How Pitiful I Am
Cast : Song Jin Ahn
Baek Min Chan
Baek Min Chan
Hwang In Hyun
Moon Jongup
Genre : Comedy, Friendship, Romance
Length : ficlet
Moon Jongup
Genre : Comedy, Friendship, Romance
Length : ficlet
Senyum bahagia terpancar dari wajah Jin Ah. matanya menatap
puas lembar kerjanya di Microsoft word. Akhirnya setelah menghabiskan waktu
selama dua minggu, gadis itu berhasil menyusun makalahnya. Dengan percaya diri
ia langsung mengirim tugasnya pada Jongguk seosangnim melewati e-mail.
Ia beranjak dari kursinya yang hampir tiga jam ia duduki. Kakinya
melangkah riang menikmati lagu yang ia gumamkan. Yah…biasanya ia memang seperti
itu saat merasa senang. Menggumamkan lagu favoritnya sambil menggerakkan
anggota tubuhnya asal. Song Jin Ah memang bukan penari yang baik, tapi jangan
ragukan kehebohannya jika sudah menari. Ia begitu menikmati gerakan abstraknya,
berputar-putar lalu kembali ke meja belajarnya lagi.
Senyum di wajahnya melebar saat tiba-tiba ia saja ia
mendapatkan ide. Langsung ia ambil ponselnya yang tergeletak di atas meja belajarnya.
Dengan tubuh yang masih bergerak santai, Jin Ah menulis pesan singkat untuk
kedua temannya, Min Chan dan In Hyun.
Bbbammmm…hei..aku sudah mengirimkan tugas makalahku! Huft…ternyata
menyusun makalah tentang topologi tidak sesulit yang ku bayangkan! Ahh..aku
senang sekali!!.
To: Min Chan, In Hyun
Seperti orang gila Jin Ah terus menari-nari, menggerakkan
tubuhnya ke sana kemari. Untuk sejenak ia berhenti, karena ponselnya berdering.
Jemarinya dengan lincah membuka aplikasi kotak masuk di ponselnya. Ia tersenyum
sambil mengangguk bangga.
Jinjayo? Wah…kau hebat! Aku bahkan belum selesai.
From: Min Chan
Jin Ah merengutkan hidungnya kemudian tersenyum tengil. Ia seperti
orang sinting yang tengah memamerkan ekspresi bangganya. Tapi demi orang
sinting yang paling sinting, Jin Ah harusnya tidak memamerkan ekspresi wajahnya
seolah Min Chan bisa melihat wajah tengilnya, karena sampai ponselnya memiliki
anak, Min Chan tidak akan bisa melihatnya. Dan sayangnya sampai kapan pun
ponsel tidak mungkin bisa memiliki anak.
Ho-ho-ho kau iri kan? Pasti kau sedang frustasi saat ini!
To: Min Chan
Setelah selesai membalas pesan untuk Min Chan, ia berniat
untuk meletakkan ponselnya kembali, namun terurungkan karena ponselnya kembali
berbunyi. Kali ini pesan dari In Hyun, dan Jin Ah tidak sabar untuk membuka
pesan dari temannya yang super dingin itu.
Topologi? Kau membuat makalah topologi? Memangnya ada tugas seperti
itu?
From: In Hyun
Jin Ah mendecak sambil menggelengkan kepalanya. huft…In Hyun
masih sangat muda, tapi kenapa gadis itu begitu pelupa. Ia tatap kembali pesan
dari In Hyun, kemudian menghembuskan nafas dengan prihatin. Ia benar-benar
kasihan pada In Hyun karena sudah mengalami kepikunan di umurnya yang baru
tujuhbelas tahun.
Aigoo…kau ini bagaimana? Kau sendirikan yang memberitahuku waktu itu.
Dasar gumiho pelupa!
To: In Hyun
Akhirnya Jin Ah membawa serta ponselnya ke ranjang. Ia pun
merebahkan tubuhnya yang pegal karena berjam-jam duduk di depan komputer. Tak berapa
lama setelah itu, Min Chan kembali mengiriminya pesan.
