Another Cinderella Story - Chapter 3







 Cast : Jung Cheonsa
           Kris Wu
           Park Hayeon
           Byun Baekhyun
           Park Chanyeol

Genre : Romance, friendship, family

Rating : PG 15 

Previous story: CHAPTER 1 - CHAPTER 2  





Cheonsa kembali tersadar, ia menekan dada Kris dengan sekuat tenaganya. Namun tidak menghasilkan apapun karena justru Kris semakin mengeratkan pelukannya. Tangan pria itu melingkar kencang di pinggang serta tengkuknya.
Ia terperangkap di bawah kendali pria itu, ia tidak bisa melakukan apapun terlebih jiwanya bagai mati. Kecupan lembut itu kian dalam hingga lambat laun terasa menuntut dan memabukkan. Bohong jika Cheonsa tidak menyukainya, bohong jika ia membenci Kris karena telah menciumnya. Ia bahkan nyaris membalas pria itu, ia hampir mengimbangi gerakan Kris, namun dorongan untuk menyudahi semuanya membangunkan jiwa lumpuhnya. Ia menundukkan wajahnya, berusaha menghindari Kris.



“ Apa yang telah kau lakukan?” Cheonsa masih menundukkan kepalanya, sebisa mungkin ia menghindari kontak mata dengan Kris yang hanya berjarak beberapa senti. Pikirannya kacau terlebih saat ia bisa merasakan hembusan hangat di ujung kepalanya, hidung Kris menempel di keningnya. Itu sangat mengganggu terlebih di saat ia mencoba untuk berpikir jernih.



“ Menciummu.”



Ia nyaris mati karena debaran di dadanya semakin kencang. Jawaban Kris terdengar begitu membahayakan, benar-benar berpotensi menghilangkan napasnya.



“ Maaf….” Desis Kris. Cheonsa mengangkat kepalanya, menyejajarkan pandangannya dengan pandangan Kris. Ia tahu harusnya tidak perlu menemui mata itu, namun demi desiran lembut di tengkuknya ia berani melakukannya. Ia berani menanggung segala resiko atas tindakannya.


“ Maaf…tapi aku tidak menyesalinya.” Kris menyorot matanya dalam. Pria itu menegaskan maksud ucapannya dan ia tidak main-main dengan perkatannya.



Rasanya sulit untuk keluar dari situasi itu. Yah…Cheonsa merasa tidak bisa menyangkal ucapan Kris, ia bahkan tidak memiliki ide untuk mematahkan ucapan pria itu. Ia hanya bisa menggeleng sambil menelan ludahnya dengan susah payah.


“ Tapi….”


“ Aku minta maaf…tapi apa salah kalau aku mencium gadis yang kusukai? Apa aku salah?” selak Kris dengan nada pelan. Pria itu menatap Cheonsa dengan segenap perasaan dalam hatinya, menyalurkan rasa dalam dadanya pada gadis yang masih menatapnya dengan tidak percaya.



“ Maaf…tapi aku mencintaimu Jung Cheonsa.” ucap Kris yakin.



Bagai mendapat hentakan maha dahsyat, Cheonsa terpaku, gadis itu tercengang dengan pengakuan Kris. Bibirnya terkunci rapat hingga sebuah katapun tak dapat terlontar. Matanya kembali menatap Kris, ia mencoba untuk mencari kesalahan, ia berusaha untuk mengelak dan membantah pernyataan itu. Ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri jika yang ia dengar adalah sebuah lelucon.



“ Apa aku salah? Cheonsa..jawab aku.” desak Kris. Pria itu menuntutnya untuk bicara, pria itu menuntutnya untuk mengatakan sesuatu.



Sekeras apapun Kris mencoba untuk mendesak Cheonsa, ia tidak akan berhasil membuatnya bicara. Cheonsa tidak akan menjawabnya, ia lebih senang menghindar dan tidak pernah membahas hal itu lagi.



“ Matahari mulai terbenam, sebaiknya kita kembali ke penginapan.” Cheonsa berusaha melepaskan dirinya, ia berusaha pergi dan menghilang.



