Step For You #end



Hyo Sun merasa seperti mendapat tambahan nyawa. Waktunya pun terasa lebih berharga dari sebelum-sebelumnya, semenjak kejadian ‘tercebur di kolam’ kemarin, gadis itu terus menerus menatap kakinya yang perlahan mulai bisa digerakkan. Hyo Sun merasa seperti terlahir kembali. Jika sebelumnya Changjo yang selalu mengajaknya belajar berjalan, kali ini gadis itu mulai berinisiatif melakukannya sendiri. Bahkan kemarin malam Changjo dibuat kebingungan karena Hyo Sun yang tak mau diajak berhenti belajar.


Demikian pula hari ini, di halaman rumah Hyo Sun, kedua orang itu tengah tertawa-tawa bersama sambil belajar melangkah. Hyo Sun sungguh terlihat seperti anak bayi, saat ia berdiri, kakinya terlihat bergetar dan sangat lucu. Changjo terus menertawakan Hyo sun karena itu. Tapi Hyo Sun tak peduli. Ia terus berusaha menyeimbangkan tubuh. Tapi seandainya ia jatuh pun, Changjo yang berdiri disamping gadis itu selalu berhasil menangkap tubuhnya dengan sigap. 


“Jong Hyun~aa…… jangan dekat-dekat! aku bisa” ujar Hyo Sun sambil mendorong tubuh Changjo. Pria itu mundur selangkah, lalu mendekat lagi saat Hyo Sun tak melihat. Ayolah….. kakinya masih belum kuat.


“pelan-pelan….. Kau tak boleh memaksa kakimu terlalu keras. Nanti kau kelelahan, noona”
“anio! aku tidak lelah” jawab Hyo Sun. Senyum gadis itu tak hilang sejak dua jam yang lalu, tepatnya saat mereka berdua sama-sama tiba di halaman untuk berlatih. Hyo Sun tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Hanya dalam waktu satu hari –atau bahkan kurang- ia sudah bisa berdiri walaupun masih belum seimbang. Kalau mengingat empat tahun lalu, rasanya ia ingin menendang wajah para dokter yang sudah memvonisnya lumpuh permanen.


Changjo berpindah tempat ke hadapan Hyo Sun, ia menangkup kedua tangan gadis itu dan membantunya untuk melangkah. “kurasa aku bisa mati karena terlalu bahagia” ujar Hyo Sun.


“jangan” respon Changjo cepat. Mereka berdua sesaat berpandangan dengan ekspresi ‘yang tadi hanya bercanda kan?’ lalu tertawa-tawa lagi. Latihan berjalan mereka hari ini terlihat jutaan kali lebih menyenangkan dari biasanya.. Ditambah dengan suasana pagi yang menyegarkan, energi positif dari keduanya bersatu dengan sempurna. Apalagi Hyo Sun menunjukkan kemajuan yang sangat pesat.


“besok pagi mungkin aku sudah bisa berlari”
“tapi besok pagi aku sudah harus pulang” perkataan Changjo sontak membuat senyum Hyo Sun menghilang. Dengan cepat gadis itu mengangkat  kepalanya dan menatap Changjo dengan ekspresi ‘benarkah?’


“oh.. sudah sepuluh hari? Kenapa rasanya cepat sekali ya?” ujar Hyo Sun dengan nada ceria yang dipaksakan. Changjo menatap gadis itu dengan tatapan malas, seharusnya ia tak perlu mengeluarkan ekspresi seperti itu. Aku tahu sesedih apa Hyo Sun noona-ku sekarang.


“ayo duduk. Latihannya sudah lebih dari cukup. Walaupun masih harus kupegangi, yang penting kau sudah bisa melangkah kan?” akhirnya Hyo Sun menurut. Sejujurnya ia juga jadi kehilangan semangat sejak Changjo bilang akan pulang besok, yah…. Entahlah. Rasanya ia ingin berlari ke kamar dan menangis.


Mereka berdua kini sudah duduk pada undakan tangga di teras rumah Hyo Sun. Changjo menyodorkan sebotol air dan menggoyang-goyangkannya tepat di muka Hyo Sun yang sedang melamun. Gadis itu tersadar, lantas mengambil botol air yang disodorkan Changjo dan tersenyum seolah bilang ‘terimakasih’.


“kau sedang melamunkan apa?”
“ani” ucap Hyo Sun. Changjo meminum air di botolnya dan menatap ke depan. “ada kabar baik” Hyo Sun kontan menoleh, pria disampingnya tersenyum dan membalik kepalanya menghadap gadis itu. “semua member akan datang”


“jangan bercanda!”
“aku serius. Mereka datang hari ini”
“wah” dan bertepatan dengan itu, sebuah mobil pribadi berhenti di pagar rumah Changjo. Keduanya langsung menajamkan mata ke arah yang sama, “bukankah itu Niel?” Hyo Sun menunjuk seorang pria berambut cokelat yang baru saja turun dari mobil itu. “ah~” Changjo langsung berdiri. “kau tunggu disini. Aku hampiri mereka dulu” Hyo Sun mengangguk. Changjo lekas berlari ke rumahnya.


“hei….” sapa Changjo sambil ber high five dengan Niel dan Ricky.
“kau harus membuatkan kami sarapan!!!! Kami belum makan apa-apa dari pagi”
“ah? Aku baru mau menyuruh kalian membeli daging untuk barbeque”
“nde? Barbeque? Kita akan pesta barbeque nanti malam?”
“aku sudah terlanjur janji dengan Chunji hyung. Lagipula ini bisa jadi perayaan kecil untuk Hyo Sun noona”


“ada apa dengan noona?” tanya Ricky tak sabar.
“dia sudah mulai sembuh. Kakinya sudah bisa digerakkan”
“jinjjayo? Dimana noona sekarang?” Changjo menunjuk rumah Hyo Sun dengan dagunya, membuat Ricky dan Niel menoleh serentak kesana.


“NOONA!!” Teriak Ricky heboh, Hyo Sun yang memang sedang melihat kearah mereka langsung melambaikan tangan. Kemudian tanpa aba-aba Ricky langsung berlari menghampiri gadis itu.


“cih… barusan katanya mau makan” dengus Niel.
“hyung! Bagaimana kalau kau beli daging sapinya sekarang?”
“apa? aku? sendiri?”
“Kau bisa mengajak Ricky”
“mana mungkin dia mau? Kalau sudah bersama Hyo Sun dia tak akan mau diajak kemana-mana”
“ck,….. kalau begitu kau sendiri saja ya..”
“bagaimana kalau kau menemaniku?” Niel mengangkat alisnya menunggu respon Changjo yang terlihat sangat berat untuk pergi. Ia terus menerus melihat kearah Hyo Sun sambil menggaruk tengkuknya. “bagaimana ya? Aku harus menjaga noona”


“kan ada Ricky”
“ah~ itu…”
“jangan bilang kau cemburu pada Ricky” Niel melirik namja di depannya sambil tertawa.
“tentu saja tidak. Aku hanya…….. ck! Ya sudah ayo pergi” Changjo menarik tangan Niel menuju mobil. Oh.. baiklah. Aku juga tak mengerti. Tapi mereka berdua memang terlalu dekat. Dan fakta itu membuatku sangat khawatir.



***********



Changjo POV


Begitu sampai di rumah, sebuah audy silver ternyata sudah terparkir rapi di depan sana. “Chunji hyung sudah datang?” aku menoleh pada Niel sambil menggigit bibir. Niel balik menatapku dengan heran.


“memangnya kenapa kalau dia sudah datang?”
“ck.. untuk menyuruhnya datang, kubilang ada acara yang digelar T.O.P Media disini. Barbeque party bersama Andy hyung juga. eotte?”


“aigooo…. Kau benar-benar cari mati ya..”
“lalu sekarang bagaimana?”
“ya sudah turun saja! setidaknya dia tak mungkin membunuhmu”
“bisa jadi dia marah dan langsung pulang ke Seoul”
“mana mungkin? Kan ada ini…” Niel mengangkat paper bag berisi daging sapi dan saus barbeque-nya sambil tersenyum. “dia tak mungkin menolak ini” lanjut pria itu lagi. Kepalaku secara alami mengangguk. Benar! Dia tak mungkin menolak daging sapi berkualitas tinggi hanya karena dibohongi, apalagi ini gratis. Aku tahu benar isi kepalanya.


Setelah obrolan singkat itu, kami berdua pun turun dari mobil. Kepalaku refleks menoleh ke rumah Hyo Sun, tapi gadis itu sudah tak terlihat lagi di teras. “Changjo! Cepatlah sedikit” panggil Niel yang sudah berdiri di depan pintu rumah.


Kami meletakkan semua yang kami beli di atas meja makan, lantas beranjak menuju lantai atas –kamarku-. Begitu pintunya terbuka, hal pertama yang kulihat adalah C.A.P hyung yang tengah tertidur pulas di atas ranjang, sementara Chunji hyung berdiri mencurigakan di depan lemari pakaian. Aku tahu selera pakaianku sangat baik. Dan aku tahu bagaimana pria itu  berprinsip satu untuk semua. Tidak! tidak dengan pakaianku.


“Ya! Jong Hyun” dan begitu melihatku, pria di depan lemari itu langsung berteriak.
“mianhae hyung… aku tak bermaksud bohong”
“cih… harusnya kau bilang yang sebenarnya saja!” pria itu mendesah.
“Hyo Sun noona ingin bertemu kalian semua. Aku tak mau membuatnya kecewa” Chunji hyung mengangkat sebelah alisnya, “hanya karena itu?” aku mengangguk.


“oke... alasannya memang sedikit…….” ia memutar bola mata sambil mengangkat kedua tangannya ke udara. “tapi kalau kau mengatakan yang sebenarnya sekalipun, aku tidak akan keberatan datang kesini demi Hyo Sun” pria itu masih saja menyorotku dengan tatapan kesal, membuatku canggung untuk balik menatapnya.


“geurae. Jadi sekarang tidak ada masalah kan?” ujar Niel, sebagai pengarah situasi yang handal, pria itu berjalan ke tengah dan merangkul Chunji hyung dengan santai. “ei.. dimana Ricky?” lanjutnya. Benar. Dimana dia?


“dari tadi aku tak melihatnya. Jadi dia sudah datang?” Chunji hyung balik bertanya.
“ne.. tadi dia bersamaku” tepat setelah Niel menjawab, Ricky membuka pintu kamar dan masuk begitu saja. Semua orang –kecuali si putri tidur-  menatapnya dengan aneh.


“eh… kalian sudah sampai” ucapannya malah membuat tatapan heran kami semakin menjadi-jadi. ia berkata ‘eh.. kalian sudah sampai’ seperti dialah sang pemilik kamar.


“dari mana saja kau?” tanyaku tanpa basa-basi.
“rumah Hyo Sun noona. Dia membuatkanku makanan”
“jadi kau sudah makan?” tanya Niel lesu, sementara yang ditanya malah mengangguk dengan ekspresi puas.


“YA! CHOI JONG HYUN! KAU BELI DAGING SA~~~” tiba-tiba saja suara pekikan seorang perempuan terdengar bersamaan dengan pintu yang menjeblak terbuka. Begitu melihat isi kamar ini, sang perempuan langsung mengatupkan mulut dan melepas pegangannya dari pintu.


“kalian? Disini? Sejak ka……pan?”
“hai noona….. aigoo…. sudah berapa lama kita tak bertemu? Kau semakin cantik. Sungguh”
“ah~ jinjjayo?” seperti tak kenal Chunji hyung, gadis ini –kakak perempuanku yang luar biasa-  langsung merapikan rambutnya sambil tersipu malu. Menjijikan. Tolong jangan ingatkan aku kalau dia adalah kakakku.


“anyyeong noona, bagaimana kabarmu?” sapa Niel sambil membungkuk sopan. Yoomi noona balas membungkuk. Senyumnya masih terlalu lebar untuk disebut senyum. Oh.. ya Tuhan… kakakku.


“kalian sudah makan?” semua orang tak ada yang menjawab. Sebelum akhirnya Niel berkata “tidak usah noona….. nanti kami merepotkanmu” Ya.. dia mengenal noonaku dengan baik. Dia tahu apa yang dia lakukan. Setidaknya noonaku akan tetap memaksanya makan setelah ini.


“tidak.. tidak aku tidak kerepotan sama sekali. Aku punya seafood. Kalian mau?”
“nde? Seafood? Tadi pagi kau bilang tak ada makanan”
“ah~ itu! hahaha…. Aku lupa Jong Hyun~a…. ternyata aku punya udang dan ikan di kulkas” gadis itu menepuk kepalaku sambil tertawa kaku. “aku siapkan makanannya dulu ya…” setelah mengatakan itu, noona langsung menutup pintu kamarku dengan cepat.


“noona-ku benar-benar daebak. Dia lebih menyayangi kalian daripada adik kandungnya sendiri” racauku sambil menggeleng-geleng tak percaya. Akan kuadukan pada eomma, lihat saja!


“lalu Minsoo hyung, sejak kapan dia tidur?”
“sejak eomma-mu menyuruh kami masuk dan menunggu disini. Kira-kira satu jam yang lalu”
“oke… bangunkan dia setengah jam lagi. Kita harus menyiapkan peralatan barbeque untuk nanti malam” semua orang mengangguk, lalu tiba-tiba saja Ricky berdiri. “sepertinya ada yang kurang”


“tidak kok. Aku sudah membeli semuanya, bahkan minuman kaleng dan pudingnya pun sudah”
“bukan. Bukan itu”
“apa?”
“L.Joe hyung?” ucapannya kontan membuat kami semua tersadar. Pantas saja, dari tadi aku merasa ada yang janggal disini. Ternyata si tuan pendek belum hadir.


“cih….. anak itu kan di Chuncheon juga. Kenapa dia belum datang? tck, jangan bilang dia lupa alamat rumahku” keluhku sambil membuka ponsel. Mungkin namja itu menelfonku atau apa. Tapi nihil, tak ada satupun pesan atau panggilan darinya.


“dia ikut Hyo Jin ke Chuncheon? Sebenarnya mereka sedang apa huh? lamaran?” dengus Chunji. Aku, Niel dan Ricky kompak mengangkat bahu. Setelah beberapa saat memaki-maki L.Joe hyung, tiba-tiba saja ponselku berbunyi, dan…… “APA?”


**********


Author POV


Niel yang ditugaskan menjemput L.Joe di halte akhirnya sampai kembali dengan selamat. Seperti dugaan Changjo, pria bermarga Lee itu ternyata benar-benar melupakan alamat rumahnya. Mungkin namja itu mengalami penuaan dini atau hilang ingatan atau apalah.


Saat kedua orang itu sampai, semua orang sudah berkumpul di halaman rumah Hyo Sun untuk mempersiapkan barbeque. Namun baik L.Joe maupun Niel tak ada yang mau ikut membantu, mereka sama-sama berlari ke kamar Changjo dan langsung menghempaskan badan di ranjang. Chuncheon bukanlah kota kecil, perjalanan dari rumah Changjo menuju halte bus di dekat rumah Hyo Jin membutuhkan waktu 30 menit perjalanan dengan mobil. Dan Niel benar-benar merasa punggungnya remuk karena ini, ayolah….. sudah berapa jam ia habiskan untuk menyetir kalau dihitung sejak tadi pagi? Oh.. dan terkutuklah si maknae gila yang sudah mengancamnya tidak boleh memakan secuil daging pun jika tak menjemput pria idiot ini.  –dan kalian tahu? aku bahkan tak sempat memakan seafood yang diberikan Yoomi noona karena mereka semua mendesakku untuk menjemput L.Joe hyung cepat-cepatT_T-


Sementara itu, keadaan di halaman rumah Hyo Sun yang super luas menjadi sangat sibuk. Semua orang memiliki tugasnya sendiri-sendiri, kecuali Changjo dan Ricky yang saat ini tengah berebut menyiapkan panggangan arang. “Ya! Yoo Changhyun! Siapkan yang lain! Alat panggangnya berat. Kau tak akan bisa”


“aku bisa!! Sini, berikan padaku saja”
“ani! Kau bisa tertiban dan masuk rumah sakit”
“ANIO! Kenapa kau selalu melebih-lebihkan keadaan? Aku tidak selemah itu” Hyo Sun yang sedang memasukkan daging dan paprika ke dalam tusukan satai tak bisa menahan tawanya melihat pemandangan itu. Chunji yang berdiri disamping Hyo Sun ikut tersenyum, “Mereka memperebutkan apapun setiap hari di dorm. Kau harus tahu seberapa stresnya aku dan manager kami” Namja itu menghela napas dengan sangat berat. Hyo Sun melirik pria disampingnya sambil tertawa.


“benarkah? Disini malah sepi sekali. Sepertinya keadaan di dorm kalian sangat menyenangkan”
“datanglah ke dorm sesekali” Chunji menoleh dan tersenyum pada Hyo Sun.
“boleh?”
“geurae. Kenapa tidak?” Hyo Sun mengangguk.


20 menit setelah itu, langit mulai gelap dan lampu-lampu halaman menyala, persiapan untuk barbeque pun sudah tuntas. Niel dan L.Joe tiba-tiba datang ke halaman dengan wajah ‘ah! Jadi sudah siap? Padahal aku ingin ikut membantu’ yang dibuat-buat. Namun tentu saja tak ada yang percaya. Setelah semua berkumpul, pesta pun dimulai. C.A.P dengan senang hati berdiri di belakang pemanggang dan mengibaskan kipas besar untuk menjaga kestabilan api. Sementara yang lain mulai meletakkan daging diatasnya.


Malam ini adalah malam terakhir Changjo –dan yang lainnya- berada di Chuncheon. Karena itu, mereka semua ingin menghabiskan waktu liburan yang tersisa sebaik mungkin. Setelah makan, mereka menggelar acara unjuk bakat dadakan dan duduk melingkar di rerumputan. Hyo Sun benar-benar tak bisa berhenti tertawa, perutnya mulai sakit dan wajahnya mulai terasa pegal. Enam orang itu sama sekali tak bisa menjaga mulut mereka dan terus menghina siapapun yang berdiri di tengah untuk menunjukkan bakat. Sementara saat giliran Hyo Sun, mereka langsung bertepuk tangan dan mengucapkan kata-kata positif bahkan sebelum gadis itu melakukan apa-apa. 


Selain itu, Hyo Sun juga meminta mereka menyanyikan lagu baru yang belum dirilis. Ia kira permintaannya tak akan dikabulkan, tapi ternyata mereka malah menyanyikan satu lagu penuh lengkap dengan koreo lucu yang membuat gadis itu ikut menggerak-gerakkan badan dengan semangat.


Malam semakin larut, tapi mereka semua masih enggan untuk mengakhiri pesta kecil ini. Selama yang lain sibuk menghabiskan pudding dan soda, Changjo tiba-tiba saja menyentuh pundak Hyo Sun dan mengajak gadis itu pergi.


Changjo membawanya ke lantai atas bangunan kecil di samping rumah Hyo Sun, sebuah gudang untuk menyimpan peralatan berkebun. Changjo mengangkat tubuh gadis itu dan mendudukkannya di tembok pembatas. Hyo Sun yang tak mengerti hanya balik menatap pria itu dengan ekspresi heran. Changjo tiba-tiba saja tersenyum sembari menengok ke bawah, Hyo Sun mengikuti arah pandang namja itu. Ternyata ada lima orang pria yang tengah sibuk bertengkar memperebutkan semangkuk pudding. Hyo Sun ikut terkikik, kemudian kepalanya menoleh lagi menghadap Changjo. Namja itu menghentikan senyumnya dan mulai menatap Hyo Sun dengan intens, tangannya ia letakkan di atas tembok yang Hyo Sun duduki, mengapit tubuh gadis itu disana. Hyo Sun semakin gugup, tubuhnya menegak dan matanya tak bisa beralih dari tatapan lekat namja itu.


“besok aku pulang” Hyo Sun tak bisa menjawab. Ia hanya balik menatap pria itu dengan tatapan melemah.


“walaupun tidak ada aku, kau harus tetap berlatih berjalan. Pastikan jika nanti kita bertemu lagi, kau sudah sembuh dan kita bisa menari bersama” Hyo Sun tersenyum tipis dan mengangguk.


“aku janji” setelah Hyo Sun mengucapkan itu, Changjo mulai bersikap aneh dan terus menerus memegang tengkuknya dengan canggung. Sepertinya ada hal lain yang ingin ia bicarakan. Changjo menundukkan kepalanya dan mendesah. Hyo Sun menekan rasa gugupnya dan mengangkat dagu Changjo hingga mata mereka kembali bertatapan. “Jong Hyun~aa, wae?”


“ah~ aku” namja itu menelan ludahnya dengan pahit, saat menatap Hyo Sun keberaniannya malah menghilang. Tapi Changjo tetap memberanikan diri, ia membuang napas cepat lalu “apa kalau sekarang kau masih belum mau menjadi pacarku?”


“a~ apa?” Hyo Sun tersenyum geli melihat wajah Changjo yang sangat gugup namun serius, lantas menggeleng. “ck~ noona, wae??? kau benar-benar tak menyukaiku?”


“aku menyukaimu”
“lalu?”
“aku belum bisa berjalan”
“tapi sebentar lagi kau akan sembuh”
“kalau begitu tunggu aku sembuh”
“apa bedanya nanti dan sekarang? pada akhirnya kau akan sembuh juga kan?”
“tentu saja berbeda. Kau tahu? ini seperti motivasi. Jika aku sembuh nanti, aku akan menjai pacar Jong Hyun” ucap Hyo Sun seolah sedang membayangkan. “kalau kita pacaran sekarang, apa motivasiku untuk sembuh?”


“oh baiklah! kau menang. Kalau begitu cepatlah sembuh” ujar Changjo mengalah. Ia lalu mendekatkan badannya kearah Hyo Sun dan tersenyum jahil, “tapi aku tidak harus menunggu kau sembuh kan untuk mendengar ‘aku sayang Jong Hyun’ dari mulutmu”


“aish~~ mwoya? Andwaee” Hyo Sun langsung menutupi wajahnya yang memerah dengan kedua tangan. Melihat respon gadis itu, Changjo malah semakin senang untuk menggodanya.


“Ya! Aku sudah membawa semua member kesini seperti keinginanmu. Sekarang giliran kau yang memenuhi keinginanku. Ayolah… ini mudah. Hanya ‘Aku sayang Jong Hyun”


“shireo. Ini memalukan”
“kan cuma aku yang dengar. Noonaaa…. Ppalii”
“kenapa kau ingin mendengar ini huh?”
“molla~ kalimat itu terdengar sangat menyenangkan di telingaku. Palli”
“ara~ ara~” Hyo Sun menarik napas dalam dan menatap pria di depannya sambil meringis. “aku menyayangimu, Choi… Jong h~” Changjo hanya menatap Hyo Sun yang bicara terbata-bata dan menempelkan bibirnya pada bibir Hyo Sun. Seketika itu juga mata Hyo Sun terbelalak lebar. Kemudian, ia perlahan menutup matanya. Kedua tangan Changjo mencengkram tembok pembatas di kanan kiri Hyo Sun sampai kukunya sakit dan mencium gadis itu semakin dalam. Hyo Sun yang terbawa suasana menarik kaos yang Changjo pakai dan memeluk pria itu dengan erat. Kepala Hyo Sun mulai terasa pusing dengan ciuman ini, namun Changjo tak membiarkan Hyo Sun berhenti dan terus melumat bibirnya.


Mereka mulai kehabisan napas, Changjo melepaskan bibirnya perlahan dari bibir Hyo Sun. Dengan napas terengah seolah habis lari marathon, keduanya saling bertatapan. Changjo tersenyum santai, sementara yang ditatap terlihat luar biasa syok. Wajah mereka masih sangat dekat hingga hidungnya bersentuhan.


“payah! Kukira napasmu bisa lebih panjang dari itu” Changjo dan Hyo Sun refleks menoleh. Chunji tengah terkikik geli sambil mengarahkan handycamnya ke arah mereka. Di belakang namja itu, ada empat orang lain yang tengah sibuk berdehem canggung dengan wajah menahan malu. SIAL! Changjo yang merasakan ujung telingannya memerah segera mengejar kelima namja yang langsung kompak berlari menjauh itu. Oh~ sepertinya tidak. Sang leader tidak ikut berlari, namja itu malah mendekati Hyo Sun dan membantunya turun.


“aku terlalu keren untuk kejar-kejaran seperti itu. Iya kan?” ujarnya sambil tertawa. Hyo Sun terkekeh dan menggeleng tak habis pikir.“Changjo meninggalkanmu begitu saja diatas sini. Benar-benar tidak gentle. Aku tidak mengerti kenapa kau bisa menyukainya”


“dan kenapa kalian merekam hal seperti itu. Aish~ memalukan”
“itu Chunji, bukan aku!"


**********


Selama berada di kamar Changjo, semua member tak henti-henti menggoda maknae mereka dengan mengulang-ngulang rekaman yang ada di handycamnya. Kelima orang itu terus menanyakan, ‘dari mana kau mempelajari ini?’ ‘bagaimana rasanya?’ ‘apa  Changjo masih bisa disebut maknae?’ sambil mendecakkan lidah dan menggelengkan kepala. Sementara Changjo sendiri terus menutupi wajahnya dengan bantal dan memaksakan diri untuk tidur, tidak mau menanggapi orang-orang idiot yang sayangnya berstatus sebagai hyungnya. Dia bukannya ingin tinggal diam. Di dalam kepalanya sudah ada rencana untuk memusnahkan video itu. Besok, tanpa sepengetahuan yang lain, ia akan mengambil handycam itu dan membuangnya lewat jendela mobil yang sedang melaju kencang di jalan tol. Katakan selamat tinggal pada Handycam-mu, hyung!


**********


Setelah berpamitan dengan keluarga Changjo dan Hyo Sun mereka pun pergi meninggalkan Chuncheon. Perjalanan dari kota itu ke Seoul membutuhkan waktu sekitar 2 setengah jam. Saat semua orang sedang diam dan fokus melihat ke jalan, Changjo memulai aksinya. Diam-diam pria itu mengulurkan tangan dan mengambil handycam di pangkuan Chunji, beruntung pria itu sedang ngantuk berat dan kesadarannya berada di level terbawah. Tapi “YA!” saat Changjo berhasil menggenggam handycam itu, Niel berteriak dan membuat Chunji bangun. Dengan sigap Changjo menjauhkan handycam itu dari Chunji dan mengangkatnya tinggi-tinggi. “tenang! Aku hanya mau melihat”


“tak mungkin. Kau pasti akan menghapusnya. Kembalikan”
“ani! Aku janji tak akan menghapusnya. Pria sejati tak pernah berbohong”
“jinjjayo? Kalau sampai kau menghapusnya kau harus memberikan uang kepada kami masing-masing 1 juta won”


“aku janji” Chunji menatap pria itu dengan tajam sementara Ricky terus menepuk bahunya sambil bilang “ambil hyung! Jangan percaya padanya!”


Changjo bersikap sangat normal sambil membuka galeri video di handycam itu, lalu dengan gerakan yang tak terbaca, “TIDAAAAAAK” semua orang yang ada di mobil itu –kecuali changjo- berteriak dramatis.


“Ya! Choi Jong Hyun”
“wae? aku tidak menghapusnya”
“tapi kau membuang handycam-ku keluar” Chunji duduk berlutut di jok belakang mobil sambil menempelkan wajahnya ke jendela, hatinya terasa hancur dan air matanya mendesak keluar. “KAU TAHU BERAPA HARGANYA HUHHHH?”


**********


A month later…….


Seorang gadis berjalan memasuki sebuah gedung. Langkahnya masih terlihat belum kuat, tapi gadis itu tetap bersikeras meninggalkan Chuncheon dan pergi ke Seoul. Niat gadis ini sebenarnya adalah untuk memberikan kejutan kepada seorang pria, tapi setelah bertemu pria itu, justru ialah yang diberi kejutan.


Setelah bertanya kepada beberapa orang, Hyo Sun akhirnya berhasil menemukan tempat dimana Changjo dan member Teen Top yang lain berlatih. Hyo Sun menepuk-nepuk pipinya yang terasa panas, hanya karena membayangkan bagaimana wajah Changjo nanti saat melihatnya saja, ia sudah ingin menangis saking senangnya. Gadis itu menumpukkan kedua tangannya di depan dada selama beberapa saat, lalu membuka pintu di hadapannya dengan perlahan.


Seketika senyum di wajah Hyo Sun menghilang, ruangan itu ternyata tidak seramai yang ia kira. Cuma ada dua orang disana, seorang laki-laki dan perempuan yang sedang menari dengan gerakan yang sangat intens dan dekat. Changjo dan seorang dancer perempuan yang cantik. Air mata jatuh dengan sangat mudah dari mata Hyo Sun, dadanya terasa dipukul oleh kayu, secara refleks tangannya langsung menarik pintu itu lagi hingga tertutup. Ia sejenak sadar kalau tindakannya barusan pasti membuat dua orang di dalam ruangan itu menoleh kearah pintu.


Sesegera mungkin Hyo Sun menjauh dari tempat itu. Kakinya yang masih lemah dan bergetar ia paksakan untuk berlari. Air matanya berjatuhan. Mungkin aku yang terlalu berlebihan. Mungkin mereka hanya sedang berlatih untuk penampilan di konser solo mendatang. Tapi kenapa dekat sekali? walaupun aku berusaha mengerti pun, tetap saja rasanya sakit.


Hyo Sun terjatuh tepat sebelum elevator. Gadis itu berdiri dengan susah payah dan mencoba menjangkau pintu lift, tapi seseorang menahan lengannya. Tubuh Hyo Sun dibalik paksa menghadap orang itu.


“noona, kau disini. Kakimu sudah sembuh” ucap Changjo dengan wajah berbinar, sementara Hyo Sun langsung menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan tangis.


“kenapa kau lari dariku? ei.. Dan kenapa noona menangis?” Changjo menyeka air mata di wajah Hyo Sun dengan punggung tangannya. Hyo Sun tak menjawab, dia bahkan masih menanyakan kenapa aku menangis? sepertinya memang hanya aku yang terlalu berlebihan.Tarian tadi bukan apa-apa. Dan sepertinya pria ini sudah terbiasa menari dengan dancer perempuan seperti itu.


“kau cemburu ya?” Hyo Sun masih menahan mulutnya, ia menatap pria itu dengan tatapan ingin menangis. Aku cemburu Jong Hyun~aa! Aku cemburu sampai darahku mendidih!


“mianhae. Kau mau aku membatalkan penampilan soloku?”
“a~apa? aniya”
“mian. Bukan aku yang menginginkan ini”
“arayo! Gwaenchana~ aku hanya terlalu berlebihan”
“noona saranghae” Entah kenapa Hyo Sun malah menangis lagi mendengar ucapan itu. Hyo Sun sangat merindukan pria ini. Sangat. Ia tersentuh dengan cara Changjo mengucapkannya. Terdengar sangat tulus dengan tatapan mata yang lembut. Seharusnya ia merasa tenang, tapi Hyo Sun tak bisa menahan rasa terharunya hingga benar-benar menangis. Changjo yang melihat itu langsung kebingungan dan memeluk Hyo Sun. Apa aku salah bicara?


“hei~ mau lihat sesuatu?” Hyo Sun mendongak dan menatap Changjo yang tengah tersenyum.
“apa?”
“kajja!”


**********


Mereka sampai di sebuah gedung sekolah yang akan dijadikan tempat konser solo Teen Top dua hari mendatang. Changjo menuntun Hyo Sun melewati kursi-kursi kosong menuju panggung. Walau sangat penasaran, gadis itu tetap menahan mulutnya untuk bicara. Ia yakin pada apapun yang akan Changjo lakukan. Asalkan bersama dia, aku yakin semua akan baik-baik saja.


Sesampainya di deretan kursi terdepan, Changjo berbalik menghadap Hyo Sun dan menyuruhnya duduk di salah satu kursi itu. Namun Hyo Sun langsung menangkap tangan Changjo dan menatap pria itu seolah berkata ‘kau mau kemana?’. Sang pria tersenyum, lantas mengusap puncak kepala gadis itu dan menggelengkan kepalanya. Oh! ini berlebihan. Kenapa aku menjadi sangat manja? Kenapa aku takut sekali saat ia melepas tanganku?


Changjo naik ke atas panggung yang megah dan mulai mengutak-atik beberapa peralatan. Ia menyalakan sebuah microphone lalu menyeret kursi tinggi dan standing mic ke tengah-tengah panggung. Hyo Sun yang melihat betapa sibuknya Changjo disana tak bisa menahan tawanya. “Ya! Sebenarnya kau mau apa huh?”


“tak usah banyak bertanya! Lihat saja nanti” teriak pria itu sambil mencolokkan sebuah kabel mikrofon ke speaker. Setelah itu ia langsung berlari ke belakang panggung dan kembali ke atas sambil membawa gitar. Hyo Sun mengangkat sebelah alisnya, dia mau memainkan gitar untukku?


Setelah semua persiapan siap, namja itu duduk di kursi tinggi yang sejajar dengan tempat duduk Hyo Sun. Pria itu memetik gitar yang sudah tersambung ke audio untuk memastikan suaranya terdengar. Hyo Sun memberikan tatapan ‘sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?’ tapi namja itu cuma tersenyum sebagai jawaban. Kemudian di detik berikutnya, petikan gitar itu terdengar membentuk instrument yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Dan ia yakin ini bukan lagu Teen Top.


Changjo terlihat sangat serius memainkan senar-senar gitarnya, Hyo Sun pun seperti tersihir dengan nada-nada yang keluar dari alat itu. Sang gadis terdiam, memandang ke arah Changjo dengan senyum kecil dan sejuta kekaguman. Benarkah? Yang sedang bermain gitar di atas panggung itu Choi Jong Hyun? Dia Jong Hyun sahabatku?


Kemudian, sebuah suara bernada rendah bersenandung lembut mengiringi petikan gitar itu. Changjo bernyanyi sambil mengangkat kepalanya dan menatap Hyo Sun tepat di mata. Padahal mereka berjarak lebih dari  5 meter tapi Hyo Sun tetap merasa sangat gugup dengan tatapan itu.


I'm no superman
I can't take your hand
And fly you anywhere
You wanna go, yeah


I can't read your mind
Like a billboard sign
And tell you everything
You wanna hear but


I'll be your hero


Changjo memainkan gitarnya lebih kuat saat mencapai klimaks, emosinya mulai naik dan senyumnya semakin mengembang. Sorot matanya yang tajam dan indah itu terasa seperti tengah menusuk bola mata Hyo Sun. Hyo Sun yang duduk sendirian di kursi penonton bisa merasakan emosi Changjo dan mulai meneteskan air mata bahagia.


I, I can be everything you need
If you're the one for me
Like gravity, I'll be unstoppable


I, yeah I believe in destiny
I may be an ordinary guy with heart and soul
But if you're the one for me


Changjo menghentikan petikan gitarnya selama beberapa saat sebelum, “I’ll be your hero” mengakhiri lagu itu dengan cara yang sangat indah. Setelah lagu itu berakhir, Changjo mulai salah tingkah dan menggigit bibirnya, “noona, apa laguku bagus?” pria itu bertanya sambil mengusap tengkuknya.


Hyo Sun mengangguk, “jinjjayo? Aku membuatnya sendiri loh. Kau percaya kan?”
“sungguh? Tapi lagunya memakai bahasa…………”
“YA! Jangan meremehkan kemampuan bahasa inggrisku”
“oh ya? Bukankah kau berkata ‘No, my name is Changjo’ ketika ditanya ‘How are you?’” Hyo Sun langsung tergelak saat mengingat acara itu. Changjo mendengus, “itu hanya untuk hiburan. Sebenarnya aku tahu jawaban yang benar” Hyo Sun memutar mata dengan bosan. Mereka sudah melewati ini puluhan kali. Changjo selalu mencari-cari alasan dan tidak pernah mau mengakui kesalahannya. Huh!


“oke, aku percaya”
“tch… kau harus tulus. Aku menggunakan kata-kata bahasa inggris paling simpel dan mudah. Seharusnya kau percaya padaku”


“bukankah kubilang aku percaya?” Changjo meletakkan gitarnya di kursi dan melompati panggung. Namja itu berjalan lurus kearah Hyo Sun yang segera berdiri.


“ah~ noonaku sudah bisa berdiri” Changjo tersenyum jahil.
“tch”
“ei~ noonaku menangis lagi? kenapa kau jadi sangat cengeng, eoh?” Hyo Sun langsung menyentuh pipinya dengan kaget. Aku menangis?


“mungkin karena lagumu sangat bagus, atau mungkin karena aku masih tak percaya kau membuat lirik semanis itu”


“sebenarnya aku membuat lagu ini untuk ulang tahunmu. Kau ingat kan kertas yang kuberikan padamu di atas bukit?”


“kertas itu belum kau berikan padaku. Bukankah kau langsung merobek dan membuangnya huh?”
“ne.. aku sangat gugup saat itu”
“jadi sekarang kau sudah tidak gugup?” Changjo menggeleng dengan sangat yakin. Lalu tiba-tiba saja pria itu tersenyum sambil menyelipkan kedua tangannya ke saku, lantaas menatap Hyo Sun seolah sedang menagih sesuatu. “mwo?” ucap Hyo Sun langsung.


“kau sudah bisa berjalan sekarang, jadi seharusnya kau sudah menjadi kekasihku kan?” Hyo Sun merasa  pipinya memanas begitu mendengar ucapan Changjo. Pria itu pun sama gugupnya, ujung telinga Changjo mulai memerah karena malu. Keduanya langsung memalingkan wajah dengan kompak ke arah yang berlawanan dan saling menahan senyum. Apa ini artinya iya?


Tak betah dengan situasi canggung seperti ini, Changjo memberanikan diri untuk menggenggam tangan Hyo Sun terlebih dulu, membuat gadis itu menatapnya. “noona, saranghae”


“nado Jong Hyun~aa” Changjo kemudian mendekatkan wajahnya pada Hyo Sun dan mulai memejamkan mata. Hyo Sun segera menahan dada pria itu, “wae?” tanya Changjo.


“kau yakin tak ada yang merekam kita sekarang”
“tch…. Tidak ada” ujar pria itu dengan nada terganggu. Lantas kembali memajukan wajahnya, dan…… BUK!!


“Ya! Noona!!” teriak Changjo sambil memegangi perutnya yang baru saja ditendang.
“kau pikir karena kita pacaran, kau bisa menciumku kapan saja kau mau huh? Kau lupa ya aku sudah bisa menggunakan kakiku untuk menendang?” Hyo Sun menudingkan jari telunjuknya tepat di hidung Changjo. “Tidak akan! Kau tidak boleh seenaknya padaku! Lagipula kau masih kecil heuh!”


“masih kecil?”
“ne.. ada masalah huh, anak kecil?” Hyo Sun bertanya sambil mendorong bahu Changjo dengan telunjuknya, lalu berjalan begitu saja meninggalkan pria itu.


“setidaknya anak kecil ini bisa mencuri hati noona” teriak Changjo, Hyo Sun yang tengah berjalan membelakangi namja itu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia benar untuk yang satu itu.


END


Anyyeong^^ makasih buat yang udah baca. Ne.. lagu yang di atas itu lagunya sterling knight judulnya Hero (acoustic version). Lagu ini udah jadi lagu favorit aku dari dua tahun lalu –atau lebih- yah.. pokoknya seneng deh akhirnya bisa masukin lagu itu di ff. Aku udah pengen banget masukin lagu ini dari pas bikin way to love, tapi ga dapet momen yang pas dan akhirnya baru kesampean disini^^


Tentang ff ini, eotte? Semoga ga nyesel yah bacanya>_< Ah~ aku udah g ada kerjaan deh abis ini. Kalo lagi liburan, bukannnya makin produktif aku malah makin males nulis, jadi kayanya aku ga bisa bikin series baru dulu sampe ya kira-kira pertengahan januari lah…. Paling cuma fluff-fluff doang dan mungkin changjo-Hyosun nanti bakal aku masukin di do you want some fluff seri selanjutnya. Ditunggu yaJ gomawo



Happy new year guys^^

Comments

Popular Posts