Miss Bossy VS Mr. Cold (2 of ?)
Author POV
20:10 KST
Jeju island
Berjalan tak tentu arah di tempat yang sama sekali tak
dikenal. Nyaris 30 menit berlalu, dan So Eun belum juga berhenti mengeluh,
menggerutu, menyumpah dan segala yang buruk-buruk kepada semua orang di muka
bumi. Seakan lupa siapa yang sudah dengan cerdasnya menggiring dirinya sendiri dan jangan lupakan namja malang yang sibuk
menyumpal telinganya dengan headset ke tempat ini.
“kenapa ya tuhan? Kenapa? Kenapa kau melakukan ini padaku?”
kali ini gadis itu mengeluh pada Tuhan.
Jong Woon melirik gadis di sebelahnya dengan tatapan merendahkan. “kau tak
haus? Kau bicara ah… tidak… kau
berteriak selama setengah jam” ujar namja itu sambil mengangkat arlojinya. So
Eun mendengus.
“terserah! Aku tak mau jalan lagi! biar saja aku mati
disini” Jong Woon cuma membuang napas bosan saat melihat gadis itu menjatuhkan
koper yang ia bawa dan duduk di atasnya. Kau
pikir aku perduli? Mungkin kalimat itulah yang terngiang di benak Jong Woon
untuk sekarang. Lihat saja caranya menoleh, menaikkan alis, lalu berjalan lagi
ke depan. Seolah tak terjadi apa-apa.
So Eun yang sedang menyedekapkan tangan dengan wajah masam
merasakan hatinya mencelos saat melihat punggung pria itu kian menjauh. Ia sama
sekali tak habis pikir bagaimana mungkin Kim Jong Woon, si pria asing yang
sudah ia kenal, bisa bersikap sedingin itu. So Eun bangkit dari duduknya, mau
tak mau menyeret kopernya kembali. Jelas ia tak akan ambil resiko. Pria itu
terlihat tidak sedang main-main, dan sepertinya jika ia tidak bergerak
sekarang, Kim Jong Woon benar-benar akan meninggalkannya di pinggir jalan.
“ini sudah malam….. sampai kapan kita akan terus berjalan
dan berjalan dan berjalan?” Seru So Eun. Dengan napas terengah sekalipun, gadis
itu masih mampu mempertahankan nada mengeluhnya yang menyebalkan. Jong Woon tak
menoleh. “sampai kita bisa menemukan tempat untuk bermalam” ujar pria itu tanpa
penekanan. Untuk keseratus kalinya dalam hari ini, So Eun mendengus.
“hebat! Dan dimana tempat bermalam itu?” Jong Woon tak
menjawab dan terus berjalan. Apakah gadis ini tak mengerti? Bukan dia
satu-satunya korban dalam peristiwa ini, apa dia tidak melihat namja itu
sebagai korban yang menyedihkan juga? Ayolah…. Jika saja tadi ia bisa lebih
sabar menunggu di bandara. Ini semua tak akan terjadi.
“pokoknya kalau dalam waktu lima menit kau belum menemukan
tempat penginapan untuk kita, aku akan…… BUKK!” So Eun menubruk punggung Jong
Woon yang berhenti mendadak. “YAA! APA YANG KAU LAKUKAN!” pekik gadis itu
sambil mengelus hidungnya. Jong Woon tak bergeming. Ia menatap lurus ke sebuah
objek dengan tatapan miris. So Eun yang masih mengelus hidung mengikuti arah
pandang namja itu. “itu! itu tempat penginapan kan?”
“secara harfiah, benar” ujar Jong Woon sambil membuang
napas. So Eun tersenyum cerah, tapi Jong Woon menampilkan ekspresi sebaliknya.
Bangunan itu sangat kecil, tapi sangat meriah, ada plang kecil bertuliskan nama
‘penginapan’ dengan lampu neon berwarna-warni yang berpendar. Crazylove motel.
“kenapa ekspresimu begitu? ada yang salah dengan tempat
itu?”
“sungguh? kau tak lihat ada yang salah?” So Eun memalingkan
wajahnya ke motel itu lagi. Keningnya berkerut.
“iya sih… sebenarnya ini salah. Tempat itu sangat kecil, jelek, kuno dan
sangat tidak cocok untukku. Tapi mau bagaimana lagi? kita butuh penginapan
untuk malam ini”
“hanya itu? oke…. tapi tolong jangan terkejut kalau sudah
sampai di dalam”
“apa?”
“ani” terlalu lelah untuk ambil pusing, Jong Woon segera
memasuki motel itu. Suasana yang jauh dari kesan nyaman segera saja menyergap
keduanya. “dua kamar. Kami akan menginap semalam disini” ucap Jong Woon pada
sang resepsionis, ia lalu mengeluarkan kartu kreditnya dan meletakkan benda
plastik itu diatas meja. Sang resepsionis mengernyit saat melihat kartu itu,
lantas menggeleng. “maaf, kami hanya menerima uang tunai”
“apa? aku tak bawa uang tunai”
“tenang! Aku bawa kok!” ujar So Eun sambil menyelipkan
tangannya ke mantel. Dan seketika mata gadis itu terbelalak. Oh.. oke, ini
terlalu jelas. Pasti ia lupa membawa dompetnya atau apalah. Jong Woon meringis
sambil memeriksa isi dompetnya sekali lagi.
“baiklah, berapa harga untuk dua kamar?”
“50.000 won”
“apa? yang benar saja! untuk tempat sejelek ini tarifnya
sangat tidak manusiawi” So Eun menggebrak meja. “dan bagaimana mungkin kau tak
menerima kartu kredit! Halloooo, sekarang sudah 2013”
“aku punya dua puluh ribu empat ratus won. Bisakah untuk
satu kamar?” ujar Jong Woon sambil meletakkan lembaran uang lecak dan beberapa
koin. Ia benar-benar sudah mengeluarkan seluruh uang di saku dan selipan
kopernya. 20.400 won adalah satu-satunya uang yang dia punya.
“apa katamu? Satu kamar? Kau pikir aku mau berbagi kamar
denganmu?”
“bodoh. Aku pesan kamar untukku sendiri”
“mwo? Lalu… aku?” Jong Woon mengabaikan ucapan lirih gadis
disampingnya dan menatap sang resepsionis dengan tatapan minta dikasihani.
“bagaimana ya?” perempuan di balik meja itu mendesis gusar
sambil meremas-remas tangannya.
“kumohon” So Eun melipat tangannya dan menatap Jong Woon
dengan takjub. Ini pertama kalinya ia melihat si namja dingin itu mengemis belas
kasihan.
“oh… baiklah” sang resepsionis mengambil kunci bertuliskan
angka 3 yang tergantung dibelakangnya, lalu…. DAK! Dalam sekejap adegan saling
tarik-menarik pun terjadi. Oke….. mari kita dengar runtutan kejadiannya.
Pertama, sang resepsionis mengambil kunci. Kedua, perempuan itu mengulurkannya
pada Jong Woon. Ketiga, So Eun merebut kunci itu sebelum Jong Woon sempat
menyentuhnya dan kemudian, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, adegan
tarik-menarik kunci pun terjadi.
“kau benar-benar tidak kasihan melihat perempuan sepertiku
tidur di luar?”
“TIDAK! BERIKAN
PADAKU”
“KAU PRIA MACAM APA SIIHHHHH!”
“BERIKAN PADAKU!!!!”
“TIDAK” So Eun berlari menuju kamar no.3 dan berusaha
membuka pintunya. Namun Jong Woon bergerak lebih cekatan dan berhasil merebut
kunci itu darinya. Pintu terbuka, pria itu masuk secepat kilat dan BRAAAKKK!
Pintu itu berdebam keras tepat setengah centi dari wajah So Eun. Gadis itu
tercengang. Ini pertama kalinya ia diperlukan sehina ini selama 24 tahun hidup.
“YAAA! SIALAN BUKA PINTUNYA! NAMJA BRENGSEK! GILA! KEMANA
OTAKMU?” brak brak brak brak…. Di dalam kamar, Jong Woon langsung menghempaskan
badan ke ranjang dan menutup kepalanya dengan bantal. Berusaha mengabaikan
suara mengganggu di pintunya. Oh…. mustahil.
“LIHAT SAJA! AKU AKAN TELFON APPA DAN DIA AKAN MEMARAHIMU.
JONG WOON IDIOOOOT! BUKA PINTUNYAAAA”
Pria yang sejak tadi dipanggil-panggil itu menoleh kearah
pintu dengan tatapan tidak perduli. Setelah 5 menit penuh merebahkan badan,
namja itu berdiri dan beranjak ke kamar mandi. Ya.. mandi air hangat adalah ide
terbaik untuk sekarang.
**********
So Eun yang kelelahan berteriak akhirnya berhenti juga.
Gadis itu bersandar di tembok tepat didepan kamar nomor 3 sambil menatap layar
ponselnya dengan wajah tak berdaya. Ia sudah mengirim pesan singkat berbunyi ‘appa……
aku tersesat di wilayah antah berantah’ sepuluh menit yang lalu, disusul oleh
pesan singkat lain berisi pernyataan betapa buruknya sikap Jong Woon yang
ditujukan oleh penerima yang sama. Sang ayah tercinta. Namun sayang sekali,
sampai detik ini pesan itu belum juga mendapat balasan. Hingga…… ceklek
Pintu didepannya terbuka.
“cepat masuk!” sahut pria itu dengan nada tak perduli.
Lantas kembali berjalan ke dalam. So Eun menatapnya pintu yang terbuka itu
dengan tatapan tidak yakin, namun akhirnya tetap melangkah dan memasuki kamar.
“a..apa ini?” So Eun benar-benar kehabisan kata. Ia terpukau
di detik pertama kakinya memasuki kamar itu. Sebuah pemandangan mengerikan
terpampang jelas dihadapannya. Kamar ini ternyata lebih kecil dari yang ia
kira. Ukurannya hanya empat kali empat meter. Tapi tidak, bukan itu masalah
terbesarnya. Penyebab So Eun membuka mulutnya selebar itu adalah bentuk
ranjangnya. Kepala ranjang itu berwarna pink dengan bentuk hati yang besarnya
hampir memenuhi tembok. Seprainya berwarna putih dengan corak merah abstrak.
Belum lagi dekorasi dinding dan kelambu-kelambu disekelilingnya dengan warna
senada. Tempat ini benar-benar sanggup merusak penglihatannya.
“aku juga tak paham. Inilah penginapan paling norak di
seluruh dunia”
“aku setuju” So Eun menutup pintu, lalu berjalan lemas
mendekati ranjang. “bisakah kita keluar saja? cari penginapan lain, mungkin?
Aku benar-benar tak bisa tidur di motel murahan dengan interior menjijikan
seperti ini”
“oh.. benar! Kau pikir aku senang bisa tidur disini huh?
Memangnya siapa yang membuat kita harus berakhir disini?”
“cih… berhenti menyalahkanku! Aku tidak sepenuhnya salah
kok… oh ya, pegawai hotel meminta maaf dan dia bilang besok pagi akan menjemput
kita disini”
“bagus!” Jong Woon memijat dahinya yang mendadak sakit.
Ayolah….. sebenarnya ia tahu, tempat ini adalah Love Motel, sebuah penginapan khusus untuk pasangan. Ya… tapi mau
bagaimana lagi? satu-satunya penginapan yang ia temukan hanyalah bangunan ini.
Apa boleh buat?
So Eun melepas mantelnya lalu menelungkup diatas ranjang.
“YA! Aku yang bayar, aku yang harus tidur diatas” pekik Jong Woon sambil
menarik bantal yang menyangga kepala gadis itu. Membuat kepalanya terantuk dan
mencium kasur.
“SIAL! Kau benar-benar tak punya manner ya…. AKU PEREMPUAN!”
“Kenapa membawa-bawa gender? Bukankah ini sudah jaman
emansipasi huh?”
“kau tidak bisa membedakan mana yang manner dan mana yang
emansipasi ya?”
“jangan memberiku kuliah apapun! Aku lebih pintar darimu,
oke?” ujar Jong Woon dengan nada yang tak bisa diganggu gugat. So Eun mendesis,
lalu memicing dan menurunkan bedcover dengan kakinya. “tidur di bawah! Dan
jangan macam-macam”
“jangan macam-macam?” ulang Jong Woon dengan nada sinis.
“keurae! Kau normal kan?”
“cih,… seleraku tinggi” Jong Woon menata bedcover dan
bantalnya lalu berbaring menghadap langit-langit.
“oh ya? Setinggi-tingginya seleramu, aku masih lebih tinggi
dari itu” pria itu tak mendengarkan. Ia merasa matanya semakin berat. Hari ini
adalah hari yang melelahkan. Dan yang membuat hari ini lebih melelahkan lagi
ialah kenyataan bahwa ia harus menghabiskannya bersama Kim So Eun.
**********
Seperti yang diharapkan, malam berlalu dengan cepat. Bahkan
So Eun dan Jong Woon pun sudah selesai membereskan segalanya sebelum jam
Sembilan pagi. Dan persis seperti yang dijanjikan Kim Jung Woo, salah satu
pegawai Coxon hotel datang untuk menjemput. Dia berulang kali meminta maaf,
tapi So Eun tetap kekeh mengomel selama 1 jam penuh. Sementara Jong Woon tak
membuka mulut sama sekali.
Mereka langsung dibawa ke sebuah rumah mewah yang cuma
berjarak 500 meter dari hotel. Rumah itulah yang nantinya akan mereka tempati
selama dua minggu ke depan. Jong Woon menghabiskan waktunya di hotel untuk
bekerja, sementara So Eun menghilang entah kemana dan entah sejak kapan. Mereka
sama-sama sampai di rumah pukul 8 malam.
“habis darimana kau?” sahut Jong Woon saat kakinya baru
menginjak teras. So Eun menoleh, menatap namja itu datar dan… “shopping. Wae?”
lalu…. ceklek….. pintu masuk dibuka oleh assistant rumah tangga disana. Ya..
mereka memang sudah mendapat fasilitas lengkap selama berada di Jeju. Mereka
mendapatkan masing-masing satu mobil dan berhak menempati satu rumah super
besar yang sudah lengkap dengan tukang masak dan beberapa pembantu rumah
tangganya. Dan jangan lupakan kartu kredit untuk berbelanja.
“tidak apa-apa” jawab pria itu dingin. Lantas melangkahkan
kakinya lebih dulu masuk ke dalam rumah. Sebenarnya ia ingin berteriak dan
memaki gadis yang satu ini. Cih… bagaimana tidak? ia seharian bekerja dan gadis
ini malah shopping seenak jidatnya? Sial! Assistant pribadi? Oh…. benar.
“heh Jong Woon!” pria itu menghentikan langkahnya. “jangan
bilang appa! Awas kau!” hembusan napas pendek terdengar dari mulut pria itu. Ia
melonggarkan dasinya sambil mengayun langkah kembali. “begini…… aku akan
bekerja kok! Tapi aku butuh beberapa hari untuk refreshing…. Jadi….. aku mohon
jangan bilang appa” So Eun mengulang permintaannya setelah melihat respon Jong
Woon yang begitu dingin.
“well…. Let’s see!”
**********
“ya.. ya.. ya.. KIM JONG WOON! TUNGGU AKU!” kontan Jong Woon
menginjak rem-nya. Ia menoleh kearah spion dan seketika keningnya berkerut.
Seorang gadis tengah berlari menuruni undakan di teras rumah sambil berusaha
memasang heels-nya. “aku akan ke hotel hari ini” ujar gadis itu sambil membuka
pintu penumpang dengan terburu-buru. Lantas duduk dan merapikan rambutnya.
“kenapa kau jalan sepagi ini sih?” gerutu So Eun. Pria
disampingnya langsung mengangkat tangan kirinya dan memastikan jarum di jam
tangan yang ia gunakan. “pagi? Sebenarnya ini sudah jam Sembilan”
“ne.. jam Sembilan pagi, kan?” Jong Woon menahan diri untuk
tidak mendebat gadis ini. Bukankah itu hanya membuang waktu? Toh Kim So Eun
bukanlah gadis yang gemar mengalah. Jong Woon kembali menginjak gas, mobil itu
pun akhirnya keluar dari area rumah.
So Eun POV
Baiklah….. aku akui, jika dibandingkan denganku, sepertinya
ia memang sejuta kali lebih pantas untuk dijadikan pimpinan. Aku tak mengerti
apa-apa saat meeting tadi, selama orang-orang bicara mengutarakan pendapatnya,
aku cuma bisa melongo atau mengangguk-angguk seolah paham. Sedangkan Jong Woon
memukau semua orang –termasuk aku- saat
menjelaskan presentasinya. Kami baru tiga hari disini, dan namja itu sudah
berhasil menemukan pokok masalah dari tak memuaskannya pemasukan hotel cabang
Jeju ini.
Dia bahkan sudah menemukan solusi cemerlang untuk mengatasi
hal ini. ‘kebanyakan dari tamu hotel adalah keluarga yang sedang berlibur.
Fasilitas untuk anak seharusnya bisa kita tambah. Hotel ini kan dekat sekali
dengan pantai, kenapa tidak memanfaatkan itu? program mengajar anak berenang,
menyelam, bersepeda atau apalah…. Kita juga harus membuat agenda yang bisa
dilakukan oleh seluruh anggota keluarga. Kalau tak begitu, apa bedanya Coxon
dengan hotel lain?’ kurang lebih begitu katanya.
Aku duduk dengan kaki tertekuk di lantai kayu balkon kamar.
Sejauh ini balkon memang selalu menjadi tempat favoritku. Melihat matahari
tenggelam ditemani dengan lagu yang keluar dari handphoneku. Oh.. tak ada yang
lebih menyenangkan dari ini. Setidaknya aku bisa melupakan betapa tak
bergunanya aku di perusahaan appa.
Trrraaak…..
Deritan kayu terdengar dari arah belakang, membuatku kontan
menoleh. “mian….. aku mengejutkanmu?” aku menggeleng, lalu kembali menghadap ke
depan.
“ada apa?”
“kau mau ke pantai?” ajak pria itu tanpa basa-basi. Aku
menoleh dan menatapnya tak habis pikir. Kemana perginya sang Mr. Cold? Aku
menyebutnya begitu bukan tanpa alasan. Ayolah….. semenjak mengenalnya, ia
bahkan tak pernah sekalipun menyapaku. Ia selalu bersikap tak perduli dan masa
bodo. Lalu? Kenapa namja ini sekarang? dia mengajakku jalan-jalan di pantai?
Mau apa? melihat matahari tenggelam berdua? Pria kaku sepertinya tak mungkin punya
pemikiran semanis itu kan?
“atas dasar apa kau menga…….”
“kau tak mau? Oke..” ujarnya sambil memutar kaki. “tidak….
tidak….. Maksudku Aku mau!”
**********
Author POV
Mereka berjalan di sekitar pantai tanpa alas kaki. Berbaur
dengan pengunjung-pengunjung lain dan menghitung mundur saat matahari
tenggelam. Mereka sangat menikmati waktu-waktu menjelang malam itu di
tengah-tengah keramaian pantai Jeju. Jong Woon bermain lempar tangkap dengan
anak-anak sementara So Eun berdiri di pinggir sambil menjilat es krim nya.
Gadis itu tertawa-tawa melihat pemandangan di depannya. Anak-anak itu terlihat
sama sekali tak punya kesempatan untuk menangkap karena Jong Woon selalu
berhasil mencapainya. Akhirnya, permainan itu malah lebih terlihat seperti duel
antara Jong Woon dengan salah satu anak yang paling tinggi. Dasar!
“YAA!! KIM JONG WOON! kau harus memberi giliran untuk yang
lain” teriak So Eun. Namja itu menahan tangannya yang hendak melempar, lalu
memberikan benda berbentuk piringan plastik itu pada namja kecil disebelahnya.
Lantas mendekati So Eun.
“kau bahkan tak mau mengalah pada anak-anak? Ah.. Jeongmal!”
Jong Woon terkekeh dan memperhatikan anak-anak tadi. Lemparan mereka melengkung
kemana-mana dan semuanya berlari untuk mengambil. Semenjak Jong Woon meninggalkan
permainan, anak-anak itu malah menjadi lebih bersemangat untuk menangkap.
Setidaknya mereka tidak harus bersaing dengan orang dewasa yang tak mau
mengalah.
“KALIAN MAU ES KRIM?” semua anak itu berhenti dan menoleh
pada Jong Woon. “NEEEE”
“NOONA INI AKAN MEMBELIKANNYA UNTUK KALIAN” kini semua anak
itu beralih pada So Eun yang terkejut.
“aku yang belikan?” bisik So Eun dengan nada tak percaya. Ia
kembali menoleh ke depan dan sekarang seluruh anak itu tengah menampakkan
senyum lebar di hadapannya.
“oh.. keurae! Ambilah sepuasmu! Noona yang bayar” dan dalam
sekejap tukang es krim diseberang jalan pun diserbu oleh kurang lebih sepuluh
anak. So Eun menoleh menghadap Jong Woon yang sedang tertawa, “tidak apa-apa
kan? aku tidak bawa uang soalnya. Aku ganti saat sudah sampai di rumah” So Eun
tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
“gwaenchana….. aku hanya terkejut karena kau mengatakannya
dengan tiba-tiba” Jong Woon mengangguk, tawa pria itu memelan.
“kenapa kau tertawa?”
“kau lucu saat sedang kaget. Harusnya aku memotretnya tadi”
mendengar itu, So Eun langsung tertawa. “benarkah?”
“ne..”
“NOONA GAMSAHAMNIDAAA” teriak seorang anak dari kedai es
krim. Jong Woon dan So Eun menoleh dan tersenyum, semua anak itu tengah
melambaikan tangannya sambil memegang es krim masing-masing, mengucapkan terima
kasih.
“kau mau pulang sekarang?”
**********
Selama perjalanan pulang, baik So Eun maupun Jong Woon
sama-sama terdiam. Bukan karena canggung atau apa, hanya saja…. udara Jeju
malam itu benar-benar menyegarkan. Membuat keduanya merasa enggan untuk
mengusik keheningan. Langkah kaki mereka terasa ringan, keduanya tersenyum dan
terus menghirup udara segar. Tanpa terasa rumah singgah mereka kini sudah
terlihat. So Eun mendesah. Kalau boleh,
ia ingin berputar sekali lagi. Ia ingin berada di luar lebih lama dari ini.
Padahal ia rasa langkahnya sudah sangat lambat tadi. Tapi kenapa bisa sampai
secepat ini?
“Jong Woon~aa” pria yang sedang berjalan sambil menutup
matanya itu nampak terkejut. “ah? Ne?”
“mungkin kau benar”
“soal apa?”
“aku tak pantas jadi pimpinan perusahaan” Jong Woon menoleh
dan mengangkat sebelah alisnya. Heran dengan perubahan sikap si Miss Bossy yang
biasanya cuma ahli dalam memerintah dan mengeluh. “Aku tak mengerti apa-apa.
Aku bukan pembicara yang baik. Aku tak bisa memperlakukan bawahan sepertimu.
Aku….. tak punya tanggung jawab” hening. Pria disampingnya menarik napas ringan
dan tak mengatakan sepatah katapun.
“aku……”
“kau hanya butuh waktu” sela Jong Woon. “dan pengalaman”
sambungnya.
“bukankah tujuan appamu menjadikan gadis kesayangannya
sebagai assistant-ku adalah untuk membuatnya belajar?” pria itu tersenyum. “tenang
saja. Kau akan menjadi pimpinan perusahaan…..… cepat atau lambat jabatanku akan
beralih padamu”
“oh…. benar! Membiarkanku menjadi pemimpin dan menghancurkan
perusahaan appa” ucapnya sinis.
“ya.. begitulah”
“huh?” So Eun menoleh dan memberikan tatapan tak habis
pikir. Ia benar-benar heran dengan sikap namja ini. Apa Jong Woon tak bisa
sedikit saja membuatnya lebih baik? ayolah…. Ia bicara seperti itu hanya agar
bisa mendapat motivasi dari rekannya. Aish…. Pria ini sama sekali tak bisa
diharapkan.
“tapi kau bisa merubahnya”
“maksudmu?”
“aku akan membantumu”
“dalam hal?”
“menjadi pimpinan perusahaan”
“caranya?”
“sabtu besok akan ada rapat lanjutan mengenai program ‘paket
keluarga’ dan kau………” pria itu menggantungkan ucapannya dan tersenyum menghadap
langit. “aku apa?” seru So Eun tak sabar.
“pimpin rapatnya”
“APA?”
**********
Lusa? Yang benar saja, Lusa? So Eun menatap layar laptopnya
sambil meringis. Ia tak tahu harus berbuat apa. Ia tak tahu harus mulai dari
mana. Gadis itu terus mengetik dan menghapus tulisan di kolom powerpoint-nya.
Ia merasa otaknya sedang tidak berada di dalam kepala, mungkin sedang
jalan-jalan, entahlah. Yang pasti gadis itu tak bisa berpikir jernih sekarang.
Sudah setengah jam dan kolom powerpointnya masih kosong. Terbayang sudah betapa
malunya dia lusa nanti saat menampilkan presentasi kosong.
‘paket keluarga’? Kim So Eun tak pernah tahu apa yang
diinginkan sebuah keluarga jika sedang berlibur. Kim So Eun hanya tahu caranya
menghabiskan uang jutaan won dalam waktu satu jam di mall gangnam. Ayolah……. Berpikir!
Berpikir! Dan tiba-tiba saja…….
“sudah sampai mana?” gadis itu mendongak. “aku tidak
kemana-mana” sudah dibilang otak gadis itu sedang tidak berada di tempat. Lihat
betapa konyolnya jawaban super polos Kim So Eun. Jong Woon membuang napas
dengan keras. “maksudku powerpointnya”
“oh… ini! sudah lumayan kok” ujar So Eun. Ia langsung
merubah wajah kusutnya dan menatap laptop dengan wajah seolah pekerjaannya
sudah selesai 70%. Jelas gadis ini tak mau kelihatan bodoh.
“benar-benar lumayan ya?” So Eun terlonjak dan secara
refleks langsung menutupi layar laptopnya saat dengan tiba-tiba namja itu sudah
duduk disebelahnya.
“sini! Berikan padaku……. Aku akan memberikan idenya, tapi selebihnya
kau yang harus kembangkan sendiri. Setuju?” ia mengangguk pelan. Masih sedikit
tak terima. Jong Woon akhirnya mengambil alih laptop gadis itu dan menuangkan
pemikirannya dengan serius, sementara So Eun hanya memperhatikan tanpa bisa
membuka mulut. Tak sampai sepuluh menit, Jong Woon berdiri.
“sebenarnya tidak banyak…… tapi tolong buat sekreatif
mungkin. Kita butuh banyak sponsor. Buat mereka tertarik”
“ah? Caranya? Oh…. oh maksudku baiklah. Aku mengerti” lagi. Gadis
itu masih tak mau terlihat bodoh. Ia langsung mengangguk-angguk dan kembali
fokus pada laptopnya. “kuharap kau benar-benar mengerti”
**********
So Eun POV
Aku masih tak dapat mempercayai ini. Aku, untuk pertama
kalinya, akan memimpin sebuah rapat. Dan kata Jong Woon, ini adalah salah satu
rapat yang masuk kategori ‘penting’. Kim So Eun dipercayai memimpin rapat
penting. Ya Tuhan, coba cubit aku. Rasa bangganya benar-benar tak terdeskripsikan.
Aku terus menatap layar laptopku tanpa kedip. Kantuk sudah menyerang, tapi
presentasiku belum sepenuhnya rampung. Ini memang seperti bukan Kim So Eun,
gadis yang hanya perduli pada sendiri dan selalu mengandalkan orang lain. Tapi
harus kutekankan bahwa gadis yang sedang bekerja keras di dalam kamar ini
benar-benar Kim So Eun. Kalian tahu rasanya penting? Entahlah….. tapi aku
merasa sangat berharga. Aku merasa dipercaya. Dan perasaan seperti itu adalah
yang paling menyenangkan.
Jong Woon POV
Langkahku terhenti tepat di depan kamar gadis itu. Pintunya
terbuka setengah dan lampu kamarnya masih menyala terang. Dia belum tidur? Ini sudah
hampir tengah malam. Aku meletakkan gelas airku dan berjalan mendekat. Lantas
tertegun begitu melihat gadis itu tertidur dengan posisi duduk didepan
laptopnya yang masih menyala. Dia benar-benar bekerja keras untuk ini. Bahkan
laporannya selesai.
Aku mengambil selimut diatas kasur dan menyelimutinya.
Lantas mengangkat laptopnya pelan-pelan dan melihat hasil pekerjaannya. Tanpa
sadar aku tersenyum, So Eun memang punya kemampuan untuk melakukan ini. Jika
saja gadis ini bersungguh-sungguh sejak awal, mungkin sekarang perusahaan sudah
berada di tangannya.
“So Eun~aa…. Rapat besok,….. aku yakin kau bisa
melakukannya! Fighting”
TBC
Ohmygod! Sorry kelamaan nunggunya….. aku lagi agak sibuk. Banyak banget
yang harus aku kerjain di real life. Tugas remed, ngerangkum, baca, ngafal……
belom lagi waktu buat fangirling! Aduh….-_- untuk readers, sekali lagi mianhae.
semoga kalian suka ceritanya. Part 3 KEMUNGKINAN akan menjadi part terakhir. Cepet
banget yah! Tapi mo gimana? cerita ini emang ga begitu seru dan ga begitu
panjang..… semoga part 3nya bisa lebih baik *amin*
Dan part 3 aku usahain g bakal selama ini, bakal curi-curi waktu buat
ngetik. Apa si yang engga buat encung? *colek Yesung* makasih buat yg dah baca.
Aku, dengan dorongan dan motivasi penuh dari suami aku (yesung) akan terus
berusaha memberikan karya terbaik #asik *kyuhyun joget*
Dan satu lagi, happy birthday buat teddy bear-nya SJ, Shin Dong Hee
yang sabtu besok ultah!!! Traktirrrrrrr!!!
okelah sip Babay^^
like this bgt thor. suka suka... aga kaget sebenernya sso bs berubah dr nyebelin jd bs diandalkan. tp aku seneng kl sso berusaha ky gitu.. hho
ReplyDeleteauthor ditunggu bgt ya kelanjutannya.. semangat! xixixi
iya nih! alurnya rada kecepetan..... tiba-tiba karakter so eun berubah jadi rajin gitu-_- makasih komen + semangatnya!!
DeleteSuka banget ma ni ff (y)
ReplyDeleteSlalu d tunggu kisah-kasih jong-eun story :*
╋╋Ã…•"̮•╋╋Ã…•"̮•╋╋Ã…•"̮•╋╋Ã…•"̮
Sepanjang jalan soeun terus mengoceh g kelar3 ...kesian liat jongwoon pusing dengernya yak ghhgh dan skali ketemu penginapan wlaupun g sreg jg mau berebut :D
Jongwoon ma soeun udeh mulai akur :* (y) ,,,Soeunya udeh mau berubah lebih baik dri kebiasaanya yg hanya hura-hura dg bantuan jongwoon ..hmmm
Persentasi soeun kya' apa ... ,jongwoon tersenyum pd laporan/hasil kerja yg d bikin soeun (y)
Karna next last part .....Berharap nextpart story nya agak d panjangin lagi ya author
Trus d kasih bumbu romantis hhhhhe :* ,sooooon ;;)
Bravoo ~
Good job buat author
FF na NampoL (y)
ThanKYU :*
Jangan bosen3 bikin FF jong-eun story nyo
Keep writing :*
(◦ˆ ⌣ ˆ◦)::‧(y)
Cmunguth :*
(◦ˆ ⌣ ˆ◦)::‧(y)
sip sip sip! SEMANGAT:D!!!!! Jong-Eun udah mulai akur? iya dong kl berantem mulu kapan abisnya-__-?? dan kamuuu....... ya ampun tiap komen pasti penuh! hahah...... tapi g papa kok aku seneng bacanya haha..... makasih banyak udah direview^^
DeleteAnnyeonghaseyo ..... :)
ReplyDeletekebetulan mampir bis ngubek" (?) google cr ff y Sso eonni ehhhhhh ketemu ini blog
aku suka karakter mereka
ya ampun ,, Sso eonni kya bebek mulut y ngoceh mulu
hihihi *digetok So eun -_-
makasih komennya chingu^^
DeleteUdeh ga sbar menantikan kisah slanjutnya .....˚:* kapan yAk next partnya ◦°•hмм...(―˛―“)..=-?•°◦˚ ..semakin d baca berulang2 smakin mantab Jong-Eun couple <3
ReplyDeleteKeep writing author ....:*
Next part Soon yaw *Kedip2mataBrengJongwoon*
ah... masih lama kayanya! aku lagi buntu nih!!! T_T makasih komennya:)
Deleteauthor.. aku mampir lg.^^
ReplyDeleteayo dilanjut dong ff ini.. tinggal 1 part lg. ga sabar nih pgn liat miss bossy n mr cold jadian. hihi.
author semangat ya.. mudah2 inspirasi cerita ff ini lancar. hhe. ditunggu :)
iya pasti aku lanjut kok! aaaaa..... mian jadi lama banget nge post-nya... tugas sekolah lg numpuk. tiap hari ada aja ulangannya-__-!! ne... makasih mau nungguin ff abal ini... walaupun inspirasinya lg macet aku usahain ko:)
Delete