Your New Face - part 11 (Because of Eyes)







Sinar kemerahan itu mulai menyapa suluruh penghuni bumi. Dengan ditemani oleh nyanyian dari burung-burung yang berterbangan, sang surya mulai keluar dari persembunyiannya. Perlahan namun pasti cahaya yang menyilaukan itu mulai menjamah setiap insan yang mulai menyibukan diri mereka.


Muju resort, tempat bermain ski dengan luas lebih dari 6 km yang terdiri dari berbagai macam luncuran untuk beberapa level keahlian ini sudah mulai dijamahi oleh berbagai macam bentuk manusia yang sudah mulai bersiap-siap untuk menikmati arena tersebut. Dengan mengenakan jaket dengan berbagai macam warna, mereka mulai menyesaki tempat dingin tersebut. Dengan kegembiraan yang mereka bawa, arena ski tersebut berubah menjadi lautan kegembiraan manusia.


Namun disaat hampir sebagian besar pengunjung resort tengah menikmati kegiatan mereka di tempat tersebut, sosok Sooyoung, Eunhyuk, Luhan, dan juga sosok yeoja bernama Tiffany itu tengah terduduk di ruang tunggu hotel dengan wajah yang terlihat begitu cemas. Secara bergiliran mereka memperhatikan tiap jarum jam yang terus bergerak hingga membuat waktu terus berjalan. Berkali-kali hembusan kegusaran terdengar menghiasi ruangan tersebut sejak malam dimana Donghae menghilang dan Yoona tak ditemukan di kamarnya. Tak ada alasan yang kuat bagi mereka untuk mencari kedua orang itu dimalam saat badai salju turun. Dan alhasil, hanya berdoa kepada Tuhan-lah yang dapat mereka lakukan.



******



Hembusan kelelahan terus terhembus sepanjang kakinya melangkah pergi meninggalkan rumah kecil yang sempat mereka gunakan untuk menghindari hembusan angin yang semakin malam semakin berhembus dengan sangat kencang. Dengan membopong tubuh seseorang yang memiliki beban berat dua kali daripada dirinya, ia mencoba untuk tetap berjalan meninggalkan tempat dingin tersebut. Tanpa sepotong roti, seteguk susu, bahkan sedetik istirahat, ia mencoba untuk tetap menggunakan sisa-sisa tenaganya yang sedikit bahkan sangat sedikit untuk menyelamatkan orang yang ia bopong. Dengan bibir yang sudah terlihat sangat pucat dan langkah kaki yang mulai terseret, ia terus melanjutkan perjalanannya menuju tempat peristirahatan yang mereka sewa selama berada di tempat tersebut.


Nyaris saja tubuhnya terhuyung saat dirasakan kedua kakinya mulai tak memiliki tenaga untuk mengangkut tubuhnya dan juga tubuh sosok tersebut. Namun hal itu tak terjadi saat sepasang matanya yang sayu menangkap sebuah bangunan bertingkat berwarna coklat keemasan dari kejauhan. Dengan cepat ia megumpulkan kembali sisa-sisa tenaganya dan kembali melangkahkan kakinya menuju tempat tersebut.




Ia menghembuskan nafanya saat tubuhnya kini telah berdiri di dalam bangunan megah tersebut. Sejenak ia terdiam dan mengedarkan kedua matanya menjelajahi setiap seluk tempat tersebut. Ia sedikit menggumam saat matanya tak kunjung menemukan sesuatu yang sangat ia harapkan. Ia kembali mengedarkan indera penglihatannya, dan kali ini lebih teliti. Setiap lekukan tempat tersebut tak ia biarkan terlewat seperti saat sebelumnya. Dan nampaknya usahanya kali itu berbuah baik. Karena disaat itu, ujung bibirnya tertarik membentuk sebuah lengkungan tipis yang dibarengi dengan gumaman tak jelas yang terlontar.


“gidaeryeo.” Ucapnya pada sosok yang masih dengan setianya mengalungkan tangan kekarnya pada pundaknya.


Ia kembali membopong tubuh sosok itu. Kakinya yang mulai melemah tak menyurutkan niatnya untuk tetap berjalan menuju salah satu bagian yang berada di sayap kiri bangunan tersebut. Dengan nafas yang memburu dan juga wajah yang sudah memucat pasih, ia  melangkahkan kakinya menghampiri tempat itu. Dan tepat. Saat tubuhnya telah berhasil berdiri dihadapan orang-orang yang berada di tempat tersebut dan mulutnya telah melontarkan satu buah kalimat yang membuat dua orang namja yang sedari tadi terus berjalan tak menentu mengambil alih sosok yang ia bopong, ia terjatuh dan seluruh pandangannya berubah menjadi hitam. Ia kehilangan kesadarannya.




Yoona POV

Ku kerjapkan mataku perlahan. Terasa begitu berat rasanya saat aku mencoba untuk membukanya, seperti ada sebuah benda berat yang tengah menindih wajahku. Masih dengan kelopak mata yang belum sepenuhnya terbuka, kini ku rasakan tubuhku juga ikut terasa berat dan sakit seperti saat aku harus membawa dua kardus buku sebagai hukuman karena tertidur di kelas Yoon seosangnim. Ku coba untuk menegakan tubuhku, namun lagi-lagi rasa sakit ini yang membuat aku tak mampu melakukannya.


“kau sudah sadar? tunggu sebentar aku akan ambilkan air.”


Samar-samar ku dengar suara decitan pintu sesaat setelah suara yang sepertinya milik Sooyoung terdengar. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tubuhku menjadi seperti ini? Dan Sooyoung, kenapa dari nada bicaranya ia seperti khawatir?


Ku pegangi kepalaku yang terasa seperti berputar saat lagi-lagi aku mencoba untuk bangkit dari posisi tidurku. Sungguh... aku merasakan ruangan ini seperti berputar dua ratus tujuh puluh derajat. Semua benda yang berada di ruangan ini memiliki kembaran. Entah itu lemari, pintu, jendala, ranjang, bahkan tubuhku juga ikut memiliki kembaran. Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Kenapa aku tak dapat mengingatnya dengan jelas? Yang aku ingat hanya salju, rumah kecil, dan tubuh berat seseorang.


“Yoona.”


Ku tolehkan wajahku saat suara yeoja tiang listrik itu terdengar. Ia segera menghampiriku sesaat setelah menutup pintu kamar dengan segelas air mineral digenggamannya.


“igeo. minumlah. kau pasti merasa kurang baik.”


Ia menyodorkan gelas itu padaku. Mengambil salah satu kursi yang berada di dalam kamar dan mendekatkannya pada ranjang yang tengah ku duduki.


“gomawo..” Ucap ku berterima kasih atas kebaikannya mengambilkan air ini untukku. Ku rasa saat ini Sooyoung sudah memiliki kemampuan khusus membaca pikiran seseorang. Buktinya ia tahu kalau aku tengah merasakan kekeringan pada tenggorokanku.


“apakah kau sudah baikan?”


“nde? eemm... sedikit.”


Ku habiskan sisa-sisa air yang masih berada di dalam gelas sebelum aku kembali meletakkannya di atas meja kecil di samping ranjang. Namun belum sempat tanganku mencapai meja itu, Sooyoung, ya... dia telah lebih dulu mengambilnya dan meletakkannya disana.


“sebenarnya apa yang kau lakukan, eo? kenapa kau nekat pergi disaat badai salju?”


Tunggu. Sepertinya aku mulai mengingat sesuatu. Pergi disaat badai salju? Berarti itu terjadi semalam. Dan jika aku sampai nekat menembus dinginnya angin yang berhembus, berarti ada alasan besar yang tak diketahui oleh Sooyoung. Tapi apa? Kenapa aku masih tak dapat mengingatnya. Aishh.. menyebalkan.


“ya! kenapa kau diam? sudahlah, kau tak usah pikirkan. yang jelas sekarang kau dan Donghae telah kembali dengan selamat. jadi lebih baik kau istirahat sekarang. wajahmu mengatakan kalau kau tak tidur semalaman.”


