Your New Face - part 11 (Because of Eyes)
Sinar kemerahan itu mulai menyapa suluruh penghuni bumi.
Dengan ditemani oleh nyanyian dari burung-burung yang berterbangan, sang surya
mulai keluar dari persembunyiannya. Perlahan namun pasti cahaya yang
menyilaukan itu mulai menjamah setiap insan yang mulai menyibukan diri mereka.
Muju resort, tempat bermain ski dengan luas lebih dari 6 km
yang terdiri dari berbagai macam luncuran untuk beberapa level keahlian ini
sudah mulai dijamahi oleh berbagai macam bentuk manusia yang sudah mulai
bersiap-siap untuk menikmati arena tersebut. Dengan mengenakan jaket dengan berbagai
macam warna, mereka mulai menyesaki tempat dingin tersebut. Dengan kegembiraan
yang mereka bawa, arena ski tersebut berubah menjadi lautan kegembiraan
manusia.
Namun disaat hampir sebagian besar pengunjung resort tengah
menikmati kegiatan mereka di tempat tersebut, sosok Sooyoung, Eunhyuk, Luhan,
dan juga sosok yeoja bernama Tiffany itu tengah terduduk di ruang tunggu hotel
dengan wajah yang terlihat begitu cemas. Secara bergiliran mereka memperhatikan
tiap jarum jam yang terus bergerak hingga membuat waktu terus berjalan.
Berkali-kali hembusan kegusaran terdengar menghiasi ruangan tersebut sejak
malam dimana Donghae menghilang dan Yoona tak ditemukan di kamarnya. Tak ada
alasan yang kuat bagi mereka untuk mencari kedua orang itu dimalam saat badai
salju turun. Dan alhasil, hanya berdoa kepada Tuhan-lah yang dapat mereka
lakukan.
******
Hembusan kelelahan terus terhembus sepanjang kakinya
melangkah pergi meninggalkan rumah kecil yang sempat mereka gunakan untuk menghindari
hembusan angin yang semakin malam semakin berhembus dengan sangat kencang.
Dengan membopong tubuh seseorang yang memiliki beban berat dua kali daripada
dirinya, ia mencoba untuk tetap berjalan meninggalkan tempat dingin tersebut.
Tanpa sepotong roti, seteguk susu, bahkan sedetik istirahat, ia mencoba untuk
tetap menggunakan sisa-sisa tenaganya yang sedikit bahkan sangat sedikit untuk
menyelamatkan orang yang ia bopong. Dengan bibir yang sudah terlihat sangat
pucat dan langkah kaki yang mulai terseret, ia terus melanjutkan perjalanannya
menuju tempat peristirahatan yang mereka sewa selama berada di tempat tersebut.
Nyaris saja tubuhnya terhuyung saat dirasakan kedua kakinya
mulai tak memiliki tenaga untuk mengangkut tubuhnya dan juga tubuh sosok
tersebut. Namun hal itu tak terjadi saat sepasang matanya yang sayu menangkap
sebuah bangunan bertingkat berwarna coklat keemasan dari kejauhan. Dengan cepat
ia megumpulkan kembali sisa-sisa tenaganya dan kembali melangkahkan kakinya
menuju tempat tersebut.
Ia menghembuskan nafanya saat tubuhnya kini telah berdiri di
dalam bangunan megah tersebut. Sejenak ia terdiam dan mengedarkan kedua matanya
menjelajahi setiap seluk tempat tersebut. Ia sedikit menggumam saat matanya tak
kunjung menemukan sesuatu yang sangat ia harapkan. Ia kembali mengedarkan
indera penglihatannya, dan kali ini lebih teliti. Setiap lekukan tempat
tersebut tak ia biarkan terlewat seperti saat sebelumnya. Dan nampaknya
usahanya kali itu berbuah baik. Karena disaat itu, ujung bibirnya tertarik membentuk
sebuah lengkungan tipis yang dibarengi dengan gumaman tak jelas yang terlontar.
āgidaeryeo.ā Ucapnya pada sosok yang masih dengan setianya
mengalungkan tangan kekarnya pada pundaknya.
Ia kembali membopong tubuh sosok itu. Kakinya yang mulai
melemah tak menyurutkan niatnya untuk tetap berjalan menuju salah satu bagian
yang berada di sayap kiri bangunan tersebut. Dengan nafas yang memburu dan juga
wajah yang sudah memucat pasih, ia melangkahkan
kakinya menghampiri tempat itu. Dan tepat. Saat tubuhnya telah berhasil berdiri
dihadapan orang-orang yang berada di tempat tersebut dan mulutnya telah
melontarkan satu buah kalimat yang membuat dua orang namja yang sedari tadi
terus berjalan tak menentu mengambil alih sosok yang ia bopong, ia terjatuh dan
seluruh pandangannya berubah menjadi hitam. Ia kehilangan kesadarannya.
Yoona POV
Ku kerjapkan mataku perlahan. Terasa begitu berat rasanya
saat aku mencoba untuk membukanya, seperti ada sebuah benda berat yang tengah
menindih wajahku. Masih dengan kelopak mata yang belum sepenuhnya terbuka, kini
ku rasakan tubuhku juga ikut terasa berat dan sakit seperti saat aku harus
membawa dua kardus buku sebagai hukuman karena tertidur di kelas Yoon
seosangnim. Ku coba untuk menegakan tubuhku, namun lagi-lagi rasa sakit ini yang
membuat aku tak mampu melakukannya.
ākau sudah sadar? tunggu sebentar aku akan ambilkan air.ā
Samar-samar ku dengar suara decitan pintu sesaat setelah
suara yang sepertinya milik Sooyoung terdengar. Sebenarnya apa yang terjadi?
Kenapa tubuhku menjadi seperti ini? Dan Sooyoung, kenapa dari nada bicaranya ia
seperti khawatir?
Ku pegangi kepalaku yang terasa seperti berputar saat
lagi-lagi aku mencoba untuk bangkit dari posisi tidurku. Sungguh... aku
merasakan ruangan ini seperti berputar dua ratus tujuh puluh derajat. Semua
benda yang berada di ruangan ini memiliki kembaran. Entah itu lemari, pintu,
jendala, ranjang, bahkan tubuhku juga ikut memiliki kembaran. Sebenarnya apa
yang sudah terjadi? Kenapa aku tak dapat mengingatnya dengan jelas? Yang aku
ingat hanya salju, rumah kecil, dan tubuh berat seseorang.
āYoona.ā
Ku tolehkan wajahku saat suara yeoja tiang listrik itu terdengar.
Ia segera menghampiriku sesaat setelah menutup pintu kamar dengan segelas air
mineral digenggamannya.
āigeo. minumlah. kau pasti merasa kurang baik.ā
Ia menyodorkan gelas itu padaku. Mengambil salah satu kursi
yang berada di dalam kamar dan mendekatkannya pada ranjang yang tengah ku
duduki.
āgomawo..ā Ucap ku berterima kasih atas kebaikannya
mengambilkan air ini untukku. Ku rasa saat ini Sooyoung sudah memiliki
kemampuan khusus membaca pikiran seseorang. Buktinya ia tahu kalau aku tengah
merasakan kekeringan pada tenggorokanku.
āapakah kau sudah baikan?ā
ānde? eemm... sedikit.ā
Ku habiskan sisa-sisa air yang masih berada di dalam gelas
sebelum aku kembali meletakkannya di atas meja kecil di samping ranjang. Namun
belum sempat tanganku mencapai meja itu, Sooyoung, ya... dia telah lebih dulu
mengambilnya dan meletakkannya disana.
āsebenarnya apa yang kau lakukan, eo? kenapa kau nekat pergi
disaat badai salju?ā
Tunggu. Sepertinya aku mulai mengingat sesuatu. Pergi disaat
badai salju? Berarti itu terjadi semalam. Dan jika aku sampai nekat menembus
dinginnya angin yang berhembus, berarti ada alasan besar yang tak diketahui
oleh Sooyoung. Tapi apa? Kenapa aku masih tak dapat mengingatnya. Aishh..
menyebalkan.