Namun Kris tidak membiarkannya. Pria itu ingin Cheonsa menatapnya, mencoba untuk memikirkan perasaannya. “ Cheonsa kau belum menjawabku.” Tegas Kris. Pria itu menahan tubuh Cheonsa yang mencoba untuk melepaskan diri.



Namun Cheonsa tetaplah seorang gadis keras kepala yang tidak mau mengalah. Ia tidak mau mengatakan apapun lagi karena memang tidak ada yang harus ia katakan. Ia ingin pergi sekarang juga.



“ Aku ingin kembali ke penginapan.”



Kris masih tetap dengan tekadnya. Ia masih berharap gadis itu mau menjawabnya. Tapi di sisi lain Cheonsa tak akan memberikannya. Gadis itu terus mencoba untuk melepaskan diri.



“ Aku ingin kembali…”



“ Ku mohon Kris.” Cheonsa kehilangan asanya, ia tak tahu harus melakukan apa lagi selain memohon pada pria itu. Ia tidak memiliki pilihan lain selain memelas.



Nampaknya itu berhasil karena Kris terlihat mendecak pelan. Pria itu kehilangan kekuatannya, kedua mata Cheonsa yang telah melahapnya. Ia seakan terpedaya dengan tatapan mata Cheonsa.



“ Baiklah…kita kembali ke sana.” Ia menghembuskan napasnya. Perlahan ia mulai melepaskan Cheonsa dari cengkramannya.  Ia terlihat ragu namun ia tetap melakukannya.



Ia membiarkan gadis itu mundur beberapa langkah, namun ia tidak membiarkan gadis itu pergi begitu saja. Tangannya menggenggam tangan Cheonsa. Gerakannya itu membuat gadis itu menatapnya dan berusaha untuk melepaskan tangannya.



“ Aku tidak ingin kau hilang lagi.” Ucapnya.



**** 





Satu hal yang Kris sadari setelah beberapa hari berlalu, Cheonsa menjauh. Gadis itu selalu menghindarinya, bahkan saat di Pulau Nami pun gadis itu selalu pergi seolah ada banyak hal yang membuatnya sangat sibuk. Kris baru menyadari hal itu setelah sekian lama ia berusaha untuk menemui gadis itu. Sangat lucu memang. Mereka berada di kelas yang sama, tapi nyatanya sulit sekali untuk membuat gadis itu menatapnya. Seperti saat ini. Mungkin jika saja ia tidak mendesak, Cheonsa akan kembali beralasan dan pergi meninggalkannya.



Tapi itu hanya perasaan Kris saja. Nyatanya detik ini masih sama seperti sebelumnya. Cheonsa masih enggan bertatap muka dengannya. Gadis itu pun terlihat hendak beranjak dari kursinya mengingat kelasnya yang sudah sepi. 



“ Cheonsa aku….”



“ Kris…maaf tapi Jaekyung sudah menungguku di perpustakaan.” Lagi-lagi Cheonsa berkelakar. Gadis itu kembali menghindar seperti biasanya. Kris ingin mencegahnya, tapi ia tidak bisa. Ia tidak mampu memaksa gadis itu.



“ Aku duluan.”



Ya..lagi-lagi ia hanya bisa menatapi kepergian Cheonsa tanpa bisa melakukan sesuatu. Ia menatap amplop di tangannya. Sebenarnya ia ingin memberikan cetakan foto-foto Cheonsa di Pulau Nami kemarin. Ia menghembuskan napasnya, pikirannya melayang sambil menimbang sesuatu. Baiklah…sepertinya mencoba untuk menghampiri gadis itu bukan sesuatu yang sulit. Setidaknya ia harus mencoba.



Ia pun melangkah keluar. Melangkah melewati jejeran loker yang berbaris teratur di di sebelahnya. Ia sudah tidak sabar untuk memberikan hadiahnya, yah…ia ingin Cheonsa melihat foto itu, foto mereka. Ia terus berjalan hingga langkahnya memelan dan berhenti begitu ia sampai beberapa meter di belakang Cheonsa. Ia memutuskan untuk menahan langkahnya saat menemukan Cheonsa tengah berbicara dengan Hayeon.



“ Kau benar-benar penipu handal Jung Cheonsa!” ujar Hayeon sinis.



Kris bingung melihatnya, ia tidak mengerti apa yang sedang kedua gadis itu bicarakan.