Aku dan Donghae selamat? Hhh... kenapa Sooyoung malah menghubungkan perginya aku semalam dengan devil itu? Memangnya apa yang terjadi? Kenapa Sooyoung bisa menyebutkan nama seorang Donghae?


“tsk. kenapa kau malah diam? cepat beristirahat.” Dengan cepat Sooyoung menarik selimut dan mengenakannya pada tubuhku. Dan aku mau tak mau mengikuti apa yang ia katakan. Tetapi sepertinya otak ku masih terus memikirkan apa yang baru saja Sooyoung katakan. Yah.. mengenai kepergianku dan juga devil itu.


“eemm... Sooyoungie.”


Sooyoung memutar tubuhnya. Sedikit memiringkan wajahnya dan menatapku. “wae? apakah ada lagi yang kau inginkan?”


Aku menggeleng. Dan itu berhasil membuat yeoja ini kembali duduk.


“lalu ada apa?” Tanya nya serius.


Aku kembali mendudukan tubuhku. Nampakanya pembicaraan kali ini akan berjalan panjang. Dan mungkin akan membuatku sedikit terkejut.


“eemm.. sebenarnya apa yang telah terjadi?” Tanyaku.


Sooyoung membelalakan matanya. Nampaknya pertanyaanku ini merupakan pertanyaan terbodoh yang pernah ia dengar. Tetapi mau bagaimana lagi? Semua yang aku pikirkan, semua menjadi satu dan jadilah pertanyaan seperti itu. Jadi bukan salahku jika mulut ini melontarkan kalimat seperti itu.


“kau tak ingat Yoong? semuanya?” Ia kembali bertanya, tapi kini terdengar seperti tengah meyakinkan dirinya bahwa apa yang aku tanyakan sesuai dengan apa yang ia dengar.


Ku aggukan kepalaku. Memang benarkan kalau aku tak mengingat apa pun selain badai salju. Bahkan devil itu pun, aku tak dapat mengingatnya.


“kau menghilang saat Donghae juga menghilang. dan tadi pagi, kau datang sembari memapah tubuh Donghae. dan setelah itu, kau pingsan.”




Author POV

Dengan wajah yang masih terlihat lemah, Yoona memaksakan tubuhnya untuk bangkit meninggalkan ranjang sesaat setelah Sooyoung menceritakan apa yang terjadi pada dirinya. Dan hal itu membuat Sooyoung nampak bingung. Ia tak tahu harus melakukan apa. Ia telah mencoba untuk melarang Yoona agar tak pergi meninggalkan kamar. Namun bukan Yoona namanya jika ia tak keras kepala.


Dengan langkah yang tertatih Yoona pergi meninggalkan kamarnya. Ia melangkahkan kakinya menuju salah satu kamar yang berada dilorong yang berlawanan dengan kamar miliknya. Namun tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya, saat sesuatu yang tak ia suka tertangkap oleh retina matanya.


“seharusnya aku tak pernah melakukan hal ini.” Umpatnya. Ia pun kembali memutar tubuhnya dan berlari pergi meninggalkan tempat tersebut.


“Yoona... kau mau kemana?” Teriak Sooyoung yang sebelumnya ikut pergi mengikuti Yoona.


Yoona kembali berlari menuju kamarnya. Membanting pintu tersebut dan menguncinya. Tubuhnya langsung bergerak menuju lemari yang berada disisi kanan kamar. Ia keluarkan koper berwana biru miliknya dan memasukkan pakaiannya ke dalam koper dengan kasar. Sempat ia hentikan aktivitasnya saat suara Sooyoung terdengar sampai ke dalam kamar, namun tak berlangsung lama. Masih dengan merapihkan seluruh barang-barangnya, kini ia menarik kopernya menuju salah satu meja tempat ia meletakan beberapa peralatan perias wajah yang sengaja dibawanya. Ia masukkan benda-benda itu, dan setelahnya menutup kembali koper tersebut dan menariknya pergi bersama dengan dirinya.


“Yo.. Yoona. k-kau ma.. mau kemana?” Tanya Sooyoung saat mendapati Yoona keluar dengan membawa koper.


Melihat wajah keterkejutan Sooyoung  tak lantas membuat Yoona mengindahkan keberadaan sosok yeoja itu. Yoona lebih memilih meninggalkan sosok tersebut dengan tak memberikan jawaban apa pun padanya.




The other side

Suara ketukan itu membuatku mau tak mau harus bangkit dari ranjang dengan rasa pusing yang setidaknya lebih membaik dari sebelumnya. Ku layangkan tanganku memutar kunci yang tergantung pada pintu, dan membuka pintu tersebut.


“eo kau Fany-ah. wae?” Tanyaku saatku dapati Tiffany yang tengah berdiri di depan kamar.


“aku hanya ingin melihat keadaanmu. apakah kau sudah lebih baik?”


Ku sunggingkan senyumku pada yeoja imut dihadapanku ini. Ia sama sekali tak berubah. Ia tetap sama seperti saat pertama kali aku bertemu dengannya. Dengan keadaanku yang terpisah jauh dengan eomma saat di New York, sosoknya berhasil membuatku tak terlalu merasakan kesepian.


“gwaenchana, hanya terasa sedikit pusing.”  Ku acak pelan puncak rambut yeoja ini. Sungguh wajahnya begitu lucu ketika ia sedang khawatir.


“jinjja? apakah pusing sekali, eo?” Ia mengangkat tangannya. Meletakkan telapak tangannya pada keningku.


“annie. gwaenchana. kau jangan terlalu khawa...........”



“Yo.. Yoona. k-kau ma.. mau kemana?”



Ku tolehkan kepalaku tepat saat sosok tersebut mengakhiri ucapannya. Soo.. Sooyoung? Yeoja itu bukankah teman......


Aku kembali menatap Tiffany tepat saat sesuatu yang tak mengenakkan terlintas dipikiranku. Hhhhhah.... kenapa malah menjadi seperti ini?!!

Other side end




Yoona menapakan kakinya pada lobby hotel tepat saat pintu lift terbuka. Ia segera berjalan menuju pintu utama tanpa mengindahkan segala sesuatu yanng berada disekitarnya, baik itu pengunjung yang lain atau bahakn benda-benda penghias. Bahkan suara seseorang yang memanggilnya pun tak membuat Yoona menghentikan langkahnya.


“ada apa dengannya? kenapa ia pergi dengan membawa koper?”


“Luhan.” Panggilan itu berhasil membuat sosok yang tadi sempat memanggil Yoona menolehkan kepalanya kearah lift. Matanya menangakap sosok Sooyoung yang tengah berlari kearahnya dengan nafas yang tersenggal.


“k-kau melihat Yoona? mana dia?” Tanya Sooyoung masih dengan nafas yang tak teratur.


Luhan tak menjawabnya, ia hanya mengangkat tangannya menunjuk seorang yeoja yang tengah berjalan dengan terburu-buru dengan koper berwarna biru menuju area taxi hotel.


“yak!  kenapa kau tak mengejarnya. cepat kejar dia.” Sooyoung mendorong Luhan. Memaksa namja itu agar mengejar Yoona.


Luhan yang telah terdorong oleh Sooyounng, mau tak mau mengejar Yoona yang kini tengah berdiri menunggu taxi. Tapi sebuah tangan kekar menahan langkahnya. “biar aku saja.” Ucap pemilik tangan tersebut. Dan setelah itu, ia segera berlari meninggalkan Sooyoung dan Luhan yang terlihat sangat terkejut atas kemunculan sosok tersebut.


Tak peduli beberapa orang yang menatapnya kesal karena harus merasakan sakit akibat bertabrakan dengannya, sosok tersebut tetap berlari menghampiri Yoona. Masih tetap tak memperdulikan apa pun, kini giliran sebuah taxi tak berdosa yang harus merelakan pintunya ditutup kembali secara kasar oleh dirinya.


“apa-apaan kau?!” Protes Yoona saat pintu taxi yang baru saja dibukanya harus kembali tertutup karena ulah orang yang sangat tak ingin ditemuinya itu.


