Do You Want Some Fluff? #2#



Cast: Huang Zitao - Kim Sora
          Kim Jongin - Han Ji Eun
          Zhang Yixing - Lee Hara
          Kris Wu - Jung Cheonsa
          Do Kyungsoo - Cho Nayoung
          Xi Luhan - Park Gyuri




A Beautiful Bracelet For The Beautiful One





Suara riuh terompet serta nyanyian lagu selamat ulang tahun jelas terngiang memenuhi ruang tengah rumah Sora. Kegembiraan dan keceriaan seolah tumpah begitu nyonya Kim datang membawa sebuah kue cokelat dengan dua buah lilin berbentuk angka dua dan nol. Kesemarakan semakin bertambah heboh begitu Soobin meniup lilin di atas kuenya, tentu setelah sebelumnya membuat beberapa permohonan. Yah…seperti yang lain ketahui, hari ini adalah hari jadinya yang keduapuluh dan kalau boleh jujur, ia tidak senang dengan kenyataan bahwa dirinya sudah menginjak angka duapuluh.



“ Noona! Kue pertama untukku!” klaim Ji Hoon tak sabaran. Namun di satu sisi ada Soyeon yang nampak tidak mau mengalah pada adik lelakinya itu. “ Onnie! Berikan padaku! Aku kan adik kesayanganmu!” kedua bocah itu terus berdebat untuk menjadi prioritas, walau pada akhirnya kue pertama diberikan pada sang appa. Kue kedua diberikan pada eomma-nya tentu, dan untuk potongan yang ketiga, Soobin menahan nafasnya.



Gadis itu mematung begitu senyum menawan Tao menyambutnya yang hendak mengangsurkan kue pada Sora. Kini matanya tidak bisa konsisten, begitu juga dengan tangannya. Tangannya bergetar dan sepertinya niat pertamanya untuk memberikan kue itu pada Sora, kandas. Ia justru memberikan kue itu pada Tao. Dan itu membuat Sora mendengus tidak percaya. 



“ Gomawo, Soobin-aa.” Ucap Tao sambil tersenyum dan Soobin pun mengangguk senang. Ia tidak peduli begitu mendapati mata Sora yang menyorotnya tajam. 



Acara pemotongan kue sudah usai, sekarang acara beranjak pada kegiatan selanjutnya, apalagi kalau bukan sesi buka kado. Soobin menatap girang pada sepasang sepatu yang diberikan eomma-nya, ia memang sudah lama menginginkan sepatu manis itu. Rasanya senang sekali mendapat hadiah yang begitu ia inginkan, sangat senang apalagi saat ia menemukan kotak biru yang diberikan appa-nya berisi sebuah kamera SLR idamannya. 



“ Dan…ini dariku.” Soobin menatap kotak kecil yang diangsurkan Tao padanya. “ Walau tidak semahal hadiah yang diberikan appa dan eomma-mu.” Tambah pria itu.



Soobin membuka perlahan kotak bercorak abstrak dengan dominasi warna berry di tangannya. Mulutnya ternganga begitu melihat sebuah gelang cantik di dalam kotak itu. sebuah lengkungan manis tercetak jelas di wajahnya. “ Cantik.” Gumamnya masih memuja keindahan gelang yang Tao berikan. 



“ Ya…gelang cantik untuk seseorang yang cantik.” Semburat merah langsung muncul begitu kata-kata Tao mengalun lembut di telinganya. Astaga…kalau begini terus ia bisa khilaf. Kalau Tao terus memperlakukannya dengan semanis itu, ia tidak bisa menjamin, ia mampu membiarkan pria itu terus bersama kakaknya.




PRAANGG




Terlalu kesal dengan pemandangan romantis di depannya, Sora sengaja menjatuhkan nampan yang sebelumnya ia gunakan untuk membawa beberapa makanan. Aksinya berhasil mendapat perhatian Soobin dan Tao, kedua orang itu menatapnya dengan heran. “ Ckk…kau benar-benar ceroboh onnie!” ujar Soobin.



“ Lain kali lebih berhati-hatilah Sora.” ungkap Tao singkat. Pria itu kembali berbincang dengan Soobin, sepertinya terlalu asik hingga tidak memperhatikan kemarahan Sora.



WHATT??? Tidak ada yang mau menanyakan keadaannya? Kenapa dua orang itu kembali mengabaikannya? Astaga!!. Jangan bilang kekasihnya selingkuh dengan adiknya. Jangan sampai.