“ Apa maksudmu?” balas Cheonsa.



Hayeon tersenyum sinis, kedua tangannya terlipat di depan dada. “ Kau bertingkah seolah kau tidak menginginkannya, tapi apa? Kau kelihatan terus menempelinya.” Hayeon mendekatkan wajahnya, ia benar-benar mengintimidasi Cheonsa.


“ Demi Tuhan, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan!”



Decakan keluar begitu saja dari mulu Hayeon.“ Aigoo…bukankah saudariku ini sangat pintar?” ia menyentuh helaian rambut Cheonsa dan memainkannya.



“ Kau menyukai Kris kan?”



Detik selanjutnya Cheonsa membisu. Ia tak bisa mengeluarkan suaranya, ia tidak bisa membantah Hayeon. Tapi…



“ Bukankah dulu kau sangat membencinya?” tanya Hayeon lagi sambil menatapnya sinis.



Cheonsa masih diam, ia masih tenggelam dalam keraguannya. Dan di sisi lain, Kris begitu menanti jawaban baik terlontar dari mulut Cheonsa.



“ Yah…bahkan sampai saat ini pun begitu.”



Jawaban Cheonsa membuat Hayeon terkekeh pelan.“ Benarkah? Lalu apa arti kebersamaan kalian selama ini? Aku tidak buta Cheonsa.”



Cheonsa balas menatap Hayeon, ia tidak suka ditekan. “ Apa salah kalau aku membalas kebaikan orang lain? Setidaknya aku masih sangat tahu diri untuk bersikap baik padanya.” Tegas Cheonsa.



“ Wow…” Hayeon menepukkan tangannya, ia terus terkekeh. “ Jadi…kau hanya balas budi begitu? Jadi kau ingin bilang kalau selama ini kau hanya berpura-pura baik karena tidak enak hati padanya?.”



“ Apa itu sangat penting untukmu? kau takut aku merebut pangeranmu itu?”


“ Tenang saja…aku tidak akan melakukannya.”



Hayeon tersenyum puas. Ia menepuk pelan bahu Cheonsa. Gadis itu terlihat sangat senang karena beberapa detik yang lalu ia menemukan Kris berada di belakang Cheonsa, pria itu kelihatan sangat kecewa dengan jawaban adik tirinya.



“ Aku senang mendengarnya dan ku harap Kris juga senang mendengarnya.” Hayeon tersenyum riang.Ia pun beranjak meninggalkan Cheonsa yang mematung.



Berbeda dengan Hayeon yang mampu tersenyum senang, Cheonsa justru terlihat kehabisan kata.Tubuhnya membeku terlebih saat suara berat itu terdengar memanggil namanya.Hatinya bagai diguncang oleh guncangan hebat.Ia tidak tahu apa ia harus berbalik dan menemui pria itu. Ia tidak yakin akan sanggup melakukannya.



“ Cheonsa.”



Ia pun membalikkan badannya, memutuskan untuk menatap pria yang berdiri beberapa langkah di belakangnya. Pria itu menatapnya namun tidak seperti biasanya, pria itu terlihat sangat dingin, sangat berbeda dengan yang biasa ia temui.



Cheonsa bisa merasakan jika pria itu, Kris memendam kekecewaan yang besar terhadap dirinya. Ia bisa melihatnya dari mata itu, mata yang tengah menatapnya.



“ Ini..aku ingin memberikanmu ini.” pria itu memberikan sebuah amplop ke arahnya. Ia menerima pemberian itu dengan ragu.



“ Baiklah itu saja, aku duluan.” Cheonsa menahan napasnya saat pria itu memutar langkahnya, pria itu memunggunginya dan bersiap untuk menghilang dari pandangannya. Namun pria itu kembali berbalik dan menatapnya.



“ Terimakasih karena sudah memperlakukanku dengan baik, aku juga minta maaf karena keberadaanku membebani dirimu. Mulai dari sekarang aku akan berusaha untuk tidak melakukannya. Senang bisa mengenalmu Jung Cheonsa.”





