Jung Cheonsa. Puas?ā pria itu hanya mengangkat bahunya
kemudian kembali mengunyah hotteoknya.Cheonsa dibuat kesal untuk kesekian
kalinya.Setelah tadi memaksa untuk menyebutkan namanya, kini pria itu
mengabaikannya begitu saja?dasar sinting.
****
Mendapat teman itu cukup sulit, setidaknya untuk seorang
Jung Cheonsa.Sikapnya yang kaku pada orang asing membuat gadis itu sulit untuk
membaur pada orang di sekitarnya. Tapi beruntung setelah tiga bulan ia memiliki
teman di sekolahnya. Suji, dari sekian banyak teman sekelasnya, gadis imut
itulah yang paling dekat dengannya.
Mereka duduk di meja yang sama. Awalnya Suji sempat kesal
pada Cheonsa yang terkesan angkuh di awal pertemuan, tapi setelah mengenalnya
lebih lama, sosok Cheonsa benar-benar membuatnya tak habis pikir. Sebenarnya
Cheonsa bukan gadis pendiam, ia banyak bicara dan suka bercanda. Jadi jangan
heran kalau teman-teman sekelasnya heran bukan main melihat tingkah Cheonsa
yang bertolak belakang dengan awal kedatangannya.
Yahā¦seperti saat ini, Cheonsa yang dingin seolah dihembus
angin musim semi. Gadis itu benar-benar berbeda, ia terlihat begitu ceria
mengoper bolanya. Ia dan teman-temannya sedang bermain bola basket untuk
mengisi waktu akhir pekan. Walau tidak cukup mahir mereka semua bermain dengan
cukup senang.Permainan mereka tak peduli dengan peraturan atau garis batas yang
biasa ditetapkan dalam permainan basket.Acuan para anak-anak itu hanyalah,
mereka bisa memasukkan bola ke dalam keranjang sebanyak mungkin.
ā Yes!!ā Cheonsa berhigh five pada Aerin yang menjadi
rekannya saat menembak bola.Gadis itu memutari lahan kosong di tengah desa
dengan amat senang.Sedangkan Cheonsa masih merayakan keberhasilannya, beberapa
temannya yang tidak main, duduk di pinggir area permainan sambil mengamati
pertandingan.
Permainan dimulai kembali, kejar-kejaran dan saling merebut
bola kontras terlihat. Sun Hee, gadis yang tengah menguasai bola menjadi
incaran yang lain. merasa terkepung, Sun hee melirik teman satu kelompoknya
untuk maju. Ia pun melempar bola itu pada temannya, tapi sayang, ia melempar
terlalu bertenaga hingga bola itu melayang sangat jauh.
Para pemain masih terdiam memandangi jatuhnya bola di tempat
yang masih belum dipastikan.Mereka kemudian saling menatap meminta pendapat.ā
Aku akan mencarinya.ā Ujar Sun Hee sambil menarik temannya.
Sebelum Sun Hee pergi terlalu jauh, terlihat seseorang
datang mendekat.Ternyata orang itu mau mengembalikan bola mereka, betapa
leganya gadis-gadis itu.Semakin orang itu mendekat, semakin girang pula gadis-gadis itu saat
melihat betapa tampannya orang yang tengah memegang bola basket itu.
Sun Hee bahkan tak bisa mengedipkan matanya saat pria itu mengembalikan
bola padanya.Ia mengangguk senang. ā Terimakasih.ā Ucap Sun Hee terbata.
Dari semua gadis yang terpesona dengan ketampanan pria itu,
berdiri Cheonsa yang tengah menggumam kesal.Gumamannya semakin menjadi saat
pria itu menoleh padanya.ā Hei..kau juga ada disini?ā Cheonsa pura-pura menoleh
ke belakang.
ā Ternyata desa ini sempit sekali ya.ā Pria itu berjalan
menghampiri Cheonsa yang terlihat sedang menoleh kan kepalanya. ā Kau masih
ingat aku kan Jung Cheonsa?ā
Cheonsa menoleh, ia tak mungkin belagak tidak tahu sedangkan
pria itu sudah mengucapkan namanya dengan jelas. ā Ahā¦mau apa lagi? Bukankah
tadi Sun Hee sudah berterimakasih?ā
ā Bagaimana kalau aku ikut bermain?ā ujar pria itu sambil menoleh
pada sekitarnya. Meminta pendapat pada gadis-gadis yang sepertinya tak akan
bisa menolak pesonanya.