**** 




A Tightly Hug In The Night





Berulang kali Ji Eun melirik ponselnya, berharap ada sebuah panggilan atau pesan yang bisa membuat hatinya sedikit lebih tenang. Batinnya merasa tidak tenang setelah Jongin mengiriminya pesan beberapa waktu yang lalu. Tunggu aku di depan rumahmu, oke?. Pesan itu sudah ia terima sejak duapuluh lima menit yang yang lalu, namun hingga detik ini sosok Jongin belum juga muncul.



Jika saja saat ini bukan malam hari, jika saja pria itu menjelaskan tujuannya meminta dirinya untuk menunggu di depan rumah, Ji Eun tidak akan seresah ini. Kerumpangan itu jelas membuatnya tidak bisa berhenti memikirkan hal-hal aneh yang seharusnya tidak perlu ia pikirkan.



Apa dia memintaku menunggunya untuk membicarakan sesuatu yang penting? Tapi apa? tunggu! Apa jangan-jangan dia ingin meminta- Ji Eun menggelangkan kepalanya. ia benar-benar tidak berani melanjutkan dugaannya. Biar bagaimanapun apa yang diucapkan, apa yang diduga-duga bisa menjadi kenyataan dan Ji Eun tidak ingin hal buruk itu terjadi.



Bunyi derap langkah kaki yang terburu tertangkap oleh pendengaran Ji Eun. Gadis itu melongok ke jalanan depan rumahnya untuk memastikan. Dari arah kiri terlihat potret seorang pria muda yang tengah berlari semakin dekat ke arah tempatnya berada. Semakin dekat sosok itu, Ji Eun dapat melihat dengan jelas siapa pria yang sedang berlari-lari pada malam hari. Itu Jongin.



Nafas pria itu tidak beraturan begitu dirinya sampai di depan Ji Eun, pria itu menunduk sejenak untuk menstabilkan sistem pernafasannya.



Ji Eun berjalan mendekati Jongin yang masih terlihat payah dengan nafasnya yang tak beraturan. Alisnya bertaut begitu mendapati sebuah kotak berukuran persegi panjang dengan ornamen pita sederhana yang tengah dipeluk erat oleh Jongin. 



“ Sebenarnya ada apa?” suara deru nafas Jongin masih terengah begitu pria itu mencoba untuk menatap Ji Eun. “ Hhhh….hhhhh…..” tidak ada jawaban yang terlontar kecuali helaan nafasnya yang kacau. Menyadari bahwa dadanya belum siap untuk berkinerja dengan santai, Jongin hanya menyodorkan kotak persegi panjang itu pada Ji Eun. 



“ Ini….untukmuhh…” Ji Eun melirik Jongin sejenak sebelum membuka tutup kotak itu. Ia begitu berharap besar dengan isi kotak itu, yah…walau ia sendiri juga tidak mengerti kenapa Jongin memberikan kotak itu padanya. 



Ia sisihkan penutup kotak itu dan untuk beberapa saat, tidak ada kata yang terucap dari mulutnya. Ji Eun kini lupa caranya untuk bernafas. Dia tidak salah lihatkan? Dia benar-benar melihat Case Bag keluaran Bean Pole kan? Astaga…. Bagaimana bisa?.


“ Kau…”

“ Yah..walau ulang tahunmu sudah lewat dua bulan yang lalu, tapi itu hadiah dariku.” Jelas Jongin. Pria itu sudah mulai bisa bernafas dengan tenang, walau ia masih merasa sedikit lelah.

“ Tapi bagaimana bisa kau…tahu?”



Jongin mendecak singkat. “ Bagaimana bisa aku tidak tahu, kalau kau terus merengek karena eomma-mu tidak memberikan tas itu untukmu! Kau tahu, aku sudah mendengarnya jutaan kali!” 



Benarkah? Ji Eun kembali menatap Case Bag warna oranye itu, hanya dengan melihatnya saja ia sudah merasa bahagia, bagaimana nanti saat ia memakainya nanti.


“ Ingat! Jaga tas itu baik-baik, jangan biarkan itu tersentuh debu sedikitpun! Awas saja kalau sampai kau menghilangkannya! Aku akan mencekikmu! Biar bagaimanapun harga tas itu sangat mahal!”



Peringatan Jongin hanya menjadi sebuah lulabi yang indah di telinga Ji Eun. Gadis itu tersenyum, tidak bisa berhenti tersenyum lebih tepatnya. Detik selanjutnya ia langsung berhambur memeluk Jongin dengan erat.



“ Jongin kau memang Jjang!” seru Ji Eun sambil menepuk-nepuk punggung Jongin.


“ Hei…aku tidak bisa bernafas bodoh!” 






**** 






Night, Stars, and Happy Birthday 






Keduanya begitu menikmati pemandangan malam Seoul, melewati jalan pedestrian tanpa melepaskan pegangan pada tangan satu sama lain. Sepanjang perjalanan itu tidak banyak yang mereka bicarakan, hanya debaran jantung keduanya yang lebih sering berbicara.




Sebenarnya mereka hanya jalan-jalan sebentar sebelum pulang ke rumah masing-masing. Seharian ini mereka menghabiskan waktunya di dalam kelas dengan berbagai mata kuliah yang memusingkan. Jadi biarlah di waktu yang singkat ini mereka menikmati waktunya dengan cara sederhana ini.



“ Kau mau ke Namsan?” tanya Yixing. Pria itu memutar kepalanya ke arah Hara. Ia membanjiri gadis di sampingnya dengan tatapan lembut yang membuat gadis itu langsung mengalihkan pandangannya. Gadis itu lupa cara untuk bernafas begitu melihat sepasang bola mata Yixing yang menatapnya dengan teduh.



“ Tidak usah, lain kali saja.” Yixing mengangguk, ia menarik Hara agar lebih dekat dengannya. Tangannya yang tadi menggenggam tangan Hara kini beralih fungsi dengan merangkul bahu gadis itu dengan protektif.



Keramaian pusat kota terlihat begitu apik begitu mereka melewatinya. Sesekali salah satu dari mereka akan menarik perhatian satu sama lain, entah itu dengan melontarkan lelucon ringan atau dengan menunjukkan pemandangan yang baru saja dilihat. Begitu juga dengan Yixing yang baru saja menunjukkan keindahan langit pada malam hari ini. Entah sengaja atau bagaimana, bulan dan bintang memenuhi langit, menghiasi hamparan kegelapan itu.



Mereka berhenti di sebuah taman, bersantai sejenak di atas hamparan rerumputan hijau yang terasa dingin. Keduanya berbaring dengan nyaman tanpa melepas perhatiannya dari pemandangan langit saat ini. Yixing sengaja merentangkan tangan kanannya untuk mengalasi kepala Hara, sementara tangan kirinya untuk mengganjal kepalanya sendiri.



“ Kau tahu….” Suara lembut Yixing kembali mengalun, memecah keheningan dan menghiasi keindahan malam yang semakin sempurna. “ Hari ini hari ulang tahun ibuku.” Hara hanya diam. Ia ingin menanggapi ucapan Yixing, tapi sayangnya ia juga tidak tahu harus mengatakan apa.



Gadis itu masih memperhatikan wajah tampan Yixing yang bersinar diterpa sinar rembulan. Jantungnya berdetak begitu melihat kedamaian di wajah Yixing.



“ Bagaimana kalau kita ucapkan bersama?”



Yixing menatap Hara, begitupun sebaliknya. “ Tapi kan-“



“ Yah…walau ibumu sudah tidak ada di sini, kita bisa mengirimkan pesan itu pada bintang-bintang di langit.” Hara menatap yakin. Ini sama sekali bukan dirinya, menjadi gadis manis yang percaya dengan cerita-cerita dongeng bukanlah gayanya. Tapi melakukannya sesekali tidak masalahkan?.



Hara kembali menatap ribuan bintang yang terhampar di langit. Ia menghirup udara sebanyak-banyaknya kemudian menghembuskannya dengan antusias. “ Selamat ulang tahun eomma-nya Yixing!” Hara tertawa pelan, yah…cukup terhibur dengan tingkahnya.



“ Sekarang giliranmu!”



Yixing beralih menatap langit, alisnya berkerut sejenak. “ Shengri Kuai le, Ma.”






 **** 





The Fantastic Wishes 






Ia tak berhenti meniup-niup udara dengan kesal. Sepanjang perjalanan yang ia lakukan hanya menggerutu kesal sambil melangkah cepat-cepat. Ia berada di dalam lingkungan kampus Kris. Sebenarnya ia juga malas datang ke tempat itu kalau saja Kris tidak mengancam akan membakar buku catatannya yang tertinggal di mobil pria itu.



Cheonsa masih berjuang menghadapi keramaian yang terus memadati jalan sekitar koridor. Ia masih tidak mengerti kenapa Kris menyuruhnya datang ke tempat ini. Oke…hari ini adalah ulang tahun Kris, dan memang sudah seharusnya pria itu mengharapkan sesuatu darinya. Tapi tidak dengan memintanya datang ke tempat ini juga kan?.



Pipinya terus menggembung seiring dengan hembusan nafas yang keluar dari mulutnya, sekarang ia berdiri di tengah-tengah keramaian yang tengah mengerubungi sesuatu. Untuk kesekian kalinya Cheonsa mendengus, ia sudah lelah mencari Kris. Oh ayolah….apa ia perlu membuat papan pengumuman untuk menemukan pria itu?.



“ Oppa!! Akhhh…”

“ Ini kue buatanku sendiri, semoga kau suka!”

“ Saengil Chukae oppa!!!”



Tak lama kemudian perhatiannya teralih pada sebuah keramaian di depan ruang ekonomi yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Berbagai bentuk gadis muda tengah berkumpul dan tak berhenti berteriak histeris. Cheonsa pun berjalan ke arah sana, sebenarnya hanya ingin tahu apa yang sedang terjadi.



Alisnya bertaut begitu menyadari sesosok jangkung yang tengah menjadi pusat perhatian gadis-gadis yang tidak berhenti mengucapkan selamat ulang tahun. Tidak sulit bagi Cheonsa untuk mengenali siapa sosok dingin yang sedang mengulas senyumnya pada gadis-gadis yang silih berganti menyalami tangannya. Cheonsa berhenti di tempatnya, ia berdiri di tempat yang cukup strategis untuk menjangkau semua pemandangan yang terjadi di depan sana.



“ Hei..bukankah itu Cheonsa?” Minhyuk  melirik pada Kris setelah sebelumnya ia menemukan sosok Cheonsa yang berada tak jauh dari tempatnya. Kris kemudian mengikuti arah pandangan Minhyuk, dan benar saja apa yang dikatakan temannya itu. Cheonsa sedang berdiri tak jauh dari tempatnya, gadis itu sedang memperhatikan ke arah keramaian yang tengah mengerubunginya. 



“ Oppa… Bisakah kita merayakan ulang tahunmu bersama? Kebetulan aku sudah menyiapkan kue ini, kau bisa meniup lilinnya segera.” Ucap seorang gadis berambut panjang di depan Kris. Gadis itu membawa sekotak kue yang telah dihiasi lilin yang sudah menyala di atasnya.



Kris tersenyum, pandangannya kembali beralih pada sosok Cheonsa yang masih serius memperhatikan keadaan yang sedang terjadi. Kau bahkan tidak sadar kalau aku melihatmu. Kris kembali memandang kue di hadapannya.



Ia menatap kue itu cukup lama, sebelum akhirnya mendekatkan wajahnya ke arah kue tersebut. “ Sebelumnya kau harus membuat permohonan dulu, Kris.” Minhyuk menepuk bahu Kris. Kemudian Kris meliriknya sejenak, meminta pendapatnya mengenai apa yang harus pria itu lakukan.



Minhyuk hanya mengangkat bahunya sambil mengulum bibirnya. “ Katakan saja apa yang kau inginkan.” ujar Minhyuk, Kris pun mengangguk mengerti.



Detik-detik sebelum Kris mengungkapkan permohonannya menjadi sangat mendebarkan kala semua orang terdiam karena terlalu penasaran dengan apa yang diinginkan kapten basket sekolah mereka itu.



Kris memejamkan matanya, kemudian kembali menatap kue di depannya dengan yakin. Ia menarik nafas lalu mengeluarkannya dengan perlahan. Semua mata bagai tersihir begitu Kris hampir mengungkapkan keinginannya, begitupun dengan Cheonsa yang sedang menerka-nerka isi pikiran Kris.



“ Semoga tidak ada pria yang bersedia menikahi Jung Cheonsa selain aku,  semoga Jung Cheonsa tidak akan bisa menikah selain dengan Wu Yi Fan. Dan kalau dia memang tidak ditakdirkan untukku, biarkanlah dia bersama pria yang lebih jelek dariku, lebih pendek dariku, lebih bodoh dari padaku dan segalanya yang lebih buruk dari diriku. Amin.” Kris meniup lilinnya, ia menepukkan tangannya sendiri dengan perasaan puas dan bangga.



Namun tidak dengan para gadis yang merasa semangat hidupnya menghilang saat Kris menyebut nama Jung Cheonsa dalam permohonannya. Banyak dari mereka yang menggerutu kesal sambil mengutuk Jung Cheonsa, seorang gadis yang mereka anggap telah merebut pangeran sekolah mereka. 



“ YAKKKK!!! PERMOHONAN MACAM APA ITU?? HEH!! KAU INGIN MEMBUATKU MENDERITA, HUH?” semua mata langsung menoleh ke belakang, tepatnya pada seorang gadis yang sedang menajamkan pandangan matanya. 



Gadis itu, Cheonsa, Jung Cheonsa. Ia langsung melangkah lebar-lebar mendekati Kris yang tengah menatapnya dengan tatapan mengejek. Setiap langkahnya Cheonsa mendapat tatapan aneh dari para gadis yang satu persatu mulai menyingkir, memberi jalan untuk Cheonsa.



“ Kenapa isi permohonanmu jelek semua?” omel Cheonsa. 


Kris hanya mengangkat bahunya. “ Kau itu menyebalkan sekali, tahu tidak?!!” cicit Cheonsa lagi sambil  mengerutkan hidungnya. Ooh…sungguh kalau bukan berada di lingkungan umum, ia sudah menjambak rambut Kris sampai botak.



“ Bawel!” tanggap Kris. Cheonsa hanya mendengus pelan sambil membuang pandangannya. “ Heh…kau tidak memberiku hadiah? Benar-benar keterlaluan!” ucap Kris setelah memperhatikan Cheonsa baik-baik. Gadis itu tidak membawa apapun, tidak sama sekali. Ckk…ribuan gadis bahkan bersedia antri untuk sekedar memberinya hadiah, tapi kenapa gadis ini tidak peduli dengan hal itu?.



“ Untuk apa? Ku rasa kau sudah mendapatkannya dari mereka semua.” jawab Cheonsa.



Rasa kesal dan asumsi kurang baik berkembang semakin besar begitu mereka melihat betapa acuhnya sikap Cheonsa pada Kris. Ckck…gadis macam apa dia?. benar-benar tidak perhatian!. Gadis itu benar-benar menyebalkan!. Apa dia benar-benar pacarnya Kris oppa?.



“ Lagipula untuk apa aku memberimu hadiah, kalau kehadiranku saja sudah menjadi hadiah paling berharga untukmu?” 






****





Happy Birthday Cho Nayoung 






Nayoung menghentak-hentakkan kakinya kesal. Sudah seharian ini tingkahnya seperti itu. Uring-uringan seperti seorang anak yang ingin dicabut giginya. Mondar-mandir tidak jelas sambil terus menatap layar ponselnya, walau hasilnya ia tetap akan mendengus kesal hingga ingin melempar ponsel rampingnya itu.



Ini hari ulang tahunnya tapi orang yang ia harapkan memberi sesuatu yang istimewa justru tidak melakukan apapun. Baiklah…Kyungsoo memang sudah mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Pria itu mengucapkannya melalui pesan singkat yang teramat singkat dan jelas.



Saengil Chukkae, Youngie. 



Ayolah…Kyungsoo kekasihnya. Apa terlalu berlebihan jika Nayoung mengharapkan sesuatu yang lebih dari kekasihnya sendiri, misalnya kejutan tak terlupakan atau makan malam romantic yang ditutup dengan penyematan cincin berlian di jari manisnya. Tapi jangankan hal-hal muluk seperti itu, pesan singkat yang teramat singkat dari Kyungsoo saja baru ia terima tadi siang. Tepatnya pukul setengah dua tadi, jadi bayangkan seburuk apa suasana hati Nayoung saat ini.



Nayoung menyusuri jalan menuju rumahnya dengan perasaan tidak senang, langkahnya gontai dan tidak bersemangat. Ayolah…siapa yang bisa bersemengat sementara kekasihnya mengabaikan dirinya?. Ia menghembuskan nafasnya dengan berat begitu matanya menatap bangunan rumahnya.



Dengan lesu ia mendorong pintu depan rumahnya, berharap ia bisa segera masuk ke kamar dan berbaring. Hatinya kosong tanpa hasrat begitu mendorong daun pintu berengsel rumahnya.



Hening….



Lagi-lagi ia menghela nafas panjang, harusnya ia tidak berharap yang tidak-tidak sebelum masuk ke dalam rumah. Tadinya ia berpikir begitu ia membuka pintu, akan ada teriakan selamat ulang tahun atau suatu kejutan yang diberikan keluarganya. Tapi…ya..sudahlah.



Kali ini tanpa harapan, tanpa dugaan yang membuat hatinya terbang ke langit ketujuh, Nayoung melewati ruang keluarganya yang sepi. Ia melangkah malas sambil menatapi layar hitam televisi. Kepalanya tertoleh ke depan begitu ada suara kesibukan dari arah ruang makan. Dengan mata menerawang ia melangkah ke ruang makan.



Matanya kembali berkedip begitu menemukan sesosok pria muda tengah sibuk menata meja makan dengan berbagai makanan lezat. Pria itu begitu sibuk memindahkan piring-piring makanan dari dapur ke meja makan.



Hatinya berkedut ketika melihat kue tiramisu dengan taburan bubuk cokelat di atasnya terletak di tengah-tengah meja makan. Ia melangkah lebih dekat, tertarik untuk melihat pamandangan itu. Di atas kue itu tertulis sebuah kalimat Happy Birthday Nayoung.  



Pria itu, Kyungsoo kembali dari dapur, ia terkesiap melihat Nayoung yang sudah berdiri di samping meja makan. Senyumnya tersungging menyambut Nayoung yang beralih menatapnya. Ia letakkan semangkuk besar sup jagung yang baru matang.



“ Kau menyiapkan ini semua?” Nayoung menatap Kyungsoo dengan tatapan bersalah. Kyungsoo hanya mengangguk singkat.



“ Ku kira kau tidak peduli lagi dengan ulang tahunku!” keluh Nayoung. Gadis itu mengerucutkan bibirnya sambil meremas tangannya dengan tidak tenang.

“ Memangnya kenapa? Kenapa kau bicara begitu?” Kyungsoo mendekat, ingin tahu alasan seorang Cho Nayoung berwajah masam seperti saat ini.



Ia tatap Nayoung dengan sabar, yah…tak berbeda seperti yang biasanya ia lakukan. “ Pertama, kau tidak mengucapkan ulang tahun padaku tepat jam dua belas malam dan yang kedua, isi pesanmu sangat amat singkat!. Siapa yang tidak akan kesal kalau kekasihnya tidak peduli begitu?” dumel Nayoung.



Kyungsoo hanya terkekeh ringan, kemudian mendecak pelan. “ Baiklah…maaf aku karena aku tidak mengucapkannya tepat jam dua belas, semalam aku benar-benar lelah dan tidur lebih awal. Dan untuk pesan itu….memangnya aku harus mengirim pesan yang seperti apa?” ujar Kyungsoo. Pria itu menjelaskan dengan apa adanya, tak berusaha menciptakan situasi benar untuknya. Ia hanya mengulas alasan paling benar.



Nayoung mendelik kesal, mulutnya tak berhenti menggerutu kesal. Hmmm…inilah derita memiliki kekasih yang tidak romantis.   



“ Ckk..baiklah…” Kyungsoo mengalah, dalam situasi seperti ini bisa saja mereka bertengkar. Sesuatu yang sangat sepele bisa menjadi sangat rumit jika sudah dipautkan dengan seorang Cho Nayoung, dan Kyungsoo tidak ingin pertengkaran bodoh merusak suasana baik ini.



Ia langsung merapat ke arah Nayoung, tangannya menarik pelan kepala gadis itu. kecupan hangat ia daratkan di kening gadis yang kini menutup bibirnya rapat-rapat. Nayoung sangat terkejut dan tidak percaya.


Kyungsoo menjauhkan dirinya, kemudian menatap mata Nayoung yang masih melotot lebar. “ Selamat ulang tahun Cho Nayoung, maaf aku tidak bisa memberikan apa yang kau inginkan.” ucap Kyungsoo dengan segenap hatinya.





 
****





 
The ‘BEST’ Date Ever 






Hari yang menyenangkan dengan suasana yang menyenangkan. Gyuri tak hentin-hentinya mengulas senyum senang sepanjang hari mengingat hari ini adalah hari jadinya yang ketiga. Jelas ini merupakan hari istimewa untuk Gyuri dan juga Luhan. Hei…siapa sangka hubungan yang awalnya hanya berawal dari coba-coba, kini sudah menginjak tahun ketiga.



Setelah semua mata kuliah hari ini usai, Luhan langsung menariknya pergi meninggalkan teman-temannya yang berencana pergi ke kafe untuk sekedar menghabiskan waktu luang. Tidak ada alasan untuknya menolak ajakan Luhan, biar bagaimanapun mereka memang sudah berjanji untuk menghabiskan waktunya bersama seharian. Jadi apapun yang hari ini Luhan lakukan, kemanapun pria itu membawanya, ia akan dengan senang hati menemani.



Begitupun saat pria itu mengajaknya masuk ke toko buku. Ia tidak menolak atau mencoba untuk menolak. Ia menikmati waktu menemani Luhan yang sedang serius mencari beberapa buku. Gyuri mengedarkan pandangannya ke arah lain, ia pun melangkah menjauhi Luhan yang masih mematung di bagian sastra lama.



Gyuri berkeliling, melihat-lihat beberapa novel pendatang baru yang di pajang secara masal di meja depan. Sesekali ia mengambil novel-novel itu kemudian membaca sinopsis singkat yang tertera di bagian belakang buku. 



Begitu rasa jengah menyapa, Gyuri mengeluarkan ponselnya. Nafasnya keluar begitu lemah melihat waktu yang sudah tak sore lagi. Kemudian pikirannya melayang pada ucapan Luhan beberapa waktu yang lalu sebelum sampai di toko buku ini. Mereka akan menghabiskan waktu bersama, merayakan hari jadi mereka dengan kencan hebat yang tidak akan terlupakan sepanjang masa.  



Gyuri langsung kembali ke tempat Luhan berada tadi, dan untungnya pria itu memang masih ada di sana. Serius membaca buku sastra yang tebal sambil duduk di antara rak-rak buku yang membentang.


“ Oppa…ayo. Nanti kita pulang terlalu malam!”

“ Biar saja.. lagipula ini belum malam.” Balas Luhan tak acuh. Ia membalikkan kembali lembar bukunya dan membaca penuh perhatian tanpa terganggu dengan kehadiran Gyuri.

“ Oppa.. tapi kita belum mengunjungi banyak tempat! Kau bilang hari ini ingin merayakan hari jadi kita?” desak Gyuri. gadis itu menahan suaranya, sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara terlalu bising.



“ Ya aku tahu.” Hanya jawaban tanpa makna yang ia dapat, Gyuri mendengus kesal. Merutuki betapa menyebalkannya sikap Luhan saat ini. “ Kalau begitu ayo Xi Luhan!!” desis Gyuri tak sabaran.



Luhan tak bergeming ia tetap serius membaca serta mencerna novel lama yang ia ambil dari deretan rak buku di hadapannya. “ Ckk…kau mau pergi kemana Gyu? Kita sedang merayakan hari jadi kita. Kau ini bagaimana sih.” Gyuri melotot, terpekur dengan jawaban Luhan yang tidak terbayangkan olehnya.



“ Maksudmu? Kencan hebat yang tidak akan terlupakan sepanjang masa yang kau bilang adalah menghabiskan waktu di toko buku? Begitu?” Luhan mengangguk. Sama sekali tidak menoleh ke arah Gyuri yang kehabisan kata untuk berkomentar.


“ Sekarang…pilihlah buku yang kau inginkan. Ambil sebanyak yang kau mau, aku yang akan membayarnya. Hebat bukan?” ujar Luhan dengan mata berbinar dan penuh semangat. Sangat kontras dengan Gyuri yang mematung dengan keadaan jiwa yang lemah.


“ Selamat bersenang-senang Gyuri!” ucap Luhan sambil menganggukkan kepalanya.





~****~




END

Welll… aku balik lagi dgn kumpulan cerita ajaib dari dunia khayalku yang autis. Gimana? Ini termasuk fluff gak sih? Klo boleh bikin genre sendiri, aku kasih nama genre ff ini tuh ‘romens gaje ancur’. Pas udah kelar semuanya, aku ampe malu buat ngasih judul postingannya dgn kata fluff. Please…ini gak ada manis-manisnya…ini tuh gaje tingkat dewa….

Ckk..okelah…aku pamit lagi yaw…dah….


Lambai Tangan,

GSB

Comments

Popular Posts