****





Cheonsa tidak pernah merasa hampa seperti ini. Sebelumnya ia tidak pernah merasa sangat kesepian seperti beberapa hari belakangan ini. Ia…ia tidak pernah merasa selemah ini. Sebelumnya ia tidak pernah peduli siapapun yang berada di sebelah Hayeon, sebelumnya ia tidak pernah memerhatikan ke arah Hayeon, sebelumnya ia tidak pernah merasa nyeri ketika melihat Kris berada di samping gadis itu, ia…ia merasa dirinya sudah tidak waras lagi.



Setiap kali melihat dua orang itu bersama ia selalu ingin memisahkannya, ia ingin menarik Kris pergi. Ia tidak ingin pria itu berada di dekat Hayeon. Seperti saat ini contohnya. Ia ingin sekali berdiri dan menarik Kris yang sedari tadi berbincang dengan Hayeon. Entah apa yang sedang mereka bicarakan, tapi apapun itu, jujur saja itu sangat mengganggunya.



Sepanjang pelajaran mereka terlihat berbisik pada satu sama lain kemudian mengangguk atau tertawa pelan. Tidak seharusnya mereka berbincang di tengah pelajaran, harusnya mereka memperhatikan Kim seosangnim, harusnya mereka tidak duduk bersebelahan. Cheonsa merasakan tangannya terkepal erat.



Di saat Cheonsa masih sibuk menatap ke arah Hayeon dan Kris, seorang dosen wanita masuk ke dalam kelas. Wanita itu berbincang pelan dengan Kim seosangnim yang membuat pria itu mengangguk beberapa kali. Ia pun kembali mengangguk sebelum wanita itu keluar.



Ia berdehem pelan, sejenak ia meninggalkan kegiatannya dan beralih menatap para peserta didiknya. Ia tersenyum kecil begitu menemukan Cheonsa yang sedang menatap ke arah Hayeon dan Kris.



“ Hem…Jung Cheonsa. ”suaranya berhasil mengembalikan kesadaran gadis itu. Gadis muda yang tengah terbakar oleh rasa cemburunya.



Cheonsa menoleh kikuk terlebih saat ia menyadari senyuman kecil di wajah dosennya itu. “ Nde? Ada apa seosangnim?”



“ Apa aku mengganggu penelitianmu?”



“ Ah..a..a…anniyo!” elak Cheonsa cepat.



Percakapan antara murid dan guru itu menyita perhatian seluruh perhatian penghuni kelas. Mereka menoleh ke arah Cheonsa yang terlihat bingung.



“ Rektor menunggumu di ruangannya.”



Cheonsa mengangguk pelan. “ Apa sekarang?”



“ Tentu. Apa kau masih ingin melanjutkan penelitianmu itu?” sindir Kim seosangnim yang membuat Cheonsa meringis pelan. Gadis itu langsung memberesi barang-barangnya kemudian beranjak dari kursinya.  



Ia meninggalkan kursinya kemudian berjalan menuju pintu keluar. “ Rahasiamu aman padaku Nona Jung.” Bisik Kim seosangnim. Pria berumur itu mengerlingkan matanya.




**** 





Ia menghela berat begitu menemukan mobil milik Kris terparkir rapi di depan rumahnya. Untuk alasan apapun kenapa pria itu harus berada di rumahnya?. Cheonsa mencoba untuk mengendalikan dirinya, ia tidak ingin kelihatan aneh . Ia mencoba mengabaikan perasaannya dan terus melangkah masuk ke dalam rumah. Langkahnya terkesan begitu hati-hati, seolah kakinya bisa saja terluka jika ia tidak waspada.




Suara gurauan dari ruang tengah semakin jelas terdengar seiring dengan kakinya yang terus melangkah, membawanya semakin dekat dengan sekumpulan empat orang yang terlihat sedang berdiskusi. Ia menahan napasnya saat sosok Kris berada di antara orang-orang tersebut, ia mengalihkan pandangannya sebelum pria itu melihatnya.



“ Cheonsa..kau sudah kembali. Tadi aku mendengar suara motor Chanyeol, kenapa tidak diajak masuk?” Cheonsa memejamkan matanya dengan erat, ia menghembuskan napasnya dengan kasar.



Ia berbalik menatap Hayeon yang terlihat sangat memesona dengan wajah malaikatnya. Saudari tirinya itu tengah tersenyum manis ke arahnya.



“ Dia harus segera pulang. Ia tidak ingin ibunya khawatir.” Jawab Cheonsa datar. Sebenarnya ia malas menjawab pertanyaan Hayeon, terlebih saat sepasang mata Kris menyorotnya dengan tajam.


“ Wahh…Chanyeol anak yang sangat baik. Benar-benar sesuai dengan tipe idealmu!” Tutur Hayeon dengan wajah sumringah.



“ Ahh…aku ke kamar.” Pamitnya. Ia langsung berbalik dan berlaari menyusuri tangga. Ia tidak sanggup berada di sana.



Ia membanting pintu kamarnya, membiarkan suara debuman keras terdengar hingga ruang tengah. Mendengar itu Hayeon tersenyum senang.  



Cheonsa langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia menatap lurus langit-langit kamarnya, tangannya bergerak meraba sesuatu di bawah bantalnya. Ia kemudian mengambil amplop yang diberikan oleh Kris beberapa hari yang lalu. Ia mengeluarkan semua foto di dalamnya dan mengamatinya satu persatu.


“ Kau brengsek Kris Wu!”


“ Kau memang pantas bersama Hayeon!”  




****  




Seperti beberapa hari yang lalu, kini Cheonsa pun kembali ke ruangan rektor. Cukup lama ia berada di sana, setidaknya sangat lama untuk Baekhyun yang setia menunggunya di luar. Pria itu terlihat sudah tidak tahan dan langsung menarik tangannya begitu ia keluar dari ruangan itu.



“ Jadi tekadmu sudah benar-benar bulat?” tanya Baekhyun.



“ Ya. Aku tidak akan melakukan segalanya jika tidak benar-benar yakin Baek…”



Baekhyun mendengus kesal. “ Sebagai seseorang yang telah mengenalmu sejak SMP aku tidak mengizinkannya.” Tegas pria bertubuh mungil itu.



“ Ini hidupku Baekhyun…berhenti bersikap seolah kau itu ibuku, oke?”  





****





Seperti biasanya, hari ini Chanyeol kembali mengantarnya pulang. Pria itu selalu begitu dan mungkin akan selalu begitu selama Hayeon terus  meninggalkannya. Cheonsa harus bersyukur atas hal itu, karena setidaknya ia tidak perlu berdesak-desakkan di dalam bus.



Well..itu cukup baik. Sebaik kondisi rumahnya saat ini. Namun alisnya bertaut begitu Hayeon terlihat hilir mudik dengan gaun pesta. Gadis kelihatan sangat sibuk. Cheonsa mengabaikannya, ia tidak peduli dengan apapun yang dilakukan gadis itu. Ia menyusuri anak tangga, berjalan pelan menuju kamarnya.



“ Cheonsa..” ia menoleh ke arah sang ayah yang sudah rapi dengan balutan jasnya.



“ Cepat bergegas kita akan pergi ke acara jamuan makan malam nyonya Song.” Ia hanya mengangguk dan langsung masuk ke dalam kamarnya.



Pantas saja Hayeon terlihat sangat sibuk, gadis itu pasti ingin terlihat semenarik dan sesempurna mungkin di hadapan ibu mertuanya, Nyonya Song yang tak lain adalah ibunya Kris.



Ia menghela pelan, ia tanggalkan ranselnya dan meletakkannya di atas ranjang. Baiklah…sepertinya ia harus membersihkan dirinya terlebih dahulu.



Sensasi ringan dan menyegarkan terasa begitu ia selasai mandi. Ia sudah selesai membersihkan tubuhnya, ia keluar dari kamar mandi lengkap dengan kaos serta celananya. Ia melangkah ringan ke arah lemari bajunya. Dengan perasaan senang ia langsung membuka pintu lemarinya. Matanya menyusuri deretan pakaian yang tergantung di dalam lemarinya. Ia mengerinyit heran begitu tidak berhasil menemukan gaunnya. Gaun pemberian mendiang ibunya. Merasa tidak percaya, ia kembali memastikan setiap pakaian yang tergantung di dalam lemarinya. Hasilnya tetap sama, gaun itu tidak ada. Tanpa banyak berpikir lagi, ia langsung beranjak keluar, berlari menyusuri anak tangga. 



“ Cheonsa kau belum bersiap?”



Ia abaikan pertanyaan sang ayah yang menyambutnya. Matanya langsung mencari keberadaan Hayeon, ia yakin gadis itu yang telah mengambil gaunnya. Tak lama Hayeon kembali, gadis itu kembali setelah sebelumnya berada di teras rumah. Air wajah Cheonsa berubah seiring dengan kemunculan sosok Kris di belakang Hayeon.



“ Kau kemanakan gaunku?” tembaknya tanpa basa-basi.



“ Cheonsa sebenarnya ada apa?” selak sang ayah yang berusaha menengahi.



Seperti sebelumnya, Cheonsa kembali mengabaikan sang ayah. Ia menatap lurus ke arah Hayeon dengan penuh kebencian. “ Mana gaunku Park Hayeon?” geramnya.



“ Cheonsa..aku bisa menjelaskan.” Ujar Hayeon dengan wajah malaikatnya.


“ Aku hanya membantumu merapihkan gaunmu, bukankah gaun itu sudah berada di dalam lemari selama bertahun-tahun? Pasti kainnya sedikit kusut, makanya aku menyuruh ibu Hong untuk menyetrikanya. Sebentar…aku ambilkan.” Jelas gadis itu panjang. Ia berusaha untuk terlihat sepolos mungkin, ia berusaha kembali berperan sebagai seorang kakak yang penyayang dan baik hati.



Cheonsa terus mendengus kesal sambil berkacak pinggang selama menunggu kedatangan Hayeon. Ia menghembuskan napasnya. Tanpa sengaja pandangannya bertemu dengan Kris, pria itu masih berdiri di tempatnya. Pria itu menatapnya dengan tajam.



“ Kau bisa memakai gaun yang lain Cheonsa.” Ujar tuan Jung. “ Cepat bergegas.” Tegasnya yang hanya dibalas dengan gelengan kepala Cheonsa.



Tak berapa lama kemudian Hayeon kembali dengan membawa gaun berwarna peach miliknya. Gadis itu menatapnya dengan sendu, terkesan sangat menyesal.



“ Cheonsa…aku mohon kau jangan marah pada Ibu Hong, dia tidak sengaja melakukannya.” Ucap Hayeon penuh penyesalan. Cheonsa tak menghiraukan gadis berwajah melas yang kini tengah memohon ampunannya, ia langsung mengambil alih gaunnya dari tangan Hayeon. Ia  memperhatikan gaunnya, melebarkan gaunnya yang terlipat.



Matanya melebar seiring dengan mulutnya yang menganga. Emosinya naik, amarahnya terbakar hingga ia merasa kepalanya panas. Ia langsung menyorot Hayeon yang masih terlihat seperti gadis suci yang tak tahu apa-apa. Pasti gadis itu yang melakukan semua ini, pasti gadis itu yang membuat gaunnya bolong karena hangus terbakar.



“ Kau apakan gaunku?” teriaknya penuh amarah.






TBC 

Wow……..Drama mode on!!! Well…this fic is extremely contains drama effect, I wonder ….why could I write this such story??? *wrinkles all over my face* ok….balik lagi jadi orng indonesia ya….

Anda menemukan kejanggalan?? Udah…pasti!!! Di chapter pertama aku nulis ibunya kris itu pake nama nyonya wu, dan di sini aku nulisnya nyonya song. Actually it’s human error guys… but don’t blame me! Aku juga baru nyadar pas baca fic ini berulang kali… sebenernya mamanya Kris itu bernama nyonya Song karena dia nikah ama tuan wu jadi nama depannya Wu, namun sayangnya takdir gak merestui keduanya untuk terus bersama. Nyonya Song dan Tuan Wu bercerai… jadi namanya nyonya Song balik lagi, hrusnya sih skrng dia pke marga suami barunya tapi biar gak makin ribet aku tulis aja nyonya song.

Is there anybody who wants complain to me? Maybe coz this chapt is very short though?? Just bear with me okay?? For all my lovely readers thank you… I’d wanna say see you….



Confused girl,

GSB

Comments

  1. sippp....aku usahain secepetnya..
    thanks..

    ReplyDelete
  2. aigoo...aku jd greget banget sama hayeon...cari gara2 mulu...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts