Step For You #2 (he's different)


Hyo Sun memutar kursi rodanya mendekat ke pinggir kolam. Udara sore musim gugur selalu menjadi yang terdingin, tapi hawa dingin itulah yang justru membuat Hyo Sun sangat tertarik. Gadis itu menghirup napas dalam-dalam. Mungkin ini hanya perasaannya saja, tapi ia benar-benar merasa udara sore ini terasa lebih segar dari biasanya. Sebuah pertanda baik.


“Hyo Sun~aa!!! Ayo masuk! Sudah hampir gelap, sayang” teriak seseorang jauh di belakang.
“Ne eomma” balas gadis itu tanpa menoleh. Walaupun mengatakan ‘iya’, nyatanya gadis itu malah melamun menatap kolam.


“Kau tak dengar eomonim bilang apa?”
“aku dengar Jong Hyun~aa, seben….JONG HYUN?!!” Hyo Sun menolehkan kepalanya secepat kilat. Dan yang ia lihat sekarang adalah seorang pria. Berdiri. Di belakangnya. Ya.. Choi Jong Hyun berdiri di belakangnya entah sejak kapan. Astaga! Apa ini delusi? Fatamorgana? Halusinasi? Atau apa?


“sebenarnya apa yang kau pikirkan? Kau bahkan tak melihat bayanganku di kolam!” Changjo melangkahkan kakinya hingga sejajar dengan Hyo Sun.  Gadis itu masih bergeming, masih terlalu terkejut dengan kehadiran makhluk di sampingnya.


“Ya! Alien! Kau bilang kau tak bisa pulang!” Seru Hyo Sun begitu kesadarannya kembali.
“Ini kejutan” ujar Changjo sambil merentangkan kedua tangan.
“Maksudmu kau bawa kejutan untukku?”
“Noona…. Masa tidak mengerti sih? Aku kejutannya!” Jawab Changjo dengan nada putus asa. Ayolah! Aku kejutannya! Bukankah tadi kau terkejut? Dasar!


“hei… kau tidak kedinginan? Ayo masuk!” Hyo Sun mengangguk sambil mencoba memundurkan kursi rodanya sendiri. Namun, dengan cekatan Changjo memposisikan diri di belakang Hyo Sun dan menarik kursi roda itu.


“Ya! Noona! Aku disini. Kau bisa mengandalkanku” ujar Changjo sambil mengedipkan sebelah matanya. Membuat Hyo Sun tertawa.


“Memainkan mata seperti itu. Sepertinya kau banyak belajar dari Chunji oppa”
“Dia yang belajar dariku”



**********



Setelah membawa Hyo Sun masuk, Changjo mendapat sambutan yang sangat hangat dari kedua orang tua gadis itu. Mereka tak henti menanyakan kabar dan memuji-muji ketampanannya. Selain itu, makan malam di rumah Hyo Sun kali ini juga menjadi dua kali lebih besar dari biasanya. Semua makanan di dalam kulkas dikeluarkan demi memuaskan tamu istimewa mereka yang datang dari Seoul.


 “Aigoo….. harusnya sering-sering saja aku kesini” Ujar Changjo sambil menutup pintu kamar Hyo Sun. Gadis yang tengah memutar kursi rodanya ke arah ranjang itu tersenyum. “benar! Eomma tak pernah mengeluarkan makanan sebanyak itu sebelumnya” Changjo tertawa pelan.


“hei… bagaimana kabar yang lain?” tanya Hyo Sun tiba-tiba. Changjo mendekati gadis itu dan membantunya duduk di ranjang.