Heh…buku kimia-ku ada padamu kan? Hari senin nanti bawa! Jangan lupa!
awas saja kalau sampai kau lupa aku akan menebas kepalamu!
From: Min Chan
Ia merasakan ngeri begitu selesai membaca pesan dari
temannya yang abnormal itu. ckck…kenapa dari kedua temannya tidak ada yang
benar. Yang satu si GUMIHO PELUPA dan yang satu si PSYCHO KONYOL. Untung saja
Jin Ah anak yang teguh pendirian, kalau tidak, mungkin saja ia sudah menjadi
seperti kedua temannya.
Masalah tebas menebas, aku juga ingin menebas kepala In Hyun si gumiho
pelupa itu. Tadi ia membalas pesanku, dan yang membuatku kesal adalah ia malah
bertanya apa tugas membuat makalah topologi itu ada atau tidak. padahal yang memberitahu-ku
waktu itu dia!!.
To: Minchan
Pesan untuk Min Chan telah terkirim. Ia pun meletakkan
ponselnya di samping kepalanya. untuk sementara waktu ia bisa bernafas lega sambil
memandangi langit-langit kamarnya dengan tenang. Dalam diamnya ia masih tidak
bisa berhenti memikirkan In Hyun dengan kepikunannya. Ia kira penyakit pikun
Min Chan adalah yang paling kronis, tapi ternyata kepikunan In Hyun juga tidak
kalah kronis. Kepalanya bergerak pelan. Huft…kasihan sekali dua temannya itu.
DRRRDRTTT
Jin Ah menoleh ke samping, menatap ponselnya yang berdering.
Dengan cepat tangannya langsung meraih benda kecil itu. Ia pun bangkit, duduk
bersender pada kepala ranjang. Kali ini pesan dari In Hyun. Ia menghela pelan,
kira-kira pesan menyedihkan macam apa yang akan ia baca?.
Matanya yang menyorot santai tiba-tiba saja melotot lebar,
begitu juga dengan sekujur tubuhnya yang melemas. Kini ia benar-benar kehabisan
kata untuk mendeskripsikan keadaan dirinya. hanya satu kata LEMAS.
Tapi Jongguk seosangnim menyuruh kita untuk membuat makalah tentang
dampak positif dan negatif internet di kalangan remaja, bukan tentang topologi.
From: In Hyun
Bahu Jin Ah melemas, tubuhnya tidak setegak sebelumnya,
sebelum ia mendapatkan pesan dahsyat dari In Hyun. Selama beberapa detik Jin Ah
kehilangan kesadarannya, ia termangu dengan pikiran kosong dan tentunya dengan
perasaan miris yang merundung hatinya.
Kesadarannya kembali lagi begitu ponselnya bergetar dengan
suara dering yang nyaring. Sungguh…ia harus mengganti nada dering ponselnya
setelah ini. Ia melenguh payah begitu tahu pesan yang baru saja masuk adalah
pesan dari Min Chan.
Banarkah? Ckck…dia mengalami penuaan dini rupanya.
From: Min Chan
Sekarang Jin Ah tidak seresponsif sebelumnya. Ia tak
langsung membalas pesan dari kedua temannya itu, yang ia lakukan hanya terdiam
sambil memikirkan nasib malangnya. Kenapa bisa? Kenapa ia harus salah
mengerjakan tugas? HAAAHHHH….kenapa ia harus….. Jin Ah langsung meloncat
kemudian mengobrak-abrik meja belajarnya.
Ia ingat In Hyun menuliskan tugas itu di bukunya. Dan ia
yakin ia tidak salah lihat, bukan ia yang salah, tapi In Hyun. Jin An merasa
dadanya engap begitu berhasil menemukan buku bersampul cokelat itu, dengan
hati-hati ia membalik lembar terakhir buku itu.
Namun betapa lemasnya ia saat melihat kenyataan yang
terpampang jelas di depan matanya. Tanpa sadar tubuh gadis itu merosot perlahan
hingga akhirnya jatuh berlutut di lantai. Demi orang tersinting yang lebih
sinting daripada orang tersinting dunia, kini Jin Ah merasa jiwanya hampir
berpisah dari raganya.
Tugas membuat makalah ‘dampak positif dan negatif di kalangan remaja’. Dikumpulkan
paling lambat hari rabu dua minggu yang akan datang.
~ END ~
Bonus Story
Jin Ah masih terdiam dengan posisi yang sama dengan beberapa
menit yang lalu. Berlutut layaknya seorang anggota keluarga kerajaan yang
memohon amnesti. Dari tadi gadis itu belum bergeming, kecuali dadanya yang
kembang kempis karena bernafas.
Ia sudah diam tidak berdaya, membayangkan semenyedihkan apa
nasibnya saat ini. Bagaimana tidak menyedihkan?. Tugas yang mati-matian ia
kerjakan dari dua minggu yang lalu kini berakhir sia-sia dan yang lebih
parahnya ia harus mengerjakan satu tugas lagi, tugas yang sebenarnya. Huftt…frustasi!
Rasanya ia mau mati saja.
DRRRTTTDRRRTTT
Dering sialan itu terdengar lagi. Demi apapun ia benar-benar
harus mengganti nada deringnya!. Jin Ah pun bangkit dari posisinya, ia langsung
berjalan menuju ranjangnya, menuju benda kecil yang terus mengeluarkan suara
sialan yang membuat kepalanya mau pecah. Sebelum sampai di ranjangnya, Jin Ah
baru ingat ia masih memegang buku tulisnya. Mengingat kejadian tidak
menyenangkan beberapa menit yang lalu, ia pun langsung melemparkan buku itu ke
meja belajar.
Dengan wajah super kesal yang tertekuk hingga sembilan puluh
lipatan, Jin Ah meraih ponselnya dan menekan tombol hijau. Diarahkannya ponsel
hitam itu ke telinganya. Jin Ah hanya diam, diam tanpa menyapa penelpon yang
sedang menunggu suaranya.
“ Jin Ah? Kau baik-baik saja kan?” kemudian suara maskulin
yang sering membuatnya lupa cara untuk bernafas kini terdengar. Dan entah
kenapa itu membuat hatinya teriris.
Namun duka dalam hatinya menyumpal semua kata yang ingin Jin
Ah lontarkan. Ia sudah terlalu lemas untuk bicara.
“ Jin Ah? kau dengar aku kan? Halo? Aku tidak salah sambung
kan?” Penelpon di ujung sana langsung meracau panik. Ia takut, takut sesuatu
yang buruk terjadi pada Jin Ah.
Jin Ah diam, ia masih sangat kalut. “ Jin Ah…” suara itu
terus memanggil namanya, memintanya untuk mengucapkan sesuatu. Tapi bukannya
berhasil mengeluarkan sebuah kata, suara itu justru berhasil merembeskan air
mata yang dari tadi menumpuk di kantung air matanya.
“ HHUUUAAAAAAAAAAAAA…JONGUPPPPPPPPP!” akhirnya tangis Jin Ah
pecah, pecah bersama dengan suara tangisnya yang menyedihkan.
“ Hei..hei kau kenapa? Jin Ah kau sakit?” Jin Ah menggeleng,
kemudian melanjutkan rengekannya.
“ Ada apa?” terdengar suara frustasi dari penelpon di sana. Si pemilik suara merdu yang biasanya sangat sabar menghadapi Jin Ah yang ajaib kini bingung karena tiba-tiba saja gadis itu menangis.
“ Aku…Aku…Jongup aku ingin mati saja!! HUAAAA!!”
“ Bisa jelaskan padaku alasannya?” Jin Ah masih sesegukan,
biar bagaimanapun gadis itu berusaha untuk berhenti menangis dan memulai
menceritakan kisah tragisnya pada Jongup.
Suara sesegukan masih terdengar samar ketika Jin Ah hendak
memulai ceritanya. “ Kau tahu kan kalau Jongguk seosangnim menyuruh kita untuk
membuat makalah?”
“ Ya..lalu?”
“ Lalu aku sudah menyelesaikannya.”
“ Terus?”
“ JONGGUK SEOSANGNIM KAN MENYURUH KITA MEMBUAT MAKALAH
DENGAN TEMA DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF INTERNET DI KALANGAN REMAJA, TAPI AKU
MALAH MENGERJAKAN DENGAN TEMA TOPOLOGI!!!!! HUAAAA!!!!”
Suara tangis Jin Ah kembali pecah dan kali ini jauh lebih
menggelegar dari sebelumnya. hal itu membuat Jongup harus menjauhkan ponselnya
dari telinga. Huft…ia bisa tuli kalau mendengar suara Jin Ah.
“ Sudah jangan menangis.” Ujarnya menenangkan Jin Ah.
“ Tap…tapi aku kesal!! Aku gemas!!! Aku sudah berjuang
mengerjakan tugas itu, tapi ternyata salah! Bayangkan Jongup! Bayangkan! Coba kau
ada di posisiku! Pasti kau juga ingin mati detik ini juga!” jawab Jin Ah.
“ Alasanmu untuk mati benar-benar tidak keren Jin Ah. Jadi
jangan mati oke?”
Jin Ah mendengus kesal. “ Jadi kalau alasanku itu keren, aku
boleh mati begitu?” tuntutnya tidak sabar. Ia memang ingin mati, tapi bukan
berarti ingin mati sungguhan. Dan parahnya kenapa Jongup menjawab dengan
jawaban seajaib itu?
“ Hehehe..ya mungkin. Hehehe…tidak.” suara kekehan Jongup
terdengar dan itu membuat Jin Ah berpikir bahwa kesialannya hari ini sangatlah
lengkap.
“ JONGUP KAU-“
“ Hehehe…aku hanya bercanda. Jangan mati oke? Daripada mati
lebih baik kau mulai mengerjakan tugas makalahmu.”
“ JONGUP!”
“ Aku benar! Mati tidak akan membuat tugasmu selesai!”
“ JONGUP!! AKU AKAN MENUTUP TELEPONNYA KALAU KAU MASIH
MENYEBALKAN SEPERTI ITU!”
Terdengar suara desahan Jongup di seberang sana. Mungkin Jin
Ah tidak mendengarnya karena gadis itu sudah sibuk dengan suara dengusannya.
“ Baiklah jangan mati, aku tidak bisa hidup dengan baik
kalau kau meninggalkan dunia ini.” suara lembut Jongup kini menari-nari di
telinga Jin Ah. Ia bisa merasakan pipinya yang memanas tiba-tiba. Astaga!!!.
“ JONG~”
“ Kalau kau mati aku pasti sulit bernafas dan mungkin tidak
akan bernafas karena kau-lah alasanku untuk bernafas.”
Jin Ah merasakan sekujur tubuhnya menegang, bahkan tangannya
yang sedang menyanggah ponselnya bergetar. Astaga…apa yang Jongup lakukan pada
dirinya.
“ Jong~up”
“ Ssstt…jangan mengatakan apapun, kalau kau masih ingin
bilang tentang keinginanmu untuk mati.”
Jongup diam, meninggalkan suara-suara serta aura aneh pada
Jin Ah.
“ Kau tahu? Itu benar-benar menyakiti hatiku. Kau bilang
ingin mati, itu berarti sama saja kau tidak ingin bertemu denganku lagi.”
Dalam hatinya, Jin Ah terus menggumam tidak jelas. Tentu ia
merasa berdebar, tapi rasa berdebar itu terlalu kencang hingga ia merasa takut
kalau setelah ini ia benar-benar mati karena jantungnya lepas.
“ Kau itu hidupku, kalau kau mati artinya sebagian dari
diriku juga mati.”
Jin Ah menelan ludahnya dengan gemetar, huft…kenapa Jongup
tidak berhenti bicara juga?.
“ Bagai musafir yang tersesat jika kehilangan kompasnya,
begitu juga denganku Jin Ah. Aku akan tidak akan tahu kemana harus melangkah
kalau kau tidak di sampingmu. Kau kompasku!”
“ JONGUP!!!! CUKUP!!”
“ Sekarang masih mau mematikan teleponnya?”
Ada jeda beberapa detik sebelum Jin Ah menjawab, gadis itu
berpikir baik-baik. “ Tidak.”
“ Ckkk…aku harus mengatakan apa lagi cantik?” jelas Jongup
sudah lelah, dari tadi ia berpikir keras untuk menyusun kalimat-kalimat
menjijikan itu dan sekarang ia benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa
lagi.
Sementara Jongup masih berpikir untuk menyusun kalimatnya,
Jin Ah merangkak naik ke kasurnya kemudian merebahkan tubuhnya. Ia memeluk
gulingnya sementara tangan kirinya masih menyangga ponselnya.
“ Jin Ah…”
“ Jongup jangan katakan kalimat menjijikkan itu lagi. Aku ingin
muntah.” Ujar Jin Ah.
“ Jadi aku harus bicara apa?”
“ Apa saja dan jangan berhenti sebelum aku tidur.” Jin Ah
terkekeh pelan, ia menenggelamkan mulutnya pada guling.
“ Yak! Itu tidak adil!”
Tidak ada yang bicara. Keduanya diam dengan alasan yang
berbeda. Jin Ah memang sudah lelah, ia ingin tidur sesegera mungkin. Mengingat kejadian
hebat baru saja menimpanya dan mengambil seluruh energi yang ia punya,
sepertinya ia memang memerlukan istirahat. Sementara Jongup, ia diam karena
sedang berpikir untuk membahas sesuatu.
“ Ya sudah sekarang tidurlah, besok di sekolah aku akan
membantumu mengerjakan tugasmu.” Ujar Jongup tenang.
Mata lelah Jin Ah yang hendak menutup tiba-tiba saja melotot
lebar. “ MWO? JINJA? JEONGMALYO? JONGUP KAU TIDAK BERCANDA KAN?”
“ Ya.”
“ BENARKAH?? HUHU!!!! JONGUP KAU MEMANG JJANG!”
“ Ya aku tahu Jin Ah. Sekarang tidurlah dan berhenti berteriak-teriak,
telingaku bisa tuli.”
“ Eumm..baiklah! aku tidur!”
“ Jongup…mimpikan aku yah~”
“ Tidak. Aku sudah bosan mendengar suaramu hari ini.”
MWO?? “ JONGUP!!!!!”
END
Kali ini gak ada bonus lagi, ini end yang paling terakhir. Gimana seru
fic-nya. Dapet chemistry dengan ceritanya?. Well…ini-lah wujud kekesalan-ku
dengan sebuah insiden yang buat aku mau mati*ditelpon jongup*. Ckck…sumpah aku
mau ngunyeng-nguyeng farah ama salsa!!! Ffufu…okelah itu aja untuk sementara
aku masih speechless..
Speechless girl,
GSB
Ini ada hubunganya sama the You're the sweetest gak?
ReplyDeleteKARENA JUJUR INI NYAMBUNG KALO IYA XD
Aduuuh.. ini Jongup romantis banget, saking gemesnya nih guling di kasur minta di remes!!
Lucu sih pas Jongup bilang kalo alasanya keren dia boleh mati kali.. wkwkwk XD itu ngakak.
Endingnya juga.. PFFTT!! Iseng ya Jongup! XD
JJANG!
oke..hmm sbnrnya aku g prnh mikir ini bkl jdi smbungan ff YTS, wktu itu cma ngtik secara spontan dgn tokoh jongup&OC yg ada..
Deleteyah..jongup tuh romantis-romantis ngegemesin. kya minta dibungkus trus dibwa plg..
hehehe...makasih yah komennya yg keren ini^^