Marry Me - Chapter 1 ( It's Crazy )
Cast : Jang Hyunra
Bang Min Soo ( CAP Teen Top)
Genre : romance,
married life
Rating : PG 13
Jika bertemu dengan pangeran, apa yang kau lakukan? Pasti aku akan menjawab dengan lantang, aku
akan menikahinya. Terserah dia mau menikah denganku atau tidak, kalau dia
menolak, aku akan tetap menyeretnya ke altar dan memaksanya mengucapkan janji
suci yang mengikat kami selamanya. Sederhana bukan?. Tapi sayangnya hidupku
bukan sebuah dongeng yang berawal dengan penderitaan, berlanjut dengan
lika-liku dan berakhir dengan akhir yang bahagia āhidup bahagia selamanya.
Hidupku hanya rangkaian kejadian yang rasanya sama saja setiap harinya.
Sama-sama datar.
Aku bersedia.
Yahā¦ikrar suci yang mengikat dua makhluk tuhan telah terucap
beberapa waktu yang lalu. bedanya dengan rencanaku, janji suci yang ini bukan
dilakukan antara aku dan seorang pangeran. Entahlahā¦siapa yang menikahiku ini.
okeā¦ini aneh. Aku tidak mengenal siapa yang menikahiku. Tapi ini memang nyata!
Aku menikah dengan orang asing.
Jadi begini, tadi tepatnya saat aku berada di stasiun ada
dua orang yang mengambil tasku dengan paksa dan singkatnya mereka mengambil tas
itu. Aku tak hanya diam, aku langsung berlari mengejar dua brengsek tak berhati
itu. saat aku berhasil mendekat pada kedua pencuri itu, baru ku sadari jika aku
sudah berlari begitu jauh hingga langkah ini membawaku dalam jurang yang
harusnya ku hindari.
Bukan hanya dua pencuri itu, tapi ada beberapa rekannya yang
lain. Mereka menatapku dengan seringaian puas. Persis seperti harimau yang
mendapat mangsanya. Baikā¦ini sudah tidak aman, tanpa dijelaskan aku sudah tahu
apa yang sedang ku hadapi. Aku berlari hingga ke sudut dimana jarang dilalui
oleh orang lain dan sialnya tempat yang sedang ku pijaki ini adalah daerah
kekuasaan manusia brengsek ini.
Dadaku rasanya engap begitu satu persatu dari mereka
melangkah mendekatiku. Seseorang diantara mereka, pria berbaju lusuh dengan
wajah sangat di bawah standar menggerakkan bibirnya seolah sedang ingin
menciumku dan di lain sisi sudah ada seorang pria berbadan besar yang berada
sangat dekat denganku. Dia berjalan mengelilingiku, orang ini persis seperti
lumba-lumba yang sedang melakukan ritual kematian untuk lumba-lumba lainnya.
ā Kau ingin tas ini? mudah saja, berikan tubuhmu dan kau
akan mendapatkan tas ini kembali.ā Ucap si jelek yang dari tadi tak berhenti
menerjangku dengan tatapan mesumnya.
Tubuhku gemetar, dalam hidup baru pertama kali aku
menghadapi hal seperti ini. rasanya takut sekali, sendi-sendi terasa begitu
ngilu. Sel saraf dan sel penghubung ke otak sudah tak bisa berkordinasi dengan
baik. Tidak ada rencana untuk menghentikan semua ini, terlebih saat ku sadari
mereka sudah berjejer mengelilingiku.
ā Manisā¦temani kami.. kalau kau patuh kami pasti akan
memperlakukanmu dengan baik.ā salah seorang pria dari kawanan itu berjalan
mendekatiku atau lebih tepatnya berjalan menghampiriku dan berdiri tepat di
hadapanku. Ia mengerlingkan matanya begitu menyentuh daguku.
ā Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!ā aku segera
menghempaskan tangannya. Ia terlihat begitu terkejut tapi anehnya ia justru
tertawa, begitupun dengan teman-temannya.
ā Rupanya kau menginginkan permainan yang lebih
menggairahkan!ā ia menarik ujung bibirnya, menunjukkan seringaian yang paling
ku benci.
Tangannya tak berhenti mengelus pipiku, kemudian tangannya
satu lagi menahan tanganku agar tak berontak. Jujur aku tak bisa melakukan
apapun. Di satu sisi aku ingin sekali melakukan sesuatu tapi aku begitu
ketakutan hingga tak bisa memerintahkan organ tubuhku dengan baik. Sekujur
tubuhku gemetar, rasanya ingin mati saja begitu wajah pria ini semakin dekat
dengan wajahku.
Sambil terus mengepalkan tangan dengan erat, kedua mataku
tertutup sama eratnya. Aku tak bisa menyaksikan semua ini dengan mata kepalaku
sendiri.
BUGGHH
Mataku terbuka cepat begitu terdengar suara pukulan, tubuhku
juga ikut terhuyung bahkan hampir saja jatuh begitu tangan pria brengsek itu
terhempas begitu saja. indera penglihatku langsung berkordinasi mencari tahu
apa yang sedang terjadi.
Seorang pria bau yang tadi hampir menciumku kini sudah
tersungkur sambil terus mendecak. Ia berusaha bangkit namun seseorang menendang
tubuhnya hingga ia kembali terjatuh. Mataku langsung menelusuri pemilik kaki
yang sekarang sedang terlibat baku hantam dengan preman-preman itu.
Gerakannya begitu gesit, ia juga begitu tanggap. Saat ada
yang meluncurkan pukulan, dengan lihai ia langsung menghindar persis seperti
adegan di film laga. Kakinya yang lincah melayang begitu mulus mengenai
wajah-wajah itu sampai akhirnya mereka tergeletak tak berdaya. Tanpa banyak
bicara, gerombolan preman itu langsung bangkit dengan susah payah dan berlari
dari tempat ini.
Cihhā¦.ternyata hanya segitu kemampuan mereka? baru seperti
itu saja sudah takut?
Batinku tersentak begitu mendapati pria sakti yang baru saja
menumpas para brengsek tadi, sudah berdiri di depanku. Ia melihatku dengan
sangat biasa, bisa dibilang datar. Tangannya bergerak menyodorkan sebuah benda
yang membuatku hampir diperkosa enam orang pria sekaligus.
Akupun berniat mengambil tas selempang hitam itu, tapi
begitu tanganku ingin meraihnya, orang itu menarik kembali tas itu. tak terima
dengan perlakuannya, aku menatap pria asing itu. tapi seperti sebelumnya ia
hanya menatapku dengan datar.
ā Menikah dengankuā¦ā
Gilaā¦mungkinā¦tidak..tidak! INI MEMANG GILA! Hanya untuk
mendapatkan sebuah tas, aku mengorbankan hidupku terikat dengan seorang pria
yang tak pernah ku kenal, ralat! Bahkan aku baru pertama kali bertemu dengan
pria ini.
Tapi ini semua tak akan menjadi sangat gila jika aku tak
mengangguk dan membiarkan mulutku mengucap janji setia di hadapan pendeta sore
tadi. Yahā¦sepulang dari stasiun aku dan laki-laki itu langsung menikah. Ingat
kami menikah!!! Aku anggap ajakannya di stasiun tadi adalah bagian dari acara
lamarannya, dan beberapa jam setelahnya dia sudah resmi menjadi suamiku
begitupun sebaliknya.
Tanpa disaksikan keluarga, cukup pendeta dan tuhan,
pernikahan ini terselenggara dengan amat sangat lancar. Aku tak pernah
membayangkan akan menikah dengan cara sesederhana ini. Tak ada prosesi
mendebarkan seperti mempelai wanita yang berjalan ke altar ditemani oleh sang
ayah, yang tadi kulakukan aku berjalan sendiri tanpa ada yang menggandengku.
Yah..anggap saja aku anak mandiri.
Mungkin dari semua prosesi ada satu hal yang membuatku
merasa kurang sempurna. Untuk semua prosesi abaikan saja, anggap itu tidak
begitu penting, tapi untuk yang satu ini rasanya tidak adil sekali jika aku
melewatkannya. Saat melihat acara pernikahan di televisi, aku sangat ingin
menjalani masa-masa dimana aku mengepas baju pengantin. Tapi apa daya?
Pernikahan yang baru saja ku jalani adalah salah satu pernikahan terunik yang
pernah ada. Harusnya ku catatkan saja dalam guinnes book.
Membicarakan tentang pernikahan ini, pasti banyak yang
berpikir aku gila, gadis murahan atau apalah itu. Tapi aku perlu tegaskan aku
bukan gadis seperti itu, aku memang gila tapi tidak dengan murahan. Seumur
hidup aku tak tahu siapa kedua orang tuaku, atau dimana keberadaan keluargaku.
Selama sembilan belas tahun aku hidup di lingkungan panti dan setelah merasa
cukup dewasa aku memutuskan untuk keluar dari tempat itu. Aku bertekad untuk
bertahan hidup dengan kemampuan sendiri. Membiayai sewa rumah, kuliah dan
kebutuhan sehari-hari mampu ku lakukan walau tak mudah.
Aku memang berhasil dengan kehidupan seperti itu, tapi sayangnya
hidup terasa begitu struktural untukku. Saat fajar menyingsing aku bangun dari
tidurku, kemudian langsung mengayuh sepeda dengan cepat. Tiap pagi aku mesti
mengantarkan susu ke rumah-rumah, setelahnya aku mengantar koran. Begitu semua
selesai aku pulang ke rumah, sarapan kemudian mandi dan bergegas ke kampus.
Setelah kegiatan kampus usai aku langsung bergegas ke cafƩ tempat ku bekerja
dan saat malam mulai menyapa aku kembali ke rumah dengan badan remuk dan wajah
lesu.
Dan kalau mau tahu kenapa aku menerima ajakan pria itu,
yahā¦.jawabannya adalah hidupku. Hidupku terlalu membosankan. Aku tak
membayangkan sesuatu yang buruk dengan pria itu, aku hanya mencoba hidup yang
lain. Ini memang tak masuk akal, teman-temanku juga sering bilang kalau jalan
pikiranku sangat tidak masuk akal. Tapi begitulah yang ada di pikiranku.