āya! kenapa kau diam? sudahlah, kau tak usah pikirkan. yang
jelas sekarang kau dan Donghae telah kembali dengan selamat. jadi lebih baik
kau istirahat sekarang. wajahmu mengatakan kalau kau tak tidur semalaman.ā
Aku dan Donghae selamat? Hhh... kenapa Sooyoung malah
menghubungkan perginya aku semalam dengan devil itu? Memangnya apa yang
terjadi? Kenapa Sooyoung bisa menyebutkan nama seorang Donghae?
ātsk. kenapa kau malah diam? cepat beristirahat.ā Dengan
cepat Sooyoung menarik selimut dan mengenakannya pada tubuhku. Dan aku mau tak
mau mengikuti apa yang ia katakan. Tetapi sepertinya otak ku masih terus
memikirkan apa yang baru saja Sooyoung katakan. Yah.. mengenai kepergianku dan
juga devil itu.
āeemm... Sooyoungie.ā
Sooyoung memutar tubuhnya. Sedikit memiringkan wajahnya dan
menatapku. āwae? apakah ada lagi yang kau inginkan?ā
Aku menggeleng. Dan itu berhasil membuat yeoja ini kembali
duduk.
ālalu ada apa?ā Tanya nya serius.
Aku kembali mendudukan tubuhku. Nampakanya pembicaraan kali
ini akan berjalan panjang. Dan mungkin akan membuatku sedikit terkejut.
āeemm.. sebenarnya apa yang telah terjadi?ā Tanyaku.
Sooyoung membelalakan matanya. Nampaknya pertanyaanku ini
merupakan pertanyaan terbodoh yang pernah ia dengar. Tetapi mau bagaimana lagi?
Semua yang aku pikirkan, semua menjadi satu dan jadilah pertanyaan seperti itu.
Jadi bukan salahku jika mulut ini melontarkan kalimat seperti itu.
ākau tak ingat Yoong? semuanya?ā Ia kembali bertanya, tapi
kini terdengar seperti tengah meyakinkan dirinya bahwa apa yang aku tanyakan
sesuai dengan apa yang ia dengar.
Ku aggukan kepalaku. Memang benarkan kalau aku tak mengingat
apa pun selain badai salju. Bahkan devil itu pun, aku tak dapat mengingatnya.
ākau menghilang saat Donghae juga menghilang. dan tadi pagi,
kau datang sembari memapah tubuh Donghae. dan setelah itu, kau pingsan.ā
Author POV
Dengan wajah yang masih terlihat lemah, Yoona memaksakan
tubuhnya untuk bangkit meninggalkan ranjang sesaat setelah Sooyoung
menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Dan hal itu membuat Sooyoung nampak
bingung. Ia tak tahu harus melakukan apa. Ia telah mencoba untuk melarang Yoona
agar tak pergi meninggalkan kamar. Namun bukan Yoona namanya jika ia tak keras
kepala.
Dengan langkah yang tertatih Yoona pergi meninggalkan
kamarnya. Ia melangkahkan kakinya menuju salah satu kamar yang berada dilorong
yang berlawanan dengan kamar miliknya. Namun tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya,
saat sesuatu yang tak ia suka tertangkap oleh retina matanya.
āseharusnya aku tak pernah melakukan hal ini.ā Umpatnya. Ia
pun kembali memutar tubuhnya dan berlari pergi meninggalkan tempat tersebut.
āYoona... kau mau kemana?ā Teriak Sooyoung yang sebelumnya
ikut pergi mengikuti Yoona.
Yoona kembali berlari menuju kamarnya. Membanting pintu
tersebut dan menguncinya. Tubuhnya langsung bergerak menuju lemari yang berada
disisi kanan kamar. Ia keluarkan koper berwana biru miliknya dan memasukkan
pakaiannya ke dalam koper dengan kasar. Sempat ia hentikan aktivitasnya saat
suara Sooyoung terdengar sampai ke dalam kamar, namun tak berlangsung lama.
Masih dengan merapihkan seluruh barang-barangnya, kini ia menarik kopernya
menuju salah satu meja tempat ia meletakan beberapa peralatan perias wajah yang
sengaja dibawanya. Ia masukkan benda-benda itu, dan setelahnya menutup kembali
koper tersebut dan menariknya pergi bersama dengan dirinya.
āYo.. Yoona. k-kau ma.. mau kemana?ā Tanya Sooyoung saat
mendapati Yoona keluar dengan membawa koper.
Melihat wajah keterkejutan Sooyoung tak lantas membuat Yoona mengindahkan
keberadaan sosok yeoja itu. Yoona lebih memilih meninggalkan sosok tersebut
dengan tak memberikan jawaban apa pun padanya.
The other side
Suara ketukan itu membuatku mau tak mau harus bangkit dari
ranjang dengan rasa pusing yang setidaknya lebih membaik dari sebelumnya. Ku
layangkan tanganku memutar kunci yang tergantung pada pintu, dan membuka pintu
tersebut.
āeo kau Fany-ah. wae?ā Tanyaku saatku dapati Tiffany yang
tengah berdiri di depan kamar.
āaku hanya ingin melihat keadaanmu. apakah kau sudah lebih
baik?ā
Ku sunggingkan senyumku pada yeoja imut dihadapanku ini. Ia
sama sekali tak berubah. Ia tetap sama seperti saat pertama kali aku bertemu
dengannya. Dengan keadaanku yang terpisah jauh dengan eomma saat di New York,
sosoknya berhasil membuatku tak terlalu merasakan kesepian.
āgwaenchana, hanya terasa sedikit pusing.ā Ku acak pelan puncak rambut yeoja ini. Sungguh
wajahnya begitu lucu ketika ia sedang khawatir.
ājinjja? apakah pusing sekali, eo?ā Ia mengangkat tangannya.
Meletakkan telapak tangannya pada keningku.
āannie. gwaenchana. kau jangan terlalu khawa...........ā
āYo.. Yoona. k-kau
ma.. mau kemana?ā
Ku tolehkan kepalaku tepat saat sosok tersebut mengakhiri
ucapannya. Soo.. Sooyoung? Yeoja itu bukankah teman......
Aku kembali menatap Tiffany tepat saat sesuatu yang tak mengenakkan
terlintas dipikiranku. Hhhhhah.... kenapa malah menjadi seperti ini?!!
Other side end
Yoona menapakan kakinya pada lobby hotel tepat saat pintu
lift terbuka. Ia segera berjalan menuju pintu utama tanpa mengindahkan segala
sesuatu yanng berada disekitarnya, baik itu pengunjung yang lain atau bahakn
benda-benda penghias. Bahkan suara seseorang yang memanggilnya pun tak membuat
Yoona menghentikan langkahnya.
āada apa dengannya? kenapa ia pergi dengan membawa koper?ā
āLuhan.ā Panggilan itu berhasil membuat sosok yang tadi
sempat memanggil Yoona menolehkan kepalanya kearah lift. Matanya menangakap
sosok Sooyoung yang tengah berlari kearahnya dengan nafas yang tersenggal.
āk-kau melihat Yoona? mana dia?ā Tanya Sooyoung masih dengan
nafas yang tak teratur.
Luhan tak menjawabnya, ia hanya mengangkat tangannya
menunjuk seorang yeoja yang tengah berjalan dengan terburu-buru dengan koper
berwarna biru menuju area taxi hotel.
āyak! kenapa kau tak
mengejarnya. cepat kejar dia.ā Sooyoung mendorong Luhan. Memaksa namja itu agar
mengejar Yoona.
Luhan yang telah terdorong oleh Sooyounng, mau tak mau mengejar
Yoona yang kini tengah berdiri menunggu taxi. Tapi sebuah tangan kekar menahan
langkahnya. ābiar aku saja.ā Ucap pemilik tangan tersebut. Dan setelah itu, ia
segera berlari meninggalkan Sooyoung dan Luhan yang terlihat sangat terkejut
atas kemunculan sosok tersebut.
Tak peduli beberapa orang yang menatapnya kesal karena harus
merasakan sakit akibat bertabrakan dengannya, sosok tersebut tetap berlari menghampiri
Yoona. Masih tetap tak memperdulikan apa pun, kini giliran sebuah taxi tak
berdosa yang harus merelakan pintunya ditutup kembali secara kasar oleh
dirinya.
āapa-apaan kau?!ā Protes Yoona saat pintu taxi yang baru
saja dibukanya harus kembali tertutup karena ulah orang yang sangat tak ingin
ditemuinya itu.
ākau mau kemana?ā Tanya orang itu yang tak memperdulikan
tatapan sengit yang ditunjukan Yoona.
āaku mau pulang. wae? bukankah aku sudah tak memiliki urusan
lagi disini.ā
ājinjja? lalu kenapa tadi kau pergi ke kamarku, eo?ā
Yoona mendecak kesal saat sosok tersebut malah
mempertanyakan hal yang sama sekali tak ingin diingatnya. Mengingat hal itu
membuat ia ingin menerjunkan dirinya ke dalam lahar gunung berapi yang siap
meledak.
āitu bukan urusanmu! oh iya, aku sudah menolongmu semalam,
dan pertolonganku itu sebagai pembayaran hutang yang ku miliki padamu. jadi
kini aku sudah tak memiliki hutang apa pun.ā
Yoona melempar senyum sinisnya. Ia menatap lekat-lekat sosok
namja dihadapannya itu seakan-akan ia memiliki dendam pada sosok tersebut.
ābenarkah? sayangnya kau baru melunasi hutang pertamamu Im
Yoon Ah. jadi, kau masih memiliki dua hutang lagi yang harus kau lunasi.ā
Balasnya dengan terkekeh pelan, membuat Yoona ingin sekali menghabisi sosok dihadapannya
itu.
āterserah kau saja! lebih baik kau minggir dan jangan
halangi aku lagi!ā
Yoona kembali membuka pintu taxi tersebut, namun lagi-lagi
sosok dihadapannya itu menutupnya dan kini ditambah ia merebut paksa koper yang
berada di sampingnya. āyak! kembalikan koper ku?!ā
ātidak sebelum kau menjawab kau akan pergi kemana.ā Jawab
sosok itu yang kini telah memindahkan benda berbentuk persegi panjang itu ke belakang
tubuhnya.
Yoona kembali mendecak kesal. Sudah kesekian kalinya untuk
hari itu ia harus merasakan panas disekujur tubuhnya. Pertama, saat ia baru
saja membuka matanya. Lalu, saat ia melihat sosok dihadapannya dengan sosok
yeoja bernama Tiffany. Dan yang terakhir adalah saat itu. Saat sosok manusia
yang sangat tak ingin dilihat Yoona merebut paksa koper miliknya.
Yoona menghembuskan nafasnya kasar. āaku mau pulang. wae?ā
ākau tak bisa pulang. kau tak tahu jalan kembali Im Yoon Ah.
kau harus kembali bersamaku, karena aku yang mengajakmu pergi ke tempat ini.ā
Ucap sosok itu sembari menarik lengan Yoona ke dalam hotel. Namun bukan Yoona
namanya jika ia dengan relanya mengalah dengan orang yang sangat ia kesali. Ia
tepiskan tangan kekar sosok tersebut, dan hal itu berhasil membuat sang pemilik
tangan berbalik menatapnya.
āaku bukan anak kecil lagi yang belum bisa berpikir dengan
baik tuan Lee Donghae. aku sudah berumur dua puluh tahun. walaupun aku tak tahu
jalan kembali ke Seoul, lalu untuk apa ada kendaraan umum kalau pengendaranya
tak mengetahui jalan?!ā Jedanya dengan sengit sebelum ia kembali melanjutkan
apa yang belum ia ucapkan.
ājadi lebih baik kembalikan koperku dan jangan menggangguku
lagi!!ā Yoona segera meraih kopernya dan menariknya ke dalam taxi yang sudah
menunggunya sedari tadi. Ia segera mengatakan tujuannya kepada supir taxi
tersebut dan membuat taxi itu langsung melaju meninggalkan area hotel.
āhhh... kau terjebak Im Yoon Ah. karena aku telah
memulainya, kini aku lah yang harus mengakhirinya. tak peduli ada atau tidak
adanya sosok itu, Luhan.ā Umpatnya sembari terus menatap taxi yang terus melaju
membawa Yoona pergi.
*****
^,^ *****
Pandangannya terlihat begitu lemah. Tubuhnya yang ia
sandarkan pada jok mobil membuatnya terlihat semakin menyedihkan. Harus ia akui
bahwa ini kali pertamanya ia menjadi seperti itu. Menatap jalan besar yang
disesaki mobil-mobil dengan pikiran yang entah melayang kemana. Semua ini salah
sosok menyebalkan yang selalu mengusik kehidupannya. Ia merasa telah menjadi
yeoja bodoh karena sudah terperangkap di dalam permainan yang dibuat sosok
tersebut.
Entah telah berapa kali ia menyesali perbuatan bodohnya itu.
Namun sebanyak apa pun ia melakukan hal itu, semuanya hanya sia-sia. Nasi telah
menjadi bubur, ia telah jatuh di dalam lumpur, dan kini hanya tinggal menentukan
pilihan. Mau terus terjebak di dalam lumpur tersebut atau mencoba mencari jalan
agar dapat keluar dan membersihkan diri. Namun lagi-lagi pikirannya tak dapat
ia ajak untuk bekerja sama. Semua yang ada di dalam otaknya kini hanya
menyisakan satu buah wajah seseorang yang sangat ia yakini kalau orang itu kini
tengah tertawa terbahak-bahak karena berhasil membuatnya menjadi seperti saat
itu.
Ia serahkan beberapa lembar uang kepada sang supir dan
segera menarik dirinya serta barang yang ia bawa keluar dari taxi. Ia buka
pagar tinggi yang menghadangnya dan segera menyeret masuk dirinya ke dalam.
Berhasil memasuki area pertama dalam rumahnya tak berarti ia akan berhasil
untuk sampai ditempat yang sangat ia ingin tuju dengan cepat pulakan.
Masih dengan langkah yang terseret, kakinya hendak menapaki
anak tangga pertama namun urung dilakukannya karena kemunculan sosok orang
yanng sangat sangat tak ingin ia temui. Dengan pasrah dan tak ingin membuat
tenaganya semakin terkuras sia-sia, ia urungkan niatnya dan memutar tubuhnya
menghadap sosok wanita yang tengah menatap layar datar di depannya dengan
ditemani segelas teh hangat.
ākenapa kau sudah pulang? bukankah kau berencana untuk
berlibur selama lima hari?ā
ātak apa. kalau begitu aku pergi ke kamar dulu.ā Pamitnya
dan langsung melenggang meninggalkan sosok wanita yang menatap kepergiannya
dengan wajah bingung.
āada apa dengan anak itu?ā Gumamnya.
******
Yoona merebahkan tubuhnya setelah menutup rapat pintu kamar.
Ia pejamkan matanya dengan helaan panjang yang mengikuti. Rasanya kini seperti
ada puluhan kilo batu yang menimpa seluruh tubuhnya. Rasa sakit ia rasakan
disekujur tubuhnya, mulai dari tangan, kaki, bahkan rahangnya pun juga ingin ia
lepaskan andai saja tubuh manusia dapat dilepas dan dirangkai kembali.
ābodoh! kau mau saja bermain di dalam permainannya!!ā
Yoona bangkit dari ranjangnya. Berjalan menuju meja rias dan
duduk disana. Sesaat ia tatap pantulannya sendiri dengan tatapan yang sama
sekali tak dapat diartikan. Namun detik kemudian, wajahnya berubah drastis. Ia
menautkan kedua alisnya seperti tengah menatap sesuatu yang dibencinya.
Wajahnya yang terlihat datar seperti tengah bersiap-siap untuk memangsa rusa di
depannya andai saja ia seekor singa.
ākini kau telah hanyut. hanyut diantara gulungan ombak
besar. tubuhmu telah menghilang dilautan lepas.ā
Bomi oneun sori teu-llimyeon (Ggoti pin
gil ttara keo-reoyo)
Bi naerineun yeoreumi omyeon (Muji-gae-man
bomyeo keo-reoyo)
Ka-eul jina kyeou-ri wahdo
Sone jeonhaejineun ongiro (Ttaseuhameuro)
Hamkke keo-reo-gayo
How great is your love
Yoona menoleh tepat saat bunyi nyaring ponselnya terdengar
memenuhi ruangan tersebut. Beberapa saat kemudian tubuhnya telah kembali
terduduk di atas ranjang dengan ponsel yang telah berada di dalam genggamannya.
