Let It Go
cast : Kim Jaejoong
Jung Jessica
Kris Wu
Backsound :
~ O O O ~
Suara angin sore itu bagaikan alunan musik pengiring tidur yang
menenangkan bagi para pendengarnya. Begitu menenangkan hingga mampu mengurangi
sedikit beban psikologi yang tengah menimpa sang pendengar. Namun
semenenangkannya angin sore itu, tetap saja menyisakan sebuah kepiluan yang
membuat wanita berambut coklat yang tengah menikmati udara sore di taman itu
merintih.
Ia
merengkuh tubuhnya. Dalam diam, hatinya meraung. Meraung sejadi-jadinya saat
kejadian menyakitkan itu kembali terputar di otaknya. Mengingat bagaimana
seorang pria yang dalam beberapa menit lagi akan resmi menjadi suaminya pergi
begitu saja dengan menarik wanita lain yang berdiri dideretan undangan yang
hadir, disaat ayahnya baru saja menyerahkan ia pada sosok pria itu.
Pria yang
dengan tulus ia terima sebagai pendamping hidupnya. Pria yang beberapa bulan
belakangan ini selalu menemaninya. Pria yang dengan sabarnya meladeni ia saat
mempersiapkan seluruh kebutuhan untuk pelaksanaan hari sakral itu. Dan juga,
pria yang telah berhasil merebut hatinya dan meyakinkan hatinya akan perasaan
pria itu padanya.
Ya... pria
itu adalah segalanya bagi dirinya. Tapi itu sebelum hari dimana pria itu dengan
teganya pergi meninggalkan ia. Dan kini, pria itu adalah memori terburuk
baginya. Memori menyakitkan yang ingin sekali ia hapus dari hidupnya.
Sebuah
benda kecil nan halus berwarna putih jatuh tepat mengenai tangannya. Ia yang
sedari tadi terus saja memejamkan mata, perlahan membukanya saat dirasakan
benda itu memberikan efek dingin disana.
āsalju?
salju pertama..ā Gumamnya. Ia menengadahkan tangannya. Membiarkan benda halus
itu mendarat dipermukaan telapak tangannya.
āSica!ā
Wanita itu menoleh. Wajahnya sama sekali tak menunjukan ekspresi
apa pun begitu mengetahui siapa sosok yang baru saja memanggilnya. Tetap dingin
dan tak dapat dijelaskan.
ākau. apa yang... tsk.ā
Sosok itu dengan gerakan tercepatnya melepaskan mantel yang ia
kenakan dan mengenakannya pada wanita itu. Ia benar-benar tak habis pikir
dengan sosok wanita di hadapannya. Berada di taman dengan hanya mengenakan
pakaian tipis disaat udara begitu dingin hingga menusuk ke dalam tulang.
ākita pulang sekarang.ā Ucap sosok itu. Dan tanpa memberikan
kesempatan untuk wanita itu menolak perintahnya, ia langsung menarik tangan
wanita itu agar sang wanita berjalan mengikutinya.
Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā°
Ā° Ā° Ā°
Malam itu adalah malam terkelabu bagi dirinya. Bayangkan... cahaya
rembulan yang tak terang harus tertutupi oleh gelapnya awan dengan hujan besar
yang disertai suara gemuruh petir yang mampu menembus sampai ke dalam rumah.
Padahal seharuanya malam itu adalah malam tenang dimana salju turun, seperti
yang terjadi sore tadi. Bukan sebuah hujan deras dengan kemarahan langit yang
disalurkan oleh suara petir-petir yang seakan bersaut-sautan.
Ia yang tengah terlelap di atas ranjangnya, tiba-tiba saja
bergerak-gerak dengan gelisah. Wajahnya yang tadi tenang, perlahan berubah.
Peluh yang sebelumnya tak membasahi wajahnya, saat itu malah mengalir bagaikan
air hujan yang tengah jatuh membasahi dunia.
Ia semakin bergerak gelisah seiringan dengan suara gemuruh petir
yang semakin kencang. Dan bersamaan dengan kesekian kalinya petir menyuarakan
suaranya, seorang pria dengan setengah berlari masuk ke dalam kamarnya. Dengan
cepat pria itu menghampiri ranjang dan membangunkan sosok wanita yang tengah
bergelut di dalam mimpinya yang tengah terbaring di atas ranjang tersebut.