*****
At House
Yeouido district
Senja mulai berganti posisi dengan kelamnya langit malam.
Sore yang begitu indah berubah menjadi malam yang gelap. Setelah selesai
mengurus akta pernikahan, orang ini, maksudku pria ini membawaku ke sebuah rumah
yang bisa jadi rumahnya. Entahlahā¦saat di perjalanan tadi aku tak banyak bertanya
padanya. Percakapan hanya terjadi saat kami sedang meregistrasi segala data
untuk akta nikah. Dia menanyai namaku, kapan aku lahir danā¦siapa orang tuaku
hingga beberapa petugas kantor itu melihat kami dengan aneh. Mungkin mereka
baru pertama kali melihat seorang suami menanyai nama istrinya.
Oke jangan bicarakan kejadian di tempat itu lagi, aku akan
merasa sangat sedih mengingatnya. Ku perhatikan seluruh ruangan tempatnya
tinggal. Tidak buruk. Tidak berantakan. Yahā¦lumayan untuk pria yang hidup
sendiri seperti dirinya.
ā Duduklah Hyunra-ssi!ā aku mengalihkan pandanganku dan
mendapati dirinya telah kembali dari dapur. Ia membawa dua buah cangkir besar
dan menyodorkan yang satunya padaku.
Tanpa canggung ia duduk di sofa sederhana di depanku, akupun
ikut duduk begitu ia sudah duduk dengan nyaman. Kepulan asap dari minuman
hangat yang dibuatnya terus menerpa wajahnya yang tengah sibuk menempelkan
bibirnya dengan bibir gelas.
Sejauh ini penilaianku terhadapnya tidak buruk. Walau tidak
bisa dibilang baik juga. Heiiā¦hidup di era sekeras ini dilarang untuk menaruh kepercayaan
pada orang lain dengan mudah. Meski telihat baik, tapi aku harus tetap waspada.
Bisa saja kan sewaktu-waktu dia mempunyai rencana jahat padaku?.
ā Mungkin ini aneh, tapi mulai dari sekarang ini adalah
rumahmu.ā Gelas yang tadi menghalangi pandanganku, kini sudah tak menutupi
sebagian wajahnya.
Ia memasang wajah ramah, tapi tidak tersenyum.
Entahlahā¦mungkin orang ini tidak bisa tersenyum.
ā Itu kamarmu dan yang itu kamarku. Cukup rapih dan layak
untuk ditempati, dan besok pagi kemasi semua barang-barang yang ada di
rumahmuā¦.ā
ā Bawa ke sini?ā selakku. Ia hanya mengangguk pelan kemudian
kembali menyesap minumannya.
Oh iya bicara tentang minuman, dari tadi aku belum meminum
punyaku. Ku tegak cokelat panas yang lambat laun memberi sensasi tenang tanpa
ku sadari, untuk kesekian kalinya aku kembali menyesap minuman dengan rasa
tidak pahit atau tidak manis itu. Rasanya cukup pas mengingat ini buah karya
seorang pria.
*****
Lampu kamarā¦ boleh ku sebut ini kamarku? Baiklahā¦lagipula
pria itu sendiri yang bilang ini kamarku. Jadi akan ku ulang. Lampu kamarku
sudah padam begitu aku memutuskan untuk tidur, tapi begitu tubuhku berbaring,
rasanya semua kantuk hilang. Minat untuk tidur lenyap, yang tertinggal hanya
rasa penasaran yang semakin menjadi.
Banyak kejadian hebat yang terjadi padaku hari ini. seperti
aku yang hampir saja mengalami pelecehan seksual, kemudian seorang pria asing
mengajakku menikah kemudian menikahiku hari ini juga. Bukankah ini spektakuler?
Ckkā¦apa orang normal lain pernah berpikir jika kejadian seperti ini bisa
terjadi dalam kehidupan nyata? Apa mereka akan percaya jika aku mengatakan
semua hal yang tabu itu terjadi pada diriku? Ahā¦daripada mempercayai hal
seperti itu, mereka mungkin akan memandangku dengan aneh dan menatapku seperti
gadis yang kehilangan akal sehat.
Memang tidak penting sekali menanyakan pendapat orang lain,
yahā¦tapi tetap saja aku ingin tahu. Semakin banyak hal yang terjadi semakin
banyak pula hal yang perlu diketahui. Setidaknya untukku begitu. Dan dari semua
pertanyaan yang terbesit di otakku, ada pertanyaan yang tak bisa ku enyahkan
begitu saja.
Aku masih heran kenapa pria itu mengajakku menikah? Aku tahu
aku memang cantik, aku juga sangat paham jika tak ada satu pun pria yang tak
tertarik padaku. Tapiā¦ini janggal. Dia tidak kelihatan seperti tertarik padaku.
Diaā¦maksudku. Hahā¦aku tak tahu harus memuaskan benakku dengan jawaban konyol
apa lagi.
Tapi apapun itu, aku tak peduli. Karena dari kejadian aneh
ini tak ada faktor yang merugikanku. Semuanya seperti menawarkan kemudahan
untukku. Yahā¦contohnya ranjang. Jujur di rumahku yang kecil itu, aku tidur di
kasur gelaran. Tidak ada yang namanya ranjang empuk. Selain tidak ada ranjang,
rumah itu juga tidak punya kamar. Jadi dari mulai tempat tidur, dapur, tempat
menonton tv berada di tempat yang sama. Oh ayolahā¦rumah itu kecil sekali.
Okeā¦anggaplah ini hadiah dari tuhan. Anggap saja tuhan
menyelipkan kebahagiaan melewati orang itu. maksudku pria yang beberapa jam
lalu telah sah sebagai suamiku. Pria asing yang menyelematkanku dari terkaman
preman-preman mesum. Pria pendiam tanpa ekspresi yang bisa membuat minuman
cokelat cukup lezat. Bang Min Soo. Yah..nama pria itu adalah Bang Min Soo.
*****
Author POV
At 07.00 KST
Matanya terbuka begitu hasrat tidurnya dirasa telah cukup
terlampiaskan. Mungkin tidak begitu juga. Ia memang sudah terbiasa bangun pagi,
bahkan biasanya ia bangun lebih pagi dari ini. Raganya yang terasa kaku
direnggangkan begitu lihai, hingga akhirnya kedua kakinya menapaki lantai
dingin. Gadis itu mengerjap berulang kali, sambil terus menguap, tangannya
bergerak mendorong pintu di depannya.
Ia terus berjalan memangkas jarak yang memisahkan dirinya
dengan sumber air. Yahā¦tidur membuat dirinya cukup kehilangan cairan tubuh.
Tangannya bergerak meraih sebuah gelas dan mengisinya dengan air mineral dari
teko bening di atas meja makan.
Setelah selesai, ia meletakkan kembali gelas itu di atas
meja. Kini kakinya melangkah menghampiri sesuatu yang menempel di pintu kulkas.
Dengan sekali gerakan, sebuah kertas post it telah ia raih.
Ada uang di meja ruang tengah, pergunakanlah dengan baik.
Kalau kau lapar, ada beberapa bahan makanan di dalam
kulkas.
Dan..jika ingin keluar rumah, kunci kembali dan bawa saja
kuncinya bersamamu.
Bang Min Soo
Hyunra menghela nafasnya kemudian ia berjalan ke ruang
tengah, tepatnya menuju meja yang ada di ruang itu. Ia cukup tak percaya begitu
melihat beberapa lembar uang ada di atas meja persis seperti yang pria itu
katakan. Antara butuh dan gengsi, ia mengambil uang itu dengan bingung. Mungkin
bukan bingung untuk apa uang itu akan ia pergunakan, tapi ia bingung dengan
alasan pria itu memberinya uang.
Sekelebat pikiran aneh mendatanginya, tapi secepat mungkin
ia langsung menampik semua pikiran bodoh itu. Ia sempat berpikir jika pria
bernama Bang Min Soo itu tengah berusaha menawar harganya, tapiā¦ya tuhan.
Bahkan jika pria itu ingin melakukan hal tak senonoh padanya itu sah-sah saja
karena pria itu adalah suaminya. Tapiā¦.aisshā¦kenapa terlalu banyak tapi? Anggap
saja pria itu seorang dermawan yang kelebihan uang. Oke? Sederhana bukan?.
ā Oh ya..bukankah aku harus pergi ke kampus hari ini.ā ia
langsung melesat ke dalam ruangan yang baru berganti status menjadi kamarnya
sejak semalam. Gadis itu segera bergegas ke kamar mandi.
Rencananya setelah mandi, ia akan pergi ke rumahnya. Seperti
yang Bang Min soo katakan, ia harus mengemasi barang-barangnya dan memindahkannya
ke rumah ini. Tapi sebelum itu, ia harus menghadiri kelas jam sembilan nanti
maka dari itu ia harus segera sampai di rumahnya karena semua buku dan
peralatan yang ia butuhkan ada di sana.
****
At 15.17 KST
Seorang gadis muda dengan kisaran usia duapuluh satu tahun
tengah berjalan keluar dari kelasnya. Segala kegiatan di kampus untuk hari ini
telah usai, jadi gadis bernama lengkap Jang Hyunra itu memutuskan untuk segera
sampai di tempat kerjanya.
Ia tak banyak bicara walau yang mengajaknya bicara sangat
banyak. Contohnya seperti gadis mungil di sebelahnya. Gadis itu belum patah
arang untuk mendapatkan jawaban yang konkrit atas pertanyaannya.
ā Jadi..semalam kau tidur dimana? Ayolah..Hyunra! kenapa kau
pelit sekali!ā protes gadis bernama Min Gi untuk kesekian kalinya.
Tadi saat bertemu dengan Hyunra, ia langsung memberondongi
gadis itu dengan pertanyaan yang sama. Kemana kau semalam?. Hanya itu yang ia
tanyakan dari tadi, tapi sayangnya hingga sekarang ia belum mendapat jawaban
atau lebih tepatnya Hyunra memang tidak ingin menjawab.
Cukup lelah mendengar pertanyaan yang sama, gadis itu
menghentikan langkahnya. Ia memalingkan pandangannya ke arah gadis yang masih
memandangnya dengan penuh tanya. Baikā¦mungkin ceritakan saja. walau kemungkinan
menjadi tuli sangat besar. Yahā¦setelah mendengar semua ceritanya nanti, pasti
Min Gi akan berteriak tak percaya. Ia sudah hafal benar respon heboh milik
sahabatnya itu.
ā Kalau kau sangat ingin tahu, ikuti saja aku.ā simpulnya
kemudian berjalan lagi.
Hyunra terus berpacu dengan waktu, ia mesti sampai di tempat
kerjanya sesegera mungkin. Suara bising kendaraan di jalan menjadi saksi betapa
cepatnya langkah gadis yang terus menatap jauh ke depan. Tak peduli jika
temannya āMin Gi, berada jauh di belakang. Gadis mungil itu rupanya begitu
menderita karena harus berlari kecil untuk mengejar ketertinggalan.
****
Hyunra POV
Cukup menyebalkan juga rupanya pria itu. Tadi saat aku
hendak meminta izin untuk tidak bekerja, ia malah menjejaliku dengan pertanyaan
yang sebenarnya tak harus ku jawab. Yahā¦bosku di cafĆ© memang sedikit gila, bisa
dibilang ia adalah pria beristri yang tak bisa mengendalikan matanya. Bayangkan
saja, seseorang yang sudah berkeluarga harusnya bisa mengendalikan diri dengan
baik. Tapi pria buncit itu malah menebar pesona tuanya pada para karyawan
wanita.
Butuh kesabaran lebih untuk bertahan di tempat itu selama
dua tahun ini, mengingat bosku sangat centil. Kalau tidak ingat dia adalah
orang yang memberiku upah setiap bulannya, mungkin pria bernama Son Pil Sung
itu sudah tinggal batu nisan saja.
Aku keluar dari tempat itu dengan kesal. Walau sudah
mendapat izin, tetap saja ada rasa geram yang menyelimuti batinku. Tadi selama
di ruangannya, ia tak berhenti menatapku dengan tatapan menggoda. Dan yang
paling tidak bisa kulupakan adalah kata-kata yang ia ucapkan sebelum aku keluar
dari ruangannya.
ā Hati-hati
sayang..kalau butuh bantuan hubungi saja aku.ā
ā Sekarang aku sudah mengikutimu, jadi cepat beritahu aku!ā
Pandanganku beralih ke arah suara nyaring di belakang.
Seorang gadis tak begitu tinggi tengah menekuk ekspresi wajahnya. Tangannya
disedekapkan ke depan dada, menunjukkan betapa bosannya makhluk itu
menungguiku.
ā Kalau kau memang mau tahu yang sebenarnya, kau masih harus
mengikutiku.ā Tandasku. Ia langsung membulatkan matanya, kemudian menggumam
kesal.
Terserah saja sihā¦jika ia tak ingin juga tak masalah. Aku
pun tidak akan rugi. Lagipula aku tidak memaksanya untuk mengikutiku, tapi
hanya memberi pilihan itu saja. jadi kalau ia tidak mau, ya sudah. Urungkan
saja niatnya untuk mendapatkan jawaban yang bisa memuaskan rasa penasarannya
itu.
*****
Author POV
At Hyunraās House
Dua orang gadis masih saling beradu pandangan setelah
sebelumnya membicarakan rahasia besar yang belum banyak diketahui orang lain.
seorang gadis yang bertubuh lebih kecil, tak bisa menahan keterkejutannya walau
sebelumnya temannya sudah memperingatkan dirinya untuk tak memperlihatkan
reaksi berlebihan.
ā Aigoo aku tak bisa! Ckkā¦ini sungguh tidak masuk akal,
Hyunra-aaā gadis itu tak bisa terus diam dan menahan berbagai opini yang
menumpuk dalam pikirannya.
Ia menumpahkan semua yang ingin ia katakan. Sementara orang
dihadapannya tengah menarik nafas dalam-dalam. Gadis itu bukannya tak ingin
mendengar ocehan temannya, tapi ia sudah lelah mendengar kata gila yang dari
tadi terus dikicaukan temannya itu.
ā Keurae..lupakan fakta kau menikah dengan orang asing.
Tapiā¦ada yang ingin ku tanyakan padamu, apa pria itu tampan?ā gadis itu
mendekatkan wajahnya pada wajah orang di depannya. Mata detektif-nya menerjang
mental orang itu, seolah ia tak bisa menahan rasa ingin tahunya.
Gadis itu āHyunra, menghela nafasnya panjang. Berhadapan
dengan orang yang ingin tahu banyak hal sungguh merepotkan!. ā Yahā¦lumayan.ā
Jawabnya tak begitu bersemangat.
Mendengar jawaban temannya, Min Gi buru-buru menajamkan
tatapannya lagi. Ia menerjang gadis di depannya dengan pandangan mata yang menggoda.
ā Benarkah? Aku jadi penasaran dengan rupanya.ā
Selagi Min Gi mengoceh tidak jelas, Hyunra kembali
melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Ia memasukkan barang-barangnya ke dalam
kardus. Sejauh ini sudah ada tiga kardus yang terisi penuh.
