Step For You #1 (you can, noona!)



Main Cast = Choi Jong Hyun (Changjo Teen Top), Min Hyo Sun
Minor Cast = Teen Top
Genre = Romance, Friendship
Length = Series
Author = Salsa



Note = Ini alurnya campuran. Setiap ada tanda ‘*****’ itu artinya pergantian alur dari 2009 ke 2013. Dan kalo aku make nama ‘Jong Hyun’, tolong bayangin anak laki-laki umur 13 tahun (2009) dan kalau ‘Changjo’ kalian bisa bayangin rocking era (2013). Selamat membaca^^  



Author POV


Kaki kecil seorang pria terhenti, tepat di depan sebuah ruang kelas. Sambil memegangi tali tas yang menggantung di punggungnya, pria itu, Jong Hyun, menendang kerikil jauh ke arah lapangan. Menunggu adalah hal paling membosankan di dunia. Ia melirik ruang kelas di sampingnya sembari mendengus bosan. Padahal ia sudah susah payah berlari saat bel pulang baru sedetik berbunyi, dari kelasnya di lantai tiga menuju kelas ini, kelas yang ditempati Min Hyo Sun, teman baik sekaligus kakak kelasnya.


Ia tak mengerti kenapa sonsengnim di kelas Hyo Sun senang sekali bicara dan mengulur waktu pulang. Jong Hyun benar-benar ingin masuk ke dalam dan meneriaki orang itu kalau bel sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Dan saat Jong Hyun memikirkan hal itu, satu persatu siswa-siswi di kelas Hyo Sun keluar. Jong Hyun memperhatikan wajah mereka dengan serius, dan saat matanya menangkap rupa Hyo Sun, tangannya langsung terulur dan menarik tangan gadis itu. Membawanya berlari.


“Jong Hyun~aa.”
“Aku menunggumu berjam-jam.”
“Bohong!”
“Tentu saja.” Mereka terkekeh bersama. “Sekarang mau kemana?”
“Lomba lari ke bukit belakang sekolah, eotte?” usul Jong Hyun, perlahan kakinya berhenti. Ia melepas tangan Hyo Sun dan memerhatikan wajah gadis itu, menunggu jawaban.


“Oke… siapa takut?” balas Hyo Sun sambil menggulung lengan kemejanya. Pria disampingnya langsung melakukan pemanasan singkat. Kemudian keduanya segera mengambil posisi, setengah berjongkok melakukan sikap start.


“Kau siap?”
“Harusnya aku yang menanyakan itu padamu.” Hyo Sun melirik Jong Hyun tanpa takut.
“Kalau jatuh, bangun sendiri ya..” Pria itu tertawa mendengar ledekannya sendiri. “Hahaha. Aku cuma bercan-” Dan saat ia menoleh ke samping, ternyata Hyo Sun sudah menghilang, berlari mencuri start.


“YAA! ITU CURANG! YAA….. NOONA!” Jong Hyun langsung berlari, berusaha mengejar gadis itu dengan seluruh tenaganya. Namun…… “YEEEEE….. AKU MENANG! Lalalala aku menang, Jong Hyun kalah…. ugh….. katanya Jong Hyun kuat? Tak akan kalah melawan perempuan, eh?” Jong Hyun terseok-seok menaiki tempat dimana Hyo Sun berpijak. Peluh mengucur deras di keningnya, tak jauh berbeda, keadaan Hyo Sun pun sama saja. Wajah keduanya basah dibanjiri keringat. Tapi tentu saja Hyo Sun terlihat jauh lebih baik, setidaknya ia menang.


“Jadi kau menang ya? Walaupun sebenarnya itu curang, tapi untuk kali ini aku akan mengalah pada perempuan. Apa keinginanmu?” Hyo Sun menatap pria disebelahnya sambil mendecak. Apa lima detik mencuri start bisa disebut curang? Lagipula ia kan memakai rok, sedangkan Jong Hyun celana. Harusnya pria itu bisa mengejarnya dengan mudah. Dasar!


“Aku mau…..” Jong Hyun menoleh dan menatap Hyo Sun dengan bosan. “Jangan yang aneh-aneh!” ujarnya memperingati.


“Aku mau kau menggendongku menuruni bukit.”
“APA?”
“Ayolah……. Kau kan kuat. Katanya mau jadi pengawal yang tangguh? Masa menggendong anak perempuan saja tidak bisa?” Hyo Sun berusaha merayu pria itu, dan sepertinya rayuannya berhasil.


“Oke. Itu mudah!” ucap Jong Hyun sambil mengibaskan tangan.
“Sekarang……………” Pria itu berdiri dan mengeluarkan radio kecil dari tasnya. Ia meletakkan radionya di tempat yang lebih tinggi dan menoleh menghadap Hyo Sun. “Ayo menari, Min Hyo Sun-ssi!” Sang pemilik nama tersenyum, lantas ikut berdiri. Jong Hyun menekan salah satu tombol di radionya, dan seketika suara musik menggema memenuhi area bukit. Jong Hyun mengulurkan tangannya pada Hyo Sun.


“Pastikan kau tidak melupakan step apapun. Karena jika kau melupakan satu step saja, hukumannya akan bertambah menjadi dua kali lipat dari yang kemarin,” ancam pria itu begitu Hyo Sun menerima uluran tangannya. Hyo Sun menggeleng-geleng, seingatnya kemarin pria itulah yang salah, dan pria itulah yang mendapat hukuman, lalu atas dasar apa dia jadi sok mengingatkannya begini? Pria aneh.


Keduanya melangkah lebih ke tengah, ke sebuah lapangan basket yang sudah rusak termakan usia. Ya.. Inilah tempat mereka. Lapangan basket rahasia di tengah bukit belakang sekolah. Setelah beberapa saat, irama musik dari speaker radio berhenti, keduanya tak beranjak, sibuk memburu napas. Jong Hyun yang terengah mengangkat jempolnya pada Hyo Sun. “Daebak!” ujar pria itu susah payah.


“Tentu. Ngomong-ngomong, tumben kau tidak salah gerakan,” ledek Hyo Sun. Ekspresi Jong Hyun langsung berubah, ia mengeraskan rahangnya dan mendengus. “Yang kemarin itu sebenarnya tidak salah.”