“kau mau kemana?” Tanya orang itu yang tak memperdulikan tatapan sengit yang ditunjukan Yoona.


“aku mau pulang. wae? bukankah aku sudah tak memiliki urusan lagi disini.”


“jinjja? lalu kenapa tadi kau pergi ke kamarku, eo?”


Yoona mendecak kesal saat sosok tersebut malah mempertanyakan hal yang sama sekali tak ingin diingatnya. Mengingat hal itu membuat ia ingin menerjunkan dirinya ke dalam lahar gunung berapi yang siap meledak.


“itu bukan urusanmu! oh iya, aku sudah menolongmu semalam, dan pertolonganku itu sebagai pembayaran hutang yang ku miliki padamu. jadi kini aku sudah tak memiliki hutang apa pun.”


Yoona melempar senyum sinisnya. Ia menatap lekat-lekat sosok namja dihadapannya itu seakan-akan ia memiliki dendam pada sosok tersebut.


“benarkah? sayangnya kau baru melunasi hutang pertamamu Im Yoon Ah. jadi, kau masih memiliki dua hutang lagi yang harus kau lunasi.” Balasnya dengan terkekeh pelan, membuat Yoona ingin sekali menghabisi sosok dihadapannya itu.


“terserah kau saja! lebih baik kau minggir dan jangan halangi aku lagi!”


Yoona kembali membuka pintu taxi tersebut, namun lagi-lagi sosok dihadapannya itu menutupnya dan kini ditambah ia merebut paksa koper yang berada di sampingnya. “yak! kembalikan koper ku?!”


“tidak sebelum kau menjawab kau akan pergi kemana.” Jawab sosok itu yang kini telah memindahkan benda berbentuk persegi panjang itu ke belakang tubuhnya.


Yoona kembali mendecak kesal. Sudah kesekian kalinya untuk hari itu ia harus merasakan panas disekujur tubuhnya. Pertama, saat ia baru saja membuka matanya. Lalu, saat ia melihat sosok dihadapannya dengan sosok yeoja bernama Tiffany. Dan yang terakhir adalah saat itu. Saat sosok manusia yang sangat tak ingin dilihat Yoona merebut paksa koper miliknya.


Yoona menghembuskan nafasnya kasar. “aku mau pulang. wae?”


“kau tak bisa pulang. kau tak tahu jalan kembali Im Yoon Ah. kau harus kembali bersamaku, karena aku yang mengajakmu pergi ke tempat ini.” Ucap sosok itu sembari menarik lengan Yoona ke dalam hotel. Namun bukan Yoona namanya jika ia dengan relanya mengalah dengan orang yang sangat ia kesali. Ia tepiskan tangan kekar sosok tersebut, dan hal itu berhasil membuat sang pemilik tangan berbalik menatapnya.


“aku bukan anak kecil lagi yang belum bisa berpikir dengan baik tuan Lee Donghae. aku sudah berumur dua puluh tahun. walaupun aku tak tahu jalan kembali ke Seoul, lalu untuk apa ada kendaraan umum kalau pengendaranya tak mengetahui jalan?!” Jedanya dengan sengit sebelum ia kembali melanjutkan apa yang belum ia ucapkan.


“jadi lebih baik kembalikan koperku dan jangan menggangguku lagi!!” Yoona segera meraih kopernya dan menariknya ke dalam taxi yang sudah menunggunya sedari tadi. Ia segera mengatakan tujuannya kepada supir taxi tersebut dan membuat taxi itu langsung melaju meninggalkan area hotel.



“hhh... kau terjebak Im Yoon Ah. karena aku telah memulainya, kini aku lah yang harus mengakhirinya. tak peduli ada atau tidak adanya sosok itu, Luhan.” Umpatnya sembari terus menatap taxi yang terus melaju membawa Yoona pergi.




***** ^,^ *****




Pandangannya terlihat begitu lemah. Tubuhnya yang ia sandarkan pada jok mobil membuatnya terlihat semakin menyedihkan. Harus ia akui bahwa ini kali pertamanya ia menjadi seperti itu. Menatap jalan besar yang disesaki mobil-mobil dengan pikiran yang entah melayang kemana. Semua ini salah sosok menyebalkan yang selalu mengusik kehidupannya. Ia merasa telah menjadi yeoja bodoh karena sudah terperangkap di dalam permainan yang dibuat sosok tersebut.


Entah telah berapa kali ia menyesali perbuatan bodohnya itu. Namun sebanyak apa pun ia melakukan hal itu, semuanya hanya sia-sia. Nasi telah menjadi bubur, ia telah jatuh di dalam lumpur, dan kini hanya tinggal menentukan pilihan. Mau terus terjebak di dalam lumpur tersebut atau mencoba mencari jalan agar dapat keluar dan membersihkan diri. Namun lagi-lagi pikirannya tak dapat ia ajak untuk bekerja sama. Semua yang ada di dalam otaknya kini hanya menyisakan satu buah wajah seseorang yang sangat ia yakini kalau orang itu kini tengah tertawa terbahak-bahak karena berhasil membuatnya menjadi seperti saat itu.



Ia serahkan beberapa lembar uang kepada sang supir dan segera menarik dirinya serta barang yang ia bawa keluar dari taxi. Ia buka pagar tinggi yang menghadangnya dan segera menyeret masuk dirinya ke dalam. Berhasil memasuki area pertama dalam rumahnya tak berarti ia akan berhasil untuk sampai ditempat yang sangat ia ingin tuju dengan cepat pulakan.


Masih dengan langkah yang terseret, kakinya hendak menapaki anak tangga pertama namun urung dilakukannya karena kemunculan sosok orang yanng sangat sangat tak ingin ia temui. Dengan pasrah dan tak ingin membuat tenaganya semakin terkuras sia-sia, ia urungkan niatnya dan memutar tubuhnya menghadap sosok wanita yang tengah menatap layar datar di depannya dengan ditemani segelas teh hangat.


“kenapa kau sudah pulang? bukankah kau berencana untuk berlibur selama lima hari?”


“tak apa. kalau begitu aku pergi ke kamar dulu.” Pamitnya dan langsung melenggang meninggalkan sosok wanita yang menatap kepergiannya dengan wajah bingung.


“ada apa dengan anak itu?” Gumamnya.



******



Yoona merebahkan tubuhnya setelah menutup rapat pintu kamar. Ia pejamkan matanya dengan helaan panjang yang mengikuti. Rasanya kini seperti ada puluhan kilo batu yang menimpa seluruh tubuhnya. Rasa sakit ia rasakan disekujur tubuhnya, mulai dari tangan, kaki, bahkan rahangnya pun juga ingin ia lepaskan andai saja tubuh manusia dapat dilepas dan dirangkai kembali.


“bodoh! kau mau saja bermain di dalam permainannya!!”


Yoona bangkit dari ranjangnya. Berjalan menuju meja rias dan duduk disana. Sesaat ia tatap pantulannya sendiri dengan tatapan yang sama sekali tak dapat diartikan. Namun detik kemudian, wajahnya berubah drastis. Ia menautkan kedua alisnya seperti tengah menatap sesuatu yang dibencinya. Wajahnya yang terlihat datar seperti tengah bersiap-siap untuk memangsa rusa di depannya andai saja ia seekor singa.


“kini kau telah hanyut. hanyut diantara gulungan ombak besar. tubuhmu telah menghilang dilautan lepas.”



     Bomi oneun sori teu-llimyeon (Ggoti pin gil ttara keo-reoyo)
     Bi naerineun yeoreumi omyeon (Muji-gae-man bomyeo keo-reoyo)
     Ka-eul jina kyeou-ri wahdo
     Sone jeonhaejineun ongiro  (Ttaseuhameuro)
     Hamkke keo-reo-gayo
     How great is your love



Yoona menoleh tepat saat bunyi nyaring ponselnya terdengar memenuhi ruangan tersebut. Beberapa saat kemudian tubuhnya telah kembali terduduk di atas ranjang dengan ponsel yang telah berada di dalam genggamannya.



“kenapa kau pulang begitu saja? apakah kau telah sampai dengan selamat? ah.. mian, aku banyak bertanya. aku hanya khawatir pada mu.”

                     

To  :  Yoona



Sesaat mimik wajahnya berubah ketika membaca deretan kalimat tersebut. Namun mimik tersebut tak dapat bertahan lama. Karena kini dirinya kembali diselimuti oleh aura kekelaman.



“nan gwaenchana. tiba-tiba saja aku teringat bahwa aku memiliki urusan lain. mian membuat mu khawatir Luhan-ah..”

                         

From  :  Yoona



Yoona kembali merebahkan tubuhnya. Meletakan benda berbentuk persegi panjang itu di sampingnya. Perasaannya terasa tak mengenakan manakala ia memikirkan isi pesan tersebut.



   Tok... tok... tok....



Ketukan tersebut membuat Yoona kembali terduduk di atas ranjangnya. Awalnya ia berniat untuk membiarkan sosok yang mengganggunya itu, tetapi mengingat kejadian-kejadian yang telah ia alami karena tak kunjung membukakan pintu kamar membuat ia rela tak rela harus bergerak meraih gagang pintu tersebut untuk membukanya.


“waeyo eomma?” Tanya nya terhadap sosok wanita paruh baya yang telah berdiri tepat di depan pintu kamarnya.


Wanita itu diam sejenak memperhatikan Yoona. Rasanya ingin sekali ia membasuh Yoona dengan satu ember air agar wajah anaknya itu terlihat lebih manusiawi. Bagaimana tidak, dengan matanya yang bengkak, pakaian yang agak kusut, rambut yang tak tertata, serta aura kelam yang menghinggapinya membuat siapa pun yang melihat pasti juga ingin melakukan hal yang sama dengan apa yang sosok wanita tersebut ingin lakukan.


Waniat itu menggelengkan kepalanya. Matanya bergerak memperhatikan Yoona dari ujung rambut hingga ujung kaki secara berulang kali.


“ya Tuhan.... ada apa dengan mu Yoong? kenapa kau berantakan sekali?!” Waita itu memutar-mutar tubuh Yoona. Membuat rasa kesal kembali menggelayuti perasaannya. Namun, mengingat siapa sosok wanita itu membuat Yoona hanya mampu diam dan tak melakukan apa pun atas apa yang dilakuakn oleh wanita itu padanya.


“cepat kau rapihkan dirimu. eomma tak mau malu hanya karena penampilanmu yang selusuh ini.” Ucap  wanita itu sembari mendorong tubuh Yoona ke dalam kamar mandi sebelum pergi meninggalkan kamar tersebut.



******



Setelah sekian lama ia berada di dalam kamar mandi hanya untuk membersihkan diri seperti apa yang diperintahkan oleh sang eomma. Akhirnya kini ia telah menampakan kembali dirinya dengan keadaan yang jauh lebih baik. Ia kesampirkan handuknya ke pundak, dan kembali duduk di depan meja rias.


“hhhhh.... menyebalkan!”


Tepat setelah Yoona mengucapkan kalimat itu, pintu kamarnya kembali terbuka dan kembali menampakan sosok yang sebelumnya telah datang dan mengganggu waktu yang ia anggap sangat berarti itu.


“ya ampun... kenapa kau malah duduk disana. cepat  turun! eomma menyuruhmu mandi bukan untuk terdiam di depan kaca seperti itu!”


Wanita itu menatap Yoona dengan tatapan cepat turun atau tidak eomma benar-benar akan mengambil seluruh fasilitasmu dan tak akan pernah mengembalikannya!, membuat Yoona mau tak mau melempar secara sembarangan handuk yang dipakainya, dan berjalan keluar mengikuti sang eomma.


Tak tahu akan dibawa kemana ia oleh sang eomma, tetapi mengingat seberat apa saat ia belum sampai ke rumah tercintanya itu membuat ia hanya bisa mengatupkan mulutnya dan tak berniat untuk membukanya walaupun hanya untuk menghelakan nafas. Langkahnya begitu terasa berat ketika menuruni anak tangga, seperti sebuah pertanda buruk baginya.


Dan tepat! Baru saja kakinya menanggalkan anak tangga terakhir, matanya menangkap sesuatu yang sungguh mengusiknya. Serasa dunia benar-benar tengah mempermainkannya. Baru saja ia mengharapkan bahwa ia tak akan bertemu lagi dengan sosok itu setelah kejadian tadi pagi, tapi nyatanya kini sosok itu malah muncul dihadapannya.


“kalian bicaralah. eomma akan pergi keluar.” Ujar wanita itu sembari memukul pelan pundak Yoona sebelum benar-benar pergi meninggalkan Yoona dengan sosok itu.


Suara pintu yang tertutup menjadi backsound diantara kedua anak manusia itu. Memang singkat, tetapi suara itu mampu membuat Yoona kembali menghela nafas. Namun kali ini terdengar seperti helaan kejengahan.


“mau apa kau kesini?” Tanya Yoona. Ia masih berdiri di tempatnya dan tak bergerak sama sekali. Bahkan ia sama sekali tak memandang sosok tersebut.


Beberapa saat hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Sekilas Yoona sempat melihat sosok tersebut dari pantulan pada vase yang berada di sampingnya. Wajahnya sama sekali tak menunjukkan ekspresi apa pun. Membuat ia sedikit merasa bingung. Namun tak berselang lama, rasa bingung itu kembali bertambah kadarnya. Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja sosok tersebut langsung menarik tangannya, memaksa ia untuk masuk ke dalam mobil, dan satu lagi, sosok tersebut tak mengucapkan sepatah kata pun padanya.


“apa yang kau lakukan?!” Yoona menatap sosok tersebut dengan kilatan amarah yang terpancar dari matanya. Namun sosok tersebut tetap tak meresponnya. Dengan menatap lurus ke depan dan tangan yang berada dikendali mobil, ia tetap diam dan terus mengendarai mobilnya.


Masih tak merasa puas bahkan sangat tak puas, lagi-lagi Yoona membuka mulutnya menyuarakan apa yang tengah ia rasakan saat itu.


“kita akan kemana?” Tanya Yoona dan tetap saja tak dijawab oleh sosok tersebut. Membuat Yoona semakin terbakar oleh emosinya dan hendak mengambil alih kemudi mobil tersebut. Tapi mengingat bagaimana kelanjutan hidupnya nanti membuat ia mengurungkan niatnya itu.


“yak manusia menyebalkan Lee Donghae!!! jangan diam dan cepat jawab pertanyaanku!” Geram Yoona karena sosok  tersebut yang tetap acuh pada dirinya. Membuat niatnya untuk mengambil alih kendali mobil kembali tumbuh.


“diam saja, karena ini hukuman untukmu!” Tandas Donghae.


“mworago? hukuman katamu? yak! seharusnya kau yang mendapatkan hukuman, bukan aku! sekarang cepat hentikan mobilnya!!” Desis Yoona. Ia lepaskan seatbelt yang mengikat tubuhnya sejak mobil itu melaju. Namun sayangnya Donghae tetap melajukan mobilnya dan tak menggubris ancaman Yoona.


“aku bilang hentikan!!”


“diam! atau kau akan mendapatkan hukumanmu disini. di dalam mobilku!” Ancam Donghae.


“cih. dasar manusia terkutuk. aku tak takut dengan ancaman kekanakanmu itu! sekarang cepat henti-”


Donghae menghentikan mobilnya secara mendadak, membuat Yoona langsung terhempas ke depan dan juga membuat mulut Yoona yang tengah berbicara langsung terkatup.


“a-apa ya.. yang kau lakukan? apa kau ingin membunuhku?!” Tanya Yoona masih dengan keterkejutannya.


“tsk.. diam, atau aku akan menghukummu sekarang?!” Ucap Donghae dengan penuh penekanan disetiap katanya. Membuat Yoona langsung terdiam dan membuang pandangannya kearah lain.


