Get Crazy #7 (kiss under fireworks)
Setelah nyaris setengah jam hanya duduk, melihat kertas dan
menulis, Hyo Jin akhirnya dapat berdiri dan meregangkan ototnya. Pekerjaan
gadis itu untuk malam ini selesai. Ia baru saja mengecek dan menulis jadwal
TEEN TOP sendirian, maksudnya tanpa Manager Ahn. Akhir-akhir ini pria itu memang
senang sekali menghilang dan membiarkan Hyo Jin merasa seperti manager
sungguhan. Awalnya semua ini terasa seperti sebuah kehormatan besar bagi Hyo
Jin, tapi sekarang semuanya lebih seperti siksaan. Perlu diingat mereka baru
comeback, dan dalam sehari ia bisa mendapat banyak sekali tawaran manggung di
acara-acara besar. Memilih satu yang terbaik bukanlah hal yang mudah. Terlebih
mengurus enam anak dengan karakter yang berbeda-beda juga bukan merupakan tugas
yang biasa. Ia merasa seperti ibu dadakan tiap kali sedang berhadapan dengan
keenamnya. Walaupun setengah dari mereka lebih tua dari Hyo Jin, tetap saja
gadis itu merasa ia-lah yang paling dewasa dan paling bisa diandalkan.
Hyo Jin memasukkan kertas-kertas yang berserakan di meja ke
dalam tasnya. Suasana dorm malam itu sangat sepi, dan hal itu membuat Hyo Jin
merasa seperti berada di tempat asing. Apa
mereka kelelahan? Sepertinya hari ini mereka tak menghadiri acara apa-apa. sebenarnya
kemana mereka? Walaupun merasa ada
yang aneh, Hyo Jin tetap bergegas merapikan tasnya dan bersiap pulang. Namun
saat ia melewati ruang tengah, “Hyo Jin~a”
Gadis itu menoleh, terkejut saat melihat penampilan namja
yang memanggilnya. “kau mau kemana?” tanya Hyo Jin langsung. Namja itu menunduk
melihat penampilannya sendiri, padahal ia cuma memakai kaos putih berbalut
kemeja jeans dan celana putih polos dengan bahan yang sama. Oke…. anggap saja ini memang sangat rapi.
Lalu? Haruskah ia menatapku seperti itu?
“firework” gumam L.Joe sepelan-pelannya.
“apa?”
“I mean, do you like fireworks?” ujarnya setingkat lebih
keras.
“if I say yes, then what?” balas Hyo Jin sambil
menyedekapkan tangan.
“eum………”
“Eomoonaaa….. kita di Korea! Mana rasa nasionalisme kalian?”
pekik Ricky dari arah dapur, ia membawa segelas air dan berhenti di samping
L.Joe dan Hyo Jin sambil menggeleng-geleng. Semua member yang sedang menguping
di balik pintu kamar Changjo langsung berteriak ‘AH’ dengan kompak. Aish…
Yoo Changhyun! Bisakah anak ini berhenti mengacau tiap saat?
“geunde, kata orang-orang kemampuan bahasa inggrisku
mengalami peningkatan pesat. Kalian mau dengar?” baik L.Joe maupun Hyo Jin tak
ada yang menjawab, mereka saling melempar pandang seolah memberi kekuatan satu
sama lain.
“dengar ini, My name is Ricky, I one eight…………………..” Ricky
menoleh pada L.Joe yang langsung menggeleng-geleng. Namja itu terdiam, matanya
berputar seolah sedang mengingat-ingat, lalu….“ah~ I am eighteen years old and…………..”
“DAEBAK” Seru Hyo Jin mengejutkan. Ia bertepuk tangan
singkat lalu dengan cepat meraih tangan L.Joe dan membawanya menjauh. Meninggalkan
Ricky yang langsung merajuk.
Dia membawa L.Joe ke ruangan lain, lalu “jadi kau mau bilang
apa?” ucap gadis itu tak sabar. L.Joe menatap Hyo Jin hati-hati, “ng… kau? mau
lihat festifal kembang api?” L.Joe menarik napas dalam-dalam dengan mata yang
memejam kuat. Entah kenapa tiba-tiba saja ia merasa kehilangan pita suara.
“bersamaku?” sambungnya.
Hyo Jin tersenyum, kemudian mengangguk kaku. Setelah itu
keduanya saling tersenyum dan melempar pandang dengan sangat tegang. “ng? pergi
sekarang?”
“ne” jawab Hyo Jin sambil mengangguk pelan.
“kau jalan duluan”
“aku? kenapa tidak kau saja?”
“apa? Ah~ kita jalan bersama”
“benar”
***********
Suasana jalanan Seoul saat ini lebih ramai dari malam-malam
biasanya. Jelas saja, malam ini adalah waktu dimana acara tahunan paling
ditunggu-tunggu akan diadakan, festifal kembang api. Tidak ada kendaraan yang
diperbolehkan lewat, jalanan luas itu penuh dengan manusia. Mulai dari
anak-anak sampai orang dewasa tumpah ruah menyesaki jalan. Pedagang-pedagang
jajanan pasar berjejer dikanan kiri. Di antara ribuan orang itu, terselip
sepasang muda mudi yang tengah berjalan santai di tengah keramaian. “acaranya
akan dimulai setengah jam lagi, kita bisa mencicipi makanan-makanan disini dulu
jika kau mau” usul L.Joe sembari menoleh pada gadis di sampingnya. Gadis itu
mengangguk, lalu memutar kepala menghadap jejeran pedagang yang nyaris semuanya
dipenuhi pembeli.
“kau mau makan apa? disini lengkap” ujar Hyo Jin.
“aku sudah lama tidak makan odeng”
“Ah benar! Aku juga sudah lama tidak makan itu” keduanya
langsung melempar pandang dengan antusias. “Di sebelah sana! kajja”
“ini sangat murah! Hanya 400 won pertusuk! Silahkan,
silahkan langsung diambil” Sang pedagang langsung memberikan sambutan yang
sangat ceria begitu L.Joe dan Hyo Jin mendekat. Tanpa ragu kedua anak itu
mengulurkan tangannya mengambil setusuk odeng yang masih mengepulkan asap.
“aw! Ini benar-benar panas” L.Joe langsung memegangi
mulutnya. Hyo Jin tertawa. “tentu saja! kau harus meniupnya dulu” Hyo Jin
meniup odeng (fish cake) miliknya sebentar lalu memasukkannya ke dalam mulut.
L.Joe mengikuti, ia meniup fish cake miliknya sembari melirik Hyo Jin yang
sedang makan. Gadis itu juga sedang memperhatikannya, ia tertawa geli melihat
bagaimana repotnya seorang TEEN TOP L.Joe makan di pinggir jalan.
Hyo Jin mengambil satu tusuk lagi, meniupnya sebentar lalu
menyodorkannya pada L.Joe. “jika kau yang melakukannya, kenapa ya meniup
makanan menjadi terlihat sangat rumit?” gadis itu memiringkan kepala dan
menatap L.Joe dengan tampang kasihan yang dibuat-buat. L.Joe menghentikan
kegiatan meniupnya, menyerah dengan odengnya yang terus menerus mengeluarkan
kepulan asap. Lantas tersenyum sembari memajukan kepala dan memakan odeng yang
Hyo Jin tiup.
L.Joe mengangkat kepalanya kembali, dan tiba-tiba saja suara
tawa Hyo Jin meledak. Ia menunjuk-nunjuk sudut bibir pria itu sebagai isyarat.
Namun yang ditunjuk sama sekali tak mengerti. Dengan mulut yang menggembung
penuh, L.Joe balik menatap Hyo Jin dengan bingung. Gadis itu menyerah, ia
memasukkan tangannya ke dalam saku mantel dan mengeluarkan sapu tangan. “aku
benar-benar merasa sedang pergi bersama anak kecil” ucap Hyo Jin sambil dengan
hati-hati menyapukan sapu tangannya di sudut bibir L.Joe. Membuat namja itu
membatu.
“mau cari makanan lain?” L.Joe tersadar.
“g..ge..geurae”
“aku mau tteokbokki, Dakkochi, Mandu………… ah aku mau semuanya”
“kalau begitu ayo kita makan semuanya satu-satu” L.Joe
tersenyum semangat. Pria itu buru-buru mengambil uang kecil di saku belakang
jins-nya dan mengangguk ramah pada sang penjual.
“makan semuanya?”
“kajja!”
***********
Setengah jam berlalu, L.Joe dan Hyo Jin kini tengah berjalan
beriringan di tengah keramaian. Mereka sudah tak sanggup lagi untuk makan.
Acara ‘makan semua jajanan disini
satu-satu’ sudah berlalu. Mulai dari makanan-makanan pedas sampai yang
sangat manis sudah keduanya cicipi. Malam itu benar-benar ajang yang tepat
untuk menghilangkan stress. Saling menyuapi, meledek, bercanda, tertawa lepas. Tak
jarang pedagang-pedagang makanan yang mereka datangi melontarkan
kalimat-kalimat berisi harapan agar hubungan kedua orang yang mereka kira
sepasang kekasih itu berjalan baik. L.Joe dan Hyo Jin hanya mampu saling
melempar pandang tiap kali mendengar perkataan seperti itu. Tak ada yang
mengiyakan tapi tak ada pula yang membantah.
Malam yang cerah, langit yang bersih, suasana yang hangat. Walaupun
tak ada bintang yang terlihat, ada bulan sabit yang menemani malam kembang api
mereka. Untuk pertama kalinya L.Joe merasa sangat beruntung karena tidak
dikenali. Ia keluar dari dorm bersama seorang gadis tanpa penyamaran apapun,
tak ada kacamata ataupun topi. Ia hanya menjadi dia. Menjadi pria biasa bernama
Lee Byunghun, dan namja itu benar-benar menikmatinya. Ini memang bukan kali pertama
ia berjalan berdampingan dengan seorang wanita, hanya saja ini berbeda. Ini
bukan acara mnet scandal yang ia ikuti tiga tahun lalu. Ini kehidupan nyata.
Tak ada script, crew, lighting, ataupun kamera yang mengikuti setiap
pergerakannya. Ia benar-benar sedang berjalan dengan perempuan di kehidupan sungguhan.
L.Joe mengepalkan tangannya yang bergetar. Selama berjalan, sesekali
secara alami punggung tangannya bersentuhan dengan tangan Hyo Jin. Mungkin ini
terdengar sangat idiot, tapi setiap kali mereka tak sengaja bersentuhan, namja
itu benar-benar merasa seperti sedang dipermainkan oleh perasaannya sendiri. Ia
selalu ingin menghentikan waktu dan membiarkannya terus begitu untuk waktu yang
lebih lama. Ia sama sekali tak suka jika tangannya terus bersentuhan dan berpisah
dalam durasi dua detik sekali begini.
Akhirnya, pria itu memberanikan diri untuk menggenggam
tangan Hyo Jin. Perlahan, tangannya bergerak dan berkaitan dengan pasti. Hyo
Jin terkejut, spontan menoleh dan mendapati L.Joe tengah melihat keatas dan
kebawah dengan sangat canggung. ‘ehem’ namja itu berdehem keras, lalu menoleh
pada Hyo Jin “wae?” sahutnya dingin. Sebisa mungkin menekan perasaan gugupnya
dan menggunakan nada bicara yang selama ini menjadi kebanggaannya.
“ani” Hyo Jin tersenyum. Bahkan
disaat seperti ini kau masih mau mempertahankan gengsimu huh?
Saat itu, tiba-tiba saja orang-orang di sekitar mereka
berjalan lebih cepat dan merapat ke satu sisi. “sebentar lagi dimulai” L.Joe
menoleh ke langit yang masih bersih. “ayo cari tempat yang nyaman”
Keduanya berhenti di tengah-tengah orang banyak yang sedang
mendongak menunggu kembang api pertama meluncur. “jangan disini! Aku tak mau
mendongak dua jam penuh” L.Joe menuntun Hyo Jin melawan arus.
Setelah berjalan kesana kemari, pria itu akhirnya menemukan bangunan
hotel yang memiliki tangga langsung menuju balkon tingkat pertama. Tanpa ragu
ia membawa Hyo Jin kesana. “ini sempurna!” gumamnya begitu sampai di atas. “kau
harusnya mengucapkan terima kasih karena kejeniusanku” tambah pria itu sambil
menyenderkan badannya di besi penyangga. Hyo Jin mendengus, “oke.. untuk kali
ini aku mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya padamu, tuan Jenius”
L.Joe tertawa sampai matanya membentuk senyuman. Hyo Jin berdiri di samping
pria itu, lalu keduanya sama-sama menarik napas tenang dan menatap lurus ke
depan dengan tatapan menerawang.
“kalau tahu apa yang sedang kulakukan sekarang, Manager
hyung pasti akan menggantungku. Lalu setelahnya Andy hyung akan membunuhku”
L.Joe mengadu dengan nada yang sangat pasrah.
“kau lupa ya? Saat ini kau sedang bersama manager-mu, jadi
tak ada yang perlu dikhawatirkan” ucap Hyo Jin dengan nada yang menyatakan
kalau ia juga seorang manager yang berpengaruh. L.Joe tertawa ringan.
“L.Joe~a”
“hmm?”
“Kenapa aku? maksudku…. kenapa malah aku yang kau ajak
kesini? Pasti akan lebih seru kalau kau mengajak yang lain. Kau lihat kan
betapa canggungnya kita sekarang?” L.Joe tak menjawab, membuat Hyo Jin
mengalihkan pandangannya kembali ke depan. “apa ada sesuatu yang ingin kau
bicarakan?”
“apa?” L.Joe menoleh cepat pada Hyo Jin, lalu menoleh lagi
ke depan dengan gerakan yang lebih cepat.
“tidak apa-apa jika memang tidak ada yang ingin dibicarakan.
Aku cuma bertanya kok” Hyo Jin tersenyum. Diam-diam L.Joe menggigit bibir sambil mengetuk-ngetukkan
sepatunya ke tralis besi, ia benar-benar menyesal karena tidak dapat bicara
dengan benar disaat seperti ini. Kau
pria! L.Joe bodoh, lakukan sesuatu! Jangan jadi pengecut! Kau hanya perlu
katakan ‘aku mencintaimu’ dengan nada yang manis. Itu saja! ayo! Himne! L.Joe
himne! Namja itu mengangguk, ia merasa baru saja mendapat semangat dari
dalam tubuhnya. L.Joe menelan ludahnya dengan tegang, lalu “Park Hyo Jin” namja
itu menghembuskan napas berat, lalu membuka mulutnya lagi. “Park Hyo Jin, aku…………….”
“aku…………. mencintaimu” bertepatan saat L.Joe mengatakan ‘mencintaimu’ tiba-tiba saja suara
ledakan besar terdengar dari langit. Hyo Jin spontan menoleh ke depan dan
langsung bertepuk tangan antusias melihat parade kembang api yang baru dimulai. Kau mendengarnya Park Hyo
Jin? Barusan aku bilang aku mencintaimu. Kau dengar kan? kau harus dengar!
“wah~~”
L.Joe tak dapat berkonsentrasi melihat kembang api dan malah
menoleh memperhatikan Hyo Jin yang sedang terkesima. Langitnya memang indah,
penuh warna-warni seperti lukisan. Tapi, bagaimana jika di matanya ada sesuatu
yang lebih indah dari langit yang seperti lukisan? Sejak kecil aku selalu menyukai kembang api, tapi sekarang aku
benar-benar merasa pemandangan disampingku jauh lebih indah dari kembang api. Hyo
Jin dengan matanya yang berbinar cerah tengah tersenyum penuh rasa kagum sambil
memandangi langit. Angin bertiup lembut, membuat rambut panjangnya beterbangan. L.Joe merasa ia seperti sedang melihat karakter fiksi di negeri dongeng.
Hyo Jin menoleh pada L.Joe dan tersenyum puas, “ini benar-benar cantik” serunya antusias, lantas kembali menoleh ke depan dan menatap langit. Jinjjayo? Kau bilang ini cantik? Kau pasti tak pernah bercermin, ya?
Hyo Jin menoleh pada L.Joe dan tersenyum puas, “ini benar-benar cantik” serunya antusias, lantas kembali menoleh ke depan dan menatap langit. Jinjjayo? Kau bilang ini cantik? Kau pasti tak pernah bercermin, ya?
L.Joe tiba-tiba saja memegang pergelangan tangan Hyo Jin dan
menariknya. Wajah mereka menjadi sangat dekat. Suara ledakan kembang api
disertai suara kagum orang-orang masih terdengar jelas. L.Joe menatap Hyo Jin
tepat di matanya. Membuat gadis itu kesulitan untuk menarik napas.
“ini bukan apa-apa, tolong jangan berpikir macam-macam”
“apa?”
Saat Hyo Jin menanyakan itu, bibir L.Joe sudah menyentuh
bibirnya. Mata gadis itu langsung terbelalak. Ia terlalu terkejut sampai tidak
tahu harus berbuat apa. Gadis itu bisa merasakan tubuhnya dipeluk lebih erat,
sejalan dengan ciumannya yang menjadi lebih dalam. Hyo Jin mulai terbawa
suasana dan memejamkan mata, bahkan ia tak sadar sejak kapan tangannya mulai
bergerak dan memeluk leher pria itu. Satu persatu kembang api mewarnai kanvas
hitam langit malam, ledakan-ledakan terus terdengar. Membuat suasana malam menjadi lebih semarak.
***********
Hyo Jin menarik selimutnya dan berbaring di tempat tidur.
`ini bukan apa-apa, tolong jangan berpikir macam-macam`
Kalimat itu terus berputar-putar di kepalanya. Membingungkan.
Kepalanya terasa lebih berat seolah sedang menyimpan dinamit yang akan meledak.
Hyo Jin menggigit bibirnya, bahkan setelah 2 jam berlalu jantungnya masih saja
berdebar dengan keras. Apa pria itu juga
sedang merasa sepertiku sekarang? apa ia juga tak bisa tidur?
Tadi setelah peristiwa menegangkan itu terjadi, L.Joe tak
bicara apa-apa. Mereka pulang dan berjalan beriringan dengan suasana sejuta
kali lipat lebih canggung dari sebelumnya. Saking heningnya suara napas
keduanya pun tak terdengar. L.Joe bahkan tak memberikan tawaran mengantar
pulang seperti biasanya, pria itu hanya tersenyum tipis dan menghilang
meninggalkan Hyo Jin yang berdiri menunggu bus.
***********
Sesampainya di dorm, L.Joe langsung membuka bajunya dan
masuk ke kamar mandi dengan terburu-buru. Ia berdiri dibawah pancuran yang
mengalirkan air dingin sambil menatap kosong kearah dinding. Kepalanya terasa
berputar. Pengecut! Aku menciumnya
setelah sebelumnya bilang ‘ini bukan apa-apa’? bodoh! Apa yang sekarang gadis
itu pikir tentangku? cih... lalu kenapa mengatakan ‘Jadilah
pacarku’ padanya bisa sesulit ini sih? Hyo Jin, aku mencintaimu. maukah kau jadi pacarku? Hyo Jin tolong baca pikiranku! tolong!
“Heh! Lee Byunghun kau didalam?” Chunji mengetuk-ngetuk
pintu kamar mandi dan menempelkan telinganya disana. L.Joe tak bicara, ia
menoleh pelan kearah pintu dan mendesah.
“wae?”
“kau tidak sedang mencoba bunuh diri kan?”
“tch…”
“BYUNGHUN PABO! JAWAB AKU”
“TIDAK! TIDAK! AKU TIDAK BUNUH DIRI” L.Joe balas berteriak.
Chunji menjauh dari pintu kamar mandi sambil terkekeh puas mendengar jawaban sewot
pria didalam. “bagaimana? Jadi sekarang manager Park resmi pacarmu?” teriak
Chunji. L.Joe terdiam.
“ani”
“APA?” Tiba-tiba saja pintu kamar mandi terbuka, L.Joe
keluar dari sana sambil memakai bajunya.
“kau tak bilang ‘aku mencintaimu’ pada Hyo Jin?”
“aku bilang” jawab L.Joe pelan. Ia mengambil handuk kecil
yang tergantung dibelakang pintu dan mengeringkan rambutnya dengan itu.
“lalu?” seru Chunji yang langsung berdiri dan menghampiri L.Joe.
“lalu kembang apinya muncul, dan dia tidak dengar”
“apa? jadi dari tadi apa yang kalian lakukan huh?”
“kami makan jajanan pinggir jalan, ia menyuapiku beberapa
kali, lalu………”
“lalu?”
“lalu…………”
“lalu kau menciumnya, aku benar kan?”
“tapi… tapi itu
terjadi begitu saja. Dia tengah menengadah melihat kembang api. Wajahnya
bercahaya. Setelah itu aku tak tahu apa-apa dan tiba-tiba saja wajahnya menjadi
sangat dekat denganku dan…….”
“kenapa kau jadi panik begini sih? Aku tak akan bilang yang
lain kok! Tenang saja” Chunji tersenyum dan menepuk-nepuk bahu L.Joe.
***********
Hyo Jin masuk ke dalam dorm dengan langkah berat. TV menyala, tapi tidak ada yang menonton. Gadis itu menghela napas dan lekas
berjalan mematikannya. Dan saat itulah ia mendengar suara berisik di meja makan,
pelan-pelan kakinya mengantar sang pemilik kesana. Setelah sampai di meja
makan, secara spontan Hyo Jin menghela napas lega. Tidak ada L.Joe. baguslah…. Aku belum siap bertemu dengannya.
Aku sama sekali tak tahu harus mengeluarkan ekspresi apa saat melihatnya nanti.
“kau tidak kuliah?” tanya C.A.P langsung, sementara yang
lain memberikan tatapan terkejut pada Hyo Jin yang datang tiba-tiba seperti
hantu.
“ani… tak ada mata kuliah hari ini” semua orang mengangguk.
“duduk noona, kita makan bersama” Ricky menarik kursi disebelahnya, tersenyum
mempersilakan Hyo Jin duduk. Gadis itu balas tersenyum dan langsung mengambil posisi di samping Ricky.
Saat Hyo Jin tengah melepaskan mantel, L.Joe datang dan
duduk di meja makan. Napas Hyo Jin langsung terhenti saat ia melihat pria itu.
Tubuhnya mendadak tegang, ia tak tahu harus bersikap bagaimana. Berpura-pura
tidak ingat atau malah bertatap-tatapan? Gadis itu tak dapat memutuskan apapun
untuk sekarang.
Di saat Hyo Jin merasa kebingungan menentukan sikap, L.Joe justru
sama sekali tidak menatapnya. Ia duduk di kursi paling ujung, mengambil mangkuk
nasinya dengan wajah muram dan terlihat sangat lelah. Sepertinya ia sedang
tenggelam dalam pikirannya sendiri. Hyo Jin mulai berpikir kalau apa yang
terjadi kemarin bukanlah apa-apa bagi L.Joe.
Bagaimanapun dia
pernah tinggal di Amerika, mungkin berciuman adalah hal yang wajar baginya. Dia
juga bilang ‘ini bukan apa-apa’ dan
menyuruhku untuk ‘tidak berpikir macam-macam’ tapi benarkah?
Hyo Jin menatap L.Joe dengan tajam, ia mulai merasa apa yang
ia pikirkan barusan adalah sesuatu yang benar. Seperti biasa semua orang akan
menjadi sangat aktif jika sedang bersama, selama makan mereka terus melontarkan
gurauan satu sama lain dan tertawa. Tapi tidak untuk kali ini, L.Joe yang
biasanya ikut tertawa kini terlihat berkonsentarsi penuh dengan makanannya. Hyo
Jin tak mengerti kenapa namja itu terlihat sangat tidak senang hari ini. Dia kenapa sih? Bukannya aku yang harusnya
bersikap seperti itu?
Lalu setelah itu, L.Joe berdiri dan menghilang kembali ke
kamarnya.
“dia jadi aneh. Apa ada yang terjadi semalam?” Niel dan
semua orang di meja makan menatap Hyo Jin penasaran. Gadis itu terdiam, lalu menggeleng
pelan. “ani”
***********
Segudang acara off air, pemotretan, pre-recording untuk
acara talk show dan lain-lain memenuhi jadwal TEEN TOP selama sehari penuh.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam dan mereka masih sibuk membicarakan
tema untuk tour Asia yang akan dimulai sebulan lagi. Di ruangan itu ada semua
member, para staff, Manager Ahn, Hyo Jin dan juga producer Top Media, Andy.
“yang pasti kita akan menggunakan full live band. Untuk tata
panggung dan special performance kupercayakan pada TEEN TOP dan seluruh staf”
ucap Andy, semua orang mengangguk. Kemudian seorang staff pria mengacungkan
tangan dan menyampaikan idenya. Dan saat itu tiba-tiba saja ponsel Hyo Jin
berdering. “maaf. Aku izin sebentar” ucap gadis itu sembari mengacungkan
ponselnya yang masih berdering. L.Joe yang berada sangat jauh dari Hyo Jin
memperhatikan gadis itu dengan tajam. Setelah sejak pagi selalu berada di
ruangan yang sama, ia memang belum terlibat percakapan apapun dengan gadis itu.
Tidak barang sehuruf pun.
Hyo Jin bersandar di tembok dan mengangkat telfon sebelum
sempat melihat layarnya. “yoboseo”
“Park Hyo Jin, lama tidak mendengar suaramu” Hyo Jin menelan
ludahnya mendengar suara itu. Matanya mulai bergerak tak fokus, “Ada apa?”
ucapnya hati-hati. Tiba-tiba saja terdengar suara tawa yang sangat besar dari
ujung telfon, “jangan gugup begitu, ah. Aku kan bukan orang jahat”
“kita sudah tidak terlibat hubungan apapun. Ada urusan apa
lagi?” ucap Hyo Jin dingin.
“bisakah kau ke klub sekarang?”
“apa?”
“ini penting. Setelah aku membuka-buka dokumen lama, aku
menemukan sesuatu yang mengejutkan” Hyo Jin mendengarkan dengan serius.
“ternyata kita punya perjanjian ya?”
“perjanjian?” ulang Hyo Jin. Gadis itu mengerutkan
keningnya, mencoba mengingat-ingat dan “ah~” Hyo Jin memejamkan matanya penuh
penyesalan. “kau harusnya bekerja padaku sampai bulan April. Benar kan?”
“tapi kau yang memecatku. Kau tak berhak meminta ganti rugi”
“baiklah. Bagaimana kalau kita menyelesaikan masalah ini
baik-baik?”
“maksudmu?”
“datang ke klub sekarang. kita bicarakan baik-baik”
“shireo”
“aku bisa membawa ini ke pihak berwajib loh” Hyo Jin
terdiam. Dia benar-benar tak mengerti dengan pemikiran wanita pemilik klub
malam ini, dia yang memecatnya dan sekarang dia juga yang minta ganti rugi. Bahkan
mengancam akan menuntutnya. Mau dilihat
dari segi apapun aku tak salah.
“bagaimana?” terdengar suara dari ujung telfonnya. “baik,
aku akan ke klub”
“sekarang, oke?”
“satu jam lagi”
“aku tak punya banyak waktu, jadi lebih baik kau datang
sekarang”
“aku punya pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan”
“aku bukan orang sembarangan. Waktuku terbatas”
“baik. sekarang juga aku kesana” Hyo Jin mengalah. Sambungan
telfon pun terputus. Gadis itu berbalik, dan “ada apa di klub? Kenapa kau mau
kesana?” L.Joe berdiri dengan tangan yang terselip di saku celana. Namja itu menghampiri
Hyo Jin dengan mata yang menyorot tajam. “ini pertama kalinya kau bicara padaku
seharian ini”
“kau tak boleh pergi”
“hah? Jangan bertingkah sok perduli ya”
“tentu saja aku perduli” L.Joe nyaris berteriak. Hyo Jin
mendengus. “aku akan tetap pergi”
“kalau begitu aku ikut”
“andwae” gadis itu menggeleng dan berjalan melewati L.Joe dengan
tatapan sengit. Ia kembali ke ruang pertemuan dan seketika semua mata tertuju
padanya. Kemudian L.Joe datang dan duduk di kursinya dengan tenang. Pria itu
ikut menatap Hyo Jin yang masih menjadi objek perhatian. “bisakah aku pulang
lebih awal? Barusan ada yang menelfonku dan aku harus segera menemuinya
sekarang”
“geuraeyo. Apa kau bawa kendaraan?” Andy bertanya dengan
ramah.
“ani. Aku biasa naik bus kok”
“suruh seorang staff mengantarnya. Ini sudah malam” pria itu
bicara pada Manager Ahn yang langsung berdiri.
“tidak. tidak usah” Hyo Jin buru-buru mengibaskan tangan.
“aku yang antar” L.Joe berdiri. Andy langsung memberikan
tatapan tidak setuju. “tidak. Kau duduk sekarang juga” namja itu bersikap
seolah ia tidak mendengar dan langsung berjalan mendekati Hyo Jin yang mencoba menolak. “kajja”
“Lee Byunghun! Kau harus sadar batas. Mungin tujuanmu memang
hanya ingin mengantarnya pulang, tapi jika orang lain yang melihat mungkin akan
berbeda” ucap Andy lagi. Manager Ahn memberikan tatapan ‘lebih baik kau turuti perintahnya’ pada L.Joe yang tampak tidak
senang.
“mian hyung. Untuk kali ini saja aku tak dapat menjadi namja
yang patuh” L.Joe menggenggam tangan Hyo Jin dan membawanya keluar. Gadis itu
mencoba melepaskan tangan L.Joe sambil membungkuk-bungkuk memberi salam pada
semua orang didalam ruangan.
“bodoh! Apa yang kau lakukan?” Hyo Jin langsung menghempas
tangan L.Joe begitu sampai di luar.
“jadi kau mau ke klub atau tidak? lebih baik kau kembali ke
flat saja”
“kau harusnya tak mencampuri urusanku lagi”
“wae?”
“karena………….”
“kau marah karena kejadian kemarin?”
“oh.. kau masih ingat?” L.Joe mendecak mendengar nada
menyindir yang sangat kental dari ucapan Hyo Jin. “menurutmu itu sesuatu yang
mudah kulupakan?”
“kurasa ia bagimu. Bukankah berciuman adalah hal yang biasa
di Amerika?”
“apa? kau berpikir aku juga begitu?”
“sudahlah! Aku tak mau membahasnya lagi. kau juga bilang
sendiri kan? ITU BUKAN APA-APA” Hyo Jin menghentak kakinya keras-keras dan
berjalan dengan cepat. L.Joe mendesah sambil mengusap mukanya, lalu mengikuti
gadis itu dari belakang.
***********
21↑Night Club
21:03 KST
Setelah berdebat sepanjang jalan, L.Joe akhirnya mengalah
dan membiarkan Hyo Jin tetap menjejakkan kakinya kembali ke tempat ini. Suara
musik yang menyentak langsung menyambut keduanya yang baru membuka pintu. L.Joe
mengangguk-anggukan kepala sesuai irama selama kakinya melangkah mengekor Hyo
Jin. Bar ini masih belum berubah sejak terakhir kali ia datangi. Masih ramai,
sesak, bau alkohol, penuh orang mabuk, membuat pusing dan semuanya.
“eh.. mau kemana kau?” Hyo Jin menoleh saat tangannya
ditarik oleh L.Joe. “menemui wanita itu, mantan boss-ku. Wae?”
“dia yang membutuhkanmu. Dia yang harusnya menghampirimu”
L.Joe lalu mengedikan kepalanya ke bangku kosong dan mengajak Hyo Jin kesana.
“kau disini sebagai tamu” namja itu mengingatkan. Hyo Jin memutar kepalanya sambil mencibir tanpa suara.
Hyo Jin dan L.Joe duduk di salah satu bangku, mereka tak
membicarakan apa-apa dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Hyo Jin tengah melihat
ke segala sisi dengan waspada sementara L.Joe mengetuk-ngetukkan jemarinya
mengikuti musik yang berdentum.
“ah~ sudah kuduga kau pasti datang” tiba-tiba saja terdengar
suara mengejutkan. L.Joe menoleh dan melirik wanita yang barusan bicara itu
dengan sangat sinis. Penampilannya sangat meriah. Bahkan lebih meriah dari
terakhir kali mereka bertemu dulu. Melihat wanita itu, L.Joe tiba-tiba saja
teringat akan pohon natal.
“sekarang sebutkan apa lagi yang kau inginkan dariku” sahut
Hyo Jin.
“tentu saja kita tak bicara disini” wanita itu menggerakkan
jemarinya menyuruh Hyo Jin mengikuti.
L.Joe menghela napas tak senang lalu ikut berdiri. “kau
tidak usah ikut, tuan yang selalu ikut campur” pria itu mengangkat sebelah
alisnya, wanita yang meriah seperti pohon
natal ini menyebutku tuan yang selalu ikut campur?
“kalau kau tak mau aku ikut, bicaralah disini. Hyo Jin tak
punya tanggung jawab apapun denganmu lagi”
“nona Park, bisakah kau menyuruh pacarmu yang cerewet ini
untuk diam? Kita harus bergerak cepat. Maksudku kita harus menyelesaikan
permasalahan kontrak kerja ini dengan cepat” Hyo Jin menoleh pada L.Joe, “aku
akan segera kembali”
“tapi……”
“aku janji. Sebentar saja” L.Joe mengalah, ia
memperhatikan Hyo Jin yang dibawa oleh wanita pohon natal itu dengan perasaan
yang tidak enak.
***********
“cepat bicara” Ucap Hyo Jin begitu mereka berhenti. Wanita
itu mendesah, lalu menatapnya sambil tersenyum menyeramkan “baiklah. Langsung
saja. Sebenarnya aku ingin berterimakasih” Hyo Jin menaikkan sebelah alisnya
tak mengerti.
“mungkin nanti aku akan menyesal sudah melakukan ini pada
gadis paling menghibur yang pernah kutemui di dunia” Ia mencubit pipi Hyo Jin
dengan gemas, Hyo Jin segera menghindar dan memukul tangan wanita setengah gila
itu dengan tampang jijik. “tapi aku sedang sangat membutuhkan uang dan kau lah
yang pria itu inginkan”
“apa? siapa? Pria mana?”
“maafkan aku ya Hyo Jin sayang. Aku janji tak akan
mengulanginya lagi” Hyo Jin kembali menghindar saat dengan tiba-tiba wanita itu
mengulurkan tangan dan mengelus kepalanya dengan ekspresi iba yang dibuat-buat.
Lalu ia terlihat seperti sedang mengirimkan isyarat dengan matanya kepada seseorang di belakang
Hyo Jin. Hyo Jin baru saja memutar kepala saat dengan tiba-tiba mulutnya
disekap dan kedua tangannya dicengkram oleh pria-pria bertubuh besar.
Hyo Jin mencoba berteriak, tapi suaranya teredam dalam sapu
tangan. Sang wanita meriah pemilik klub malam melambaikan tangannya pada Hyo
Jin yang tengah berontak, tubuh gadis itu diseret-seret hingga keluar lewat
pintu belakang dan dihempas begitu saja ke dalam mobil.
L.Joe berulang kali berdiri dan berjalan memutar di
tempatnya. Perasaan namja itu semakin tidak enak saat setelah 15 menit Hyo Jin
tak kunjung keluar. Musik yang berdentum-dentum itu tak lagi menarik minatnya,
ia terus menoleh ke pintu dimana Hyo Jin menghilang tadi, berharap pintu itu
akan cepat terbuka dan mengeluarkan orang yang ia tunggu-tunggu. L.Joe mendesah saat merasa harapannya sia-sia, ia lalu melirik jendela kecil yang memperlihatkan
suasana luar. Perasaannya semakin tidak baik.
L.Joe menoleh kembali ke pintu tadi dan melihat wanita pohon
natal itu keluar, sendirian. Tanpa buang waktu ia menghampirinya. “dimana Hyo
Jin?”
“aku tak punya urusan denganmu” L.Joe tak ingin mengulur waktu dan langsung
masuk ke pintu tadi untuk mencari Hyo Jin, namun ia tak menemukan siapapun.
Matanya tertuju lurus pada pintu luar yang terbuka, semuanya sudah jelas. Ia langsung berlari keluar dan mengambil alih
sebuah motor yang baru berhenti. “YA.. siapa kau?” seru sang pemilik motor saat L.Joe
tiba-tiba saja datang dan menaiki motornya.
“aku TEEN TOP L.Joe, kau boleh menelfon manager-ku jika sesuatu
terjadi pada motormu” ucap L.Joe kilat, lantas melajukan motor itu secepat yang
ia bisa.
Hyo Jin yang tangannya sudah diikat di depan badan terus
melakukan aksi pemberontakan selama mobil yang membawanya berjalan. “kau ingin
membawaku kemana huh?” teriaknya.
“gadis berisik! Kau itu sudah dijual”
“dijual?” ulang Hyo Jin syok. “ne.. kau dijual pada boss
kami, dan kita sekarang akan menuju kesana”
“DASAR! WANITA SIAL”
jerit Hyo Jin. “kumohon izinkan aku keluar. Aku tak mau. Aku tak punya
hubungan apapun lagi dengan si nenek sihir pemilik klub malam itu” gadis itu
memohon-mohon.
“hah…. Kami cuma suruhan. Harusnya kau tak memohon pada
kami”
“begitu ya?” Hyo Jin
menyeringai. Dengan gerakan yang terbaca, ia memukul wajah pria tadi dengan
sikutnya. Namja itu meringis dengan sangat keras sambil memegangi wajahnya.
Sang sopir yang terkejut menginjak rem secara spontan. Hyo Jin tak melewatkan
kesempatan sekecil apapun, ia membuka pintu dengan tangannya yang terikat dan
keluar dari sana.
Hyo Jin berlari sekuat tenaga, gadis itu bisa merasakan
keringat yang sangat banyak tengah mengucur deras di punggungnya. Ia berulang
kali memutar kepala saat berlari, sekelompok pria bertubuh kekar dengan jas
hitam tengah mengejarnya sambil berteriak-teriak. Hyo Jin memutar otak, ia
sengaja mencari jalanan kecil yang berbelok-belok untuk mempersulit orang-orang
itu. Dan pemikirannya berbuah baik. Hyo Jin mengerahkan seluruh tenaganya untuk
memanjat sebuah pagar kawat. Ia berhasil melompat, namun saat ia mau kembali
berlari kakinya tersangkut dan gadis itu terjatuh ke aspal dengan sangat keras.
Hyo Jin menoleh ke belakang dengan panik. Tapi didetik
berikutnya ia tersenyum, ternyata para pria bertubuh besar itu tak mampu
memanjat sepertinya. Hyo Jin seakan mendapat kekuatan kembali, ia bangun dan
segera memotong tali yang mengikat tangannya dengan kawat yang tajam. “anyyeong”
Hyo Jin melambaikan tangannya dan mulai kembali berlari. Ia merasa sangat hebat
karena bisa memanjat dengan tangan terikat, sementara para pria yang memiliki
otot sebesar batu-bata itu justru berulang kali terjatuh.
Hyo Jin meraba saku celana-nya sambil berjalan terseok-seok
tak tentu arah. Sial! Ponselnya pasti
terjatuh saat tadi berlari. Lalu sekarang dia harus bagaimana? Apa L.Joe masih
di klub? Hyo Jin merasa sedang melayang. Sekujur tubuhnya lemas, penampilannya
sudah tak karuan, ia berjalan dengan sebelah tangan menempel pada tembok.
“hei cantik” gadis itu tengah membungkuk sambil memegangi
lututnya yang nyaris lepas saat ia mendengar suara dari arah depan. Hyo Jin
menengadah, dan kontan saja tersentak saat mendapati banyak sekali namja dengan
penampilan yang sangat menyeramkan tengah beramai-ramai menghampirinya. Hyo Jin
mundur hingga menempel di tembok. Orang-orang itu terus menggodanya sambil
menyeringai senang.
Hyo Jin tak dapat melakukan apapun saat seorang namja
menariknya ke tengah dan memegang dagunya. “Aigoo…. kita dapat jackpot malam
ini! neomu neomu yeppeo” seorang yang lain langsung membalik tubuh Hyo Jin
seolah gadis itu adalah benda mati. “aigoo”
“oke! langsung saja!”
“anio! Kita bermain dulu” pria itu lantas mendorong tubuh
Hyo Jin kearah teman-temannya, mereka mengoper Hyo Jin kesana kemari sampai
gadis itu terhuyung-huyung dan nyaris terjatuh. Hyo Jin benar-benar lemas, jika
saja ia masih punya kekuatan sedikit lagi, ia pasti akan melakukan perlawanan.
Tapi detik ini ia sama sekali tak berdaya.
Seseorang mengeluarkan pisau lipat dari sakunya, lalu
mengarahkan benda itu pada lengan kiri kemeja Hyo jin dan merobeknya begitu
saja. Semua orang seperti merasa sangat terhibur. Secara refleks Hyo Jin
memegangi kulit lengannya yang ikut tergores. Lantas menatap pria pemegang
pisau itu dengan tatapan tajam. “ei.. keobwa! Dia marah! Aigooo…. Kyeopta….
Hahaha” semua orang tertawa. Hyo Jin menggelengkan kepalanya, ia merasa sangat
bodoh karena tak mampu melawan saat sedang dipermainkan.
Pisau itu dioper ke pria lain di belakang Hyo Jin dan tiba-tiba
saja gadis itu meringis. Kemudian pandangan Hyo Jin menjadi kabur dan ia tak
bisa melihat semuanya dengan jelas. Yang ia tahu hanyalah sekelompok pria tanpa
hati itu dengan gembira memainkannya kesana kemari. Hingga tiba-tiba saja
seorang pria berdiri di hadapannya, dengan linglung Hyo Jin mendongak. “sudah
cukup bermainnya, sekarang aku mau lihat yang lain” namja itu menyudutkan Hyo
Jin ke dinding dan memiringkan kepala, Hyo Jin menghindarkan kepalanya sejauh
mungkin. Hingga……………
“JANGAN MENYENTUHNYA!”
***********
L.Joe yang hanya meraba-raba arah jalan dengan feeling
akhirnya bisa menemukan Hyo Jin. Namja itu segera turun dari motor yang ia
naiki dan melepasnya begitu saja, membuat benda beroda dua itu jatuh
berbenturan keras dengan aspal. L.Joe tak perduli. Ia langsung
berlari sekuat mungkin dan “JANGAN MENYENTUHNYA!”
Semua orang memutar badannya menghadap L.Joe. Pria itu
nyaris melangkah mundur saat melihat betapa banyak dan menyeramkannya
orang-orang itu. Tapi ia tetap bersikeras berdiri tegak untuk menantang mereka.
Sebenarnya ia sendiri tahu, ia tak mungkin menang. Tapi dengan kekuatan
matahari, bulan, bintang dan segala planet yang mengorbitnya, L.Joe tetap
berusaha terlihat kuat. Satu lawan banyak?
Ayolah…. Satu lawan satu saja dia belum tentu menang dan sekarang dia berniat
melawan orang-orang ini? Hyo Jin menepuk dahinya. Ia senang L.Joe datang
dan menolongnya, tapi setidaknya namja itu harus membawa orang untuk membantu.
“kau bicara pada kami?” sahut seorang pria dengan nada
meledek.
“geurae! Menjauh darinya!”
“gadis ini?”
“ne.. dia milikku!”
“kalau begitu, dorawa! Ayo ambil gadismu” semudah itu? L.Joe masih belum beranjak
dari tempatnya. Ia menatap namja tadi dengan tatapan ‘kau bercanda?’
“ayo ambil” perlahan, L.Joe mendekat dengan waspada. Matanya
terus mengedar ke sekumpulan pria berpenampilan aneh itu sementara tangannya
menarik Hyo Jin. Gadis itu ikut merasa bingung, ia bersembunyi di balik tubuh
L.Joe. Keduanya nyaris saja menjangkau jalan raya saat dengan tiba-tiba
seseorang dari para pria jalanan itu menghajar L.Joe dengan sangat keras.
Membuatnya jatuh tersungkur. “kau pikir semudah itu huh? Pria bodoh!” Hyo Jin
untuk kesekian kalinya tak mampu berbuat apa-apa karena tubuhnya sangat lemas,
ia cuma bisa menjerit histeris saat semua orang mengerubungi L.Joe dan
menendangnya seperti mainan.
“HAJIMA! HAJIMA! JEBALYO! HAJIMA” Hyo Jin menangis
sejadi-jadinya. Jika saja ia menemukan kayu atau benda apapun untuk memukul, ia
pasti akan menggunakannya. Tapi tempat ini bersih. Tak ada satupun barang yang
bisa ia gunakan. Gadis itu bisa mendengar suara erangan sakit L.Joe di antara
suara tendangan dan makian orang-orang kriminal itu. Hyo Jin tak tahan lagi, ia
akhirnya mendekat dengan lututnya yang bergetar lemas dan sekuat tenaga mencoba
menarik pria-pria itu untuk menjauh dari L.Joe. “cukup! Kalian mau membunuhnya
huh?” Hyo Jin berteriak dengan suaranya yang serak karena menangis.
“hei… gadis ini benar! Bagaimana kalau dia mati?” semuanya
berhenti.
“tch benar.. lihat dia! Aku tak mau masuk penjara lagi”
sahut yang lain, kini semua orang itu saling bertatap-tatapan, kemudian tanpa
aba-aba segera kabur meninggalkan keduanya. Gadis itu langsung
berlutut dan memeriksa keadaan L.Joe dengan panik. “ya Tuhan! Makanya jangan
sok bisa melakukan segalanya sendiri deh”
L.Joe dibantu Hyo Jin menyeret tubuhnya ke pinggir dan
bersandar di tembok. Hyo Jin yang sejak tadi menangis mulai menyadari sesuatu.
Namja itu berdarah. Tidak. Ini bukan luka biasa. Darahnya terus keluar dari
lengan, kaki, punggung dan dada pria itu. “kita harus ke rumah sakit. Darahmu
tak mau berhenti” Hyo Jin bergerak panik di depan L.Joe.
“ani. Aku tidak apa-apa”
“NEO MICHEOSSO? Bagaimana kalau kau pingsan? Atau mati
kehabisan darah? Bagaimana?” Hyo Jin menangis lagi. Ia berlari ke trotoar dan
memutar kepalanya ke segala sisi. “kenapa disini sepi sekali sih? Setidaknya
jika kau tak mau ke rumah sakit, aku akan membawamu ke flatku atau dorm Teen
Top, kau benar-benar butuh pertolongan” ia mengeluh frustasi sambil kembali mendekati
L.Joe yang terlihat seperti orang yang bisa mati kehabisan darah kapan saja.
“duduk disampingku” ucap L.Joe parau.
“huh? Kita tak bisa diam saja, kita harus……. Ah~ L.JOE!” L.Joe
menarik tangan Hyo Jin yang tak henti bicara histeris dan membuat gadis itu
jatuh terduduk disebelahnya. “bisakah kau diam?”
“kau pasti bawa ponselkan?” air mata masih mengalir deras
dari mata Hyo Jin, gadis itu bicara dengan napas tersengal saking paniknya. Tanpa
minta izin, ia menelusupkan tangannya ke saku L.Joe lalu mengambil ponsel
miliknya. “siapa yang harus kutelfon? Chunji? Manager Ahn? Ambulan? Atau
polisi?” Hyo Jin membuka kunci layar dengan tangannya yang gemetaran.
“Park Hyo Jin”
“pasti disekitar sini ada kantor polisi kan?”
“Park Hyo Jin”
“jadi lebih baik aku menelfon polisi saja. Mereka pasti bisa
cepat sampai dan menolongmu”
“PARK HYO JIN!!!” L.Joe membentak, tanpa perduli ia menghempaskan ponsel di
tangan Hyo Jin dengan sangat kencang, membuat benda elektronik itu terpental
dan seketika terbanting jatuh di atas aspal. Semua elemen kecilnya berhamburan.
Hyo Jin terperangah dan langsung menatap L.Joe dengan matanya yang sembap.
“berapa kali aku menyuruhmu berhenti?” Namja itu menatap Hyo
Jin dengan tajam. Gadis itu masih belum bisa mengontrol tangisnya, “tapi
darahnya terus keluar, kalau dibiarkan……………..”
“GWAENCHANA, ULJIMARA! (aku tidak apa-apa, jangan
menangis!)” bentakan kedua, kali ini Hyo Jin benar-benar diam dan menundukkan
kepalanya.
“sekarang pakai ini!” L.Joe melepas jaketnya sambil meringis
menahan sakit. “apa yang kau lakukan? Disini dingin” Hyo Jin mencegah.
“kau tak lihat bagaimana kemeja-mu sekarang? kau mau
orang-orang melihat tubuhmu? Na shireoyo! (aku tak mau!) sudah berapa kali kubilang kau milikku?” Hyo Jin merasa dadanya disentak oleh sesuatu yang sangat besar saat
mendengar pernyataan L.Joe. Jika bisa, ia ingin melompat dan memeluk pria itu
saking terharunya. Tapi tubuhnya saat ini terasa kaku seperti papan.
Ia menerima jaket yang diberikan L.Joe dan langsung memakainya
tanpa bersuara. Lantas menaikkan ritsletingnya sampai dagu. “L.Joe~aa…. Bisa
kita pergi sekarang? lukamu benar-benar harus diobati” L.Joe menarik tangan Hyo
Jin, menyuruh gadis itu bersandar di sampingnya. Walaupun merasa sedikit
terpaksa, Hyo Jin tetap menurut. L.Joe menghirup napas dalam-dalam dan
tersenyum tipis menatap Hyo Jin.
“aku baik-baik saja. Berhenti bersikap seolah aku sedang
sekarat” Entah kenapa, air mata Hyo Jin keluar lagi, ia merasa sangat
ketakutan. Gadis itu jadi teringat betapa bencinya ia pada orang yang sering
sekali menangis di dalam drama, tapi sekarang ia bahkan lebih cengeng dari itu.
“kau tak mengerti, aku takut…… bagaimana jika terjadi
sesuatu yang buruk? Aku…….” Hyo Jin menghentikan ucapannya saat tiba-tiba saja
L.Joe memeluknya dari samping. “jika kau diam disampingku, aku janji akan
baik-baik saja. Jebalyo”
“tapi……….”
“ara… kita pulang! Aku hanya minta 5 menit. Don't..... move” L.Joe bicara dengan suara yang membuat Hyo Jin tenang,
perlahan syaraf-syaraf gadis itu terasa mengendur, membuatnya bisa menarik
napas dan mengontrol isakannya.
“Kau tahu? kita cuma berada 10 menit dari flatmu”
“jinjjayo?”
“hmm” L.Joe memejamkan mata dan mengencangkan pelukannya.
Tubuh pria itu terasa remuk, dia ditendang-tendang seperti bola dari berbagai
sisi. Tapi entah kenapa, saat ini rasa sakitnya seolah menguap bersama udara
yang dingin. “mianhae. jeongmal mianhaeyo” Hyo Jin menggigit bibirnya. “maaf aku tak bisa jadi pria keren yang bisa melawan
orang-orang tadi” L.Joe tersenyum, ia merasa sangat tidak berguna.
“harusnya kau minta maaf karena sudah bertindak bodoh, bukan
karena tak bisa jadi pria keren”
“oke.. maaf karena sudah bertindak bodoh. Dan yang paling
penting, maaf tak bisa menjagamu” dada Hyo Jin terasa sangat sesak, ia
sama sekali tak suka mendengar ucapan pria itu. Membuatnya merasa sangat
bersalah. Hyo Jin memutar badannya menghadap L.Joe. Pelukan menyamping L.Joe
terlepas. Pria itu mendekatkan wajahnya pada Hyo Jin yang sudah menutup mata.
Namun, tiba-tiba saja namja itu berhenti dan langsung memundurkan wajahnya
kembali. “sudah lima menit. Ayo pulang” Hyo Jin kembali membuka mata dengan bingung,
wajah L.Joe sudah menjauh darinya. Hyo Jin mencoba menenangkan dadanya yang
kaku sambil menggigit bibir, lalu setelah itu dengan cepat mengganti mimik
wajahnya menjadi normal kembali dan membantu L.Joe berdiri.
***********
Hyo Jin’s flat
22:00 KST
Perban, obat merah dan perekat berserakan di lantai flat Hyo
Jin. Gadis itu baru saja selesai mengobati L.Joe yang penuh luka. Mulai dari
lengan, kaki, dada, punggung, semuanya mengeluarkan banyak darah. Untung saja
selama dipukuli tadi L.Joe terus mempertahankan tangannya di depan muka. Entah
ini terlalu bodoh atau terlalu pintar, tapi yang pertama kali terlintas di
kepala L.Joe saat orang-orang tadi menendangnya adalah ‘jangan sampai mukaku lebam’. Di saat seperti itu, ia masih punya
kesadaran kalau TEEN TOP sedang berada di tengah-tengah masa promosi dan ia tak
mau menghancurkan image-nya yang sudah sangat keren.
“manager Ahn dan Andy hyung pasti sudah menghubungiku jutaan
kali” ucap L.Joe sembari menggerak-gerakkan lengannya yang baru selesai
diperban. “kau sendiri yang membuat handphone-mu rusak” ucap Hyo Jin, L.Joe
mengangguk dengan ekspresi ‘aku tahu’. Hyo Jin mengangkat bahunya tak perduli,
lalu merapikan perban-perban yang berserakan di sekitarnnya.
“Hyo Jin~a”
“wae?”
“maaf soal yang kemarin” Hyo Jin terdiam. Ia menarik napas
ringan lalu, “kenapa minta maaf?”
“ya… aku lancang. Menciummu begitu saja” gadis itu tersenyum
pahit sambil mengangguk-anggukan kepalanya dengan ekspresi acuh. “kau marah?”
“ne.. aku marah. Sangat”
“aku harus minta maaf dengan cara apa lagi?”
“aku marah bukan karena itu. Aku marah karena kau terlalu
lama. Cepat katakan padaku!”
“apa?”
“katakan lagi apa yang kau bilang saat kembang api pertama
muncul”
“kembang a………… Kau mendengarnya?” seru L.Joe tak percaya.
“geuraeyo! Aku berada disampingmu, mana mungkin aku tidak
dengar?” terdengar desahan puas dari mulut L.Joe. Ia menatap Hyo Jin sambil
tersenyum lega. “kenapa tak bilang dari kemarin kalau kau mendengarnya huh?”
“aku tak tahu seorang TEEN TOP L.Joe sepemalu ini di depan
perempuan” Hyo Jin meledek. “tadi kau bersikap seperti monster dan
membentak-bentakku dengan sangat menyeramkan, lalu sekarang kau tersenyum
seperti ini. Namja yang aneh” L.Joe masih tak tahu harus mengucapkan apa. Ia menunduk
memperhatikan pergelangan kakinya yang diperban lalu menatap Hyo Jin hati-hati.
“Park Hyo Jin”
“ye?”
“ng……”
“wae?”
“JADI PACARKU!!!” Hyo Jin terkejut mendengar namja itu tiba-tiba
saja berteriak. “heh! Kau pikir apa yang kau lakukan? Kenapa malah membentakku?”
“ayolah….. jangan buat ini menjadi susah. Kau hanya perlu
menjawab, ya atau tidak” keluh L.Joe.
“kalau caramu begitu ya tentu saja tidak”
“ah~~ Hyo Jin~aa”
“AH molla. Aku akan
menelfon manager Ahn untuk menjemputmu” gadis itu berdiri dan langsung meraih
telfon rumah.
“ara… ara… aku akan mencobanya lagi. Letakkan telfonmu” seru
L.Joe. Hyo Jin meletakkan telfonnya kembali dan bersedekap menunggu pria itu.
L.Joe menghembuskan napas pelan, lalu menengadah menatap Hyo Jin. “ini sama
sekali bukan gayaku. Seumur hidup aku belum pernah menembak yeoja dengan cara
apapun. Aku tipe namja yang sangat pasif, namja yang cuma bisa mengagumi seseorang
dari jauh tanpa bisa bertindak. Tapi demi seorang Park Hyo Jin, aku akan
mencobanya” Hyo Jin tersenyum. L.Joe menarik napas dalam-dalam. “aku sebenarnya
ingin menembakmu dengan cara yang romantis. Tahun lalu Chunji menembak Yoo Hyun
di atas panggung konser, di depan ribuan Angels, tapi aku…… di dalam flatmu,
dengan keadaan seperti ini” L.Joe menunjukkan perban yang membalut tubuhnya dengan
tampang menyesal.
“tapi dengan segala kesederhanaan dan ketidak kerenan caraku
sekarang, tolong berikan aku kesempatan untuk membuktikan kalau aku bisa
menjadi namjachingu terkeren sepanjang masa” gadis didepannya tertawa kecil. Saat
ini L.Joe terlihat sangat lucu di matanya. “Park Hyo Jin, maukah kau menjadi
pacarku?” Hyo jin tak menjawab, hanya diam dan menatap L.Joe tanpa ekspresi.
Membuat pria didepannya sedikit merasa panik.
“ya.. ini memang sangat tidak keren. Tapi aku janji, jika
kau menerimaku, aku akan memainkan biola dan piano khusus untukmu setiap hari” di
tengah-tengah kekhawatiran Hyo Jin akan menolaknya, L.Joe tetap berusaha untuk
tersenyum dan menatap Hyo Jin penuh harapan. Namun Hyo Jin masih mempertahankan
ekspresinya. “YAAA! PARK HYO JIN! Walaupun kau tak mau menerimaku,………………….AH
kau harus tetap mau! Kau tak punya pilihan lain! Anggap saja ini balasan karena
aku membayarkan listrikmu” pria itu menunggu reaksi Hyo Jin selama beberapa
detik sebelum akhirnya menyerah dan berhenti bicara. Ia sudah bicara mulai dari
nada yang sangat lembut sampai akhirnya marah-marah lagi, tapi gadis itu masih
saja terlihat tidak tertarik.