ākenapa kau pulang begitu saja?
apakah kau telah sampai dengan selamat? ah.. mian, aku banyak bertanya. aku
hanya khawatir pada mu.ā
To :
Yoona
Sesaat mimik wajahnya berubah ketika membaca deretan kalimat
tersebut. Namun mimik tersebut tak dapat bertahan lama. Karena kini dirinya
kembali diselimuti oleh aura kekelaman.
ānan gwaenchana. tiba-tiba saja aku
teringat bahwa aku memiliki urusan lain. mian membuat mu khawatir Luhan-ah..ā
From :
Yoona
Yoona kembali merebahkan tubuhnya. Meletakan benda berbentuk
persegi panjang itu di sampingnya. Perasaannya terasa tak mengenakan manakala
ia memikirkan isi pesan tersebut.
Tok... tok... tok....
Ketukan tersebut membuat Yoona kembali terduduk di atas
ranjangnya. Awalnya ia berniat untuk membiarkan sosok yang mengganggunya itu,
tetapi mengingat kejadian-kejadian yang telah ia alami karena tak kunjung
membukakan pintu kamar membuat ia rela tak rela harus bergerak meraih gagang
pintu tersebut untuk membukanya.
āwaeyo eomma?ā Tanya nya terhadap sosok wanita paruh baya
yang telah berdiri tepat di depan pintu kamarnya.
Wanita itu diam sejenak memperhatikan Yoona. Rasanya ingin
sekali ia membasuh Yoona dengan satu ember air agar wajah anaknya itu terlihat
lebih manusiawi. Bagaimana tidak, dengan matanya yang bengkak, pakaian yang
agak kusut, rambut yang tak tertata, serta aura kelam yang menghinggapinya
membuat siapa pun yang melihat pasti juga ingin melakukan hal yang sama dengan apa
yang sosok wanita tersebut ingin lakukan.
Waniat itu menggelengkan kepalanya. Matanya bergerak
memperhatikan Yoona dari ujung rambut hingga ujung kaki secara berulang kali.
āya Tuhan.... ada apa dengan mu Yoong? kenapa kau berantakan
sekali?!ā Waita itu memutar-mutar tubuh Yoona. Membuat rasa kesal kembali
menggelayuti perasaannya. Namun, mengingat siapa sosok wanita itu membuat Yoona
hanya mampu diam dan tak melakukan apa pun atas apa yang dilakuakn oleh wanita
itu padanya.
ācepat kau rapihkan dirimu. eomma tak mau malu hanya karena
penampilanmu yang selusuh ini.ā Ucap
wanita itu sembari mendorong tubuh Yoona ke dalam kamar mandi sebelum
pergi meninggalkan kamar tersebut.
******
Setelah sekian lama ia berada di dalam kamar mandi hanya
untuk membersihkan diri seperti apa yang diperintahkan oleh sang eomma. Akhirnya
kini ia telah menampakan kembali dirinya dengan keadaan yang jauh lebih baik.
Ia kesampirkan handuknya ke pundak, dan kembali duduk di depan meja rias.
āhhhhh.... menyebalkan!ā
Tepat setelah Yoona mengucapkan kalimat itu, pintu kamarnya
kembali terbuka dan kembali menampakan sosok yang sebelumnya telah datang dan
mengganggu waktu yang ia anggap sangat berarti itu.
āya ampun... kenapa kau malah duduk disana. cepat turun! eomma menyuruhmu mandi bukan untuk
terdiam di depan kaca seperti itu!ā
Wanita itu menatap Yoona dengan tatapan cepat turun atau tidak eomma benar-benar akan mengambil seluruh
fasilitasmu dan tak akan pernah mengembalikannya!, membuat Yoona mau tak
mau melempar secara sembarangan handuk yang dipakainya, dan berjalan keluar
mengikuti sang eomma.
Tak tahu akan dibawa kemana ia oleh sang eomma, tetapi
mengingat seberat apa saat ia belum sampai ke rumah tercintanya itu membuat ia
hanya bisa mengatupkan mulutnya dan tak berniat untuk membukanya walaupun hanya
untuk menghelakan nafas. Langkahnya begitu terasa berat ketika menuruni anak
tangga, seperti sebuah pertanda buruk baginya.
Dan tepat! Baru saja kakinya menanggalkan anak tangga
terakhir, matanya menangkap sesuatu yang sungguh mengusiknya. Serasa dunia
benar-benar tengah mempermainkannya. Baru saja ia mengharapkan bahwa ia tak
akan bertemu lagi dengan sosok itu setelah kejadian tadi pagi, tapi nyatanya
kini sosok itu malah muncul dihadapannya.
ākalian bicaralah. eomma akan pergi keluar.ā Ujar wanita itu
sembari memukul pelan pundak Yoona sebelum benar-benar pergi meninggalkan Yoona
dengan sosok itu.
Suara pintu yang tertutup menjadi backsound diantara kedua
anak manusia itu. Memang singkat, tetapi suara itu mampu membuat Yoona kembali
menghela nafas. Namun kali ini terdengar seperti helaan kejengahan.
āmau apa kau kesini?ā Tanya Yoona. Ia masih berdiri di
tempatnya dan tak bergerak sama sekali. Bahkan ia sama sekali tak memandang
sosok tersebut.
Beberapa saat hanya keheningan yang menyelimuti mereka.
Sekilas Yoona sempat melihat sosok tersebut dari pantulan pada vase yang berada
di sampingnya. Wajahnya sama sekali tak menunjukkan ekspresi apa pun. Membuat
ia sedikit merasa bingung. Namun tak berselang lama, rasa bingung itu kembali
bertambah kadarnya. Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja sosok tersebut langsung
menarik tangannya, memaksa ia untuk masuk ke dalam mobil, dan satu lagi, sosok
tersebut tak mengucapkan sepatah kata pun padanya.
āapa yang kau lakukan?!ā Yoona menatap sosok tersebut dengan
kilatan amarah yang terpancar dari matanya. Namun sosok tersebut tetap tak
meresponnya. Dengan menatap lurus ke depan dan tangan yang berada dikendali mobil,
ia tetap diam dan terus mengendarai mobilnya.
Masih tak merasa puas bahkan sangat tak puas, lagi-lagi
Yoona membuka mulutnya menyuarakan apa yang tengah ia rasakan saat itu.
ākita akan kemana?ā Tanya Yoona dan tetap saja tak dijawab
oleh sosok tersebut. Membuat Yoona semakin terbakar oleh emosinya dan hendak
mengambil alih kemudi mobil tersebut. Tapi mengingat bagaimana kelanjutan
hidupnya nanti membuat ia mengurungkan niatnya itu.
āyak manusia menyebalkan Lee Donghae!!! jangan diam dan
cepat jawab pertanyaanku!ā Geram Yoona karena sosok tersebut yang tetap acuh pada dirinya.
Membuat niatnya untuk mengambil alih kendali mobil kembali tumbuh.
ādiam saja, karena ini hukuman untukmu!ā Tandas Donghae.
āmworago? hukuman katamu? yak! seharusnya kau yang mendapatkan
hukuman, bukan aku! sekarang cepat hentikan mobilnya!!ā Desis Yoona. Ia
lepaskan seatbelt yang mengikat tubuhnya sejak mobil itu melaju. Namun
sayangnya Donghae tetap melajukan mobilnya dan tak menggubris ancaman Yoona.
āaku bilang hentikan!!ā
ādiam! atau kau akan mendapatkan hukumanmu disini. di dalam
mobilku!ā Ancam Donghae.
ācih. dasar manusia terkutuk. aku tak takut dengan ancaman
kekanakanmu itu! sekarang cepat henti-ā
Donghae menghentikan mobilnya secara mendadak, membuat Yoona
langsung terhempas ke depan dan juga membuat mulut Yoona yang tengah berbicara
langsung terkatup.
āa-apa ya.. yang kau lakukan? apa kau ingin membunuhku?!ā
Tanya Yoona masih dengan keterkejutannya.
ātsk.. diam, atau aku akan menghukummu sekarang?!ā Ucap
Donghae dengan penuh penekanan disetiap katanya. Membuat Yoona langsung terdiam
dan membuang pandangannya kearah lain.
