Step For You #3 (Confession?)



Seperti hari-hari sebelumnya, pagi iniā€¦ setelah belajar berjalan selama kurang lebih 2 jam, Hyo Sun dan Changjo beristirahat santai di pinggir kolam. ā€œkalau seandainya aku bisa berjalan lagi,ā€¦.ā€


ā€œsaat nanti kau bisa berjalan lagiā€¦ā€¦.ā€ ralat Changjo dengan nada tak suka. Hyo  Sun tersenyum dan menganggukkan kepalanya, ā€œbenarā€¦. Saat nanti aku bisa berjalan lagi, aku akan turun ke kolam ini dan mengukur kedalamannya. Sejak kecil aku selalu penasaran dengan iniā€

Changjo langsung melongokkan kepalanya ke kolam sambil berpikir ā€œmungkin satu setengah meter. Ini tidak terlihat dalamā€


ā€œoh ya? Kalau hanya satu setengah meter, ada buayanya tidak ya?ā€
ā€œHAHAHAā€¦ā€¦. Apa katamu? Hahahahaā€¦. YA! noona! Kalau ada buayanya, kenapa tidak pernah terlihat huh? Tidak mungkin ada buaya di kolam kecil di halaman rumahmuā€ ledek Changjo sambil merebahkan badannya di rerumputan. Tak peduli walau rumput basah itu membuat rambutnya kotor. Ia masih sedikit tersenyum mengingat pertanyaan tentang ā€˜buayaā€™ dari mulut gadis 19 tahun yang sangat polos. Sebelum akhirnya menarik napas dalam-dalam dan melihat ke langit Chuncheon. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. 6 hari lagi, langit Chuncheon-nya akan jarang terlihat. Ia harus ke Seoul. Ia harus menjalani kehidupan seorang TEEN TOP Changjo di Seoul. Ia juga harus meninggalkan gadis polos yang menanyakan buaya itu lagi.


Hyo Sun ikut merebahkan badannya, tapi tidak di rumput ā€“jelas ia tak akan membiarkan rambutnya yang sudah bersih menyentuh rumput basah yang bisa jadi bercampur dengan tanah- . Gadis itu menyandarkan kepalanya di dada Changjo dan ikut menoleh ke atas sambil mengerutkan kening. ā€œkau sedang melihat apa sih?ā€


ā€œlangitā€
ā€œada apa dengan langitnya?ā€
ā€œlangit Chuncheon  adalah yang paling indah bagiku. Kau beruntung, bisa melihatnya tiap hariā€
ā€œne.. sekarang memang terlihat indah. Tapi biasanya langitnya kelihatan kosongā€
ā€œoh ya? Mungkin langitnya sedih karena tidak ada Jong Hyun disiniā€ ujar pria itu penuh percaya diri. Hyo Sun hanya tertawa pendek. Sudah muak untuk mendebat.


ā€œJong Hyun~aaā€
ā€œwae?ā€
ā€œkau masih punya banyak waktu untuk bermain denganku kan?ā€ tanya Hyo Sun sambil mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Changjo.


ā€œmenurutmu 6 hari lama tidak?ā€ pria itu turut menunduk, membuat wajah mereka berhadap-hadapan.
ā€œtidakā€ jawab Hyo Sun lemah. Changjo tersenyum hambar dan keduanya kembali memalingkan wajah ke posisi semula. ā€œkenapa kau tidak ikut aku saja ke Seoul?ā€


ā€œdan merepotkanmu setiap saat?ā€ balas Hyo Sun cepat. Changjo tidak menjawab, bahkan dari wajahnya pun, semua orang tak akan mampu mengetahui isi pikirannya, terlalu datar. Kemudian suasana menjadi hening. Mereka berdua seakan sibuk dengan pikiran masing-masing.


Hyo Sun menggigit bibirnya, berusaha untuk tidak menangis. Ia benci dengan keadaan ini. 6 hari lagi kehidupannya akan kembali sepi. Kebahagiaannya cuma datang sepuluh hari. Hyo Sun benar-benar tidak terima, dunia selalu bersikap tidak adil padanya. Gadis itu memejamkan mata, mencoba untuk lebih tenang. Hatinya menjadi kacau dan perasaannya terasa semakin berat. Hyo Sun sangat ingin menangis.


Lalu tiba-tiba saja tangan Changjo mendarat di rambutnya, bergerak pelan. ā€œkalau begitu cepat sembuh, jadi kau bisa ke Seoul bersamaku tanpa takut merepotkanā€ ternyata ini yang ia pikirkan. Hyo Sun tersenyum tipis. Untuk sekedar mengangguk pun ia tak berani, kata ā€˜sembuhā€™ terasa terlalu jauh untuk digapai.


Ia menarik napas ringan dan membenarkan posisi kepalanya di dada Changjo. Walaupun matanya masih terasa perih, perasaan Hyo Sun mulai terasa tenang. Terkadang, apa yang kuinginkan di dunia hanya bersandar di dadamu dan mendengarkan detak jantungmu. Sederhana ya? Tapi setiap aku melakukannya, jantungku berdetak terlalu cepat hingga membuatku sesak napas. Jong Hyun~aaā€¦.. perasaanku sudah mulai tidak benar. Ada yang sedang jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri. Ada gadis bodoh yang tak bisa menahan perasaannya. Apa yang harus gadis itu lakukan?



**********



Changjo merobek kertas ke-19 dari buku tulisnya dan mendesah keras sembari membuang kertas itu asal. Walaupun sudah gagal berulang kali, pria itu tetap tidak menyerah. Ia yang sedang duduk bersila di lantai kamarnya langsung memasang headphone-nya kembali dan mendengarkan lagu yang keluar dari sana dengan serius. Lalu tiba-tiba saja, wajahnya yang sangat fokus itu berubah menjadi cerah. Ia langsung mengangkat gitarnya kembali, memainkan beberapa nada pendek dan menuliskannya di kertas yang baru. Terus begituā€¦.. Hingga akhirnya ia merasa lagu itu tidak bagus dan merobek kertasnya lagiā€¦. mencari ide baru.


ā€œYa Jong Hyun~aaaā€¦.. noona mau keluar sebenā€¦..... IGE MWOYA HUH?ā€
ā€œaishā€¦. Bagaimanapun aku ini punya privasi. Ketuk pintunya dulu sebelum masukā€ seru Changjo dengan sangat kesal. Tak peduli kalau gadis yang dia ajak bicara sekarang adalah kakak kandung yang harus dihormati, Choi Yoomi. Gadis itu tak mendengarkan, ia terlalu syok melihat keadaan kamar dongsaengnya sekarang.


ā€œKenapa semua benda ada di lantai huh?ā€ Yoomi berkacak pinggang dan menatap Changjo dengan tajam.


ā€œgravitasiā€ jawab sang adik sambil  menggerakkan tangannya kearah bawah, memperagakan bagaimana cara kerja gaya gravitasi. Semua benda akan jatuh ke bawah, iya kan?


ā€œCHOI JONG HYUN! AKU SERIUS!ā€
ā€œKau tak pernah belajar Fisika ya?ā€ racau Changjo sinis.
ā€œKau sudah 18 tahun. Seharusnya kau bisa merapikan kamarmu sendiri kan?ā€ Yoomi mengambil salah satu kertas di hadapannya. Awalnya gadis itu tak begitu penasaran dengan isinya, tapiā€¦. entah bagaimana, kertas itu sudah terbuka sekarang. Setelah membaca isinya, kontan Yoomi tersenyum.


ā€œawā€¦ uri dongsaeng sedang jatuh cinta?ā€  Changjo yang sedang fokus mencari nada di gitarnya langsung terdiam. Butuh beberapa detik bagi pria itu untuk menyadari apa yang sedang Yoomi lakukan. Tapi setelah tahu Yoomi membuka kertasnya, Changjo tak melakukan apapun untuk membela diri. Ia sudah tertangkap basah, untuk apa mengelak?


ā€œsejak kecil aku sudah tahu, cepat atau lambat kalian berdua akan saling sukaā€
ā€œnoona lebih baik kau keluarā€
ā€œahahahaā€¦ā€¦ oke! aku juga memang ingin keluar. Anyyeong naui kwiyeowo dongsaeng, lain kali buatkan lagu untuk Yoomi noona-mu juga ya!!! Muahā€¦. Ahahahahaā€


Changjo menekan rasa kesalnya dalam-dalam, jika gadis itu bukan kakaknya,ā€¦. Aish! Gitar yang ia pegang mungkin sudah melayang.



**********



Hyo Sun melihat layar ponselnya yang berkedip-kedip sambil mengernyit. Siapa yang menelfonnya semalam ini? saat ponsel itu sudah berada di genggamannya, barulah Hyo Sun mendengus. Ternyata Changjo. Sambil menaikkan selimutnya, Hyo Sun menjawab panggilan itu.


ā€œwae Jong Hyun~a?ā€
ā€œmalam ini langitnya cerah, ada bulan purnama juga, kau mau keluar?ā€
ā€œapa? ini sudah hampir tengah malam. Besok pagi saja ya..ā€
ā€œkalau pagi, bulannya sudah tidak adaā€ keluh pria itu.
ā€œmemangnya kau tidak mengantuk?ā€
ā€œani. Kau mengantuk?ā€
ā€œsangatā€
ā€œoh..ā€
ā€œtapi kalau kau memang benar-benar mau melihat bulan purnama bersamaku, aku tidak keberatanā€ Hyo Sun jelas sedang mempermainkan namja ini. Ia tersenyum geli membayangkan bagaimana wajah Changjo sekarang, lalu setelah beberapa saat, ia baru menyadari kalau sambungan telfonnya sudah dimatikan secara sepihak. Hyo Sun mendengus tak percaya. Sebenarnya dia benar-benar ingin mengajakku keluar atau tidak eh?


Baru saja Hyo Sun memikirkan itu, suara ketukan pintu terdengar. Gaduh. Membuatnya terkejut. Ia tak langsung membuka, malah termenung dan menerka-nerka siapa orang dibalik pintu kamarnya. Apa mungkinā€¦ā€¦ā€¦.. Changjo? Entah, tapi itu adalah nama pertama yang terbersit di kepalanya.


ā€œHyo Sun noona, aku masuk ya..ā€ Dan Bingo! Dia benar! Bersamaan dengan itu, Changjo mendorong pintu kamarnya. Hyo Sun memang tak pernah mengunci pintu, ia tak mau mengambil resiko. Ia lumpuh, dan jika ada sesuatu yang tak terduga, membiarkan pintu tak dikunci mungkin bisa melindunginya dari bahaya.


ā€œBagaimana bisa kau datang secepat ini?ā€
ā€œsaat menelfonmu, aku sudah di lantai bawahā€ jawab Changjo sambil sibuk mencari jaket.
ā€œkau sedang apa?ā€
ā€œini musim gugur. Di luar dingin. Kau butuh sesuatuā€ ia berbalik dan melemparkan jaket berwarna merah muda kearah Hyo Sun. ā€œige, cepat pakaiā€ benda itu melayang tepat ke kepala Hyo Sun. ā€œYa!ā€ Pekiknya. Namun Changjo hanya terkekeh, seperti biasa tak merasa bersalah.


ā€œkau mau pakai kursi roda atau kugendong?ā€
ā€œeomma dan appa sudah tidur kan?ā€ Changjo mengangguk.
ā€œkalau begitu kau gendong saja. Mengeluarkan kursi roda pasti akan sangat berisik. Kalau eomma dan appa bangun, mereka tak akan membolehkanku keluarā€


Pria itu sama sekali tak keberatan. Setelah Hyo Sun selesai memakai jaketnya, Changjo langsung merendahkan punggungnya di depan gadis itu. Mereka menuruni tangga dengan sangat hati-hati, tak mau membuat yang lain bangun.


Setelah sampai di luar, Changjo malah terus berjalan melewati kolam dan akhirnya keluar dari pagar rumah. Hyo Sun menoleh ke belakang dengan bingung. ā€œsebenarnya kita mau kemana? Kau bilang hanya melihat bulan kan?ā€


ā€œne.. tapi melihat bulannya di bukitā€
ā€œb..bu..bukit? Andwae! Jong Hyun~a Andwaeeeā€ Hyo Sun mulai meronta di punggung Changjo. Sementra namja itu malah tersenyum, malah berlari dan membuat Hyo Sun tak dapat melakukan apapun selain berpegangan dengan erat.


ā€œJong Hyun! Kau benar-benarā€¦..ā€
ā€œDaebakā€ sambung Changjo sambil tertawa-tawa.
ā€œcihā€¦ kau tidak memikirkan keselamatan kita ya? Ini sudah malam, bagaimana caranya menaiki bukit? Lagipula tak ada penerangan! Kita tidak membawa senā€¦ā€¦ā€ ucapan Hyo Sun terhenti saat sebuah cahaya menyilaukan menyinari wajahnya. ā€œaku bawa!ā€ ujar Changjo dengan senyum yang semakin lebar. Aku sudah memikirkan ini semua matang-matang. Kau tak bisa mendebatku lagi, noona. Hyo Sun mendengus tak percaya. Pada akhirnya gadis ini pun menyerah, pasrah mengikuti pergerakan kaki Changjo.


Setelah 15 menit berjalan, akhirnya mereka sampai di atas bukit. Hyo Sun yang sejak tadi memegangi senter merasa sangat tidak enak saat mendengar suara nafas Changjo yang terengah-engah. Ayolahā€¦. Dia bukan manusia super. Menaiki bukit sambil menggendong seseorang bukanlah hal yang mudah.


Dengan hati-hati, Changjo menurunkan Hyo Sun di rerumputan. Lantas pria itu duduk di sebelahnya. Ia menekuk kaki dan tersenyum menghadap langit. Bulan purnamanya benar-benar indah. Hyo Sun mengikuti arah pandang Changjo dan ikut tersenyum. Ia pikir ia tak akan pernah lagi menjejakkan kaki di tempat ini, ia pikir ia terkena trauma parah. Tapi ternyataā€¦ā€¦ā€¦ ia hanya butuh Changjo di sampingnya, dan semua akan baik-baik saja.


ā€œkau benar! Rumputnya semakin tinggi, lapangan basket kita sudah rusak parah dan bolaku sepertinya juga hilangā€ Setelah mengucapkan itu, Changjo menoleh ke sekitar dan tertawa pelan. Ia lalu kembali menghadap langit dan tawanya berubah jadi senyuman puas. Sepertinya Changjo benar-benar senang berada disini.


Setelah ikut menoleh ke kanan dan kiri, tatapan Hyo Sun akhirnya berhenti di satu titik. Ia tersenyum menatap Changjo yang juga sedang tersenyum. Entah kenapa, melihat senyum itu, Hyo Sun malah berpikir untuk memeluknya. Changjo benar-benar lucu, di saat seperti ini, wajah yang biasanya sok serius itu menghilang. Berganti menjadi wajah polos seperti anak kecil.


ā€œei noonaā€ Changjo tiba-tiba saja menoleh, membuat Hyo Sun terkejut dan langsung memutar kepalanya ke depan. ā€œw..wae?ā€ lalu memutarnya kembali ke arah Changjo dengan gaya innocent.


ā€œmenurutmu kita bisa bersahabat sampai kapan?ā€
ā€œkenapa menanyakan itu?ā€
ā€œhanya penasaranā€
ā€œsampaiā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€ Hyo Sun menggantungkan kalimatnya dan berpikir. ā€œmollayoā€
ā€œselamanya kan? pasti selamanyaā€ ujar Changjo sendiri. Hyo Sun mengulum senyumnya dan mengangguk. Gadis itu lalu tak sengaja menoleh kearah pohon besar di belakang ring basket. Tiba-tiba saja ia teringat sesuatu, pupil matanya mengecil, pelan-pelan ia meluruskan kepalanya lagi ke depan. Apa benda itu masih ada disana?


Cukup lama Hyo Sun terdiam dan memikirkan hal itu, tanpa disadari bola matanya bergetar. Tak lama, cairan bening turun dari matanya. Changjo yang sedang menoleh langsung merasa khawatir saat melihat Hyo Sun menangis. Ia langsung merubah posisi duduknya menjadi lebih dekat dan meletakkan tangannya di bahu gadis itu. ā€œnoona, kenapa menangis?ā€


Hyo Sun tak sadar kalau dirinya ternyata menangis. Ia menatap Changjo  sambil menyentuh pipinya. ā€œah~ a.. ak.. aku hanya terlalu bahagiaā€ mendengar jawaban Hyo Sun, Changjo menghembuskan napas dengan lemah, ā€œwalaupun kau sangat senang sekalipun, tolongā€¦ā€¦ tolong jangan menangisā€ ujar pria itu sambil menyeka air mata Hyo Sun dengan kedua ibu jarinya.


 ā€œJong Hyun! Bagaimana kalau aku tak bisa berjalan lagi? Apa kau mau tetap bersamaku?ā€
ā€œjangan bicara begitu! Aku yakin kau bisa berjaā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€
ā€œTolong jawab pertanyaanku!ā€ sela Hyo Sun tegas.
ā€œaku akan selalu bersamamuā€ jawaban Changjo membuatnya merasa lega sekaligus takut. Ia tak mau menjadi beban untuk pria itu seumur hidup. Semenjak tak bisa berjalan, Hyo Sun selalu merasa tidak berguna dan menjadi parasit bagi semua orang. Ia benci dirinya sendiri. Kalau bisanya hanya menyusahkan orang lain, untuk apa hidup?


ā€œmaaf sudah merepotkanmu, Jong Hyun~aaā€
ā€œaku tak pernah merasa direpotkanā€
ā€œkenyataannya aku membuat orang lain susah. Kemana-mana harus dibantu. Aku tak berguna, Jong Hyun~aā€ air mata Hyo Sun jatuh saat mengucapkan itu. Changjo langsung menarik Hyo Sun ke dalam pelukannya. ā€œjangan bicara seperti ini, kumohonā€


ā€œaku ingin berjalan lagiā€ desis gadis itu di sela-sela tangisnya. Changjo mengangguk sambil mengelus kepala belakang Hyo Sun, ā€œne.. sebentar lagi, tunggu sebentar lagi. Kau akan berjalan seperti duluā€ semua kalimat yang Changjo ucapkan selalu terdengar tak berdasar di telinga Hyo Sun, tapi kali ini, entah kenapa ia merasa percaya. Sebentar lagi. Kata Jong Hyun sebentar lagi.


ā€œdingin?ā€ Hyo Sun menggeleng. ā€œoh ya? Tapi bibirmu biruā€ Changjo hendak melepas jaketnya, namun Hyo Sun segera menahan, ā€œjangan sok kuat! Kau bukan beruang kutubā€ ucap gadis itu sinis. Asap mengepul keluar dari bibirnya saat bicara. Baiklah, mari diuraikan. Mereka sedang berada di atas bukit, di tengah malam, dan di akhir musim gugur yang ekstrim.


ā€œharusnya aku membawa selimut! Bukan jaketā€ ujar Changjo sambil menggenggam tangan Hyo Sun dan menggosok-gosoknya. Tidak lama. Karena setelahnya namja itu berdiri dan mengambil posisi paling tepat agar bisa memeluk Hyo Sun dari belakang. Mata sang gadis langsung melebar. Sejujurnya ini tak membantu. Ia malah merasa sangat gugup hingga badannya beku. Pelukan Changjo berefek terlalu cepat pada tubuhnya. Padahal, ini bukan kali pertama, kedua atau ketiga mereka berpelukan. Mungkin ke seratus, dua ratus, entahlah. Tapi, kenapa malam ini dadanya berdebar sangat keras? Hyo Sun yang tubuhnya semakin kaku langsung mengeratkan jaketnya. Berharap jaket itu bisa mengkamuflasekan debaran jantungnya yang menggila. Oh.. tidak! Kenapa dadaku berdebar sekeras ini? apakah karena malam yang sangat dingin? Atau karena aku sungguh tengah jatuh cinta pada sahabatku?


ā€œsebenarnya kenapa kau membawaku kesini? Ya.. selain karena alasan bulan purnama yang sebenarnya tak adaā€


ā€œtadi ada. Sepertinya tertutup awanā€
ā€œjadi alasanmu repot-repot membawaku kesini sungguh hanya untuk melihat bulan purnama?ā€
ā€œaku tak bisa memberitahumu duluā€ pria itu mengangkat tangan kirinya, melirik jam tangan yang tersemat disana. Hyo Sun melirik ke arah yang sama. Hampir tengah malam. ā€œkira-kira 6 menit lagiā€


ā€œapanya?ā€
ā€œtunggu sajaā€ walaupun Hyo Sun tak bisa melihat wajah Changjo, tapi ia yakin namja itu pasti sedang tersenyum puas. Entahlah, tapi nada bicaranya barusan terdengar pantas diucapkan dengan ekspresi itu.


Sembari menunggu waktu 6 menit yang Changjo janjikan, Hyo Sun terus-menerus melihat langit dengan perasaan berdebar. Bisakah pria ini berhenti memeluknya? Tapiā€¦. sepertinya Hyo Sun tak bisa menyuruhnya berhenti. Bukan karena ia tak mau, hanya sajaā€¦ā€¦.


Saat sedang berpikir seperti itu, tiba-tiba saja lampu-lampu kecil menyala bergantian. Jumlahnya sangat banyak, hingga terbilang mustahil untuk menghitungnya. Ia menoleh ke belakang untuk menanyakan apa maksud dari semua ini pada Changjo, tapi pria itu ternyata sudah menghilang. Astaga! Bahkan Hyo Sun tak sadar kapan Changjo melepas pelukannya dan berdiri. Kepala gadis itu berkeliling mencari Changjo, tapi ia tak menemukan siapapun. Hyo Sun yang mulai panik hanya bisa duduk di antara lampu berwarna-warni yang terus berpendar. Ia sangat tertarik dengan semua lampu itu, tapi Changjo yang pergi seenak jidat membuat rasa takutnya lebih mendominasi. Ayolahā€¦.. seorang gadis lumpuh ditinggal di tengah bukit di tengah malam.


ā€œChangjo~aaā€¦.. Jangan bercanda!ā€ gadis itu berseru sambil terus menoleh ke sekitar.
Tiba-tiba saja, dari balik pohon, seorang namja muncul sambil membawa boneka beruang yang besarnya sampai menutupi tubuhnya. Ia tersenyum sambil melangkah mendekati Hyo Sun yang masih tak tahu harus apa. ā€œselamat ulang tahunā€


ā€œApa?ā€
ā€œini hari ulang tahunmu, noona. Kenapa setiap tahun tak pernah ingat?ā€ Changjo membuang napas dengan bosan, hal ini selalu terulang setiap tahunnya. Hyo Sun selalu terkejut setiap ia mengucapkan selamat ulang tahun. Gadis ini benar-benar aneh.


ā€œMau kau percaya atau tidak, hari ini kau tetap ulang tahun. Aku membelikan ini untukmuā€ Changjo memutar boneka itu menghadapnya, lantas menggigit bibir. ā€œaku tahu kau sudah dewasa. Dan aku tahu kau lebih menyukai zombie daripada bonekaā€ pria itu lalu berlutut dan mengulurkan bonekanya pada Hyo Sun ā€œTapi, mencari boneka zombie di pasar itu sangat sulit, noona. Jadi aku belikan ini saja. tidak apa-apa kan? kau bisa mencongkel matanya dan membuat boneka ini terlihat seperti zombieā€ Changjo mengakhiri ucapannya dengan senyuman lebar. Hyo Sun mengambil boneka itu sambil tertawa.


ā€œwalaupun aku masih tak yakin kalau ini hari ulang tahunkuā€¦ā€¦ā€¦ā€¦..terima kasih Jong Hyunnieā€ Hyo Sun tersenyum sambil menyentuh hidung sang boneka beruang.  ā€œAku akan menjaganya. Aku tidak akan mencongkel matanyaā€


ā€œheiā€¦ aku juga membuat iniā€ Changjo memberikan kertas berwarna biru langit pada Hyo Sun, lalu saat gadis itu hampir mengambilnya, Changjo menariknya lagi. ā€œah.. tidakā€¦ tidak! aku rasa ini tidak begitu pentingā€


ā€œoh.. ayolah! Apa yang kau buat?ā€
ā€œani.. aniā€¦ bukan apa-apaā€
ā€œmana mungkin bukan apa-apa?ā€ Hyo Sun mulai mengulurkan tangannya dan mencoba merebut kertas itu dari Changjo. ā€œtidak.. tidakā€¦ ini bukan untukmuā€ ucapnya sambil merobek kertas itu, meremasnya dan membuangnya jauh-jauh dengan gerakan yang sangat cepat. Hyo Sun terkesiap. Sebenarnya ada tulisan apa disitu sampai-sampai Changjo berbuat seperti ini? 


Hyo Sun mendengus, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Gadis itu memeluk boneka beruangnya dengan erat sambil menggerak-gerakkan mulutnya, memaki Changjo tanpa suara. ā€œsekarang apa? kau mau menggendongku pulang atau kita tidur disini?ā€ Changjo yang mendadak bersikap sangat kaku menoleh perlahan pada Hyo Sun.


ā€œkau mau pulang?ā€ gadis itu mendecak sambil memalingkan wajah, ā€œoke.. okeā€¦ ayo pulangā€
Saat menuruni bukit, Hyo Sun terus menguap dan matanya terasa semakin berat. Ini sudah sangat lewat dari jam tidurnya. Sebelah tangan gadis itu memeluk leher Changjo dengan erat, sementara sebelahnya lagi sibuk menggenggam bonekanya yang super besar. Hyo Sun semakin tidak bisa mengontrol rasa kantuknya, dagu gadis itu bertengger di pundak Changjo, kepalanya mulai terjatuh.


ā€œnoonaā€¦ā€
ā€œhmmā€
ā€œsaranghaeā€
ā€œnado Jong Hyun~aaā€ jawab Hyo Sun dengan suara teredam, setengah sadar.
ā€œanio! saranghaeā€¦. Saranghaeā€ Changjo berbisik. Seharusnya Hyo Sun mendengarnya, tapi entahlah. Mata gadis itu sudah terpejam.


ā€œaku tak ingin menjadi sahabatmu noonaā€
ā€œwae?ā€ tanya Hyo Sun dengan nada yang sama, fokusnya menghilang. Changjo yakin gadis itu tak sadar dengan apa yang ia katakan sekarang.


ā€œkarena sahabat seharusnya tak jatuh cintaā€ setelah mengucapkan itu, kakinya berhenti. Dadanya bertalu-talu menanti respon Hyo Sun yang terlalu hening. Hinggaā€¦


ā€œkau tidur ya?ā€ Changjo membuang napas sambil mengulum senyumnya, lantas kembali berjalan. Setidaknya aku sudah bilang. Aku sudah mengakui rasa yang kupendam. Tunggu..... kalau ia tidak dengar, bisakah ini disebut pengakuan?



Hyo Sun POV



Walaupun aku sangat mengantuk, aku masih bisa mendengarnya dengan jelas. Changjo bilang ia jatuh cinta padaku. Beruntung ia mengira aku sudah tidur, jika tidakā€¦ā€¦ aku sama sekali tak tahu harus memberikan jawaban seperti apa. Setelah mengira aku sudah tidur, Changjo malah terus berbicara. Ia bilang, ia membuat lagu untukku di kertas yang ia robek tadi, ia sangat gugup hingga tak berani memberikannya padaku. Ia juga memintaku untuk tidak membencinya walau aku tak menyukainya, ia bilangā€¦.. kalau aku tak suka dengan pengakuannya, lupakan saja, anggap ia tak pernah bicara seperti itu. Changjo sangatā€¦ā€¦ ah ani! Malam ini ia hanya namja polos bernama Choi Jong Hyun. Ya.. Jong Hyun sangat manis malam ini. Saking manisnya, aku sampai ingin berhenti dan melihat wajahnya, benarkah ia Jong Hyun ku?


Lalu aku harus bersikap seperti apa besok? Pura-pura tak terjadi apa-apa? Demi Tuhan, aku mencintaimu Jong Hyun~aa. Tapi aku tak mau kau mencintaiku. Carilah gadis yang bisa berjalan dan merawatmu dengan baik. Jangan aku. Sepanjang perjalanan, kupejamkan mataku kuat-kuat, takut air mata yang tengah berkumpul ini turun.  


Kalian tahu? aku sudah merasa cukup beruntung dengan mengenal Jong Hyun. Menjadi sahabatnya adalah hal terbaik yang kupunya. Hubungan kami sangat menarik, kami mengobrol seperti dua orang sahabat yang sangat dekat, bermain seperti anak kecil di taman kanak-kanak, bertengkar seperti pasangan suami istri yang tak mau mengalah dan menjaga satu sama lain seperti saudara kandung. Aku mencintai hubungan ini. Dan aku tak akan membiarkan perasaan bodoh ini menghancurkannya.


Changjo~yaā€¦ kenapa kau menyukaiku? Bagaimana bisa? Kau buta ya? Aku bahkan tidak cantik. Aku juga tak bisa berjalan. Aku selalu merepotkanmu. Apa yang kau lihat dariku? Apa nilai lebih yang kupunya? kau benar-benar aneh!



**********



Changjo POV



Ini masih jam 3 sore dan aku sudah terkapar lemas di ranjangku. Sebenarnya hari ini aku tidak melakukan sesuatu yang sangat berat. Aku hanya melakukan kegiatan rutinku ā€“mengajari Hyo Sun noona berjalan- lalu bertemu dengan teman-teman lamaku di kafe. Dan setelahnya, inilah yang terjadi. Tubuhku terasa sangat letih. Apa ini karena kemarin aku tidak tidur? Atau karena aku harus menggendong Hyo Sun noona naik turun bukit di tengah malam yang super dingin? Bisa jadi.


Dengan malas, aku mengambil remote tv dan menyalakannya. Dan di detik pertama saat layar itu menyala, aku langsung menyambar ponselku dan menelfon Hyo Sun noona.


ā€œnyalakan tv-mu. Channel 9ā€
ā€œada apa?ā€
ā€œfilm kita diputar?ā€
ā€œfilm kita?ā€
ā€œne.. aku lupa judulnya. Yang pasti ini film kesukaanmu. Dulu kita selalu menontonnya bersamaā€
ā€œoh.. yang kau selalu tidur itu ya?ā€ tanya Hyo Sun dengan nada yang sangat sinis. okeā€¦ okeā€¦. dia benar. Aku tak pernah berhasil menonton film ini sampai habis. Tapiā€¦.. haruskah dia bicara dengan nada semenjengkelkan itu? apa tak sengaja tertidur merupakan tindak kriminal? Huh!


ā€œaku sudah bosan menontonnyaā€ lanjut gadis itu. Sebelah alisku kontan terangkat, ā€œbosan? Jinjjayo? Apa perlu aku kesana? kita tonton bersama, eotte?ā€


ā€œanio. Aku sedang ingin membaca novel, bukan menonton film yang sudah puluhan kali kutonton. Lagipula kau pasti akan tertidur. Lebih baik kau tidur sekarang daripada repot-repot mencoba menontonnya sampai akhirā€


ā€œcihā€¦. Bagaimana kalau aku berhasil menontonnya sampai habisā€
ā€œaku akan bertepuk tangan di tengah pasar sambil bilang aku sayang Jong Hyun!!!!ā€
ā€œJinjja?ā€ Tutā€¦.tutā€¦.tutā€¦ā€¦ aku mendengus takjub sambil menurunkan ponsel. Sebegitunya kah? Dia kira aku tak mungkin menonton filmnya sampai habis? Akan kubuktikan! Min Hyo Sun-ssi, Siap-siaplah bertepuk tangan di tengah pasar! Dan jangan lupa ā€˜Aku sayang Jong Hyunā€™ nya!


50 minutes laterā€¦ā€¦


Sambil menguap, aku membalik posisiku ke sebelah kanan, memeluk guling terdekat dan tersenyum damai dengan mata yang tetap setia memejam. Satu detikā€¦ā€¦.. Dua detikā€¦ā€¦. Tiga detikā€¦ā€¦. danā€¦ā€¦ FILM-NYA! Mataku langsung terbuka lebar dan mengarah lurus pada layar TV. Ohā€¦ tidak! sepertinya film itu sudah habis. Sial! Aku langsung bangkit dari posisi berbaringku dan meringis sambil mengacak rambut. Aku kelewatan lagi. Sampai kapan ini akan terjadi? Ternyata Hyo Sun noona benar. Aishā€¦..


Dan tiba-tiba saja, film yang tadi kembali muncul memenuhi layar TV. Belum habis? Yang tadi hanya iklan? Ohā€¦.HEBAT. Aku langsung merangkak semangat mendekati TV dan menontonnya dengan serius. Setidaknya aku harus tahu cerita akhirnya, Hyo Sun noona pasti hanya akan menanyakan cerita akhirnya!



Author POV



10 menit berlalu, Changjo terdiam kaku di atas ranjangnya. Layar televisi yang dari tadi ia pelototi sudah gelap, sudah dimatikan. Kini namja itu tengah melamun, terlalu larut dalam pikirannya.


ā€˜kau harus tahu cerita akhirnya!ā€™
ā€˜memang bagaimana cerita akhirnya?ā€™
ā€˜aku tak mau memberitahumu. Kau harus menontonnya sendiriā€™
ā€˜mereka pasti bersatu lagi kan? bukannya semua cerita akhirnya begituā€™
ā€˜kau harus melihatnya sendiriā€™
ā€˜kenapa kau sangat ingin aku melihatnya!ā€™
ā€˜entahlah! Lihat sajaā€™



Ucapan Hyo Sun empat tahun yang lalu tiba-tiba saja memenuhi kepala Changjo. Dia sudah tahu cerita akhirnya, ternyata mereka tidak bersatu seperti yang Changjo pikirkan. Si gadis terlalu bodoh. Ia menuliskan perasaannya di kertas kecil yang dikubur di bawah tanah. Dan pada akhirnya, sang pria tak pernah tahu akan perasaan itu. Ia menikahi yeoja lain. Sedangkan si gadis meninggal karena AIDS. Setelah berkali-kali menonton, Changjo bahkan tak pernah tahu kalau ternyata gadis di film itu sakit AIDS. Astagaā€¦. Selama ini apa yang ia tonton?


Changjo menyambar jumper-nya dan segera pergi. Entah kenapa, ia rasa ia mengetahui sesuatu. Awalnya Changjo hanya berjalan cepat, tapi begitu ia menjangkau pagar rumahnya, kaki namja itu mendadak ingin berlari. Sesuatu dalam dadanya seolah berteriak-teriak menyuruhnya cepat.  Akhirnya pergerakkan kaki pria itu menjadi lebih cepat lagi, Changjo mengabaikan napasnya yang terengah keras dan terus menaiki bukit. Ya.. Bukit. Tujuannya sekarang adalah bukit. Ia rasa ada sesuatu yang harus ia ketahui disana.



TBC

Comments

Popular Posts