Some Words For You
Aku pikir kau...sekali lagi maafkan aku.
~000~
Malam yang sangat damai, setidaknya untukku. Seperti biasa,
aku sedang menghabiskan waktu senggangku dengan membatu di depan laptop. Hari ini
hari sabtu, aku tidak memiliki tugas atau apapun yang membuatku harus sibuk
dengan buku. Jadi tidak masalah kan kalau aku menghabiskan waktuku dengan
bermain, sekedar membuka beberapa blog kesukaanku?.
Mataku masih setia menunggu, bulatan hijau masih terlihat
melingkar, jelas aku harus menunggu dengan sabar. Jemariku langsung bergerak
lincah tatkala halaman website sudah terbuka sempurna. Beberapa postingan
menarik perhatianku barang beberapa detik. walau hanya tulisan-tulisan singkat
dan sederhana, aku memerlukan waktu untuk memahami kemudian menarik bibirku
begitu menemukan sisi jenaka dalam tulisan tersebut.
Seperti sebelumnya, mataku berpindah dari satu tulisan ke
tulisan lainnya. Aku menarik nafas panjang begitu tulisan berisi kalimat yang
terbilang singkat –bahkan sangat singkat– itu kini menarik seluruh perhatianku
untuk terus menatap ke sana. Aku bukan orang idiot yang memerlukan waktu yang banyak
untuk sekedar mengartikan tulisan itu. Tidak…aku bukannya tidak mengerti, aku
hanya sedikit terhenyak dan merasa cukup bersalah. Ini di luar dugaanku, karena
aku tidak pernah membayangkan hal seperti ini akan ku temui.
Hei…aku baru saja mengikuti seleksi anggota tim basket di sekolah, tapi
sayangnya aku gagal. Walau itu sudah berlalu, tapi aku ingin sekali menangis. Aku
benar-benar menyesal karena tidak bisa melakukan yang terbaik.
Aku tersenyum kecut begitu pikiran ini terus melayang ke
sana kemari. Entah bagaimana kalimat-kalimat itu membuatku sangat buruk dan
sedikit kecewa. Bagaimana tidak? Tulisan itu dibuat temanku beberapa hari
setelah ia gagal di ujian seleksinya. Yah…dia temanku tapi aku tidak tahu kalau
dia merasakan hal seperti itu.
Aku tahu dia gagal masuk klub basket di sekolah, tapi aku
tidak pernah tahu bagaimana perasaannya tentang hal itu, aku tidak pernah
menanyakan apapun padanya. Bagaimana perasaannya, apa ia merasa sedih atau
apapun yang menunjukkan rasa simpatiku. Namun…sekali lagi tidak. Aku tidak
pernah bertanya dan bertingkah seolah semuanya baik-baik saja.
Selama ini aku selalu menganggapnya kuat hingga aku sangat
yakin dia tidak perlu kalimat penenang yang bisa membuatnya merasa lebih baik.
Dalam pikiranku ia sangat tegar jadi aku tidak perlu duduk di hadapannya sambil
menepuk pundaknya. Aku pikir dia tidak akan merasa sedih karena gagal dalam ujian
seleksi itu, ku pikir dia tidak akan menelan kekecewaannya dan ku pikir dia tidak
butuh telinga yang siap mendengarkan segala keluh kesahnya. Ku pikir…aku bukan
teman yang baik untuknya.
Sekali lagi aku menatap tulisan itu dan akhirnya tenggelam
dalam rasa bersalah. Huft…jadi belakangan ini ia menelan kesedihannya sendiri?
Cihh..jadi selama ini ia hanya menyimpannya sendiri? Lama-lama aku kesal
terlebih saat gambaran wajahnya terbayang dalam benakku.
Aku sedikit kesal hingga tak tahu harus bagaimana. Baiklah…aku
memang tidak berhak untuk mengetahui semua tentang dirinya, tapi hei...aku
tetap tidak bisa membenarkan tindakannya. Baiklah…untukmu si teman misterius
yang ku anggap paling kuat.
Jangan sok kuat, kau
tidak sekuat apa yang coba kau perlihatkan! Tidak perlu terlihat tegar karena
sebenarnya kau tidak tegar! Berhentilah bertingkah seolah baik-baik saja kalau
kau tidak baik-baik saja bodoh! Kau pikir kau pintar? Apa kau tidak punya
mulut? Apa sekarang kau bisu? Walau aku tidak bermaksud untuk mengetahui semua
hal tentang isi hatimu, tapi bisakah kau ceritakan padaku apa yang sedang
mengganggumu? Hei…aku ada di sini! Aku bukan ingin mengatakan kalimat manis
yang biasa kita lihat di film-film, aku hanya ingin bilang ‘aku tidak tahu
kapan kau merasa buruk atau sedih, jadi jangan menungguku bertanya. Aku tidak
sepintar yang kau bayangkan karena aku tidak tahu hal macam apa yang bisa
membuatmu sedih, jadi harusnya kau tidak perlu malu datang padaku untuk
menceritakan keluhanmu. Aku memang bukan konsultan yang baik atau penasihat
yang bijak, aku juga tak menjamin aku bisa membuatmu melupakan kesedihanmu. Tapi…bukankah
itu gunanya teman? Berbagi walau yang kau bagi hanya cerita sedih yang
membuatmu kembali menangis.
END
HOHOHOHO…aku balik lagi dengan fic aneh dan super duper singkat ini.
gak tau deh mau ngomong apa, cuma kaya seperti biasanya aku hanya menulis apa
yang terlintas di pikiranku dan kebetulan tema di fic ini adalah sesuatu yang
terus kebayang. Aku gak bisa tenang kalo gak nulis ini, awalnya aku juga gak
yakin bakal bisa nulis dengan rapih. Please…aku lagi terjangkit writer’s blog. Aku
lagi gak mood nulis ff. Untuk nulis sesingkat ini aja aku butuh banyak mikir,
tapi akhirnya dan untungnya ini bisa tuntas.
Oke…kayanya segitu aja deh yahh..aku bingung mau ngomong apa lagi. Sekali
lagi makasih buat yang udh baca^^..
Regards,
GSB
Comments
Post a Comment