Another Cinderella Story - Chapter 1
Cast : Jung Cheonsa
Kris Wu
Park Hayeon
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Genre : Romance,
friendship, family
Rating : PG 15
Matanya masih mengarah pada buku cerita bergambar yang
tengah didekap erat oleh seorang gadis kecil yang berdiri tak jauh darinya.
Walau bukan sesuatu yang penting untuk diamati, tapi entah kenapa ia tak bisa
mengalihkan perhatiannya dari si bocah dengan dress berpotongan cantik yang terlihat tertarik dengan beberapa
buku cerita lain yang berjejer di rak buku.
Ia dapat mendengar gadis kecil itu menggumam pelan, sejenak
manusia kecil itu tenggelam dalam dilemanya. Gadis kecil itu menatap buku dalam
dekapannya kemudian menatap sebuah buku yang masih berada di rak buku. Melihat
hal itu entah kenapa ia merasa terpanggil untuk menghampiri si makhluk imut
yang kini menatapnya dengan curiga.
Ia mengulas senyumnya begitu merundukkan tubuhnya. “ Kenapa
tidak diambil?” gadis kecil berbando merah muda itu tak langsung menjawabnya,
gadis kecil itu menatapnya terlebih dulu sebelum mengalihkan pandangannya pada
buku cerita dalam dekapannya.
“ Aku bingung mau membeli buku Cinderella atau Rapunzel.”
Jawabnya masih menatap dalam buku dalam dekapannya.
Mendengar suara menyedihkan gadis kecil itu, ia pun meringis
pelan sambil menegakkan tubuhnya kembali. Ia menatap ke arah buku Cinderella
dalam dekapan anak itu kemudian menghela pendek.
“ Lebih baik beli Novel Percy Jackson saja.” usulnya yang
kemudian direspon dengan tatapan bingung si bocah kecil di sebelahnya.
Ayolah…apa orang-orang tidak bosan dengan cerita Cinderella
atau Rapunzel? Apa mereka belum puas juga menyaksikan kisah-kisah itu yang
sudah diangkat ke dalam film? Apa mereka tidak dapat beralih pada kisah
lainnya? Dan…apa para pencetak buku tidak bosan menerbitkan kisah yang sama
setiap tahunnya?.
Ia kembali tersadar dari segala pikirannya. Ia kembali
menoleh pada gadis kecil yang masih menatapnya. “ Kau boleh membaca cerita
Cinderella kalau aku sudah menulis versi barunya, mengerti?” Ia tak peduli
gadis kecil itu mengerti atau tidak. Ia juga tidak peduli apa bocah itu akan
mengiranya sinting atau terlalu imajinatif.
Tapi seperti yang ia katakan, orang-orang boleh membaca
kisah Cinderella jika ia menulis kisah sebenarnya tentang si gadis malang yang
tersiksa karena ibu tiri dan saudari tirinya itu. Versinya tidak akan penuh dengan
kemalangan atau kerapuhan seorang gadis malang. Dalam ceritanya tidak akan ada Cinderella
si hati lembut yang sabar menerima segala perlakuan buruk dari ibu dan saudari tirinya. Akan ada kisah baru
dalam Cinderella-nya. Karena ia, Jung Cheonsa lebih tahu kisah Cinderella yang
sebenarnya. Dan ia akan menceritakan bagaimana kisah Cinderella miliknya.
*****
Tidak ada bunyi nyanyian burung begitu ia terbangun.
Matahari terlihat begitu mencolok manakala ia menyingkap gordennya. Ia menguap
lebar seraya meregangkan otot lehernya yang berasa kaku. Ia beranjak kemudian
melirik jam dinding yang menempel anggun di tembok kamarnya. Sudah pukul
delapan lewat sepuluh menit. Lagi-lagi ia bangun terlalu siang dan itu berarti
ia harus bersiap dengan ceramah pagi yang akan ayahnya sampaikan. Benar-benar
pagi yang menyebalkan.
Ia pun berjalan menuju kamar mandi. Ia harus segera bersiap
sebelum ia benar-benar terlambat sampai di kampus. Setelah selesai membersihkan
tubuhnya, ia mengambil asal pakaian dari dalam lemarinya. Ia bukan gadis yang
terlalu memerhatikan penampilannya. Ia bukan seorang fashionista yang selalu
memerhatikan tiap detail kecil yang melekat di tubuhnya. Ckk…ia bukan Hayeon.
Saudari tirinya yang selalu tampil sempurna dan mendapat pujian dari seluruh
pria di kampus karena penampilannya.
Setelah memastikan semua perlengkapannya lengkap, Cheonsa
menyampirkan salah satu tali ranselnya di bahu kiri. Ia berjalan cepat keluar
dari kamarnya dan membiarkan pintunya tertutup dengan suara debuman yang cukup
berisik. Sesampainya di lantai bawah, ia bisa melihat sepasang suami istri yang
tengah menyantap sarapan paginya dengan tentram. Tunggu. Kenapa hanya ada dua
orang di meja makan? Kemana saudari tirinya yang selalu mengulas senyum
manisnya tiap menyapanya di pagi hari?.
Ia mengabaikan seluruh keingintahuannya terhadap Hayeon.
Bukankah itu cukup bagus? Setidaknya ia tidak perlu terlihat seperti anak tidak
tahu diri yang membalas sapaan Hayeon dengan sinis.
“ Tidur jam berapa kau semalam?” ia baru saja meletakkan
bokongnya di kursi begitu suara dingin ayahnya terdengar. Cheonsa mengusap
tengkuknya kemudian meringis pelan saat menanggapi pertanyaan sang ayah.
Huft…kenapa ayahnya terlihat sangat menyeramkan?.
“ Hmm..semalam aku banyak tugas, jadi aku….”
“ Appa hanya bertanya jam berapa kau tidur semalam?” sela
sang ayah yang nampak tak ingin mendengar alasan panjangnya.
Ia mendesah kemudian menatap sang ibu tiri yang pagi ini
terlihat sangat mengagumkan, pandangannya pun beralih pada sang ayah. “ Jam dua
malam.” Jawabnya singkat.
Dengusan kasar dan gelengan frustasi menjadi reaksi utama
sang ayah yang terlihat masih tak habis pikir dengan anak gadisnya. Entah apa
ia masih bisa mengatakan bahwa anaknya ini seorang gadis. Lihat saja cara
berpakaiannya. Tidak seperti gadis kebanyakan, Cheonsa terlihat cuek dengan
kaos garis-garis lengan panjang dan celana jeans. Putrinya benar-benar jauh
berbeda dengan gambaran anak perempuan pada umumnya.
“ Apa yang kau lakukan sampai selarut itu?”
Cheonsa terlihat santai menyantap roti yang baru saja ia
olesi dengan selai cokelat kesukaannya. Ia sama sekali tidak terganggu dengan
kekesalan sang ayah.
“ Aku harus mengerjakan tugas-tugasku. Aku bukan seorang
gadis yang memanfaatkan kepopulerannya untuk menyuruh pria-pria kutu buku di sekolah untuk
mengerjakan tugasku.” Jawab Cheonsa santai sambil mengunyah rotinya. Ia
benar-benar puas bisa mengatakan semua itu, terlebih saat sang ibu tiri
tersedak karenanya. Ia tersenyum kecil, merayakan kemenangannya tanpa peduli
jika di sisi lain ada sepasang mata yang menatapnya dengan tajam.
