The Amazing Black









Cast : Oh Shin Joo
          Kim Myung Soo




 
Pukul delapan lewat tiga puluh menit. Shin Joo mencebikkan bibirnya yang sudah basah karena peluh yang menetes dari pori-pori kulit wajahnya. Dalam riwayat ketepatannya datang ke sekolah, keterlambatannya hari ini belum seberapa jika dibandingkan dengan yang terjadi beberapa minggu lalu. ia terlambat satu jam dari waktu yang sudah ditetapkan.




Ia terus berlari, memperjuangkan hidupnya untuk segera sampai di depan gerbang sekolahnya. Harusnya aku tidak tidur selarut tadi malam!!! Bagaimana ini?? Pasti Bum Soo seosangnim sudah bersiap menyantapku untuk sarapannya.



Shin Joo terus berlari, membuat karet sepatunya bergesekan dengan aspal yang menimbulkan bau sangit. Inilah mengapa sepatu yang dipakai Oh Shin Joo tidak pernah bisa bertahan lama.



Nafasnya memburu hebat begitu raganya tiba tak jauh dari gerbang tinggi yang membentengi bangunan kokoh sekolah Jeongiesu. Ia membungkuk dengan dada yang naik turun. Tangannya menyentuh lututnya sambil memijat pelan kakinya. 



Huft…rasanya sesak.



Ia menegakkan tubuhnya, sekarang waktunya untuk menghadapi medan perang yang sesungguhnya. Kakinya melangkah gontai ke arah gerbang yang sudah tertutup. Tidak ada orang di sana, setidaknya itulah yang dapat ia yang kiranya dapat ia lihat dari jarak lima meter dari tempatnya berdiri sekarang.


Ia melenguh letih, kalau sudah begini drama antara ia dan Kang Ahjussi –penjaga gerbang sekolah terpaksa terulang lagi, seperti yang sudah-sudah. Biasanya ia mesti menyusun skenario melodrama sambil memasang wajah melas ala bidadari kelaparan yang tidak bisa kembali ke kayangan. 



“ Sst..Sst!!” ia abaikan suara desisan memuakkan yang memperburuk suasana hatinya. Ia terus melangkah lesu menuju gerbang.



“ Sst….sst!!” suara yang sama kembali terdengar. Kali ini suara itu terdengar dan tertuju untuknya. Shin Joo berhenti kemudian menoleh ke sekitar. Tapi hasilnya nihil, kosong, ia tidak melihat siapapun.



“ Sst… Hei disini!!” ia mendecak kesal, kemudian mengedarkan pandangannya ke kanan – ke kiri, ke atas dan ke bawah. Tak lama, ia melihat sebuah bayangan buram yang tergambar di balik pohon yang ditempeli banyak semak belukar.



Awalnya ia merasa cemas, takut kalau ternyata orang di balik pohon itu adalah oknum yang melatarbelakangi kasus penculikan gadis remaja berparas cantik. Baiklah… walau hampir membuat teman-temannya muntah-muntah, Shin Joo tak gentar menyanjung kecantikan wajahnya.



Ia melangkah waspada sambil melihat ke sekitar. Tak lama setelah itu jiwanya serasa sudah tak bersatu 
dengan raganya. Untuk beberapa detik matanya tidak berkedip. Ia menatap tidak percaya, seolah matanya telah mengkhianati jiwa lugunya. Mulutnya terbuka lebar seolah kompak dengan kedua matanya yang melotot sempurna.



“ Kau mau masuk ke dalam sana kan?” Akhirnya sosok di balik pohon yang berhasil membuatnya membatu kini buka suara.



Pemuda itu, yah..pemuda karena sosok itu memang seorang anak laki-laki. Ia menatap Shin Joo yang masih membeku, kemudian tersenyum getir setelah melihat wajah bodoh gadis di hadapannya.



Bukan salah Shin Joo kan kalau ia bereaksi seajaib ini. Terpekur hingga kehilangan kata-kata. Bayangkan saja, siapa yang tidak akan terguncang jiwanya kalau melihat siswa yang menyandang gelar siswa teladan selama dua tahun berturut-turut, yang selalu dipuja-puji oleh para guru, kini berdiri di hadapannya yang artinya pria muda itu terperangkap dalam kondisi yang sama dengannya. TERLAMBAT.



Pasti tidak akan ada yang percaya bahwa Kim Myungsoo si bocah kebanggaan guru, dambaan semua gadis di sekolah dan saingan terberat pria-pria populer, sekarang ada di sini bersamanya. Memasang wajah bodoh dengan tatapan waspada, pasti Myungsoo tengah merasakan kecemasan yang dirasakan Shin Joo saat ini. Sama-sama takut tertangkap oleh salah satu guru kemudian berakhir dengan mengelilingi lapangan sekolah yang sama besarnya dengan lapangan bisbol.



“ Huh..iya? oh…iya..iya!!” jawab Shin Joo cepat.


“ Lalu apa kau sudah menemukan cara untuk masuk ke sana tanpa ketahuan?” tanya Myungsoo lagi. Kali ini Shin Joo hanya meringis, benar-benar meratapi nasibnya. Menjadi nama paten di barisan nama-nama murid yang sering terlambat, tidak menjamin Shin Joo memiliki kemahiran untuk mengelak dari hukuman. Singkatnya ia selalu masuk melalui gerbang sekolah dan berakhir dengan berlari mengelilingi lapangan serta mendengarkan ceramah pagi Bum Soo seosangnim.



Myungsoo menghela pendek, kemudian memamerkan wajah sok kerennya. “ Sudah kuduga.” Gumamnya sambil mengangguk pelan.



“ Kalau begitu ayo ikut aku!” tanpa ada memberi aba-aba sebelumnya, Myungsoo langsung menarik lengan Shin Joo. Sensasi hangat yang diberikan Myungsoo jelas saja menghadirkan perasaan gegap gempita di hati Shin Joo. Mulai detik ini ia tidak peduli jika saja Bum Soo seosangnim menemukan dirinya kemudian menyuruhnya mengelilingi lapangan. Jika itu terjadi, bukankah waktunya bersama Myungsoo menjadi lebih lama? Mengelilingi lapangan bersama, saling menatap satu sama lain, menjaga dan memberi semangat. Romantis sekali bukan?.



Mau tidak mau Shin Joo meninggalkan lamunan indahnya begitu jentikan kecil menyengat dahinya. Ia menatap Myungsoo yang tengah memberi instruksi padanya. Shin Joo mengikuti arah yang dimaksud Myungsoo. Sebuah pagar usang menjulang tak terlalu tinggi dengan ruas-ruas yang memungkin untuk dipanjat. Ia tertohok dengan pemikirannya sendiri. Jangan bilang ia harus memanjat pagar itu.



“ Cepat!” ia menatap Myungsoo yang mulai tidak sabaran, gumpalan salivanya terasa serat begitu melewati batang tenggorokan. “ Tapi aku…”



“ Cepat atau ku tinggal!!” ancam Myungsoo dengan wajah seram. Shin Joo melenguh lemah, kemudian menatap pagar berkarat yang sisi kanan dan kirinya dihimpit oleh tembok yang belum diplester. Baiklah…ia harus naik. Tidak ada pilihan lain, yah…walau lari mengelilingi lapangan bersama Myungsoo juga bukan ide yang buruk.



Shin Joo naik terlebih dulu sementara Myungsoo baru memanjat begitu Shin joo sudah berhasil menapakkan kedua kakinya ke tanah. Keduanya pun berhasil memasuki area dalam sekolah dengan selamat. Yah…sejauh ini.



Mereka pun berjalan bersdampingan, saling melindungi dan berkordinasi dengan baik. Langkah kecil dan hati-hati keduanya mulai melenyap, terganti dengan langkah santai tanpa rasa was-was. Beberapa murid yang berkeliaran dengan menenteng tasnya menyamarkan keberadaan mereka berdua.



Senyum di wajah keduanya mengembang begitu berpapasan  dengan teman sekelas atau teman satu kegiatan ekskul menyapa. Seperti Shin Joo misalnya, gadis berparas ceria itu tengah sibuk membalas sapaan dua orang temannya dari ekskul jurnalistik.



“ Aku baru tahu kalau ada gadis yang memakai warna hitam.” Bagai sengatan kecil yang mematikan, Shin Joo merasa sekujur tubuhnya menegang begitu Myungsoo membisikkan sesuatu padanya. Ia merasakan aliran darahnya yang berdesir hebat, membuat buluk kuduknya berdiri.



Shin Joo masih mematung, ia masih terjerat dalam ketidakberdayaannya. Ia bagai terjebak dalam dua dimensi dimana jiwa dan raganya terjerambab dalam pesona tak terelakkan dari seorang Kim Myungsoo, namun di sisi lain akalnya tengah berusaha untuk mencerna apa yang dikatakan Myungsoo barusan.



Hitam? Memangnya apa yang ia gunakan? Sepatunya? Bukankah hal wajar kalau ia menggunakan sepatu hitam?. Memang begitukan aturan yang ada dalam tata tertib sekolah?. Lalu apa? Kaos kaki? Tidak…ia memakai kaos kaki warna putih baik yang kanan maupun yang kiri. Tunggu…sesuatu yang berwarna hitam yang ia gunakan hari ini selain sepatu, celana dalamnya.



APAAA??? Celana dalam?...



Apa Myungsoo melihatnya waktu ia sedang memanjat tadi?. Ia langsung menoleh seram sambil memancarkan aura membunuh ke arah Myungsoo. Pemuda itu hanya terkekeh jahil melihat perubahan ekspresi wajah Shin Joo yang begitu kontras.



“ KAUUU!!!!! Berani-beraninya kau…” Shin Joo menjerit histeris sambil menggelengkan kepalanya dengan tragis.



Myungsoo berjalan santai mendekati Shin Joo. Ia menepuk pelan bahu gadis itu. Seolah meminta gadis itu untuk sabar dan tawakal. “ Aku tidak punya pilihan lain selain melihatnya. Sudahlah anggap saja itu caramu untuk membalas jasaku.” Ucap Myungsoo yang langsung dibalas dengan tatapan tajam Shin Joo.



Melihat kekejaman yang tersembunyi di balik kedua mata Shin Joo, Myungsoo memalingkan wajahnya kemudian mulai melangkah perlahan.



“ Uuuhh..ku kira semua gadis memakai yang warna pink dengan gambar pita atau hati. Ckk..tapi ternyata, ada juga yang memakai warna hitam dengan gambar tengkorak. Mengagumkan.” Oceh Myungsoo.



Shin Joo membulatkan matanya, benar-benar tak percaya  dengan apa yang didengarnya. Jadi…Myungsoo melihatnya sampai sejelas itu? Bahkan sampai gambar tengkoraknya?.



“ NAPPPPEEEEEUUUUUUNNNNNNNNNNNNNNNNN!!!!!!!!!” 







END

Ckck..kayaknya aku lagi kena sindrom gaje deh…perasaan dari tadi ff yg aku posting ceritanya gak ada yang bener. Tapi plis…jangan timpukin aku karena fic aneh ini. salahin ilham yang datang dengan bentuk seperti ini, hmm..tapi gak boleh lho nyalahin ilham. Biar gimanapun ilham itu titipan allah, rahmat dari allah. Jadi nikmati aja dan simpan kekesalan kalian dalem hati yah…


Huft…bener” gak nyangka bisa sepanjang ini. Ini bahkan dua kali lipat lebih panjang dari WHY SO DIFFICULT. Padahal ini aku ngetiknya di hape, ckck…mengagumkan*gelengin kepala brng L*. oke deh…makasih buat semua yang udh ngeluangin waktu buat baca dan bersedia menelan kekecewaan. Sumpah aku juga gak ngerti kenapa fic aku gak ada yg bener, idenya autis semua. ya udahlah…anggap aja aku lagi berinovasi. Kan…bosen ya kalo serius mulu, normal terus. Life is never flat *kasih unjuk chitatao*. Lagian juga ficnya Kim Dhira ama Salsa udah masuk kategori waras kan? Berarti aku bagian yg gak waras… biar gimanapun hidup itu harus seimbang. Dan aku juga harus melengkapi kedua fic mereka dengan 3 fic-ku yang luar biasa ‘jenius’. Yo-lah…aku udh capek bgt. Rasanya kayak deadline bgt hri ini, udh nyelesaiin yang satu terus pindah ke kerjaan yang lain. Huft…readers yang unyu makasih ya bye…



Hoamh,

GSB

Comments

Popular Posts