ā Tentu!ā
ā Kami tidak keberatan!ā
Cheonsa membelalakan matanya.Ia benar-benar tidak percaya
bahwa tak ada satupun temannya yang menolak pria itu. sejenak ia melirik Suji,
meminta gadis itu menolak. Tapi sayang, gadis itu sudah terlalu terpesona
dengan pria bernama Kris itu.
ā Kau takut?ā
Oke..baiklah! meski tidak sudi bermain dengan pria itu, tapi
Cheonsa tak akan mau dibilang pecundang. Ia berjalan mendekat pada pria itu. ā
Apa aku terlihat takut?ā
Permainan pun dimulai, Kris akhirnya masuk ke regu Sun
Hee.Untuk sementara waktu kedudukan masih diungguli kelompok Kris.Jelas
saja.pria itu sangat pandai bermain, belum lagi kakinya yang panjang membuat
larinya sangat cepat. Cheonsa tak membiarkan pria itu senang, ia terus
menghadang Kris meski sebenarnya usahanya itu tidak berarti apa-apa. Dengan
mudah Kris melaluinya.
Ia mendecak sebal saat tahu teman se-grupnya terlihat tidak
begitu mempermasalahkan serangan Kris, contohnya saat pria itu mendekati ring,
mereka tak melakukan perlawanan malah sebaliknya. Membiarkan Kris memasukkan
bola dengan senang hati.Huftā¦Cheonsa menghentakkan kakinya begitu Kris berhasil
memasukkan bolanya kembali.Kedudukan pun menjadi 100-15.100 untuk regu Kris dan
15 untuk regunya.
Tanpa diprediksipun permainan memang akan tetap dimenangkan
Kris, walau di waktu-waktu terakhir Cheonsa sempat berhasil mengubah nilainya
menjadi 20. Tapi tetap saja tak berarti apa-apa.
Cheonsa mendengus kasar, ia memutar tutup botolnya dengan
emosi. Ia benar-benar kesal, apalagi kalau bukan karena Kris? Setelah permainan
usai, semua teman-temannya bersorak bersama Kris.Yang tidak bisa diterimanya
adalah teman satu kelompoknya juga ikut bersorak untuk pria itu.astaga!!
ā Kau ikut tidak? Kris oppa bilang dia ingin mentraktir kita
ice cream! Kau mau kan Cheonsa?ā Suji menghela panjang. Tak ada cara lain, ia
pun langsung menggeret Cheonsa tak peduli temannya itu terus mengomel.
Sementara di depan gerombolan gadis masih menempeli Kris
dengan antusias. Gadis-gadis itu menanyakan identitas Kris secara
bergantian.Yahā¦nampaknya pengaruh pria itu sangat besar untuk mereka.
Sesampainya di kedai ice cream, pertanyaan khas wartawan tak
kunjung mereda.Mulai dari pertanyaan dasar hingga pertanyaan yang kurang masuk
akal ditanyakan gadis remaja itu.
ā Oppaā¦kau suka gadis seperti apa?ā
Kris cukup rikuh dengan pertanyaan semacam itu.tapi ya
sudahlah, jawab saja tidak ada salahnya. ā Aku tidak mempunyai kriteria khusus,
kalau aku menyukainya ya sudah.ā Jawab Kris yang sukses membuat para gadis
histeris.
*****
Satu persatu anak keluar dari kelasnya.Bel pulang baru saja
berbunyi.Anak-anak yang keluar dari kelas, terlihat begitu semangat. Memangnya
siapa yang tidak senang, waktu sekolah usai?.Begitupun dengan Cheonsa serta
teman-temannya.Walau tak ada hal khusus yang sedang dibahas, mereka kelihatan
sibuk bicara.
ā Kris Oppa!ā Cheonsa melirik temannya yang berteriak begitu
keras.Gadis itupun langsung berlari ke arah seorang pria yang tengah
melambaikan tangannya, pria itu seperti yang dibilang Sun Hee. Dia Kris.
Setelah tiga hari yang lalu bertemu di lapangan, kenapa pria
ini muncul lagi?Cheonsa tak habis-habisnya menghujat kehadiran Kris yang
menyita perhatian teman-temannya.
ā Aigooā¦ternyata oppa benar-benar datang! daebak!ā
Sun Hee terlihat begitu heboh, beda dengan Cheonsa yang
sudah muak. Suji menyenggol tangan Cheonsa begitu menyadari arah tatapan Kris.ā
Apa?ā desis Cheonsa tidak suka.
ā Sun Hee-aa..aku pulang duluan ya! Semua..aku duluan!ā
Cheonsa mengangkat tangannya, ia malas berlama-lama di tempat itu.
entahlahā¦keberadaan Kris membuat suasana hatinya tidak baik.