“Itu salah, Choi Jong Hyun.”
“Tidak. Itu namanya improvisasi. Kau tak tahu improvisasi huh? Semua penari melakukannya.” Hyo Sun mengibaskan tangannya dengan bosan. Berdebat dengan pria itu hanya akan membuang waktu. Jong Hyun memang tak akan pernah mau mengaku salah, sejelas apapun kesalahannya itu.


“Ayo pulang!” ujar Hyo Sun.
“Apa? Pulang? Tapi aku masih mau main.” Jong Hyun mengambil bola basket di pinggir lapangan dan mendribblenya. Ya.. bola itu memang sengaja ia simpan di lapangan ini sejak lama. Jong Hyun melempar bolanya dengan sempurna hingga memasuki ring, lantas menoleh pada Hyo Sun yang sudah memakai tas. “Ayolah,” pintanya lagi.


“Lihat jam berapa sekarang! Aku harus mengerjakan PR, Choi Jong Hyun. Aku ingin pulang.”
“...” Jong Hyun melepas bolanya begitu saja dan berjalan menghampiri Hyo Sun.
“Kita pulang, oke?” tekan Hyo Sun. Jong Hyun yang berada di hadapan gadis itu langsung memutar badan dan merendahkan punggungnya.


“Ige mwoya?”
“Katanya mau kugendong? Bagaimana sih?”
“Oh benar!” Hyo Sun segera mengambil tas milik Jong Hyun dan naik ke punggungnya.
“Pegangan!” seru Jong Hyun, tanpa aba-aba ia berlari melewati undakan tangga tak beraturan menuruni bukit. Membuat Hyo Sun menjerit di belakangnya.


“Ya! Bodoh! Jangan berlari. Aku bisa jatuh.”
“Tidak akan! Kalau ada aku, semuanya akan baik-baik saja,” ucap Jong Hyun, selalu seperti ini.



**********



“Annyeonghaseyo Choneun dancing boy Teen Top Changjo imnida,” ujar seorang pria diiringi dengan suara riuh para penggemar. Lampu stage mulai meredup, pria itu berdiri di tengah panggung dan tersenyum menghadap ribuan pasang mata di hadapannya. Changjo menggerakkan kelopak matanya, menghadap ke depan dengan tatapan serius. Senada dengan suara musik, pria itu memulai Free Step-nya. Disambut oleh teriakan fanatik seisi ruangan.


I’m here for you
I step up to this level for you
Even being Teen Top Changjo is also for you



Aku mau melihatmu menari, untukku, di atas panggung.



**********



Hyo Sun berlari dari rumahnya dengan senyum lebar. Ia mengetuk sebuah pintu kayu berwarna biru muda dan menunggunya sampai dibuka.


“Hei Hyo Sun~a. Apa kabarmu sayang?” ujar seorang wanita sambil mengelus lembut puncak kepala gadis itu.


“Anyeonghaseyo eomonim. Apa Jong Hyun ada?”
“Dia…….. ah! Satu jam yang lalu anak itu keluar. Eomonim tak tahu dia kemana.” Hyo Sun menganggukan kepalanya. “Kurasa aku tahu,” ujar gadis itu sambil tersenyum. Ia lantas cepat-cepat membungkukkan badan dan berlari lagi menuju tempat yang tengah terngiang jelas di kepalanya. Bukit belakang sekolah. Tentu saja. Memangnya kemana lagi?



**********



Salahku. Jika saja saat itu aku tak pergi ke tempat lain. Jika saja saat itu aku ada di bukit belakang sekolah. Jika saja aku memberitahumu dulu sebelum pergi. Pasti semua ini tak akan terjadi, hal mengerikan ini seharusnya tak pernah terjadi. Kau begini karenaku. Hyo Sun noonaa…… Mianhae….. mianhae…..



**********



Dengan semangat penuh, Jong Hyun berlari sambil memeluk skateboard yang baru ia beli. Pria itu melewati rumahnya begitu saja, langkah panjangnya tertuju lurus menuju rumah Hyo Sun. Ia benar-benar tak sabar. Ia ingin Hyo Sun segera mengetahui apa yang ia punya sekarang. Ia punya skateboard, tidak, lebih dari itu! Ia bahkan membelinya dengan uang sendiri.


“Selamat siang eomonim. Bisa aku bertemu Hyo Sun noona?” Jong Hyun masih tersenyum cerah saat menanyakan itu. Ibu Hyo Sun yang sedang merajut di teras rumahnya menatap Jong Hyun dengan heran.


“Bukankah dia ke rumahmu, Jong Hyun~a?”
“A..apa? Tapi aku tidak di rumah.....aku membeli skateboard dan...” JEDARR! Keduanya refleks menutup telinga. Suara petir terdengar keras secara tiba-tiba. 


“Ya Tuhan! Kemana anak itu?” Ibu Hyo Sun berdiri dengan panik, membuat syal rajutannya terjatuh.
“Kurasa aku tahu kemana dia. Eomonim, aku akan membawanya kembali.” Jong Hyun langsung berlari. Ia melempar skateboardnya di pekarangan rumah, lalu mempercepat larinya sekencang mungkin. Bukit belakang sekolah. Tempat mana lagi yang akan Hyo Sun datangi selain tempat itu?


Pelan-pelan, langit mulai menurunkan hujan. Cukup deras. Membuat baju Jong Hyun basah dalam sekejap. Ia tak menyerah. Walaupun medan menuju bukit semakin berat dan licin, pria itu tetap mempertahankan kecepatan larinya. “JONG HYUN!!!!!” Tiba-tiba saja terdengar teriakan kencang dari atas bukit. Jong Hyun bisa mendengarnya dengan sangat jelas. Hyo Sun. Pria itu memfokuskan pandangannnya ke asal suara, jantungnya berdetak semakin cepat dan napasnya terengah keras saat berlari. Tak dipungkiri ia ketakutan, ia masih berumur 13 tahun. Jong Hyun masih terlalu kecil. Ia sendiri sudah berpikir macam-macam, seperti ada hewan buas atau  hal mengerikan lain.