ā Kau tak berniat mengenalkannya padaku? Aku ini kan
temanmu, masa kau tidak mau mengenalkannya padaku!ā Hyunra menutup kardus
terakhir, kemudian menjejerkannya dengan dua kardus lainnya yang sudah siap
diangkut.
Tubuhnya berbalik menghadap Min Gi yang masih setia
mengintilinya, gadis itu tampaknya belum sepenuhnya puas. Lihat saja, ia masih
mengikutinya ke sana kemari. Bukankah ia sudah menceritakan semuanya?
Tapiā¦sepertinya tak masalah juga kalau gadis ini masih penasaran, ia bisa
memanfaatkannya.
ā Kau ingin melihatnya?ā
Min Gi mengangguk dengan sangat antusias, senyum miringpun
langsung tercipta menghiasi wajah Hyunra.
ā Baiklah..kalau begitu bantu aku memindahkan semua barang
ini ke rumahnya. Di sana kau bisa puas memperhatikan wajahnya.ā
Entah bodoh atau memang terlalu penasaran, Min Gi kembali
mengangguki sarat yang diberikan Hyunra. Tanpa banyak komentar, ia langsung
mengangkat sebuah kardus yang berukuran paling besar. Sementara Hyunra membawa
dua kardus dengan ukuran lebih kecil.
****
Hyunra POV
At House, Yeouido
district
Tepat seperti dugaanku, pria itu belum kembali. Saat aku
masuk ke dalam rumah ini, penampakannya masih sama seperti saat aku
meninggalkannya tadi pagi. Aku sebenarnya tidak masalah pria itu sudah pulang
atau belum, toh itu bukan urusanku. Tapi yang mengganggu pikiranku adalah
reaksi Min Gin nanti.
Dari tadi saat aku sedang memasukkan barang-barang ke dalam
kamar, ia terus menoleh ke arah pintu depan. Berharap pintu itu terbuka dan
menampakkan sosok yang sangat ingin ia temui. Ckkā¦merepotkan sekali gadis ini!.
Ia masih mondar mandir sambil mendecak bosan. Terserah apa
yang ingin ia lakukan, yang penting ia tak mengganggu pekerjaanku itu sudah
sangat bagus. Semua boneka yang ku punya ku bawa semua, yahā¦karena nyatanya aku
cuma punya dua boneka.
ā Hyunra kapan suami-mu itu pulang?ā aku meliriknya sekilas
kemudian kembali memasukkan baju-bajuku ke dalam lemari. Sepertinya gadis itu
sudah sangat bosan, ia sudah tak terlihat bolak-balik lagi. Sekarang ia mendudukkan
dirinya di pinggir ranjang sambil mengayunkan kakinya pelan.
CEKLEK
Suara decitan pintu terdengar membuat kami berdua langsung
menatap satu sama lain. tadi aku memang sengaja tak mengunci pintu depan,
karena ia belum pulang.
Min Gi beranjak dari duduknya, dengan antusias ia menatapku.
Baiklahā¦aku mengerti apa yang dia maksud. Terpaksa aku berjalan ke arah pintu,
membiarkan diri ini bertemu dengan sosok yang baru saja masuk ke dalam rumah.
Ku dorong perlahan pintu kamarku, tak lama kemudian sosoknya
yang sedang berjalan menuju ruang makan tertangkap oleh mataku. Merasakan
kehadiranku, ia menghentikan langkahnya dan berbalik menghadapku.
ā Sudah makan?ā ia tak banyak bertanya lagi begitu aku
menggelengkan kepala. Seperti mendapat perintah tersirat aku langsung mendekati
dirinya yang tengah menaruh bungkus platik ke atas meja makan.
Ia sudah duduk di salah satu kursi yang ada, dengan lincah
tangannya mengeluarkan dua kotak yang mungkin berisi makanan dan memang benar
isinya makanan.
Aku berusaha senyaman mungkin, aku tidak mau mengganggu
nafsu makannya dengan bertingkah canggung. Tanpa disuruh akupun duduk dan
mengambil jatah makananku. Rupanya ia membelikan menu yang sama untukku.
Sekotak bento.
Saat aku ingin menyuapkan makanan ke dalam mulut, namun
tanganku berhenti bergerak begitu mendapati ekspresi terkejut dari pria itu. Pandangannya
tertuju lurus pada sesuatu di belakangku. Tunggu! Di belakangku? Jangan bilang
itu Min Gi!.
Benar saja, begitu aku membalikkan tubuhku, seorang gadis
yang sama membekunya dengan pria itu sedang berdiri tak jauh dari tempatku.
Gadis itu seperti orang kehilangan akalnya, seolah sudah tak bisa menggunakan
otaknya dengan baik. Bahkan menggunakan nalarnya untuk memperbaiki ekspresi
terkejutnya saja tidak bisa.
Aku mendesah pelan kemudian menghadap pria itu dengan ragu.
Oh ayolah..rasanya malu sekali. Aku juga tak tahu mesti menjelaskannya
bagaimana.
ā Diaā¦dia itu temanku. Tadi dia yang membantuku membawa
semua barang-barang ke sini.ā Terangku masih belum sanggup menatap pria itu
sepenuhnya.
ā Oh begitu. Ahā¦nona apa kau sudah makan?ā aku mengangkat
kepalaku, memastikan apa yang kudengar tidaklah salah. Pria itu tidak marah,
justru malah menanyakan gadis itu.
ā Tenang saja, aku sudah makan.ā Balas Min Gi dengan kaku.
ā Benarkah? Baiklahā¦bagaimana kalau minum cokelat panas
dulu?ā ia tersenyum kemudian beranjak dari kursinya. Pria itu berjalan ke arah
dapur untuk membuatkan segelas cokelat.
Huftā¦ternyata tak seburuk apa yang kupikirkan. Tubuhku
mengejang begitu ada yang menepuk bahuku pelan. Tapi untungnya hanya Min Gi
yang baru saja duduk di kursi samping. Wajahnya begitu tenang berbeda sekali
dengan beberapa menit lalu saat ia belum bertemu dengan pria itu.
Aku menatapnya heran, tanpa meminta izin dariku ia menyuapkan
makananku ke dalam mulutnya. Ia mengunyah makanan itu dengan sangat lahap.
Sepertinya ia lapar, cishh..tadi katanya sudah makan. Yaā¦tapi aku mengerti.
Berbohong disaat mendesak sangat diperlukan, apalagi di saat seperti tadi.
ā Dia tampan..dan baik.ā aku hanya mendehem pelan untuk
menanggapi ucapannya yang terdengar seperti bisikan. Aku tahu pasti dia mau
membahas bagaimana penilaiannya tentang pria itu, tapi bisakah tidak disini?
Tidak di tempat dimana pria itu berada?.
ā Hyunra-aa buka mulutmu!ā aku menurut saja. membuka mulut
saat ia mengarahkan satu sendok penuh nasi, setelah aku mengunyah makananku,
kini ia berganti memasukkan ke dalam mulutnya. Dan intinya kami makan satu
kotak bersama.
Aku menegakkan posisi tubuhku begitu pria itu kembali.
Seperti yang sudah ku duga, ia membawa tiga gelas yang bisa ku tebak berisi
cokelat panas. Minuman yang kemarin malam ia berikan untukku. Entahlah..mungkin
itu memang minuman kesukaannya.
Tak ada perubahan berarti yang ia tunjukkan, ekspresi
wajahnya tidak jauh berbeda seperti sebelum-belumnya. Sangat tenang. Tapi malah
membuatku merasa tidak nyaman, itupun nampaknya terjadi pada Min Gi.
ā Minumlah hanya itu yang bisa ku berikan.ā Pria itu
menyodorkan sebuah gelas yang langsung ditanggapi Min Gi dengan cepat. Iapun
meletakkan gelas lainnya ke sisiku.
ā Gamsahamnida Min Soo-ssi.ā Ucap Min Gi.
ā Tidak usah sungkan.ā
ā Park Min Gi, kau bisa memanggilku Min Gi.ā Nafasku
tercekat begitu melihat Min Gi mengulurkan tangannya pada pria itu, aku
meliriknya, meminta gadis itu untuk segera memperbaiki sikapnya. Tapi bukannya
menurut padaku, ia malah menyengir tidak jelas.
ā Bang Min Soo, senang berkenalan denganmu.ā Balas pria itu
sambil menjabat tangan Min Gi. Ahā¦sepertinya akan ada yang meledak sebentar
lagi. Lihat saja bagaimana tingkah aneh gadis gila di sampingku. Setelah
berhasil membuat pria itu menjabat tangannya, ia tak berhenti mengulum bibirnya
yang ingin tersenyum senang.
ā Park Min Gi, Bang Min Sooā¦sepertinya kita berjodoh nama
tengah kita sama-sama Min!ā
Pria itu mengangkat kepalanya, merespon gurauan gadis gila
ini dengan tersenyum simpul. Tunggu! Pria itu bisa tersenyum? Sungguhā¦aku baru
pertama kali melihat pria itu tersenyum, yahā¦wajar saja aku baru tinggal satu
hari bersamanya. Tapiā¦Min Gi? Bukankah gadis itu baru bertemu dengan Min Soo
beberapa menit yang lalu?.
ā Ckckā¦harusnya aku yang menikah denganmu bukan gadis hutan
ini.ā ucapnya sambil menyuapkan kembali makanan ke dalam mulutnya.
Aigooā¦berani sekali gadis ini! sudah memakan makananku, ia
masih bisa menghinaku? Aku mendesah berat, harusnya aku tidak pernah membawa
gadis ini kemari.
Aku menyesap cokelat hangat milikku, dari tadi aku mencoba
terlihat seperti orang yang memiliki kesibukan walau ujung-ujungnya aktivitas
yang kulakukan hanya sekedar menarik nafas. Entah bagaimana caranya, gadis
pendek di sebelahku ini bisa terlibat perbincangan yang cukup akrab dengan Min
Soo.
Ia kembali membulatkan matanya, begitu antusias saat
menceritakan dirinya dan pastinya akan berakhir dengan menjelek-jelekkan
diriku. Mataku berpaling pada sosok Min Soo yang terlihat begitu tertarik
mendengar kicauan gadis jelek di sampingku. Sesekali ia terkekeh membuat kedua
matanya terlihat seperti goresan garis tipis.
ā ā¦ā¦iya..itulah kenapa aku menyebutnya gadis hutan,
bayangkan saat suasana kelas sedang serius tiba-tiba ada bunyi yang tak
mengenakkan terdengar darinya. Ia buang gas! Oh tuhan! Kalau aku tidak berhati
malaikat mungkin sudah dari dulu aku tinggalkan dia!ā racau Min Gi sambil terus
menunjuk ke arahku. Ia terlihat begitu bersemangat terlebih mendapat respon
baik dari pria yang ia bilang tampan itu.
Kupikir pria yang menikahiku kemarin, tidak bisa tertawa
tapi nyatanya ia bisa. Walau tawanya tidak begitu histeris, bisa dibilang ia
tertawa seperti tersenyum dan saat tersenyum ia terlihat seperti mengulum
bibirnya. Aneh sekali pria ini.
ā Ahh..rupanya sudah cukup larut, aku mesti pulang kalau
tidak ibuku akan memukuliku.ā Bagus. Akhirnya gadis ini pergi juga.
Aku beranjak, menemani gadis itu hingga di penghujung pintu.
Ia masih terlihat sama seperti beberapa menit yang lalu, masih belum bisa
mengendalikan rasa senangnya. Cihā¦sesenang itukah dia bertemu dengan pria di
sebelahku?.
ā Walau aku masih tidak rela membiarkan pria tampan
sepertimu menikah dengan gadis hutan ini, tapi aku berdoa yang terbaik untuk
kalian.ā
ā Ne..Gomawo.ā balas Min Soo yang masih memasang wajah ramah
dan aku? aku hanya memasang ekspresi jengah. Yah..aku sudah malas sekali
melihat gadis pendek tengil ini.
ā Tapi kau harus janji di kehidupan kita yang lain, kau
harus menikahiku!ā
ā Yaā¦itu pun kalau perempuan di dunia ini tinggal kau
satu-satunya!ā umbarku tak peduli decakannya yang menyuruhku diam.
TBC
Wellā¦ā¦akhirnya aku balik lagi!!!!!! Ckckckā¦.setelah ngeluarin banyak
teaser tanpa lanjutan, sekarang aku malah publish ff chapter yg kemungkinan
besar bakal krik bgt. Tapi sebelum ngomong banyak tentang ff ini, aku mau
ngucapin HAPPY BIRTHDAY TO BANG MINSOO!!! SEMOGA MAKIN KECE, MAKIN LAKI, MAKIN BANYAK
SENYUM, MAKIN GIAT BEKERJA DAN MENABUNG!!! JANGAN TIDUR MULU!!!
OHOOā¦sebenernya ff ini gituā¦ agak aneh dan yahā¦gimana yahā¦
Aku juga males publishnya, ini tuh aneh banget.. tapi aku suka. Gak tau
deh, tapi aku suka. Yahā¦jadi walaupun seisi semesta ini gak ada yang mau baca,
aku bakal tetep nulis ff ini. terus gimana buat nasib ff yg lain? sumpah utang
ff-ku banyak bgt!! Ayo kita urutin dari yg paling baru, ada DREAM HIGH kemudian
di posisi empat ada SNAP ON THE PLAN, di posisi tiga ada PAINFULLY SMILE, kedua
ada PASSION AMBITION, dan yang pertama ada LOVE NEED EFFORTā¦. Waw daebak bgt
yah!!!!
Bayangin itu nyelesaiinnya gimana? Coba bayangkan? Aku aja gak
kebayang!! Itu banyak bgt!!! Mungkin untuk painfully smile atau snap on the
plan aku nyantai aja, tapi gimana sama tiga judul lainnya??. Dream high sama
Passion ambition tuh masih bingung mau dibikin kayak apa, sementara LNE tuh udh
gak tau harus diapain, lebih tepatnya udh nyerah..
Huftā¦tapi sekali lagi, aku ini anak paling labil dari anak terlabil
yang ada di muka bumi*lebay*, bisa aja khilaf terus bikin teaser tanpa
kelanjutan lainnya. Gak tau dehā¦selagi
aku publish, udah nikmatin ajaā¦aku gak tau kapan nerusin ff-ff di atas. Tapi sebisa
mungkin aku lanjutin, itu pun kalo BISA.
Dan untuk ff ini, aku juga gak tau gimana. Cuma selagi aku punya ide
pasti aku tulis kok, tenang aja. Baiklah..teman-teman sekalian kayaknya udah
cukup ngocehnya, CAP sampe ngantuk nungguin aku ngetik *usap-usap pala sehun*. Ckkckā¦ya
udah deh dari pada makin alay, mendingan aku tutup aja yah..tapi sekali lagi
HAPPY BIRTHDAY TO MY SECRET ADMIRER, BANG MINSOO!!! HAPPY MrBangDay!!!
Cheers^^
GSB & TEEN TOP
Comments
Post a Comment