ā Pulang bersama saja Cheonsa! Aku juga ingin langsung
pulang!ā balas Sun Hee.
Rasanya benar-benar menyesal menuruti Sun Hee, karena
ujung-ujungnya gadis itu tidak langsung pulang. Dengan akalnya Sun Hee mendebat
Cheonsa hingga terpaksa iapun mengikuti kemauan gadis itu dan akhirnya mereka
berempat sampai di sebuah bukit di ujung desa.
Cheonsa tak bisa menutup mulutnya.ia begitu terkesan dengan tempatnya
berada sekarang, pemandangan bukit yang tengah ia pijaki sangat memukau. Banyaknya
ilalang, cahaya matahari yang mulai menguning, serta kehadiran beberapa capung
membuatnya lupa dengan kekesalannya.Ia berjalan sendiri, menikmati apa yang
dilihatnya. Tangannya dibiarkan bebas menyentuh ilalang.
ā Benar-benar hebat!ā teriak Cheonsa.
Kris yang melihat tingkah Cheonsa yang begitu ajaib
mengerinyit.Ia tidak pernah tahu kalau gadis dingin dan cenderung sombong itu
bisa terlihat senang. ā Kenapa dia sangat senang? Seperti tidak pernah kemari
saja.ā ucap Kris menilai.
ā Ini memang pertama kalinya dia datang ke sini.ā Balas
Suji.
ā Maksudmu?ā
ā Dia murid pindahan dari Seoul, dia baru tinggal disini
beberapa bulan yang lalu.ā Kris mengangguk paham.sekarang ia mengerti kenapa
gadis itu sangat pendiam. Sekarang ia tahu alasan dari sikap Cheonsa yang
begitu dingin padanya. Rupanya aku masih
asing untuknya.
****
Ia berhenti tiba-tiba. Kali ini Cheonsa tak bisa mentolerir
lagi.Ia menoleh pada pria jangkung di belakangnya. Pria yang dari tadi terus
mengikutinya.okeā¦memang terlalu cepat menarik kesimpulan kalau pria itu
mengikutinya. Tapi siapa yang tidak akan berpikiran seperti itu? sejak dari
bukit hingga perjalanan pulang pria itu masih berada di belakangnya.
ā Kau mengikutiku?ā meski terkesan terlalu percaya diri,
Cheonsa tak segan menuduh Kris dengan dugaannya. Pria itu terlalu mencurigakan
untuknya.
ā Tidak. Hanya ingin memastikan kau sampai di rumah dengan
selamat, lagipula rumahku juga lewat sini.ā
ā Terserahlah!ā
Akhirnya Cheonsa mengalah.Gadis itu terus berjalan tanpa
menghiraukan pria di belakangnya, tidak maksudnya pria di sampingnya. Ya..entah
sejak kapan Kris sudah berjalan di sampingnya. Cheonsa terus menapaki jalan
desa dengan diam, sesekali ia menoleh ke samping. Menoleh pada Kris yang
terlihat sedang memainkan ponselnya.
Ia mengingat kejadian saat pertama kali bertemu Kris,
tepatnya pertemuan yang terjadi karena sebuah kaleng. Kemudian ia kembali
bertemu dengan Kris di Pasar, setelah ituā¦bertemu lagi di lapangan dan yang
paling baru adalah hari ini. ia heran kenapa ia terus bertemu dengan orang itu,
entahlah ini terlalu ajaib untuk dibilang kebetulan.
ā Ada yang mau kau tanyakan?ā Cheonsa terkesiap, begitu Kris
menemukan dirinya sedang mengamati pria itu.astagaā¦mau ditaruh mana wajahnya?.
Dengan gelagapan Cheonsa menunduk, kemudian menatap ke
depan. ā Aku hanya heran kenapa bisa bertemu denganmu terus.ā Ucap Cheonsa.
ā Aku kan sudah bilang desa ini sangat sempit, jadi
kemungkinan untuk bertemu sangat besar.ā
Meski sulit untuk diterima, nyatanya Cheonsa tak
memperpanjang.Walau sebenarnya ingin mendebat Kris.Memang desa ini tidak besar,
tapi desa ini tak sekecil lubang tikus bukan?Aishhā¦masa bodoh.
Sesampainya di depan rumah, cheonsa langsung mendorong pagar
rumahnya. ā Jadi ini rumahmu.ā Tanpa membalas Kris sedikitpun, Cheonsa langsung
memasuki pekarangan rumahnya.tak peduli pria jangkung di depan pagar rumahnya
masih berdiri di sana hingga dirinya masuk ke dalam rumah.
