Tried To Get Up








Cast : Samantha Huang
           Kris Wu






Tangannya menggigil, sekujur tubuhnya membeku dihantam ganasnya suhu musim dingin. Tak ada sesuatu yang istimewa dari perjalanannya, hanya berjalan tanpa arah. Tampilannya sudah begitu kacau tak terawat, rambutnya berantakan, sweater kebesaran yang membungkus tubuhnya terlihat begitu tak tertata. Matanya yang sembab semakin menambah parah penampilannya, ia terlihat seperti seorang gadis gila yang berkeliaran di tengah kota.


Airmatanya tak kunjung surut, walau isaknya tak terdengar histeris seperti sebelumnya. perih di hatinya seakan tak mau mengering, memaksa buliran di matanya terus mengalir. Nafasnya kian memburu seiring dengan dadanya yang terasa semakin sesak. Sosok itu dengan segala ketidak berdayaannya, menjatuhkan tubuhnya di atas hamparan padang rumput yang begitu sepi. Jarang orang yang berlalu lalang di tempat itu.


Dipejamkan matanya dengan erat, berusaha untuk menahan pilu dan perih yang menyiksa batinnya. Tapi sekali lagi ia gagal, nyatanya pilu itu tak bisa diantisipasi dengan mudah. Derita akan kejadian beberapa hari yang lalu menyayat hatinya hingga bagian terdalam, hingga tak akan bisa terobati hanya dengan sekedar menghela nafas panjang. Harga dirinya seakan hancur, sesuatu yang paling berharga yang ia miliki direnggut paksa. Tubuhnya kembali menunduk, mengingat tragedi malam itu membuatnya tak bisa bernafas. Tragedi dimana ia kehilangan segalanya, kehilangan apa yang semestinya ia jaga sebagai seorang wanita.


Ia menangis sejadi-jadinya, tangannya yang terkepal memukul tanah bertubi-tubi. Kini saat tiada siapapun yang melihatnya, ia berteriak, meraung sekeras yang ia bisa. Ia jatuh, mungkin tak akan ada cara untuk kembali berdiri. Ia kehilangan kehormatannya, belum lagi trauma yang membekas di memorinya begitu lekat.


Rasanya benar-benar terkhianati, terkhianati oleh orang kepercayaannya, terkhianati oleh takdir dan juga tuhan. Dari semua kemungkinan yang ada ia tak menyangka jika penyebab keterpurukannya, lakon di balik kejadian naas yang menimpanya malam itu tak lain adalah ayah tirinya sendiri, pria yang sudah empat tahun ini menikahi ibunya. Malam itu menjadi malam paling menakutkan dalam hidupnya. Saat itu ibunya yang pergi ke pesta sanak saudara, meninggalkan dirinya di rumah seorang diri, tanpa sepengetahuannya sang ayah tiri yang harusnya menemani ibunya, pulang pada malam itu.


Tak ada reaksi berlebihan yang ditunjukkan begitu melihat kedatangan sang ayah, ia yang memang ingin pergi ke dapur, melenggang begitu saja. ia memang tidak terlalu dekat dengan ayah tirinya, itulah mengapa ia tidak begitu menghiraukan kehadirannya. Sam, begitulah ia sering dipanggil, mengupas apelnya dengan tenang sambil duduk di ruang makan. Saat ia menikmati potongan apelnya, tiba-tiba ada sepasang lengan kokoh yang mendekap tubuhnya dari belakang. Sam kaget, lantas ia membalikkan tubuhnya dan mendapati sosok ayah tirinya yang tengah menyeringai padanya.


Ia mencoba untuk berpikir jernih, dengan rasa hormatnya ia mendorong tubuh ayah tirinya yang semakin merapat padanya. Namun seringaian itu malah tercetak semakin jelas, membuatnya takut. Kejadian itu terjadi begitu cepat, sangat cepat hingga saat tersadar, kondisinya begitu kacau dan berantakan. Semua benang yang menutup tubuhnya raib, rasa nyeri dan sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Rasanya benar-benar remuk, kejadian itu tak hanya merenggut kehormatannya tapi juga mengambil paksa senyumnya. Mengingat bagaimana biadab dan laknatnya sang ayah saat menyentuhnya, bagaimana kasarnya pria itu mengambil semua miliknya, bagaimana sakitnya saat tangan itu menampar wajahnya berulang kali, semua itu masih teringat jelas olehnya. Terlalu jelas hingga bernafaspun ia bisa mengingatnya.


“ Aku…aku sudah tidak berarti lagi, maaf bu…aku tak bisa memenuhi janji itu.” kepalanya tertunduk, begitu terlarut dalam tangis dan juga lara.


Sam, Samantha Huang atau Huang Yin Hui, seorang gadis yang sangat menyayangi ibunya lebih dari apapun, kini harus menyakiti ibunya. Keputusannya sudah benar-benar bulat, tiada kata ragu atau keinginan untuk meralatnya. Setelah kejadian itu, ibunya menjaga Sam dengan sangat perhatian. Tentu ibunya sangat sedih dengan apa yang menimpa anak gadisnya, ia juga langsung menuntut suaminya dengan melaporkannya ke polisi. Wanita itu sudah benar-benar membenci pria yang pernah dicintainya itu, hingga kata cerai tak sulit untuk ia lafalkan. Semua telah dilakukan ibu Sam, wanita itu terus berusaha untuk menghibur anaknya, mengembalikan semangat hidup matahari kecilnya. Elusan, pelukan hangat, kecupan manis, selalu ia berikan, berharap luka dan trauma yang dialami Sam bisa berlalu. Hingga pada suatu siang setelah kembali dari supermarket, Ibu Sam dibuat panik dengan keadaan anaknya yang begitu kritis.


Sam tergeletak di atas lantai dengan tubuh yang terus mengejang serta mulut yang mengeluarkan busa, tak jauh dari tubuh Sam, ia menemukan pecahan gelas. Dibauinya puingan kaca itu, tangisnya pecah kala menyadari bahwa putrinya menegak cairan pembasmi serangga untuk mengakhiri hidupnya. Beruntung Sam masih bisa diselamatkan, setelah kejadian itu Nyonya Chan –ibu Sam, memperketat penjanggaannya. Di luar itu ia juga sering mengajak bicara putrinya yang terlihat seperti mayat hidup. Dalam keresahannya Nyonya Chan terus menasihati putrinya untuk tetap bertahan hidup untuknya.


Dan sore ini, di bawah langit yang muram, Sam melanggar janjinya, janji untuk tak mengakhiri hidupnya. Ia keluarkan sebilah pisau cutter dari saku celanannya. Tangannya bergetar, namun sama sekali tak mengurungkan niatnya. Ringisannya menggema kencang begitu logam tajam itu menyayat urat hijau di lengan kanannya. Perih…begitulah yang ia rasakan saat cairan merah terus mengalir dari tangannya. Tubuhnya melemas, seiring dengan banyaknya darah yang berceceran di atas tanah. Perlahan pandangannya gelap, setelah itu ia terjatuh tak sadarkan diri.






*****





Seberkas cahaya menyilaukan pandangannya saat ia berusaha membuka matanya, pemandangan asing ia dapatkan begitu matanya terbuka sempurna. Dinding bercat putih serta aroma kurang sedap menyambut kebangkitannya. Ia kembali teringat pada kejadian terakhir, matanya langsung menatap gusar ke sekelilingnya. Dimana dirinya sekarang? bukankah ia sudah mati? Kemarin ia sudah memutus nadinya dengan sangat tepat. Lalu kenapa ia berada di ruangan ini sekarang?.


“ Kau masih hidup nona.” Sebuah suara berat menginterupsi perhatiaannya, ia sangat mengenal suara ini. tapi…bagaimana mungkin?.


Dengan sedikit cemas, ia menoleh ke asal suara. Seorang pria muda tengah terduduk di atas sofa di sudut ruangan, menyentak batinnya. Jadi…suara itu benar-benar dia? Jantung Sam berdegup semakin kencang saat sosok itu bangkit dari duduknya. pria itu, pria yang sangat dikenalnya, pria yang tak akan ia temui lagi setelah kejadian malam itu menimpanya itu. Bahkan ia tak mengabari keadaannya pada pria itu.


“ Dasar idiot! Kau pikir mati itu menyenangkan?” ia tahu tindakannya sangat bodoh. Mengakhiri hidupnya, memilih mati karena tidak memiliki alasan untuk tetap hidup.


Sam tak menjawab, ia juga tak menggubris apapun saat pria itu menduduki pinggiran ranjang pasiennya. Sepertinya ia memang tak mau terlibat percakapan lagi, setelah apa yang ia alami, Sam merasa dirinya tidak cukup pantas untuk bertemu dengan pria itu lagi, pria yang selama satu tahun ini mengisi hatinya. Pria yang sampai matipun tak akan ia lepaskan, namun untuk sekali ini ia ingin pria itu pergi dari kehidupannya. Alasannya klasik ia beranggapan dirinya sudah kotor dan tak akan pantas bersanding dengan pemuda itu.


 Ya…dan Sam memenuhi janjinya. Ia tak pernah mengangkat panggilan pria itu, tidak membalas setiap pesan yang ia terima dari pria itu, seperti sudah mantap dengan keputusannya Sam benar-benar menutup aksesnya untuk berhubungan dengan pria itu. namun ada satu yang tak bisa ia hindari, yaitu saat pria bernama Kris Wu itu datang ke rumahnya. Sang ibu, Nyonya Chan yang terkesan sangat mendukung langkah pria itu, seakan tak segan untuk membangunkan dirinya untuk bertemu dengan pria jangkung itu.


Seperti saat ini, di tengah ruang keluarga, pria itu sedang tertawa bersama ibunya. Lagi-lagi pria itu datang, walau setiap datang Sam tak akan membuka mulutnya untuk sekedar menyapa pria itu. ia melipat kedua tangannya dengan bosan, dari tadi ia hanya menjadi obat nyamuk yang terabaikan karena Kris dan ibunya terlihat begituk asik bicara. 


“ Mau apa lagi kau datang ke sini?” pertanyaan Sam terdengar retoris, begitu tajam dan tak berperasaan. Sam memang tak pernah bersikap manis, bahkan sebelum ia mengalami kejadian itu. yah…Sam memang tergolong gadis yang sangat keras.


Kris mengabaikannya, pria itu seperti tengah mempermainkan perasaan Sam. Ia kembali berbincang dengan Nyonya Chan yang mulai tidak nyaman dengan keadaan saat ini. Nyonya Chan dapat merasakan kegeraman putrinya yang tak terbendung, dan ia yakin sebentar lagi pasti akan ada keributan seperti sebelum-sebelumnya.


Benar….Sam berdiri dari duduknya. Ia menatap tajam pria yang masih dengan santainya menyesap vanilla latte yang tersedia di atas meja. Dadanya naik turun, jantungnya sedang bekerja keras untuk memompa darahnya yang terkesan mengalir begitu deras.


“ Kenapa masih datang ke sini? Mau apa lagi, hah?” dengan lantang Sam berteriak, mengeluarkan semua ringisan hatinya. Kris menoleh, ia tersenyum tipis sambil menaruh kembali cangkirnya ke atas meja.



“ Tentu ingin bertemu denganmu.” Santai dan sangat tenang. Kris seperti tak surut dengan gertakan gadis di hadapannya. nyatanya pria itu hanya membalas tatapan marah Sam dengan tatapan polos.



Di lain sisi Sam tak bisa menahan gejolak emosinya. Terlalu berat dan keras. Ia tak sanggup, meski ia tahu apa yang ia butuhkan , tapi ia mengelak dari kenyataan. Walau nyatanya ia sangat membutuhkan pria itu di sisinya, Sam berkeras menolak melodi hatinya itu. Dengusan kasar terdengar jelas saat Sam membuang pandangannya dari Kris. Ia ingin menangis tapi rasanya cerminan atas deritanya tak perlu diperlihatkan, ia sudah terlihat lemah, jangan membuatnya terlihat semakin tak berdaya.


“ Aku…aku kotor..dan kau tahu itu. jadi jangan temui aku lagi.” Tandas Sam sebelum membalikkan dirinya. mati-matian ia menekan luapan emosinya, menahan agar tak ada air mata.


“ Aku ingin memberikanmu ini, kompetisi design di Oliver De Frac. Ini formulirnya, semua ketentuan dan persyaratan tertulis jelas di kertas ini. Kau tinggal mendesain karyamu saja dan mengirimkannya sampai batas waktu yang ditentukan.”


Sam berhenti, pandangannya kosong bahkan otaknya kosong begitu mendengar kompetisi akbar yang digelar oleh salah satu majalah fashion terkenal di New York. Kompetisi itu bukan hanya masalah menang atau kalah, tapi gengsi dan karya berkelas. Siapapun yang memenangkan kompetisi itu dijamin segala peluang emas terbuka lebar. Dari sekian banyak mimpinya, itu adalah salah satunya. Mengikuti kompetisi agar bakatnya terjamah oleh rumah mode terkenal. Tapi dengan keadaannya saat ini, ia merasa tak pantas. Ia merasa dirinya adalah kaum terbuang, terasing dan kotor.


“ Aku sudah mendaftarkanmu, pastikanlah kau melakukan yang terbaik.” Kali ini tak hanya merinding, Sam bahkan ingin meledak mendengar pernyataan pria itu.


“ Baiklah bibi sepertinya aku harus pulang sekarang. terimakasih untuk camilan lezatnya.” Kris tersenyum ramah pada Nyonya Chan, sedangkan wanita itu membalasnya dengan anggukan bersahaja.  





****  





Hari-hari terus berlalu dengan rasa yang sama, setidaknya itulah pendapat Sam. Tak ada alasannya untuknya merasa bergairah kecuali satu hal, kompetisi design itu. formulir yang Kris berikan padanya tergeletak rapih di atas meja kamarnya. Walau kertas itu nampak seperti pamphlet tak berguna yang didapatkan dari orang-orang di jalanan, Sam tak bisa mengelak jika dirinya begitu tergoda dengan acara itu. mimpi besarnya seperti mendapat titik terang, ini kesempatan emas dan ia tahu ini sangat sulit. Bayangkan untuk bisa memenuhi persyaratan kompetisi itu tidak mudah, bahkan untuk mendapatkan formulirnya saja sangat sulit. Ia patut berterimakasih pada Kris karena bisa mendapatkan formulir untuknya.



Robekan kertas yang sudah tak berbentuk menghampar di atas lantai. Sedangkan tak jauh dari sana, Sam tengah menenggelamkan kepalanya di atas meja. Ia sudah sangat frustasi, berulang kali ia mencoba untuk menggoreskan sesuatu di atas kertas sketch book-nya . Imajinasinya terus bermain, tapi tak satupun inspirasi itu dapat divisualisasikan dengan baik. Setengah kepercayaan dirinya hilang, dan sepertinya semua orang tahu apa alasannya.


“ Aku tidak bisa.” Dari tadi kalimat itu yang terus digumamkannya begitu tangannya gagal menggambarkan sketsanya. Sam menggeram, ia terlihat sangat berantakan dan frustasi. Tapi sepertinya ini lebih baik daripada kondisinya saat mencoba bunuh diri beberapa waktu lalu.


Gadis berambut panjang dengan gelombang-gelombang kecil itu kembali melenguh. Ia menyesal telah berniat untuk berusaha melakukan sesuatu, meski ia sudah mengisolasi dirinya sendiri. Tapi gelora di dalam jiwanya tak berubah, ia tetaplah seorang gadis yang senang dengan tantangan. Melihat kesempatan dan peluang di depan mata, ia merasa tertantang.



Bohong kalau aku tidak menginginkan kemenangan karena itulah tujuan dari kompetisi, tapi ada yang lebih penting dari masalah menang Sam. Usaha dan tekad yang keras saat berjuang membuat kita sadar sampai dimana letak kemampuan kita Sam.



Jantungnya berdegup dengan kencang, serangkaian petuah mendiang ayahnya kembali terngiang dalam bayangnya. Ia masih sangat ingat bagaimana dulu ayahnya sering mendiktenya dengan berbagai pandangan kritis. Semua orang memang tak ditakdirkan untuk menang, karena tuhan masih ingin membiarkan makhluknya untuk berusaha lebih keras lagi. Benar…jika tak ada pihak yang kalah, berarti tak akan ada perubahan dan perbaikan.



Untuk pertama kalinya setelah malam tragis itu, senyumnya kembali mengembang. Sam meraih pensil gambarnya, dengan satu tarikan ia menghirup nafas panjang. Bahunya melebar, keyakinan dan kepercayaannya tumbuh begitu pesat, bertumpu di atas kedua bahunya. Kali ini tak peduli gelar pemenang, Sam menggoreskan granit pensilnya dengan penuh hasrat. Yang dilakukannya sekarang tak terpengaruh oleh ambisi, melainkan rasa cinta dan kesenangannya. Menggambar desain pakaian, membuatnya menjadi wujud yang nyata dan menunjukkannya pada dunia. Itulah impiannya.





****




Sebulan sudah kompetisi itu ditutup. Sampai detik ini, tak ada kabar yang diterima oleh Sam. Entahlah ia tak terlalu peduli dengan pengumuman itu. Sekarang ia lebih tertarik dengan menata hidupnya kembali. Meraih puing-puing jati dirinya, mengumpulkannya jadi satu, dan berusaha berdiri dari keterpurukannya.



Hari-harinya belakangan ini berlalu dengan lebih baik, Sam mulai kembali pada dirinya. Gadis keras kepala itu sudah memulai rencana tahunannya. Karena ia tergolong gadis yang memiliki banyak rencana, maka ia selalu menuliskan impiannya di buku hariannya. Seperti yang dikerjakannya kali ini, ia tengah berjibaku dengan tanah serta bibit raspberry-nya. Ia sangat menyukai buah kecil itu, apalagi setelah mengetahui hebatnya nutrisi yang terkandung dalam buah itu. salah satu khasiatnya yang sangat Sam sukai adalah mencegah penuaan dini. Sebagai seorang wanita tentu Sam sangat memperhatikan penampilannya.



Faktor usia ibunya yang tak lagi muda membuatnya semakin giat untuk terus mengembang biakkan buah itu. menurut artikel yang ia baca, mengkonsumsi Raspberry dengan rutin bisa mencegah perkembangan tumor dan kanker serta mengurangi resiko penyakit jantung.


Ia menatap puas deretan pot mungil yang berjejer di depan pekarangan rumahnya. Akhirnya semua selesai ia kerjakan. Rasanya benar-benar senang, baru kali ini ia senang karena melakukan kegiatan bercocok tanam. Dibukanya sarung tangan karet yang melapisi tangannya, dengan tangannya ia mengipaskan aliran udara ke sekitar wajahnya yang penuh peluh.


“ Tak kusangka kau berbakat menjadi tukang kebun.”


Sam menatap malas pada pria di hadapannya. Pria itu baru saja datang, tapi sudah membuatnya sangat kesal. Ia tak menghiraukan pria yang kini duduk di sampingnya. Sam menegak air putih dalam botolnya tanpa ragu, tak peduli dengan tatapan mengejek yang dipancarkan dari mata itu.


Waktu berjalan begitu lambat, setiap detik seakan enggan untuk berdetak dan berganti satu sama lain. Masing-masing ingin terus berada di posisinya. Begitu juga dengan Sam, walau ia terus menolak pria itu, tapi jauh di dalam hatinya, ia sangat menginginkan pria itu. Kris Wu, dia menginginkan pria itu.


“ Selamat.” Sam menoleh pada pria itu, Kris. Menatap pria itu dengan heran dan penuh tanda tanya. Tapi cengiran mengejek malah ia dapatkan sebagai jawabannya. Hah…rupanya pria itu hanya ingin mempermainkannya.


Sam kembali mengarahkan pandangannya ke depan. “ Selamat karena kau sudah menemukan hidupmu kembali.” Ujar Kris yang juga menatap lurus ke depan. Keduanya seakan terlarut dengan pemandangan pagar dan beberapa pepohonan yang tumbuh di depan sana.


“ Aku senang kau kembali Sam, inilah dirimu. Kau tahu, rasanya sangat frustasi melihatmu begitu terpuruk. Dan lebih tragisnya kau membuangku, kau beranjak meninggalkanku.” Kris menghela panjang, kemudian menoleh pada Sam yang sedang menatapnya.


Sorot mata Kris begitu dalam, menelusup jauh hingga ke relung hati Sam. Tidak bisa dipungkiri hatinya menghangat begitu bola mata hitam Kris menatapnya. Hatinya bergetar, sensasi menyenangkan berdatangan. Rongga dadanya seakan membesar, mempermudah oksigen masuk ke dalam tubuhnya. Jiwanya begitu nyaman dengan sensasi ini, karena hanya Kris yang bisa memberikan sensasi ini padanya dan Sam tidak akan pernah lupa bagaimana saat desiran dalam tubuhnya menggila begitu Kris berada di sekitarnya.


Seulas senyum disunggingkan Kris. Kali ini tidak terkesan mengejek, terlihat begitu tulus dan indah. Tentu hal itu membuat Sam harus pintar-pintar menyembunyikan ekspresi sebenarnya, ia mesti lebih pintar mengkamuflasekan isi hatinya.


“ Dan selamat juga untuk ini.” Kris menyodorkan sebuah amplop cokelat panjang padanya. Sam terlihat ragu, karena ia masih tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh pria di hadapannya. Namun tulisan namanya di amplop itu membuatnya yakin jika surat itu memang untuknya.


Dengan bergemuruh ia mengeluarkan isi amplop yang ternyata sebuah lipatan kertas putih. Ia buka dengan perlahan hingga semua tulisan dalam kertas itu dapat terbaca olehnya. Semua sangat jelas, bahkan terlalu jelas untuk membuatnya beranjak dan berteriak kencang. Ia berlompat-lompatan begitu selesai membaca surat itu. Dari tempatnya Kris hanya tersenyum geli melihat tingkah Sam yang begitu kekanakan.




Nona Samantha Huang, kami segenap dewan penilai menyatakan bahwa karya anda berhasil menempati posisi teratas. Dengan nilai serta tanggapan yang sangat baik, desain anda berhasil memenangkan kompetisi desain ini. Untuk kesepakatan lebih lanjut, anda bisa datang ke kantor pusat untuk membicarakan kerja sama yang telah disepakati oleh pihak Chanel . Sekali lagi kami selaku dewan penilai mengucapkan selamat.



Charles Frederick

Director Of Oliver De Frac




Senyum lebar tak kunjung lepas dari wajah cantiknya, Sam masih berputar-putar merayakan keberhasilannya. Ia terus berteriak tidak jelas, tapi cukup lantang untuk meluapkan kebahagiannya. Hingga kakinya berhenti sendiri, gerak tubuhnya surut namun senyumnya justru semakin melebar. Ia tak bisa menahan buncahan kebahagiaan dalam hatinya, ia pun menghambur ke dalam pelukan Kris. Pria itu sempat terkejut, namun ia menyambutnya dengan senang hati. Ia membalasnya dengan sangat terbuka, dielusnya punggung Sam dengan berkala sementara kepala gadis itu bersandar di dadanya.


“ Terimakasih Kris.” Sam meregangkan dekapannya, meski tangannya masih melingkar di sekitar leher Kris.


Ia tersenyum, tersenyum dengan segenap hatinya. Tak ada lagi yang ia sembunyikan, tiada lagi sekat yang ia bangun untuk menutupi perasaannya. Kali ini Sam jujur pada kenyataan, mengalah pada desiran hatinya.


“ Jika bukan karena dirimu, mungkin aku tak akan bisa mengikuti kompetisi itu.” Kris hanya tersenyum. Mengerjap dengan sangat pengertian. Ia tak butuh suara untuk menanggapi ucapan Sam, karena semua jiwanya telah ia gunakan untuk berkomunikasi dengan gadis itu, gadisnya. Kris mengelus pipi Sam, tangannya bergerak menuju helaian rambut gadis itu. Diselipkannya helaian itu ke belakang telinga Sam.



“ Aku mencintaimu Sam dan ku yakin kau juga sudah tahu itu.” 



Sam terdiam dan cenderung membisu. Matanya tak lagi berbinar seperti sebelumnya. Hatinya sangat senang mendengar bahwa pria itu mencintainya, memiliki perasaan yang sama dengan yang ia miliki. Tapi secercah ingatan yang tak bisa ia kubur, menyadarkan betapa dirinya tak pantas untuk Kris.


“ Kenapa? Kau mau bilang dirimu kotor? Kau ingin bilang jika kau tak pantas untukku?” sepertinya Kris sangat memahami diamnya Sam. Pria itu sangat mengerti betapa ingatan kelam itu tak mau pergi dari benak Sam. Ia tahu dan karena itulah ia tak akan menyerah.


Kris mengulurkan tangannya untuk mengangkat dagu Sam, menyuruh gadis itu untuk menatap bola matanya. “ Kau sudah tahu kalau aku tidak mempermasalahkan kondisimu. Jadi ku mohon jangan menyangkal dari perasaanmu sendiri.” ujar Kris serius. Kali ini ia ingin ucapannya didengarkan, ia ingin gadis itu mengerti.


Sekali lagi Kris mengusap kepala Sam. Memberi rasa nyaman sementara gadis itu bingung dengan batinnya sendiri. Sam ragu, tapi bukan meragukan keyakinan Kris melainkan dirinya sendiri.


“ Setiap hal memiliki celahnya sendiri Sam, jadi biarkanlah aku mengisinya untukmu.”


Dalam dan sangat menghangatkan. Entah kenapa gundah yang bersemayam dalam dirinya terangkat pergi, hingga ia merasa ringan dan bisa lebih tenang. Mata Kris yang begitu pekat, menatapnya dengan serius. Ia tak tahu mana yang benar, tapi kali ini ia tak akan berpikir lagi. Bukankah jawabannya sudah sangat jelas?.


“ Saat kau sudah memutuskan untuk bersamaku, kau tidak akan bisa pergi lagi Kris.” Ucap Sam tenang.


“ Tentu.” Kris mendekap tubuh Sam dengan erat. Menenggelamkan wajahnya diantara helaian rambut panjang Sam. Begitu juga dengan Sam gadis itu tampak sangat nyaman menyandarkan kepalanya di dada bidang Kris. Aroma tubuh pria itu seakan menyatu dengan dirinya, sangat jelas dan begitu nyata.


“ Aku tak berusaha untuk menjanjikan hal yang indah padamu, aku hanya berusaha untuk melakukan hal yang terbaik untukmu.” ujar Kris sambil mengecup pelipis Sam.




Sam tahu seorang Kris tak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada dirinya, karena ia telah melihat bagaimana usaha pria itu selama ini. Selama ia terperosok dengan kehancurannya. Diam-diam pria itu membina kembali serpihan hatinya yang tak berbentuk. Dalam sikap menyebalkannya pria itu mencoba untuk menyulut minat hidupnya. Ini bukan tentang seindah apa cara Kris mengembalikan senyumnya, tapi tentang bagaimana pria itu mengorek emosinya, mengobarkan geloranya untuk menemukan dirinya kembali.






~ END ~


Finally….ending juga!!!! Fuhhh….sumpah lega buanget deh….kekekek….
Awalnya udh nyerah bgt krna emng wktu untuk nyelesaiinnya singkat bgt. Oke…first of all….HAPPY BIRTHDAY NANDITA ALIF… nah…inilah alasan kenapa author gigs berlomba-lomba publish ff hari ini. karena permintaan dari Nandita yang berulang tahun hari ini, akhirnya dengan segenap cinta dan asa#asik# kita mempersembahkan ff penuh makna untuk dia.

Sebenernya dia minta dibikinin ff udh dari seminggu yang lalu, kalo gak salah. Tapi kemarin-kemarin aku belum dapet ide cerita, setiapnya dapet pasti gak bisa menuliskannya dengan bahasa yang baik. sumpah….pengen jedotin kepalanya salsa tau gak!! Anak itu tuh udh ngelarin ffnya dari kapan tau, dan aku? aku baru hari ini.

Awalnya males bgt bikin ff, yah…gitulah namanya juga manusia pasti mengalami pasang-surut. Sempet mikir, enak banget si nandita dapet tiga ff sekaligus dalam satu hari. dia juga bisa request lagi cast-nya. Sumpah enak bgt gak tuh??. Aku aja minta get crazy ama salsa gak dikasih-kasih. #nangis dipojokan#.


Oke back to nandita…
Sebenernya bingung mau ngomong apa buat itu anak. Yah…simplenya, aku berharap di umurnya yang ke 17 ini, dia bisa DEWASA. Kenapa aku gak bilang lebih dewasa? Karena emang dia BELUM DEWASA. Di sini aku mau ngelurusin Dewasa yang aku maksud, maksudnya ya dia bisa berpikir lebih kritis lagi, gak cuma ngandelin perasaan. The point is hope she can get the best in everything.


Hahhhh….
Lelah juga, gerah bgt sumpah…tapi cukup puas karena bisa kelar. Intinya aku puas karena bisa nyelesaiin ff ini, walau ceritanya masih sangat diragukan. Tapi ya udahlah yang penting ada ff yang bisa dipublish…oke itu aja semoga kalian juga puas dengan ff ini.

One more time, HAPPY BIRTHDAY NANDITA ALIF!!!*blow candle




With Love


GSB, C.A.P, TOP

Comments

Popular Posts