Last Text Message



Genre = Family, Angst
Rating = General
Length = Ficlet
Author = Salsa


“pesan-pesan terakhir yang dikirim oleh korban ditujukan untuk anak perempuannya, sir” sahut pria berseragam lengkap kepada kepala polisi yang tengah  berdiri di dalam subway yang sudah hangus terbakar.



“kau sudah mencoba menghubunginya?” sang pria menggeleng, “kita hubungi sekarang?” tanyanya.
“biar aku saja” pria itu memberikan ponsel milik korban kepada sang kepala polisi, lalu membungkuk dan kembali melanjutkan tugasnya, mengamankan barang-barang milik korban kebakaran di Daegu subway.


Kepala polisi Kim mengamati ponsel yang sebagian casingnya sudah meleleh karena terbakar, sebuah ponsel sederhana keluaran tahun 90-an yang sangat jauh dari kesan modern. Polisi Kim membuka kunci layar, dan sebuah photo seorang gadis remaja yang dijadikan sebagai wallpaper langsung menyambutnya. Gadis itu tengah tersenyum tipis, matanya menghadap lurus kearah kamera, dengan tangan yang terlipat di depan dada.


Polisi Kim beralih ke aplikasi pesan, sepertinya korban memang sempat berkirim pesan dengan anaknya selama beberapa kali sebelum kejadiaan naas itu terjadi. Kontak terakhir yang dihubungi sang korban pun masih di orang yang sama ‘naui yeppeun ttal’ (anak perempuanku yang cantik)’


Tut~~ tut~~ tut~~


Ini sudah panggilan ketiga, tapi sang pemilik kontak ‘naui yeppeun ttal’ itu masih juga belum mengangkat telfonnya. Polisi Kim menghembuskan napas berat, “anak ini!” umpatnya sambil menatap layar ponsel dengan kesal, lantas menghempasnya ke kursi disampingnya, sebuah kursi penumpang yang juga sudah setengah hangus.


Polisi Kim mengusap mukanya dengan frustasi, kejadian ini terjadi begitu cepat. Api menjalar bagai hembusan angin dan menghanguskan sebagian besar penumpang kereta bawah tanah yang mejadi kebanggaan masyarakat Daegu ini. Kereta api bawah tanah yang melaju dengan kecepatan tinggi, dengan rem yang mendadak tak berfungsi, dengan api yang berkobar-kobar, mengamuk didalam gerbongnya. Api yang nyaris mustahil untuk dipadamkan.


Mata pria itu kembali melirik ponsel milik salah satu korban yang tadi sempat ia hempas, entah kenapa tergelitik untuk membaca pesan-pesan terakhirnya. Setelah beberapa saat menimbang, namja itu akhirnya menyambar ponsel itu kembali dan mulai membuka kotak pesannya.



*****Last Message*****



Abouji POV



Aku melangkah gamang memasuki kereta api bawah tanah yang akan membawaku pulang. Harusnya aku membawakan ponsel baru untuk putriku hari ini. Harusnya  aku membelikan yang baru untuknya. Aku sudah berjanji. Aku sudah berjanji sejak lama. Dia pasti akan kecewa. Lagi-lagi pasti akan kecewa.


Baru saja aku mendudukkan tubuh disalah satu kursi, ponselku bergetar, sebuah pesan masuk diterima. Aku tersenyum melihat siapa pengirimnya, putriku yang cantik mengirimiku pesan. Ini pertama kalinya ia mengirimiku pesan sejak tiga bulan terakhir. Dan rasanya benar-benar tak dapat kugambarkan. Tapi semua rasa itu berganti menjadi rasa bersalah yang tak ternilai saat pesannya kubuka.


 Hari ini kau belikan kan? hari ini aku bisa mendapat ponsel baruku kan?  


Senyum mengambang nampak diwajahku. Rasanya senang mendapat pesan darinya, dari anak semata wayangku yang sedang menungguku di rumah. Tapi aku juga merasa sangat sesak saat faktanya aku belum juga memiliki uang untuk membuat putriku bahagia.


Sepertinya harus ditunda dulu. Bulan depan, oke? Appa janji. Naui ttal, Saranghae^^…… appa pulang sebentar lagi….


Aku mendesah perih begitu pesan itu terkirim. Bulan depan putriku, appa janji. Appa janji. Tolong jangan marah pada appa…. Tolong!


Jadi appa belum beli ponselnya? aku tak mau menunggu sebulan lagi. Teman-temanku punya tas yang bagus, punya seragam yang bersih, punya sepatu yang mahal. Sedangkan aku? aku cuma minta ponsel baru dan aku harus menunggu nyaris satu tahun? kenapa kau harus menjadi ayahku? Kenapa tuhan menitipkanku padamu? Aku membencimu.


Rasanya seperti ditancapkan besi panas oleh anakku sendiri. Aku berusaha mengendalikan air mata yang nyaris keluar, menahan semua rasa marah, bersalah, tak berguna yang meletup-letup dalam dada. Dia bahkan bilang dia membenciku? Membenciku? Sambil menghirup napas dalam-dalam, aku menoleh ke luar jendela, subway berjalan dengan sangat cepat. Mungkin dalam waktu sepuluh menit lagi aku akan sampai di rumah dan melihat wajah putriku yang sangat kecewa. Aku tak mau melihatnya kecewa.


Tolong jangan benci appa! Uangnya sudah hampir terkumpul semua. Kau cuma harus menunggu sebentar lagi. Tidak. Tidak sampai sebulan. Cukup dua minggu saja. Tunggu appa pulang, sebentar lagi appa pulang, kita hitung uangnya sama-sama. Aku mencintaimu.


Pesannya baru saja terkirim. Dan tiba-tiba saja seorang petugas kereta masuk dari pintu gerbong, matanya membelalak merah, napasnya memburu, dan keringat mengucur deras di dahi dan lehernya. Semua orang di dalam gerbong menahan napas, menatap pria itu dengan tatapan penasaran. Namun ia malah berjalan begitu saja melewati kami semua.


‘remnya tak berfungsi’
‘api sudah menyambar sampai ke gerbong empat’


Terdengar suara samar, lengkap beserta bayangan sejumlah petugas di balik pintu gerbong. Aku dan beberapa orang yang mendengar langsung terhenyak tak berdaya. Dan tepat saat itu, ponselku kembali bergetar.


Aku tak akan menunggumu. Jangan pulang kalau kau tidak membawa ponsel baru untukku. Kalau kau pulang, aku yang akan pergi. Pergilah kemana saja. Kalau perlu, pergilah ke surga!


Kobaran api terlihat, bersamaan dengan teriakan orang-orang dari gerbong sebelah. Penumpang lain disekitarku mulai berdiri dan berteriak, sementara aku hanya diam dan menyandarkan tubuh dengan air mata yang mulai menetes. 


Ya.. jangan menungguku. Tidurlah yang nyenyak dan belajar yang benar. Jadilah orang sukses, jangan seperti ayah. Jeongmal mianhaeyo ….. Putriku yang cantik, aku mencintaimu.


Aku menulis pesan terakhir itu dengan tangan yang bergetar hebat. Seolah merasa ada malaikat pencabut nyawa yang sedang mengayunkan kapaknya di hadapanku. Gerbong keretaku mulai tak karuan, semua berteriak panik dan menangis histeris. Semua orang bergerak menjauhi api yang mulai menjalar masuk, membuat yang lain terdesak, terhimpit, berdarah-darah menghantam besi di sekeliling kereta dan meninggal kehabisan napas.


Api merambat dan mulai membakar kursi-kursi penumpang, aku berdiri. Dengan tangan yang gemetar parah, aku menekan tombol panggil, mendekatkan layarnya ke telingaku, menunggu suara indah anak perempuanku. Namun……. Sampai kobaran api merah menyala itu menyentuh kulitku, panggilanku sama sekali tak ia gubris. Ia tak memberiku kesempatan untuk mendengar suaranya lagi. Tapi tak apa, setidaknya aku menuruti keinginannya diakhir hayatku. Jangan pulang!


Ponselku kembali bergetar, namun aku tak punya kesempatan lagi untuk melihatnya. Semua terjadi begitu cepat, dan yang dapat kurasakan hanyalah rasa sakit, panas dan juga perih luar biasa di kulit dan hatiku. Kau tak akan pernah mengerti betapa appa mencintaimu, Saranghae, naui ttal. Saranghae…



*****Last Message*****



Tanpa sadar, air mata mengalir di pipi kepala polisi Kim. Ia menghapus air matanya kasar, lalu menggeleng tak percaya sambil menatap nanar kearah layar ponsel.


Pergilah!


Itulah bunyi pesan terakhir yang masuk ke ponsel korban. Kepala polisi Kim memang sama sekali tak memiliki hubungan darah dengan korban, bahkan sama sekali tak kenal, tapi ia bisa merasakan betapa sakitnya hati pria itu. Ia kembali menekan tombol panggil, jantungnya berdebar dengan sangat cepat. Tangannya bergetar dan dadanya terasa luar biasa sesak. Penuh oleh rasa marah dan tak percaya. Mungkin gadis itu memang sedang emosi karena permintaannya tidak dituruti, tapi apakah pantas bicara begitu pada ayah kandungnya sendiri?


Tut~ tut~ tut~


Sampai nada sambung ke-enam, panggilannya tak kunjung dijawab. Kepala polisi Kim sudah putus asa dan hendak menurunkan telfonnya, namun “wae?” mata pria itu melebar.


“s..se..selamat siang” ujar sang kepala polisi tergagap.
“untuk apa menelfon? kau bilang akan pergi! Kalau begitu tak usah menghubungiku lagi”
“tolong diam dan dengarkan aku! aku bukan appamu”
“oh~ haha…. dia menjual ponselnya padamu ya?”
“tolong lebih sopanlah sedikit”
“cih~ nuguya? Apa yang kau inginkan dariku? Apa dia melakukan tindakan bodoh? Kalau begitu carilah dia, jangan menghubungiku. Aku sudah tak punya hubungan apapun lagi dengannya”


“sebenarnya aku ingin menyampaikan berita duka untukmu. Tapi mungkin menurutmu ini adalah berita baik”


“berita apa?” suara gadis di ujung telfon itu mulai melemah. Mulai penasaran.
“dia, pria yang selalu kau sebut dengan sebutan dia, pria yang memiliki wallpaper seorang gadis remaja di ponselnya, pria yang selalu mengatakan aku mencintaimu kepada putrinya, dan pria yang menggunakan nama ‘naui yeppeun ttal’ sebagai nama kontakmu, pria itu baru saja pergi”


“ya.. aku tahu! dia sendiri yang bilang akan pergi” nada angkuhnya masih terdengar.
“maksudku pergi…. Dan tak pernah kembali”
“tolong bicara yang jelas”
“ayahmu adalah salah satu korban kebakaran Daegu subway semalam. Dia hangus terbakar di tempat. Dan dia sudah meninggal dunia”



END


Huft~~ what did I do?


Sebelumnya, aku mau ngucapin selamat puasa buat semua yang menjalankan^^ oke, ‘last text message’ adalah ff pertama aku di bulan puasa ini. eotte? Aku emang lagi pengen beralih dr yang biasanya selalu muter-muter di genre ‘Comedy romance super krik’ jadi sesuatu yang lebih ke cerita keluarga. Tapi jujur aku sama sekali g bakat bikin cerita keluarga u_u hingga jadilah ff antah berantah ini. ff tanpa cast. Ya.. ini keitung ff ketiga aku yang ceritanya tanpa cast, setelah ‘night in the bus stop’ dan ‘white guy’ eottokhaci????? Semoga berkesan ya..


Inspirasi-nya dari kejadian naas kebakaran di Daegu subway 2003 silam. Selama liburan kerjaan aku tuh emang cuma ngebolang di tumblr-tumblr orang. Trus kepo-in postingan-postingan merekaaa…. Dan inilah hasil ke kepo-an aku, not bad kaaaaan? *asah golok*



Thanks buat semua yang baca…^^ annyeongJ

Comments

Popular Posts