****
ā Astaga!ā hampir saja jantungnya melompat keluar. Cheonsa begitu
terkejut melihat kedatangan Kris yang tiba-tiba. Pria itu muncul begitu saja
setelah ia memasukkan kantong-kantong sampah ke bak sampah di depan rumah.
Cheonsa menarik nafasnya dengan kasar. Ini bukan pertama
kalinya ia melihat Kris berkeliaran di dekat rumahnya. Ahā¦tahu begini ia tidak
akan pernah membiarkan Kris mengikutinya pulang dari bukit. Kalau itu terjadi
mungkin pria itu tak sering muncul di hadapannya.
ā Aku ingin mengajakmu jalan-jalan.ā
What theā¦ pria ini gila, sinting atau tidak punya otak?
Jelas-jelas ia tak memilki minat untuk melihatnya, kenapa pria ini malah
mengajaknya pergi?. Cheonsa memalingkan wajahnya, sambil berkacak pinggang ia
kembali menatap Kris. Melirik pria itu dari bawah sampai ke atas.
ā Aku tidak mau.ā Cheonsa langsung berbalik, mungkin ia bisa
berteriak-teriak menolak pria itu. Tapi bertingkah autis seperti itu akan
membuat pria itu lebih lama lagi di hadapannya.
ā Kau tidak menerima pertemanan ya? Kau ini sombong sekali!ā
ā Tidak ada salahnya kan pergi bersama?ā
ā Kalau kau mau pergi, pergi saja sendiri!ā
ā Aku bisa menjamin aku bukan pria mesum seperti preman
pasar waktu itu. aku memang asing untukmu, tapi kalau kau mau menerima tawaran
pertemanan dariku, bukankah aku bukan lagi orang asing?ā
****
Predikat asing lambat laun pudar terhapus oleh kebersamaan
dalam waktu cukup intens.Yahā¦meski tidak pernah mengatakannya, Cheonsa cukup
senang bisa bersama pria jangkung yang selalu mengajaknya bepergian keliling
desa, menunjukkan banyak tempat indah sampai tempat hingga yang paling
berbahaya, seperti misalnya jurang.Yah..kemarin Kris mengajaknya untuk melihat
air terjun yang bersebelahan dengan jurang.
Sore ini Kris mengajak Cheonsa ke bukit yang pernah
didatangi ya bersama Suji dan Sun Hee. Awalnya Cheonsa tak mau, mengingat ia
punya tugas dari sekolah. Tapi Kris bilang akan membantunya, malah akan
bertanggung jawab jika pekerjaan rumahnya itu tidak selesai. Jadilah dua orang
itu menaiki bukit itu.masing-masing membawa barang bawaan tersendiri, Cheonsa membawa
buku pr-nya, sedangkan Kris membawa kameranya.
Selama Kris membidik objeknya, Cheonsa mencoba untuk
mengerjakan tugasnya. Sesekali ia menanggapi ucapan Kris dengan singkat, ia tak
ingin terlibat obrolan terlalu banyak, jaga-jaga agar tetap bisa menyelesaikan
tugasnya.
ā Tadinya saat melihatmu begitu takjub dengan bukit ini, aku
berpikir orang Korea macam apa kau ini. yah..tapi aku baru tahu kalau ternyata
kau orang baru di sini.ā Sambil memaju mundurkan lensanya, Kris memulai
pembicaraan.
ā Memangnya kenapa? Apa karena aku orang Korea, aku tahu
semua tempat yang ada di Negara ini? Korea itu sangat luas!ā
ā Oke baiklah..santai saja! Kau itu cepat sekali marah.āKris
berlalu, matanya tertarik pada sosok Cheonsa yang masih konsentrasi mengerjakan
tugasnya. Tanpa mengatakan apapun, ia langsung mengambil gambar Cheonsa.
Matanya begitu puas melihat hasil bidikannya, hingga ia memutuskan untuk
mengambil gambar Cheonsa lagi.
Setelah itu ia pun duduk di sebelah Cheonsa, memandangi
tulisan Cheonsa yang terlihat berantakan karena ia menuliskan tanpa alas yang
rata. ā Tulisanmu jelek sekali! Kau tidak lulus TK ya?ā ejeknya.
Cheonsa yang mendengar ejekan itu mengangkat kepalanya,
menatap Kris dengan garang.ā Jangan bahas tulisanku! Sudah ceritakan saja tentang
dirimu! Selama ini kau tidak pernah menceritakan tentang dirimu, asalmu.Kau itu
seperti makhluk antah berantah, yang tiba-tiba datang.ā racau Cheonsa.Ia memang
cukup kesal karena Kris menghina tulisannya, kalau saja ia menulisnya di atas
meja, pasti tulisannya tidak akan sejelek ini.