“Park Hyo Jin” kali ini pria itu memanggil Hyo Jin dengan
nada yang membuat kasihan. Membuat gadis itu tak tega meneruskan aksi diamnya.
Tadinya ia ingin terus diam sampai L.Joe lebih meledak lagi dari yang sekarang.
“L.Joe~aa” panggil Hyo Jin, L.Joe mengangkat kepalanya tanpa
semangat. “wae? terserah kau mau menjawab apa aku tak perduli lagi” ucap namja
itu sambil menendang sisa-sisa perban yang sudah dirapikan Hyo Jin. Mungkin
jika momennya tidak sedang begini, L.Joe pasti akan habis diomeli Hyo Jin. Tapi
untuk sekarang, gadis itu sama sekali tidak marah, ia justru malah tersenyum memperhatikan
tingkah L.Joe yang sangat kekanakan. “why’d you have to be so cute? It’s
impossible to ignore you” Hyo Jin tersenyum lembut. L.Joe yang sudah putus asa
perlahan-lahan menjadi cerah. “jinjjayo?”
“ne”
“itu artinya kau mau jadi pacarku?” Hyo Jin tersenyum manis
lalu mengangguk malu. Membuat namja didepannya merasa tidak bisa bernapas untuk
sesaat. Ekspresi L.Joe sangat berbeda dengan yang tadi. Wajahnya terlihat
sangat lelah, tetapi ia tetap terlihat bercahaya karena tak bisa berhenti
tersenyum. Namja itu merasa sangat puas. Walaupun sempat dipermainkan, ia rasa
ia bisa dengan mudah memaafkan gadis itu.
“kemarilah”
“ani. Kau yang kemari” padahal mereka cuma berjarak setengah
meter, tapi tetap saja tak ada yang mau mengalah dan melangkahkan kaki.
“aku sedang sakit. Aku tak boleh banyak bergerak. Cepat
kemari”
“aigoo…… dasar manja!” cibir Hyo Jin. Gadis itu mengalah dan
mendekati L.Joe yang langsung menarik lengannya. Membuatnya terduduk. Dalam
sekejap pria itu sudah bisa mendaratkan bibirnya di kening Hyo Jin. Mereka
bertahan dalam posisi itu selama beberapa detik sebelum akhirnya Hyo Jin
menarik diri secara tiba-tiba dan berdiri. L.Joe terkejut, ia memberikan
tatapan ‘apa ada yang salah?’ pada
gadis yang entah kenapa mengeluarkan senyum aneh itu.
“kau mau cookies?” Hyo Jin mengambil satu biscuit cokelat
bertabur chocochips dan meletakkan sebelah sisinya di mulut. L.Joe yang awalnya
tak mengerti langsung tersenyum miring saat melihat senyuman Hyo Jin yang penuh
arti. “kau menantangku?” Hyo Jin memutar matanya. L.Joe yang sejak tadi terus
mengeluh sedang sakit langsung berdiri dengan mudah dan mendekati Hyo Jin. Ia
meraih pinggang gadis itu, memiringkan kepala dan menyambut biscuit di mulut
Hyo Jin.
Hanya dalam hitungan detik, bibir mereka bertemu. L.Joe mempererat
pelukannya di pinggang Hyo Jin dan mulai mencium gadis itu. Ia memperdalam
ciumannya seiring dengan bunyi samar jarum jam yang berdetak. Hyo Jin yang sadar
tubuh pria itu sedang dalam kondisi yang tidak baik sengaja hanya meletakkan
tangannya di bahu L.Joe tanpa berniat memeluk. Ia takut pelukannya terlalu erat
dan malah menyakiti namja itu.
Setelah beberapa saat, Hyo Jin mengelus pipi L.Joe dengan
lembut, menyuruhnya untuk berhenti. Namja itu paham, perlahan-lahan ia
memperlembut ciumannya dan mengembalikan suasana menjadi lebih tenang sebelum
akhirnya benar-benar mengakhiri ciuman mereka. L.Joe tersenyum, dan Hyo Jin
secara refleks langsung menundukkan kepalanya. “ini sudah hampir larut. Aku
harus menelfon manager Ahn untuk menjemputmu” dengan gerakan yang sangat canggung,
ia melepaskan diri dari pelukan L.Joe dan segera mendekati telfon rumahnya.
L.Joe tersenyum geli melihat Hyo Jin yang bergerak dengan
sangat tegang ketika mengambil telfon. Masih dengan mata yang tertuju lurus
pada gadis itu, tangannya bergerak mengambil toples biscuit yang tadi dibawa
Hyo Jin dan memakannya sendirian.
“kau yakin ini rumahnya?”
“ne.. waktu itu manager Park turun disini kok”
L.Joe dan Hyo Jin kontan bertatapan dengan mata yang
terbelalak. Sayup-sayup terdengar suara percakapan dua orang namja di depan
flat Hyo Jin. Manager Ahn dan sopir Van.
“Hyo Jin! kaos kaki, jaket, mantel, aish… aku harus menutupi
lukaku” bisik L.Joe dengan panik. Hyo Jin yang ikut merasa panik langsung
meletakkan telfonnya kembali dan menyapu perban-perban dilantai dengan kakinya.
Pintu flatnya diketuk. L.Joe yang sudah berhasil menutupi semua perbannya dengan
mantel langsung membantu Hyo Jin menyapu dengan kaki.
“Hyo Jin~aa….. byunghun!! kalian di dalam? Ini aku. Buka
pintunya”
***********
TEEN TOP Vehicle
23:13 KST
L.Joe POV
Setelah sebelumnya pria ini membuatku malu dengan
mengomel-ngomel di depan Hyo Jin, kini setelah berada di dalam van, Manager Ahn
justru makin anarkis dan mulai menjitak kepalaku seenaknya. “ah~ hyung! Demi Tuhan kami tidak berbuat apa-apa”
“aku tak perduli kau mau berbuat apa-apa atau tidak, tapi
gara-gara kau aku jadi dimarahi Andy. Dan…. Aish! Kau benar-benar ya.. walaupun
kau memang tidak berbuat apa-apa sekalipun, tetap saja apa yang kau lakukan itu
tidak benar! Kau berada di flat seorang gadis yang tinggal sendirian sampai jam
11 malam. huft… Lee Byunghun” aku mengangguk-angguk mendengar nasehat
Manager-ku yang sangat perhatian. Ya.. kuakui dia benar. Tapi…. bisakah
berhenti mengomel dulu? Telingaku panas.
Manager Ahn kembali mengomel, diam-diam aku memasang
earphone ke telingaku dan menyalakan musik dengan volume yang sangat keras. Aku
baru saja membuang pandangan ke luar saat sebuah motor melaju berlawanan arah
disamping vehicle. Seketika aku teringat sesuatu. Aku melepas earphone yang
baru saja kupakai dan menoleh pada manager Ahn yang masih bicara.
“hyung”
“wae? apa lagi sekarang? wae? wae?” sahut namja itu dengan
sangat kesal
“jika besok ada seorang pria datang ke perusahaan dan minta
dibelikan motor, kau belikan saja ya..”
“APA?”
END
Hyo Jin~aa replace you ah~~
Hyo Jin~aa replace you ah~~
Karena ff ini udah end, aku mau bilang makasih buat siapapun yg udah
baca. Jeongmal gomawoyo semuanya^^ *sleepy leader C.A.P bow* mian kl bagian
ending ff ini diluar harapan. Semuanya serba buru-buru, ngejar waktu banget supaya
bisa publish Get Crazy sebelum bulan puasa. Oke… g rela sih, tapi…..I’ve to
say…… Hyo Jin – L.Joe selesai. Tamat. End. Finish.
Dan mungkin untuk beberapa minggu ini aku bakal menghilang dari GIGSent, selain
karena GET CRAZY end, aku juga udah ngerasa kehabisan ide buat bikin ff baru.
So… anyyeong^^ Mungkin abis lebaran aku baru bisa publish sesuatu lagi…
*aku bilang mungkin ya, bs jadi lebih cepet ato malah lebih lama*
THX ALL! ANYYEONG^
hahahaha :D dasar Ljoe,.
ReplyDeletecukup keren ooo,. kau benar" pria yang gentle,. :D
yaaahh walau tidak romantis ckckckck >.<