āireona. Sica-ah ireona.ā Ucap pria itu. Ia membasuh peluh yang
mengalir pada dahi wanita itu. Dengan tetap mencoba mengembalikan wanita itu ke
dunia yang sebenarnya.
āJessica ireona!ā
Ia guncang tubuh wanita itu pelan. Dan kembali berkata, āJung
Jessica sadarlah!ā Ucap pria itu dengan semakin mengguncang tubuh wanita
bernama Jung Jessica itu.
Dan tak lama kemudian, wanita itu perlahan membuka matanya.
Membuat hembusan nafas terdengar dari pria itu.
āJaejoong oppa..ā Ucap Jessica begitu ia melihat pria bernama
Jaejoong itu, berada di dalam kamarnya.
Pria itu hanya menghela nafasnya dan tersenyum begitu mendengar
apa yang terlontar dari bibir wanita itu ketika ia tersadar. Ia sudah tahu.
Bahkan sangat tahu hingga membuatnya hafal. Karena kejadian malam itu bukanlah
kejadian pertama yang terjadi. Kejadian seperti itu sudah sering terjadi sejak
hari dimana wanita bernama Jung Jessica itu gagal mengucapkan janji suci di
hadapan Tuhan bersama dengan kekasihnya, yang dengan teganya pergi meninggalkan
ia disaat ia telah berdiri di atas altar bersama dengan pria itu.
Menyakitkan kah?
Ya.... itu sangat menyakitkan untuk wanita itu. Bahkan terlalu
menyakitkan hingga hampir membuat ia kehilangan akal dan membuat ia hampir
menggoreskan pecahan kaca pada pergelangan tangannya.
Pria itu, ah Jaejoong. Ia menyodorkan segelas air yang berada di
atas nakas di samping ranjang pada Jessica. Membiarkan cairan transparan itu
mengalir membasahi kerongkongan wanita itu yang kering karena pergulatannya
tadi.
āapakah aku....ā
āsudahlah kau tidur saja. oppa akan menemani mu.ā
Dengan cepat, pria itu kembali menarik selimut dan langsung
menutupi tubuh wanita itu. Ia menarik salah satu kursi dan menempatkannya tepat
di samping ranjang.
Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā°
Ā° Ā° Ā°
November
11th, 2013.
Benda halus nan dingin itu menjadi objek penglihatan wanita
berbalutkan mantel hitam selutut yang tengah terduduk disalah satu kursi taman
rumahnya. Sejak ia terjaga dari istirahat tenangnya, hingga langit yang
sebelumnya berwarna biru telah berubah menjadi hitam. Bahkan saat sosok pria
yang tadi pagi ia antar, sampai mobil mewah sang pria melaju meninggalkan area
rumahnya, hingga pria itu telah kembali, wanita itu tetap saja berada di tempat
tersebut. Memperhatikan benda nan halus itu di tengah-tengah taman rumahnya.
Pria itu meletakan tasnya dan segera berlari menghampiri sosok
wanita yang menurutnya belum berpindah tempat entah sejak kapan.
ākenapa kau ada disini? cepat masuk. nanti kau sakit.ā Ujar pria
itu. Baru saja ia akan menarik gadis itu masuk, tetapi urung saat wanita itu
tiba-tiba saja bersuara.
ātak akan ada yang peduli. lagi pula.. semua sudah berakhir.ā Ucap
wanita itu ringan.
Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā°
Ā° Ā° Ā°
November
27th, 2013.
Malam itu, angin berhembus dengan kencang. Bahkan bisa dikatakan
sangat kencang hingga menimbulkan suara benturan dengan kaca pada pintu balkon
kamar. Sang pemilik kamar yang tengah memejamkan mata dengan tenang, perlahan
membuka kelopak matanya. Ia menyikap selimutnya dan beranjak menuju kursi
dimana mantelnya berada. Mantel berwarna hitam yang beberapa hari belakangan
ini kerap ia kenakan.
Ia kenakan mantel hitam itu dan berjalan menuju balkon dimana
suara bising angin itu berasal. Hingga langit hitam telah berganti, dan
rembulan telah kembali bersembunyi, sosok itu masih dengan setia berada di
balkon kamarnya. Duduk di kursi dengan menatap langit.
Suara decitan pintu tak membuat ia melepaskan pandangannya dari
langit pagi. Bahkan derap langkah orang yang membuka pintu itu tak membuat ia
berniat untuk mengakhiri kegiatan tak bergunanya itu.
ākau sudah ba..ā
Sosok itu yang tadi hanya melihat wajah sang pemilik kamar dari
samping, dengan cepat memutar tubuh sang pemilik kamar hingga wajahnya dapat ia
lihat dengan jelas. Ia mengerutkan dahinya beberapa saat dan kemudian matanya
membulat seiringan dengan pekikan keterkejutan yang terlontar darinya.
āJessica.. matamu... k-kau tak tidur??ā
Mendapati keterkejutan lawan bicara, sang pemilik kamar, ah..
Jessica, ia hanya menatap lawan bicaranya tenang. Seakan-akan tak tidur
semalaman adalah hal yang baik dan tak merugikan.
ādan aagghhh...ā Sosok itu memperhatikan Jessica. Dan tak lama ia
menghela nafasnya.
āsekarang masuklah. kau harus beristirahat.ā
Sosok itu merengkuh tubuh Jessica dan menuntunnya masuk ke dalan
kamar. Mengajak wanita itu ke ranjangnya dan membantunya berbaring. Ia kembali
menarik selimut wanita itu, dan menyelimutkannya pada tubuh kurus Jessica.
ākau beristirahatlah. oppa akan buatkan sarapan dan hot chocolate
untuk mu.ā Ujar pria itu.
Ia memutar tubuhnya. Berjalan menuju pintu kamar dan hendak
menghilang disana. Namun ucapan wanita itu berhasil membuat ia kembali berbalik
melihat wanita itu.
āuntuk apa beristirahat? bukankah oppa sudah tahu kalau semuanya
sudah berakhir.ā
Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā°
Ā° Ā° Ā°
December
12th, 2013.
Jaejoong baru saja memarkirkan mobilnya. Ia segera berlari menuju
pintu mengingat udara malam itu tepat berada pada angka 0. Setelah merogoh saku
mantelnya dan menemukan kunci rumah, pria itu langsung membuka pintu agar ia
bisa segera berada di dalam.
Jaejoong melepaskan sepatunya dan berganti dengan sandal rumah
yang biasanya ia kenakan. Ia melangkah menuju dapur, suatu kegiatan yang telah
menjadi rutinitasnya saat sampai di rumah, setelah wanita yang tinggal diatap
yang sama dengannya mengalami insiden menyakitkan yang membuat wanita itu
bagaikan makhluk tak bernyawa.
Ia berjalan menuju salah satu kursi makan dimana biasanya wanita
itu duduk. Sebuah piring makan yang masih tersisakan selembar roti menjadi
fokusnya. Ia mengambil piring itu dan gelas berisikan cairan berwarna coklat
yang berada tak jauh dari piring tersebut, dan membawa kedua barang tersebut ke
ruang tengah.
āJessica.. kenapa kau tak menghabiskan sarapanmu?ā Tanya Jaejoong.
Ia meletakan piring serta gelas yang dibawanya ke atas meja, tepat di depan
wanita bernama Jessica itu.
Sementara itu, Jessica hanya diam sembari menatap pria di
sampingnya singkat.
ākau tak menyentuh sedikit pun selembar roti yang telah oppa
siapkan. bahkan susu coklat itu hanya kau minum sedikit. dan aku yakin, kau
juga tak memasukan makanan apa pun ke dalam perutmu siang tadi.ā Ujar Jaejoong.
Ia menghela nafasnya. Benar-benar frustasi dan khawatir akan keadaan wanita
itu. Bayangkan saja, wanita itu tak mengisi perutnya barang sedikit pun sejak
pagi tadi hingga malam telah menyapa.
ātunggulah. oppa akan membuatkan mu makan malam. dan kau harus
memakannya.ā Lanjut Jaejoong.
Pria itu bengkit dari duduknya. Mengambil piring serta gelas yang
tadi dibawanya dan beralih menuju dapur.
āuntak apa aku makan. toh aku makan pun tak akan pernah membuat
apa yang sudah terjadi kembali membaik.ā Ucap Jessica begitu pria itu baru saja
melangkah beberapa langkah saja menuju dapur.
Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā°
Ā° Ā° Ā°
December
17th, 2013.
Rembulan telah tenggelam dan berganti dengan mentari. Suara
nyanyian binatang malam telah berganti dengan suara merdu cicitan burung. Namun
dari semua itu, hanya salju dan juga angin yang tak berganti. Mereka tetap saja
menghiasi bumi sejak pagi hingga malam kembali menyapa.
Sementara pagi telah menyapa, sosok wanita dengan piyama putihnya
masih terlelap dengan manis di atas ranjang. Wajahnya begitu damai dan tenang.
Seakan beban hidup tak lagi hinggap dipundaknya. Hingga membuat ia tak
menyadari keberadaan seorang pria disana.
Wanita itu menggeliat pelan dengan matanya yang tetap tertutup.
Namun hal itu tak membuat sosok pria yang tengah berdiri tepat di samping
wanita itu bergegas meninggalkan kamar. Ia malah tetap berdiri disana.
Memandangi wajah wanita muda itu, dan sesekali bibirnya tertarik membentuk
lengkungan.
āaku akan mengembalikan senyummu, kebahagiaanmu, dan semuanya yang
telah bajingan itu renggut. tak akan ku biarkan manusia terkutuk itu menyakiti
mu. aku berjanji Sica.. aku berjanji.ā
Masih dengan tersenyum, pria itu menempatkan tubuhnya di tepi
ranjang. Ia pandangi wajah wanita itu dengan sesekali mengusap kepalanya.
Setelah merasa puas dengan apa yang ia lakukan, dengan perlahan pria itu
membangunkan sang wanita. Ia guncang tubuh wanita itu pelan. Seakan tubuh itu
akan rusak jika ia sedikit saja mengasarinya.
Wanita itu secara pelahan membuka matanya. Ia sedikit mengerang
sebelum mengusap matanya dengan punggung tangan. āada apa oppa?ā Tanya wanita
itu pada sosok pria yang baru saja membangunkannya.
āckck ada apa kata mu? ya.. Sica-ah, apakah kau tak melihat kalau
matahari telah bertengger di langit?ā Tanya balik pria itu yang membuat wanita
yang ia panggil Sica langsung menoleh ke arah balkon.
ākau ini... yasudah cepat mandi. dan kita sarapan bersama. setelah
itu oppa akan mengajak mu keluar.ā Sambung pria itu begiu wanita tadi kembali
melihat dirinya dengan menggaruk tengkuk setelah melihat keadaan di luar rumah.
āmemangnya oppa akan mengajak ku kemana?ā Tanya wanita itu.
ārahasia. sudahlah.. cepat kau mandi.ā
Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā°
Ā° Ā° Ā°
Salju masih terus saja jatuh menghiasi bumi. Udara dingin yang
ditimbulkan benda putih itu juga semakin lama semakin bertambah kadarnya. Hal
itu membuat berbagai macam mantel dengan design, warna, hingga merek termahal
sekali pun menjadi incaran seluruh masyarakat. Namun, di samping sebagai
penghangat tubuh, pakaian tebal itu juga digunakan oleh para kaula muda
penyandang gelar sosialita sebagai alat untuk menunjukan kasta mereka. Hingga
membuat mereka rela pergi hingga ke negeri dimana white house berada hanya untuk mendapatkan pakaian tebal itu.
Namun berbeda dengan seorang wanita yang tengah berjalan
beriringan bersama seorang pria dengan beberapa tas belanjaan ditangan kanan
kirinya. Wanita iu bagaikan setitik tinta diantara serbuk gliter berbagai
warna. Dengan mantel hitam yang kerap ia kenakan, wanita itu berjalan menyusuri
jalan dengan pikiran yang tak tahu kemana. Hingga membuat wanita itu terus saja
berjalan dan tak menyadari sosok pria tadi yang telah tak berada di sampingnya.
Wanita itu terus saja berjalan. Matanya menatap lurus ke depan.
Namun iris matanya sama sekali tak melihat apa pun. Semua pandangannya sama
sekali tak berwujud. Hingga tanpa sadar tubuhnya terhuyung dan hampir saja
terjatuh andai saja tangan kekar seseorang tak menahan tubuhnya.
Perlahan wanita itu membuka kelopak matanya yang terpejam.
Mengerjap perlahan guna menormalkan penglihatannya yang sedikit memburam. Namun
matanya membulat seketika begitu ia melihat wajah sosok yang menolongnya.
āJessica apakah kau baik-baik saja?ā Tanya sosok itu yang telah
melepaskan rangkulannya dari tubuh wanita itu.
Sementara itu, Jessica masih terpaku. Ia menatap sosok di
hadapannya tak percaya. Namun tak lama kemudian, tatapannya kembali mendingin
begitu ingatan menyedihkan itu kembali terputar diotaknya.
āJessica..ā Panggil sosok itu lagi begitu melihat wanita itu tak
merespon ucapannya.
Jessica masih diam. Ia sama sekali tak merespon apa pun yang
dilakukan sosok itu. āJessica.. ada yang ingin aku katakan pada mu.ā
āaku... aku menyesal. meninggalkan mu merupakan kesalahan terbodoh
ku. aku menyesal telah membatalkan pernikahan kita Sica-ah.. sangat menyesal.
dan kini.. aku.. aku ingin kau kembali kepada ku. kita susun lagi rencana kebahagian
kita. apakah kau mu?ā
Jessica masih diam. Wajahnya tetap tak menunjukan ekspresi apa
pun. Datar dan tak bernyawa. Namun tanpa disadari, tangan wanita itu tekepal
dikedua sisi tubuhnya.
āSica-ah.. kau masih mencintai ku bukan?ā Tanya sosok itu begitu
Jessica tak kunjung menjawabnya.
Sosok itu merogoh saku mantelnya. Mengeluarkan satu buah kotak
bludru berwarna merah dan menunjukannya dihadapan wanita itu.
ākau tak perlu menjawabnya. karena aku tahu, kau juga masih
mencintai ku. kau tak mungkin bisa melupakan cinta kita selama ini.ā
Sosok itu membuka kotak merah itu. Mengeluarkan isinya dan meraih
tangan Jessica. Sosok itu hendak menyematkan kembali benda berbentuk lingkaran
yang tak sempat ia sematkan dijari manis wanita itu. Namun belum sempat benda
berlapiskan berlian itu menghiasi jari Jessica, wanita iu telah lebih dulu
melayangkan tangannya pada pipi sosok itu.
āSica!!ā
Dengan gerakan cepat, sosok pria yang tadi sempat berpisah dengan
Jessica belari menghampiri wanita itu dan langsung melayangkan pukulannya pada
wajah sosok yang baru saja merasakan panasnya tamparan Jessica.
āAPA YANG KAU LAKUKAN MANUSIA BIADAB!!!!??ā
Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā°
Ā° Ā° Ā°
Jaejoong menghempaskan tubuhnya begitu saja setelah mengunci rapat
pintu kamarnya. Dalam diam, pria berkulit putih itu berteriak. Menyalurkan
seluruh amarah pada sosok yang paling dibencinya yang telah dipendamnya sejak lama.
Ia menghela nafasnya. Kejadian siang tadi benar-benar membuatnya
ingin menghabisi nyawa seseorang yang telah merusak semuanya. Tak hanya
kebehagiannya, tetapi kebahagian wanita yang ia sayangi. Jessica, wanita yang
kerap memanggilnya oppa. Wanita yang telah berubah setelah sosok itu pergi
begitu saja.
>>>
flashback
āJaejoong oppa hentikan!ā
āwae?ā Tanya Jaejoong. Ia menatap dengan bingung wanita di
sampingnya. Hey.... pria yang tengah ia pukuli merupakan pria brengsek yang
layak mendapatkan pukulannya.
āku bilang hentikan ya hentikan!!ā
Sejenak wanita itu menatap kedua pria tersebut dengan tatapan yang
tak dapat diartikan. Namun tak lama, ia memalingkan wajahnya dan berjalan pergi
meninggalkan dua pria yang menatap kepergian wanita itu dalam diam.
>>>
flashback end
āapakah Jessica masih mencintai Kris?ā
Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā°
Ā° Ā° Ā°
Seminggu telah berlalu setelah insiden pemukulan yang dilakukan
Jaejoong pada seorang pria bernama Kris yang membuat Jessica pergi begitu saja
meninggalkan keduanya. Namun hingga saat itu, tak terjadi kontak sedikit pun
antara Jaejoong dan Jessica. Mereka bagaikan makhluk asing yang hidup di bawah
atap yang sama.
Pagi itu, seperti pagi-pagi biasanya. Matahari secara malu-malu
menunjukan sinarnya. Sinar hangat yang sangat dinantikan oleh jutaan penghuni
bumi yang tak bisa mereka rasakan dimusim yang dingin itu. Namun hari itu,
walaupun tak ada hangatnya sinar mentari yang menyertai seluruh penghuni di
bumi, keramaian dan kecerian hari itu membuat rasa hangat tersendiri.
Jam dinding telah menunjukan pukul sebelas dan saat itu sebuah
sedan baru saja dimatikan mesinnya di pekarangan rumah dengan design elegant
yang sangat terlihat hanya dari ornamen-ornamen yang menghiasi pintu rumah
tersebut. Sang pengendara dan juga seorang penumpang yang berada disana segera
turun dan masuk ke dalam. Rumah itu hanya dihuni oleh dua orang -ya.. dua orang
itu adalah penumpang dan pengemudi mobil sedan itu- dan hal itu membuat kesunyian
selalu berada disana. Terlebih beberapa hari belakangan ini, kedua orang
penghuni rumah itu tengah berada di dalam zona yang membuat mereka tak lagi
saling berbicara.
Wanita yang merupakan penumpang dimobil itu lebih memilih
meninggalkan sosok pria pengemudi mobil tersebut menuju balkon belakang tanpa
mengucapkan satu patah kata pun. Setelah keluar dari gereja, perasaan wanita
itu semakin tak menentu. Terlebih tanpa diduga, ia kembali bertemu dengan sosok
pria yang telah membuatnya menjadi seperti saat itu.
āigeo.. marry christmas.ā Seseorang muncul dari balik tubuh wanita
itu. Menyodorkan satu buah kotak kecil berwarna merah kepadanya.
Wanita itu menatap sejenak sosok yang telah duduk disalah satu
kursi di sebelahnya. Namun tak lama matanya beralih pada kotak kecil itu. Ia
mengambilnya. Memperhatikan kotak itu tanpa ada sepatah kata pun yang terlontar
dari mulutnya.
āmaaf untuk hari itu. sungguh.. sebenarnya o-ā
āmianhae.. seharusnya aku yang mengatakan itu pada mu oppa. aku
tahu oppa melakukan hal itu karena oppa tak mau aku kembali terluka. tapi aku
saja yang terlalu bodoh. a-ā
Mendengar pekataan wanita itu, membuat pria tadi dengan cepat
mendekap tubuh mungil wanita tersebut. ātidak. kau tak salah. oppa yang salah.
seharusnya oppa tak melakukan hal itu. oppa terlalu lancang mencampuri urusan
mu. mian Sica-ah.. mian....ā
Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā° Ā°
Ā° Ā° Ā°
Hari terus berlalu. Tanpa terasa penghujung tahun telah berada di
depan mata. Berbagai pernak-pernik tahun baru juga sudah mulai menghiasi
seluruh jalan, tempat umum, dan rumah-rumah. Tak terkecuali dengan salah satu
rumah dengan design elegant-nya yang berada di daerah perumahan elit. Rumah
itu, rumah bertingkat dua dengan dominasi warna silver dan coklat. Rumah dimana
tinggal seorang pria dan wanita yang tak memiliki ikatan apa pun.
Siang itu, disaat sang pria tengah tak berada di rumah, seseorang
datang. Dengan hanya membawa dirinya serta sebuket bunga mawar merah. Sosok itu
memberanikan dirinya untuk kembali mendatangi rumah mewah itu. Dengan
kepercayaan bahwa semuanya akan kembali menjadi semula. Ia dan wanita penghuni
rumah itu akan kembali terikat.
Ia mengangkat tangannya. Menekan bell rumah yang berada tepat di
samping pintu rumah tersebut. Tak membutuhkan waktu yang lama bagi sosok itu
untuk kembali melihat wajah sang wanita. Karena saat itu dengan berbalutkan
dress selutut berwarna tan, wanita itu muncul dari balik pintu.
āJessica..ā Ucap sosok itu begitu melihat wanita tersebut.
Jaejoong
POV
Semoga Jessica menyukainya. Hhh~ aku benar-benar tak sabar melihat
reaksinya.
Ku injak pedal gas mobil ini begitu lampu lalu lintas telah
berubah menjadi hijau. Ku percepat laju mobilku, agar aku bisa lebih cepat
sampai di rumah. Setelah hubungan ku dan Jessica membaik, aku benar-benar
menyadari bahwa aku sangat menyayanginya. Melebihi rasa sayang seorang kakak
terhadap adiknya. Mungkin ini terdengar gila. Karena aku dan Jessica telah
bersama sejak kami kecil, bahkan kami telah tidur bersama diranjang yang sama
saat usia ku baru menginjak tujuh tahun dan dia berusia lima tahun.
Sungguh masa-masa itu adalah masa yang sangat menyenangkan. Tak
ada tangisnya, yang ada hanya senyum kegembiraan gadis itu. Namun, saat
kemunculan pria itu, semua berubah. Tak ada lagi tawa riangnya, terlebih
setelah pria itu pergi begitu saja bersama dengan Raehyun, seorang wanita yang
notabene-nya merupakan sahabat Jessica, disaat ia akan mengucapkan janji
sucinya. Hhh~ mengingat hal itu, ingin sekali ku habisi laki-laki itu.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup menyita waktuku, kini dari
kejauhan aku bisa melihat rumah dimana aku dan Jessica tinggal. Dan hal itu
membuat aku semakin mempercepat laju kendaraanku. Tepat di depan sebuah pagar
besar, aku menghentikan laju mobil ku. Sebuah mobil yang aku yakini milik Kris,
laki-laki yang telah menorehkan luka pada Jessica, tengah terparkir di dalam.
Dan disana, tepat di depan pintu rumah, pria itu tengah memeluk Jessica. Dengan
Jessica yang membalas pelukan itu dengan tulus. Apakah ini tanda kalau semua sudah
berakhir?
Author POV
Suara hembusan angin menyadarkan Jessica dari tidurnya. Ia
mengerjap, mengusap matanya dengan punggung tangan sebelum bangkit meninggalkan
ranjangnya. Ia melihat sebentar keadaan di luar melalui kaca pintu balkon yang
belum tertutup tirai, sebelum beranjak pergi meniggalkan kamarnya.
Wanita itu hendak menuruni tangga, namun langkahnya terhenti dan
tubuhnya berbalik menuju lorong yang berseberangan dengan lorong kamarnya. Ia
berjalan menuju salah satu kamar yang tak memancarkan cahaya apa pun dari
dalam. Alisnya menaut. Wajahnya terlihat bingung.
āapakah Jaejoong oppa belum pulang? tapi ini sudah terlalu malam.ā
Batin wanita itu.
Ia mengangkat tangannya. Mengetuk pintu di depannya beberapa kali,
namun tak mendapatkan balasan. Perasaannya mulai kacau ketika untuk kesekian
kalinya tak ada jawaban yang didapatkannya atas ketukan yang ia lakukan. Tanpa
membiarkan banyak waktu yang terbuang, wanita itu menekan gagang pintu secara
perlahan. Ia melirik sekilas keadaan di dalam sebelum benar-benar membuka pintu
kamar tersebut.
ākamarnya kosong. kemana Jaejoong oppa?ā Ucapnya. Ia tekan saklar
yang tepat berada di samping pintu. Seteleh lampu kamar itu telah hidup,
barulah wanita itu melangkahkan kakinya masuk.
Ia perhatikan keadaan kamar yang menurutnya tak memiliki perubahan
apa pun sejak mereka masih kanak-kanak. Cat, tata benda, semua masih nampak
sama. Hanya saja poster-poster kartun milik pria itu sudah tak lagi terpasang
di dinding. Ia berjalan menuju meja dimana pria itu biasa meletakan
pekerjaan-pekerjaan kantornya. Namun keberadaan sebuah kotak disana berhasil
mengalihkan fokus Jessica. Ia mengambil kotak berwarna biru itu. Sebuah kertas
yang ditunjukan untuknya membuat wanita itu yakin bahwa kotak itu memang
untuknya. Ia membuka kotak tersebut. Sebuah kalung dengan sebuah cincin yang
menjadi bandulnya ia temukan di dalam kotak tersebut.
āJ & J..ā Gumam Jessica begitu menemukan tulisan tersebut
dibagian dalam cincin. Ia perhatikan kalung itu sejenak sebelum beralih pada
surat yang berada di atas meja.
To: My Ice Princess, Jessica
Mungkin ketika kau menemukan surat serta kotak ini, oppa sudah
pergi. Maaf... maaf karena sebelumnya oppa tak memberitahu mu. Dan maaf, karena
oppa pergi tanpa berpamitan dengan mu.
Eemmm... sebenarnya oppa ingin memberikan kado itu kepada mu
secara langsung, tapi tadi oppa melihat mu bersama Kris. Oppa kira kalian sudah
kembali bersama. Jadi selamat Sica, oppa berharap kau bahagia dengan Kris.
Dan... sebelum oppa mengakhirinya. Ada yang ingin oppa katakan pada mu.
Hhh.. mungkin ini tak wajar. Dan mungkin kau akan membenci oppa
setelah ini. Tapi oppa tak bisa lagi membohongi perasaan oppa sendiri.
Saranghae Sica.. nan jeongmal saranghae Sica.
Mungkin ini terdengar gila. Dan oppa mengakui kalau ini memang
gila. Hh.. bagaimana bisa ada seorang kakak yang mencintai adiknya. Tapi..
tapi... itu yang oppa rasakan jauh sebelum kau bertemu Kris. Tapi semua sudah
berakhir, kau sudah bersama dengan Kris. Tak seharusnya oppa masih memendam
perasaan ini pada mu. Jadi oppa memutuskan untuk menerima pemindahan yang
diajukan oleh kantor. Maaf sekali lagi Sica, karena oppa telah dengan
lancangnya mengatakan perasaan oppa pada mu. Jinjja mianhae.... dan sekali
lagi, semoga kau bahagia dengan Kris. Oppa akan selalu berdoa untuk kebahagiaan
mu. Dan jaga diri mu, semoga kita bisa bertemu kembali.
Kim Jaejoong
ākau salah oppa.. kau salah.ā Tangis wanita itu. Ia terjatuh.
Kakinya tak mampu untuk menopang berat tubuhnya setelah membaca isi surat
tersebut.
āaku.. aku
juga mencintai mu oppa. sangat mencintai mu. bahkan jauh sebelum Kris hadir
dihidupku.ā Kembali, wanita itu menyuarakan isi hatinya. Sebuah perasaan yang
tak pernah ia ungkapkan pada pria itu. Pria yang ia anggap sebagai kakaknya,
namun berubah begitu ia menginjak usia remaja. Ya... ia mencintai pria itu
melebihi rasa cinta seorang adik kepada kakaknya.
Namun
kenyataan bahwa ia dan pria itu sudah menjadi seperti adik dan kakak sejak
mereka kecil, membuat ia mengubur dalam-dalam perasaannya. Dan kemunculan pria
bernama Kris dihidupnya hanya unuk membantunya menghilangkan perasaan yang ia
miliki untuk pria itu, Kim Jaejoong. Namun apa yang terjadi pada ia dan Kris,
membuat ia semakin sadar bahwa ia benar-benar mencintai Jaejoong. Dan tak ada
satu pun yang bisa menggantikan posisi pria itu dihatinya.
E N D
yooohhooooo.... i'm back again!!
firstly i wanna say sorry for all of you, because this. i know this isn't good enough. all of the content wasn't same with my first imagination. it's happern because final exams came and i must pending to make it finish.
hh.. although it's not good, but i still hope that my fic can make you entertained. but if not, i beg your pardon.
oke.. i think it's enough. thanks for you time and see you.....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
Comments
Post a Comment