Donghae kembali melajukan mobilnya. Menembus keramaian jalan dengan kecepatan sedang. Tak ada yang bergeming sepanjang jalan yang mereka lalui. Hanya diam membisu dengan menatap jalan besar yang berada di depan mereka.


Dalam hati ingin sekali Yoona menghentikan aksi Donghae dan kembali ke rumah tercintanya. Mengingat selelah apa tubuhnya kini. Namun bayang-bayang wajah Donghae tadi kembali membuat ia menghentikan impian bodohnya itu. Tak ada yang bisa menghentikan keinginan tuan muda nan manja itu jika dia telah bersikeras seperti tadi. Dan hal itu-lah yang benar-benar membuat Yoona semakin frustasi kini.


Donghae semakin memperlambat kecepatan mobilnya. Dan tepat di depan sebuah bangunan besar yang usang mobilnya berhenti. Yoona nampak bingung, mengapa namja yang ia anggap menyebalkan itu membawanya ketempat aneh seperti itu? Dan membuat otaknya tiba-tiba saja terangsang untuk membayangkan sesuatu yang buruk, seperti Donghae akan membunuhnya di tempat itu atau hal-hal buruk lain yang akan mengancam keselamatan jiwanya.


“kenapa kau diam saja? cepat turun.” Yoona tersadar dari lamunannya saat suara Donghae terdengar. Dan kini ia baru menyadari bahwa lamunannya berhasil membuat ia tak meyadari bahwa sosok Donghae telah turun dan telah membukakan pintu untuknya.


Tanpa membiarkan rasa malunya semakin bertambah, Yoona segera turun dan mengikuti kemana Donghae melangkah. Ia memalingkan pandangannya kesetiap arah. Memperhatikan bangunan tersebut yang lama-kelamaan membuat ia merasakan aura aneh yang entah darimana asalnya.


“sebenarnya kita akan kemana?” Tanya Yoona sembari mempercepat langkahnya menyeimbangi langkah Donghae.


Donghae menghentikan langkahnya. Memutar tubuhnya menghadap Yoona. “menghukummu.” Singkat namun diiringi dengan seringai yang membuat Yoona terdiam seketika.


Dengan sekali gerakan, kini Donghae telah benar-benar menguasi Yoona. Tangannya telah menempel pada dinding, mengunci tubuh Yoona. “apakah kau tahu hukumanmu nona Im?” Ia mengangkat tangannya. Meraih rambut panjang Yoona yang terurai, dan membelainya.


“a.. a-apa yang ingin k-kau lakukan?” Tanya Yoona gugup. Dan hal itu disadari oleh Donghae yang kini telah semakin merapatkan tubuhnya pada Yoona.


“menurutmu apa?”


Donghae semakin mendekatkan wajahnya. Menyesapi aroma parfum yang terkuar dari tubuh Yoona. Semakin dekat... dan semakin dekat. Ketika jarak antar wajah mereka hanya berjarak beberapa centi saja, Donghae memiringkan wajahnya, dan dengan spontannya Yoona memejamkan matanya.


Lama.... tapi Yoona tak kunjung merasakan apa pun. Ia kembali membuka kedua matanya perlahan. Namun hal lain kembali terjadi, dan kali ini benar-benar membuat Yoona tak dapat mengendalikan kerja otaknya.


“saranghae.” Bisik Donghae tepat ditelinga Yoona.


Masih dengan posisinya yang menempel pada dinding, Yoona menatap Donghae dengan wajah yang penuh dengan keterkejutan. Tatapannya begitu gamang.


“bisakah kalian tak dulu bercumbu dihadapan kami.” Ucapan itu kembali menyadarkan Yoona. Dengan cepat ia mendorong tubuh Donghae dan bergerak menjauhi namja itu.


“kalian? bagaimana bi-”


“aku yang meminta mereka untuk datang.” Selak Donghae.


“Yoona-ah.....” Yoona menolehkan kepalanya saat seseorang memanggilnya. Matanya membulat seketika saat melihat siapa sosok yang memanggilnya –walaupun nyatanya ia mengenali siapa pemilik suara itu-.


“Lu... Luhan.”



******



Keheningan masih terus mendominasi bangunan tak bertuan itu. Tak ada yang mengeluarkan suara sekecil apa pun, bahkan mereka sama sekali tak berpindah posisi. Hanya gerakan kecil yang sama sekali tak menarik untuk diperhatikan.


“cukup. aku sudah muak. sebenarnya apa yang kalian rencanakan?!” Tandas Yoona.


Matanya menyiratkan pertanyaan yang sangat besar. Gerak-gerik tubuhnya menggambarkan bahwa ia sangat tak menyukai situasti itu.


“kalau kalian tak ada yang menjawab. lebih baik aku pergi!” Ancamnya. Namun bukan sebuah ancaman kosong karena Yoona benar-benar beranjak meninggalkan tempat itu.


“benar-benar menyebalkan!!” Gumamnya singkat saat melewati sosok Luhan beserta seorang yeoja yang menjadi alasannya pergi meninggalkan resort tadi pagi.


Dan ketika kakinya akan menapaki anak tangga pertama, langkahnya terhenti begitu saja. Tubuhnya juga berbalik dikarenakan sosok yang dengan paksanya membaliknya.


“aku menyukai mu.”




***** ^,^ *****




Yoona mengerjapkan matanya saat sebuah berkas sinar terasa menusuk kelopak matanya. Ia mengerang pelan seraya mengusap matanya dengan punggung tangan.


“eeeggghhh~” Yoona bangkit dari tidunya. Duduk dipinggir ranjang tanpa melakukan apa pun. Ia hanya menatap lurus ke depan. Namun tak ada yang dilihatnya.



     Tok..... tok..... tok.....



Yoona kembali mengerjap saat pintu kamarnya diketuk seseorang dari luar. Oh.. siapa yang akan mengira kalau sebelumnya ia tengah melamun. Tetapi saat ia akan membuka pintu itu, mulutnya terus bergerak mengucapkan berbagai macam kata cacian untuk sang pengetuk pintu.


“dasar menyebalkan! hampir saja aku kehilangan nyawaku karena terkejut!!” Umpatnya sembari memutar kunci yang tergantung pada pintu kamar.


Ia menekan gagang pintu. Membuat sang pengetuk langsung terlihat dengan sangat jelas. Namun nampaknya nyawa yang tengah bersemayam di dalam tubuhnya belum sepenuhnya hadir, karena ia sama sekali tak merespon kehadiran sosok itu, bahkan melihat saja tidak. Ia malah memejamkan matanya, asik dengan dunia gelapnya sendiri.


“apakah kau sering tidur dengan berdiri?” Tegur sosok itu. Suaranya yang berat dan sangat dikenali Yoona, membuat ia dengan cepat membuka kelopak matanya dan melihat sosok dihadapannya.


“k-kau? ke-ke.. kenapa.....”


“aku ingin mengajakmu pergi kesuatu tempat. jadi, cepatlah mandi. aku tunggu kau di bawah.” Sosok itu mengacak puncak kepala Yoona singkat. Lalu pergi meninggalkan Yoona yang terus menatap kepergian sosok itu hingga tubuhnya sudah menghilang dari balik tangga.



Seorang Im Yoon Ah, tetaplah seorang Im Yoon Ah. Tak akan pernah berubah menjadi Han Hyo Joo, atau pun Yoon Eun Hye sekali pun. Ia tetap seorang yeoja yang tak terlalu memperdulikan penampilannya, baik ketika akan pergi  ke kampus, atau pun menghabiskan waktunya dengan Sooyoung. Ah ayolah, penampilan di luar tak akan membuat ia kehilangan kesenangannya. Bahkan ia merasa lebih senang tat kala memakai segala sesuatu yang ia suka –celana jeans serta t-shirt andalannya-.


Yoona menatap pantulan dirinya sekilas, lalu segera bangkit meningggalkan kamarnya. Entah sejak kapan, otaknya berpikir untuk tak membuat sosok yang membangunkannya menunggu dirinya terlalu lama. Apakah sejak sebulan yang lalu, dua minggu yang lalu, entahlah. Jangankan orang lain, ia sendiri tak tahu pasti sejak kapan otaknya memikirkan hal itu.


Masih dengan santainya, Yoona menuruni anak tangga. Sedikit bergumam menyenandungkan sebuah lagu yang menjadi lagu kesukannya. Segera setelah sampai, ia berjalan menghampiri sosok tadi  yang tengah duduk memunggunginya. Namun sebelum ia muncul, terlebih dulu ia mengatur mimik wajahnya. Berusaha senetral dan sebiasa mungkin –menurutnya-.


“mian membuatmu menunggu.” Ujar Yoona dengan mendudukan tubuhnya di atas sofa yang berbeda dengan sosok yang ia ajak berbicara.


“mm~ tak apa. aku sudah memperkirakannya.” Ucap sosok itu dengan wajah yang begitu biasa saja. Menganggap bahwa apa yang ia katakan tak akan membuat Yoona tersinggung hingga membuat sebuah keributan dipagi itu.


Namun sayangnya, wajah tak bersalah sosok itu malah membuat Yoona meledak. Ia begitu mengutuki sosok itu. Rasa kesal membuatnya tak memperdulikan lagi siapa sosok itu. “NEO!!!”


“kau sudah siapkan. kalau begitu kajja. kita harus pergi sekarang.” Ucap sosok itu masih dengan tak memperdulikan Yoona yang tengah mencoba meredam amarahnya.


Sosok itu bangkit dari duduknya, merapihkan sedikit pakaiannya, dan langsung menarik pergi Yoona dari rumah.




***** ^,^ *****




Sepanjang perjalan yang tak diketahui, Yoona terus saja menggerutu sebal. Ia masih merasa kesal atas ucapan sosok yang masih mengemudi dengan wajah tanpa dosanya, dan ditambah lagi penarikan secara paksa yang dilakukan sosok itu. Rasanya ingin sekali ia menghentikan mobil itu juga secara paksa. Namun mengingat seberapa berharga kehidupannya, Yoona urung melakukan niatnya itu.


“apakah kau akan terus diam? kenapa kau tak katakan kemana kita akan pergi? aku belum berpamitan pada eomma.” Celoteh Yoona tiada henti. Sengaja ia melakukan hal itu untuk membuat sosok pengemudi itu setidaknya melihat kearahnya sejenak walaupun ia tak akan menjawab pertanyaan yang Yoona lontarkan. Dan nampaknya siasat yang ia gunakan cukup berhasil, ah bukan cukup tetap sangat berhasil. Karena selain menoleh, sang pengemudi juga menghentikan mobilnya.


“ckck kau berisik sekali nona Im. kalau kau seperti ini terus, aku pastikan kalau kau akan mendapatkan hukuman yang sesuai untuk mulutmu yang tak bisa berhenti berbicara.” Ucap pengemudi itu dengan menunjukan seringainya yang berhasil membuat Yoona bungkam seribu bahasa.


Melihat reaksi Yoona membuat sang pengemudi ingin sekali tertawa, namun ditahannya mengingat harus kemana mereka sekarang. Dan tak lama, ia kembali melajukan mobilnnya, menembus keramain jalan.




***** ^,^ *****




Salon. Boutique. Dua tempat itu telah membuat penampilan Yoona –yang biasa saja- berubah seratus delapan puluh derajat dari saat mereka berangkat. Gaun peach selutut dengan aksen lingkaran yang menghiasi bagian dada gaun itu, serta heels berwarna putih membuatnya terlihat bagaikan seorang putri kayangan yang baru saja sampai di bumi. Rambut coklatnya yang panjang juga dibuat bergelombang hanya pada bagian bawah dan dibiarkan terurai menutupi pundaknya.


Namun, walaupun penampilannya telah berubah. Pertanyaan tentang akan dibawa kemana dia, masih terus berputar memenuhi otaknya. Dan sosok pengemudi itu, ia juga tetap saja bungkam tentang tempat yang akan mereka tuju.


Pengemudi itu memperlambat laju mobilnya saat mendekati banguan tempat dimana banyak mobil juga akan masuk kesana. Perlahan, pengemudi itu melajukan mobilnya mencari tempat yang tepat untuk memarkirkan mobil mewahnya. Dan beruntungnya dengan satu buah kertas, pengemudi itu berhasil mendapatkan tempat bertuliskan VVIP diarea parkir tersebut.


Pengemudi itu melepaskan seatbeltnya. Ia hendak turun dan segera membukakan pintu penumpang, namun Yoona telah lebih dulu turun dan menutup pintu itu dengan kasar. Dan sosok pengemudi itu hanya tersenyum melihat tingkah yeoja itu.


“untuk apa kau membawaku kesini tuan muda Lee Donghae?” Tanya nya dengan kesal.


Donghae –pengemudi mobil mewah yang membawa Yoona pergi- menarik tangan Yoona. Meletakannya pada lengannya. “untuk menikah.” Jawabnya kemudian.


Yoona membelalakan matanya. Ia menatap tak percaya pada namja di sampingnya. Menikah? Diumurnya yang baru berusia dua puluh tahun? Disaat ia belum mendapatkan gelar apa pun dari kampusnya? Disaat berpuluh-puluh pertanyaan akan sosok itu masih terus memenuhi pikirannya? Yak! Apakah namja itu gila? Bahkan tak ada orang tuanya disini. Appanya masih berada diluar kota. Sedangkan eommanya, entahlah. Sejak tadi pagi ia tak melihatnya.


Donghae terkekeh saat menyadari Yoona yang tak kunjung berjalan. Ternyata ucapannya berhasil membuat yeoja itu bagaikan tersambar petir. “aku hanya bercanda. lagi pula tak mungkin aku menikahimu dengan cara seperti ini. ini bukan gayaku.”


Tanpa sadar Yoona menghela nafasnya. Jantungnya yang tadi berdetak dengan cepat perlahan berangsur normal.


“lalu untuk apa kau membawaku kesini?” Tanya nya saat mereka tengah berjalan memasuki bangunan itu.


“nanti kau juga akan tahu.”



******



Pengikatan janji suci dihadapan Tuhan baru saja selesai. Dan kedua mempelai baru saja turun dari atas altar, dan bergerak menuju aula guna merayakan hari bahagia mereka. Beribu-ribu undangan yang hadir langsung berbaur menjadi satu menikmati hidangan serta musik yang sengaja disediakan oleh kedua mempelai. Mereka juga ikut beramah tamah dengan para tamu yang sudah dengan tulusnya mendoakan pernikahan mereka.


Donghae menarik Yoona -yang masih merasa bingung sejak acara pemberkatan hingga acara pesta- menghampiri kedua mempelai yang terlihat sangat serasi dengan berbalutkan tuxedo putih untuk sang namja serta gaun putih yang menjuntai ke bawah untuk sang yeoja. Ia mengulurkan tangannya, memberikan selamat kepada kedua mempelai. Dan tak lupa memeluk hangat keduanya. Begitupun dengan Yoona, walaupun kebingungan melandanya, tetapi ia masih memiliki kesadaran yang cukup untuk tak terus saja diam.


“kau pasti bingungkan Yoona-ssi?” Yeoja bergaun poutih itu menyentuh pundak Yoona. Membuat Yoona mengerjapkan matanya singkat dan tersenyum kikuk pada yeoja itu.


“Donghae-ah, apakah kau belum menceritakan semuanya pada Yoona?” Tanya namja itu pada Donghae yang hanya menggelengkan kepalanya singkat.


“ckckck.. kau benar-benar ya.”


“Yoona-ah........” Panggil yeoja lain yang membuat keempat orang itu secara otomatis memutar kepala mereka.


“eo, mian oppa. aku hanya memanggil Yoona.” Yeoja itu menggaruk tengkuknya. Ia merasa tak enak hati pada namja itu karena berteriak ditengah suasana pesta pernikahannya.


“hei tuan muda Donghae, apakah kau telah mengatakan yang sebenarnya pada sahabat ku ini?” Tanya yeoja itu sembari merangkul Yoona yang tentunya nampak semakin terlihat bingung. Sebenarnya apa yang tak ia ketahui? Apakah hanya ia yang tak mengetahuinya?