Donghae kembali melajukan mobilnya. Menembus keramaian jalan
dengan kecepatan sedang. Tak ada yang bergeming sepanjang jalan yang mereka
lalui. Hanya diam membisu dengan menatap jalan besar yang berada di depan
mereka.
Dalam hati ingin sekali Yoona menghentikan aksi Donghae dan
kembali ke rumah tercintanya. Mengingat selelah apa tubuhnya kini. Namun
bayang-bayang wajah Donghae tadi kembali membuat ia menghentikan impian
bodohnya itu. Tak ada yang bisa menghentikan keinginan tuan muda nan manja itu
jika dia telah bersikeras seperti tadi. Dan hal itu-lah yang benar-benar
membuat Yoona semakin frustasi kini.
Donghae semakin memperlambat kecepatan mobilnya. Dan tepat
di depan sebuah bangunan besar yang usang mobilnya berhenti. Yoona nampak
bingung, mengapa namja yang ia anggap menyebalkan itu membawanya ketempat aneh
seperti itu? Dan membuat otaknya tiba-tiba saja terangsang untuk membayangkan
sesuatu yang buruk, seperti Donghae akan membunuhnya di tempat itu atau hal-hal
buruk lain yang akan mengancam keselamatan jiwanya.
ākenapa kau diam saja? cepat turun.ā Yoona tersadar dari
lamunannya saat suara Donghae terdengar. Dan kini ia baru menyadari bahwa
lamunannya berhasil membuat ia tak meyadari bahwa sosok Donghae telah turun dan
telah membukakan pintu untuknya.
Tanpa membiarkan rasa malunya semakin bertambah, Yoona
segera turun dan mengikuti kemana Donghae melangkah. Ia memalingkan
pandangannya kesetiap arah. Memperhatikan bangunan tersebut yang lama-kelamaan
membuat ia merasakan aura aneh yang entah darimana asalnya.
āsebenarnya kita akan kemana?ā Tanya Yoona sembari
mempercepat langkahnya menyeimbangi langkah Donghae.
Donghae menghentikan langkahnya. Memutar tubuhnya menghadap
Yoona. āmenghukummu.ā Singkat namun diiringi dengan seringai yang membuat Yoona
terdiam seketika.
Dengan sekali gerakan, kini Donghae telah benar-benar
menguasi Yoona. Tangannya telah menempel pada dinding, mengunci tubuh Yoona.
āapakah kau tahu hukumanmu nona Im?ā Ia mengangkat tangannya. Meraih rambut
panjang Yoona yang terurai, dan membelainya.
āa.. a-apa yang ingin k-kau lakukan?ā Tanya Yoona gugup. Dan
hal itu disadari oleh Donghae yang kini telah semakin merapatkan tubuhnya pada
Yoona.
āmenurutmu apa?ā
Donghae semakin mendekatkan wajahnya. Menyesapi aroma parfum
yang terkuar dari tubuh Yoona. Semakin dekat... dan semakin dekat. Ketika jarak
antar wajah mereka hanya berjarak beberapa centi saja, Donghae memiringkan
wajahnya, dan dengan spontannya Yoona memejamkan matanya.
Lama.... tapi Yoona tak kunjung merasakan apa pun. Ia
kembali membuka kedua matanya perlahan. Namun hal lain kembali terjadi, dan
kali ini benar-benar membuat Yoona tak dapat mengendalikan kerja otaknya.
āsaranghae.ā Bisik Donghae tepat ditelinga Yoona.
Masih dengan posisinya yang menempel pada dinding, Yoona
menatap Donghae dengan wajah yang penuh dengan keterkejutan. Tatapannya begitu
gamang.
ābisakah kalian tak dulu bercumbu dihadapan kami.ā Ucapan
itu kembali menyadarkan Yoona. Dengan cepat ia mendorong tubuh Donghae dan
bergerak menjauhi namja itu.
ākalian? bagaimana bi-ā
āaku yang meminta mereka untuk datang.ā Selak Donghae.
āYoona-ah.....ā Yoona menolehkan kepalanya saat seseorang
memanggilnya. Matanya membulat seketika saat melihat siapa sosok yang
memanggilnya āwalaupun nyatanya ia mengenali siapa pemilik suara itu-.
āLu... Luhan.ā
******
Keheningan masih terus mendominasi bangunan tak bertuan itu.
Tak ada yang mengeluarkan suara sekecil apa pun, bahkan mereka sama sekali tak
berpindah posisi. Hanya gerakan kecil yang sama sekali tak menarik untuk
diperhatikan.
ācukup. aku sudah muak. sebenarnya apa yang kalian
rencanakan?!ā Tandas Yoona.
Matanya menyiratkan pertanyaan yang sangat besar.
Gerak-gerik tubuhnya menggambarkan bahwa ia sangat tak menyukai situasti itu.
ākalau kalian tak ada yang menjawab. lebih baik aku pergi!ā
Ancamnya. Namun bukan sebuah ancaman kosong karena Yoona benar-benar beranjak
meninggalkan tempat itu.
ābenar-benar menyebalkan!!ā Gumamnya singkat saat melewati
sosok Luhan beserta seorang yeoja yang menjadi alasannya pergi meninggalkan
resort tadi pagi.
Dan ketika kakinya akan menapaki anak tangga pertama,
langkahnya terhenti begitu saja. Tubuhnya juga berbalik dikarenakan sosok yang
dengan paksanya membaliknya.
āaku menyukai mu.ā
*****
^,^ *****
Yoona mengerjapkan matanya saat sebuah berkas sinar terasa
menusuk kelopak matanya. Ia mengerang pelan seraya mengusap matanya dengan
punggung tangan.
āeeeggghhh~ā Yoona bangkit dari tidunya. Duduk dipinggir
ranjang tanpa melakukan apa pun. Ia hanya menatap lurus ke depan. Namun tak ada
yang dilihatnya.
Tok..... tok..... tok.....
Yoona kembali mengerjap saat pintu kamarnya diketuk
seseorang dari luar. Oh.. siapa yang akan mengira kalau sebelumnya ia tengah
melamun. Tetapi saat ia akan membuka pintu itu, mulutnya terus bergerak
mengucapkan berbagai macam kata cacian untuk sang pengetuk pintu.
ādasar menyebalkan! hampir saja aku kehilangan nyawaku
karena terkejut!!ā Umpatnya sembari memutar kunci yang tergantung pada pintu
kamar.
Ia menekan gagang pintu. Membuat sang pengetuk langsung
terlihat dengan sangat jelas. Namun nampaknya nyawa yang tengah bersemayam di
dalam tubuhnya belum sepenuhnya hadir, karena ia sama sekali tak merespon
kehadiran sosok itu, bahkan melihat saja tidak. Ia malah memejamkan matanya,
asik dengan dunia gelapnya sendiri.
āapakah kau sering tidur dengan berdiri?ā Tegur sosok itu.
Suaranya yang berat dan sangat dikenali Yoona, membuat ia dengan cepat membuka
kelopak matanya dan melihat sosok dihadapannya.
āk-kau? ke-ke.. kenapa.....ā
āaku ingin mengajakmu pergi kesuatu tempat. jadi, cepatlah
mandi. aku tunggu kau di bawah.ā Sosok itu mengacak puncak kepala Yoona
singkat. Lalu pergi meninggalkan Yoona yang terus menatap kepergian sosok itu hingga
tubuhnya sudah menghilang dari balik tangga.
Seorang Im Yoon Ah, tetaplah seorang Im Yoon Ah. Tak akan
pernah berubah menjadi Han Hyo Joo, atau pun Yoon Eun Hye sekali pun. Ia tetap
seorang yeoja yang tak terlalu memperdulikan penampilannya, baik ketika akan
pergi ke kampus, atau pun menghabiskan
waktunya dengan Sooyoung. Ah ayolah, penampilan di luar tak akan membuat ia
kehilangan kesenangannya. Bahkan ia merasa lebih senang tat kala memakai segala
sesuatu yang ia suka ācelana jeans serta t-shirt andalannya-.