“baik kok” jawaban standar. Oh.. bukan itu yang ingin Hyo Sun dengar.
“ayolah…… ceritakan sesuatu!”
“cerita apa?”
“ceritakan tentang semua member. Sesuatu yang rahasia dan hanya diketahui kalian berenam”
“apa ya? Sepertinya tidak ada”
“ah~ Jong Hyun! pasti ada! Misalnya hubungan spesial dengan seseorang”
“hubungan spesial? Menurutmu bagaimana? Apa kami terlihat sedang berkencan?” Hyo Sun mengusap dagunya sembari berpikir. “Ya. Selain Chunji oppa, kurasa C.A.P oppa, Niel, dan Ricky juga berkencan”


“Salah!”
“Apanya yang salah? Jadi siapa yang sedang berkencan dan siapa yang tidak?”
“L.Joe hyung berpacaran dengan manager kami”
“MANAGER AHN?”
“’Bodoh! Tentu saja tidak. Kami punya dua manager sekarang, dan manager baru kami adalah seorang perempuan”


“dengan manager? Hubungan seperti itu pasti sangat beresiko, ya?”
“apanya yang beresiko? Mereka selalu bersama-sama dan itu membuat kami semua muak”
“ah~ kalian hanya iri!” Hyo Sun melirik Changjo sambil tertawa.
“untuk apa iri? Manager galak itu bukan tipeku”
“terserah! Untuk apa membahas ini? Ayo lanjutkan” Hyo Sun bicara dengan ekspresi tak sabar. Changjo membuang napas, lalu memberikan tatapan serius “Minsoo hyung sedang terlibat skandal dengan seorang member girl group”


“benarkah? Aku tak pernah mendengar beritanya”
“keoreom. Sebenarnya mereka terpergok oleh fans saat sedang keluar dari restoran. Tapi Minsoo hyung berhasil membuat fans itu diam dan tak menyebarkan fotonya. Entah dengan cara apa. Kau tahu kan dia sangat kreatif?”


“girl group mana? Siapa orangnya?”
“kau benar-benar mau tahu?” Changjo mendekatkan wajahnya. Membuat Hyo Sun semakin terdesak dengan rasa penasaran.


“wanita itu adalah………..” Hyo Sun mengangguk-angguk tak sabar, dan… “RAHASIA” Namja itu berteriak tepat di telinga Hyo Sun, membuatnya berjengit. Hyo Sun langsung mengusap telinganya dan mengomel pada Changjo yang tak bisa berhenti tertawa. Suara tawa Changjo kini memenuhi seisi kamar.


“Kau benar-benar keterlaluan!”  pekik gadis itu sambil tetap mengusap telinganya.
“ayolah…….. aku tak mungkin memberitahukannya! Ini rahasia perusahaan”
“tapi tak perlu berteriak di telingaku kan?”
“oke maaf” permohonan maaf dari Changjo malah membuat Hyo Sun semakin kesal. Bagaimana mungkin ada orang yang minta maaf tapi tidak terlihat menyesal? Nada bicaranya barusan sama seperti seseorang yang sedang bilang hai. Oh.. terserah! Dialah Choi Jong Hyun. Satu-satunya di dunia. Syukurlah.


“masih mau dengar tentang member lain?” Changjo bersuara sambil menaikkan sebelah alisnya, membuat ekspresi ‘kau akan menyesal jika tidak mendengarnya’. Melihat ekspresi itu, Hyo Sun yang masih sangat kesal akhirnya mengangguk.


“Niel hyung dan Ricky tidak sedang kencan dengan siapapun dan hubungan Chunji hyung dengan Yoo Hyun noona baik-baik saja. TAMAT”


Gadis di depannya masih belum bergerak, lalu... “sudah?” Changjo mengangguk enteng. Hyo Sun yang semakin kesal hanya bisa memaki dalam hati. NAMJA-INI-SUNGGUH-MENYEBALKAN. Hyo Sun mengangguk pelan. Mungkin ini salahnya. Mungkin dia terlalu bersemangat hingga menyalah artikan ekspresi Changjo yang berlebihan. Atau mungkin……….. PRIA ITU SAJA YANG SIAL!


“Chunji dan Yoo Hyun baik-baik saja ya.. Beritanya sangat heboh tahun lalu. Apa sekarang mereka……”
“kau tak dengar barusan kubilang TAMAT? Itu artinya ceritaku sudah selesai. Sekarang giliran kau yang bercerita?”


“aku? cerita apa?”
“Apa Yoomi noona menjagamu dengan baik? dia mengajarimu berjalan kan?” tanya Changjo tajam. Yoomi adalah kakak perempuan pria itu dan selama ia tak ada di rumah, Changjo selalu meminta Yoomi untuk menggantikannya mengajari Hyo Sun berjalan.


“Ne.. Yoomi eonni mengajariku kok”
“setiap hari?”
“Kau gila? Dia punya kehidupan sendiri! Kuliahnya juga semakin sibuk”
“jadi tidak setiap hari” Changjo mengambil kesimpulan dari ucapan Hyo Sun.
“Jong Hyun~aa…. Aku tak membutuhkan pelajaran konyol itu! Kenapa sih sulit sekali menerima kenyataan kalau sahabatmu lumpuh?”


“Baik. Kita atur ulang jadwal latihanmu. Setiap jam 7 pagi dan 4 sore selama sepuluh hari ke depan. Oke? oke” Changjo sepertinya memang sama sekali tidak peduli dengan ucapan Hyo Sun. Setelah berpikir dan menimbang-nimbang sendiri, namja itu langsung mengeluarkan idenya, bahkan ia menjawab pertanyaannya sendiri. Benar-benar menyusahkan. Hyo Sun hanya membuang napas dengan pasrah, sudah kelewat lelah untuk mendebat. What Jong Hyun said is a must, isn’t it?



**********



Sesuai dengan jadwal yang telah ia tetapkan, tepat pukul 7 pagi, Changjo sudah siap dengan celana training, kaos tanpa lengan dan jaketnya. Namja itu berdiri di halaman rumah Hyo Sun sambil memegang pengeras suara.


“Ya! Min Hyo Sun! Cepat bangun! Ingat, Kita harus latihan!” Kelopak mata Hyo Sun bergerak perlahan. Keningnya mengerut, terganggu dengan suara asing yang masuk ke telinganya.


“Min Hyo Sun! Aku beri sepuluh menit untuk bersiap-siap. Jika terlambat, hukumannya akan sangat berat” Hyo Sun yang baru saja berhasil mengumpulkan kesadaran langsung meringis dan memegangi kepalanya. Matanya masih terlalu berat untuk diajak mengerjap. Tolong…… beri gadis malang ini waktu tidur beberapa menit lagi.


“Tidak ada tambahan waktu tidur! HEH ZOMBI! Mandi sekarang!” Mata Hyo Sun yang baru kembali terpejam langsung membuka lagi. “ah~~ aku tak kuat lagi” ringisnya. Min Hyo Sun-Ssi! Latihannya bahkan belum dimulai.



**********



Zombie? Kenapa Changjo memanggilnya begitu? Sederhana saja…. sejak kecil Hyo Sun menyukai apapun yang berhubungan dengan zombie. Mulai dari boneka figure, novel, film, sampai aksesoris kecil lain seperti gantungan kunci dan kalung. Tak jauh beda, Changjo juga memiliki idolanya sendiri. Alien. Ya.. pria itu memang punya obsesi aneh dengan makhluk luar angkasa. Saat masih kecil, Changjo selalu mengaku kalau ia memiliki hubungan keluarga dengan alien dan suatu hari nanti ia akan dijemput kembali ke luar angkasa. Sedangkan Hyo Sun mengaku pernah diculik oleh zombie. Mereka berdua punya imajinasi yang luar biasa.



**********



Hyo Sun POV



Aku mengamati Changjo yang sedang berlutut dihadapanku. Ia tak berhenti bicara sambil melakukan sesuatu pada kakiku. Entahlah! Aku tak merasakan apa-apa.


“Bagaimana?”
“apanya yang bagaimana? Kakiku mati rasa. Mau kau bakar pun, takkan terasa apa-apa” ujarku dingin.
“kau harus melakukan gerakan memutar seperti yang kucontohkan tiap hari. Kata dokter pribadiku di Seoul, itu bagus untuk merangsang saraf” Ujar Changjo sambil berdiri. Aku mengangguk malas dan menguap.