ā Kau penasaran padaku ya? Atau jangan-jangan kau sudah
mulai menyukaiku?ā
ā Yak! Jinjja! Sudah lupakan! Membuat kesal saja!ā
Cheonsa kembali terlarut dengan tugas sekolahnya. Percuma
saja ia bicara pada pria ajaib di sebelahnya, hanya membuang waktunya sia-sia.
Sementara Cheonsa menahan kekesalannya dengan terus
mengerjakan tugasnya, Kris masih sibuk menerawang ke depan. melihat pepohonan
yang tumbuh lebat dengan perasaan gamang. Sebenarnya ia tak pernah menceritakan
tentang dirinya pada siapapun di desa ini, selama ini ia hanya bilang kalau
dirinya adalah mahasiswa dari Seoul yang sedang melakukan praktek. Jadi ia
cukup bingung begitu ditanyai hal seperti itu, ia bukannya tak ingin membagi
ceritanya, ia hanya tak ingin mengingat mimpi buruknya.
Ia menghela panjang. Kalau memang ceritanya adalah mimpi
buruk, bukankah itu pasti akan berlalu?.Ia melirik Cheonsa yang masih menunduk
membaca bukunya.
ā Aku kabur dari rumah dan lari ke negara ini.ā ucap Kris
memulai ceritanya. Ia memberi jeda sedikit, menstabilkan emosinya.
ā Negara ini? Jadiā¦kau bukan orang Korea?ā
ā Ya..aku warga negara Cina.ā Cheonsa menganggukkan
kepalanya.mendengar jawaban Kris, pertanyan di benaknya semakin bertambah. ā
Lalu, kenapa kau kabur dari rumah?ā kali ini Cheonsa agak hati-hati, setidaknya
ia ingin menjaga perasaan Kris.
Kris diam. Ia menundukkan kepalanya, mengingat alasan atas
kepergiannya bukan hal yang mudah. Ia malas menenggelamkan perasaannya. ā Kedua
orangtua-ku, entah aku harus menyebut bagaimana hubungan mereka. terlalu rumit.
Mereka masih terikat dalam pernikahan, tapi secara terang-terangan mereka
membawa simpanan masing-masing ke dalam rumah. Mungkin semua tak akan semakin
buruk jika mereka tak bertengkar pada malam harinya. Hidupku di rumah itu
benar-benar tidak tenang.Setiap hari aku melihat berbagai hal menjijikan
sekaligus menyedihkan. Daripada terkurung di dalam sana, aku memutuskan untuk
pergi. kebetulan aku punya teman di Seoul, tapi entah kenapa begitu sampai di
Seoul aku malah pergi ke Suncheon saat tahu tempat ini tak begitu ramai. ā
jelas Kris panjang lebar.
Cheonsa memandang tak percaya.Jiwanya bagai melayang setelah
mendengar kisah singkat Kris. Hampir sama dengan kisahnya, sama-sama dilatar
belakangi oleh masalah orangtua, tapi sepertinya kisah Kris jauh berliku dari
miliknya.
****
Nyonya Kim memandang anaknya dengan senyum tipis di
wajahnya.Ia mengamati putrinya yang tengah mematut diri di depan cermin, dari
tadi putrinya terus mondar mandir, pusing sendiri dengan penampilannya.
Berulang kali, putrinya menanyakan pendapatnya tentang baju yang
dipakainya.Walau tak bermasalah, gadis muda itu terus merasa tidak puas dengan
penampilannnya.Ia bolak balik mengganti pakaiannya. Hingga sebuah kaos rajutan
berlengan panjang warna cokelat muda dipilihnya. Dengan paduan kaos serta
celana jins panjang, ia memasang wajah cukup puas.
ā Kau hanya ingin pergi bersama teman saja kan?ā tanya
nyonya Kim begitu putrinya hendak mengganti bajunya lagi.
ā Yaā¦aku ingin pergi dengan Kris.ā Tanpa sadar atau tidak,
gadis itu telah membocorkan jati diri temannya itu.Krisā¦ternyata seorang pria.Nyonya Kim tersenyum menyadari bahwa
putri kecilnya telah beranjak dewasa.Ia pun bangkit dari duduknya, menghampiri
anaknya yang masih sibuk mencari baju lain.
Nyonya Kim meraih bahu putrinya, membawa anak itu menghadap
ke cermin.ā Tidak buruk Cheonsa. Ini sudah bagus, jangan diganti lagi. Pria
tidak suka dandanan yang terlalu berlebihan.ā Ujar nyonya Kim.
Mendengar nasihat ibunya, Cheonsa langsung tersadar betapa
hebohnya ia selama beberapa waktu tadi. Ia menoleh pada banyaknya baju yang
terhampar di atas ranjangnya. Astagaā¦dia sekacau itu hanya karena ingin bertemu
dengan Kris?. Sepertinya ia sudah mulai tidak waras.
ā Kris?.. sepertinya eomma tidak pernah mengenal nama itu.
Apa dia teman sekolahmu?ā
Cheonsa yang masih menyisir rambutnya terlihat cukup cemas,
entah ia merasa ragu untuk menjawab pertanyaan ibunya. ā Bukan..ā Cheonsa
bingung harus menjelaskan bagaimana.Ia pun menghela, kemudian mendekati sang
ibu yang tengah duduk di pinggiran ranjang.
ā Tapi percayalah dia orang yang baik. Sun Hee, Suji dan
teman-temanku yang lain juga mengenalnya. Eomma tidak perlu khawatir.ā
Nyonya Kim hanya mengangguk pelan sambil terus
menyunggingkan senyumnya. Benar..putrinya memang sudah dewasa. Bahkan gadis
keras kepala yang biasa tidak mau membela orang kini membela seorang pria.
****
Cheonsa terlihat rikuh dengan tubuh gagah Kris yang
beriringan dengannya.Mereka memang tak berada dalam jarak yang sangat dekat,
cenderung menjauh.Di satu sisi Cheonsa tak ingin terlalu dekat, tapi di satu
sisi Kris tak ingin gadis itu terlalu jauh.Mereka baru saja menyaksikan
pertunjukkan sandiwara yang berlangsung di lapangan desa, kini dua orang itu
tengah berjalan untuk menikmati waktu malam minggunya dengan mencari makanan.
Sejauh ini belum ada yang menarik mata Cheonsa, tapi tidak
untuk Kris, karena pria itu sudah menemukan tempat untuk Cheonsa dan dirinya
pergi.Ia melihat kedai kecil dengan keadaan cukup bersih, kedai itu juga banyak
dikunjungi. Ia melirik Cheonsa yang masih berjalan lurus. Dengan ragu, akhirnya
ia berhasil meraih tangan Cheonsa, membuat gadis itu cukup bingung karena ia
tak mengatakan sepatah katapun.
ā Sepertinya kita harus mencoba makan di sana.ā Jelas Kris.
Keduanya masih berpegangan, awalnya Cheonsatak ingin menggenggam tangan Kris
tapi pada akhirnya ia menggenggam tangan besar itu.
Mereka pun sudah duduk di sebuah meja berkursi dua.Dua orang
itu hanya perlu menunggu sementara pesaanannya masih dibuat. Keadaan menjadi
begitu canggung, satu sama lain benar-benar menyadari jika saat ini jantung
mereka berdegup dengan kencang saat matanya melirik mata lainnya. Untuk Cheonsa
ini pertama kalinya ia makan malam dengan seorang pria kecuali anggota
keluarganya. Jadi bisa bayangkan betapa kacaunya ia sekarang karena matanya
terus bertemu dengan mata Kris.
Begitu juga dengan Kris perasaannya sama saja seperti
Cheonsa, resah dan benar-benar ingin meledak. Ia pikir ini tak akan berpengaruh
hebat pada dirinya, tapi nyatanya ia
berulang kali menggaruk kepalanya hanya untuk mengisi waktu canggungnya.
Ia menghembuskan nafasnya dengan payah, kemudian memalingkan wajahnya ke arah
lain. ketukan jemarinya di atas meja perlahan terhenti saat matanya menemukan
gerombolan Eun Pyo yang baru memasuki kedai. Ia merasakan firasat buruk.
Ia memalingkan wajahnya, takut salah seorang dari rombongan
itu melihatnya. Meski ia sangat tahu jika ia tak pernah melakukan kesalahan,
tapi kejadian di pasar waktu itu menjadi hal yang dibesar-besarkan untuk
kelompok preman itu. menangkap sikap
cemas Kris, Cheonsa mengerinyit hingga ia pun menoleh ke samping. Sialā¦begitu
Cheonsa menoleh, dua diantara anak buah Eun Pyo melihatnya.
ā Hyung..bukankah itu gadis kita temui di pasar waktu itu?ā
Eun Pyo mengikuti arahan anak buahnya, iapun bisa melihat Cheonsa yang tengah
menunduk ketakutan.ā Ternyata perempuan itu ada di siniā¦.ā Senyumnya menciut
ketika matanya beralih pada sosok di hadapan Cheonsa, lebih tepatnya pada
Kris.ā Oh ternyata pria itu kekasihnya.ā
ā Cheonsaā¦apa kau melihat mereka semua?ā desis Kris dengan nada waspada. Cheonsa
mengangguk kemudian melirik cemas.ā Kita pergi saja, oke?ā Kris langsung
mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan meletakkannya di atas meja.Ia
langsung menggenggam tangan Cheonsa dengan erat. Keduanya pun bekerja sama
dengan baik, mereka berjalan dengan
begitu hati-hati.
Tanpa mereka sadari beberapa anak buah Eun Pyo telah
menghadang jalan mereka.hingga keduanya sadar kala beberapa pasang sepatu tak
mau menyingkir dari hadapannya. Cheonsa meneguk liurnya, ia mengerti keadaan
ini dan ia tahu siapa orang-orang yang ada di depannya.
ā Mau pergi kemana? Buru-buru sekali.ā Ucap anak buah Eun
Pyo dengan nada ramah yang dibuat-dibuat.
Kris mempererat genggamannya, ia tahu saat ini Cheonsa pasti
sangat ketakutan. Ia pun memimpin, ia memundurkan langkahnya, sebisa mungkin ia
tak mencari perkara pada pria-pria itu. Namun begitu berbalik seringaian sinis
Eun Pyo menyambutnya, Kris cemas bukan main. Bagaimana kalau selanjutnya
terjadi keributan?. Ini bukan masalah pria sejati atau apa, tapi ini masalah
realita dan kemampuan. Nyatanya ia tidak bisa berkelahi, lalu apa yang bisa
diharapkan?.
Eun Pyo dan anak
buahnya melangkah ke depan, mendekati Kris dan Cheonsa. Dadanya gemetaran, tak
bisa dielak Cheonsa benar-benar ketakutan.Tapi eratnya genggaman Kris membuat
rasa cemasnya cukup terkendali.ā Kalau aku lari kau harus lari. Apapun yang terjadi
jangan lepaskan tanganku, mengerti?ā desis Kris pelan tapi cukup jelas untuk
dimengerti.
Begitu Eun Pyo hampir mendekat, Kris pun langsung
berlari.Keadaan kedai kecil itu jadi sangat kacau karena terjadi kejar-kejaran
antara Kris-Cheonsa dan kawanan Eun Pyo.Walau tak bisa berkelahi, Kris cukup
pandai untuk mengelabui lawannya.Ia terus mengelak dan mengecoh Eun Pyo serta
anak buahnya hingga ia berhasil keluar dari kedai itu.
Meski begitu, kawanan itu belum berhenti mengejarnya.ā Aku
lelah Kris.ā Cheonsa memperlambat langkahnya. Dadanya naik turun seiring dengan
pasokan udara yang semakin menipis, ia terbatuk karena merasa sesak. Tapi di
sisi lain, Kris tidak akan membiarkan mereka tertangkap oleh Eun pyo.
Baiklahā¦tidak ada jalan lain. pikir Kris.
Ia pun mengangkat tubuh Cheonsa, lebih tepatnya memanggul
tubuh gadis itu. ia pun berlari lagi sementara bahunya terasa cukup nyeri
karena beban tubuh Cheonsa bertumpu di sana. Ia mengabaikan rasa lelah itu dan
terus berlari, mungkin setelah ini badannya akan remuk tapi jika ia menyerah
dan tertangkap, ia tidak akan membayangkan nasibnya dan Cheonsa.
Kris terus berpacu dengan keadaan, orang-orang di belakang
yang terus meneriakinya untuk berhenti membuatnya mau tak mau terus berlari sekuat
tenaga.ā Krisā¦turunkan aku! aku bisa berjalan sendiri!ā protes Cheonsa.
Sebenarnya gadis itu tak keberatan Kris memanggulnya, tapi menyadari betapa
jauhnya pria itu harus berlari, ia merasa begitu kasihan.
ā Baiklahā¦kalau tidak mau menurutiku. Tapi dengarkan aku,
mereka sudah tertinggal cukup jauh, kau bisa belok kanan sekarang.āKris
mengikuti instruksi Cheonsa.Keduanya pun sudah berada di lorong sempit yang
gelap, sebagian tempat itu beratap tapi ada celah sedikit karena ada atap yang
sudah hancur terkikis hujan.
Di sisi kanan kiri mereka tembok, tapi di pertengahan ada
sebuah jalan kecil yang cukup tersembunyi. Krispun masuk ke dalam sana.
Ternyata tempat itu sangat kecil, tapi cukup aman untuk bersembunyi.Atapnya
juga masih ada walau sebagian sudah bolong, tapi cukup menguntungkan karena
setidaknya ada cahaya bulan yang masuk.
Ia menurunkan Cheonsa dengan perlahan. Tubuhnya benar-benar
kaku, ia memegangi bahu serta pinggangnya. Ahhhā¦pegal
sekali.Ia pun duduk bersender, membiarkan punggungnya beristirahat.
Sedangkan Cheonsa masih tetap berdiri, gadis itu menatap cemas ke
sekitarnya.tempatnya berada benar-benar gelap, walau seberkas cahaya bulan
masih cukup memberi penerangan. Tapiā¦tempat itu sangat menakutkan untuk
ditempatinya dan Kris.Ia memperhatikan tempat untuk beristirahat yang tersisa.
Satu-satunya hanya di sebelah Kris.
ā Untuk sementara kita di sini dulu, aku tidak tahu kapan
gerombolan preman itu akan pergi.ā seperti memahami kebisuan Cheonsa, Kris
menepuk tempat di sebelahnya, menyuruh gadis itu untuk duduk di sampingnya.
Tapi Cheonsa tak bergerak sama sekali. Gadis itu mematung,
jantungnya berdebar begitu kencang.Ia sadar seharusnya ia tak berada di dekat
Kris dalam jarak sedekat itu.
ā Baiklah aku mengerti. Dengar ya Cheonsa, aku pernah bilang
sebelumnya kan, kalau aku bukan pria mesum? Jadi jangan khawatir, aku tidak
akan melakukan apapun, oke?ā
ā Ckkā¦ya sudah, kau tidur di sini. Aku akan tidur di
luar!āKris benar-benar frustasi melihat Cheonsa yang terlihat begitu takut.
Ya..ia mengerti kecemasan Cheonsacukup beralasan, tapi tidak bisakah gadis itu
mempercayainya?.
Kris hendak keluar, ia tak ingin melihat Cheonsa berdiri
sepanjang malam. Tapi tiba-tiba saja tangannya dicegah Cheonsa, gadis itu
menangkap lengannya.ā Tidak usah. Aku percaya padamu.āCheonsa melepaskan tangan
Kris.Gadis itu langsung mendudukkan tubuhnya dan menyenderkan punggungnya ke
tembok.
Dan Kris? Pria itu berusaha untuk tak menimbulkan kecemasan
pada diri Cheonsa, ia memposisikan dirinya di samping gadis itu, tapi tidak
terlalu dekat. Ia menghembuskan nafas panjang kemudian menoleh pada Cheonsa
yang masih belum tidur. ā Apa tidak apa-apa? Aku bisa keluar jika kau mau.āKris
kembali memastikan, tapi Cheonsa segera menolak.gadis itu tak ingin membuatnya
repot.
Malampun kian menunjukkan pesonanya, di balik gelapnya
tersembunyi dua makhluk yang tengah tertidur di sebuah tempat terpencil bekas
reruntuhan bangunan.Walau perasaan keduanya begitu berdebar, namun nyamannya malam
itu membawa keduanya ke alam bawah sadar.Keduanya saling menjaga, sebelumnya
Kris sengaja menyandarkan kepala Cheonsa di bahunya.Ia juga melepas jaket yang
dipakainya untuk menyelimuti Cheonsa. Malam seakan menyatukan apa yang tak bisa
disatukan siang atau pagi, kini di bawah sinar rembulan, Cheonsa dan Kris
saling menggenggam tangan. Tidur dengan berpegangan tangan.
*****
TBC
Horeyyyyyā¦..akhirnya bisa publish!!!
Oke!! Sorry buat salsa yang kemarin dibikin kepo sama tulisan ini.
pasti dia kira aku mau nulis projekku yang lain. kekekā¦sumpah ini garing dan
apa ya? Ya pokoknya enggak bangetā¦.pasti ngebosenin bgt ya?
Oh yaā¦pasti pada mau protes knp aku publish ff dengan cast kris lagi.
Aduhhā¦aku juga bingung klo ditanya begitu.Aku tau pasti gak semua reader suka
kris, tapi ya mau gimana lagi?Imajinasiku ini gak bisa dikontrolā¦jadi ya meski
abal dan gaje gini tetep nekat buat dipublish. Lagian kan sayang klo
disia-siain gitu aja. Daripada menuh-menuhin laptop doangā¦
Pokoknya aku bakal publish part 2-nya secepatnya. Kalau inget
yaā¦hehehheā¦lagian juga pasti gak ada yng ngarep kan?.Okelahā¦.daripada makin
panjang. Aku udahi dulu yaā¦.byeā¦
Thanks
GSB
Comments
Post a Comment