“HYO SUUUUNNNN!” Jong Hyun berteriak sekencang yang ia bisa. Hingga......
“Ya Tuhan, noona!” Ia berhasil menemukan Hyo Sun. Pria itu segera menghampirinya dan langsung menyingkirkan batu yang menindih kakinya.


“Kau baik-baik saja, noona?”
“Aku tak dapat menggerakkan kakiku.” Hyo Sun mencengkram bahu Jong Hyun, berteriak histeris.
“Apa yang terjadi?”
“Aku sedang mencarimu, lalu aku terpeleset.” Saat Jong Hyun mencoba menggendong Hyo Sun, pria itu melihat banyak sekali darah merembes di balik jeans yang Hyo Sun pakai. Jong Hyun menelan ludahnya dengan takut, pupil matanya mengecil, ia menoleh ke arah Hyo Sun dan tersenyum, berusaha terlihat tenang. Dia tak boleh panik, atau keadaan akan lebih buruk lagi.



**********



“Noona! Aku tak yakin bisa menemuimu dalam waktu dekat ini. Sebentar lagi aku comeback dan setelahnya akan sibuk tur! Beberapa bulan ke depan aku akan sangat sibuk.” Gadis di ujung telfonnya tak kunjung menjawab.


“Tapi aku janji akan menelfonmu lebih sering.” Changjo buru-buru menambahkan, takut gadis itu marah.
“Tidak apa-apa. Semoga comeback-mu sukses Jong Hy.. ah ani! Changjo~aa” Pemilik nama itu tersenyum tipis.


“Aku tak keberatan kau panggil Jong Hyun.”
“Tapi sekarang kau sudah jadi Changjo.”
“Ya, tapi.... sudahlah! Ini sudah sangat larut, kututup telfonnya ya..”
“Ya.”
“Jaljayo noona”
“Jaljayo? Jangan sok manis ya.. cih.”
“Siapa yang sok ma....” tut… tut…. tut….. Ucapan Changjo terhenti. Hyo Sun sudah terlebih dulu memutuskan sambungannya. Setelah memandangi ponselnya selama beberapa saat, sudut bibir pria itu tiba-tiba saja tertarik, tersenyum sendiri.



**********



Jong Hyun berdiri tegap di depan pintu kamar rawat. Semua orang tak membolehkannya masuk. Mereka bilang dokter hanya mau bicara dengan orang tua Hyo Sun, dan ia disuruh menunggu di luar. Tak lama kemudian, orang tua Jong Hyun datang, mereka langsung berlari dan memeluk erat anak laki-lakinya itu.


“Kau tak apa-apa, sayang?”
“Eomma, bukan aku yang sakit, tapi Hyo Sun noona,” jawab Jong Hyun dengan nada terganggu.
“Sekarang kau ganti baju ya.. bajumu basah.”
“Eomma, Hyo Sun noona tidak apa-apa kan? Tadi kakinya berdarah. Aku takut. Dia tidak apa-apa kan?” Ibu Jong Hyun hanya mengelus kening basah sang anak, tak memberi jawaban.


Selesai mengganti pakaian, situasi mulai sedikit lebih tenang, Jong Hyun pun sudah diperbolehkan memasuki ruang rawat. Hyo Sun tersenyum begitu melihat prja itu datang. “Jong Hyun~aa” Tapi suaranya bergetar. Suaranya membuat Jong Hyun takut. Sangat takut.


“Kau tahu? Semua orang bilang kalau aku baik-baik saja, tapi saat aku mencoba menggerakkan kakiku, aku tak bisa.” Hyo Sun berbisik. Matanya sudah berkaca-kaca. Jong Hyun memegang kaki Hyo Sun yang tertutup selimut, lalu menggeleng.


“Aneh. Padahal kakimu masih ada.”
“Iya. Ini aneh. Mungkin besok sudah bisa bergerak lagi.”
“Benar. Pasti besok sudah sembuh.” Jong Hyun tersenyum dan meletakkan tangannya di puncak kepala Hyo Sun.


Keesokan paginya, Jong Hyun kembali memasuki ruang rawat Hyo Sun. Kali ini, pria itu berinisiatif membawakan bunga berwarna-warni yang ia petik di taman rumah sakit.


“Jong Hyun!” Hyo Sun tersenyum melihat pria itu.
“Bagaimana kakimu?”
“Entahlah. Aku mendengar dokter bilang pada eomma bahwa saraf-sarafku mati. Kau mengerti tidak?” Jong Hyun menggeleng.


“Kurasa itu sesuatu yang buruk,” tambah sang gadis.
“Kenapa buruk?”
“Karena setelahnya eomma menangis.”



**********



Mereka bilang saraf-sarafnya mati. Mereka bilang Hyo Sun tak bisa berjalan lagi. Tapi mereka pikir siapa mereka? Mereka bukan Tuhan. Mereka tidak punya hak untuk memvonis seseorang sekejam itu. Tenanglah!Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kau bisa berjalan, dan aku pastikan itu.



**********



Setelah seminggu di rumah sakit, Hyo Sun akhirnya diizinkan pulang. Saat ini, di dalam kamar Hyo Sun, suara tangisan seorang gadis kecil terdengar. Lirih. Membuat hati lawan bicaranya teriris. Jong Hyun memegang kedua bahu Hyo Sun, berusaha menenangkannya.


“Jong Hyun! Aku tak bisa menari lagi, tak bisa berjalan ataupun berlari lagi. Aku tak bisa menaiki bukit bersamamu lagi. Tak bisa bermain basket lagi dan...”


“Hush, kau bicara apa sih? Siapa yang mengatakan itu? Kau bisa berjalan lagi. Kau bisa bermain basket lagi. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Tapi sekarang kau masih sakit, jadinya belum bisa. Ara?” ujar Jong Hyun sambil menghapus air mata Hyo Sun dengan kedua ibu jarinya.


“Tapi kata dokter……”
“Kau percaya Tuhan kan?” Jong Hyun menyela isakan Hyo Sun dengan tenang. Gadis itu terdiam. Ia menatap mata Jong Hyun dalam-dalam, dunianya terasa hancur. “Ya. Tapi….”


“Kalau kau percaya Tuhan, seharusnya tidak ada kata tapi.”
“Jong Hyun~aa” Pria itu akhirnya memeluk Hyo Sun dengan erat selama gadis itu menangis.
“Aku akan membantumu berjalan lagi, noona. Tak ada yang perlu dikhawatirkan.”
“J..Jonghy-” Gadis itu tak mampu bicara apa-apa lagi, ia hanya bisa menangis dan memanggil nama pria yang tengah memeluknya dengan suara bergetar.


“Tolong percaya padaku! Percaya pada dirimu sendiri juga! Tak usah dengarkan dokter itu. Dia tak tahu apa-apa. Kita buat dia menelan ucapannya kembali.” Jong Hyun mengeratkan pelukannya, sementara Hyo Sun masih terisak “Tak ada yang perlu dikhawatirkan, noona. Tak ada.”



**********



Dan setiap kubilang ‘tak ada yang perlu dikhawatirkan’, maka itu artinya memang tak ada yang harus dikhawatirkan. Aku selalu disini, aku akan selalu menjaga noona, aku akan melakukan apapun agar noona merasa aman. Asal tolong percaya padaku....


Just trust me! I can do everything for you. Everything. Even make the stars dance for you.



**********



Dan sejak itu, sejak Hyo Sun tak bisa lagi menggerakkan kakinya, Jong Hyun menjadi kaki sementara untuk Hyo Sun. Pagi itu, Jong Hyun masuk ke kamar Hyo Sun tanpa permisi, pria itu terlihat cerah dengan seragam sekolahnya, sementara Hyo Sun duduk melamun di atas ranjang.


“Ya! Noona pemalas! Ayo sekolah!”
“Aku tak mau sekolah.”
“Wae?”
“Aku tak mau.”
“Kalau begitu aku juga tak mau.” Jong Hyun langsung melepas dasinya dan menghempaskan badan tepat di samping Hyo Sun, membuat gadis itu terkejut.


“Yaa! Choi Jong Hyun. Kau harus sekolah!”
“Aku akan sekolah jika kau sekolah.”
“Tapi kan aku tidak bisa berjalan.”
“Kau bisa noona.” Hyo Sun mendengus. “Jong Hyun, aku…”
“Mau kugendong? Aku kan kuat, jadi aku bisa menggendongmu sampai sekolah. Lalu, saat pulang nanti, kita ke bukit dan bermain basket, bagaimana?” Hyo Sun baru membuka mulutnya saat tiba-tiba saja pria itu menarik kedua tangannya.


“Tapi kau harus janji, saat sudah sembuh nanti, kau harus gantian menggendongku.”



**********


Changjo berlari ke ruang tunggu, meraih handphone-nya dengan terburu-buru dan langsung menghubungi seseorang. Luar biasa antusias.


“Hei,” ujarnya begitu panggilan itu tersambung.
“CHUKAAEEEEEE!” teriak seorang gadis, membuatnya harus menjauhkan speaker handphonenya dari telinga.


“Kau menontonnya?”
“Geurae! Kau harus mentraktirku! Selamat untukmu, untuk kalian berenam. Selamat. Selamat. Selamat!” Bertepatan dengan itu, member Teen Top yang lain masuk dengan wajah berbinar, tak lupa membawa sebuah trophy. Oh.. pasti dia sedang bermimpi. Kapan terakhir kali mereka memegang tropi ini?


“Kau mau mengucapkannya langsung pada mereka?”
“A.apa?” Changjo menekan tombol ‘loudspeaker’ di ponselnya. “Ada yang ingin mengucapkan selamat.”
“Ah~ aku…Ya! Jong Hyun!”
“Katakan saja! Mereka semua sedang mendengarmu.”
“Apa ini Hyo Sun noona?” tanya Ricky sambil mendekat ke speaker ponsel.
“Hai Ricky! Apa kabarmu?”
“Noona kami menang! Akhirnya kami bisa menang lagi, ini pertama kalinya di tahun ini.”
“Ya. Aku ingin mengucapkan selamat pada kalian semua! Chukhaeyo!!”
“Terima kasih Hyo Sun~aa….! Hei, jaljinaseo?” Chunji merebut ponsel di tangan Changjo dan berbicara dengan suara lembut.


“Jaljinaeyo oppa. Ah~ aku benar-benar merindukan kalian semua. Datanglah ke Chuncheon!”
“Kami juga sangat merindukanmu, Hyo Sun~aaa.”
“Yah! Chunji hyung! Berikan padaku!” Changjo merebut ponsel itu dan membuat mode suaranya kembali normal, lantas menempelkan layarnya ke telinga.


“Heh spy noona! Kau sudah membuka forum-forum di internet? Bagaimana tanggapannya?” Lagi. Setiap mereka melakukan comeback, pertanyaan inilah yang selalu pria itu tanyakan. Hyo Sun seperti detektif pribadinya, tugasnya adalah memberikan seluruh informasi yang menurut Changjo penting. Hyo Sun yang memang sedang membuka laptopnya langsung mendesah. “Ya.. seperti biasa. 95% ucapan selamat dan sisanya hanya orang-orang iri.”


“Ah~ biar kutebak! Mereka pasti bilang perusahaan memanipulasi chart? Atau produser kami membeli album-albumnya sendiri?”


“Hahaha benar! Seperti tahun lalu. Anti fans-mu sama sekali tidak kreatif. Tapi kau tak perlu memikirkannya. Kau yang bilang sendiri, haters gonna hate, iya kan?”


“Wow. Kapan aku bilang seperti itu?”
"Bukan kau ya? Berarti idol lain, aku juga lupa."
"Intinya aku punya haters sekarang. Wow. Lihat sudah setinggi apa levelku sekarang, noona!"
“Menurutku itu bukan sesuatu yang harus dibanggakan.”
“Tapi itu artinya kami semakin terkenal kan?”
“Iya sih, tapi tetap saja lebih baik tidak punya.”
“Iya, iya… hei, sepertinya aku dapat pertanda baik.”
“Pertanda apa?”
“Kurasa aku akan dapat libur. Entahlah, semoga ini benar.”
“Ya.. kuharap begitu. Aku merindukanmu.”
“Yeah, aku juga. Sudah berapa bulan kita tak bertemu?”
“Hei, kau sudah menelfon eomma-mu?”
“Oh, benar! Aku harus menelfonnya! Noona kututup ya..”
“Ya. Sekali lagi selamat, anyyeong.”
“Anyyeong.”



**********



“Jong Hyun! Kau harus mencobanya,” ucap Hyo Sun antusias. Ia memberikan selebaran berwarna ungu cerah pada Jong Hyun dan menanti reaksi pria itu penuh harap.


“Kenapa aku harus mencoba ini? Aku tak mau jadi artis. Aku bahkan tak bisa bernyanyi,” ujar pria itu, menolak kertasnya mentah-mentah.


“Kau kan bisa menari.”
“Tapi aku tak mau jadi artis.”
“Tapi aku mau melihatmu menari, untukku, di atas panggung.”
“Kenapa?”
“Aku ingin kau memanggilku dari sana.”
“Kalau begitu kenapa kau tidak naik panggung sendiri dan panggil namamu sendiri?” ujar Jong Hyun datar, membuat Hyo Sun langsung merengut.


“Jong Hyun~aa. Kumohon! Ayo ikut audisinya!”
“SHI-REO”
“Jong Hyun!”
“SHIREO!!”
“Kumohooooonnnnn……” Mendengar suara Hyo Sun yang penuh harap, pria disampingnya langsung menghembuskan napas. Oh.. Ini pertanda baik.


“Apa yang kudapat jika aku menyetujuinya?” Hyo Sun tertegun. Ia belum berpikir sejauh ini. “Aku…aku…akan….. eum…menerima tawaranmu.” Seketika raut wajah Jong Hyun berubah. Drastis. Hyo Sun langsung menggigit bibirnya. Sepertinya ia salah bicara.


“Sungguh? Kau mau latihan berjalan?” Hyo Sun memejamkan matanya dan mengangguk berat.
“Setiap hari?”
“Ya. Setiap hari! Tapi kau harus ikut audisinya!”
“Setuju,” sambut pria itu tanpa berpikir.



**********



Saat itu audisinya diadakan jauh di luar Chuncheon. Kau memecahkan celenganmu dan memberikan semua uang yang kau punya padaku. Kau yang mencari formulir pendaftarannya. Kau yang memilihkan lagu untuk audisinya. Boom boom pow dan 2pm again and again, ingat? Kau mencari video-video dance di youtube dan memperlihatkannya padaku. Mengingatkanku untuk berlatih setiap pulang sekolah, lalu mengomeliku jika gerakannya terlalu lemah. Kau juga mengancamku untuk tidak pulang sebelum lolos dan menggambarkan rute bus yang harus kutempuh untuk sampai ke tempat audisi. Semua orang bilang aku adalah anak yang sangat mandiri, semua orang kagum padaku yang pergi sendiri untuk audisi. Tidak seperti anak-anak lain yang diantar orang tuanya. Mereka tidak tahu, dibalik semua kemandirian ini, ada seorang gadis yang sangat berjasa. Min Hyo Sun.



**********



Tiba-tiba saja pandangan Hyo Sun menjadi gelap. Sebuah tangan menutup matanya dari belakang. Ini semua terlalu familiar. Gadis itu bahkan tak perlu berpikir untuk mengetahui siapa orang di belakangnya. “Ada apa?” ujar Hyo Sun sambil menarik tangan itu dari matanya. Jong Hyun langsung melompati kursi dan duduk di samping Hyo Sun.


“Kau harus tebak!” ujar pria itu antusias.
“Apa?”
“Aku…” Jong Hyun menggantungkan kalimatnya dan menatap Hyo Sun dengan senyum yang semakin lebar.
“Lolos audisi!” lanjut pria itu, membuat lawan bicaranya tercengang. Mata Hyo Sun melebar. Saking terkejutnya, gadis itu hanya bisa membuka mulut tanpa bisa berkata-kata. Bisa jadi perasaan senangnya sekarang dua kali lebih besar dari yang Jong Hyun rasakan.


“JINJJAYO? HYAAAA……JONGHYUUUUN!” Hyo Sun memeluknya. Erat. Membuat pria itu tercekik.
“Sekarang penuhi janjimu.”
“Janji apa?”
“Tck…” Jong Hyun mendorong tubuh Hyo Sun agar berhenti memeluknya. Lalu menatap gadis itu dengan geram. Ia tak peduli Hyo Sun benar-benar lupa atau sedang berpura-pura, yang pasti janjinya harus tetap dipenuhi. Ia langsung meraih kedua tangan Hyo Sun dan membantunya berdiri.


“Kau harus belajar berjalan. Ingat?” ujar Jong Hyun, menjawab ekspresi bingung yang ditunjukkan sang gadis.


Hyo Sun menggigit bibir. Ia bahkan tak sanggup merasakan kakinya, tapi pria ini malah menyuruhnya berjalan. Jong Hyun yang melihat ekspresi ragu di wajah Hyo Sun langsung menempatkan kedua tangan gadis itu di bahunya.


“Pegangan yang erat! Kita belajar berdiri dulu.” Hyo Sun mengirimkan tatapan ‘ini tak akan berhasil’, tapi yang ditatap malah tersenyum, sangat percaya diri.



**********



Semua member Teen Top tengah berkumpul di ruang tengah dorm mereka, lengkap dengan seorang pria berkacamata yang menjadi pusatnya. Sang manager. Mari kita sebut manager Ahn.


“Oke… minggu ini adalah minggu terakhir promosi Rocking, Goodbye stage kalian. Jadwal minggu depan cukup padat, akan ada fanmeeting, interview, acara radio, syuting Lovefool MV dan off air perform. Ah~ kenapa banyak sekali?” Manager Ahn membuat suara decakan lelah dan menatap kertas jadwalnya lagi. Lantas melanjutkan.


“Lalu…. di pertengahan Oktober, ng..” Pria itu mengeryit sambil memegang dagunya, membolak-balik kertas yang ia pegang, hingga tiba-tiba saja…. “ah! Kosong!” seru sang manager tak percaya. Kontan membuat semua member saling berpandangan. “Kami tak punya jadwal? Jadi kita dapat libur?” ucap Ricky hati-hati.


“Kurasa begitu” jawab Manager Ahn dengan senyum puas. Ia kembali mengecek kertasnya. Ada beberapa acara off air yang dimajukan ke awal bulan dan imbasnya semua jadwal mereka menumpuk di awal dan kosong di tengah.


“Berapa hari?” tanya Chunji, membuat manager mereka lagi-lagi memeriksa kertasnya.
“Satu, dua, tiga... sepuluh? Wow, sepuluh! Ini benar-benar lumayan!” Bahkan sang manager sendiri kaget dengan informasi yang ia berikan.


“Sungguh? Sepuluh? Jadi aku boleh ke Chuncheon?” tanya Changjo dengan mata berbinar.
“Aku tidak yakin. Bagaimana ya? Andy tak mengatakan apa-apa.”
“Ayolah hyung! Sepuluh hari? Itu lama!”
“Tapi kalian punya jadwal latihan untuk tur! Dan awal November kalian sudah harus ke Taiwan.”
“Aku janji akan kembali tepat waktu!” Changjo menyahuti ucapan managernya dengan cepat.
“Tch..oke! Tapi ingat! Kalau lebih dari sepuluh hari….”
“AKU JANJI” sela Changjo sambil berdiri, membuat semua orang menatapnya heran.
“ara….. kau kuizinkan”
“hanya Changjo? Kami juga boleh berlibur kan?” tanya Niel.
“selama itu masih di Korea, maka kuizinkan. Ingat! Tak ada jalan-jalan ke luar negeri dulu Ahn Daniel”
“Ya! Tapi aku ingin ke Prancis”
“tunggu sampai kalian dapat liburan sungguhan dari Andy” Niel mendecak kecewa.
“sekali lagi dengarkan aku! asalkan setelah sepuluh hari kalian bisa sampai tepat waktu ke ruang latihan gedung TOP Media. Maka kalian diperbolehkan! Aratsoyo?”


“ARASSEO” Jawab keenamnya kompak. ‘Akhirnya…..’ Semua member langsung terlihat lebih semangat. Rencana liburan sudah tersusun di otak masing-masing, termasuk sang manager.


“Ingat! Jangan terlambat! Latihan untuk konser Solo kalian akan lebih berat dari biasanya. Jadi tolong jangan sampai terlalu lelah. Pergunakan waktu liburan kalian untuk istirahat”


“aku setuju” jawab C.A.P, membuatnya mendapat delikan sinis dari lima orang secara bersamaan.


Aku masih tak percaya aku dapat libur.
Ya! Min Hyo Sun noona….. Tunggu seminggu lagi! aku segera datang!


**********



Berbulan-bulan Jong Hyun melalui hari yang melelahkan. Setelah diterima menjadi trainee, pria itu dihadapkan dengan jadwal latihan yang mencekik. Ia harus bolak-balik ke perusahaan agensinya setiap pulang sekolah, lalu baru sampai di rumah lagi saat malam sudah sangat larut. Bahkan terkadang ia tak pulang dan bermalam di perusahaan.


Jong Hyun yang masih berusia 13 tahun berusaha menahan rasa lelahnya dan melakukan semua itu dengan tulus. Lagipula ada Min Hyo Sun yang selalu berada di belakangnya, menyemangati tanpa putus.


“hei noona” pintu kamar gadis itu tiba-tiba saja terbuka, bersamaan dengan suara familiar yang terdengar.  Hyo Sun yang tengah bersandar di kepala ranjang sambil membaca komik kontan saja terkejut. Kepalanya menoleh ke asal suara. Seorang pria dengan tas hitam tengah berjalan terburu-buru menghampirinya. Pria itu menjatuhkan tasnya disamping ranjang lalu cepat-cepat menyalakan tv.


“kau pulang lebih cepat hari ini”
“ne.. kita kan sudah janji akan menonton film” jawab Jong Hyun, tangannya sibuk memasukkan sebuah CD ke DVD player. Hyo Sun meletakkan komiknya.


“Ah! Sudah mulai” Seru Jong Hyun. Dengan cepat ia mengambil sebungkus keripik kentang di atas meja dan melompat ke samping Hyo Sun. Lantas bersandar nyaman persis disebelahnya.


Film benar-benar sudah berputar. Tapi Hyo Sun tak dapat berkonsentrasi pada film itu. Kepalanya menoleh, memperhatikan pria disampingnya dengan perasaan iba. Kening Jong Hyun berkeringat. Ia yakin, selain berlari keluar dari perusahaan, namja itu juga berlari dari halte bus menuju rumahnya. Ia tahu persis watak seorang Choi Jong Hyun, si perfectionist yang rela melakukan apapun agar tak membuat orang lain kecewa.


“pasti melelahkan sekali ya?” Jong Hyun yang sedang fokus menonton film mengerutkan keningnya, lalu menggeleng.


“Tidak. Aku kan kuat”
“mianhae……. harusnya jika kau tak ingin melakukannya, aku tak boleh memaksa”
“aku mau kok. Dan kau tahu? mereka bilang aku bisa segera debut”
“APA?” Hyo Sun langsung merubah posisinya. Matanya berbinar. Senang bukan main.
“mereka semua kagum padaku, dan mereka janji akan mendebutkanku dalam waktu dekat"
“ah jinjjayo? Tapi bagaimana mungkin? Kau benar-benar………….” Hyo Sun mencoba memikirkan kata yang tepat sambil menggerakkan jari-jarinya, “DAEBAK” Lanjut gadis itu susah payah.


“Sebentar lagi kau bisa melihatku lewat layar itu. Sebentar lagi orang-orang akan mengenal Jong Hyun” Pria itu terus tersenyum saat mengucapkannya. Pikirannya melayang, jauh ke depan.


“aku tak sabar menunggu itu”
“aku bahkan lebih tak sabar lagi” ujar Jong Hyun, ia menyenderkan kepalanya di bahu Hyo Sun.
“Ya! Jong Hyun! jangan tidur! Filmnya baru mulai”
“aku tidak tidur” walaupun bicara begitu, mata Jong Hyun sebenarnya sudah terpejam. Ia meraih tangan Hyo Sun yang hanya berjarak beberapa centi dari tangannya, lantas menggenggamnya erat. Hyo Sun menatap tangan mereka yang bertautan kemudian langsung menoleh ke samping. Ternyata benar-benar tidur. Kelelahan.



**********



Tertidur lagi. Sudah berapa kali kita menonton film ini bersama? Tiga? Delapan? Dan gilanya, aku tak pernah berhasil menonton film itu sampai habis. Aku selalu tertidur sebelum menit ke-40. Aku tak pernah tahu cerita akhirnya. Dan gadis yang menonton bersamaku pun tak pernah berkenan memberitahu. Ia bilang aku harus menontonnya sendiri. Gadis pelit.



**********



“HYAAAAA…….. MIN HYO SUUUUUNNNNN!!!!! AKU AKAN DEBUT” Teriak Jong Hyun. Pria itu menjatuhkan tasnya dan langsung berlari menghampiri Hyo Sun yang tengah duduk di halaman. Baru saja gadis itu menoleh, Jong Hyun sudah menubruk badannya dan memeluknya sangat erat.


“Jinjjayo? Kau terpilih masuk group? Apa nama group-mu?” Jong Hyun melepaskan pelukannya, lalu menatap Hyo Sun antusias.


“mollayo. Perusahaan belum menentukannya. Ei kau tahu? sampai sekarang sudah ada 4 member di dalam group, dan Andy hyung bilang jumlahnya bisa bertambah. Dan satu lagi yang harus kau tahu!” Ujar Jong Hyun serius, “Andy hyung langsung yang memilihku”


“Jeongmalyo? Selamat Jong Hyun~aaa…… kau hebat sekali! Bagaimana member yang lain? Mereka baik padamu kan? apa mereka lebih tua darimu? Lalu….. bagaimana wajah mereka? Pasti tampan ya.. Kau harus mengenalkan mereka semua padaku” Jong Hyun yang tak dapat berhenti tersenyum hanya menganggukkan kepalanya tanpa menoleh. Pria itu memandang lurus ke langit, masih tersenyum, rasanya ia ingin terbang ke sana dan berteriak ‘AKU AKAN SEGERA DEBUUUUUT’ dari Mars. Namun tiba-tiba saja….


“Hei… bagaimana bisa kau keluar?” Seru Jong Hyun heran.
“appa menggendongku kesini”
“lalu kau ditinggal, begitu? bagaimana kalau…..”
“Berhenti mengkhawatirkanku! Kau berlebihan! Aku cuma duduk di halaman rumahku sendiri, bukan di tengah jalan” Sela Hyo Sun kesal. Jong Hyun terdiam, lalu menganggukkan kepalanya dengan ekspresi ‘terserah’.


“ayo belajar berjalan lagi”
“aniyo! Sudah dibilang sarafku rusak, kakiku mati rasa. Aku lumpuh permanen Jong Hyun~aa. Aku tak akan bisa berjalan lagi. Ini tak ada gunanya” Hyo Sun berusaha terlihat tenang saat mengucapkannya, sementara Jong Hyun lagi-lagi kehilangan kata. Namja itu terdiam dan hanya memandangi Hyo Sun. Ia tahu gadis itu hanya bersikap sok tegar, seperti biasanya.


“kau bisa noona” ujar pria itu pelan.
“BISA APA? SARAF YANG MATI TIDAK BISA HIDUP LAGI CHOI JONG HYUN”
“Benar. Tapi sel yang mati bisa digantikan dengan sel yang baru” ucap Jong Hyun tenang, berusaha mengontrol emosinya. Ia tak mau membalas bentakan Hyo Sun dengan bentakan lain. Di saat seperti ini, ia lah pihak yang harus mengalah.


“dan kabar baiknya, saraf tersusun dari sel” lanjut Jong Hyun. Namun Hyo Sun tetap terlihat kekeh pada pendiriannya.


“Tapi kata dokter……”
“memangnya dokter yang membuatmu bisa berjalan? Kenapa sih apa-apa dokter? Selama kau masih punya kaki, itu artinya kau bisa berjalan. Kau baru boleh bilang begitu kalau kau sudah tak punya kaki, atau sudah tak punya nyawa. Ara?” kali ini giliran Hyo Sun yang terdiam.


“MIN HYO SUN, ARAYO?” pekik Jong Hyun.
“ara” jawab gadis itu lemah. Jong Hyun yang tadi berupaya untuk tenang, malah ikut berteriak pada akhirnya. Gadis ini terlalu menyebalkan.


“sekarang ayo berdiri!”
“bagaimana caranya? Kakiku……” sebelum kalimat Hyo Sun tuntas, Jong Hyun sudah terlebih dulu meraih tangannya, melingkarkan tangan itu di lehernya.


“kau tak akan jatuh! Jadi kerahkan semua tenagamu. Kau pasti bisa, noona” dengan bantuan Jong Hyun, Hyo Sun akhirnya berhasil berdiri. Tapi tak bisa dikatakan begitu, karena nyatanya ia bisa dalam posisi seperti ini pun karena ada Jong Hyun yang menahannya.


“Kau ingat kan? aku lahir prematur. Saat aku lahir, kondisi tubuhku sangat lemah dan dokter bilang aku tak bisa bertahan lama. Singkatnya, mereka bilang aku akan segera mati” Jong Hyun berjalan mundur selangkah, membawa Hyo Sun bersamanya. Gadis itu tak peduli walau kakinya terseret, ia menatap mata Jong Hyun yang mulai berkaca-kaca, hatinya terenyuh mengingat masa-masa sulit itu.


“Tapi eomma percaya pada Tuhan. Eomma juga percaya padaku. Saat masih 8 tahun, Jong Hyun yang lemah justru dimasukkan ke klub taekwondo. Jong Hyun yang lemah dan dibilang tak bisa bertahan lama dibimbing untuk menjadi namja kuat. Dokter bilang itu bukan ide yang baik, karena bisa saja aku jatuh atau mendapat pukulan keras. Bisa saja kondisiku memburuk” Jong Hyun melangkah mundur sekali lagi, dan Hyo Sun masih setia menyeret kakinya. Wajah Jong Hyun saat ini terlihat seperti seorang anak kecil yang membutuhkan pelukan. Tanpa terasa air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.


“Tapi untung saja eomma percaya padaku. Eomma percaya anaknya lebih kuat dari apa yang dokter bilang” Jong Hyun tersenyum tipis, ia menggerakkan ibu jarinya untuk menyingkirkan air mata Hyo Sun yang nyaris jatuh. “Dan lihat aku sekarang! aku adalah namja berumur 13 tahun paling kuat sedunia” ia sendiri terkekeh pelan mendengar julukannya. Hyo Sun tersenyum. Ia tahu cerita itu. Ia tahu bagaimana Jong Hyun berlatih keras  hingga menjadi juara di perlombaan klub taekwondo-nya. Hatinya mencelos saat matanya bertemu dengan mata Jong Hyun yang jernih, polos tapi penuh keyakinan dan ambisi. Benar……. Jong Hyun adalah namja yang kuat.


“Noona”
“wae?”
“kau bisa”
“……….”



**********



Waktu itu akhir 2009. Tak berapa lama setelah group terbentuk, seorang anak laki-laki berseragam rapi datang ke perusahaan. Dia mendapat undangan langsung untuk audisi. Dia melakukan audisi sendirian di sebuah ruangan khusus di perusahaan. Singkatnya, namja itu diterima. Lee Chan Hee. Member ke-5 yang bergabung. Setelah beberapa bulan mengcover lagu-lagu terkenal dan bernyanyi dari satu mall ke mall lain, kami berlima belum juga bisa debut. Perusahaan bilang formasi kami belum begitu kuat. Saat harapan semakin menipis, pada tanggal 20 Februari, ada anak asal Amerika yang mengikuti audisi terbuka. Ia menyanyikan lagu rapp karangannya sendiri -call me gangsta- lagu aneh buatan orang aneh. Walaupun menurutku lagu dan gayanya aneh, pria itu justru lolos dan memenangkan Daesang saat audisi. Dia lemah, saat mulai training, dia bermasalah dengan kakinya dan harus menerima terapi. Tapi walaupun begitu, ia cuma menjalani training selama beberapa minggu dan tiba-tiba saja dipilih untuk bergabung dengan group-ku. Lee Byunghun. Dia sangat dingin. Sangat individualis. Bahkan setelah beberapa hari bersama, kami tak pernah saling sapa. Dia aneh. Dia tak balik menyapa saat orang menyapanya. Terakhir aku menyapanya, ia hanya menatapku dengan tatapan datar dan pergi begitu saja. Entahlah. Tapi setelah ia bergabung, kabar baik berdatangan. Puncaknya, perusahaan mengeluarkan pengumuman tanggal debut kami. Astaga!



**********



“Jong Hyun! Keobwa! Namamu jadi Changjo” ujar Hyo Sun sambil menunjuk-nunjuk heboh sebuah photocard. Sebenarnya photocard itu belum boleh dipublikasikan kepada siapapun. Tapi Jong Hyun malah membawanya diam-diam dan memberikannya pada Hyo Sun. Ia merasa gadis itu harus segera mengetahui ini. Min Hyo Sun sangat berjasa. Ayolah…… siapa yang menyuruhnya mengikuti audisi?


Saat pertama kali melihat photocard bergambar wajahnya sendiri dicetak, Jong Hyun tak dapat berhenti tersenyum. Ia tak sabar memberitahukan itu pada Hyo Sun. Dan benar saja, reaksi antusias Hyo Sun bahkan membuatnya lebih senang lagi.


“ayo belajar berjalan lagi” ajakan namja itu terlalu tiba-tiba. Hyo Sun yang masih tersenyum menatap photocard langsung menoleh. Senyumnya menghilang.


“kenapa belajar berjalan lagi? Kita sudah melakukannya kemarin” Jong Hyun tak mendengarkan dan langsung membawa Hyo Sun menuruni ranjang. Tak peduli gadis itu setuju atau tidak. Tak peduli mau gadis itu bosan, muak atau apalah.



**********



Aku akan melakukan itu… terus…… Sampai kau bisa menggerakkan kakimu lagi. Sampai kau bisa berdiri tanpa harus kutahan. Sampai kau bisa berjalan, berlari, menaiki bukit, bermain basket dan menari. Kau masih ingat gerakan dance yang kita buat bersama? Kalau kau salah satu step saja, aku janji akan menghukummu seberat mungkin. Hyo Sun noona……… cepatlah sembuh! Aku ingin melakukan itu semua lagi, seperti dulu, bersamamu.


TBC


Anyyeong^^ aku dateng bawa series baruJ


Alurnya bikin bingung ga sih? Mian kl bikin pusing! Abisnya kalo g kaya gini, nanti alur di part 2 nya malah jadi kecepetan. Tapi tenang……. Di part 2 nanti ga ada flashback lagi, jd alurnya normal. Dan tentang ff ini, sebelumnya aku udah buat L.Joe version sama Chunji version. Tapi ga mesti baca dua ff itu kl mau ngerti versi changjo-nya…. Semua punya cerita sendiri. Ini ga akan secomplicated Way to love, tapi juga g seringan Get Crazy. Sweet? Not really sweet. Comedy? I guess not. Ini lebih ke persahabatan erat yang……. yang gitu deh:p


Okeh…..Changjo! buat yang belom kenal, sini aku kenalin. Dia maknaenya Teen Top, kelahiran 95, anak Chuncheon, fans beratnya taeyang Big Bang, member tertinggi + termanly di teen top, dia baru aja keterima jadi mahasiswa hoseo university, rajin update di socmed, suka alay, punya puppy namanya jjongie, dia lagi seneng-senengnya compose musik, bentar lagi ultah yang ke 18 (international age) . Sekian.  


Dari tadi selama aku ngetik ff sampe ngetik note gaje ini ujaaaaaaaaaaaan mulu. Tapi ga papa sih, udaranya jd enak. Perfect buat cuddle with my Changjo pillow.



THANKSALOT!!!! Anyyeong^^

Comments

Popular Posts