“jadi apa yang harus kita lakukan sekarang, pe-la-tih? Kalau tidak ada, bisakah aku kembali tidur?”
“omo… ini sudah hampir jam 8. Kau itu perempuan, noona. Kalau tingkahmu seperti ini, tak akan ada yang mau menikahimu”


“kan ada kau”
“aku? jadi kalau tidak ada yang mau menikahimu, aku yang harus melakukannya?” aku mengangguk sambil tersenyum tipis. Mataku sudah nyaris terpejam lagi. Aku masih sangat mengantuk. Ya Tuhan.


“heh… kau mendengarku kan?” Changjo menjentikkan jari tepat di depan wajahku, membuat mataku langsung terbuka. “a..apa?”


“jadi kau tak mendengarnya?” ada raut kecewa yang kutangkap, namun namja itu langsung merubah ekspresinya. “tak apalah…… itu tidak penting kok” lanjutnya sambil mengibaskan tangan. Sebenarnya dia bicara apa sih? Aku melewatkan sesuatu ya? Barusan aku tertidur?


“ayo bangun!” eh? Apa katanya? Bagaimana bisa aku melakukannya? Aku menatap Changjo dengan tatapan ‘kau gila?’ tapi pria itu malah membuang muka dan bersedekap tak peduli. Dasar! Karena kesal, aku pun ikut membuang muka. Dan saat itulah…… “CEPAT BERDIRI” Changjo berteriak. Aku langsung terdiam. Jong Hyun berteriak padaku?


“aku tak bi..”
“Kalau kubilang berdiri ya berdiri! Tak usah banyak bicara” selanya. Aku tak tahu harus bilang apa sekarang. Dia bukan Jong Hyun.


“Jong Hyun~aa…. Ada apa denganmu?”
“Kerahkan kemampuanmu, noona! Jangan terus menerus menjadi gadis manja”
“Apa? Manja?” desisku tak percaya. Changjo berjalan mundur, menjauh dariku. “Ayo berdiri! Lalu berjalan. Hampiri aku!” ucapnya menantang. Akhirnya, karena tak tahan dengan perkataannya, aku mengerahkan kemampuanku untuk berdiri. Kucengkram penyangga tangan kursi rodaku dan berusaha menggerakkan kaki, tapi nihil, aku tak bisa. Kakiku tak bergerak sama sekali. Aku mengangkat kepalaku dan menatap Changjo, mataku mulai bergetar. Tiba-tiba saja ada rasa marah yang kurasakan, bukan pada Changjo, ini lebih kepada diriku sendiri. Aku menggigit bibir dan mencobanya lagi, lagi dan lagi.


Aku ingin berdiri, hanya berdiri. Tuhan, kumohon, aku benar-benar ingin. Aku meringis, mengerang, berteriak sampai tenggorokanku perih. Tanpa terasa pipiku sudah basah, aku menangis, dalam hati memaki diri sendiri. Hyo Sun bodoh.


Lalu tiba-tiba saja bayangan hitam menghalangi sinar matahari persis di depanku. Changjo. Aku mendongak, menatap pria itu dengan wajah basah tak karuan.


“Kau puas sekarang huh? AKU TAK BISA!!” Jeritku. Changjo berlutut. Ia menatapku selama beberapa saat sebelum akhirnya mengulurkan tangan dan menghapus jejak basah di pipiku.


“mianhae noona….. mianhae! aku bukan ingin melihatmu menangis”
“lalu apa? kenapa kau jahat sekali?”
“aku hanya ingin kau berusaha. Selama ini aku merasa hanya akulah pihak yang ingin melihatmu sembuh. Sementara kau malah melakukannya setengah hati” aku yang masih terisak hanya mampu balik menatapnya tanpa bisa berkata-kata. Sejujurnya dia benar. Aku bahkan tak pernah berpikir akan sembuh.