Donghae menggelengkan kepalanya, dan hal itu mendapatkan decakan kesal dari yeoja itu.


“sebenarnya ada apa? apa yang tak aku ketahui tetapi kalian mengetahuinya? terutama kau Sooyoung-ah.” Tanya Yoona.


Sooyoung menghembuskan nafanya sebelum memutar tubuh Yoona menjadi menghadapnya. “jadi begini, sebelumnya aku ingin meminta maaf kepadamu karena aku tak langsung memberitahumu. tetapi sungguh, ini bukan keinginanku. ini keinginan teman masa kecilmu itu.”


Yoona menautkan kedua alisnya. Otaknya masih belum bisa menangkap apa yang tengah dibicarakan oleh Sooyoung, terlebih rasa bingung akan pernikahan yang dihadirnya semakin membuat otaknya tak dapat berpikir dengan baik.


“jadi begini, ternyata Seunghyun oppa berteman dengan Donghae ketika mereka di New York. dan yeoja yang awalnya kita kira sebagai kekasih Donghae, ah maksudku Tiffany eonni. Fany eonni merupakan kekasih Seunghyun oppa, oppaku yang menyebalkan ini.”


Beberapa saat setelah Sooyoung bercerita, Yoona masih terlihat mencerna kalimat per kalimat yang dilontarkan oleh sahabatnya itu. Dan beberapa detik kemudian matanya membelalak. Sepertinya ia baru memahami apa yang diceritakan oleh Sooyoung.


“la-lalu???”


“ya~ kita terjebak dipermainan yang mereka buat. terlebih kau Yoong.”


“mian Yoona-ssi. aku tak bermaksud mempermainkanmu. Tetapi ini sepenuhnya ulah ikan menyebalkan ini. dia yang memintaku untuk berpura-pura seperti seorang kekasihnya. jeongmal mianhae...” Tiffany, yeoja itu memeluk Yoona. Ia sangat merasa bersalah pada Yoona. Terlebih ia tak mengenal Yoona sama sekali. Ia hanya tahu tentang Yoona, sebatas tahu, dan tahu-nya ia pun sebatas dari cerita Donghae.


Yoona masih diam. Tak tahu apa yang harus ia lakukan. Apakah tersenyum? Menangis? Marah? Pergi? Tetap di tempat itu? Atau yang lain? Yang jelas, kini ia merasa seperti orang terbodoh di muka bumi ini.


“Sooyoung-ah......” Sontak kelima orang itu –termaksud Yoona- menoleh kepada sang pemilik suara.


“Luhan.” Batin Yoona saat melihat siapa sosok yang baru saja memanggil Sooyoung.


“Seunghyun hyung, Fany noona, chukhaeyo. aku turut berbahagia atas pernikahan kalian.”


“ne gomawo Luhan-ah...”


“em... Sooyoung-ah. ada yang ingin ku katakan padamu.” Ujar Luhan membuat keempat orang itu dan juga Sooyoung kembali menatapnya. Ia menghela nafasnya pelan. Kemudian secara tiba-tiba ia bersimpuh dihadapan Sooyoung. Membuat orang-orang itu membulatkan mata mereka terkejut, terlebih Sooyoung.


“saranghae, maukah kau menjadi yeojachinguku? ah annie. aku ingin yang lebih dari sekedar namjachingu dan yeojachingu. aku ingin kau menjadi ibu bagi anak-anakku kelak. maukah kau Sooyoung-ah?” Luhan menyodorkan satu buah kotak yang berisi cincin di dalamnya. Kepalanya ia tengadahkan menatap Sooyoung yang masih terlihat begitu terkejut atas kejadian itu.


“a-apa maksudmu? bu-bukankah kau me..nyukai Yoona?” Luhan menggelengkan kepalanya. Dan hal itu kembali membuat Sooyoung bingung. Tidak menyukai Yoona? Lalu kenapa mereka terlihat begitu mesra selama ini?


“Sooyoungie, sebenarnya oppa yang meminta Luhan untuk melakukan itu. dan itu semua juga termaksud ke dalam permainan Donghae. mian, oppa merahasiakan ini darimu. jika kau ingin marah, marahlah pada Donghae. karena dia yang meminta Luhan untuk dekat dengan Yoona jika ia ingin berpacaran denganmu. ikan terkutuk  ini menggunakan nama oppa sebagai ancamannya.” Jelas Seunghyun yang lagi-lagi membuat Sooyoung terkejut. Oh... begitu bodohnya ia yang tak menyadari bahwa teman masa kecilnya ini –Luhan- hanya berpura-pura dihadapannya.


“yak Donghae-ah! cepat kau minta maaf pada Sooyoung.” Perintah Seunghyun sembari memukul pundak Donghae.


“mian Sooyoung-ah. dan mian Yoong, aku tak bermaksud membuat kau dan.............”


“tunggu, tapi sepertinya kalian-lah yang tengah bermain dipermainan kalian sendiri. aku dan Luhan hanya berteman. aku tak merasa melakukan apa pun yang berlebihan dengan Luhan. dan perlu kalian tahu, kedekatan kami yang kalian lihat ‘mesra’ sebenarnya itu demi Luhan. aku tahu Luhan menyukai Sooyoung, dan ia memintaku untuk membantunya. jadi bukankah sebagai teman yang baik aku membantunya. bukankah begitu Luhan-ah?” Ujar Yoona yang langsung mendapatkan anggukan mantap dari Luhan.


Sontak Donghae, Seunghyun, dan Tiffany saling melempar pandang. Ternyata apa yang mereka pikirkan selama ini berbeda dengan kenyataannya. Pikiran yang membuat Donghae membuat rencana guna menjebak Yoona yang tak kunjung menyadari perasaannya.


“Sooyoung-ah, apakah kau akan terus diam dan membiarkan Luhan terus bersimpuh seperti itu?” Yoona menyikut lengan sahabatnya itu. Membuat Sooyoung mengerjapkan matanya dan kembali fokus pada namja yang masih dengan setianya menyodorkan satu buah cincin kepadanya.


“em.... mian Lu-”


“kalau kau tak menerimanya, sama saja kau tak jujur dengan perasaanmu sendiri Sooyoungie. aku tahu kau menyukai Luhan, dari tatapanmu saat melihat ia pergi denganku saja, itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa kau menyukai teman masa kecilmu ini. dan jika kau tetap menolaknya hanya karena kau tetap berpikir bahwa Luhan menyukaiku, kau sama saja tak menghargai usahaku untuk membantu Luhan selama ini. dan itu juga menunjukan kalau kau tak percaya padaku sebagai sahabatmu.” Potong Yoona.




***** ^,^ *****




Yoona turun dari mobil mewah yang mengantarnya kembali ke rumah setelah satu hari penuh mobil itu membawanya pergi menuju tempat-tempat tak terduga baginya. Mulai dari salon, boutique dimana gaun yang ia kenakan berasal, hingga pesta pernikahan yang membuatnya mengetahui berbagai macam fakta atas kejadian yang menimpanya beberapa hari belakangan ini. Hingga fakta yang membuatnya setidaknya merasa tak menjadi orang paling bodoh di dunia ini –lagi-.


Ia berjalan masuk meninggalkan sosok Donghae yanng baru saja turun setelah memarkirkan mobil kesayangannya. “Yoong.” Panggil Donghae. Membuat Yoona menghentikan langkahnya menuju kamar yang berada dilantai dua bangunan itu.


Donghae berlari kecil menghampiri Yoona. Dan dengan gerakan cepat, tangannya merangkul pinggang ramping Yoona.


“ya! apa yang kau lakukan?” Ronta Yoona.


“menurutmu apa? aku hanya ingin bermesraan dengan yeojachingu ku ini. apakah salah, eo?”


Yoona menghela nafasnya. “tapi tak disini. bagaimana jika eomma melihat, eo?” Yoona kembali mencoba melepaskan tangan Donghae dari pinggangnya. Namun Donghae tetap bersikeras merangkulnya, dan tak mengizinkan ia melepaskan rangkulan itu.


“lalu dimana? apakah di kamarmu?” Tanya Donghae dengan sedikit nada menggoda. Oh... jika seandainya disana ada kaca, Yoona pasti bisa melihat semerah apa wajahnya kini saat mendengar ucapan Donghae.


“yak! apa yang kau pikirkan?! hilangkan pikiran kotormu itu tuan muda Lee Donghae!!” Ucap Yoona sembari mendorong tubuh Donghae menjauh dari tubuhnya. Ia juga langsung bergerak menuju sofa, dan duduk disana.


Donghae hanya tersenyem melihatnya. Dan kemudian ikut duduk bersama Yoona.


“akhirnya, yeoja tiang listrik itu bisa menemukan namja yang tepat. hhh~ setelah Siwon sunbea, Hangeng sunbea, Ryeowook sunbea, akhirnya cinta sejatinya datang juga. tak percuma aku membantu Luhan untuk mendapatkannya.” Gumam Yoona. Walaupun dengan suara pelan, tapi tetap saja Donghae dapat mendengarnya. Rumah yang sepi serta posisi duduknya yang persis berada di sebelah yeoja itu, membuat ia dapat dengan jelasnya mendengar apa yang yeoja itu katakan.


“bukankah kau juga beruntung Yoong. kau juga telah menemukan cinta sejatimu.” Ujar Donghae yang langsung membuat Yoona menatapnya dengan terkejut. Bagaimana bisa di dunia ini ada manusia dengan tingkat kepercayaan diri yang sebesar itu?, pikirnya


“kenapa kau menatapku seperti itu? bukankah benar, eo? kau seharusnya berterima kasih kepada Tuhan karena telah mendapatkan namjachingu sepertiku.”


“mwoya? cih~ percaya diri sekali kau! mana ada namjachingu yang selalu menagih hutang masa kecil kepada yeojachingunya, eo? bahkan aku sendiri tak tahu, hutang apa yang kau maksud.” Cibir Yoona.


Masih dengan wajah tenangnya, Donghae memutar tubuh Yoona menjadi menghadapnya. Membuat sang pemilik tubuh sedikit terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Donghae.


“kau mau tahu, eo?” Tanya Donghae. Ia mengangkat sebelah alisnya. Entah untuk maksud apa, tapi yang pasti hal itu membuat Yoona seakan tak dapat melakukan apa pun selain mengiyakannya.


“kau ingat saat dimana keluarga kita berlibur bersama ke China? kau tersesat dan aku-lah yang menemukanmu. lalu, saat rumah mainanmu rusak? aku juga yang membetulkannya untukmu. dan bukankah kau sendiri yang mengatakan kalau kau berhutang padaku. jadi jangan salahkan aku jika kini aku menagihnya.” Tutur Donghae.


Seketika Yoona hanya diam. Ia seakan tengah mencoba mengulang kembali kejadian-kejadian masa lalu itu. Mencoba untuk mengingat, apakah ia pernah mengucapkan janji konyol itu pada Donghae. Dan ketika semua ingatan itu telah memenuhi otaknya, hanya kata maaf-lah yang terlontar dari mulutnya.


“mianhae. aku tak telah melupakannya.” Ucapnya menyesal. Kepalanya yang tertunduk memperlihatkan rasa penyesalan yang tengah dirasakannya amat begitu besar.


“aku tak membutuhkan kata maaf darimu Yoong. yang aku butuhkan adalah pelunasan hutangmu.” Ujar Donghae sembari mengangkat kepala Yoona yang tertunduk agar melihatnya.


“aku akan melakukan apa pun untuk melunasinya. jadi katakan saja apa yang harus aku lakukan.” Donghae tersenyum. Senyum tertulus serta termanis yang untuk pertama kalinya ia tunjukan dihadapan Yoona.


“tetap bersamaku. dan jangan pernah tinggalkan aku.” Ujarnya. Dan setelah itu, entah bagaimana caranya, Donghae telah menempelkan bibirnya pada bibir Yoona. Hanya sebatas menempelkan kedua bibir. Namun itu tak berlangsung lama, karena setelah itu ciuman mereka berubah.


Yoona mengalungkan tangannya pada pundak Donghae. Sedangkan Donghae, ia menekan tengkuk Yoona guna  memperdalam ciuman mereka. Yoona tak menolaknya, ia malah membalas ciuman itu.  Lama mereka melakukannya. Bahkan hingga membuat mereka tak menyadari bahwa ada orang lain yang berada disana. Dua orang wanita paruh baya yang terus memperhatikan keduanya sejak mereka sampai hingga mereka berciuman.


“akhirnya kita akan menjadi satu keluarga. aku senang, akhirnya mereka bisa bersama”


“ne. aku juga. jadi kita tak perlu memikirkan rencana untuk menyatukan mereka.”


Ujar kedua wanita itu –yang tak lain dan tak bukan adalah Nyonya Lee dan Nyonya Im, dua wanita yang telah melahirkan Donghae dan Yoona- dari balik dapur.




F  I  N







hhhhhuuuuuuaaaaaaaaa....... finally!!!!!!
after more than one year, finally 'Your New Face' end!!!
started from January, 28th 2012 at 12.22 PM  and ended now.


how's the last part readers??????
i don't know what should i said again, because it's like a dream for me. em honestly, now i feel very very happy because it, but i also feel sad because this is the last part *wipe my tear.* #ok! this is exaggerated#.
and as an information, this part is the longest part of the whole part of this fic. and it's also the longest fic who i made during my career as an author.


oke. i wanna ask you before i out from here, and i hope you can give me the answer or suggestion.


Is there any readers who want a sequel of this fic?????


because honestly i'm not willing to make this fic end. i don't know why, but that's my feeling when i typed this part.


oh~ i think it's been too long, so hopefully readers entertained and thank you very much for your support over the years.


see you guys.....감사합니다 ^^

Comments

  1. akhirnya .....happy ending......cool ff.....^_^
    i like it this ff......

    ReplyDelete
    Replies
    1. ne, gomawo udah ngikutin Your New Face selama ini
      *author deep bow* :)

      Delete
  2. one year thorr,,,
    but happy ending yeah,,,
    the last part ending so romantic,,,
    wait new ff yoonhae,
    :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe iya satu tahu. aku juga baru ngeh.
      syukurlah kalau kamu negrasa part ini romantis.
      gomawo ya untuk supportnya *bow*
      ne ditunggu aja ya ff yoonhae yang lainnya ^^

      Delete
  3. akhirnya di post jg ni ff, tp kok dah END yah pdhl bgs ffnya...

    Donghae kejebak ama rencananya sendiri, ternyata yoona cm sahabatnya luhan, yg mo nolong luhan buat dapetin cintanya soo^^
    Endingnya so sweet bgt aku suka thor, akhirnya YoonHae pacaran jg :)
    Bikin ff YH lg ya thor, gomawo...

    ReplyDelete
    Replies
    1. gomawo ya^^,
      iya.. dia terlalu percaya diri sih kalau permainannya yang akan ngejebak yoona eonni:D
      hehei syukur deh kalau kamu ngerasa gitu.
      ne ditunggu aja ya ff yoonhae yang lainnya *author bow*
      :)

      Delete
  4. waah akhirnya ending juga :D mian ya thor br comment skrg hehehe
    finnaly! happy yoonhae at the end~~ kkk lucu bgt mereka disini.. unyu bgt deh hehehe
    buat ff yoonhae lg ya thor~ aku suka cr penulisannya author hihi
    fighting and keep writing yoonhae-ff!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe gak papa kok... kamu baca aja aku seneng kok ^^
      iya.. happy end, semoga kamu suka yah....
      untuk ff yoonhae yang lainnya, ditunggu aja ya. dan makasih untuk pujiannya :) seneng deh ada yang suka sama gaya tulis aku...
      sekali lagi makasih ya.. dan ditunggu aja ff yoonhae yang lain *BOW*

      Delete

Post a Comment

Popular Posts