Memang beginilah suasana di meja makan setiap pagi. Selalu
begini dan mungkin akan terus begini selama sepasang ibu dan anak menyebalkan
itu masih tinggal di rumahnya. Cheonsa bukannya ingin mendramatisir keadaan dan
memposisikan dirinya sebagai anak yang dilupakan dan tinggalkan. Awalnya ia pun
mencoba untuk berhubungan baik dengan ibu dan saudari tirinya, karena ia yakin
tidak semua ibu tiri jahat persis seperti yang ada dalam kisah Cinderella. Tapi
sekarang ia benar-benar menyesal pernah berpikir sepolos itu. Yah…dulu ia hanya
anak umur limabelas tahun yang naif.
Ibu tirinya memang tidak sekejam ibu tirinya Cinderella, ia
memang tidak sekejam itu, tapi jangan pernah ragukan kelicikannya. Wanita itu
memiliki tingkat kelicikan di atas rata-rata. Cheonsa masih ingat bagaimana
wanita ular itu membiarkannya sendirian di rumah sepanjang liburan musim panas.
Wanita itu sengaja menyuruh ayahnya untuk membiarkan dirinya mengambil les
privat selama liburan sementara dirinya, putri cantiknya dan sang ayah
menghabiskan waktu liburan di Prancis.
Ia juga masih ingat bagaimana cara wanita itu membuat nilai
rapornya tampak tak berarti di depan sang ayah. Waktu itu ia mendapatkan nilai
memuaskan dan sang ayah terlihat sangat bangga akan hal itu. Ia sangat bahagia
melihat ayahnya tersenyum dan mengelus puncak kepalanya, namun kebahagiaan itu
tidak berlangsung lama. Ibu tirinya langsung beroceh mengomeli nilai Hayeon
yang tidak cukup baik jika dibandingkan dengan miliknya. Wanita itu terus menasihati sang putri yang terlihat sudah menunduk penuh penyesalan. Lagi-lagi ia
berhasil mengubah sikap ayahnya. Lagi-lagi ia berhasil merebut perhatian
ayahnya.
Mendengar ucapan sang istri yang mengeluhkan nilai Hayeon,
Tuan Jung menepuk pelan bahu wanita itu. ia menyuruhnya untuk berhenti memarahi
Hayeon. Dunia seolah berputar dengan tragis, sang ayah langsung duduk di
sebelah Hayeon kemudian memeluk gadis itu dengan penuh kasih. Pria itu melihat
buku rapor milik Hayeon kemudian tersenyum pada gadis itu. apa kalian ingin
tahu apa yang dilakukannya setelah itu? Ia tidak terlihat kesal atau marah
seperti saat Cheonsa mendapat nilai empat pada ujian matematikanya, ia justru
merangkul Hayeon dan mengatakan Kau pasti
bisa lebih baik dari ini. Kau bisa karena kau anak pintar.
Jadi sudah lebih dari cukup kan alasan yang melatar belakangi
sikap buruknya itu? Ia hanya terlalu lelah dan berusaha bersikap kuat dalam
kesendiriannya. Ia tidak mengatakan bahwa ayahnya tidak menyayanginya lagi,
tapi ia hanya merasa ayahnya jauh lebih menyayaingi Hayeon daripada dirinya.
“ Baiklah…aku berangkat appa…” ia beranjak dari kursinya
setelah melahap dua lembar roti isi selai cokelat. Ia menatap sang ayah
kemudian beralih menatap sang ibu tiri. “…eomma.” Lanjutnya dengan malas.
“ Pak Han sudah pergi bersama Hayeon. Salahkan dirimu
sendiri karena bangun terlalu siang.” Ujar sang ayah.
Cheonsa hanya mengangguk. Itu sudah biasa bukan hal asing
lagi untuknya. Walau begitu, jauh di dalam hatinya ia merasakan sedikit rasa
nyeri. Apa dirinya selalu disisihkan? Apa keberadaannya di keluarga ini tidak
terlalu berarti?.
“ Oh…ternyata Hayeon sudah berangkat.” Dia menghela
napasnya. “ Kakak-ku itu benar-benar gadis yang rajin.” Lanjutnya sebelum
benar-benar meninggalkan ruang makan. Sebelum mendengar ayahnya memuji-muji
Hayeon seperti biasanya, ia memutuskan untuk memuji betapa hebatnya gadis itu.
Yah…bukankah menurut ayahnya Hayeon adalah anak gadis impian semua orang tua?.
*****
Seperti biasa ia langsung mengambil tempat di sebelah
Baekhyun yang masih sibuk bercanda dengan Chanyeol. Ia menghela pelan kemudian meletakkan tasnya
ke atas meja. Ia merasa benar-benar lelah karena harus berlari agar tak
ketinggalan bus.
“ Kakak tercintamu kembali meninggalkanmu?” ia melirik tajam
Baekhyun yang memasang wajah mengejek. Ia kembali menghela kasar.
“ Kali ini apa yang ia lakukan? Apa ia bilang pada ayahmu
kalau ia harus membeli keperluan untuk regu cheers-nya seperti beberapa hari
yang lalu?” tanya Chanyeol ingin tahu. Kedua orang super aneh yang sayangnya
menyandang status sebagai sahabat baiknya itu benar-benar tidak membiarkannya untuk
diam sejenak, setidaknya berikan ia waktu sebentar untuk melupakan
kekesalannya.
Ia memutar posisi duduknya dan menatap mereka satu persatu.
“ Dia bangun lebih awal dariku.” Jawabnya malas.
“ Wow…sepertinya ayahmu akan semakin menyayanginya. Gadis
itu benar-benar tahu cara menarik simpati orang lain.” kekeh Chanyeol yang
langsung diangguki Baekhyun. Dua orang itu begitu puas melihat wajah kesal
Cheonsa, hingga mereka berdua tertawa senang.
“ Memangnya siapa yang tidak akan menyayangi gadis selembut,
secantik, dan sebaik Hayeon.” Tawa Chanyeol terdengar semakin mengganggu
manakala pernyataan Baekhyun berhasil membuat Cheonsa membalikkan tubuhnya.
Mengalihkan pandangannya dari dua orang idiot yang kelihatan sangat puas
menertawainya.
Baiklah… jika dibandingkan dengan Hayeon ia memang hanya
butiran debu yang tidak berarti. Ia hanya seorang gadis yang terlalu sibuk
dengan dunianya sendiri, tak peduli jika sekelilingnya mencela perilakunya yang
kurang manis. Mungkin jika saja kisahnya difilm-kan, semua orang akan memandang
karakternya sebagai Cinderella jahat yang tidak tahu diri. Yah…semua orang
pasti lebih setuju jika Hayeon memiliki hati yang jauh lebih baik dari dirinya.
*****
Ia tidak peduli seberapa banyak orang yang menghampiri
mejanya untuk menghabiskan makan siang bersamanya. Ia juga tidak peduli jika
banyak sekali orang yang terlihat menghampiri meja Hayeon untuk sekedar
menghabiskan waktu makan siang bersama gadis itu. Ia sama sekali tidak peduli,
itu bukan sebuah hal yang penting untuknya. Yah…mungkin akan menjadi sangat penting
jika dua orang yang selalu menemaninya itu menjadi salah satu orang-orang
disana.
“ Huah…kapan ya aku bisa makan siang bersama Hayeon?” gumam
Chanyeol setelah memandang ke arah meja Hayeon.
Cheonsa hanya melenguh pelan kemudian menyuapkan makanannya
ke dalam mulut. Ia benar-benar kehilangan nafsu makannya tiba-tiba.
“ Tapi…aku lebih suka makan di meja yang sama denganmu.”
Ucap Chanyeol lagi yang membuat Cheonsa mengangkat kepalanya.
Pria itu melebarkan matanya sambil mengangkat alisnya. “
Serius!” tegasnya lagi.
“ Kau tahu, kami tetap akan berada di sampingmu sekalipun
seluruh wanita cantik di dunia datang merayu. Kami sangat menyayangimu Jung
Cheonsa.” tambah Baekhyun.
Ia menggelengkan kepalanya begitu ucapan menjijikkan
Baekhyun membuat perutnya mual sesaat. Oh ayolah… pria itu tidak perlu
mengatakan hal seperti itu untuk menghiburnya.
“ Baiklah…akan ku ingat ucapanmu tuan Byun.”
Mereka pun melanjutkan kegiatan makan siangnya, menghabiskan
waktu bersama seolah tak ada siapapun kecuali mereka bertiga. Berbagi
tawa, berbagi cerita konyol, atau paling
tidak membicarakan kegiatan kelas berikutnya. Yah…dunia memang tak selamanya
buruk. Walau Cheonsa harus mengakui dunianya tak seindah yang selama ini ia
bayangkan, tapi tuhan cukup adil. Walau seluruh dunia tak peduli padanya, walau
semua orang menyisihkannya, ia masih sangat bahagia karena ia memiliki dua
sahabat terbaik sepanjang masa.
****
Bunyi mesin motor Chanyeol perlahan menyurut begitu mereka
sampai di depan rumahnya. Cheonsa segera beranjak dari kendaraan beroda dua
miliki si raksasa Chanyeol.
“ Terimakasih. Kau mau masuk dulu?”
“ Sudah sore. Eomma pasti akan memukulku kalau pulang
terlambat.” Jawab Chanyeol sambil merengut sebal. Ia bisa membayangkan
bagaimana ibu tercintanya akan memukulinya dan meneriakinya jika hal itu
benar-benar terjadi.
“ Kalau begitu aku pulang. Sampai bertemu besok.” Chanyeol
menutup kaca helm-nya dan tangannya mencengkram gas hingga motornya melaju
cepat .
Motor Chanyeolpun melesat pergi dan menghilang dari
pandangannya. Cheonsa membalikkan tubuhnya, bersiap untuk kembali ke tempat
paling membosankan di hidupnya. Alisnya bertaut begitu matanya mendapati sebuah
mobil sedan hitam terparkir di depan rumahnya. Ia mencoba untuk menerawang kaca
mobil itu. Seorang pria dengan baju berseragam supir terlihat berada di
dalamnya.
Jelas itu bukan mobil ayahnya. Pria di dalam mobil itu juga bukan
Pak Han supir keluarganya. Ckk…sepertinya ada tamu di dalam rumahnya.
Kedatangan tamu bukanlah sebuah hal yang menarik. Setidaknya
itu tidak terlalu baik untuknya. Seperti yang sudah ia duga sebelumnya, begitu
ia sampai di dalam rumah lebih tepatnya begitu ia melewati ruang tamu, suara
bersahaja sang ibu tiri menyambutnya dengan sok perhatian.
“ Aigoo…Cheonsa kau baru pulang! Oh ya….beri salam pada
Nyonya Song dan putranya.” Ucap sang ibu tiri yang benar-benar pandai
bersandiwara.
Demi nama keluarganya, demi kehormatan ayahnya, Cheonsa
menahan kekesalannya terhadap Lee Mija –ibu tirinya itu. Ia tersenyum
menanggapi ibu tirinya kemudian menatap Nyonya Song dan seorang pemuda di
sebelahnya.
“ Annyeonghaseyeo.” Sapanya sambil membungkuk hormat.
Ia menegakkan tubuhnya kemudian merapihkan helaian anak
rambutnya yang berantakan. Tanpa sengaja matanya bertemu dengan si pemuda
bermata tajam yang sedang menatapnya penuh penilaian. Yah…pria itu cukup
tampan, tapi Chanyeol dan Baekhyun tidak kalah tampan. Pria itu terlihat
terlalu angkuh untuk digemari.
“ Cheonsa..kau sudah pulang? Oh…maaf tadi aku
meninggalkanmu, tadi aku harus….”
“ Tidak masalah.” Sela Cheonsa. Ia tidak ingin mendengar
alasan apapun dari Hayeon, bukankah sudah jelas kalau gadis itu ingin
meninggalkannya?. Setiap hari gadis itu selalu meninggalkannya dan akhirnya membuat
alasan tidak masuk akal yang membuatnya muak.
Hayeon terlihat menyesal, lebih tepatnya menunjukkan
ekspresi penuh penyesalan di wajahnya. Astaga…drama queen ini mulai lagi. Cheonsa menghela panjang menanti
sandiwara macam apa lagi yang akan ditunjukkan
gadis itu.
“ Tapi aku benar-benar menyesal Cheonsa. Kau tahu aku sangat
mengkhawatirkanmu. Maaf.” Papar Hayeon dengan suara memelas dan memohon
pengampunan. Kondisi seperti itu membuat posisi Cheonsa seolah salah. Ia
terlihat seperti orang pendendam yang tidak murah hati.
“ Kau tidak perlu khawatir. Aku sampai di rumah dengan
selamat.”
Hayeon menghela lega, seolah ia benar-benar mengkhawatirkan
Cheonsa. “ Syukurlah..pasti Chanyeol yang mengantarmu.”
“ Chanyeol? Siapa dia?” mendengar nama seorang pria disebut
tuan Jung terlihat serius dan menatap Cheonsa dengan menyelidik.
Suasana pun menjadi sedikit lebih serius dan Cheonsa
benar-benar mengutuk mulut sialan milik Hayeon. Semua orang kini menatapnya termasuk
Nyonya Song dan putranya.
“ Suamiku…kau seperti tidak pernah muda saja.” Mija menepuk
pelan bahu tuan Jung kemudian mengerling jahil.
Astaga…apa sepasang ibu dan anak ini ingin membuat kesan
seolah ia dan Chanyeol berkencan?. Lagipula apa hal itu penting untuk dibahas
di depan dua orang asing yang tak perlu mengetahui masalah pribadinya?.
Sebelum semuanya berlanjut pada kesalahpahaman, Cheonsa
berpikir cepat. Mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Ia
menarik napasnya, kemudian menghembuskannya perlahan.
“ Appa ini tidak seperti yang kau bayangkan! Aku dan
Chanyeol hanya berteman, aku…”
“ Teman dekat?” sela si pemuda yang menatapnya dengan
santai.
“ Ya…dia sahabatku kalau kau ingin tahu. Aku juga bersahabat
dengan satu orang lagi, namanya Byun Baekhyun. Keduanya sahabat terbaikku.
Walau itu tidak penting untuk kau ketahui, tapi sepertinya kau sangat ingin
tahu hal itu.” Paparnya sambil menatap si pemuda sok keren yang terlihat
mengangguk.
“ Baiklah semuanya, aku harus ke kamarku. Sampai jumpa.”
Pamitnya.
*****
Makan malam yang tidak menyenangkan, walau makan malam
sebelumnya memang tidak pernah menyenangkan. Tapi kali ini jauh lebih buruk
dari biasanya. Kini ada dua orang asing yang ikut duduk bersamanya di meja ini.
Nyonya Song dan putranya ternyata menghabiskan makan malamnya bersama
keluarganya. Apa itu kelihatan bagus? Oh tentu tidak. Selama makan malam itu
berlangsung, ia hanya bisa diam mendengar betapa semangatnya Lee Mija
membanggakan putri kesayangannya itu. Ia ingin Nyonya Song mengetahui segala
kebaikan putrinya tanpa ingin kelihatan pamer. Tapi sayangnya usaha wanita itu
sia-sia di mata Cheonsa. Ia tetap terlihat seperti wanita yang memaksakan anak
gadisnya terlihat baik di hadapan calon besannya. Tunggu…jangan-jangan pria
bermata tajam itu memang calon suaminya Hayeon?.
Cheonsa mengalihkan pandangannya pada pria di hadapannya,
pria itu duduk bersebelahan dengan Hayeon yang sedang tersipu malu setelah
mendengar pujian dari Nyonya Song. Pria itu balik menatapnya sambil menggerakkan
kepalanya.
“ Dan kau. Apa yang kau lakukan untuk hidupmu Cheonsa-ssi?”
tanya pria itu tiba-tiba. Terlalu tiba-tiba hingga semua terdiam dan menatap
Cheonsa.
Cheonsa tak pernah berharap pria itu akan bicara dengannya.
Tentu ia lebih memilih untuk diam dan mendengar bualan Mija. Ia benar-benar
tidak siap dengan pertanyaan pria itu.
“ Dia berada di fakultas yang sama denganku. Hanya saja kami
sedikit berbeda, dia merupakan bintang kelas yang berprestasi. Dia bahkan
mendapat indeks nilai yang tinggi.”
Entah ia harus berterimakasih atau justru menjambak rambut
Hayeon atas penjelasannya itu. Memang ucapan Hayeon tidak terlalu salah, tapi
entah kenapa itu terdengar menyeramkan saat Hayeon yang mengucapkannya.
“ Aku sampai malu karena tidak bisa sebanding dengannya.
Kami berada di rumah yang sama, menetap di bawah atap yang sama tapi
kemampuanku tidak sama dengannya. Aku benar-benar bangga memiliki adik
sepertinya.” Papar Hayeon lagi sambil tersenyum ramah saat menatap Cheonsa.
“ Kau benar-benar rendah hati Hayeon-aa. Aku tidak sebaik
itu, kau terlalu berlebihan. Harusnya aku yang bangga memiliki kakak sepertimu,
kau baik, cantik, ramah, memiliki banyak teman dan disenangi orang banyak.”
Balasnya tak kalah manis dengan Hayeon yang berusaha tampil paling manis.
Untuk sekali ini saja ia ingin menunjukkan sisi manisnya,
walau sebenarnya ia sangat menyesal karena harus memuji Hayeon. Tapi ini
menarik. Membuat Hayeon dan ibunya melebarkan mata sungguh hal yang
menyenangkan. Tentunya mereka tidak pernah menyangka ia akan bersikap semanis
ini.
“ Aigoo…kau sangat beruntung Yunjae! Kau memiliki dua putri
yang cantik dan manis seperti mereka. Mereka terlihat sangat manis.” tanggap
Nyonya Song yang dibalas dengan kekehan tuan Jung.
Berbeda dengan Nyonya Song dan Tuan Jung yang terlihat
menikmati makan malam itu, serta sepasang ibu dan anak yang mencoba untuk
berpura-pura terlihat senang, Cheonsa masih heran dengan pria di hadapannya
yang belum juga mengalihkan pandangannya. Pria itu menarik sedikit sudut
bibirnya dan itu membuat Cheonsa heran. Sepasang mata itu terasa sedang
menerawang jalan masuk menuju pusat pikirannya.
“ Oh ya…aku sampai lupa.” Nyonya Song kembali mengintrupsi
perhatian semua orang termasuk Cheonsa.
“ Aku sudah membicarakannya pada Yunjae. Kalian berdua….”
Cheonsa menatap Nyonya Song dengan heran yang tiba-tiba menatapnya dan Hayeon
bergantian. “ Ku harap kalian bisa menjaga Kris dengan baik, karena dia akan
bersekolah di kampus yang sama dengan kalian. Semoga kalian bisa berteman
baik.” ucap Nyonya Song yang sukses membuat kehebohan tersendiri bagi Hayeon yang
terlihat amat senang.
Namun hal yang berbeda dirasakan oleh Cheonsa. Ia sama
sekali tidak merasa senang dengan berita itu. Sungguh.
“ Itu berita yang baik. Kalau boleh ku tahu jurusan apa yang
kau ambil?” tanya Hayeon dengan penuh antusias.
“ Manajemen bisnis.” Jawab pria itu singkat sambil membalas
senyuman Hayeon.
“ Berarti kita satu kelas!.” Sahut Hayeon yang semakin
girang. Yah…ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat ini. Jelas ia merasa
bahagia. Ia akan menghabiskan waktu kuliah yang membosankan bersama dengan si
tampan yang berhasil menarik hatinya semenjak pandangan pertama.
Cheonsa mengabaikan celotehan Hayeon yang sedang
membicarakan kelasnya. Bagaimana dosen-dosen disana, lingkungannya, dan tak
lupa opini-opininya mengenai kegiatan di kampus. Menurutnya kabar bahwa pria
itu akan berada di kampus yang sama dengannya sudah merupakan berita buruk, dan
sekarang semuanya bertambah buruk. Pria itu akan berada di kelasnya. Kalau
begitu orang menyebalkan di kelasnya akan bertambah satu. Yah ….ada Hayeon dan pria
itu, Kris Wu.
****
Keadaan kelas menjadi ramai. Hal tersebut sudah berlangsung
semenjak pagi tadi, semenjak pria bernama Kris Wu berdiri di tengah ruangan dan
memperkenalkan dirinya. Semua gadis di kelasnya terlihat histeris dan terus
membicarakan pria itu sepanjang waktu. Semuanya bertambah heboh saat Kris
memutuskan untuk duduk di sebelah Hayeon dan mengajak gadis itu bicara.
Kelasnya seperti terisi dengan gadis-gadis penggosip yang tidak lelah
memperhatikan Kris dan Hayeon, kemudian membicarakan keduanya. Mereka terus menerka-nerka
hubungan macam apa yang terjalin diantara keduanya.
“ Sepertinya Kris menyukai Hayeon.”
“ Yah…dan harus ku akui mereka terlihat serasi.”
“ Mereka pasangan yang sempurna.”
Ada saja selentingan yang terdengar. Entah di kelas, di
kantin, toilet, atau bahkan jalan-jalan sepanjang koridor. Kedekatan Kris dan
Hayeon menjadi berita besar yang menghebohkan seisi kampus.
“ Get jealous,
huh?” Cheonsa mendengus kasar dan memutuskan untuk menatap makanannya.Tak ia hiraukan ucapan Chanyeol yang begitu menjengkelkan.
“ Jadi siapa Kris Wu itu?” tanya Baekhyun sambil menyuapkan
nasi ke dalam mulutnya.
Cheonsa mengaduk-aduk isi piringnya, kemudian menghembuskan
napasnya pelan. “ Anaknya teman appa. Dia baru pindah dari Kanada karena ibunya
menikah dengan pria Korea.” Jelasnya singkat.
“ Dia terlihat sangat akrab dengan Hayeon.” Ucap Baekhyun.
“ Ya…dan sepertinya membuat mereka berdua akrab adalah
tujuan utama kenapa ia berada disini. Biar ku tebak, sepertinya dia pria yang
akan dijodohkan dengan Hayeon.” Tanggap Cheonsa yang mulai menyantap makanan di
piringnya.
Baik Chanyeol dan Baekhyun mengangguk. Memang dugaan Cheonsa
adalah dugaan paling beralasan.
“ Kau terlihat cemburu.” Ucap Chanyeol.
Cheonsa mengangkat kepalanya, ia menatap Chanyeol dengan
tajam. “ Bisakah kau berhenti mengatakan hal semacam itu Park Chanyeol?
Menyebalkan!” Tandasnya kesal.
*****
Seiring
dengan berjalannya waktu keberadaan Kris di kelasnya menjadi sebuah kebiasaan
entah untuk Hayeon atau teman-temannya yang lain. Cheonsa tidak bilang ia mulai
terbiasa dengan keberadaan sosok itu. Ia dan Kris tidak begitu dekat, mereka
jarang terlibat perbincangan. Seingatnya percakapan terpanjang antara ia dan
Kris terjadi saat pria itu menanyakan kabar Hayeon yang tidak masuk selama tiga
hari berturut-turut. Itu ironis, tapi ia benar-benar bersyukur. Setidaknya ia
tidak menjadi pusat perhatian karena berbincang dengan seorang Kris Wu, pria
yang sekarang ini selalu dikaitkan dengan Hayeon.
Keberadaan
pria itu memang tidak pernah mengusiknya, tapi detik ini ia tarik pernyataan
itu kembali. Entah ia harus melakukan apa saat pria itu mengacungkan tangannya
saat pemilihan anggota kelompok untuk tugas makalahnya. Ia berharap Jaekyung
–seorang gadis introvert yang cukup dekat dengannya- mengangkat tangannya lebih
cepat dari pria itu.
Ia
menghela pendek. Matanya masih tertuju pada pria itu. Sama sepertinya, seisi
kelaspun menatap pria jangkung yang tengah berdiri sambil mengangkat tangannya.
Terlihat Hayeon yang sedang mendumel kesal sambil mendengus.
“
Baiklah..Kris Wu! Akhirnya kau mendapat teman baru Cheonsa.” ujar Kim
seosangnim.
Yah…Cheonsa
mendapat teman baru setelah sebelumnya selalu berada dalam satu kelompok dengan
orang-orang yang sama. Ia merasa sudah sangat nyaman dengan Chanyeol, Baekhyun,
dan Jaekyung di kelompoknya, tapi kenapa pria jangkung itu mesti mengangkat
tangannya?.
Cheonsa
tak berhenti mendengus. Tangannya juga tak berhenti bergerak melipat-lipat
kertas buku catatannya. Ia tidak terlalu suka dengan orang baru dan mungkin
itulah yang membuatnya tidak memiliki banyak teman. Ia tidak mudah mempercayai
orang lain.
Gadis
itu kesal dan Chanyeol mengerti. Ia terlalu mengerti bagaimana kerasnya gadis
itu, bagaimana sulitnya gadis itu membuka dirinya terhadap sesuatu yang baru.
Ia pun memutuskan untuk menetap di tempatnya sambil mengamati Cheonsa yang
masih sibuk dengan kekesalannya. Ia bahkan tak beranjak walau hampir sebagian
teman sekelasnya telah meninggalkan kelas.
“
Hey…kau terlihat benar-benar suram!” ujar Baekhyun. Pria itu baru saja beranjak
dari kursinya. Maklum..hari ini ia duduk di kursi barisan belakang.
Pria
berwajah lucu itu duduk di kursi depan Cheonsa. Ia terlihat mengamati ekspresi
wajah gadis di depannya, sama seperti Chanyeol, ia hanya melenguh pelan. Ia
menoleh pada Chanyeol kemudian menggerakkan kepalanya, mencoba untuk
berkomunikasi tanpa membuat suara sedikitpun.
“
Lebih baik kita ke kantin.” Akhirnya Chanyeol berdiri. Ia pikir harus ada yang
berani mengambil keputusan. Tentu mereka bertiga harus keluar dari kelas,
mereka pun perlu mengisi perutnya yang mulai kelaparan.
Ia
berdiri di depan meja Cheonsa. Tatapannya masih terarah pada gadis itu yang
nampaknya tidak setuju dengan usulanya. Gadis itu masih sibuk melipat-melipat
kertas. Ia menghela panjang. Matanya
kemudian beralih pada Baekhyun yang masih menatap Cheonsa.
“
Tuan Byun ini tugasmu!” ujarnya sebelum melenggang pergi dan meninggalkan
Baekhyun yang tengah mendengus kasar.
Baekhyun
bukannya keberatan dengan usul Chanyeol, ia bukannya tidak mau, ia hanya…ia
hanya tidak mau menjadi pelampiasan kekesalan gadis itu. Ia benar-benar tidak
ingin menghadapi Jung Cheonsa yang menyeramkan ketika sedang marah.
Ia
menggaruk tengkuknya kemudian melirik Cheonsa. Perlahan ia bangkit dari
kursinya kemudian mencari cara yang tepat untuk membawa gadis itu keluar tanpa
membuat kekacauan.
“
Cheonsa…ayo kita keluar. Kita pergi ke kantin.” Baekhyun terlihat takut begitu
menyentuh lengan Cheonsa. Ia nyaris memekik begitu gadis itu mengangkat
kepalanya dan menatapnya.
Ia
meringis. Cheonsa sudah menatapnya dengan dingin dan itu bukan petanda yang
bagus. “ Cheonsa…maksudku…apa kau tidak lapar?” ucapnya gelagapan.
Baekhyun
memejamkan matanya, harusnya ia memiliki ide yang lebih cemerlang.
“
Bagaimana kalau aku traktir? Kau mau, kan?”
Ia
merasa jantungnya hampir lepas saat gadis itu tak juga mengalihkan
pandangannya. Ia bahkan memundurkan tubuhnya begitu Cheonsa berdiri dari
kursinya.
“
Baiklah.” Ucap Cheonsa. Gadis itu langsung memasukkan semua bukunya, termasuk
buku catatan yang kertasnya sudah tak berbentuk.
****
At
Canteen
Baekhyun
merasa lega. Tentu ia merasa sangat lega karena ia masih dalam keadaan sehat
tanpa ada lecet di tubuhnya. Ia berhasil membawa Cheonsa keluar dari kelas. Ia
juga merasa lega karena nyatanya Cheonsa tak memesan banyak makanan, gadis itu
hanya memesan susu kotak dan roti selai cokelat. Ia benar-benar menghela lega.
Ia pikir saat ia menawarkan makanan gratis pada Cheonsa, gadis itu akan memesan
makanan sebanyak-banyaknya. Tapi rupanya Cheonsa masih ingat kalau ia harus
mengumpulkan uang untuk membeli tiket konser SNSD.
“
Kau tidak lapar? Kau tidak ingin memesan yang lainnya?” tanya Chanyeol melirik
Cheonsa yang tengah mengunyah rotinya yang hampir habis.
Pertanyaan
Chanyeol membuat Baekhyun langsung menoleh ke samping. Menoleh tepat pada pria
bermata besar itu. Ia mendumel, mengutuk ucapan Chanyeol. Hoh…apa pria itu
ingin uangnya habis dan ia pulang jalan kaki?.
Chanyeol
balas menatap Baekhyun. Ia mengerti kecemasan pria di sampingnya, tapi sungguh…ia
tidak bermaksud untuk membebani pria itu. Ia hanya simpati melihat Cheonsa yang
terlihat tak begitu bersemangat.
“
Aku sudah kenyang.” Kedua pria itu langsung menatap Cheonsa. Menatap gadis di
hadapan mereka dalam kecanggungan.
“
Maaf aku membuat kalian tidak nyaman. Aku terlalu kekanakan. Maaf..” tukas
Cheonsa sambil mengulas senyumnya.
Hal
itu membuat Chanyeol dan Baekhyun ikut tersenyum, mereka senang karena temannya
itu sudah kembali merasa baik.
Yah…walau
belum merasa lebih baik, tapi Cheonsa menyadari betapa kedua temannya itu
mencoba untuk menjaga perasaannya. Kedua orang itu hanya bungkam
memperhatikannya yang sedang mengunyah roti cokelatnya. Ia menyadari jika
sikapnya membuat suasana menjadi tidak nyaman dan ia tidak ingin seperti itu.
Ia
berusaha untuk melupakan kejadian beberapa waktu lalu dan hal-hal menyebalkan
yang berkeliaran di kepalanya. Ia mengubah posisi duduknya, memajukan tubuhnya
hingga dadanya menyentuh pinggir meja.
“
Bagaimana kalau kita mengerjakan tugas itu di rumahmu?” usul Cheonsa sambil
menatap Chanyeol yang terdiam sejenak kemudian mengangguk setuju.
Cheonsa
tersenyum senang. Suasana hatinya kembali membaik secara perlahan. Ia mulai
bertingkah seperti biasanya, banyak bicara, bergurau dan melontarkan berbagai
lelucon yang membuat kedua temannya tertawa.
“
Aigoo…ternyata Kim Seosangnim benar-benar tidak membiarkan kita bersantai.
Banyak sekali yang harus kita kerjakan.” Ujar Baekhyun.
“
Oh ya…kalau kita semua sudah memilki tugas masing-masing, lalu apa yang harus
Kris kerjakan? Biar
bagaimanapun dia juga anggota kelompok ini.” tutur
Chanyeol.
Penuturan
Chanyeol memang tidak salah. Mereka bertiga sama-sama tahu hal itu. Tapi
Cheonsa masih merasa sedikit enggan untuk membahasnya. Hah…baiklah ia sudah
bertekad untuk mengenyampingkan opini pribadinya. Ini untuk kelompoknya.
“
Benar juga. Apa kau…..Cheonsa…” Baekhyun yang baru saja ingin menyumbangkan
pendapatnya kini dibuat terperangah dengan kehadiran sosok di belakang Cheonsa.
Sosok itu tersenyum singkat dan melambaikan tangannya.
Baekhyun
hanya meringis sambil melambaikan tangannya, sedangkan Chanyeol menganggukkan
kepalanya. Merasa heran dengan tingkah kedua temannya, Cheonsa langsung menoleh
ke belakang. Menoleh pada sesosok pria tinggi yang mulai beranjak dari
tempatnya dan duduk di sebelahnya.
Kini
Cheonsa tak lebih baik dari Chanyeol maupun Baekhyun. Ia membisu bahkan
kehilangan kata untuk memulai percakapan. Ini terlalu mendadak dan tiba-tiba.
Terlalu cepat untuk mengubah rasa enggannya.
“
Kalian sedang membicarakan tugas itu?” tanya sosok itu.
Ia
melirik ketiga orang itu, ketiga orang yang masih membungkam mulutnya entah
disengaja atau tidak. Namun ia bisa melihat jelas kalau ketiga orang itu tak
begitu menginginkan kehadirannya, terlebih Cheonsa yang sejak beberapa detik
lalu mengalihkan pandangannya. Gadis itu memainkan sedotan susu kotaknya sambil
memandangi minuman kotak itu seperti bocah idiot.
“
Walau kalian tidak menyukai…”
“
Bukan begitu Kris! Kami hanya sedikit terkejut melihatmu! Sungguh!” selak
Baekhyun cepat. Meski ia yakin Cheonsa masih belum bisa menerima keberadaan
Kris, tapi ia juga tidak ingin meninggalkan kesan tibak baik pada Kris. Biar
bagaimanapun mereka satu kelompok.
Kris
mengangguk, mencoba untuk menghargai usaha Baekhyun agar ia tidak tersinggung.
Tapi sekali lagi, ia tidak mungkin mempercayai ucapan Baekhyun begitu saja
ketika di satu sisi Cheonsa terus mendengus kencang. Kalau ia boleh
menyimpulkan gadis itu benar-benar tidak menyukai kehadirannya.
“
Jadi…apa saja yang sudah ku lewatkan?” tanya Kris.
Baik
Baekhyun maupun Chanyeol mengerti usaha Kris untuk lebih akrab dengan mereka.
Keduanya pun merasa tidak keberatan untuk memberi perhatian pada pria itu dan
mereka pun mencoba untuk membuat Cheonsa untuk memberi kesempatan yang sama
untuk Kris. Tapi lagi-lagi mereka hanya bisa membiarkan gadis itu dalam
dunianya. Cheonsa terlalu keras kepala.
“
Tidak. Kami belum membahas hal itu terlalu jauh. Kami baru mendiskusikan
pembagian tugas.” Kris mengangguk. Ia masih memperhatikan Chanyeol dan sesekali
melirik Cheonsa yang masih tidak tertarik untuk terlibat dalam diskusi.
“
Biasanya kami mengerjakannya dengan santai, tidak terlalu buru-buru. Biasanya
kami mengerjakan di rumah Chanyeol, rumahku…”
“
Rumah Cheonsa?” potong Kris.
“
Tidak! Sekalipun itu pilihan terakhir yang ada, kami tidak akan memilih
rumahnya. Biar bagaimanapun kami tidak ingin bertemu dengan ibunya yang
menyeramkan.” Papar Baekhyun lengkap dengan ekspresi meyakinkan. Yah…tentu
bukan ide yang tepat memilih rumah Cheonsa untuk mengerjakan tugas. Keberadaan
Lee Mija di sana membuat mereka enggan.
Kris
langsung menoleh pada Cheonsa yang tampak tak begitu keberatan dengan
pernyataan Baekhyun. Gadis itu sama sekali tidak terusik, ia sampai heran
dengan apa yang sedang dipikirkan gadis itu. Entahlah…sepertinya terlalu sulit
untuk masuk ke dalam pikiran gadis itu.
“
Kalau begitu kapan kita mulai bekerja? Hmm…lalu apa tugasku? Bukankah kau
bilang kalian sudah mendiskusikan pembagian tugas?” tanya Kris yang mengalihkan
perhatiannya pada Chanyeol.
Chanyeol
langsung kebingungan. Jelas-jelas mereka tidak memberi tugas apapun untuk Kris.
Semua tugas telah dibagikan dan tidak ada yang tersisa. Ia menoleh pada Baekhyun
yang sama bingungnya dengan dirinya. Tak ada pilihan lain untuk Baekhyun selain
menendang pelan kaki Cheonsa.
“
Kau…” desis Cheonsa tertahan.
Gadis
itu mengerutkan keningnya saat menatap Baekhyun yang tengah memberinya sinyal.
Pria itu membulatkan matanya, menggumamkan sebuah kalimat dengan teramat pelan
dan sayangnya ia tidak bisa mengerti.
“
Apa tugasku? Mereka bilang kalian sudah membagikan tugas.” Ia langsung
tersadar manakala suara berat Kris terdengar.
Sama
seperti ekspresi Baekhyun dan Chanyeol beberapa menit yang lalu. Kini Cheonsa
terdiam, bingung mencari jawaban yang tepat. Ia melirik ke arah Baekhyun yang
terus melotot dan Chanyeol yang
mengangkat bahunya.
“
Tugasmu…” gumamnya pelan.
“
Tugasku..” ulang Kris sambil menatap Cheonsa.
“
Tugasmu…tugasmu itu…membantu kami semua!” Cheonsa menganggukkan kepalanya. Akhirnya ia bisa menemukan jawaban yang tepat.
“
Yah…membantu kalian.”
****
Lambat
laun Kris memahami arti kata membantu yang Cheonsa katakan. Sekarang ia
mengerti maksud membantu yang sebenarnya. Membantu yang dimaksud Cheonsa adalah
membantu mereka semua tetap fokus pada pekerjaannya sedangkan ia tetap diam dan
tak tahu harus melakukan apa. Awalnya ia mencoba untuk tidak mempermasalahkannya,
ia pikir Cheonsa hanya perlu waktu untuk menerima kehadirannya. Namun hingga
detik ini, gadis itu tak tertarik untuk menegurnya.
Ia
kesal. Ia merasa tersinggung karena perlakuan Cheonsa. Ini menunjukan bahwa
gadis itu tidak mempercayai kemampuan intelektualnya, gadis itu meremehkan
dirinya. Ia tidak bisa terus diam dan menahan kekesalannya. Ia tidak bisa diam
sementara mereka semua terlihat sibuk mengerjakan tugas.
Baekhyun
terlihat mengangguk setelah mendengar penjelasan Cheonsa, ia kemudian menoleh ke
arah Kris yang terlihat bosan.
“
Kris..bisa tolong aku..”
“
Tidak! aku tidak mau!” selak Kris.
Ia
langsung beranjak dari duduknya kemudian menenteng ranselnya. Penolakannya
tersebut menyita perhatian Cheonsa dan Chanyeol, bahkan Baekhyun terlihat sangat terkejut dengan sikap Kris itu.
“
Kalian bisa mengerjakannya tanpa aku, bukan? Permisi.” Kris langsung melenggang
pergi. Ia sudah muak berada di sana.
Chanyeol
langsung menoleh pada Cheonsa. Begitupun dengan Baekhyun yang terlihat menuntut
gadis itu untuk melakukan sesuatu.
“
Apa?”
“
Kau sangat mengerti apa yang harus kau lakukan Nona Jung.” Tegas Chanyeol.
“
Yaph…dan jangan temui kami sebelum kau membawa Kris kembali!” tambah Baekhyun
cepat.
****
Cheonsa
pikir menghampiri Kris dan meminta maaf pada pria itu bukan sesuatu yang harus
ia lakukan. Ia memang bersalah tapi ia tidak merasa menyesal atas apa yang
telah ia lakukan. Tapi entah kenapa kedua temannya itu tidak membiarkan dirinya
merasa demikian, mereka mendesaknya untuk mendatangi Kris. Ia sendiri tidak
percaya begitu dirinya melangkah keluar dari ruang perpustakaan dan pergi
mencari Kris. Ia juga tidak ingin percaya kalau kini ia menemukan Kris di
kafetaria sekolah. Pria itu duduk di salah satu meja kosong di sana dengan
ditemani secangkir kopi.
Ia
menghembuskan napasnya sebelum memutuskan untuk melangkah lebih dekat.
Singkatnya ia memutuskan untuk menghampiri pria itu. Ia terdiam, ia hanya
berdiri di depan pria itu tanpa mengucapkan apapun sampai akhirnya pria itu
mengalihkan perhatiannya dari buku yang tengah ia baca.
“
Ingin minta maaf padaku?” sindir Kris.
Ia
menatap Cheonsa yang tak gentar menatapnya balik. Gadis itu tidak merasa
tertekan dengan tatapan matanya.
“
Seharusnya begitu, tapi nyatanya tidak.” Cheonsa terdengar benar-benar santai.
Yah…terlihat sangat jelas jika ia tidak menyesali perbuatannya.
“
Mereka mengusirku dan menyuruhku untuk membawamu kembali.” Lanjutnya lagi.
“
Jadi kau tidak akan berdiri di sini jika mereka tidak menyuruhmu?” Cheonsa
hanya mengangguk santai. Tak ada beban untuk mengakui bahwa ucapan Kris benar.
Ia
berusaha untuk jujur walau itu membuat Kris mendecak dan kelihatan tidak
senang. Ia tidak peduli. Lagipula ia tidak ingin berpura-pura menyukai pria
itu.
“
Apa kau tidak merasa bersalah?”
“
Yah..aku memang bersalah, tapi aku tidak menyesalinya.”
Kris
mengangguk. Mungkin agak sulit untuk menerima pernyataan Cheonsa. Tapi berusaha
untuk menghargainya bukan sebuah ide yang buruk untuk dicoba. Setidaknya satu
langkah bijak untuk mendekatkan diri pada gadis keras kepala itu.
“
Ini.” Kris menatap lurus pada benda kecil yang Cheonsa berikan. Gadis itu
menyodorkan sebuah flashdisk berwarna
hitam.
“
Beberapa materi untuk makalah ada di dalamnya. Kau bisa melengkapi dan
menambahkannya.” Jelas Cheonsa.
Kris
mengambil alih benda kecil itu, ia menatap sejenak benda dalam genggamannya
itu. Senyumnya terulas singkat. Ia kemudian mengalihkan pandangannya pada
Cheonsa yang sudah berancang-ancang untuk pergi.
“
Kau tidak ingin duduk dulu?”
Cheonsa
terlihat berpikir. Ia menatap Kris seolah tengah menerawang isi kepala pria di
hadapannya itu. Cukup mengherankan untuknya. Tentu ia tidak lupa jika beberapa saat
yang lalu pria itu kesal padanya.
“
Setidaknya berbincang sebentar.” Tambah Kris.
Entah
tawaran itu hanya sekedar basa-basi atau apa, tapi Cheonsa memutuskan untuk
menerima tawaran Kris. Ia menarik kursi dan langsung mendudukinya.
“
Kau ingin memesan sesuatu?” alisnya bertaut manakala pria itu menatapnya dengan
serius. Apa ini serius?.
“
Apa aku boleh?”
Kris
hanya terkekeh pelan. Rasanya langka sekali mendengar jawaban seperti itu.
Jelas-jelas ia sudah menawarkan, kenapa gadis itu masih bertanya?.
“
Tentu.”
“
Baiklah kalau begitu. Segelas vanilla latte saja.”
Mungkin
terdengar memalukan. Jung Cheonsa yang tidak menyukai kehadiran Kris Wu, kini
justru terlihat duduk bersama bahkan menikmati secangkir kopi dengan pria itu.
Yah…mungkin kelihatan semacam kehilangan harga diri bagi Cheonsa, tapi hal itu
tidak berlaku untuk Kris. Baginya ini merupakan kesempatan langka yang
berharga. Seingatnya ia belum pernah terlibat percakapan yang terlalu serius
dengan gadis itu. Walau ia harus menelan kenyataan pahit bahwa Cheonsa tidak
menyukainya. Tapi ia yakin sekeras apapun hati Cheonsa, ia percaya jika suatu
saat nanti gadis itu pasti mau menerima kehadirannya. Biar bagaimanapun Jung
Cheonsa tetaplah seorang manusia.
****
Sore
yang melelahkan. Kelelahan itu terlihat jelas pada raut wajah Cheonsa maupun
Kris. Mereka berdua terlihat frustasi dengan tugasnya yang belum juga rampung.
Sudah seharian ini mereka bergumul dengan tumpukan buku tebal. Semenjak hari
itu, tepatnya saat Cheonsa menerima ajakan minum kopi dari Kris, mereka
memutuskan untuk mengatur ulang sistem kerja. Empat orang itu dibagi menjadi
dua kelompok, Chanyeol dengan Baekhyun dan sayangnya Cheonsa bersama Kris.
Sebenarnya
Cheonsa ingin sekali mendebat usulan Baekhyun itu, tapi penolakannya tak bisa
terucap. Yah…tentu ia tidak lupa bagaimana kerja keras Kris selama ini. Setidaknya ia
masih memiliki hati untuk mengurungkan niat tersebut, mungkin mencoba untuk
mempercayai pria itu bukan usul yang buruk. Ia sendiri yang membuktikannya.
Tidak ada salahnya mencoba untuk mempercayai orang lain. Yah…setidaknya ia
mulai mempercayai Kris, pria itu bisa diandalkan.
Sedikit
demi sedikit ia menaruh kepercayaannya pada pria itu. Seperti saat ini
contohnya. Cheonsa mencoba untuk percaya jika Kris akan menjaganya. Setelah
sepakat untuk mengakhiri kegiatan mereka, Kris bilang ingin mengajaknya ke
suatu tempat. Yah…suatu tempat. Tempat yang tepat untuk mengusir rasa penat dan
lelahnya.
Kris
membawanya ke sebuah taman di pinggir kota Seoul. Sangat tenang walau terlihat
beberapa anak kecil berlarian sambil berteriak riang. Tapi bukankah itu gunanya
taman?. Cheonsa mengekori Kris. Ia masih setia mengikuti pria itu. Melangkah
kemanapun pria itu pergi hingga ketika Kris memutuskan untuk duduk di salah
satu bangku panjang yang menghadap langsung ke danau.
“ Aku tahu tempat ini dari kakakku.” Ucap Kris.
Pria itu sedang fokus menatap lurus ke depan, ke arah genangan air yang tenang.
“
Kau punya kakak?” tanya Cheonsa.
Mendapat
respon baik dari gadis di sebelahnya, Kris mengalihkan pandangannya. Ia beralih
menatap Cheonsa yang sedang menatapnya penasaran.
“
Kakak tiri.” Cheonsa mengangguk paham.
“
Tidak selamanya memiliki saudara tiri itu buruk.” Tukas Kris yang membuat
Cheonsa mendecak. Kris tahu benar jika ucapannya menyindir gadis itu. Ia pun
tahu bagaimana hubungan Cheonsa dengan Hayeon. Jauh dari kata baik, bahkan
lebih buruk dari yang ia pikirkan.
Cheonsa
diam. Untuk sesaat ia merasa tertampar dengan pernyataan Kris. Ia berpikir dan
terus berpikir hingga ia mendapat sebuah kesimpulan. Ia menatap Kris lagi.
“
Ya.. kau beruntung, tidak seperti Hayeon yang tidak beruntung karena memiliki
saudari tiri sepertiku.”
*****
TBC
Well……aku comeback!!!!!! Gimana? Gimana?
Hehehe….sumpah ini gaje bgt!!! Ini aja dpet ilhamnya karena aku bisa
nonton film kartunnya Cinderella, awalnya tuh kayak wah seru juga nih,..
terusnya aku punya khayalan, gambaran tentang alur ceritanya gitu. Sebenernya sih
aku tuh emg sering bgt misalnya lagi diem nih terus ngayal gitu, atau lagi
ngapain terus dpt ide Cuma kan gak semuanya aku tulis.. aku mikirnya juga,
ah..palingan ini kayak biasanya. Cuma kepikiran doang tapi pas diketik idenya
ilang.
Tapi pas beberapa hari setelah itu, aku masih kepikiran dan kayak
dihantui gitu.. ya udah deh daripada tidur gak nyenyak, makan gak lahap aku
ketik aja. Dan tiding!!! I did it!! Kalo boleh pamer ff ini tuh oleh-oleh
selama liburan tiga minggu kemaren…heheh…oke itu aja deh maaf klo banyak typo atau gimana, aku
males ngeditnya…bye…
Regards,
GSB
annyeong saya reader baru.seruu ff nya, itu cheonsa kasiandeh ck. izin baca part selanjutnya ya
ReplyDeletehei...salam kenal!!
Deleteoke silahkan ubek-ubek gigsent yah..
aku suka banget dengan gaya n karakter cheonsa...apa adanya...apalagi 2 sahabatnya setia bersama dia meskipun banyak temen2nya yang tertarik sama kakak tirinya yg lebih cantik..^^
ReplyDeleteIya...cheonsa emg one of a kind..apa lagi dua temennya yang one of kind bahkan cenderung absurd *lirik pasangan autis baekyeol*
ReplyDelete