Can I Really Hate You?
Main Cast = Park Jung Soo, Park Yeom Na (oc)
Genre = Romance
Type = Oneshot
Author = Salsa
Author POV
Yeom Na masih memejamkan mata, ia sedikit mengerang begitu
merasakan sinar mentari pagi menyiram wajahnya. Tangannya mengulur ke samping,
meraba-raba sebelah sisi ranjangnya. Dahi gadis itu langsung berkerut saat tak
mendapati siapapun disana. Ia cepat-cepat bangkit dari posisi berbaringnya, membuka
mata lalu menoleh ke samping dengan gerakan cepat. āJung Soo op..ā ucapannya
langsung terhenti, tersadar didetik itu juga.
Dadanya langsung sesak, benar-benar sesak. Mungkin oksigen
di sekitarnya baru saja disedot habis sehingga ia tak mampu bernafas sama
sekali. Gadis itu menyesal, Kenapa ia harus bangun? Kenapa ia tak mati saja?
Kenapa ia diharuskan untuk hidup tapi tak disediakan oksigen untuk bernafas?
Ini tidak adil.
Tatapan mata yeoja itu kini kosong. Selalu seperti ini
selama 3 hari terakhir. Apa kehadiran namja itu sebegitu berpengaruhnya untuk
kelangsungan hidupnya? ia meremas ujung selimutnya kuat-kuat. Jika sudah
seperti ini apa yang harus ia lakukan?
Kali ini mata yeoja itu beralih pada jendela kaca besar yang
masih tertutup gorden putih polos di sebelah sisi kamarnya. Ia memperhatikannya
beberapa saat sebelum akhirnya kakinya melangkah tak terkendali kesana. Dengan
tangan yang bergetar, yeoja itu menyibak sedikit gorden dan mengintip dari
sana. Ia bisa merasakan otaknya yang langsung kosong, tak mampu memikirkan
apa-apa. Ia hanya tak habis pikir. Bagaimana bisa namja itu bertahan? Ia
benar-benar masih disana. Masih berdiri di sudut jalan dengan badan yang
menyandar dibox telfon umum. Tangan pria itu bersedekap ringan dengan tatapan
mata yang tertuju padanya, pada gadis yang sedang memperhatikannya dibalik
gorden. Pria itu tau, gadisnya sedang memperhatikannya. Entah kenapa, walau
pagi ini yeoja itu bahkan terlihat lebih kacau dari 2 hari sebelumnya, namja
itu masih bisa berpikir bahwa āia adalah yeoja paling sempurna di muka bumiā,
āYeoja paling ia inginkan, ia butuhkanā.
Yeom Na melepas raupan kain gorden ditangannya, membuat
gorden itu kembali tertutup sepenuhnya. Matanya mulai memanas lagi, kalau
begini caranya bisa-bisa ia luluh. Mengapa namja bernama Park Jung Soo itu
mudah sekali mempengaruhinya? Hanya karena melihat wajahnya saja, ia merasa
lemah. Tapi tidak, yeoja itu langsung menggeleng, menepis semua bayangan
menyenangkan yang mulai berkelebat. Ia menoleh ke cermin di belakangnya lalu
berjalan mendekat. Menatap pantulan wajah kacaunya dicermin itu penuh ambisi.
ānamja itu jahat! Dia orang jahat! Dia membunuh appa! Dia bukan orang baik!
Sama sekali tidak baik!ā ucapnya dengan nafas yang tersengal, ia berusaha
mati-matian menahan butiran air yang sudah menggenang di pelupuk matanya dan
hebatnya, ia berhasil. Ia memang sudah berjanji untuk tidak menangis hanya
karena seorang Park Jung Soo, dan sampai detik ini, ia berhasil. Hanya saja,
menahan tangis malah membuatnya semakin kesakitan.
.........................................................
Namja itu menahan nafas saat gorden kamarnya terangkat
kecil. Dia bisa melihat seorang gadis dengan sorot mata menyakitkan sedang menatapnya. Namja itu balik menatapnya
dan beberapa saat kemudian, gorden kamar itu tertutup kembali. Pria itu
membuang nafas frustasi, sampai kapan ia akan seperti ini?
Kakinya sudah benar-benar lemas sekarang, dia berdiri selama
berjam-jam di sudut jalan hanya untuk seorang gadis. Park Yeom Na. Entahlah, ia
juga masih tak yakin apa hubungan mereka saat ini. Yang jelas, mereka sudah
menikah. Tapi jika namja itu menyebut Yeom Na adalah istrinya, untuk saat ini
ia yakin yeoja itu pasti takkan terima. Lagipula, ia juga merasa tak pantas disebut
sebagai seorang suami. Ayolah, mana ada seorang suami yang membunuh ayah
istrinya sendiri? Membunuh? Ya.. membunuh.
Ia mengangkat kedua tangannya yang bergetar, sudah terlalu
banyak nyawa yang terenggut karena tangan ini, apa sebaiknya ia berhenti saja?
Park Jung Soo, pria itu sempat menjadi mata-mata kepolisian dengan
tugas mengerikan semacam āmembunuhā dan akhirnya mengundurkan diri saat masa
tugasnya baru beberapa bulan. Namja itu lebih memilih menjadi seorang polisi
biasa, ya.. tapi kata biasa di dalam kalimat itu sepertinya benar-benar tidak
tepat. Pekerjaan sebelumnya benar-benar membuat Jung Soo menjadi sangat disegani
oleh sesama polisi bahkan penjahat sekalipun. Tak terhitung berapa kasus yang
telah ia tangani dan ia yakin akan lebih banyak lagi ke depannya. Semula pria
itu tak merasa begitu terbebani dengan pekerjaan mengerikannya, menurutnya
kejar-kejaran dengan mobil diiringi deru tembakan sudah selayaknya makanan
sehari-hari, walau ia pun sudah tau jelas apa konsekuensi yang ia pertaruhkan,
nyawa.
Dan kejadian 3 hari yang lalu, benar-benar membuatnya merasa
sangat hina. Ia membunuh ayah mertuanya. Jung Soo sendiri syok berat begitu
mengetahui tugasnya saat itu, ia benar-benar tak habis pikir bahwa seorang yang
ia hormati ternyata adalah seorang buronan. Park Tae Woo. Namja setengah baya
itu adalah mertua sekaligus musuhnya. Ia terlibat dalam kasus pembunuhan
berantai dengan motif balas dendam, uang dan kekuasaan. Tae Woo sendiri
bukanlah tersangka utama dalam kasus ini, namun jelas dia bersalah karena ikut memberikan
dana untuk memuluskan kegiatan keji tersebut. Mungkin faktor persahabatan yang
membuat Tae Woo dengan suka rela membantu pembunuh berantai itu, tidak
tanggung-tanggung, 14 nyawa melayang. Dan Jung Soo jelas tak habis pikir,
bagaimana bisa orang yang tak terlihat memiliki masalah ternyata melakukan
kegiatan semacam pembunuhan dibelakangnya. Berulang kali ia berpikir, kenapa
Tuhan sebegitu jahatnya? Kenapa dari sekian banyak polisi-polisi hebat di Seoul
harus ia yang menangani kasus ini? Dan kenapa harus mati di depan matanya? Terlebih kenapa ia tak bisa berbuat apa-apa?
Terlalu banyak pertanyaan tanpa jawaban.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..
Seorang gadis tengah merapatkan mantelnya sambil menatap
pantulan dirinya di cermin. Ia mengerang frustasi lalu menambahkan lebih banyak
bedak ke wajahnya. Bagaimana bisa ia sehancur ini? Maksudnya, wajah pucat? Mata
berkantung? Ia terlihat seperti mayat hidup, aniya, ia benar-benar mayat hidup.
Ia kembali menatap pantulan dirinya di cermin lalu meringis
didetik yang sama. Ia sudah bermake-up habis-habisan tapi wajahnya tetap
terlihat sangat kacau. Ayolah, ia harus bekerja. Hahā¦ baiklah, siapa perduli?
Yeom Na mengedikan bahunya lalu menyurukkan alat-alat make up itu ke dalam tas
tangannya dan segera beranjak keluar.
Gadis itu menarik nafas panjang-panjang begitu sampai di
depan pagar rumahnya. Rumahnya? Bahkan gadis itu sangsi, bukankah ini rumah
mereka? Rumahnya dan Park Jung Soo? Lalu kenapa gadis itu malah membentaknya
dan menyuruh namja itu menjauhinya? Punya hak apa dia melakukan itu? Yeom Na
menghentakkan kakinya dengan kesal, kenapa selalu seperti ini? Kenapa ia selalu
bertengkar dengan jalan pikirannya sendiri? Manusia macam apa dia?
Kini gadis itu menundukkan kepalanya dalam-dalam, mencoba
berpura-pura tidak menyadari ada sepasang bola mata yang sedang memperhatikannya.
Ia melangkah dengan sedikit tergesa-gesa begitu merasakan pria yang tadinya
berdiri di sudut jalan itu mulai beranjak dan melangkah mengikutinya. Langkah
kakinya dipercepat seiring dengan detakan jantungnya yang menggila. Ia bahkan
bisa mendengar langkah pria itu, langkah yang terkesan tenang namun menusuk.
Yeom Na menghentikan langkahnya tepat di halte bus, ia
mengarahkan pandangannya ke jalan raya sambil berdiri tegap di sisi jalan.
Kegiatan membosankan ini lagi, menunggu bus. Kapan pekerjaan sesederhana ini
bisa menjadi sedikit lebih menyenangkan? Yeom Na mengangguk-angguk kecil,
mengiyakan apa yang sedang ia pikirkan saat ini sampai tiba-tiba ia merasakan
tubuhnya meremang. Pria itu dengan
santainya berdiri di sampingnya dengan tangan yang bersedekap dan mata yang
menatap lurus ke jalan raya. Seolah tak pernah ada masalah di antara mereka.
Yeom Na sendiri masih mempertahankan raut wajah penuh keangkuhannya,
mengabaikan lututnya yang mulai melemas. Reaksi tubuhnya benar-benar
berlebihan. Bisakah namja ini memberikan efek yang sedikit lebih normal saja?
āApa maksudmu dengan memakai make up setebal itu? Kau mau
merayu seseorang, huh?ā Yeom Na diam saja, menganggap ucapan pria itu hanya
angin lalu tak berguna.
āheiā¦ kau tuli? Atau kau sudah bisu? Cepat jawab aku!ā ujar
Jung Soo sedikit berteriak. Yeom Na mendecak, tak tahan dengan teriakan pria
disampingnya. Gadis itu mengambil inisiatif dengan menepuk bahu seorang ahjuma
didepannya pelan-pelan. āJeogiyo (permisi)ā Yeom Na tersenyum sopan dan tentu
saja mendapat balasan senyum dari ahjuma tidak berdosa itu. ābisakah anda
membantuku?ā
ākeureomā ahjumma itu
mengangguk lalu memasang senyum terbaiknya. ātolong katakan pada namja
disampingku, aku tidak mau bicara dengan seorang pembunuhā seketika wajah
ahjumma tersebut berubah jadi horor, ia menatap Jung Soo dengan tatapan ngeri
lengkap dengan wajah yang mendadak pucat.
āk..ka..katā¦.ā
ātidak usah ahjumma, aku dengar. Gamsahamnidaā Jung Soo
mengangkat tangannya disertai ulasan senyum tipis, meminta ahjumma itu
menghentikan ucapannya. Wanita itu mengangguk kaku lalu sesegera mungkin
menyingkir teratur, menjauh dari kedua orang tersebut, kalau tidak mengingat ia
harus menaiki bus, bisa saja ia mundur sejauh 1 km dari sini.
Yeom Na masih menjaga raut wajah tak perdulinya sedangkan
Jung Soo tersenyum penuh arti ākau tidak mau bicara dengan pembunuh? Sepertinya
kau lupa, Aku pernah menjadi mata-mata kepolisian 5 tahun lalu, dan aku sudah
mulai membunuh orang sejak itu. Kau terlalu terlambat untuk mengatakan itu
sekarang, Park Yeom Na-ssiā gadis itu terkesiap, mendadak kehilangan kontrol
atas raut wajahnya. Keduanya saling terdiam untuk beberapa saat hingga Jung Soo
kembali membuka mulutnya, āYeom Naā¦.. jadi aku masih belum boleh pulang? Sampai
kapan kau akan marah padaku?ā ujar pria itu lemah. āaku akan tetap berdiri
diseberang rumah sampai kau mau memaafkankuā lanjut Jung Soo, terdengar seperti
sebuah ancaman berbahaya bagi Yeom Na. Gadis itu sudah bisa mengontrol
ekspresinya lagi sekarang, dan kali ini ia masih memasang ekspresi tak perdulinya
lagi, padahal otaknya sudah mencecarnya dengan berbagai macam pertanyaan
seperti ābagaimana pria itu makan?ā, ābagaimana ia tidur?ā, ābagaimana jika dia sakit?ā
Yeom Na tersenyum penuh rasa syukur begitu melihat bus
datang, ia benar-benar tak kuat lagi, kepalanya berdenyut keras begitu
memikirkan nasib namja itu ke depannya. Yeom Na baru saja akan beranjak
memasuki bus saat sebuah tangan menahannya, gadis itu berbalik dengan tatapan
mengintimidasi namun yang ditatap malah tersenyum senang, sama sekali tak
merasa terintimidasi ābiarkan yang lain masuk dulu! Jangan berdesak-desakan dan
membuat orang lain sesak nafasā ujar pria itu tenang. Yeom Na mengerang sebal
sambil menghentakkan tangannya hingga terlepas dari cengkraman pria itu.
Cengkraman? Tidak. Sentuhan pria itu tak bisa disebut dengan cengkraman. Ia
menahan tangan yeoja itu kuat namun lembut, tak membuatnya kesakitan sama
sekali.
Yeom Na menyedekapkan tangannya sambil menunggu sekumpulan
orang didepannya masuk dengan wajah tak sabar. Gadis itu benar-benar mengikuti
ucapan Jung Soo. Ia menunggu sampai semuanya masuk dulu. Lihat! Bahkan di saat
ia mengatakan ia membenci pria bernama Park Jung Soo itu setengah mati, ia
tetap menuruti ucapannya. Bodoh.
Yeom Na memasuki bus diikuti dengan Jung Soo dibelakangnya.
Baru saja masuk, gadis itu langsung mendecakkan lidahnya. Bagaimana tidak?
hanya ada dua kursi kosong jauh dideretan belakang. Otaknya sudah memanas lagi,
jauh berbeda dengan namja dibelakangnya yang tersenyum puas. Tidak sia-sia pria
itu menahan Yeom Na, ia benar-benar mendapat apa yang dia mau. Duduk
berdampingan dengan gadis itu.
Yeom Na mendengus sambil berjalan menuju dua kursi kosong
itu, namun langkahnya langsung terhenti dan matanya berbinar-binar begitu
melihat ahjumma yang tadi. Sebuah ide hebat melintas di otaknya. Ia memasang
wajah sekarat sambil memegangi perutnya lalu berlutut didepan ahjumma itu, mendadak
wajah ahjumma tersebut langsung mengeras dan ketakutan, persis seperti tanah
liat yang habis dijemur, mungkin ia berpikir āKenapa dari sekian banyak orang, aku lagi yang harus menjadi korban?ā
āJebal, bolehkan aku duduk disini. Aku sedang hamilā rintih
Yeom Na
āk..ke..keuā¦..ā ahjumma itu langsung tergagap dan terlihat
hendak bangkit.
āAniya ahjumma, dia bohongā seru Jung Soo sambil menarik
lengan Yeom Na hingga berdiri lalu mendorongnya ke deretan kursi di belakang. Gadis
itu mendecak namun tak mampu melawan.
Dan disinilah mereka sekarang, di deretan kursi belakang
bersama sekumpulan pekerja kantoran lain. Jung Soo sengaja membiarkan gadis itu
duduk di samping jendela agar tidak ada yang bisa duduk disebelahnya selain
dia.
ājangan mengikutikuā ujar Yeom Na tiba-tiba
āeh? Katanya tak mau bicara dengan pembunuhā Jung Soo
menyeringai lalu tertawa kecil begitu menyadari perubahan ekspresi Yeom Na.
Gadis itu mendengus lalu membuang muka ke arah jendela.
āYeom Naā¦.. nanti aku akan menjemputmu. Sama seperti
biasanyaā yeoja itu mendelik, membuat Jung Soo meralat ucapannya, āya.. mungkin
tidak akan sama. Tapi bisa kupastikan, aku akan selalu berada di sekitarmuā
Tempat pemberhentian bus selanjutnya sudah terlihat, itu
artinya gadis disampingnya akan turun sebentar lagi āYeom Naā¦ā¦.. tak usah
menoleh. Dengarkan saja!ā ucap Jung Soo, membuat gadis itu langsung terpaku
ditempat.
ākalau nanti kau terbangun lalu merasa kehilanganku, lari
saja ke sudut jalan, aku pastikan aku akan selalu ada disana. Menunggumu.
Menunggu maafmuā pria itu menarik nafas lemah lalu kembali melanjutkan
ucapannya āTolong, jangan biarkan aku menunggu terlalu lamaā Kalimat yang ia
ucapkan selesai bersamaan dengan bus yang berhenti. Nyaris separuh dari penumpang
bus bersiap-siap turun, tak terkecuali Yeom Na yang langsung berdiri, ia
benar-benar harus segera keluar dari bus ini. Bola matanya sudah bergetar sejak
tadi, dia takut kalau ada butiran air yang jatuh dari sana. Tidak. Tidak boleh
ada air mata, terlebih saat Jung Soo disampingnya.
Jung Soo menggeser kakinya, memberikan celah untuk gadis itu
keluar. Yeom Na melewatinya dengan tergesa-gesa dan tanpa bicara sepatah
katapun.
Pria itu terdiam dikursinya sambil mengamati yeoja yang kini
sudah nyaris tak tertangkap pandangannya lagi. āJosimhae (hati-hati)ā gumamnya
pelan. Yahā¦ bukan pertemuan yang buruk, mengingat ini pertama kalinya gadis itu
menampakkan dirinya pada dunia luar sejak berhari-hari mengurung diri di rumah.
Lagipula namja itu merasa sangat beruntung, beruntung karena bisa mendengar
suara yeojanya lagi, melihat wajahnya dari dekat, duduk berdampingan dengannya,
menyentuh lengannya, berbicara dengannya. Ini semua benar-benar tidak buruk,
mungkin bisa dibilang sempurna jika pria itu juga mendapat senyum darinya.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.
15:42 KST
Yeom Na POV
Insomnia. Aku tak pernah mengalami itu sebelumnya. Tapi
khusus 3 hari ini, aku mengalaminya. Aku benar-benar tak bisa tidur, mungkin
singkatnya, aku takkan bisa tidur dengan benar sampai pria itu juga ikut
berbaring disebelahku. Dan sekaranglah imbasnya, tubuhku benar-benar letih, aku
benar-benar butuh istirahat saat ini juga. Berulang kali tubuhku limbung dan
nyaris terjatuh ke lantai. Aku tak dapat menatap seseorang dengan fokus dan tak bisa berkonsentrasi. Aigoooā¦. Ini
benar-benar mengerikan.
Sekarang aku sedang berjalan melewati lobi kantorku, ya..
waktunya pulang. Demi Tuhan, rasanya ingin cepat-cepat sampai di rumah dan
merebahkan tubuh, walau aku sendiri tak yakin akan merasa lebih baik tapi ya,..
setidaknya mungkin bisa sedikit membantu. Aku berdecak ringan begitu sampai di
luar, entah kenapa aku merasa sebentar lagi kepalaku akan meledak. Aku mengambil
nafas sebanyak-banyaknya, menghiraukan semua benda disekelilingku yang seolah
berputar-putar. Dan tanpa berpikir dua kali, segera berjalan menyeberangi jalan
raya didepanku. Tujuanku satu, halte diseberang jalan. Dari tadi aku tak
berhenti memikirkan bagaimana caranya aku bisa duduk di bus dan sampai di rumah
secepatnya.
Namunā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..
Author POV
āsialā desis Jung Soo saat tiba-tiba saja gadis itu
melangkahkan kakinya menyebrangi jalan raya. Gadis itu benar-benar buta
sepertinya! Apa ia tak bisa melihat truk besar yang siap menghantam tubuhnya?
Sambil mengerang, Jung Soo melemparkan semua benda ditangannya, makanan ringan
dan ice coffee-nya pun langsung meluncur bebas ke aspal dan tumpah ruah dalam
sekejap.
Jung Soo dengan sigap berlari ke tengah jalan dan merengkuh
tubuh gadis itu kepelukannya.
Yeom Na POV
Aku masih melangkah pelan menyeberangi jalan namun sialnya
pandanganku semakin kabur dan tak bisa kuandalkan lagi. Semuanya berubah
menjadi gelap. Ya Tuhan mungkin beberapa detik lagi aku akan pingsan. Aku mulai
sedikit menunduk, berusaha menahan rasa nyeri di kepalaku saat tiba-tiba saja
suara klakson besar yang memekakkan telinga disertai pekikan-pekikan entah dari
mana menusuk telingaku, belum sempat aku menoleh kemana-mana, aku mendapat
hentakan keras ditubuhku, seseorang merengkuhku kepelukannya lalu membawaku lompat
ke bahu jalan. Seseorang? Aniyaā¦ aku mengenalnya. Aku memang tak melihat
wajahnya tapi aku mengenal wangi tubuhnya. Dan bodohnya, di saat seperti ini,
aku masih bisa terbuai selama beberapa saat karena aroma itu, harum yang
kurindukan.
BRAAKK
Aku langsung terkesiap begitu tubuh kami terhempas dan
membentur bahu jalan. Kalian pikir aku kesakitan? Tidak! Tidak sama sekali! Aku
hanya merasakan hentakan kecil di punggungku. Jung Soo oppa memeluk tubuhku
dengan sangat erat, membiarkan lengannya langsung berpapasan dengan trotoar
yang keras. Aku tak berani bangkit, sama sekali tak berani, aku sudah bisa
membayangkan darah segar mengalir dari tangannya sekarang. Kenapa dia
melindungiku sampai sebegininya?
Nafasnya menderu keras, terdengar puas sekaligus ketakutan.
Dengan terengah-engah, aku mendongakkan kepalaku menatapnya, menatap sorot
matanya yang lelah. Bagaimana bisa aku membenci seseorang sepertinya? Jika aku
tak memaafkannya saat ini juga, dapat kupastikan kalau hatiku sudah membusuk.
Namunā¦.. PLAAKK, Jung Soo terkesiap begitu juga denganku.
Apa yang kulakukan? Ya Tuhan!!!!!! Bahkan aku tak bisa menyatukan pikiran dan gerak
tubuhku. Barusan akuā¦. Akuā¦ā¦ aku menampar keras pipinya. Tapiā¦ā¦..kalian tau
responnya? Demi Tuhan aku benar-benar tak mempercayainya.
āYeomie~ya, gwaenchanayo?ā pria itu malah menatapku dengan
sorot mata tenang lalu menanyakan keadaanku dengan nada khawatir. Aigooā¦.. apa
aku menikahi seorang malaikat?
Setelah terdiam dan syok selama beberapa saat, akhirnya aku
bisa mendapatkan kembali kesadaranku āKAU! Kenapa kau menyelamatkanku? Aku tak
butuh bantuanmu! Menyingkirlah darikuā seruku sambil mendorong dadanya. Ia
terlihat pasrah dan langsung bangkit dari posisinya. Jung Soo oppa mengulurkan
tangannya ke arahku, hendak membantuku berdiri namun aku malah menghempasnya.
Aku bangun dengan usahaku sendiri sementara ia memandangku dengan tatapan yang
tak bisa kudeskripsikan, hanya menyakitkan. Bagaimana bisa ia terlihat begitu
mengkhawatirkanku? Bukan seharusnya dialah yang patut dikhawatirkan? Seperti
dugaanku, tangannya terluka.
ākajja! Kuantar kau pulang!ā
āLepaskanā
ājebal! Jangan kekanakan! Kau sedang tidak sehat, Yeom
Na~yaā
āKekanakan? Aku hanya membenci seseorang yang sudah membunuh
ayahku. Aku tidak kekanakan. Ini semua wajar.ā
āYeom Na! Aku hanya menjalankan tugaskuā
āNe.. tapi tidak dengan menembak mati appa. Bukankah ada
hukuman penjara? Kenapa kau jahat sekali, oppa?ā
ākau tak tau apa yang terjadi saat itu. Jadi diamlah!
Sekarang kuantar kau pulangā
āLepaskan!ā
āYeom Na! Kau sedang tidak sehat! Berhentilah membantahā
āJangan menyentuhku! Dasar pembunuhā tiba-tiba cengkraman
tangannya di tanganku mengendur lalu terlepas begitu saja. Tatapan matanya
mendadak kosong dan disaat itulah aku melangkah pergi. Aku keterlaluan? Sangat.
Sangat keterlaluan. Aku menyemprotnya dengan nada tinggi dan berkata āDASAR
PEMBUNUHā bagaimana bisa malaikat sepertinya disandingkan dengan iblis
sepertiku?
Dengan langkah tertatih, aku berjalan meninggalkannya.Ya..
mungkin penampilanku saat ini lebih mirip seperti orang gila dibanding orang
yang baru pulang kerja. Aku benar-benar kacau. Sangat kacau.
21:50 KST
Author POV
Ini sudah hampir jam 10 malam namun Yeom Na masih betah
duduk bersandar di dinding kamar. Ia belum melakukan apa-apa sejak pulang kerja
tadi. Bahkan untuk sekedar melepas mantelpun tidak. āPria itu sudah membunuh
appa. Kau pantas membencinyaā Ucap gadis itu berkali-kali. Matanya memejam
dengan mulut yang tak berhenti bergerak, ia sedang berusaha sekeras mungkin
untuk mempengaruhi otaknya sendiri. Ya.. ia merasa, tubuhnya sudah bisa ia
kendalikan namun tidak dengan otaknya, ia selalu mengkhawatirkan namja itu,
namja yang seharusnya ia benci.
āHuftā¦. Takkan berhasil. Fakta mengerikannya adalah aku tak
bisa berhenti mencintainya. Sebesar apapun kesalahannyaā gadis itu mendengus
lalu akhirnya berdiri setelah sekian lama bertahan dengan posisinya. Ia bisa
merasakan kakinya yang kram, aliran darahnya menjadi tidak lancar. Gadis itu
berusaha mengabaikan rasa sakit di kakinya dan segera melepas mantel. Hati
gadis itu mencelos saat melihat bercak merah dipunggung mantelnya. Deminya,
Jung Soo bahkan rela melukai dirinya sendiri dan hebatnya, namja itu tak
mengeluh atau sekedar mengekspresikan kesakitannya di depan Yeom Na. Baiklah,
ini semakin mempersulit gadis itu untuk membencinya.
Yeom Na melangkah gontai menuju kamar mandi dan berhenti
tepat di depan washtafel. Ia meringis sambil menyalakan keran air lalu membasuh
lengannya yang penuh dengan darah yang mengering. Darah pria itu. Tadi Jung Soo
sempat mencengkram pergelangan tangannya, dan bercak darah dari tangan pria itu
melekat disana. Yeom Na mengangkat kepalanya, memperhatikan pantulan wajahnya
di cermin. Matanya terlihat mengerikan. Mungkin karena sering menahan tangis,
kelenjar air mata yeoja itu seolah tak berfungsi lagi. Ini gila, tak bisa
menangis dan menahan tangis itu jauh berbeda. Dan tak bisa menangis itu sangat menyakitkan.
Disaat kau ingin meluapkan kesedihanmu, kau tak punya air mata untuk
dikeluarkan. Itu mengerikan.
Yeom Na POV
Setelah selesai membersihkan tubuh, aku memutuskan melakukan
hal yang seharusnya tidak aku lakukan. Aku berjalan menuju jendela dan
mengintip ke luar. Aigooā¦ā¦.. dia tak mungkin berdiri disana semalaman kan? Aku
tau persis bahwa rumah diseberang sana, rumah dengan dinding berwarna soft
green tepat dibelakangnya adalah rumah Yun Bi, rekan kerjanya sesama polisi.
Dan dengan fakta itu, aku cukup bisa mengendalikan kekhawatiranku, aku berfikir
dia bisa beristirahat disana pada malam hari. Namun lihatlah, dia masih berdiri
tegap dengan tubuh yang bersandar di box telfon. Tapi kali ini berbeda, telapak
tangannya dibalut perban putih, entah orang baik mana yang sudah bersedia
membalut lukanya. Ia sedang menundukkan kepalanya sambil memegangi dada sebelah
kanannya, terlihat seperti menahan rasa sakit. Dia kenapa? Dadanya kenapa?
Jung Soo POV
Cishā¦. Dadaku kembali sakit. Luka tembak didadaku belum
sembuh benar dan sekarang ditambah lagi dengan kejadian tadi sore. Eomeoā¦.
Kuharap tidak akan lebih buruk lagi. Sambil menahan rasa sakit, aku menengok
jam tanganku. Sepertinya sudah saatnya aku membaringkan tubuh. Aniyaā¦. Aku
bukan bermaksud untuk membohongi Yeom Na. Hanya saja, aku ini manusia biasa,
bukan manusia super. Aku juga butuh istirahat di tempat yang layak. Dan rumah
Yun Bi berada tepat dibelakangku.
Walaupun begitu ,sebenarnya kurasa aku bisa bertahan disini
tanpa masuk rumah. Ayolah, aku pernah menjadi mata-mata kepolisian sebelumnya,
dan tentu saja aku dituntut untuk bisa beradaptasi dengan semua jenis
lingkungan. Ini tak terlalu sulit untukku, tapi mengingat luka tembak di
dadaku. Sebaiknya aku tidak memaksakan diri.
Author POV
Sama persis seperti hari sebelumnya, Yeom Na keluar rumah
dan berjalan menuju halte bus tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya pada
seorang namja yang setia menunggunya di sudut jalan. Jelas dengan ekspresi tak
perduli yang berusaha gadis itu tunjukkan. Yeom Na berhenti di halte dengan
posisi berdiri yang sama dengan kemarin, lengkap dengan Jung Soo yang ikut
berhenti dan berdiri disampingnya. Hanya satu yang berbeda, kali ini Yeom Na
yang berbicara terlebih dahulu.
āTerima kasihā Ucap yeoja itu dengan nada datar, masih kekeh
mempertahankan sikap tak perdulinya.
āapa ada yang terluka?ā
āberhenti mengkhawatirkanku! Jangan membuatku semakin
kesulitan!ā Yeoja itu tak dapat menyembunyikan rasa kalutnya lagi. Ia ingin
membenci pria itu namun rasanya terlalu mustahil, padahal ia punya alasan yang sangat
kuat untuk melakukannya.
ājadi kapan kita bisa seperti dulu lagi?ā
ākurasa takkan bisa lagi. Kau pikir keluargaku akan
memaafkanmu begitu saja. Mereka tau kalau appa salah dan patut mendapat
hukuman, tapi bukan dengan mengakhiri hidupnya kan?ā
āYEOM NA! kau tak tau apa yang terjadi! Kumohon berhentilahā
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.
12:10 KST
Police Office
Jung Soo POV
Aku mengetuk-ngetukkan jemariku diatas meja, hari ini bisa
dibilang aku bebas. Maksudku, tak ada kasus yang harus kutangani.
āKopi?ā tawar Yun Bi sambil menyodorkanku secangkir kopi
hangat.
āAh.. ne.. gomawo Yun Bi~yaā Yun Bi mengangguk lalu menarik
kursi terdekat dan duduk persis didepan mejaku. Jelas dia tidak sedang sibuk
saat ini, ya.. seperti biasanya. Kami sering ditugaskan dalam kasus yang sama,
jadi intinya kalau dia tidak bekerja, aku juga tidak.
āTerima kasih aku sudah boleh menumpang di rumahmuā
āTak usah dipikirkan. Geunde, kapan kau akan bicara dengan
Yeom Na? Kau tak boleh menyimpannya sendiri! Dia juga harus tau apa yang
sebenarnya terjadi! Jung Soo~ya, nyawamu juga terancam saat ituā aku menarik
nafas berat lalu meneguk cairan hitam dicangkirku.
ājangan terus menerus menyalahkan dirimu sendiri! Inilah
tugas kepolisianā senyuman tipis tersungging diwajahku, tugas kepolisian?
Kenapa aku jadi sangat muak dengan kalimat itu?
āYeom Na masih sangat berduka. Aku pasti akan bicara padanya
jika ia sudah lebih tenangā
āJangan sampai kalian berpisah karena ini. Ini semua hanya
salah paham, ngā¦. salah paham yang sangat rumit. Kau sendiri tau kau bukan
pembunuhnyaā
ātapi aku juga mengarahkan pistolku pada abouji. Otomatis,
aku juga bersalah karena tak bisa mencegah Seung Bok menembaknya, menembak ayah
mertuaku sampai matiā
āDia hampir membunuhmu, idiot. Beruntung pria itu tak bisa
menembak dengan benar. Coba bayangkan jika pelurunya berhasil mengenai
jantungmu! Park Jung Soo hanya tinggal namaā mendengar ucapan Yun Bi yang
menggebu-gebu, tanpa kusadari tanganku sudah terangkat, menyentuh dada kananku,
rasanya masih perih. Ya.. luka tembak disana adalah hasil tembakan abouji.
āAh.. sudahlah!ā seruku sambil memijit ringan kepalaku yang
tiba-tiba saja terasa pusing. Bayangan kejadian itu masih melekat kuat
diotakku. Dan aku yakin tak akan menghilang untuk waktu yang sangat lama.
Author POV
Suara sirine mobil polisi, decitan ban yang bergesekan
sengit dengan aspal dan deru senapan mewarnai insiden malam itu. Jung Soo, Yun
Bi dan Seung Bok berada dalam mobil yang sama. Mereka mengejar sebuah Ferrari silver
bersama 2 mobil polisi lainnya. Ferrari itu melaju dengan kecepatan maksimal
ditengah jalanan kota yang lengang.
DOORRR
Tembakan pertama dari Jung Soo. Pria itu melongokkan
tubuhnya dari kaca mobil yang terbuka dan menembakkan pelurunya tepat ke ban
belakang Ferrari silver didepannya. Ciiiiiiiitttttttttttttt, mobil itu nyaris
berbalik arah namun masih bisa melaju.
DOORRR
Tembakan kedua oleh polisi lainnya dan untuk kali ini
tembakan itu berhasil membuat suara decitan mengerikan yang mau tak mau membuat
kecepatan Ferrari itu tak dapat dipertahankan. Dan tentu saja, para polisi tak
menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Dengan sigap, mereka semua membuka formasi
dan mengepung Ferrari itu.
Empat orang polisi dari 3 mobil yang berbeda turun dan
mengarahkan senapannya pada Ferrari itu, termasuk Jung Soo dan Seung Bok.
Sementara Yun Bi dan dua polisi lainnya tidak keluar, bertugas memegang kendali
mobil. āKeluar dari mobil sekarang! Kalian sudah dikepungā seorang polisi berteriak.
Jung Soo sendiri diam-diam mengeluarkan seluruh peluru dalam senapannya dan
hanya menyisakan satu, ia bersumpah tak akan membiarkan peluru itu keluar dari
senapannya, tak akan. Untuk kali ini, ia bertekad untuk tidak membunuh
siapapun. Dia yakin ayah mertuanya juga tak mungkin melawan terlalu keras, tapi
sepertinya dia salah. Tiba-tiba saja pria itu keluar dari mobilnya dan
DOORRRā¦ā¦ā¦ā¦ Tanpa berkata apa-apa langsung menembak mati salah satu rekannya.
Jung Soo terkesiap begitupun polisi yang lainnya.
DOORRR
DOORRR
DOORRR
Setelah itu, tembakan saling bersahut-sahutan. Jung Soo
sendiri masih bersikeras untuk tidak mengeluarkan pelurunya, ia hanya
mengulurkan tangannya kedepan sembari memegang pistolnya kuat-kuat, hanya untuk
menggertak. Malam yang benar-benar mencekam ditengah jalan raya yang lengang. Jung
Soo memperhatikan ayah mertuanya itu, dia bisa melihat raut ketakutakan yang
tertera jelas diwajahnya, mungkin pria itu sudah membayangkan hal-hal
mengerikan jika nantinya ia ditangkap dan lebih memilih melakukan tindakan
konyol seperti menembaki para polisi. Bisa dibilang ia menembak karena merasa
ketakutan, terancam dan jelas tak bersedia mendekam di penjara.
āJung Soo~ya! Mianhaeā ucap pria itu sebelum
DOORRRā¦ā¦ā¦. āARRGGGHHHHā Jung Soo menjerit
kesakitan dan langsung jatuh tersungkur saat dadanya menerima hentakan keras.
Peluru. Dan disaat seperti itu, Jung Soo masih harus memilih, menjadi menantu
yang baik atau polisi yang baik. Pilihan terberat yang harus cepat-cepat ia
tentukan sebelum nyawanya melayang, bisa saja Tae Woo menembaknya lagi sampai
benar-benar mati.
Ia menahan rasa sakit didadanya sambil mengulurkan pistol
dengan tangan yang bergetar hebat, dia mendongakkan kepalanya menghadap Tae Woo
dan yang terlihat malah wajah Yeom Na yang sedang tersenyum manis, seketika
konsentrasi pria itu langsung buyar dan dengan gerakan cepat DOORRR, ia
menembak kaki Tae Woo bersamaan dengan peluru Seung Bok yang melesat lurus ke
kepala namja setengah baya itu dan dalam hitungan detik pria itu terhempas dan tergeletak
ditanah dengan darah yang bercucuran tanpa henti dari kepalanya. Darah Tae Woo
mengalir dengan cepat hingga menggenang dibawah kaki Jung Soo, orang dengan
posisi terdekat dengannya.
Jung Soo terpaku di tempatnya, ia melihat kejadian itu
dengan teramat jelas. Otaknya langsung kosong, tak mampu memikirkan apa-apa
seiring dengan sel-sel darahnya yang seolah menjerit. Pria itu merasakan
hantaman maha dahsyat dijantungnya, apa yang akan ia katakan pada Yeom Na? Baru
saja ayah gadis itu meninggal didepannya. Dia bahkan sudah ketakutan duluan saat
memikirkan akan sehancur apa Yeom Na-nya nanti. Jika satu peluru dipistolnya
masih ada, ia bersumpah akan menembak dirinya sendiri saat ini.
āTersangka utama kasus pembunuhan berantai datangā Ucapan
itu sontak membuat Jung Soo tersadar dari bayangan kelamnya, ia segera berdiri
dan refleks mengarahkan senapan di meja kerjanya dengan marah. Bisa dibilang,
pria itu adalah salah satu penyebab kehancuran hidupnya saat ini. Jika saja
ayah mertuanya tak membantu manusia hina itu, mungkin ia masih bisa memeluk
yeojanya tadi malam.
ākau harus mati ditanganku, bajinganā ucap Jung Soo geram,
sukses membuat seisi kantor panik dan langsung menjauhkan tersangka utama itu
dari hadapan Jung Soo. Jung Soo sendiri sudah nyaris melompat dari mejanya saat
tiba-tiba saja ia mendengar sesuatu yang lebih penting dan sukses membuat
paru-parunya berhenti bekerja. āKebakaran? Shin-Tae building? Kami kesana!
Sekarang!ā
ākebakaran?ā ulang Jung Soo syok.
Pria itu segera berlari keluar, meninggalkan Tae Woo yang
saat itu masih tak mengerti.
................................................................
Jung Soo POV
Jantungku langsung mencelos begitu sampai disana dan melihat kobaran api yang menyala. Dengan
panik, aku berlarian sambil mengedarkan pandangan ke segala sisi penjuru. Sial,
aku tak menemukannya. āYEOM NAā teriakku.
āYEOM NAā aku
masih berteriak sambil berlari mengelilingi sekumpulan orang berpakaian formal
ala pegawai kantor yang sudah berhasil meloloskan diri dari amukan api, mereka semua terlihat sangat syok,
bahkan beberapa pegawai wanita sampai menangis.
āada yang tau
dimana Yeom Na?ā tanyaku pada sekumpulan orang itu. Mereka semua menoleh ke
kanan dan ke kiri lalu menggelengkan kepalanya dengan raut wajah menyesal. Ya
Tuhan, dia dimana? Jangan bilang gadis itu masih di dalam!
āTolong!!
Tolong!! Temanku masih di dalam!ā seorang gadis tiba-tiba saja berteriak,
sepertinya dia baru saja keluar dari gedung itu. āJung Soo oppa!ā panggilnya,
dia mengenalku? Sambil mengernyit, aku berlari menghampirinya.
āYeom Na masih di
dalam. Dia bilang dia tak mau keluarā ujar gadis itu dengan paniknya. Mataku langsung membelalak lebar dan
tanpa berkata apa-apa lagi segera melesat memasuki gedung itu.
āDia masih
diruang kerjanya, lantai 5ā Yeoja yang tak kukenal itu berteriak.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦..
Author POV
Jung Soo berlari menaiki tangga
darurat sampai ke lantai 5. Ia sudah hapal benar dimana ruang kerja gadisnya
dan saat ini tempat itulah yang menjadi tujuannya. BRAAKK, namja itu mendobrak
pintu ruang kerja Yeom Na lalu tanpa
membuang waktu segera berkeliling mencari keberadaan gadis itu. Hinggaā¦ā¦ā¦
āYeom Na!ā seru Jung Soo sambil
berlari menghampiri seorang gadis yang tengah terkulai lemas dengan kepala yang
sengaja dibaringkan diatas meja. āGadis
itu pingsanā batin Jung Soo sambil menyentuh bahu Yeom Na. Namun, tiba-tiba
saja kepala gadis itu terangkat, membuat Jung Soo langsung menghentikan gerakan
tangannya.
āOppa? Apa yang kau lakukan
disini? Cepat keluar! Kau mau mati?ā
āHarusnya aku yang bertanya
padamu! Gedung ini sedang kebakaran. Kenapa kau malah duduk tenang disini?ā
Bentak Jung Soo.
Yeom Na membuang pandangannya ke
arah jendela, melihat kepulan asap hitam pekat yang ada disana. Sepertinya
kepulan asap itu berasal dari lantai di bawahnya. Ya.. api memang belum sampai
ke lantai ini dan suasana di ruangan Yeom Na sekarang sama sekali tak
memperlihatkan tanda-tanda kebakaran, hanya listriknya saja yang padam.
āAku takkan keluar dari sini. Aku
mau menyusul appa saja. Untuk apa aku hidup jika setiap detiknya habis untuk
menahan rasa sakit dan frustasi?ā Ujar Yeom Na tenang
āKalau kau tak keluar! Aku juga takkan
keluar!ā Jung Soo menarik kursi terdekat dan duduk berhadapan dengan Yeom Na.
Gadis itu membulatkan matanya, tak percaya dengan tindakan Jung Soo.
āJangan bodoh! Cepat keluar dari
siniā Seru Yeom Na.
āaku akan keluar dari sini asal
kau ikut dengankuā
āKalau begitu lupakan! Biarlah
kita berdua hangus terbakar disiniā gadis itu berusaha tenang, walau sejujurnya
ia sendiri tak yakin dengan kata-katanya, terlebih ada Park Jung Soo
didepannya. Yeom Na mengetuk-ngetukkan jemarinya ke meja dengan tidak sabar, ia
sedang menunggu pria didepannya berubah pikiran namun pria itu malah terlihat
sangat tenang. Bukannya membujuk Yeom Na keluar, Jung Soo lebih memilih menyibukkan
diri dengan ballpoint yang ia dapatkan dari meja.
āKeluar dari siniā Bentak Yeom Na
tak tahan
1 detik
2 detik
3 detik
Pria itu sama sekali tak
menjawab, āKUBILANG PERGI!ā Kali ini gadis itu menjerit dan respon yang
ditunjukkan Jung Soo masih sama. Yeom Na meringis sambil mengepalkan tangannya
āFine! You win! Iāll get out with youā seru gadis itu sambil berdiri. Jung Soo
tersenyum puas lalu tanpa membuang waktu lagi, ia menarik lengan Yeom Na menuju
pintu darurat. Namun saat pintu itu dibuka, kepulan asap dan kobaran api
menyapa mereka. Keduanya kaget dan refleks menutup kembali pintu itu.
āoppaā Yeom Na mempererat
genggaman tangannya pada Jung Soo. Raut khawatir mulai terlihat dari wajahnya.
Jung Soo tak menjawab, ia
berpikir sejenak sebelum akhirnya kembali menarik tangan Yeom Na dan berlari
keluar ruangan, āKita lewat tangga utamaā ucap Jung Soo tanpa menghentikan
langkah kakinya. Yeom Na mengangguk.
Mereka berlarian menuruni tangga
dengan langkah tergesa-gesa. Saat ini, mereka sudah sampai di lantai 3 dan mau
tak mau mereka harus menghentikan langkahnya. Di lantai ini, api sudah berkuasa
sepenuhnya. Lemari, meja kerja dan kursi-kursi pegawai sudah terbakar dengan
posisi yang mengerikan, nyaris tak ada jalan keluar lagi bagi mereka. Jung Soo
masih menggenggam kuat-kuat tangan gadisnya sambil berlarian kesana kemari
mencari jalan keluar, namun hasilnya nihil.
Asap hitam pekat yang berasal
dari api yang berkobaran itupun juga semakin tak terkendali, membuat dada
keduanya sesak karena oksigen yang
nyaris tak terjamah. āoppa, kau tau? Aku ingin menangis. Sudah beberapa hari
ini aku tidak bisa menangis. Rasanya sakit sekaliā
āYeom Na! Kumohon diamlah! Jangan
bicara apa-apa dulu! Nafas yang benar saja! Jangan sampai kau kehabisan nafasā
Ujar Jung Soo memperingatkan, gadis itu tak berhenti bicara sejak tadi, ia
mengungkapkan apa yang dirasakannya selama ini. Entahlah, yang ada dipikiran
gadis itu sekarang hanyalah mengatakan semuanya pada Jung Soo. Ia yakin seyakin-yakinnya,
ini adalah kesempatan terakhirnya untuk bicara. Yeom Na hanya berusaha berpikir
rasional, mereka masih berada di lantai 3 disebuah gedung yang terbakar dan
mungkin sebentar lagi akan roboh. Tak mungkin mereka bisa keluar dari sini
hidup-hidup, hanya tunggu waktunya hingga mereka terkena runtuhan sesuatu atau mungkin
terbakar dan akhirnya mati. Gadis itu hanya ingin memperjelas semuanya sebelum
benar-benar mati.
Mata Jung Soo masih berpencar
mencari jalan keluar saat tiba-tiba gadis dibelakangnya merangsek maju dan
melingkarkan tangannya dileher pria itu, lantas mendekapnya erat. āaku tak tau
kenapa bisa begini. Aku bahkan tak bisa membencimu setelah kesalahan besar yang
kau lakukan terhadap ayahku. Anak macam apa aku? Jung Soo oppa, aku selalu
bilang bahwa aku membencimu tapi hatiku selalu berbisik bahwa aku mencintaimu.
Sangat mencintaimu. Ini benar-benar membuatku bingungā
āhentikan! Jangan bersikap
seolah-seolah ini adalah kesempatan terakhir kita untuk bicara!ā Seru Jung Soo
sambil melepaskan pelukan gadis itu pada tubuhnya, ia segera menggenggam
kembali tangan Yeom Na lalu berlari menuju kobaran api yang menyala-nyala.
āKau gilaā pekik Yeom Na,
menyadari tujuan mereka sekarang.
āJika kubilang lompat, maka
lompat. Arasseo?ā
āmwo? Lompat?ā
āTak ada waktu! Lompatā mereka
berdua melompat diatas kobaran api yang menyala-nyala dan terus begitu selama
beberapa saat berikutnya. Hingga akhirnya, Jung Soo merasakan tangan gadis
digenggamannya melemah, membuat ia segera menoleh pada gadis itu. ābertahanlahā
ucap Jung Soo
Yeom Na memegangi dadanya yang
sesak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, pertanda ia benar-benar tidak bisa
menarik nafas lagi sekarang. Tanpa bicara apa-apa, Jung Soo langsung
menggendong Yeom Na dan membawanya ke sudut ruangan, satu-satunya sisi yang
belum terjamah api. Pria itu membaringkan tubuh Yeom Na yang melemah disana,
lantas langsung mengambil posisi duduk disampingnya. Ia menundukkan kepala
menghadap Yeom Na lalu didetik berikutnya bibirnya sudah menyentuh permukaan
bibir gadis itu, mencoba berbagi nafas. Memberikannya nafas buatan. Gadis itu
langsung terkesiap, entah itu karena nafas buatan Jung Soo yang bekerja atau
malah karena alasan lain yang terlalu jelas.
Setelah merasakan dadanya yang
mulai ikut sesak, Jung Soo bangkit dari posisinya lalu mengambil beberapa benda
keras disekitarnya dan menggunakan benda itu untuk memecahkan kaca disekeliling
mereka. Udara benar-benar dibutuhkan disini. Setelah itu, Jung Soo segera membantu
Yeom Na untuk duduk, ia memegangi bahu gadis itu dan menyenderkannya di tembok.
ābernafaslahā ujar Jung Soo sambil membuka kancing paling atas kemeja Yeom Na,
berusaha membuat gadis itu tak terlalu sesak. ākalau begini bagaimana bisa aku
membencimu? Lakukanlah sesuatu yang bisa membuatku membencimu! Kau membuat
keraguanku semakin besar saā¦..ā
ādiamlah Yeom Na! Nafas yang
benar saja! Jangan banyak bicara! Berjanjilah untuk tetap bernafas!ā Selak Jung
Soo dengan nafas yang terengah-engah.
Yeom Na mengangguk walau
sebenarnya ia mulai merasakan rasa sesak lagi di dadanya, sepertinya ia sudah
terlalu banyak menghirup asap. Tapi untuk kali ini gadis itu lebih memilih
untuk diam, tidak ingin membuat namja disampingnya lebih terbebani lagi. Ia
cukup tau kalau sekarang Jung Soo juga sudah sulit bernafas dengan benar.
ākakiku sudah tak bisa digerakkan
lagiā Ucap Yeom Na lemah sambil menyandarkan kepalanya di bahu Jung Soo.
āTenanglah! Kita akan selamatā
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.
BRUUSSHHHā¦ā¦ā¦ā¦ā¦. Suara semprotan air.
Suara itu sampai ke telinga Jung Soo, membuat pria itu langsung membuka matanya
cepat-cepat. Ia baru memejamkan matanya beberapa saat yang lalu, tepatnya saat
Yeom Na menyenderkan kepala dibahunya.
āYeom Na! Bangunlah! Pemadam
kebakaran datang! Lihatlah, apinya sudah tak sebesar tadi. Ayo kita keluar!ā
tak ada jawaban, gadis disampingnya tengah menutup mata rapat-rapat dengan
wajah yang sangat pucat.
āYeom Naā kali ini pria itu
mengguncang tubuh Yeom Na dengan lebih keras, namun gadis itu sama sekali tak
bereaksi. Akhirnya dengan rasa panik yang tak tertahankan, Jung Soo segera
menggendong Yeom Na dan berlari keluar dengan sisa tenaganya. Pria itu meringis
dan mengerang berkali-kali, luka di dadanya tiba-tiba terasa perih lagi. Belum
lagi lututnya yang makin lemas. Dia harus cepat-cepat menjangkau pintu keluar
jika masih ingin hidup.
Jung Soo POV
Akhirnya dengan usaha keras dan
langkah yang tertatih, aku berhasil menjangkau pintu keluar. Setelah itu, yang
kuingat adalah beberapa orang yang dengan sigap mendatangiku dan langsung
membawa Yeom Na yang sudah tak sadarkan diri ke ambulan. Selanjutnya, aku tak
ingat lagi. Semuanya menjadi gelap.
Dan sekarang, disinilah aku,
didepan sebuah pintu kamar rumah sakit, kamar dimana ada Yeom Na didalamnya.
Ya.. kami berdua dilarikan ke rumah sakit dan aku langsung mendapat perban
didadaku. Ternyata luka yang belum sembuh benar itu terkena hantaman benda
tumpul yang tidak kusadari hingga berdarah kembali. Entah kapan luka ini akan
sembuh.
Dengan sedikit ragu, aku membuka
pintu kamar didepanku dan saat itu juga semua mata langsung tertuju padaku.
Ya.. eomonim dan anggota keluarga Yeom Na yang lain sedang menjaga gadis itu
sekarang. Mereka tengah berbincang sambil duduk disofa yang terletak persis
didepan ranjang pasien. Sebagai bentuk rasa sopan santun, aku memberi salam
sambil membungkuk. Mereka semua membalasnya dengan anggukan perlahan. Aku tau
jelas perasaan itu, mungkin mereka sendiri juga bingung harus melakukan apa
terhadapku, aku telah membunuh abouji dan sekarang menyelamatkan nyawa Yeom Na.
āaku hanya mau melihat keadaan Yeom Naā
āDia belum sadar sejak tadiā ujar
eomonim. Aku bisa mendengar nada ragu dalam suaranya. Ini pertama kalinya kami
berbicara satu sama lain sejak kematian abouji dan tentu saja terasa sangat
canggung. ākalau begitu, aku permisi duluā ujarku, kembali membungkukkan badan.
Aku memutar langkahku kebelakang lalu membuka pintu ruangan, āJung Sooā
āne?ā aku menghentikan langkahku
dan langsung berbalik menghadap eomonim
āterima kasih telah menyelamatkan
putriku! Terima kasihā aku terdiam, bersyukur dalam hati. Bersyukur atas banyak
hal, bersyukur karena ternyata eomonim masih ingat namaku, masih sudi
memanggilku, masih mau berterima kasih padaku. Padahal jelas, wanita itu masih
sangat dendam terhadapku.
āsudah menjadi kewajibankuā
ujarku sambil tersenyum lalu beranjak meninggalkan ruangan itu.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
5 days laterā¦ā¦ā¦ā¦
Yeom Na POV
āEomma! Nanti malam aku sudah
bisa pulang kan?ā
āmemangnya kau sudah merasa lebih
baik?ā
āsangat baikā
Tok Tok Tok
Secara refleks, aku dan eomma
menoleh ke pintu yang terbuka dengan perlahan. Menampakkan seorang pria berusia
awal 30 tahunan, pria yang cukup kukenal.
āannyeong haseyoā sapa pria itu
ramah.
āah.. Yun Bi-ssi! Silahkan
dudukā ujarku sambil tersenyum tipis.
Namja itu mengangguk lalu duduk dikursi tepat disamping ranjang pasien yang
kutempati.
āBagaimana keadaanmu, Yeom Na?ā
āah.. sudah jauh lebih baikā
āsyukurlahā Yun Bi tersenyum
dengan wajah lega.
āngā¦.. ada yang ingin aku
bicarakan padamu!ā ucap pria itu kemudian
ābicara? Soal apa?ā
āsoal Jung Soo. Pria itu tak
salah.ā ucapannya itu sukses membuatku mendesah dan eomma yang langsung
beranjak dari kursinya.
āTunggu, aku akan menjelaskan
semua rincian kejadian malam itu. Dengarkan aku dulu! Aku saksinya, aku berada
didalam mobil polisi dan tidak ikut turun, jadi aku benar-benar melihat
semuanya dengan jelasā
Aku dan eomma saling melempar
pandang ragu hingga akhirnya bersedia mendengarkan cerita Yun Bi.
Author POV
Air mata ibu Yeom Na sudah
membanjiri wajahnya, ia menangis hingga terisak-isak kencang begitu mendengarkan
cerita Yun Bi, ia merasa sangat amat bersalah karena sempat membenci Jung Soo
setengah mati. Sedangkan Yeom Na hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan
kosong, benar-benar tak ada air mata. Namun tanpa air mata sekalipun, ia sudah
terlihat sangat hancur dan terpukul. Yang ada dipikirannya saat ini adalah, ia
benar-benar jahat, ia manusia egois. Bahkan sekalipun yeoja itu tak pernah
meminta Jung Soo untuk menjelaskan yang sebenarnya dan langsung saja mengatakan
bahwa ini semua adalah salah pria itu. Sekarang dadanya benar-benar seperti
mendapat hantaman dahsyat, besi-besi panas dan pedang tajam secara bersamaan.
Bisa membayangkan sesakit apa dia?
ābenarkah?ā tanya ibu Yeom Na
disela-sela tangisnya
āNe.. Saat itu Tae Woo-ssi
menembak Jung Soo, tepat didada sebelah kanannya, untung saja tak sampai
menembus organ-organ dalam. Jadi bisa dibilang, malam itu taruhannya adalah
nyawa. Jika peluru dari Tae Woo-ssi tidak meleset maka yaā¦ Jung Soo tak akan
selamatā
ājadi bukan Jung Soo oppa yang
menembak appa?ā
āJung Soo hanya menembak kakinya
namun disaat yang bersamaan Seung Bok menembak kepala Tae Woo-ssi. Kumohon,
jangan salahkan pihak kepolisian dalam masalah ini, kami hanya menjalankan
tugas. Lagipula saat itu, sikap Tae Woo-ssi benar-benar mengerikan, ia menembak
mati salah satu rekan kami sesama polisi. Ahā¦ satu hal lagi. Malam itu aku
melihat Jung Soo mengeluarkan semua pelurunya dan hanya menyisakan satu saja.
Dari awalpun dia sudah tak berniat menembak sama sekali, namun ia harus
melakukannya! ā
āappa pasti melakukan itu karena
tertekan dan ketakutanā gumam Yeom Na.
āitu benar. Dia pasti merasa
sangat terancam malam itu. Oh Aku lupa!. ada kabar baik! Tersangka utamanya
sudah tertangkapā
āsyukurlah! Dia harus diadili
seberat mungkinā seru ibu Yeom Na sambil mengepalkan tangannya geram. Pria itu
sudah menghancurkan keluarganya, benar-benar menghancurkannya.
ākeurae! Kalau begitu saya
permisi dulu. Saya harus kembali ke kantor polisiā ujar Yun Bi sambil berdiri
āngā¦ Yun Bi oppa!ā
āne?ā
āapa Jung Soo oppa baik-baik
saja?ā
ādia itu sulit sekali diberitahu.
Aku sudah menyuruhnya untuk istirahat saja tapi ia malah lebih memilih bekerja
di kantor. Ohā¦ em.. Yeom Na! Tak usah khawatirā pria itu tersenyum lalu
terkekeh pelan āselama ini ia beristirahat di rumahku. Walau kau selalu
berusaha menyembunyikan kekhawatiranmu terhadap Jung Soo, aku selalu bisa
melihatnya dengan jelasā
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.
15:16 KST
Police office
Jung Soo POV
āHabis darimana kau?ā semprotku begitu
Yun Bi memasuki ruangan. ārumah sakitā jawabnya enteng. Mataku langsung
memicing, ājangan bilang kauā¦ā
āNeā¦.. aku menceritakan kejadian
sebenarnya pada Yeom Na dan ibu mertuamuā selak pria itu tanpa ada rasa takut
sama sekali. āYAAKKK! Sudah kubilang jangan beritahu dulu! Aku bisa memberitahu
mereka sendiriā
āsampai kapan? Sampai kapan
mereka akan salah paham jika kau tak cepat-cepat memberitahu yang sebenarnya?
Heiā¦ Jung Soo~yaā¦.. lagipula aku juga sudah bosan menampungmu dirumahkuā
āne? Menampung? Memangnya siapa
yang menawarkanku untuk istirahat di rumahmu?ā
āheiā¦ tentu saja sebagai sahabat
yang baik aku kasihan padamu. Berdiri di luar berjam-jam seperti itu. kau harus
tau, yang kau gunakan untuk berdiri itu adalah kaki bukan besi, namja nekatā
aku hanya mendengus mendengar ucapannya, ākau mau kemana?ā tanyaku saat melihat
namja itu mengambil topi polisi dan memasukkan beberapa peluru kedalam senapannya.
āterjadi pencurian di bank! Aku
harus kesanaā
āaku tak diajak?ā
āhahaā¦. Ini masalah kecil. Polisi
professional sepertimu tak diperlukan. Lagipula urus saja luka didadamu itu,
belum sembuh saja sudah minta kasus! Kau harus mengalah pada polisi-polisi
lain! Ara?ā
āsialan kau!ā
āsudah ya! Aku pergiā
āChakkamanā
āDDO WAE? (apa lagi?)ā serunya
sambil mengacungkan senapannya padaku secara tiba-tiba membuatku nyaris
terjungkal karena kaget. Jinjja!
āHAHAHAAHA! Park Jung Soo paboā
āisshhhā¦.. jangan main-main
dengan benda itu!ā ujarku memperingatkan
āAlgesseumnidaā ucapnya kali ini
dengan tingkah sok sopan. Jinjja!
ācishā¦ sudahlah! Aku ingin
bertanya!ā
ākatakan saja!ā
āYeom Na kan sudah tau yang sebenarnya.
Lalu aku harus bersikap seperti apa didepannya?ā
āTckā¦. Bersikap biasa saja! Ahā¦
sudahlah! Kau benar-benar membuang-buang
waktuku!ā
āYun Bi~yaā¦ā¦. mana bisa begitu?
Mana bisa bersikap biasa saja?ā Yun Bi tak tampang perduli pada nasibku
kedepannya, pria itu malah langsung berjalan keluar ruangan dan menutup pintu
begitu saja. Aishā¦..
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦
20:54 KST
Author POV
Jung Soo meringis tak jelas
sambil menyandarkan tubuhnya di box telfon umum. Namja itu baru saja pulang dan
langsung memposisikan diri di sudut jalan, ditempat biasanya. Tempat paling
strategis untuk memperhatikan gadisnya, Yeom Na. Pria itu memperhatikan lampu
kamarnya dan Yeom Na, emā¦ mungkin untuk kali ini, bisa disebut kamar Yeom Na
saja, lampu dikamar itu sudah tak menyala lagi, gadis itu pasti sudah terlelap.
Jung Soo tak henti-hentinya menggelengkan kepala, menepis semua bayangan aneh
yang mulai berkelebat. Yang ada dipikirannya saat ini adalah, kenapa Yeom Na
tak merespon sama sekali? Maksudnya, gadis itu telah mengetahui semua
kebenarannya dan sekarang,ā¦. Bahkan tak ada perubahan sama sekali dari
sebelumnya. Ya.. pria itu tau! Ia masih tetap saja salah! Ia seharusnya bisa
mengendalikan situasi pada malam itu, dan mencegah mertuanya terbunuh. Tapi,
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦. Entahlah!
āheiā¦ ayo masuk!ā Jung Soo
mengalihkan tatapannya dari kamar Yeom Na ke wajah pria yang tiba-tiba saja
muncul disampingnya.
āah.. kau! Sudah pulang?ā
āPertanyaan bodoh! Tentu saja
sudah!ā Jung Soo mendecak, namja disampingnya ini sering sekali mengatakan kata
bodoh didepannya. Jinjja!
ābelum apa-apa sudah membuatku
kesalā gumam Jung Soo sambil melirik Yun Bi geram.
āhahahaā¦.. sudahlah! Aku masuk
dulu, kalau kau lelah langsung masuk saja kerumah. Ara?ā
āaniyaā¦ā¦.. untuk malam ini, aku
akan berdiri disini saja! Aku pernah bilang pada Yeom Na, kalau ia terbangun
dan mulai merasa kehilanganku, lari saja ke sudut jalan dan ia akan
menemukanku. Lalu jika nanti malam ia kesini dan aku tak ada bagaimana?ā Yun Bi
mengangguk ragu lalu menggerakkan kepalanya dengan malas pada rumah diseberang
jalan, āsemoga kau bisa masuk ke rumah itu secepatnyaā
Jung Soo tersenyum dan kembali
menatap jendela kamarnya yang tertutup rapat āpastiā ucapnya yakin.
ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.
Yeom Na menatap jendela kamarnya
dengan tatapan kosong. Bahkan gadis itu sama sekali tak berani mengintip
melalui jendela seperti yang biasa ia lakukan. Ia merasa sangat amat beruntung
karena saat ia kembali dari rumah sakit tadi sore, Jung Soo belum pulang.
Sedapatnya, Yeom Na berusaha untuk tidak menemui Jung Soo dulu. Ia bingung
harus bilang apa, ahā¦ aniyoā¦ ia bingung harus mulai dari mana. Minta maaf itu
sudah pasti, lalu ia harus bilang apa lagi?
Gadis itu memilin rambutnya sambil
terus berpikir. āottokhae?ā gumamnya. Yeom Na melirik jam dindingnya dan
langsung kaget melihat angka yang ditunjuk oleh jarum jam itu. ājam 2 pagi.
Baiklah, mungkin minta maafnya besok saja!ā ucap gadis itu lalu segera menaikan
selimutnya sampai menutupi wajah namun beberapa detik kemudian. āANDWAE!!!!!ā Yeom Na menjerit sambil menyibak selimutnya
kencang-kencang. Gadis itu berlari keluar kamar diiringi dengan jantungnya yang
berdetak gila-gilaan, membuat dadanya benar-benar sesak. Ia membuka kunci pintu
rumahnya dengan terburu-buru dan tangan yang bergetar, ia sudah tak tahan lagi
dan takkan mampu untuk menunggu hingga pagi. Kesalahannya terlalu banyak dan
harus diselesaikan saat ini juga.
Begitu gadis itu berhasil membuka
pintu rumahnya, ia langsung mengarahkan tatapan matanya pada seorang namja
diseberang jalan, pria itu masih disana. Sedang menunduk sambil memegangi
dadanya, ia menahan rasa sakit dan itu terlalu jelas untuk dipahami Yeom Na.
Tiba-tiba lutut gadis itu terasa
lemas dan matanyapun mulai memanas, seketika ia menangis. Ia sendiri kaget
bukan main begitu merasa ada air yang keluar dari matanya. Ia bisa menangis
lagi dan itu benar-benar membuat rasa sesak didadanya berkurang drastis.
Ternyata tangisan tak selamanya buruk.
Jung Soo POV
Apa malam ini gadis itu juga tak
bersedia untuk datang menemuiku? Aku yakin gadis itu masih sangat mencintaiku
dan tentu saja merasa kehilanganku, aku yakin 100% aniyoā¦. 100.000% kalau bisa.
Tapi kenapa dia tak kunjung datang? Kalau begini terus, aku tak bisa menjamin
pertahananku tak akan goyah. āa..aa..aaawwwā aku langsung menunduk sambil
memegangi dadaku yang tiba-tiba saja terasa ngilu. Sakit akibat luka tembak itu
benar-benar mengerikan. Bahkan sampai sekarang lukanya belum benar-benar kering.
āOPPAā Aku langsung mengangkat
kepala begitu mendengar suara panggilan dan DEG, tanpa berkata apa-apa lagi seorang
gadis langsung berlari dan memelukku. Yeom Na benar-benar datang malam ini.
āMianhae! Mianhae! Jinjja
mianhaeyo oppa!ā gadis itu terisak-isak sambil mengeratkan pelukannya. āaku tak
memintamu memaafkanku cepat-cepat! Aku tau kesalahanku terlalu banyak bahkan
terlalu besar! Aku benar-benar yeoja egoisā hatiku langsung mencelos begitu
mendengar ucapannya, ia berhasil membuatku tak bisa merangkai kata-kata sama
sekali dan sekarang malah membisu ditempat.
Author POV
āMianhae! Mianhae! Jinjja
mianhaeyo oppa!ā Yeom Na mengeratkan pelukannya sambil terisak-isak āaku tak
memintamu memaafkanku cepat-cepat! Aku tau kesalahanku terlalu banyak bahkan
terlalu besar! Aku benar-benar yeoja egoisā terpaku. Jung Soo benar-benar
terpaku ditempatnya. Rasanya otaknya langsung kosong mendengar ucapan gadis
itu.
āoppaā¦ā¦ā¦ kenapa diam saja? Kenapa kau tak
pernah menjelaskan yang sebenarnya padaku? Bahkan aku mengetahui kebenaran itu
dari mulut orang lain. Kenapa kau tak pernah mendebat ucapanku dan meralat
semuanya? Kau benar-benar membuatku tambah yakin bahwa kaulah yang sudah
membunuh appa. Kau pikir dengan diam bisa menyelesaikan masalah? Jujur saja,
kau malah memperburuknyaā ujar Yeom Na sambil melepaskan pelukannya, ia menatap
namja itu lekat-lekat, menuntut penjelasan.
āmaafkan aku. Aku pasti akan
menjelaskan semuanya tapi aku ingin menunggu agar kau bisa tenang dan
mengontrol emosimu dulu. Lagipula secara tidak langsung aku juga bersalah. Aku
tak bisa mencegah Seung Bok menembak aboujiā
āDan membiarkan kau mati?ā lanjut
Yeom Na dingin, ia benar-benar merasa kesal dengan ucapan pria yang
terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri itu. āaku sudah tau rincian
kejadiannya. Jadi jangan bicara apa-apa lagi. Malam itu pertaruhannya memang
nyawa kan? Kalau appa tidak meninggal, maka bisa dipastikan kaulah yang akan
kehilangan nyawa. Jadi berhentilah menyalahkan dirimu sendiriā lanjut gadis itu
dengan bola mata yang bergetar, kesal.
āKenapa tuhan harus menciptakan
manusia sepertimu? Kenapa kau tidak dijadikan malaikat saja?ā gumam Yeom Na
sambil melangkah mundur.
āKAU BUKAN MALAIKAT! BERHENTILAH MEMBUATKU
MERASA SEMAKIN HINA UNTUK DISANDINGKAN DENGANMUā Jerit yeoja itu lalu menangis
keras dan berlutut secara perlahan. Jung Soo langsung mendekati gadis itu dan
berjongkok didepannya, āterlalu hina untuk disandingkan denganku? Bahkan selama
ini aku yang merasa malu karena bisa disandingkan dengan bidadari sepertimu!ā
Ucap pria itu lembut sambil menyentuhkan jari-jarinya diwajah Yeom Na,
menghapus air matanya.
ājangan pernah menangis dihadapan
orang lain selain aku. Kau hanya boleh terlihat lemah dihadapanku saja. Ara?ā
Yeom Na menatap namja didepannya. Kenapa bisa Tuhan setidak adil ini? Kenapa ia
menciptakan manusia sesempurna seorang Park Jung Soo? Lalu apa kabarnya manusia
lain?
āgomaptaā
āne?ā Yeom Na langsung tersadar
dan menampakkan ekspresi bingung
āgomapta karena sudah bersedia
menjadi istriku. Gomapta karena sudah bersedia mencintaiku. Gomapta karena
sudah bersedia membuat hidupku bisa disebut hidupā
āhum?ā
āhidupku tak akan bisa disebut
hidup jika tidak ada kau didalamnya. Jadi jangan pernah menyuruhku menjauhimu
lagi, karena jelas aku takkan pernah melakukannya. Setidaknya sampai waktu
benar-benar harus merenggut salah satu diantara kita nantinya.ā
ājangan bicara seperti itu dulu.
Jangan membuatku ketakutan dulu sekarangā
āsudahlah! Ayo kita pulang!ā ujar
Jung Soo sambil menadahkan sebelah tangannya didepan wajah Yeom Na. Gadis itu
mendongak, menatap mata Jung Soo yang seolah ikut tersenyum.ānde? Pulang? Siapa
yang memperbolehkanmu pulang? Tidurlah sana dibox telfonā seru gadis itu, ia
meraih tangan Jung Soo lalu segera berdiri.
āYAAAAA!!!!! YEOM NA!!!!ā pekik
Jung Soo sambil ikut berdiri.
āHAHAHA!!! Ya Tuhan, aku hanya
bercanda! Kenapa kau harus berteriak-teriak?ā
āheiā¦ tadi siapa yang mulai
berteriak duluan?Dasar pikun!ā seru Jung Soo sambil berlari menjauh dari Yeom Na yang diyakini akan meledak mendengar
ucapannya.
ākyaaā¦.. apa kau bilang?ā benar
saja! Yeoja itu langsung berlari mengejar Jung Soo dan kejar-kejaran pun
dimulai malam itu.
āaawwwwā tiba-tiba saja Jung Soo berhenti lalu meringis
sambil memegangi dadanya. Yeom Na yang sebelumnya sedang berlari sambil
tertawa-tawa langsung berhenti dengan raut wajah cemas, āoppa, gwaenchana?ā
gadis itu segera menghampiri Jung Soo dan berdiri tepat didepannya.
Memperhatikan wajah pria yang tampak kesakitan itu lekat-lekat.
āKena kau!ā Jung Soo langsung
menarik lengan gadis itu dan memeluknya. ākau curang!ā
āmemang ada peraturannya?ā
ācishā¦. Sial! Harusnya kita
membuat peraturan dulu tadiā ucap Yeom Na sambil tertawa riang. Jung Soo ikut
tertawa selama beberapa saat sebelum akhirnya membalik tubuh Yeom Na dan
menatap mata indah milik gadis itu lekat-lekat. āPark Yeom Na! Minggu ini
adalah minggu terberat bagikuā
ābagiku jugaā selak gadis itu tak
mau kalah.
āne.. berat bagi kitaā ralat Jung
Soo sambil tersenyum
ākuharap takkan ada salah paham
sebesar ini lagiā
āaku berjanji tak akan egois lagi
tapi kau juga harus janji untuk tidak diam dan membuatku salah pahamā
ākeoreomā
āoppa! Tau tidak? Aku mencintaimu
hari ini, besok, lusa, sehari setelah lusa, dua hari seteā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.ā
āselamanya! Katakan saja
selamanya! Repot sekali! Sudahlah, matahari sebentar lagi terbit, lebih baik
kita masuk kedalam rumah sekarangā
ārumah? Memangnya kau punya
rumah? Bukannya biasanya kau berdiri diā¦ā¦ā¦ā¦..ā
āYeom Naā seru Jung Soo dengan
nada berbahaya
āAraā¦. Araā¦ā ucap Yeom Na sambil
terkekeh. Gadis itu lalu meraih tangan Jung Soo dan mengaitkan jemarinya
disana.
In the cold lonely night, just the sound of your name
comforts me and Yeom Na~ya, I love you more than I love life. You mean more to
me than you can understand.
END
Well, ini ff udah aku buat lebih dari setahun
yang lalu. Tadinya buat ulang tahun Leeteuk, ato ulang tahun temen aku yang
suka leeteuk *sumpah lupa! Buat siapa ya?* tapi karena ceritanya aneh +
endingnya bikin enek + ga tau kenapa waktu mau publish ini tiba-tiba aja ga
pede, akhirnya ga jadi aku publish. Ditahan. Ditahan. Ditahan. Sampe udah
setahunan. Trus kenapa tiba-tiba inisiatif publish? Udah pede? Ya.. ga juga
sih. Tapi berhubung ff aku emang jarang yang danta, jadi apa salahnya nambahin
satu ff g danta lagi? >^<
Ini belom aku baca ulang, belom aku
colek-colek, poster juga ga aku ganti (masih cinta2nya sama pizap hehe). Jadi
ini murni tulisan aku setahun yang lalu, kalian bisa bandingin sama yang
sekarang, bagusan mana? Kayanya yang ini sih, akhir2 ini bahasa aku lagi jelek
banget. Udah kaya baca artikel yang diterjemahanin google translate. Kaku. Aneh.
Ngebingungin. Tau deh. -__- harus banyak2 baca ff lagi. tapiā¦ā¦ tapiā¦ā¦ aku lagi
ga doyan ff!
Sekian. Buat yang udah ato berniat baca,
makasih^^
Comments
Post a Comment