“aku ingin segera melakukan hal-hal seru bersamamu lagi, noona. Aku ingin ke bukit, aku ingin bermain basket, aku ingin lomba lari, mungkin kali ini aku bisa menang” pria itu tersenyum kecil sambil memiringkan kepalanya, mencoba menatapku yang terus menunduk. “kau bisa, noona” dan satu hal yang tak akan berubah darinya. Kalimat itu. Changjo tetaplah seorang Choi Jong Hyun, pria yang sangat mempercayai kemampuanku. Bahkan disaat aku kehilangan seluruh kepercayaan diri.


“soal kau bisa berdiri atau tidak, itu urusan belakangan. Aku hanya ingin melihat usahamu”
Changjo memegang kedua tanganku, menatapku lamat-lamat “kau lelah?” tanya pria itu pelan. Aku langsung menghapus air mataku yang nyaris turun, lantas tersenyum tipis sembari menggeleng.


“jadi kita lanjut latihannya?”masih sambil tersenyum, aku mengangguk. Melihat responku, Changjo langsung memegang pinggangku dan membantuku berdiri. Lalu, seperti biasanya, ia akan meletakkan kedua tanganku di pundaknya dan berkata “pegangan yang erat” ucapnya, senada dengan apa yang kupikirkan.


“kau semakin tinggi”
“benarkah? Kukira kau yang semakin pendek” candanya dengan wajah terkejut yang dibuat-buat.
“kau lupa ya apa itu irreversible?” sungutku, namun ia tak menanggapi. “Heh… Choi Jong Hyun”
“wae?”
“serius kau belum punya pacar?” setelah menanyakan itu, Changjo langsung menatapku sambil tersenyum aneh.  Oh.. sepertinya aku salah bicara.


“apa aku terlihat terlalu mempesona hingga tak mungkin belum punya pacar?”
“cih… kau mulai lagi”
“kau yang membuatku berpikir seperti ini” hal-hal tak penting memang selalu mendominasi perbincangan kami. Entahlah……. Tapi aku menyukainya. Aku suka bicara dan merespon ucapannya, melihat caranya bicara dan ekspresi yang dikeluarkan. Choi Jong Hyun memang sangat menarik.


Setelah beberapa saat, suasana di antara kami menjadi hening. Aku tak bisa mengajaknya bicara, Changjo terlalu sibuk dengan kakiku. Setiap satu langkah maju, ia selalu merunduk dan meluruskan kakiku. Aku tak tahu lagi harus berterima kasih seperti apa. Dia tak punya hubungan darah denganku. Tapi dia bisa mempedulikanku sejauh ini.


Siapapun itu, gadis yang akan bersamanya nanti, pastilah akan menjadi perempuan paling beruntung sedunia.


Kini wajah pria itu kembali sejajar denganku. Tuhan….. haruskah kusebut ini petaka? Maksudku…….. dia berubah, dia bukan Jong Hyun yang kukenal dulu. Tapi tidak! maksudku bukan begitu, perubahannya dalam bentuk positif. Jong Hyun yang sekarang lebih tinggi, badannya lebih tegap, senyumnya lebih manis, matanya lebih tajam dan wajahnya lebih…….. ck.. sungguh! Aku tak pernah memujinya sebanyak ini sebelumnya. Tapi harus kuakui, semenjak pria itu tinggal di Seoul, dia tumbuh dengan sangat baik. Dan lagi! jangan lupakan mata pria itu. Dulu matanya terlihat kecil karena pipinya yang bulat. Tapi sekarang, aku bahkan merasa sangat gugup saat bertatapan langsung seperti ini. Perutku terasa aneh dan… Ya Tuhan! Aku…. kurasa aku……


“apa yang kau rasakan?”
“huh? Perasaanku?”
“kakimu! Bagaimana rasanya?”
“AH! Kakiku…. Benar! Kakiku”
“kau kenapa sih? Kau sedang melamun ya?”
“anio”
“kalau begitu jawab pertanyaanku! Kakimu bagaimana?” ujarnya kesal.
“aku….. tak merasakan apa-apa”



**********



Suara kontroler playstation yang ditekan cepat, diiringi dengan makian tajam seorang pria menjadi backsound kegiatan membacaku malam ini. Ya! Malam ini, tepatnya jam 10, di kamarku. Changjo masih enggan untuk pulang ke rumahnya. Kalau sudah begini, aku tak tahu harus mengusirnya pulang atau malah diam saja. Pasalnya semakin malam ia justru terlihat semakin seru dengan game-nya. Anak ini benar-benar berisik, tapi entah kenapa suaranya malah terdengar seperti lullaby.


Aku berusaha mengabaikan pria itu dan terus membaca, tapi seperti yang kubilang, aku malah seperti diperdengarkan sebuah lullaby. Aku menyerah, genggamanku di buku semakin lemah, bagai terhipnotis mataku terasa semakin berat, berat, berat dan……


“Buku apa ini?” kepalaku yang tadinya hampir terjatuh ke depan langsung menegak. Senada dengan gerakan kilat mataku yang terbuka. Changjo merebut buku yang kupegang dan merebahkan badannya tepat di sampingku.


“Fall For You” ia membaca judul buku itu dengan alis bertaut. Segera saja aku merebutnya kembali. Menyembunyikan buku itu di belakang bantal dan menindihnya dengan punggungku.


“kenapa judul bukunya seperti itu? kau sedang jatuh cinta ya?” Changjo tertawa sambil melirikku.
“bukan urusanmu”
“ternyata kau bisa jatuh cinta ya?” nada bicaranya terdengar seperti sedang menanyakan sesuatu yang sangat mustahil. Hei… aku normal.


“lebih baik kau pulang!”
“nanti saja kalau sudah malam” ujarnya sambil meletakkan sebelah tangannya di belakang kepala. Matanya mulai memejam.


“Sudah hampir jam 11. Kurang malam huh? JONG HYUN! BANGUN”
“aku tidak tidur” gumamnya. Oh.. aku sudah hapal dengan ini. Ia akan bilang begitu lalu sedetik kemudian kesadarannya menghilang penuh.


“Jong Hyun! Kalau sudah memejamkan mata, kau pasti akan tertidur” Changjo tertawa pendek.
“kalau kau sudah hapal begitu, seharusnya tak bertanya lagi kan? biarkan saja aku tidur”
“tidak bisa”
“wae?” Changjo membuka mata, menoleh padaku dan mengangkat alisnya, menunggu jawaban.
“kita sudah bukan anak kecil lagi. Kau sudah 18 tahun dan aku 19, kita sudah besar Jong Hyun~aa” Sungguh! Seharusnya ia mengerti. “Maksudku…….”


“maksudmu kau tak percaya padaku? Aku tak akan melakukan apapun” selanya meyakinkan.
“aku tahu”
“lalu?”
“tapi kau namja, dan aku yeoja”
“sejak dulu pun aku namja dan kau yeoja”
“tolong, aku sedang tidak ingin adu mulut. Aku yakin kau mengerti” Changjo membuang napas dengan berat, kemudian berdiri. “kau benar! Aku paham”


“tolong jangan marah”
“anio! mianhae….. aku yang terlalu kekanakan. Waktu berjalan dan kita semakin besar. Maaf, Aku harusnya tahu diri. Kita tak mungkin tidur bersama seperti saat di sekolah dasar” Namja itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa paksa, langkah kakinya membawa pria itu berada di sampingku.


“aku pulang! Noona, jaljayo” ia berbisik tepat di telingaku, aroma tubuhnya menguar. Tanpa sadar aku menahan tangannya. Membuat Changjo berbalik.


“wae?” pertanyaannya membuatku tersadar. Seketika menjadi panik. Oh.. aku bahkan tak tahu kenapa menarik tangannya. Aku hanya ingin ia berada di dekatku, setidaknya sampai aku puas mencium aroma tubuhnya. Hei… Dia sahabatku dan aku merindukannya. Tidak salah kan?


“noona waeyo?” ulangnya lagi.
“eung,…. Hm.. jaljayo” Changjo tersenyum mendengar kata itu keluar dari bibirku. Ia tersenyum.



Just by seeing your smile, I smile as well



**********



Seandainya aku benar-benar jatuh cinta padanya. Aku berjanji akan menahan diri. Setidaknya Min Hyo Sun cukup tahu diri dengan segala kekurangannya. Jika aku benar-benar mencintainya, aku pasti akan ikut tersenyum saat melihat pria itu bahagia bersama gadis pilihannya. Gadis yang mempunyai kaki dan bisa menggunakannya. Ah~~ Jeongmal…. Tidakkah aku baik? aku memang sahabat yang baik. Changjo beruntung memilikiku.



**********



Keesokan harinya, Changjo melakukan hal yang sama. Berdiri di halamanku dan berteriak lewat pengeras suara. Mengajariku berjalan dan menasehatiku ini dan itu. Ya.. dia bilang ada pijatan khusus untuk merangsang saraf. Dia benar-benar serius menginginkan kesembuhanku, seharusnya aku berjuang lebih keras darinya kan? Tapi, sisi lain dariku terus berkata ini mustahil. Ayolah….. sudah 4 tahun. Aku sudah 4 tahun lumpuh. Dokter bilang aku lumpuh permanen. Sebenarnya tak ada lagi yang bisa diharapkan. Tapi Changjo tak mau diajak menyerah. Harapannya besar. Aku tak mau mengecewakannya, jadi aku masih menurut saat dia mengajakku belajar berjalan. Tapi……. pada akhirnya, aku akan tetap mengecewakannya. 4 tahun sudah aku tak dapat merasakan kakiku. 4 tahun.


“Jong Hyun~aa…… aku bisa kok! Turunkan saja aku disini” pria itu tak menjawab dan malah terus berjalan menaiki tangga.


“aku pasti makin berat ya?” Changjo melirikku dan tertawa.
“kau lupa ya? Aku juga semakin kuat” kali ini aku yang tertawa.
“hei noona, kau penasaran tidak, bagaimana keadaan bukit belakang sekolah sekarang? sudah berapa tahun kita tak kesana?”


“ah.. aku….. tidak penasaran. Pasti sudah banyak rumput liar, lapangannya sudah rusak parah dan bola basketmu sudah hilang. Hahaha….” Aku tertawa dengan kaku. Sebenarnya bukan itu alasannya, aku hanya….. aku tak mau kembali kesana lagi. Selamanya. Hidupku hancur karena pergi kesana. Aku benci tempat itu.


“oh ya? Aku penasaran”
“Jong Hyun~aa..… turunkan aku disini”
“ani.. ani… akan kuturunkan di kamarmu” jawabnya cepat, lantas segera mengayunkan langkahnya lagi.
“kalau nanti malam kuajak ke bukit, kau mau?” tanya pria itu begitu ia menurunkanku di ranjang. Selama beberapa saat aku membatu, sebelum akhirnya menggeleng sambil memperlihatkan senyum tipis.


“wae?”
“aku takut! Malam hari? Ke atas bukit? Tidak, terima kasih”
“dulu kita sering kesana malam-malam”
“tidak! aku tak mau”
“ck… ayolah! Aku benar-benar………….”
“CHOI JONG HYUN! Kau tuli ya? aku tak mau!”


TBC


#Happy4Dchangjo!! telat? biarin! stay humble ya maknae:* Dan Changjo, moga makin kece dan kece dan kece tiap detiknya>/////<. Setelah Changjo, sabtu besok ada yang ultah juga, siap-siap aja buat #byunghoneyday +  Jonghwan!! Trus Chanyeol, banyak banget ya yang ultah di bulan ini, happy birthday semua yang ultah^^ wish you all the best.


Dan UGHHH! 2 Group favorit aku ngeluarin photobook barengan! Dan temanya sama-sama tentang liburan di HAWAI. Aigoo. ‘Super Junior Memory in Hawaii’ sama ‘Teen Top Holiday in Hawaii’ ELF dan Angel yang baik-baik, tolong di scan ya itu 150 halaman, nanti aku donlotin hehe… geez




Anyyeong

Comments

Popular Posts