Yoona menatap pantulan dirinya sekilas, lalu segera bangkit
meningggalkan kamarnya. Entah sejak kapan, otaknya berpikir untuk tak membuat
sosok yang membangunkannya menunggu dirinya terlalu lama. Apakah sejak sebulan
yang lalu, dua minggu yang lalu, entahlah. Jangankan orang lain, ia sendiri tak
tahu pasti sejak kapan otaknya memikirkan hal itu.
Masih dengan santainya, Yoona menuruni anak tangga. Sedikit
bergumam menyenandungkan sebuah lagu yang menjadi lagu kesukannya. Segera
setelah sampai, ia berjalan menghampiri sosok tadi yang tengah duduk memunggunginya. Namun
sebelum ia muncul, terlebih dulu ia mengatur mimik wajahnya. Berusaha senetral
dan sebiasa mungkin āmenurutnya-.
āmian membuatmu menunggu.ā Ujar Yoona dengan mendudukan
tubuhnya di atas sofa yang berbeda dengan sosok yang ia ajak berbicara.
āmm~ tak apa. aku sudah memperkirakannya.ā Ucap sosok itu
dengan wajah yang begitu biasa saja. Menganggap bahwa apa yang ia katakan tak
akan membuat Yoona tersinggung hingga membuat sebuah keributan dipagi itu.
Namun sayangnya, wajah tak bersalah sosok itu malah membuat
Yoona meledak. Ia begitu mengutuki sosok itu. Rasa kesal membuatnya tak
memperdulikan lagi siapa sosok itu. āNEO!!!ā
ākau sudah siapkan. kalau begitu kajja. kita harus pergi
sekarang.ā Ucap sosok itu masih dengan tak memperdulikan Yoona yang tengah
mencoba meredam amarahnya.
Sosok itu bangkit dari duduknya, merapihkan sedikit
pakaiannya, dan langsung menarik pergi Yoona dari rumah.
*****
^,^ *****
Sepanjang perjalan yang tak diketahui, Yoona terus saja
menggerutu sebal. Ia masih merasa kesal atas ucapan sosok yang masih mengemudi
dengan wajah tanpa dosanya, dan ditambah lagi penarikan secara paksa yang
dilakukan sosok itu. Rasanya ingin sekali ia menghentikan mobil itu juga secara
paksa. Namun mengingat seberapa berharga kehidupannya, Yoona urung melakukan
niatnya itu.
āapakah kau akan terus diam? kenapa kau tak katakan kemana
kita akan pergi? aku belum berpamitan pada eomma.ā Celoteh Yoona tiada henti.
Sengaja ia melakukan hal itu untuk membuat sosok pengemudi itu setidaknya
melihat kearahnya sejenak walaupun ia tak akan menjawab pertanyaan yang Yoona
lontarkan. Dan nampaknya siasat yang ia gunakan cukup berhasil, ah bukan cukup
tetap sangat berhasil. Karena selain menoleh, sang pengemudi juga menghentikan
mobilnya.
āckck kau berisik sekali nona Im. kalau kau seperti ini
terus, aku pastikan kalau kau akan mendapatkan hukuman yang sesuai untuk
mulutmu yang tak bisa berhenti berbicara.ā Ucap pengemudi itu dengan menunjukan
seringainya yang berhasil membuat Yoona bungkam seribu bahasa.
Melihat reaksi Yoona membuat sang pengemudi ingin sekali
tertawa, namun ditahannya mengingat harus kemana mereka sekarang. Dan tak lama,
ia kembali melajukan mobilnnya, menembus keramain jalan.
*****
^,^ *****
Salon. Boutique. Dua tempat itu telah membuat penampilan
Yoona āyang biasa saja- berubah seratus delapan puluh derajat dari saat mereka
berangkat. Gaun peach selutut dengan aksen lingkaran yang menghiasi bagian dada
gaun itu, serta heels berwarna putih membuatnya terlihat bagaikan seorang putri
kayangan yang baru saja sampai di bumi. Rambut coklatnya yang panjang juga
dibuat bergelombang hanya pada bagian bawah dan dibiarkan terurai menutupi
pundaknya.
Namun, walaupun penampilannya telah berubah. Pertanyaan
tentang akan dibawa kemana dia, masih
terus berputar memenuhi otaknya. Dan sosok pengemudi itu, ia juga tetap saja
bungkam tentang tempat yang akan mereka tuju.
Pengemudi itu memperlambat laju mobilnya saat mendekati
banguan tempat dimana banyak mobil juga akan masuk kesana. Perlahan, pengemudi
itu melajukan mobilnya mencari tempat yang tepat untuk memarkirkan mobil
mewahnya. Dan beruntungnya dengan satu buah kertas, pengemudi itu berhasil
mendapatkan tempat bertuliskan VVIP diarea parkir tersebut.
Pengemudi itu melepaskan seatbeltnya. Ia hendak turun dan
segera membukakan pintu penumpang, namun Yoona telah lebih dulu turun dan
menutup pintu itu dengan kasar. Dan sosok pengemudi itu hanya tersenyum melihat
tingkah yeoja itu.
āuntuk apa kau membawaku kesini tuan muda Lee Donghae?ā
Tanya nya dengan kesal.
Donghae āpengemudi mobil mewah yang membawa Yoona pergi-
menarik tangan Yoona. Meletakannya pada lengannya. āuntuk menikah.ā Jawabnya
kemudian.
Yoona membelalakan matanya. Ia menatap tak percaya pada
namja di sampingnya. Menikah? Diumurnya yang baru berusia dua puluh tahun?
Disaat ia belum mendapatkan gelar apa pun dari kampusnya? Disaat berpuluh-puluh
pertanyaan akan sosok itu masih terus memenuhi pikirannya? Yak! Apakah namja
itu gila? Bahkan tak ada orang tuanya disini. Appanya masih berada diluar kota.
Sedangkan eommanya, entahlah. Sejak tadi pagi ia tak melihatnya.
Donghae terkekeh saat menyadari Yoona yang tak kunjung
berjalan. Ternyata ucapannya berhasil membuat yeoja itu bagaikan tersambar
petir. āaku hanya bercanda. lagi pula tak mungkin aku menikahimu dengan cara
seperti ini. ini bukan gayaku.ā
Tanpa sadar Yoona menghela nafasnya. Jantungnya yang tadi
berdetak dengan cepat perlahan berangsur normal.
ālalu untuk apa kau membawaku kesini?ā Tanya nya saat mereka tengah berjalan memasuki bangunan itu.
ānanti kau juga akan tahu.ā
******
Pengikatan janji suci dihadapan Tuhan baru saja selesai. Dan
kedua mempelai baru saja turun dari atas altar, dan bergerak menuju aula guna
merayakan hari bahagia mereka. Beribu-ribu undangan yang hadir langsung berbaur
menjadi satu menikmati hidangan serta musik yang sengaja disediakan oleh kedua
mempelai. Mereka juga ikut beramah tamah dengan para tamu yang sudah dengan
tulusnya mendoakan pernikahan mereka.
Donghae menarik Yoona -yang masih merasa bingung sejak acara
pemberkatan hingga acara pesta- menghampiri kedua mempelai yang terlihat sangat
serasi dengan berbalutkan tuxedo putih untuk sang namja serta gaun putih yang
menjuntai ke bawah untuk sang yeoja. Ia mengulurkan tangannya, memberikan
selamat kepada kedua mempelai. Dan tak lupa memeluk hangat keduanya. Begitupun
dengan Yoona, walaupun kebingungan melandanya, tetapi ia masih memiliki
kesadaran yang cukup untuk tak terus saja diam.
ākau pasti bingungkan Yoona-ssi?ā Yeoja bergaun poutih itu
menyentuh pundak Yoona. Membuat Yoona mengerjapkan matanya singkat dan
tersenyum kikuk pada yeoja itu.
āDonghae-ah, apakah kau belum menceritakan semuanya pada
Yoona?ā Tanya namja itu pada Donghae yang hanya menggelengkan kepalanya singkat.
āckckck.. kau benar-benar ya.ā
āYoona-ah........ā Panggil yeoja lain yang membuat keempat
orang itu secara otomatis memutar kepala mereka.
āeo, mian oppa. aku hanya memanggil Yoona.ā Yeoja itu
menggaruk tengkuknya. Ia merasa tak enak hati pada namja itu karena berteriak
ditengah suasana pesta pernikahannya.
āhei tuan muda Donghae, apakah kau telah mengatakan yang
sebenarnya pada sahabat ku ini?ā Tanya yeoja itu sembari merangkul Yoona yang
tentunya nampak semakin terlihat bingung. Sebenarnya apa yang tak ia ketahui?
Apakah hanya ia yang tak mengetahuinya?
Donghae menggelengkan kepalanya, dan hal itu mendapatkan
decakan kesal dari yeoja itu.
āsebenarnya ada apa? apa yang tak aku ketahui tetapi kalian
mengetahuinya? terutama kau Sooyoung-ah.ā Tanya Yoona.
Sooyoung menghembuskan nafanya sebelum memutar tubuh Yoona
menjadi menghadapnya. ājadi begini, sebelumnya aku ingin meminta maaf kepadamu
karena aku tak langsung memberitahumu. tetapi sungguh, ini bukan keinginanku. ini
keinginan teman masa kecilmu itu.ā
Yoona menautkan kedua alisnya. Otaknya masih belum bisa menangkap
apa yang tengah dibicarakan oleh Sooyoung, terlebih rasa bingung akan
pernikahan yang dihadirnya semakin membuat otaknya tak dapat berpikir dengan
baik.
ājadi begini, ternyata Seunghyun oppa berteman dengan
Donghae ketika mereka di New York. dan yeoja yang awalnya kita kira sebagai
kekasih Donghae, ah maksudku Tiffany eonni. Fany eonni merupakan kekasih
Seunghyun oppa, oppaku yang menyebalkan ini.ā
Beberapa saat setelah Sooyoung bercerita, Yoona masih
terlihat mencerna kalimat per kalimat yang dilontarkan oleh sahabatnya itu. Dan
beberapa detik kemudian matanya membelalak. Sepertinya ia baru memahami apa
yang diceritakan oleh Sooyoung.
āla-lalu???ā
āya~ kita terjebak dipermainan yang mereka buat. terlebih
kau Yoong.ā
āmian Yoona-ssi. aku tak bermaksud mempermainkanmu. Tetapi
ini sepenuhnya ulah ikan menyebalkan ini. dia yang memintaku untuk berpura-pura
seperti seorang kekasihnya. jeongmal mianhae...ā Tiffany, yeoja itu memeluk
Yoona. Ia sangat merasa bersalah pada Yoona. Terlebih ia tak mengenal Yoona
sama sekali. Ia hanya tahu tentang Yoona, sebatas tahu, dan tahu-nya ia pun
sebatas dari cerita Donghae.
Yoona masih diam. Tak tahu apa yang harus ia lakukan. Apakah
tersenyum? Menangis? Marah? Pergi? Tetap di tempat itu? Atau yang lain? Yang
jelas, kini ia merasa seperti orang terbodoh di muka bumi ini.
āSooyoung-ah......ā Sontak kelima orang itu ātermaksud
Yoona- menoleh kepada sang pemilik suara.
āLuhan.ā Batin Yoona saat melihat siapa sosok yang baru saja
memanggil Sooyoung.
āSeunghyun hyung, Fany noona, chukhaeyo. aku turut
berbahagia atas pernikahan kalian.ā
āne gomawo Luhan-ah...ā
āem... Sooyoung-ah. ada yang ingin ku katakan padamu.ā Ujar
Luhan membuat keempat orang itu dan juga Sooyoung kembali menatapnya. Ia
menghela nafasnya pelan. Kemudian secara tiba-tiba ia bersimpuh dihadapan
Sooyoung. Membuat orang-orang itu membulatkan mata mereka terkejut, terlebih
Sooyoung.
āsaranghae, maukah kau menjadi yeojachinguku? ah annie. aku
ingin yang lebih dari sekedar namjachingu dan yeojachingu. aku ingin kau
menjadi ibu bagi anak-anakku kelak. maukah kau Sooyoung-ah?ā Luhan menyodorkan
satu buah kotak yang berisi cincin di dalamnya. Kepalanya ia tengadahkan
menatap Sooyoung yang masih terlihat begitu terkejut atas kejadian itu.
āa-apa maksudmu? bu-bukankah kau me..nyukai Yoona?ā Luhan
menggelengkan kepalanya. Dan hal itu kembali membuat Sooyoung bingung. Tidak
menyukai Yoona? Lalu kenapa mereka terlihat begitu mesra selama ini?
āSooyoungie, sebenarnya oppa yang meminta Luhan untuk
melakukan itu. dan itu semua juga termaksud ke dalam permainan Donghae. mian,
oppa merahasiakan ini darimu. jika kau ingin marah, marahlah pada Donghae.
karena dia yang meminta Luhan untuk dekat dengan Yoona jika ia ingin berpacaran
denganmu. ikan terkutuk ini menggunakan
nama oppa sebagai ancamannya.ā Jelas Seunghyun yang lagi-lagi membuat Sooyoung
terkejut. Oh... begitu bodohnya ia yang tak menyadari bahwa teman masa kecilnya
ini āLuhan- hanya berpura-pura dihadapannya.
āyak Donghae-ah! cepat kau minta maaf pada Sooyoung.ā
Perintah Seunghyun sembari memukul pundak Donghae.
āmian Sooyoung-ah. dan mian Yoong, aku tak bermaksud membuat
kau dan.............ā
ātunggu, tapi sepertinya kalian-lah yang tengah bermain
dipermainan kalian sendiri. aku dan Luhan hanya berteman. aku tak merasa
melakukan apa pun yang berlebihan dengan Luhan. dan perlu kalian tahu,
kedekatan kami yang kalian lihat āmesraā sebenarnya itu demi Luhan. aku tahu
Luhan menyukai Sooyoung, dan ia memintaku untuk membantunya. jadi bukankah
sebagai teman yang baik aku membantunya. bukankah begitu Luhan-ah?ā Ujar Yoona
yang langsung mendapatkan anggukan mantap dari Luhan.
Sontak Donghae, Seunghyun, dan Tiffany saling melempar
pandang. Ternyata apa yang mereka pikirkan selama ini berbeda dengan
kenyataannya. Pikiran yang membuat Donghae membuat rencana guna menjebak Yoona
yang tak kunjung menyadari perasaannya.
āSooyoung-ah, apakah kau akan terus diam dan membiarkan
Luhan terus bersimpuh seperti itu?ā Yoona menyikut lengan sahabatnya itu.
Membuat Sooyoung mengerjapkan matanya dan kembali fokus pada namja yang masih
dengan setianya menyodorkan satu buah cincin kepadanya.
āem.... mian Lu-ā
ākalau kau tak menerimanya, sama saja kau tak jujur dengan
perasaanmu sendiri Sooyoungie. aku tahu kau menyukai Luhan, dari tatapanmu saat
melihat ia pergi denganku saja, itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa kau
menyukai teman masa kecilmu ini. dan jika kau tetap menolaknya hanya karena kau
tetap berpikir bahwa Luhan menyukaiku, kau sama saja tak menghargai usahaku
untuk membantu Luhan selama ini. dan itu juga menunjukan kalau kau tak percaya
padaku sebagai sahabatmu.ā Potong Yoona.
*****
^,^ *****
Yoona turun dari mobil mewah yang mengantarnya kembali ke rumah
setelah satu hari penuh mobil itu membawanya pergi menuju tempat-tempat tak
terduga baginya. Mulai dari salon, boutique dimana gaun yang ia kenakan
berasal, hingga pesta pernikahan yang membuatnya mengetahui berbagai macam
fakta atas kejadian yang menimpanya beberapa hari belakangan ini. Hingga fakta
yang membuatnya setidaknya merasa tak menjadi orang paling bodoh di dunia ini ālagi-.
Ia berjalan masuk meninggalkan sosok Donghae yanng baru saja
turun setelah memarkirkan mobil kesayangannya. āYoong.ā Panggil Donghae.
Membuat Yoona menghentikan langkahnya menuju kamar yang berada dilantai dua
bangunan itu.
Donghae berlari kecil menghampiri Yoona. Dan dengan gerakan
cepat, tangannya merangkul pinggang ramping Yoona.
āya! apa yang kau lakukan?ā Ronta Yoona.
āmenurutmu apa? aku hanya ingin bermesraan dengan
yeojachingu ku ini. apakah salah, eo?ā
Yoona menghela nafasnya. ātapi tak disini. bagaimana jika
eomma melihat, eo?ā Yoona kembali mencoba melepaskan tangan Donghae dari
pinggangnya. Namun Donghae tetap bersikeras merangkulnya, dan tak mengizinkan
ia melepaskan rangkulan itu.
ālalu dimana? apakah di kamarmu?ā Tanya Donghae dengan
sedikit nada menggoda. Oh... jika seandainya disana ada kaca, Yoona pasti bisa
melihat semerah apa wajahnya kini saat mendengar ucapan Donghae.
āyak! apa yang kau pikirkan?! hilangkan pikiran kotormu itu
tuan muda Lee Donghae!!ā Ucap Yoona sembari mendorong tubuh Donghae menjauh
dari tubuhnya. Ia juga langsung bergerak menuju sofa, dan duduk disana.
Donghae hanya tersenyem melihatnya. Dan kemudian ikut duduk
bersama Yoona.
āakhirnya, yeoja tiang listrik itu bisa menemukan namja yang
tepat. hhh~ setelah Siwon sunbea, Hangeng sunbea, Ryeowook sunbea, akhirnya
cinta sejatinya datang juga. tak percuma aku membantu Luhan untuk
mendapatkannya.ā Gumam Yoona. Walaupun dengan suara pelan, tapi tetap saja
Donghae dapat mendengarnya. Rumah yang sepi serta posisi duduknya yang persis
berada di sebelah yeoja itu, membuat ia dapat dengan jelasnya mendengar apa
yang yeoja itu katakan.
ābukankah kau juga beruntung Yoong. kau juga telah menemukan
cinta sejatimu.ā Ujar Donghae yang langsung membuat Yoona menatapnya dengan
terkejut. Bagaimana bisa di dunia ini ada manusia dengan tingkat kepercayaan diri
yang sebesar itu?, pikirnya
ākenapa kau menatapku seperti itu? bukankah benar, eo? kau seharusnya
berterima kasih kepada Tuhan karena telah mendapatkan namjachingu sepertiku.ā
āmwoya? cih~ percaya diri sekali
kau! mana ada namjachingu yang selalu menagih hutang masa kecil kepada
yeojachingunya, eo? bahkan aku sendiri tak tahu, hutang apa yang kau maksud.ā
Cibir Yoona.
Masih dengan wajah tenangnya, Donghae
memutar tubuh Yoona menjadi menghadapnya. Membuat sang pemilik tubuh sedikit
terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Donghae.
ākau mau tahu, eo?ā Tanya
Donghae. Ia mengangkat sebelah alisnya. Entah untuk maksud apa, tapi yang pasti
hal itu membuat Yoona seakan tak dapat melakukan apa pun selain mengiyakannya.
ākau ingat saat dimana keluarga
kita berlibur bersama ke China? kau tersesat dan aku-lah yang menemukanmu.
lalu, saat rumah mainanmu rusak? aku juga yang membetulkannya untukmu. dan
bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau kau berhutang padaku. jadi jangan
salahkan aku jika kini aku menagihnya.ā Tutur Donghae.
Seketika Yoona hanya diam. Ia
seakan tengah mencoba mengulang kembali kejadian-kejadian masa lalu itu.
Mencoba untuk mengingat, apakah ia pernah mengucapkan janji konyol itu pada
Donghae. Dan ketika semua ingatan itu telah memenuhi otaknya, hanya kata
maaf-lah yang terlontar dari mulutnya.
āmianhae. aku tak telah
melupakannya.ā Ucapnya menyesal. Kepalanya yang tertunduk memperlihatkan rasa
penyesalan yang tengah dirasakannya amat begitu besar.
āaku tak membutuhkan kata maaf
darimu Yoong. yang aku butuhkan adalah pelunasan hutangmu.ā Ujar Donghae
sembari mengangkat kepala Yoona yang tertunduk agar melihatnya.
āaku akan melakukan apa pun untuk
melunasinya. jadi katakan saja apa yang harus aku lakukan.ā Donghae tersenyum.
Senyum tertulus serta termanis yang untuk pertama kalinya ia tunjukan dihadapan
Yoona.
ātetap bersamaku. dan jangan
pernah tinggalkan aku.ā Ujarnya. Dan setelah itu, entah bagaimana caranya,
Donghae telah menempelkan bibirnya pada bibir Yoona. Hanya sebatas menempelkan
kedua bibir. Namun itu tak berlangsung lama, karena setelah itu ciuman mereka
berubah.
Yoona mengalungkan tangannya pada
pundak Donghae. Sedangkan Donghae, ia menekan tengkuk Yoona guna memperdalam ciuman mereka. Yoona tak
menolaknya, ia malah membalas ciuman itu.
Lama mereka melakukannya. Bahkan hingga membuat mereka tak menyadari
bahwa ada orang lain yang berada disana. Dua orang wanita paruh baya yang terus
memperhatikan keduanya sejak mereka sampai hingga mereka berciuman.
āakhirnya kita akan menjadi satu
keluarga. aku senang, akhirnya mereka bisa bersamaā
āne. aku juga. jadi kita tak
perlu memikirkan rencana untuk menyatukan mereka.ā
Ujar kedua wanita itu āyang tak
lain dan tak bukan adalah Nyonya Lee dan Nyonya Im, dua wanita yang telah
melahirkan Donghae dan Yoona- dari balik dapur.
F I N
hhhhhuuuuuuaaaaaaaaa....... finally!!!!!!
after more than one year, finally 'Your New Face' end!!!
started from January, 28th 2012 at 12.22 PM and ended now.
how's the last part readers??????
i don't know what should i said again, because it's like a dream for me. em honestly, now i feel very very happy because it, but i also feel sad because this is the last part *wipe my tear.* #ok! this is exaggerated#.
and as an information, this part is the longest part of the whole part of this fic. and it's also the longest fic who i made during my career as an author.
oke. i wanna ask you before i out from here, and i hope you can give me the answer or suggestion.
Is there any readers who want a sequel of this fic?????
because honestly i'm not willing to make this fic end. i don't know why, but that's my feeling when i typed this part.
oh~ i think it's been too long, so hopefully readers entertained and thank you very much for your support over the years.
see you guys.....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
akhirnya .....happy ending......cool ff.....^_^
ReplyDeletei like it this ff......
ne, gomawo udah ngikutin Your New Face selama ini
Delete*author deep bow* :)
one year thorr,,,
ReplyDeletebut happy ending yeah,,,
the last part ending so romantic,,,
wait new ff yoonhae,
:D
hehe iya satu tahu. aku juga baru ngeh.
Deletesyukurlah kalau kamu negrasa part ini romantis.
gomawo ya untuk supportnya *bow*
ne ditunggu aja ya ff yoonhae yang lainnya ^^
akhirnya di post jg ni ff, tp kok dah END yah pdhl bgs ffnya...
ReplyDeleteDonghae kejebak ama rencananya sendiri, ternyata yoona cm sahabatnya luhan, yg mo nolong luhan buat dapetin cintanya soo^^
Endingnya so sweet bgt aku suka thor, akhirnya YoonHae pacaran jg :)
Bikin ff YH lg ya thor, gomawo...
gomawo ya^^,
Deleteiya.. dia terlalu percaya diri sih kalau permainannya yang akan ngejebak yoona eonni:D
hehei syukur deh kalau kamu ngerasa gitu.
ne ditunggu aja ya ff yoonhae yang lainnya *author bow*
:)
waah akhirnya ending juga :D mian ya thor br comment skrg hehehe
ReplyDeletefinnaly! happy yoonhae at the end~~ kkk lucu bgt mereka disini.. unyu bgt deh hehehe
buat ff yoonhae lg ya thor~ aku suka cr penulisannya author hihi
fighting and keep writing yoonhae-ff!!
hehe gak papa kok... kamu baca aja aku seneng kok ^^
Deleteiya.. happy end, semoga kamu suka yah....
untuk ff yoonhae yang lainnya, ditunggu aja ya. dan makasih untuk pujiannya :) seneng deh ada yang suka sama gaya tulis aku...
sekali lagi makasih ya.. dan ditunggu aja ff yoonhae yang lain *BOW*