Get Crazy #7 (kiss under fireworks)



Setelah nyaris setengah jam hanya duduk, melihat kertas dan menulis, Hyo Jin akhirnya dapat berdiri dan meregangkan ototnya. Pekerjaan gadis itu untuk malam ini selesai. Ia baru saja mengecek dan menulis jadwal TEEN TOP sendirian, maksudnya tanpa Manager Ahn. Akhir-akhir ini pria itu memang senang sekali menghilang dan membiarkan Hyo Jin merasa seperti manager sungguhan. Awalnya semua ini terasa seperti sebuah kehormatan besar bagi Hyo Jin, tapi sekarang semuanya lebih seperti siksaan. Perlu diingat mereka baru comeback, dan dalam sehari ia bisa mendapat banyak sekali tawaran manggung di acara-acara besar. Memilih satu yang terbaik bukanlah hal yang mudah. Terlebih mengurus enam anak dengan karakter yang berbeda-beda juga bukan merupakan tugas yang biasa. Ia merasa seperti ibu dadakan tiap kali sedang berhadapan dengan keenamnya. Walaupun setengah dari mereka lebih tua dari Hyo Jin, tetap saja gadis itu merasa ia-lah yang paling dewasa dan paling bisa diandalkan.



Hyo Jin memasukkan kertas-kertas yang berserakan di meja ke dalam tasnya. Suasana dorm malam itu sangat sepi, dan hal itu membuat Hyo Jin merasa seperti berada di tempat asing. Apa mereka kelelahan? Sepertinya hari ini mereka tak menghadiri acara apa-apa. sebenarnya kemana mereka?  Walaupun merasa ada yang aneh, Hyo Jin tetap bergegas merapikan tasnya dan bersiap pulang. Namun saat ia melewati ruang tengah, “Hyo Jin~a”


Gadis itu menoleh, terkejut saat melihat penampilan namja yang memanggilnya. “kau mau kemana?” tanya Hyo Jin langsung. Namja itu menunduk melihat penampilannya sendiri, padahal ia cuma memakai kaos putih berbalut kemeja jeans dan celana putih polos dengan bahan yang sama. Oke…. anggap saja ini memang sangat rapi. Lalu? Haruskah ia menatapku seperti itu?


“firework” gumam L.Joe sepelan-pelannya.
“apa?”
“I mean, do you like fireworks?” ujarnya setingkat lebih keras.
“if I say yes, then what?” balas Hyo Jin sambil menyedekapkan tangan.
“eum………”
“Eomoonaaa….. kita di Korea! Mana rasa nasionalisme kalian?” pekik Ricky dari arah dapur, ia membawa segelas air dan berhenti di samping L.Joe dan Hyo Jin sambil menggeleng-geleng. Semua member yang sedang menguping di balik pintu kamar Changjo langsung berteriak ‘AH’ dengan kompak.  Aish… Yoo Changhyun! Bisakah anak ini berhenti mengacau tiap saat?


“geunde, kata orang-orang kemampuan bahasa inggrisku mengalami peningkatan pesat. Kalian mau dengar?” baik L.Joe maupun Hyo Jin tak ada yang menjawab, mereka saling melempar pandang seolah memberi kekuatan satu sama lain.


“dengar ini, My name is Ricky, I one eight…………………..” Ricky menoleh pada L.Joe yang langsung menggeleng-geleng. Namja itu terdiam, matanya berputar seolah sedang mengingat-ingat,  lalu….“ah~ I am eighteen years old and…………..”


“DAEBAK” Seru Hyo Jin mengejutkan. Ia bertepuk tangan singkat lalu dengan cepat meraih tangan L.Joe dan membawanya menjauh. Meninggalkan Ricky yang langsung merajuk.


Dia membawa L.Joe ke ruangan lain, lalu “jadi kau mau bilang apa?” ucap gadis itu tak sabar. L.Joe menatap Hyo Jin hati-hati, “ng… kau? mau lihat festifal kembang api?” L.Joe menarik napas dalam-dalam dengan mata yang memejam kuat. Entah kenapa tiba-tiba saja ia merasa kehilangan pita suara. “bersamaku?” sambungnya.


Hyo Jin tersenyum, kemudian mengangguk kaku. Setelah itu keduanya saling tersenyum dan melempar pandang dengan sangat tegang. “ng? pergi sekarang?”


“ne” jawab Hyo Jin sambil mengangguk pelan.
“kau jalan duluan”
“aku? kenapa tidak kau saja?”
“apa? Ah~ kita jalan bersama”
“benar”



***********



Suasana jalanan Seoul saat ini lebih ramai dari malam-malam biasanya. Jelas saja, malam ini adalah waktu dimana acara tahunan paling ditunggu-tunggu akan diadakan, festifal kembang api. Tidak ada kendaraan yang diperbolehkan lewat, jalanan luas itu penuh dengan manusia. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa tumpah ruah menyesaki jalan. Pedagang-pedagang jajanan pasar berjejer dikanan kiri. Di antara ribuan orang itu, terselip sepasang muda mudi yang tengah berjalan santai di tengah keramaian. “acaranya akan dimulai setengah jam lagi, kita bisa mencicipi makanan-makanan disini dulu jika kau mau” usul L.Joe sembari menoleh pada gadis di sampingnya. Gadis itu mengangguk, lalu memutar kepala menghadap jejeran pedagang yang nyaris semuanya dipenuhi pembeli.


“kau mau makan apa? disini lengkap” ujar Hyo Jin.
“aku sudah lama tidak makan odeng”

“Ah benar! Aku juga sudah lama tidak makan itu” keduanya langsung melempar pandang dengan antusias. “Di sebelah sana! kajja” 


“ini sangat murah! Hanya 400 won pertusuk! Silahkan, silahkan langsung diambil” Sang pedagang langsung memberikan sambutan yang sangat ceria begitu L.Joe dan Hyo Jin mendekat. Tanpa ragu kedua anak itu mengulurkan tangannya mengambil setusuk odeng yang masih mengepulkan asap.


“aw! Ini benar-benar panas” L.Joe langsung memegangi mulutnya. Hyo Jin tertawa. “tentu saja! kau harus meniupnya dulu” Hyo Jin meniup odeng (fish cake) miliknya sebentar lalu memasukkannya ke dalam mulut. L.Joe mengikuti, ia meniup fish cake miliknya sembari melirik Hyo Jin yang sedang makan. Gadis itu juga sedang memperhatikannya, ia tertawa geli melihat bagaimana repotnya seorang TEEN TOP L.Joe makan di pinggir jalan.


Hyo Jin mengambil satu tusuk lagi, meniupnya sebentar lalu menyodorkannya pada L.Joe. “jika kau yang melakukannya, kenapa ya meniup makanan menjadi terlihat sangat rumit?” gadis itu memiringkan kepala dan menatap L.Joe dengan tampang kasihan yang dibuat-buat. L.Joe menghentikan kegiatan meniupnya, menyerah dengan odengnya yang terus menerus mengeluarkan kepulan asap. Lantas tersenyum sembari memajukan kepala dan memakan odeng yang Hyo Jin tiup.


L.Joe mengangkat kepalanya kembali, dan tiba-tiba saja suara tawa Hyo Jin meledak. Ia menunjuk-nunjuk sudut bibir pria itu sebagai isyarat. Namun yang ditunjuk sama sekali tak mengerti. Dengan mulut yang menggembung penuh, L.Joe balik menatap Hyo Jin dengan bingung. Gadis itu menyerah, ia memasukkan tangannya ke dalam saku mantel dan mengeluarkan sapu tangan. “aku benar-benar merasa sedang pergi bersama anak kecil” ucap Hyo Jin sambil dengan hati-hati menyapukan sapu tangannya di sudut bibir L.Joe. Membuat namja itu membatu.


“mau cari makanan lain?” L.Joe tersadar.
“g..ge..geurae”
“aku mau tteokbokki, Dakkochi, Mandu………… ah aku mau semuanya”
“kalau begitu ayo kita makan semuanya satu-satu” L.Joe tersenyum semangat. Pria itu buru-buru mengambil uang kecil di saku belakang jins-nya dan mengangguk ramah pada sang penjual.


“makan semuanya?”
“kajja!”



***********



Setengah jam berlalu, L.Joe dan Hyo Jin kini tengah berjalan beriringan di tengah keramaian. Mereka sudah tak sanggup lagi untuk makan. Acara ‘makan semua jajanan disini satu-satu’ sudah berlalu. Mulai dari makanan-makanan pedas sampai yang sangat manis sudah keduanya cicipi. Malam itu benar-benar ajang yang tepat untuk menghilangkan stress. Saling menyuapi, meledek, bercanda, tertawa lepas. Tak jarang pedagang-pedagang makanan yang mereka datangi melontarkan kalimat-kalimat berisi harapan agar hubungan kedua orang yang mereka kira sepasang kekasih itu berjalan baik. L.Joe dan Hyo Jin hanya mampu saling melempar pandang tiap kali mendengar perkataan seperti itu. Tak ada yang mengiyakan tapi tak ada pula yang membantah.


Malam yang cerah, langit yang bersih, suasana yang hangat. Walaupun tak ada bintang yang terlihat, ada bulan sabit yang menemani malam kembang api mereka. Untuk pertama kalinya L.Joe merasa sangat beruntung karena tidak dikenali. Ia keluar dari dorm bersama seorang gadis tanpa penyamaran apapun, tak ada kacamata ataupun topi. Ia hanya menjadi dia. Menjadi pria biasa bernama Lee Byunghun, dan namja itu benar-benar menikmatinya. Ini memang bukan kali pertama ia berjalan berdampingan dengan seorang wanita, hanya saja ini berbeda. Ini bukan acara mnet scandal yang ia ikuti tiga tahun lalu. Ini kehidupan nyata. Tak ada script, crew, lighting, ataupun kamera yang mengikuti setiap pergerakannya. Ia benar-benar sedang berjalan dengan  perempuan di kehidupan sungguhan.



L.Joe mengepalkan tangannya yang bergetar. Selama berjalan, sesekali secara alami punggung tangannya bersentuhan dengan tangan Hyo Jin. Mungkin ini terdengar sangat idiot, tapi setiap kali mereka tak sengaja bersentuhan, namja itu benar-benar merasa seperti sedang dipermainkan oleh perasaannya sendiri. Ia selalu ingin menghentikan waktu dan membiarkannya terus begitu untuk waktu yang lebih lama. Ia sama sekali tak suka jika tangannya terus bersentuhan dan berpisah dalam durasi dua detik sekali begini. 


Akhirnya, pria itu memberanikan diri untuk menggenggam tangan Hyo Jin. Perlahan, tangannya bergerak dan berkaitan dengan pasti. Hyo Jin terkejut, spontan menoleh dan mendapati L.Joe tengah melihat keatas dan kebawah dengan sangat canggung. ‘ehem’ namja itu berdehem keras, lalu menoleh pada Hyo Jin “wae?” sahutnya dingin. Sebisa mungkin menekan perasaan gugupnya dan menggunakan nada bicara yang selama ini menjadi kebanggaannya.


“ani” Hyo Jin tersenyum. Bahkan disaat seperti ini kau masih mau mempertahankan gengsimu huh?


Saat itu, tiba-tiba saja orang-orang di sekitar mereka berjalan lebih cepat dan merapat ke satu sisi. “sebentar lagi dimulai” L.Joe menoleh ke langit yang masih bersih. “ayo cari tempat yang nyaman”


Keduanya berhenti di tengah-tengah orang banyak yang sedang mendongak menunggu kembang api pertama meluncur. “jangan disini! Aku tak mau mendongak dua jam penuh” L.Joe menuntun Hyo Jin melawan arus.


Setelah berjalan kesana kemari, pria itu akhirnya menemukan bangunan hotel yang memiliki tangga langsung menuju balkon tingkat pertama. Tanpa ragu ia membawa Hyo Jin kesana. “ini sempurna!” gumamnya begitu sampai di atas. “kau harusnya mengucapkan terima kasih karena kejeniusanku” tambah pria itu sambil menyenderkan badannya di besi penyangga. Hyo Jin mendengus, “oke.. untuk kali ini aku mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya padamu, tuan Jenius” L.Joe tertawa sampai matanya membentuk senyuman. Hyo Jin berdiri di samping pria itu, lalu keduanya sama-sama menarik napas tenang dan menatap lurus ke depan dengan tatapan menerawang.

“kalau tahu apa yang sedang kulakukan sekarang, Manager hyung pasti akan menggantungku. Lalu setelahnya Andy hyung akan membunuhku” L.Joe mengadu dengan nada yang sangat pasrah.


“kau lupa ya? Saat ini kau sedang bersama manager-mu, jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan” ucap Hyo Jin dengan nada yang menyatakan kalau ia juga seorang manager yang berpengaruh. L.Joe tertawa ringan.


“L.Joe~a”
“hmm?”
“Kenapa aku? maksudku…. kenapa malah aku yang kau ajak kesini? Pasti akan lebih seru kalau kau mengajak yang lain. Kau lihat kan betapa canggungnya kita sekarang?” L.Joe tak menjawab, membuat Hyo Jin mengalihkan pandangannya kembali ke depan. “apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?”


“apa?” L.Joe menoleh cepat pada Hyo Jin, lalu menoleh lagi ke depan dengan gerakan yang lebih cepat.
“tidak apa-apa jika memang tidak ada yang ingin dibicarakan. Aku cuma bertanya kok” Hyo Jin tersenyum. Diam-diam L.Joe menggigit bibir sambil mengetuk-ngetukkan sepatunya ke tralis besi, ia benar-benar menyesal karena tidak dapat bicara dengan benar disaat seperti ini. Kau pria! L.Joe bodoh, lakukan sesuatu! Jangan jadi pengecut! Kau hanya perlu katakan ‘aku mencintaimu’ dengan nada yang manis. Itu saja! ayo! Himne! L.Joe himne! Namja itu mengangguk, ia merasa baru saja mendapat semangat dari dalam tubuhnya. L.Joe menelan ludahnya dengan tegang, lalu “Park Hyo Jin” namja itu menghembuskan napas berat, lalu membuka mulutnya lagi. “Park Hyo Jin, aku…………….”


“aku…………. mencintaimu” bertepatan saat L.Joe mengatakan ‘mencintaimu’ tiba-tiba saja suara ledakan besar terdengar dari langit. Hyo Jin spontan menoleh ke depan dan langsung bertepuk tangan antusias melihat parade kembang api yang baru dimulai. Kau mendengarnya Park Hyo Jin? Barusan aku bilang aku mencintaimu. Kau dengar kan? kau harus dengar!


“wah~~”
L.Joe tak dapat berkonsentrasi melihat kembang api dan malah menoleh memperhatikan Hyo Jin yang sedang terkesima. Langitnya memang indah, penuh warna-warni seperti lukisan. Tapi, bagaimana jika di matanya ada sesuatu yang lebih indah dari langit yang seperti lukisan? Sejak kecil aku selalu menyukai kembang api, tapi sekarang aku benar-benar merasa pemandangan disampingku jauh lebih indah dari kembang api. Hyo Jin dengan matanya yang berbinar cerah tengah tersenyum penuh rasa kagum sambil memandangi langit. Angin bertiup lembut, membuat rambut panjangnya beterbangan. L.Joe merasa ia seperti sedang melihat karakter fiksi di negeri dongeng.


Hyo Jin menoleh pada L.Joe dan tersenyum puas, “ini benar-benar cantik” serunya antusias, lantas kembali menoleh ke depan dan menatap langit. Jinjjayo? Kau bilang ini cantik? Kau pasti tak pernah bercermin, ya?


L.Joe tiba-tiba saja memegang pergelangan tangan Hyo Jin dan menariknya. Wajah mereka menjadi sangat dekat. Suara ledakan kembang api disertai suara kagum orang-orang masih terdengar jelas. L.Joe menatap Hyo Jin tepat di matanya. Membuat gadis itu kesulitan untuk menarik napas.


“ini bukan apa-apa, tolong jangan berpikir macam-macam”
“apa?”
Saat Hyo Jin menanyakan itu, bibir L.Joe sudah menyentuh bibirnya. Mata gadis itu langsung terbelalak. Ia terlalu terkejut sampai tidak tahu harus berbuat apa. Gadis itu bisa merasakan tubuhnya dipeluk lebih erat, sejalan dengan ciumannya yang menjadi lebih dalam. Hyo Jin mulai terbawa suasana dan memejamkan mata, bahkan ia tak sadar sejak kapan tangannya mulai bergerak dan memeluk leher pria itu. Satu persatu kembang api mewarnai kanvas hitam langit malam, ledakan-ledakan terus terdengar. Membuat suasana malam menjadi lebih semarak.



***********



Hyo Jin menarik selimutnya dan berbaring di tempat tidur.


`ini bukan apa-apa, tolong jangan berpikir macam-macam`


Kalimat itu terus berputar-putar di kepalanya. Membingungkan. Kepalanya terasa lebih berat seolah sedang menyimpan dinamit yang akan meledak. Hyo Jin menggigit bibirnya, bahkan setelah 2 jam berlalu jantungnya masih saja berdebar dengan keras. Apa pria itu juga sedang merasa sepertiku sekarang? apa ia juga tak bisa tidur?


Tadi setelah peristiwa menegangkan itu terjadi, L.Joe tak bicara apa-apa. Mereka pulang dan berjalan beriringan dengan suasana sejuta kali lipat lebih canggung dari sebelumnya. Saking heningnya suara napas keduanya pun tak terdengar. L.Joe bahkan tak memberikan tawaran mengantar pulang seperti biasanya, pria itu hanya tersenyum tipis dan menghilang meninggalkan Hyo Jin yang berdiri menunggu bus.



***********



Sesampainya di dorm, L.Joe langsung membuka bajunya dan masuk ke kamar mandi dengan terburu-buru. Ia berdiri dibawah pancuran yang mengalirkan air dingin sambil menatap kosong kearah dinding. Kepalanya terasa berputar. Pengecut! Aku menciumnya setelah sebelumnya bilang ‘ini bukan apa-apa’? bodoh! Apa yang sekarang gadis itu pikir tentangku? cih... lalu kenapa mengatakan ‘Jadilah pacarku’ padanya bisa sesulit ini sih? Hyo Jin, aku mencintaimu. maukah kau jadi pacarku? Hyo Jin tolong baca pikiranku! tolong!


“Heh! Lee Byunghun kau didalam?” Chunji mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dan menempelkan telinganya disana. L.Joe tak bicara, ia menoleh pelan kearah pintu dan mendesah.


“wae?”
“kau tidak sedang mencoba bunuh diri kan?”
“tch…”
“BYUNGHUN PABO! JAWAB AKU”
“TIDAK! TIDAK! AKU TIDAK BUNUH DIRI” L.Joe balas berteriak. Chunji menjauh dari pintu kamar mandi sambil terkekeh puas mendengar jawaban sewot pria didalam. “bagaimana? Jadi sekarang manager Park resmi pacarmu?” teriak Chunji. L.Joe terdiam.


“ani”
“APA?” Tiba-tiba saja pintu kamar mandi terbuka, L.Joe keluar dari sana sambil memakai bajunya.
“kau tak bilang ‘aku mencintaimu’ pada Hyo Jin?”
“aku bilang” jawab L.Joe pelan. Ia mengambil handuk kecil yang tergantung dibelakang pintu dan mengeringkan rambutnya dengan itu.


“lalu?” seru Chunji yang langsung berdiri dan menghampiri L.Joe.
“lalu kembang apinya muncul, dan dia tidak dengar”
“apa? jadi dari tadi apa yang kalian lakukan huh?”
“kami makan jajanan pinggir jalan, ia menyuapiku beberapa kali, lalu………”
“lalu?”
“lalu…………”
“lalu kau menciumnya, aku benar kan?”
“tapi…  tapi itu terjadi begitu saja. Dia tengah menengadah melihat kembang api. Wajahnya bercahaya. Setelah itu aku tak tahu apa-apa dan tiba-tiba saja wajahnya menjadi sangat dekat denganku dan…….”


“kenapa kau jadi panik begini sih? Aku tak akan bilang yang lain kok! Tenang saja” Chunji tersenyum dan menepuk-nepuk bahu L.Joe.




***********



Hyo Jin masuk ke dalam dorm dengan langkah berat. TV menyala, tapi tidak ada yang menonton. Gadis itu menghela napas dan lekas berjalan mematikannya. Dan saat itulah ia mendengar suara berisik di meja makan, pelan-pelan kakinya mengantar sang pemilik kesana. Setelah sampai di meja makan, secara spontan Hyo Jin menghela napas lega. Tidak ada L.Joe. baguslah…. Aku belum siap bertemu dengannya. Aku sama sekali tak tahu harus mengeluarkan ekspresi apa saat melihatnya nanti.


“kau tidak kuliah?” tanya C.A.P langsung, sementara yang lain memberikan tatapan terkejut pada Hyo Jin yang datang tiba-tiba seperti hantu.


“ani… tak ada mata kuliah hari ini” semua orang mengangguk. “duduk noona, kita makan bersama” Ricky menarik kursi disebelahnya, tersenyum mempersilakan Hyo Jin duduk. Gadis itu balas tersenyum dan langsung mengambil posisi di samping Ricky.


Saat Hyo Jin tengah melepaskan mantel, L.Joe datang dan duduk di meja makan. Napas Hyo Jin langsung terhenti saat ia melihat pria itu. Tubuhnya mendadak tegang, ia tak tahu harus bersikap bagaimana. Berpura-pura tidak ingat atau malah bertatap-tatapan? Gadis itu tak dapat memutuskan apapun untuk sekarang.


Di saat Hyo Jin merasa kebingungan menentukan sikap, L.Joe justru sama sekali tidak menatapnya. Ia duduk di kursi paling ujung, mengambil mangkuk nasinya dengan wajah muram dan terlihat sangat lelah. Sepertinya ia sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri. Hyo Jin mulai berpikir kalau apa yang terjadi kemarin bukanlah apa-apa bagi L.Joe.


Bagaimanapun dia pernah tinggal di Amerika, mungkin berciuman adalah hal yang wajar baginya. Dia juga bilang ‘ini bukan apa-apa dan menyuruhku untuk ‘tidak berpikir macam-macamtapi benarkah? 


Hyo Jin menatap L.Joe dengan tajam, ia mulai merasa apa yang ia pikirkan barusan adalah sesuatu yang benar. Seperti biasa semua orang akan menjadi sangat aktif jika sedang bersama, selama makan mereka terus melontarkan gurauan satu sama lain dan tertawa. Tapi tidak untuk kali ini, L.Joe yang biasanya ikut tertawa kini terlihat berkonsentarsi penuh dengan makanannya. Hyo Jin tak mengerti kenapa namja itu terlihat sangat tidak senang hari ini. Dia kenapa sih? Bukannya aku yang harusnya bersikap seperti itu?


Lalu setelah itu, L.Joe berdiri dan menghilang kembali ke kamarnya.
“dia jadi aneh. Apa ada yang terjadi semalam?” Niel dan semua orang di meja makan menatap Hyo Jin penasaran. Gadis itu terdiam, lalu menggeleng pelan. “ani”



***********



Segudang acara off air, pemotretan, pre-recording untuk acara talk show dan lain-lain memenuhi jadwal TEEN TOP selama sehari penuh. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam dan mereka masih sibuk membicarakan tema untuk tour Asia yang akan dimulai sebulan lagi. Di ruangan itu ada semua member, para staff, Manager Ahn, Hyo Jin dan juga producer Top Media, Andy.


“yang pasti kita akan menggunakan full live band. Untuk tata panggung dan special performance kupercayakan pada TEEN TOP dan seluruh staf” ucap Andy, semua orang mengangguk. Kemudian seorang staff pria mengacungkan tangan dan menyampaikan idenya. Dan saat itu tiba-tiba saja ponsel Hyo Jin berdering. “maaf. Aku izin sebentar” ucap gadis itu sembari mengacungkan ponselnya yang masih berdering. L.Joe yang berada sangat jauh dari Hyo Jin memperhatikan gadis itu dengan tajam. Setelah sejak pagi selalu berada di ruangan yang sama, ia memang belum terlibat percakapan apapun dengan gadis itu. Tidak barang sehuruf pun.


Hyo Jin bersandar di tembok dan mengangkat telfon sebelum sempat melihat layarnya. “yoboseo”


“Park Hyo Jin, lama tidak mendengar suaramu” Hyo Jin menelan ludahnya mendengar suara itu. Matanya mulai bergerak tak fokus, “Ada apa?” ucapnya hati-hati. Tiba-tiba saja terdengar suara tawa yang sangat besar dari ujung telfon, “jangan gugup begitu, ah. Aku kan bukan orang jahat”


“kita sudah tidak terlibat hubungan apapun. Ada urusan apa lagi?” ucap Hyo Jin dingin.
“bisakah kau ke klub sekarang?”
“apa?”
“ini penting. Setelah aku membuka-buka dokumen lama, aku menemukan sesuatu yang mengejutkan” Hyo Jin mendengarkan dengan serius. “ternyata kita punya perjanjian ya?”


“perjanjian?” ulang Hyo Jin. Gadis itu mengerutkan keningnya, mencoba mengingat-ingat dan “ah~” Hyo Jin memejamkan matanya penuh penyesalan. “kau harusnya bekerja padaku sampai bulan April. Benar kan?”


“tapi kau yang memecatku. Kau tak berhak meminta ganti rugi”
“baiklah. Bagaimana kalau kita menyelesaikan masalah ini baik-baik?”
“maksudmu?”
“datang ke klub sekarang. kita bicarakan baik-baik”
“shireo”
“aku bisa membawa ini ke pihak berwajib loh” Hyo Jin terdiam. Dia benar-benar tak mengerti dengan pemikiran wanita pemilik klub malam ini, dia yang memecatnya dan sekarang dia juga yang minta ganti rugi. Bahkan mengancam akan menuntutnya. Mau dilihat dari segi apapun aku tak salah.


“bagaimana?” terdengar suara dari ujung telfonnya. “baik, aku akan ke klub”
“sekarang, oke?”
“satu jam lagi”
“aku tak punya banyak waktu, jadi lebih baik kau datang sekarang”
“aku punya pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan”
“aku bukan orang sembarangan. Waktuku terbatas”
“baik. sekarang juga aku kesana” Hyo Jin mengalah. Sambungan telfon pun terputus. Gadis itu berbalik, dan “ada apa di klub? Kenapa kau mau kesana?” L.Joe berdiri dengan tangan yang terselip di saku celana. Namja itu menghampiri Hyo Jin dengan mata yang menyorot tajam. “ini pertama kalinya kau bicara padaku seharian ini”


“kau tak boleh pergi”
“hah? Jangan bertingkah sok perduli ya”
“tentu saja aku perduli” L.Joe nyaris berteriak. Hyo Jin mendengus. “aku akan tetap pergi”
“kalau begitu aku ikut”
“andwae” gadis itu menggeleng dan berjalan melewati L.Joe dengan tatapan sengit. Ia kembali ke ruang pertemuan dan seketika semua mata tertuju padanya. Kemudian L.Joe datang dan duduk di kursinya dengan tenang. Pria itu ikut menatap Hyo Jin yang masih menjadi objek perhatian. “bisakah aku pulang lebih awal? Barusan ada yang menelfonku dan aku harus segera menemuinya sekarang”


“geuraeyo. Apa kau bawa kendaraan?” Andy bertanya dengan ramah.
“ani. Aku biasa naik bus kok”
“suruh seorang staff mengantarnya. Ini sudah malam” pria itu bicara pada Manager Ahn yang langsung berdiri.


“tidak. tidak usah” Hyo Jin buru-buru mengibaskan tangan.
“aku yang antar” L.Joe berdiri. Andy langsung memberikan tatapan tidak setuju. “tidak. Kau duduk sekarang juga” namja itu bersikap seolah ia tidak mendengar dan langsung berjalan mendekati Hyo Jin yang mencoba menolak. “kajja”


“Lee Byunghun! Kau harus sadar batas. Mungin tujuanmu memang hanya ingin mengantarnya pulang, tapi jika orang lain yang melihat mungkin akan berbeda” ucap Andy lagi. Manager Ahn memberikan tatapan ‘lebih baik kau turuti perintahnya’ pada L.Joe yang tampak tidak senang.


“mian hyung. Untuk kali ini saja aku tak dapat menjadi namja yang patuh” L.Joe menggenggam tangan Hyo Jin dan membawanya keluar. Gadis itu mencoba melepaskan tangan L.Joe sambil membungkuk-bungkuk memberi salam pada semua orang didalam ruangan.  


“bodoh! Apa yang kau lakukan?” Hyo Jin langsung menghempas tangan L.Joe begitu sampai di luar.
“jadi kau mau ke klub atau tidak? lebih baik kau kembali ke flat saja”
“kau harusnya tak mencampuri urusanku lagi”
“wae?”
“karena………….”
“kau marah karena kejadian kemarin?”
“oh.. kau masih ingat?” L.Joe mendecak mendengar nada menyindir yang sangat kental dari ucapan Hyo Jin. “menurutmu itu sesuatu yang mudah kulupakan?”


“kurasa ia bagimu. Bukankah berciuman adalah hal yang biasa di Amerika?”
“apa? kau berpikir aku juga begitu?”
“sudahlah! Aku tak mau membahasnya lagi. kau juga bilang sendiri kan? ITU BUKAN APA-APA” Hyo Jin menghentak kakinya keras-keras dan berjalan dengan cepat. L.Joe mendesah sambil mengusap mukanya, lalu mengikuti gadis itu dari belakang.



***********



21↑Night Club
21:03 KST



Setelah berdebat sepanjang jalan, L.Joe akhirnya mengalah dan membiarkan Hyo Jin tetap menjejakkan kakinya kembali ke tempat ini. Suara musik yang menyentak langsung menyambut keduanya yang baru membuka pintu. L.Joe mengangguk-anggukan kepala sesuai irama selama kakinya melangkah mengekor Hyo Jin. Bar ini masih belum berubah sejak terakhir kali ia datangi. Masih ramai, sesak, bau alkohol, penuh orang mabuk, membuat pusing dan semuanya.


“eh.. mau kemana kau?” Hyo Jin menoleh saat tangannya ditarik oleh L.Joe. “menemui wanita itu, mantan boss-ku. Wae?”


“dia yang membutuhkanmu. Dia yang harusnya menghampirimu” L.Joe lalu mengedikan kepalanya ke bangku kosong dan mengajak Hyo Jin kesana. “kau disini sebagai tamu” namja itu mengingatkan. Hyo Jin memutar kepalanya sambil mencibir tanpa suara.


Hyo Jin dan L.Joe duduk di salah satu bangku, mereka tak membicarakan apa-apa dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Hyo Jin tengah melihat ke segala sisi dengan waspada sementara L.Joe mengetuk-ngetukkan jemarinya mengikuti musik yang berdentum.


“ah~ sudah kuduga kau pasti datang” tiba-tiba saja terdengar suara mengejutkan. L.Joe menoleh dan melirik wanita yang barusan bicara itu dengan sangat sinis. Penampilannya sangat meriah. Bahkan lebih meriah dari terakhir kali mereka bertemu dulu. Melihat wanita itu, L.Joe tiba-tiba saja teringat akan pohon natal.


“sekarang sebutkan apa lagi yang kau inginkan dariku” sahut Hyo Jin.
“tentu saja kita tak bicara disini” wanita itu menggerakkan jemarinya menyuruh Hyo Jin mengikuti.


L.Joe menghela napas tak senang lalu ikut berdiri. “kau tidak usah ikut, tuan yang selalu ikut campur” pria itu mengangkat sebelah alisnya, wanita yang meriah seperti pohon natal ini menyebutku tuan yang selalu ikut campur?


“kalau kau tak mau aku ikut, bicaralah disini. Hyo Jin tak punya tanggung jawab apapun denganmu lagi”
“nona Park, bisakah kau menyuruh pacarmu yang cerewet ini untuk diam? Kita harus bergerak cepat. Maksudku kita harus menyelesaikan permasalahan kontrak kerja ini dengan cepat” Hyo Jin menoleh pada L.Joe, “aku akan segera kembali”


“tapi……”
“aku janji. Sebentar saja” L.Joe mengalah, ia memperhatikan Hyo Jin yang dibawa oleh wanita pohon natal itu dengan perasaan yang tidak enak.



***********



“cepat bicara” Ucap Hyo Jin begitu mereka berhenti. Wanita itu mendesah, lalu menatapnya sambil tersenyum menyeramkan “baiklah. Langsung saja. Sebenarnya aku ingin berterimakasih” Hyo Jin menaikkan sebelah alisnya tak mengerti.


“mungkin nanti aku akan menyesal sudah melakukan ini pada gadis paling menghibur yang pernah kutemui di dunia” Ia mencubit pipi Hyo Jin dengan gemas, Hyo Jin segera menghindar dan memukul tangan wanita setengah gila itu dengan tampang jijik. “tapi aku sedang sangat membutuhkan uang dan kau lah yang pria itu inginkan”


“apa? siapa? Pria mana?”
“maafkan aku ya Hyo Jin sayang. Aku janji tak akan mengulanginya lagi” Hyo Jin kembali menghindar saat dengan tiba-tiba wanita itu mengulurkan tangan dan mengelus kepalanya dengan ekspresi iba yang dibuat-buat. Lalu ia terlihat seperti sedang mengirimkan isyarat dengan matanya kepada seseorang di belakang Hyo Jin. Hyo Jin baru saja memutar kepala saat dengan tiba-tiba mulutnya disekap dan kedua tangannya dicengkram oleh pria-pria bertubuh besar.


Hyo Jin mencoba berteriak, tapi suaranya teredam dalam sapu tangan. Sang wanita meriah pemilik klub malam melambaikan tangannya pada Hyo Jin yang tengah berontak, tubuh gadis itu diseret-seret hingga keluar lewat pintu belakang dan dihempas begitu saja ke dalam mobil.


L.Joe berulang kali berdiri dan berjalan memutar di tempatnya. Perasaan namja itu semakin tidak enak saat setelah 15 menit Hyo Jin tak kunjung keluar. Musik yang berdentum-dentum itu tak lagi menarik minatnya, ia terus menoleh ke pintu dimana Hyo Jin menghilang tadi, berharap pintu itu akan cepat terbuka dan mengeluarkan orang yang ia tunggu-tunggu. L.Joe mendesah saat merasa harapannya sia-sia, ia lalu melirik jendela kecil yang memperlihatkan suasana luar. Perasaannya semakin tidak baik.


L.Joe menoleh kembali ke pintu tadi dan melihat wanita pohon natal itu keluar, sendirian. Tanpa buang waktu ia menghampirinya. “dimana Hyo Jin?”


“aku tak punya urusan denganmu”  L.Joe tak ingin mengulur waktu dan langsung masuk ke pintu tadi untuk mencari Hyo Jin, namun ia tak menemukan siapapun. Matanya tertuju lurus pada pintu luar yang terbuka, semuanya sudah jelas. Ia langsung berlari keluar dan mengambil alih sebuah motor yang baru berhenti. “YA..  siapa kau?” seru sang pemilik motor saat L.Joe tiba-tiba saja datang dan menaiki motornya.


“aku TEEN TOP L.Joe, kau boleh menelfon manager-ku jika sesuatu terjadi pada motormu” ucap L.Joe kilat, lantas melajukan motor itu secepat yang ia bisa.


Hyo Jin yang tangannya sudah diikat di depan badan terus melakukan aksi pemberontakan selama mobil yang membawanya berjalan. “kau ingin membawaku kemana huh?” teriaknya.


“gadis berisik! Kau itu sudah dijual”
“dijual?” ulang Hyo Jin syok. “ne.. kau dijual pada boss kami, dan kita sekarang akan menuju kesana”
“DASAR! WANITA SIAL”  jerit Hyo Jin. “kumohon izinkan aku keluar. Aku tak mau. Aku tak punya hubungan apapun lagi dengan si nenek sihir pemilik klub malam itu” gadis itu memohon-mohon.


“hah…. Kami cuma suruhan. Harusnya kau tak memohon pada kami”
“begitu ya?”  Hyo Jin menyeringai. Dengan gerakan yang terbaca, ia memukul wajah pria tadi dengan sikutnya. Namja itu meringis dengan sangat keras sambil memegangi wajahnya. Sang sopir yang terkejut menginjak rem secara spontan. Hyo Jin tak melewatkan kesempatan sekecil apapun, ia membuka pintu dengan tangannya yang terikat dan keluar dari sana.


Hyo Jin berlari sekuat tenaga, gadis itu bisa merasakan keringat yang sangat banyak tengah mengucur deras di punggungnya. Ia berulang kali memutar kepala saat berlari, sekelompok pria bertubuh kekar dengan jas hitam tengah mengejarnya sambil berteriak-teriak. Hyo Jin memutar otak, ia sengaja mencari jalanan kecil yang berbelok-belok untuk mempersulit orang-orang itu. Dan pemikirannya berbuah baik. Hyo Jin mengerahkan seluruh tenaganya untuk memanjat sebuah pagar kawat. Ia berhasil melompat, namun saat ia mau kembali berlari kakinya tersangkut dan gadis itu terjatuh ke aspal dengan sangat keras.


Hyo Jin menoleh ke belakang dengan panik. Tapi didetik berikutnya ia tersenyum, ternyata para pria bertubuh besar itu tak mampu memanjat sepertinya. Hyo Jin seakan mendapat kekuatan kembali, ia bangun dan segera memotong tali yang mengikat tangannya dengan kawat yang tajam. “anyyeong” Hyo Jin melambaikan tangannya dan mulai kembali berlari. Ia merasa sangat hebat karena bisa memanjat dengan tangan terikat, sementara para pria yang memiliki otot sebesar batu-bata itu justru berulang kali terjatuh.


Hyo Jin meraba saku celana-nya sambil berjalan terseok-seok tak tentu arah. Sial! Ponselnya pasti terjatuh saat tadi berlari. Lalu sekarang dia harus bagaimana? Apa L.Joe masih di klub? Hyo Jin merasa sedang melayang. Sekujur tubuhnya lemas, penampilannya sudah tak karuan, ia berjalan dengan sebelah tangan menempel pada tembok. 


“hei cantik” gadis itu tengah membungkuk sambil memegangi lututnya yang nyaris lepas saat ia mendengar suara dari arah depan. Hyo Jin menengadah, dan kontan saja tersentak saat mendapati banyak sekali namja dengan penampilan yang sangat menyeramkan tengah beramai-ramai menghampirinya. Hyo Jin mundur hingga menempel di tembok. Orang-orang itu terus menggodanya sambil menyeringai senang.


Hyo Jin tak dapat melakukan apapun saat seorang namja menariknya ke tengah dan memegang dagunya. “Aigoo…. kita dapat jackpot malam ini! neomu neomu yeppeo” seorang yang lain langsung membalik tubuh Hyo Jin seolah gadis itu adalah benda mati. “aigoo”


“oke! langsung saja!”
“anio! Kita bermain dulu” pria itu lantas mendorong tubuh Hyo Jin kearah teman-temannya, mereka mengoper Hyo Jin kesana kemari sampai gadis itu terhuyung-huyung dan nyaris terjatuh. Hyo Jin benar-benar lemas, jika saja ia masih punya kekuatan sedikit lagi, ia pasti akan melakukan perlawanan. Tapi detik ini ia sama sekali tak berdaya.


Seseorang mengeluarkan pisau lipat dari sakunya, lalu mengarahkan benda itu pada lengan kiri kemeja Hyo jin dan merobeknya begitu saja. Semua orang seperti merasa sangat terhibur. Secara refleks Hyo Jin memegangi kulit lengannya yang ikut tergores. Lantas menatap pria pemegang pisau itu dengan tatapan tajam. “ei.. keobwa! Dia marah! Aigooo…. Kyeopta…. Hahaha” semua orang tertawa. Hyo Jin menggelengkan kepalanya, ia merasa sangat bodoh karena tak mampu melawan saat sedang dipermainkan.


Pisau itu dioper ke pria lain di belakang Hyo Jin dan tiba-tiba saja gadis itu meringis. Kemudian pandangan Hyo Jin menjadi kabur dan ia tak bisa melihat semuanya dengan jelas. Yang ia tahu hanyalah sekelompok pria tanpa hati itu dengan gembira memainkannya kesana kemari. Hingga tiba-tiba saja seorang pria berdiri di hadapannya, dengan linglung Hyo Jin mendongak. “sudah cukup bermainnya, sekarang aku mau lihat yang lain” namja itu menyudutkan Hyo Jin ke dinding dan memiringkan kepala, Hyo Jin menghindarkan kepalanya sejauh mungkin. Hingga……………


“JANGAN MENYENTUHNYA!”



***********



L.Joe yang hanya meraba-raba arah jalan dengan feeling akhirnya bisa menemukan Hyo Jin. Namja itu segera turun dari motor yang ia naiki dan melepasnya begitu saja, membuat benda beroda dua itu jatuh berbenturan keras dengan aspal. L.Joe tak perduli. Ia langsung berlari sekuat mungkin dan “JANGAN MENYENTUHNYA!”


Semua orang memutar badannya menghadap L.Joe. Pria itu nyaris melangkah mundur saat melihat betapa banyak dan menyeramkannya orang-orang itu. Tapi ia tetap bersikeras berdiri tegak untuk menantang mereka. Sebenarnya ia sendiri tahu, ia tak mungkin menang. Tapi dengan kekuatan matahari, bulan, bintang dan segala planet yang mengorbitnya, L.Joe tetap berusaha terlihat kuat. Satu lawan banyak? Ayolah…. Satu lawan satu saja dia belum tentu menang dan sekarang dia berniat melawan orang-orang ini? Hyo Jin menepuk dahinya. Ia senang L.Joe datang dan menolongnya, tapi setidaknya namja itu harus membawa orang untuk membantu.


“kau bicara pada kami?” sahut seorang pria dengan nada meledek.
“geurae! Menjauh darinya!”
“gadis ini?”
“ne.. dia milikku!”
“kalau begitu, dorawa! Ayo ambil gadismu” semudah itu? L.Joe masih belum beranjak dari tempatnya. Ia menatap namja tadi dengan tatapan ‘kau bercanda?’


“ayo ambil” perlahan, L.Joe mendekat dengan waspada. Matanya terus mengedar ke sekumpulan pria berpenampilan aneh itu sementara tangannya menarik Hyo Jin. Gadis itu ikut merasa bingung, ia bersembunyi di balik tubuh L.Joe. Keduanya nyaris saja menjangkau jalan raya saat dengan tiba-tiba seseorang dari para pria jalanan itu menghajar L.Joe dengan sangat keras. Membuatnya jatuh tersungkur. “kau pikir semudah itu huh? Pria bodoh!” Hyo Jin untuk kesekian kalinya tak mampu berbuat apa-apa karena tubuhnya sangat lemas, ia cuma bisa menjerit histeris saat semua orang mengerubungi L.Joe dan menendangnya seperti mainan.


“HAJIMA! HAJIMA! JEBALYO! HAJIMA” Hyo Jin menangis sejadi-jadinya. Jika saja ia menemukan kayu atau benda apapun untuk memukul, ia pasti akan menggunakannya. Tapi tempat ini bersih. Tak ada satupun barang yang bisa ia gunakan. Gadis itu bisa mendengar suara erangan sakit L.Joe di antara suara tendangan dan makian orang-orang kriminal itu. Hyo Jin tak tahan lagi, ia akhirnya mendekat dengan lututnya yang bergetar lemas dan sekuat tenaga mencoba menarik pria-pria itu untuk menjauh dari L.Joe. “cukup! Kalian mau membunuhnya huh?” Hyo Jin berteriak dengan suaranya yang serak karena menangis.


“hei… gadis ini benar! Bagaimana kalau dia mati?” semuanya berhenti.
“tch benar.. lihat dia! Aku tak mau masuk penjara lagi” sahut yang lain, kini semua orang itu saling bertatap-tatapan, kemudian tanpa aba-aba segera kabur meninggalkan keduanya. Gadis itu langsung berlutut dan memeriksa keadaan L.Joe dengan panik. “ya Tuhan! Makanya jangan sok bisa melakukan segalanya sendiri deh”


L.Joe dibantu Hyo Jin menyeret tubuhnya ke pinggir dan bersandar di tembok. Hyo Jin yang sejak tadi menangis mulai menyadari sesuatu. Namja itu berdarah. Tidak. Ini bukan luka biasa. Darahnya terus keluar dari lengan, kaki, punggung dan dada pria itu. “kita harus ke rumah sakit. Darahmu tak mau berhenti” Hyo Jin bergerak panik di depan L.Joe.


“ani. Aku tidak apa-apa”
“NEO MICHEOSSO? Bagaimana kalau kau pingsan? Atau mati kehabisan darah? Bagaimana?” Hyo Jin menangis lagi. Ia berlari ke trotoar dan memutar kepalanya ke segala sisi. “kenapa disini sepi sekali sih? Setidaknya jika kau tak mau ke rumah sakit, aku akan membawamu ke flatku atau dorm Teen Top, kau benar-benar butuh pertolongan” ia mengeluh frustasi sambil kembali mendekati L.Joe yang terlihat seperti orang yang bisa mati kehabisan darah kapan saja.


“duduk disampingku” ucap L.Joe parau.
“huh? Kita tak bisa diam saja, kita harus……. Ah~ L.JOE!” L.Joe menarik tangan Hyo Jin yang tak henti bicara histeris dan membuat gadis itu jatuh terduduk disebelahnya. “bisakah kau diam?”


“kau pasti bawa ponselkan?” air mata masih mengalir deras dari mata Hyo Jin, gadis itu bicara dengan napas tersengal saking paniknya. Tanpa minta izin, ia menelusupkan tangannya ke saku L.Joe lalu mengambil ponsel miliknya. “siapa yang harus kutelfon? Chunji? Manager Ahn? Ambulan? Atau polisi?” Hyo Jin membuka kunci layar dengan tangannya yang gemetaran.


“Park Hyo Jin”
“pasti disekitar sini ada kantor polisi kan?”
“Park Hyo Jin”
“jadi lebih baik aku menelfon polisi saja. Mereka pasti bisa cepat sampai dan menolongmu”
“PARK HYO JIN!!!”  L.Joe membentak, tanpa perduli ia menghempaskan ponsel di tangan Hyo Jin dengan sangat kencang, membuat benda elektronik itu terpental dan seketika terbanting jatuh di atas aspal. Semua elemen kecilnya berhamburan. Hyo Jin terperangah dan langsung menatap L.Joe dengan matanya yang sembap.


“berapa kali aku menyuruhmu berhenti?” Namja itu menatap Hyo Jin dengan tajam. Gadis itu masih belum bisa mengontrol tangisnya, “tapi darahnya terus keluar, kalau dibiarkan……………..”


“GWAENCHANA, ULJIMARA! (aku tidak apa-apa, jangan menangis!)” bentakan kedua, kali ini Hyo Jin benar-benar diam dan menundukkan kepalanya.


“sekarang pakai ini!” L.Joe melepas jaketnya sambil meringis menahan sakit. “apa yang kau lakukan? Disini dingin” Hyo Jin mencegah.


“kau tak lihat bagaimana kemeja-mu sekarang? kau mau orang-orang melihat tubuhmu? Na shireoyo! (aku tak mau!) sudah berapa kali kubilang kau milikku?” Hyo Jin merasa dadanya disentak oleh sesuatu yang sangat besar saat mendengar pernyataan L.Joe. Jika bisa, ia ingin melompat dan memeluk pria itu saking terharunya. Tapi tubuhnya saat ini terasa kaku seperti papan.


Ia menerima jaket yang diberikan L.Joe dan langsung memakainya tanpa bersuara. Lantas menaikkan ritsletingnya sampai dagu. “L.Joe~aa…. Bisa kita pergi sekarang? lukamu benar-benar harus diobati” L.Joe menarik tangan Hyo Jin, menyuruh gadis itu bersandar di sampingnya. Walaupun merasa sedikit terpaksa, Hyo Jin tetap menurut. L.Joe menghirup napas dalam-dalam dan tersenyum tipis menatap Hyo Jin.


“aku baik-baik saja. Berhenti bersikap seolah aku sedang sekarat” Entah kenapa, air mata Hyo Jin keluar lagi, ia merasa sangat ketakutan. Gadis itu jadi teringat betapa bencinya ia pada orang yang sering sekali menangis di dalam drama, tapi sekarang ia bahkan lebih cengeng dari itu.


“kau tak mengerti, aku takut…… bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk? Aku…….” Hyo Jin menghentikan ucapannya saat tiba-tiba saja L.Joe memeluknya dari samping. “jika kau diam disampingku, aku janji akan baik-baik saja. Jebalyo”


“tapi……….”
“ara… kita pulang! Aku hanya minta 5 menit. Don't..... move” L.Joe bicara dengan suara yang membuat Hyo Jin tenang, perlahan syaraf-syaraf gadis itu terasa mengendur, membuatnya bisa menarik napas dan mengontrol isakannya.


“Kau tahu? kita cuma berada 10 menit dari flatmu”
“jinjjayo?”
“hmm” L.Joe memejamkan mata dan mengencangkan pelukannya. Tubuh pria itu terasa remuk, dia ditendang-tendang seperti bola dari berbagai sisi. Tapi entah kenapa, saat ini rasa sakitnya seolah menguap bersama udara yang dingin. “mianhae. jeongmal mianhaeyo” Hyo Jin menggigit bibirnya. “maaf aku tak bisa jadi pria keren yang bisa melawan orang-orang tadi” L.Joe tersenyum, ia merasa sangat tidak berguna.


“harusnya kau minta maaf karena sudah bertindak bodoh, bukan karena tak bisa jadi pria keren”
“oke.. maaf karena sudah bertindak bodoh. Dan yang paling penting, maaf tak bisa menjagamu” dada Hyo Jin terasa sangat sesak, ia sama sekali tak suka mendengar ucapan pria itu. Membuatnya merasa sangat bersalah. Hyo Jin memutar badannya menghadap L.Joe. Pelukan menyamping L.Joe terlepas. Pria itu mendekatkan wajahnya pada Hyo Jin yang sudah menutup mata. Namun, tiba-tiba saja namja itu berhenti dan langsung memundurkan wajahnya kembali. “sudah lima menit. Ayo pulang” Hyo Jin kembali membuka mata dengan bingung, wajah L.Joe sudah menjauh darinya. Hyo Jin mencoba menenangkan dadanya yang kaku sambil menggigit bibir, lalu setelah itu dengan cepat mengganti mimik wajahnya menjadi normal kembali dan membantu L.Joe berdiri.



***********



Hyo Jin’s flat
22:00 KST



Perban, obat merah dan perekat berserakan di lantai flat Hyo Jin. Gadis itu baru saja selesai mengobati L.Joe yang penuh luka. Mulai dari lengan, kaki, dada, punggung, semuanya mengeluarkan banyak darah. Untung saja selama dipukuli tadi L.Joe terus mempertahankan tangannya di depan muka. Entah ini terlalu bodoh atau terlalu pintar, tapi yang pertama kali terlintas di kepala L.Joe saat orang-orang tadi menendangnya adalah ‘jangan sampai mukaku lebam’. Di saat seperti itu, ia masih punya kesadaran kalau TEEN TOP sedang berada di tengah-tengah masa promosi dan ia tak mau menghancurkan image-nya yang sudah sangat keren.


“manager Ahn dan Andy hyung pasti sudah menghubungiku jutaan kali” ucap L.Joe sembari menggerak-gerakkan lengannya yang baru selesai diperban. “kau sendiri yang membuat handphone-mu rusak” ucap Hyo Jin, L.Joe mengangguk dengan ekspresi ‘aku tahu’. Hyo Jin mengangkat bahunya tak perduli, lalu merapikan perban-perban yang berserakan di sekitarnnya.


“Hyo Jin~a”
“wae?”
“maaf soal yang kemarin” Hyo Jin terdiam. Ia menarik napas ringan lalu, “kenapa minta maaf?”
“ya… aku lancang. Menciummu begitu saja” gadis itu tersenyum pahit sambil mengangguk-anggukan kepalanya dengan ekspresi acuh. “kau marah?”


“ne.. aku marah. Sangat”
“aku harus minta maaf dengan cara apa lagi?”
“aku marah bukan karena itu. Aku marah karena kau terlalu lama. Cepat katakan padaku!”
“apa?”
“katakan lagi apa yang kau bilang saat kembang api pertama muncul”
“kembang a………… Kau mendengarnya?” seru L.Joe tak percaya.
“geuraeyo! Aku berada disampingmu, mana mungkin aku tidak dengar?” terdengar desahan puas dari mulut L.Joe. Ia menatap Hyo Jin sambil tersenyum lega. “kenapa tak bilang dari kemarin kalau kau mendengarnya huh?”


“aku tak tahu seorang TEEN TOP L.Joe sepemalu ini di depan perempuan” Hyo Jin meledek. “tadi kau bersikap seperti monster dan membentak-bentakku dengan sangat menyeramkan, lalu sekarang kau tersenyum seperti ini. Namja yang aneh” L.Joe masih tak tahu harus mengucapkan apa. Ia menunduk memperhatikan pergelangan kakinya yang diperban lalu menatap Hyo Jin hati-hati.


“Park Hyo Jin”
“ye?”
“ng……”
“wae?”
“JADI PACARKU!!!” Hyo Jin terkejut mendengar namja itu tiba-tiba saja berteriak. “heh! Kau pikir apa yang kau lakukan? Kenapa malah membentakku?”


“ayolah….. jangan buat ini menjadi susah. Kau hanya perlu menjawab, ya atau tidak” keluh L.Joe.
“kalau caramu begitu ya tentu saja tidak”
“ah~~ Hyo Jin~aa”
“AH molla.  Aku akan menelfon manager Ahn untuk menjemputmu” gadis itu berdiri dan langsung meraih telfon rumah.


“ara… ara… aku akan mencobanya lagi. Letakkan telfonmu” seru L.Joe. Hyo Jin meletakkan telfonnya kembali dan bersedekap menunggu pria itu. L.Joe menghembuskan napas pelan, lalu menengadah menatap Hyo Jin. “ini sama sekali bukan gayaku. Seumur hidup aku belum pernah menembak yeoja dengan cara apapun. Aku tipe namja yang sangat pasif, namja yang cuma bisa mengagumi seseorang dari jauh tanpa bisa bertindak. Tapi demi seorang Park Hyo Jin, aku akan mencobanya” Hyo Jin tersenyum. L.Joe menarik napas dalam-dalam. “aku sebenarnya ingin menembakmu dengan cara yang romantis. Tahun lalu Chunji menembak Yoo Hyun di atas panggung konser, di depan ribuan Angels, tapi aku…… di dalam flatmu, dengan keadaan seperti ini” L.Joe menunjukkan perban yang membalut tubuhnya dengan tampang menyesal.


“tapi dengan segala kesederhanaan dan ketidak kerenan caraku sekarang, tolong berikan aku kesempatan untuk membuktikan kalau aku bisa menjadi namjachingu terkeren sepanjang masa” gadis didepannya tertawa kecil. Saat ini L.Joe terlihat sangat lucu di matanya. “Park Hyo Jin, maukah kau menjadi pacarku?” Hyo jin tak menjawab, hanya diam dan menatap L.Joe tanpa ekspresi. Membuat pria didepannya sedikit merasa panik.


“ya.. ini memang sangat tidak keren. Tapi aku janji, jika kau menerimaku, aku akan memainkan biola dan piano khusus untukmu setiap hari” di tengah-tengah kekhawatiran Hyo Jin akan menolaknya, L.Joe tetap berusaha untuk tersenyum dan menatap Hyo Jin penuh harapan. Namun Hyo Jin masih mempertahankan ekspresinya. “YAAA! PARK HYO JIN! Walaupun kau tak mau menerimaku,………………….AH kau harus tetap mau! Kau tak punya pilihan lain! Anggap saja ini balasan karena aku membayarkan listrikmu” pria itu menunggu reaksi Hyo Jin selama beberapa detik sebelum akhirnya menyerah dan berhenti bicara. Ia sudah bicara mulai dari nada yang sangat lembut sampai akhirnya marah-marah lagi, tapi gadis itu masih saja terlihat tidak tertarik.


“Park Hyo Jin” kali ini pria itu memanggil Hyo Jin dengan nada yang membuat kasihan. Membuat gadis itu tak tega meneruskan aksi diamnya. Tadinya ia ingin terus diam sampai L.Joe lebih meledak lagi dari yang sekarang.


“L.Joe~aa” panggil Hyo Jin, L.Joe mengangkat kepalanya tanpa semangat. “wae? terserah kau mau menjawab apa aku tak perduli lagi” ucap namja itu sambil menendang sisa-sisa perban yang sudah dirapikan Hyo Jin. Mungkin jika momennya tidak sedang begini, L.Joe pasti akan habis diomeli Hyo Jin. Tapi untuk sekarang, gadis itu sama sekali tidak marah, ia justru malah tersenyum memperhatikan tingkah L.Joe yang sangat kekanakan. “why’d you have to be so cute? It’s impossible to ignore you” Hyo Jin tersenyum lembut. L.Joe yang sudah putus asa perlahan-lahan menjadi cerah. “jinjjayo?”


“ne”
“itu artinya kau mau jadi pacarku?” Hyo Jin tersenyum manis lalu mengangguk malu. Membuat namja didepannya merasa tidak bisa bernapas untuk sesaat. Ekspresi L.Joe sangat berbeda dengan yang tadi. Wajahnya terlihat sangat lelah, tetapi ia tetap terlihat bercahaya karena tak bisa berhenti tersenyum. Namja itu merasa sangat puas. Walaupun sempat dipermainkan, ia rasa ia bisa dengan mudah memaafkan gadis itu.


“kemarilah”
“ani. Kau yang kemari” padahal mereka cuma berjarak setengah meter, tapi tetap saja tak ada yang mau mengalah dan melangkahkan kaki.


“aku sedang sakit. Aku tak boleh banyak bergerak. Cepat kemari”
“aigoo…… dasar manja!” cibir Hyo Jin. Gadis itu mengalah dan mendekati L.Joe yang langsung menarik lengannya. Membuatnya terduduk. Dalam sekejap pria itu sudah bisa mendaratkan bibirnya di kening Hyo Jin. Mereka bertahan dalam posisi itu selama beberapa detik sebelum akhirnya Hyo Jin menarik diri secara tiba-tiba dan berdiri. L.Joe terkejut, ia memberikan tatapan ‘apa ada yang salah?’ pada gadis yang entah kenapa mengeluarkan senyum aneh itu.


“kau mau cookies?” Hyo Jin mengambil satu biscuit cokelat bertabur chocochips dan meletakkan sebelah sisinya di mulut. L.Joe yang awalnya tak mengerti langsung tersenyum miring saat melihat senyuman Hyo Jin yang penuh arti. “kau menantangku?” Hyo Jin memutar matanya. L.Joe yang sejak tadi terus mengeluh sedang sakit langsung berdiri dengan mudah dan mendekati Hyo Jin. Ia meraih pinggang gadis itu, memiringkan kepala dan menyambut biscuit di mulut Hyo Jin.


Hanya dalam hitungan detik, bibir mereka bertemu. L.Joe mempererat pelukannya di pinggang Hyo Jin dan mulai mencium gadis itu. Ia memperdalam ciumannya seiring dengan bunyi samar jarum jam yang berdetak. Hyo Jin yang sadar tubuh pria itu sedang dalam kondisi yang tidak baik sengaja hanya meletakkan tangannya di bahu L.Joe tanpa berniat memeluk. Ia takut pelukannya terlalu erat dan malah menyakiti namja itu.


Setelah beberapa saat, Hyo Jin mengelus pipi L.Joe dengan lembut, menyuruhnya untuk berhenti. Namja itu paham, perlahan-lahan ia memperlembut ciumannya dan mengembalikan suasana menjadi lebih tenang sebelum akhirnya benar-benar mengakhiri ciuman mereka. L.Joe tersenyum, dan Hyo Jin secara refleks langsung menundukkan kepalanya. “ini sudah hampir larut. Aku harus menelfon manager Ahn untuk menjemputmu” dengan gerakan yang sangat canggung, ia melepaskan diri dari pelukan L.Joe dan segera mendekati telfon rumahnya.


L.Joe tersenyum geli melihat Hyo Jin yang bergerak dengan sangat tegang ketika mengambil telfon. Masih dengan mata yang tertuju lurus pada gadis itu, tangannya bergerak mengambil toples biscuit yang tadi dibawa Hyo Jin dan memakannya sendirian.


“kau yakin ini rumahnya?”
“ne.. waktu itu manager Park turun disini kok”


L.Joe dan Hyo Jin kontan bertatapan dengan mata yang terbelalak. Sayup-sayup terdengar suara percakapan dua orang namja di depan flat Hyo Jin. Manager Ahn dan sopir Van.


“Hyo Jin! kaos kaki, jaket, mantel, aish… aku harus menutupi lukaku” bisik L.Joe dengan panik. Hyo Jin yang ikut merasa panik langsung meletakkan telfonnya kembali dan menyapu perban-perban dilantai dengan kakinya. Pintu flatnya diketuk. L.Joe yang sudah berhasil menutupi semua perbannya dengan mantel langsung membantu Hyo Jin menyapu dengan kaki.


“Hyo Jin~aa….. byunghun!! kalian di dalam? Ini aku. Buka pintunya”



***********


TEEN TOP Vehicle
23:13 KST
L.Joe POV



Setelah sebelumnya pria ini membuatku malu dengan mengomel-ngomel di depan Hyo Jin, kini setelah berada di dalam van, Manager Ahn justru makin anarkis dan mulai menjitak kepalaku seenaknya. “ah~ hyung! Demi Tuhan kami tidak berbuat apa-apa”


“aku tak perduli kau mau berbuat apa-apa atau tidak, tapi gara-gara kau aku jadi dimarahi Andy. Dan…. Aish! Kau benar-benar ya.. walaupun kau memang tidak berbuat apa-apa sekalipun, tetap saja apa yang kau lakukan itu tidak benar! Kau berada di flat seorang gadis yang tinggal sendirian sampai jam 11 malam. huft… Lee Byunghun” aku mengangguk-angguk mendengar nasehat Manager-ku yang sangat perhatian. Ya.. kuakui dia benar. Tapi…. bisakah berhenti mengomel dulu? Telingaku panas.


Manager Ahn kembali mengomel, diam-diam aku memasang earphone ke telingaku dan menyalakan musik dengan volume yang sangat keras. Aku baru saja membuang pandangan ke luar saat sebuah motor melaju berlawanan arah disamping vehicle. Seketika aku teringat sesuatu. Aku melepas earphone yang baru saja kupakai dan menoleh pada manager Ahn yang masih bicara.


“hyung”
“wae? apa lagi sekarang? wae? wae?” sahut namja itu dengan sangat kesal
“jika besok ada seorang pria datang ke perusahaan dan minta dibelikan motor, kau belikan saja ya..”
“APA?”


END


Hyo Jin~aa replace you ah~~ 


Karena ff ini udah end, aku mau bilang makasih buat siapapun yg udah baca. Jeongmal gomawoyo semuanya^^ *sleepy leader C.A.P bow* mian kl bagian ending ff ini diluar harapan. Semuanya serba buru-buru, ngejar waktu banget supaya bisa publish Get Crazy sebelum bulan puasa. Oke… g rela sih, tapi…..I’ve to say…… Hyo Jin – L.Joe selesai. Tamat. End. Finish. Dan mungkin untuk beberapa minggu ini aku bakal menghilang dari GIGSent, selain karena GET CRAZY end, aku juga udah ngerasa kehabisan ide buat bikin ff baru. So… anyyeong^^ Mungkin abis lebaran aku baru bisa publish sesuatu lagi… *aku bilang mungkin ya, bs jadi lebih cepet ato malah lebih lama*



THX ALL! ANYYEONG^


Comments

  1. hahahaha :D dasar Ljoe,.
    cukup keren ooo,. kau benar" pria yang gentle,. :D
    yaaahh walau tidak romantis ckckckck >.<

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts