Let It Go






cast : Kim Jaejoong
         Jung Jessica
         Kris Wu





Backsound :







~ O O O ~








Suara angin sore itu bagaikan alunan musik pengiring tidur yang menenangkan bagi para pendengarnya. Begitu menenangkan hingga mampu mengurangi sedikit beban psikologi yang tengah menimpa sang pendengar. Namun semenenangkannya angin sore itu, tetap saja menyisakan sebuah kepiluan yang membuat wanita berambut coklat yang tengah menikmati udara sore di taman itu merintih.


Ia merengkuh tubuhnya. Dalam diam, hatinya meraung. Meraung sejadi-jadinya saat kejadian menyakitkan itu kembali terputar di otaknya. Mengingat bagaimana seorang pria yang dalam beberapa menit lagi akan resmi menjadi suaminya pergi begitu saja dengan menarik wanita lain yang berdiri dideretan undangan yang hadir, disaat ayahnya baru saja menyerahkan ia pada sosok pria itu.


Pria yang dengan tulus ia terima sebagai pendamping hidupnya. Pria yang beberapa bulan belakangan ini selalu menemaninya. Pria yang dengan sabarnya meladeni ia saat mempersiapkan seluruh kebutuhan untuk pelaksanaan hari sakral itu. Dan juga, pria yang telah berhasil merebut hatinya dan meyakinkan hatinya akan perasaan pria itu padanya.


Ya... pria itu adalah segalanya bagi dirinya. Tapi itu sebelum hari dimana pria itu dengan teganya pergi meninggalkan ia. Dan kini, pria itu adalah memori terburuk baginya. Memori menyakitkan yang ingin sekali ia hapus dari hidupnya.


Sebuah benda kecil nan halus berwarna putih jatuh tepat mengenai tangannya. Ia yang sedari tadi terus saja memejamkan mata, perlahan membukanya saat dirasakan benda itu memberikan efek dingin disana.


“salju? salju pertama..” Gumamnya. Ia menengadahkan tangannya. Membiarkan benda halus itu mendarat dipermukaan telapak tangannya.


“Sica!”


Wanita itu menoleh. Wajahnya sama sekali tak menunjukan ekspresi apa pun begitu mengetahui siapa sosok yang baru saja memanggilnya. Tetap dingin dan tak dapat dijelaskan.


“kau. apa yang... tsk.”


Sosok itu dengan gerakan tercepatnya melepaskan mantel yang ia kenakan dan mengenakannya pada wanita itu. Ia benar-benar tak habis pikir dengan sosok wanita di hadapannya. Berada di taman dengan hanya mengenakan pakaian tipis disaat udara begitu dingin hingga menusuk ke dalam tulang.


“kita pulang sekarang.” Ucap sosok itu. Dan tanpa memberikan kesempatan untuk wanita itu menolak perintahnya, ia langsung menarik tangan wanita itu agar sang wanita berjalan mengikutinya.



° ° ° ° ° ° ° ° ° °



Malam itu adalah malam terkelabu bagi dirinya. Bayangkan... cahaya rembulan yang tak terang harus tertutupi oleh gelapnya awan dengan hujan besar yang disertai suara gemuruh petir yang mampu menembus sampai ke dalam rumah. Padahal seharuanya malam itu adalah malam tenang dimana salju turun, seperti yang terjadi sore tadi. Bukan sebuah hujan deras dengan kemarahan langit yang disalurkan oleh suara petir-petir yang seakan bersaut-sautan.


Ia yang tengah terlelap di atas ranjangnya, tiba-tiba saja bergerak-gerak dengan gelisah. Wajahnya yang tadi tenang, perlahan berubah. Peluh yang sebelumnya tak membasahi wajahnya, saat itu malah mengalir bagaikan air hujan yang tengah jatuh membasahi dunia.


Ia semakin bergerak gelisah seiringan dengan suara gemuruh petir yang semakin kencang. Dan bersamaan dengan kesekian kalinya petir menyuarakan suaranya, seorang pria dengan setengah berlari masuk ke dalam kamarnya. Dengan cepat pria itu menghampiri ranjang dan membangunkan sosok wanita yang tengah bergelut di dalam mimpinya yang tengah terbaring di atas ranjang tersebut.


“ireona. Sica-ah ireona.” Ucap pria itu. Ia membasuh peluh yang mengalir pada dahi wanita itu. Dengan tetap mencoba mengembalikan wanita itu ke dunia yang sebenarnya.


“Jessica ireona!”


Ia guncang tubuh wanita itu pelan. Dan kembali berkata, “Jung Jessica sadarlah!” Ucap pria itu dengan semakin mengguncang tubuh wanita bernama Jung Jessica itu.


Dan tak lama kemudian, wanita itu perlahan membuka matanya. Membuat hembusan nafas terdengar dari pria itu.


“Jaejoong oppa..” Ucap Jessica begitu ia melihat pria bernama Jaejoong itu, berada di dalam kamarnya.


Pria itu hanya menghela nafasnya dan tersenyum begitu mendengar apa yang terlontar dari bibir wanita itu ketika ia tersadar. Ia sudah tahu. Bahkan sangat tahu hingga membuatnya hafal. Karena kejadian malam itu bukanlah kejadian pertama yang terjadi. Kejadian seperti itu sudah sering terjadi sejak hari dimana wanita bernama Jung Jessica itu gagal mengucapkan janji suci di hadapan Tuhan bersama dengan kekasihnya, yang dengan teganya pergi meninggalkan ia disaat ia telah berdiri di atas altar bersama dengan pria itu.


Menyakitkan kah?


Ya.... itu sangat menyakitkan untuk wanita itu. Bahkan terlalu menyakitkan hingga hampir membuat ia kehilangan akal dan membuat ia hampir menggoreskan pecahan kaca pada pergelangan tangannya.


Pria itu, ah Jaejoong. Ia menyodorkan segelas air yang berada di atas nakas di samping ranjang pada Jessica. Membiarkan cairan transparan itu mengalir membasahi kerongkongan wanita itu yang kering karena pergulatannya tadi.


“apakah aku....”


“sudahlah kau tidur saja. oppa akan menemani mu.”


Dengan cepat, pria itu kembali menarik selimut dan langsung menutupi tubuh wanita itu. Ia menarik salah satu kursi dan menempatkannya tepat di samping ranjang.



° ° ° ° ° ° ° ° ° °



November 11th, 2013.


Benda halus nan dingin itu menjadi objek penglihatan wanita berbalutkan mantel hitam selutut yang tengah terduduk disalah satu kursi taman rumahnya. Sejak ia terjaga dari istirahat tenangnya, hingga langit yang sebelumnya berwarna biru telah berubah menjadi hitam. Bahkan saat sosok pria yang tadi pagi ia antar, sampai mobil mewah sang pria melaju meninggalkan area rumahnya, hingga pria itu telah kembali, wanita itu tetap saja berada di tempat tersebut. Memperhatikan benda nan halus itu di tengah-tengah taman rumahnya.


Pria itu meletakan tasnya dan segera berlari menghampiri sosok wanita yang menurutnya belum berpindah tempat entah sejak kapan.


“kenapa kau ada disini? cepat masuk. nanti kau sakit.” Ujar pria itu. Baru saja ia akan menarik gadis itu masuk, tetapi urung saat wanita itu tiba-tiba saja bersuara.


“tak akan ada yang peduli. lagi pula.. semua sudah berakhir.” Ucap wanita itu ringan.



° ° ° ° ° ° ° ° ° °



November 27th, 2013.


Malam itu, angin berhembus dengan kencang. Bahkan bisa dikatakan sangat kencang hingga menimbulkan suara benturan dengan kaca pada pintu balkon kamar. Sang pemilik kamar yang tengah memejamkan mata dengan tenang, perlahan membuka kelopak matanya. Ia menyikap selimutnya dan beranjak menuju kursi dimana mantelnya berada. Mantel berwarna hitam yang beberapa hari belakangan ini kerap ia kenakan.


Ia kenakan mantel hitam itu dan berjalan menuju balkon dimana suara bising angin itu berasal. Hingga langit hitam telah berganti, dan rembulan telah kembali bersembunyi, sosok itu masih dengan setia berada di balkon kamarnya. Duduk di kursi dengan menatap langit.


Suara decitan pintu tak membuat ia melepaskan pandangannya dari langit pagi. Bahkan derap langkah orang yang membuka pintu itu tak membuat ia berniat untuk mengakhiri kegiatan tak bergunanya itu.


“kau sudah ba..”


Sosok itu yang tadi hanya melihat wajah sang pemilik kamar dari samping, dengan cepat memutar tubuh sang pemilik kamar hingga wajahnya dapat ia lihat dengan jelas. Ia mengerutkan dahinya beberapa saat dan kemudian matanya membulat seiringan dengan pekikan keterkejutan yang terlontar darinya.


“Jessica.. matamu... k-kau tak tidur??”


Mendapati keterkejutan lawan bicara, sang pemilik kamar, ah.. Jessica, ia hanya menatap lawan bicaranya tenang. Seakan-akan tak tidur semalaman adalah hal yang baik dan tak merugikan.


“dan aagghhh...” Sosok itu memperhatikan Jessica. Dan tak lama ia menghela nafasnya.


“sekarang masuklah. kau harus beristirahat.”


Sosok itu merengkuh tubuh Jessica dan menuntunnya masuk ke dalan kamar. Mengajak wanita itu ke ranjangnya dan membantunya berbaring. Ia kembali menarik selimut wanita itu, dan menyelimutkannya pada tubuh kurus Jessica.


“kau beristirahatlah. oppa akan buatkan sarapan dan hot chocolate untuk mu.” Ujar pria itu.


Ia memutar tubuhnya. Berjalan menuju pintu kamar dan hendak menghilang disana. Namun ucapan wanita itu berhasil membuat ia kembali berbalik melihat wanita itu.


“untuk apa beristirahat? bukankah oppa sudah tahu kalau semuanya sudah berakhir.”



° ° ° ° ° ° ° ° ° °



December 12th, 2013.


Jaejoong baru saja memarkirkan mobilnya. Ia segera berlari menuju pintu mengingat udara malam itu tepat berada pada angka 0. Setelah merogoh saku mantelnya dan menemukan kunci rumah, pria itu langsung membuka pintu agar ia bisa segera berada di dalam.


Jaejoong melepaskan sepatunya dan berganti dengan sandal rumah yang biasanya ia kenakan. Ia melangkah menuju dapur, suatu kegiatan yang telah menjadi rutinitasnya saat sampai di rumah, setelah wanita yang tinggal diatap yang sama dengannya mengalami insiden menyakitkan yang membuat wanita itu bagaikan makhluk tak bernyawa.


Ia berjalan menuju salah satu kursi makan dimana biasanya wanita itu duduk. Sebuah piring makan yang masih tersisakan selembar roti menjadi fokusnya. Ia mengambil piring itu dan gelas berisikan cairan berwarna coklat yang berada tak jauh dari piring tersebut, dan membawa kedua barang tersebut ke ruang tengah.


“Jessica.. kenapa kau tak menghabiskan sarapanmu?” Tanya Jaejoong. Ia meletakan piring serta gelas yang dibawanya ke atas meja, tepat di depan wanita bernama Jessica itu.


Sementara itu, Jessica hanya diam sembari menatap pria di sampingnya singkat.


“kau tak menyentuh sedikit pun selembar roti yang telah oppa siapkan. bahkan susu coklat itu hanya kau minum sedikit. dan aku yakin, kau juga tak memasukan makanan apa pun ke dalam perutmu siang tadi.” Ujar Jaejoong. Ia menghela nafasnya. Benar-benar frustasi dan khawatir akan keadaan wanita itu. Bayangkan saja, wanita itu tak mengisi perutnya barang sedikit pun sejak pagi tadi hingga malam telah menyapa.


“tunggulah. oppa akan membuatkan mu makan malam. dan kau harus memakannya.” Lanjut Jaejoong.


Pria itu bengkit dari duduknya. Mengambil piring serta gelas yang tadi dibawanya dan beralih menuju dapur.


“untak apa aku makan. toh aku makan pun tak akan pernah membuat apa yang sudah terjadi kembali membaik.” Ucap Jessica begitu pria itu baru saja melangkah beberapa langkah saja menuju dapur.



° ° ° ° ° ° ° ° ° °



December 17th, 2013.


Rembulan telah tenggelam dan berganti dengan mentari. Suara nyanyian binatang malam telah berganti dengan suara merdu cicitan burung. Namun dari semua itu, hanya salju dan juga angin yang tak berganti. Mereka tetap saja menghiasi bumi sejak pagi hingga malam kembali menyapa.


Sementara pagi telah menyapa, sosok wanita dengan piyama putihnya masih terlelap dengan manis di atas ranjang. Wajahnya begitu damai dan tenang. Seakan beban hidup tak lagi hinggap dipundaknya. Hingga membuat ia tak menyadari keberadaan seorang pria disana.


Wanita itu menggeliat pelan dengan matanya yang tetap tertutup. Namun hal itu tak membuat sosok pria yang tengah berdiri tepat di samping wanita itu bergegas meninggalkan kamar. Ia malah tetap berdiri disana. Memandangi wajah wanita muda itu, dan sesekali bibirnya tertarik membentuk lengkungan.


“aku akan mengembalikan senyummu, kebahagiaanmu, dan semuanya yang telah bajingan itu renggut. tak akan ku biarkan manusia terkutuk itu menyakiti mu. aku berjanji Sica.. aku berjanji.”


Masih dengan tersenyum, pria itu menempatkan tubuhnya di tepi ranjang. Ia pandangi wajah wanita itu dengan sesekali mengusap kepalanya. Setelah merasa puas dengan apa yang ia lakukan, dengan perlahan pria itu membangunkan sang wanita. Ia guncang tubuh wanita itu pelan. Seakan tubuh itu akan rusak jika ia sedikit saja mengasarinya.


Wanita itu secara pelahan membuka matanya. Ia sedikit mengerang sebelum mengusap matanya dengan punggung tangan. “ada apa oppa?” Tanya wanita itu pada sosok pria yang baru saja membangunkannya.


“ckck ada apa kata mu? ya.. Sica-ah, apakah kau tak melihat kalau matahari telah bertengger di langit?” Tanya balik pria itu yang membuat wanita yang ia panggil Sica langsung menoleh ke arah balkon.


“kau ini... yasudah cepat mandi. dan kita sarapan bersama. setelah itu oppa akan mengajak mu keluar.” Sambung pria itu begiu wanita tadi kembali melihat dirinya dengan menggaruk tengkuk setelah melihat keadaan di luar rumah.


“memangnya oppa akan mengajak ku kemana?” Tanya wanita itu.


“rahasia. sudahlah.. cepat kau mandi.”



° ° ° ° ° ° ° ° ° °



Salju masih terus saja jatuh menghiasi bumi. Udara dingin yang ditimbulkan benda putih itu juga semakin lama semakin bertambah kadarnya. Hal itu membuat berbagai macam mantel dengan design, warna, hingga merek termahal sekali pun menjadi incaran seluruh masyarakat. Namun, di samping sebagai penghangat tubuh, pakaian tebal itu juga digunakan oleh para kaula muda penyandang gelar sosialita sebagai alat untuk menunjukan kasta mereka. Hingga membuat mereka rela pergi hingga ke negeri dimana white house berada hanya untuk mendapatkan pakaian tebal itu.


Namun berbeda dengan seorang wanita yang tengah berjalan beriringan bersama seorang pria dengan beberapa tas belanjaan ditangan kanan kirinya. Wanita iu bagaikan setitik tinta diantara serbuk gliter berbagai warna. Dengan mantel hitam yang kerap ia kenakan, wanita itu berjalan menyusuri jalan dengan pikiran yang tak tahu kemana. Hingga membuat wanita itu terus saja berjalan dan tak menyadari sosok pria tadi yang telah tak berada di sampingnya.


Wanita itu terus saja berjalan. Matanya menatap lurus ke depan. Namun iris matanya sama sekali tak melihat apa pun. Semua pandangannya sama sekali tak berwujud. Hingga tanpa sadar tubuhnya terhuyung dan hampir saja terjatuh andai saja tangan kekar seseorang tak menahan tubuhnya.


Perlahan wanita itu membuka kelopak matanya yang terpejam. Mengerjap perlahan guna menormalkan penglihatannya yang sedikit memburam. Namun matanya membulat seketika begitu ia melihat wajah sosok yang menolongnya.


“Jessica apakah kau baik-baik saja?” Tanya sosok itu yang telah melepaskan rangkulannya dari tubuh wanita itu.


Sementara itu, Jessica masih terpaku. Ia menatap sosok di hadapannya tak percaya. Namun tak lama kemudian, tatapannya kembali mendingin begitu ingatan menyedihkan itu kembali terputar diotaknya.


“Jessica..” Panggil sosok itu lagi begitu melihat wanita itu tak merespon ucapannya.


Jessica masih diam. Ia sama sekali tak merespon apa pun yang dilakukan sosok itu. “Jessica.. ada yang ingin aku katakan pada mu.”


“aku... aku menyesal. meninggalkan mu merupakan kesalahan terbodoh ku. aku menyesal telah membatalkan pernikahan kita Sica-ah.. sangat menyesal. dan kini.. aku.. aku ingin kau kembali kepada ku. kita susun lagi rencana kebahagian kita. apakah kau mu?”


Jessica masih diam. Wajahnya tetap tak menunjukan ekspresi apa pun. Datar dan tak bernyawa. Namun tanpa disadari, tangan wanita itu tekepal dikedua sisi tubuhnya.


“Sica-ah.. kau masih mencintai ku bukan?” Tanya sosok itu begitu Jessica tak kunjung menjawabnya.


Sosok itu merogoh saku mantelnya. Mengeluarkan satu buah kotak bludru berwarna merah dan menunjukannya dihadapan wanita itu.


“kau tak perlu menjawabnya. karena aku tahu, kau juga masih mencintai ku. kau tak mungkin bisa melupakan cinta kita selama ini.”


Sosok itu membuka kotak merah itu. Mengeluarkan isinya dan meraih tangan Jessica. Sosok itu hendak menyematkan kembali benda berbentuk lingkaran yang tak sempat ia sematkan dijari manis wanita itu. Namun belum sempat benda berlapiskan berlian itu menghiasi jari Jessica, wanita iu telah lebih dulu melayangkan tangannya pada pipi sosok itu.



“Sica!!”


Dengan gerakan cepat, sosok pria yang tadi sempat berpisah dengan Jessica belari menghampiri wanita itu dan langsung melayangkan pukulannya pada wajah sosok yang baru saja merasakan panasnya tamparan Jessica.


“APA YANG KAU LAKUKAN MANUSIA BIADAB!!!!??”



° ° ° ° ° ° ° ° ° °



Jaejoong menghempaskan tubuhnya begitu saja setelah mengunci rapat pintu kamarnya. Dalam diam, pria berkulit putih itu berteriak. Menyalurkan seluruh amarah pada sosok yang paling dibencinya yang telah dipendamnya sejak lama.


Ia menghela nafasnya. Kejadian siang tadi benar-benar membuatnya ingin menghabisi nyawa seseorang yang telah merusak semuanya. Tak hanya kebehagiannya, tetapi kebahagian wanita yang ia sayangi. Jessica, wanita yang kerap memanggilnya oppa. Wanita yang telah berubah setelah sosok itu pergi begitu saja.



>>> flashback


“Jaejoong oppa hentikan!”


“wae?” Tanya Jaejoong. Ia menatap dengan bingung wanita di sampingnya. Hey.... pria yang tengah ia pukuli merupakan pria brengsek yang layak mendapatkan pukulannya.


“ku bilang hentikan ya hentikan!!”


Sejenak wanita itu menatap kedua pria tersebut dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Namun tak lama, ia memalingkan wajahnya dan berjalan pergi meninggalkan dua pria yang menatap kepergian wanita itu dalam diam.


>>> flashback end



“apakah Jessica masih mencintai Kris?”



° ° ° ° ° ° ° ° ° °



Seminggu telah berlalu setelah insiden pemukulan yang dilakukan Jaejoong pada seorang pria bernama Kris yang membuat Jessica pergi begitu saja meninggalkan keduanya. Namun hingga saat itu, tak terjadi kontak sedikit pun antara Jaejoong dan Jessica. Mereka bagaikan makhluk asing yang hidup di bawah atap yang sama.


Pagi itu, seperti pagi-pagi biasanya. Matahari secara malu-malu menunjukan sinarnya. Sinar hangat yang sangat dinantikan oleh jutaan penghuni bumi yang tak bisa mereka rasakan dimusim yang dingin itu. Namun hari itu, walaupun tak ada hangatnya sinar mentari yang menyertai seluruh penghuni di bumi, keramaian dan kecerian hari itu membuat rasa hangat tersendiri.


Jam dinding telah menunjukan pukul sebelas dan saat itu sebuah sedan baru saja dimatikan mesinnya di pekarangan rumah dengan design elegant yang sangat terlihat hanya dari ornamen-ornamen yang menghiasi pintu rumah tersebut. Sang pengendara dan juga seorang penumpang yang berada disana segera turun dan masuk ke dalam. Rumah itu hanya dihuni oleh dua orang -ya.. dua orang itu adalah penumpang dan pengemudi mobil sedan itu- dan hal itu membuat kesunyian selalu berada disana. Terlebih beberapa hari belakangan ini, kedua orang penghuni rumah itu tengah berada di dalam zona yang membuat mereka tak lagi saling berbicara.


Wanita yang merupakan penumpang dimobil itu lebih memilih meninggalkan sosok pria pengemudi mobil tersebut menuju balkon belakang tanpa mengucapkan satu patah kata pun. Setelah keluar dari gereja, perasaan wanita itu semakin tak menentu. Terlebih tanpa diduga, ia kembali bertemu dengan sosok pria yang telah membuatnya menjadi seperti saat itu.


“igeo.. marry christmas.” Seseorang muncul dari balik tubuh wanita itu. Menyodorkan satu buah kotak kecil berwarna merah kepadanya.


Wanita itu menatap sejenak sosok yang telah duduk disalah satu kursi di sebelahnya. Namun tak lama matanya beralih pada kotak kecil itu. Ia mengambilnya. Memperhatikan kotak itu tanpa ada sepatah kata pun yang terlontar dari mulutnya.


“maaf untuk hari itu. sungguh.. sebenarnya o-”


“mianhae.. seharusnya aku yang mengatakan itu pada mu oppa. aku tahu oppa melakukan hal itu karena oppa tak mau aku kembali terluka. tapi aku saja yang terlalu bodoh. a-”


Mendengar pekataan wanita itu, membuat pria tadi dengan cepat mendekap tubuh mungil wanita tersebut. “tidak. kau tak salah. oppa yang salah. seharusnya oppa tak melakukan hal itu. oppa terlalu lancang mencampuri urusan mu. mian Sica-ah.. mian....”



° ° ° ° ° ° ° ° ° °



Hari terus berlalu. Tanpa terasa penghujung tahun telah berada di depan mata. Berbagai pernak-pernik tahun baru juga sudah mulai menghiasi seluruh jalan, tempat umum, dan rumah-rumah. Tak terkecuali dengan salah satu rumah dengan design elegant-nya yang berada di daerah perumahan elit. Rumah itu, rumah bertingkat dua dengan dominasi warna silver dan coklat. Rumah dimana tinggal seorang pria dan wanita yang tak memiliki ikatan apa pun.


Siang itu, disaat sang pria tengah tak berada di rumah, seseorang datang. Dengan hanya membawa dirinya serta sebuket bunga mawar merah. Sosok itu memberanikan dirinya untuk kembali mendatangi rumah mewah itu. Dengan kepercayaan bahwa semuanya akan kembali menjadi semula. Ia dan wanita penghuni rumah itu akan kembali terikat.


Ia mengangkat tangannya. Menekan bell rumah yang berada tepat di samping pintu rumah tersebut. Tak membutuhkan waktu yang lama bagi sosok itu untuk kembali melihat wajah sang wanita. Karena saat itu dengan berbalutkan dress selutut berwarna tan, wanita itu muncul dari balik pintu.


“Jessica..” Ucap sosok itu begitu melihat wanita tersebut.



Jaejoong POV


Semoga Jessica menyukainya. Hhh~ aku benar-benar tak sabar melihat reaksinya.


Ku injak pedal gas mobil ini begitu lampu lalu lintas telah berubah menjadi hijau. Ku percepat laju mobilku, agar aku bisa lebih cepat sampai di rumah. Setelah hubungan ku dan Jessica membaik, aku benar-benar menyadari bahwa aku sangat menyayanginya. Melebihi rasa sayang seorang kakak terhadap adiknya. Mungkin ini terdengar gila. Karena aku dan Jessica telah bersama sejak kami kecil, bahkan kami telah tidur bersama diranjang yang sama saat usia ku baru menginjak tujuh tahun dan dia berusia lima tahun.


Sungguh masa-masa itu adalah masa yang sangat menyenangkan. Tak ada tangisnya, yang ada hanya senyum kegembiraan gadis itu. Namun, saat kemunculan pria itu, semua berubah. Tak ada lagi tawa riangnya, terlebih setelah pria itu pergi begitu saja bersama dengan Raehyun, seorang wanita yang notabene-nya merupakan sahabat Jessica, disaat ia akan mengucapkan janji sucinya. Hhh~ mengingat hal itu, ingin sekali ku habisi laki-laki itu.


Setelah menempuh perjalanan yang cukup menyita waktuku, kini dari kejauhan aku bisa melihat rumah dimana aku dan Jessica tinggal. Dan hal itu membuat aku semakin mempercepat laju kendaraanku. Tepat di depan sebuah pagar besar, aku menghentikan laju mobil ku. Sebuah mobil yang aku yakini milik Kris, laki-laki yang telah menorehkan luka pada Jessica, tengah terparkir di dalam. Dan disana, tepat di depan pintu rumah, pria itu tengah memeluk Jessica. Dengan Jessica yang membalas pelukan itu dengan tulus. Apakah ini tanda kalau semua sudah berakhir?



Author POV


Suara hembusan angin menyadarkan Jessica dari tidurnya. Ia mengerjap, mengusap matanya dengan punggung tangan sebelum bangkit meninggalkan ranjangnya. Ia melihat sebentar keadaan di luar melalui kaca pintu balkon yang belum tertutup tirai, sebelum beranjak pergi meniggalkan kamarnya.


Wanita itu hendak menuruni tangga, namun langkahnya terhenti dan tubuhnya berbalik menuju lorong yang berseberangan dengan lorong kamarnya. Ia berjalan menuju salah satu kamar yang tak memancarkan cahaya apa pun dari dalam. Alisnya menaut. Wajahnya terlihat bingung.


“apakah Jaejoong oppa belum pulang? tapi ini sudah terlalu malam.” Batin wanita itu.


Ia mengangkat tangannya. Mengetuk pintu di depannya beberapa kali, namun tak mendapatkan balasan. Perasaannya mulai kacau ketika untuk kesekian kalinya tak ada jawaban yang didapatkannya atas ketukan yang ia lakukan. Tanpa membiarkan banyak waktu yang terbuang, wanita itu menekan gagang pintu secara perlahan. Ia melirik sekilas keadaan di dalam sebelum benar-benar membuka pintu kamar tersebut.


“kamarnya kosong. kemana Jaejoong oppa?” Ucapnya. Ia tekan saklar yang tepat berada di samping pintu. Seteleh lampu kamar itu telah hidup, barulah wanita itu melangkahkan kakinya masuk.


Ia perhatikan keadaan kamar yang menurutnya tak memiliki perubahan apa pun sejak mereka masih kanak-kanak. Cat, tata benda, semua masih nampak sama. Hanya saja poster-poster kartun milik pria itu sudah tak lagi terpasang di dinding. Ia berjalan menuju meja dimana pria itu biasa meletakan pekerjaan-pekerjaan kantornya. Namun keberadaan sebuah kotak disana berhasil mengalihkan fokus Jessica. Ia mengambil kotak berwarna biru itu. Sebuah kertas yang ditunjukan untuknya membuat wanita itu yakin bahwa kotak itu memang untuknya. Ia membuka kotak tersebut. Sebuah kalung dengan sebuah cincin yang menjadi bandulnya ia temukan di dalam kotak tersebut.


“J & J..” Gumam Jessica begitu menemukan tulisan tersebut dibagian dalam cincin. Ia perhatikan kalung itu sejenak sebelum beralih pada surat yang berada di atas meja.



To: My Ice Princess, Jessica

Mungkin ketika kau menemukan surat serta kotak ini, oppa sudah pergi. Maaf... maaf karena sebelumnya oppa tak memberitahu mu. Dan maaf, karena oppa pergi tanpa berpamitan dengan mu.

Eemmm... sebenarnya oppa ingin memberikan kado itu kepada mu secara langsung, tapi tadi oppa melihat mu bersama Kris. Oppa kira kalian sudah kembali bersama. Jadi selamat Sica, oppa berharap kau bahagia dengan Kris. Dan... sebelum oppa mengakhirinya. Ada yang ingin oppa katakan pada mu.

Hhh.. mungkin ini tak wajar. Dan mungkin kau akan membenci oppa setelah ini. Tapi oppa tak bisa lagi membohongi perasaan oppa sendiri. Saranghae Sica.. nan jeongmal saranghae Sica.

Mungkin ini terdengar gila. Dan oppa mengakui kalau ini memang gila. Hh.. bagaimana bisa ada seorang kakak yang mencintai adiknya. Tapi.. tapi... itu yang oppa rasakan jauh sebelum kau bertemu Kris. Tapi semua sudah berakhir, kau sudah bersama dengan Kris. Tak seharusnya oppa masih memendam perasaan ini pada mu. Jadi oppa memutuskan untuk menerima pemindahan yang diajukan oleh kantor. Maaf sekali lagi Sica, karena oppa telah dengan lancangnya mengatakan perasaan oppa pada mu. Jinjja mianhae.... dan sekali lagi, semoga kau bahagia dengan Kris. Oppa akan selalu berdoa untuk kebahagiaan mu. Dan jaga diri mu, semoga kita bisa bertemu kembali.

Kim Jaejoong



“kau salah oppa.. kau salah.” Tangis wanita itu. Ia terjatuh. Kakinya tak mampu untuk menopang berat tubuhnya setelah membaca isi surat tersebut.


“aku.. aku juga mencintai mu oppa. sangat mencintai mu. bahkan jauh sebelum Kris hadir dihidupku.” Kembali, wanita itu menyuarakan isi hatinya. Sebuah perasaan yang tak pernah ia ungkapkan pada pria itu. Pria yang ia anggap sebagai kakaknya, namun berubah begitu ia menginjak usia remaja. Ya... ia mencintai pria itu melebihi rasa cinta seorang adik kepada kakaknya.


Namun kenyataan bahwa ia dan pria itu sudah menjadi seperti adik dan kakak sejak mereka kecil, membuat ia mengubur dalam-dalam perasaannya. Dan kemunculan pria bernama Kris dihidupnya hanya unuk membantunya menghilangkan perasaan yang ia miliki untuk pria itu, Kim Jaejoong. Namun apa yang terjadi pada ia dan Kris, membuat ia semakin sadar bahwa ia benar-benar mencintai Jaejoong. Dan tak ada satu pun yang bisa menggantikan posisi pria itu dihatinya.



E  N  D





yooohhooooo.... i'm back again!!
firstly i wanna say sorry for all of you, because this. i know this isn't good enough. all of the content wasn't same with my first imagination. it's happern because final exams came and i must pending to make it finish.
hh.. although it's not good, but i still hope that my fic can make you entertained. but if not, i beg your pardon.
oke.. i think it's enough. thanks for you time and see you.....감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts