Another Cinderella Story - Chapter 3
Cast
: Jung Cheonsa
Kris Wu
Park Hayeon
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Genre
: Romance, friendship, family
Rating
: PG 15
Cheonsa kembali tersadar, ia menekan dada Kris dengan sekuat
tenaganya. Namun tidak menghasilkan apapun karena justru Kris semakin
mengeratkan pelukannya. Tangan pria itu melingkar kencang di pinggang serta
tengkuknya.
Ia terperangkap di bawah kendali pria itu, ia tidak bisa melakukan
apapun terlebih jiwanya bagai mati. Kecupan lembut itu kian dalam hingga lambat
laun terasa menuntut dan memabukkan. Bohong jika Cheonsa tidak menyukainya,
bohong jika ia membenci Kris karena telah menciumnya. Ia bahkan nyaris membalas
pria itu, ia hampir mengimbangi gerakan Kris, namun dorongan untuk menyudahi
semuanya membangunkan jiwa lumpuhnya. Ia menundukkan wajahnya, berusaha
menghindari Kris.
“ Apa yang telah kau lakukan?” Cheonsa masih menundukkan
kepalanya, sebisa mungkin ia menghindari kontak mata dengan Kris yang hanya
berjarak beberapa senti. Pikirannya kacau terlebih saat ia bisa merasakan
hembusan hangat di ujung kepalanya, hidung Kris menempel di keningnya. Itu
sangat mengganggu terlebih di saat ia mencoba untuk berpikir jernih.
“ Menciummu.”
Ia nyaris mati karena debaran di dadanya semakin kencang.
Jawaban Kris terdengar begitu membahayakan, benar-benar berpotensi
menghilangkan napasnya.
“ Maaf….” Desis Kris. Cheonsa mengangkat kepalanya,
menyejajarkan pandangannya dengan pandangan Kris. Ia tahu harusnya tidak perlu
menemui mata itu, namun demi desiran lembut di tengkuknya ia berani
melakukannya. Ia berani menanggung segala resiko atas tindakannya.
“ Maaf…tapi aku tidak menyesalinya.” Kris menyorot matanya
dalam. Pria itu menegaskan maksud ucapannya dan ia tidak main-main dengan
perkatannya.
Rasanya sulit untuk keluar dari situasi itu. Yah…Cheonsa
merasa tidak bisa menyangkal ucapan Kris, ia bahkan tidak memiliki ide untuk
mematahkan ucapan pria itu. Ia hanya bisa menggeleng sambil menelan ludahnya
dengan susah payah.
“ Tapi….”
“ Aku minta maaf…tapi apa salah kalau aku mencium gadis yang
kusukai? Apa aku salah?” selak Kris dengan nada pelan. Pria itu menatap Cheonsa
dengan segenap perasaan dalam hatinya, menyalurkan rasa dalam dadanya pada
gadis yang masih menatapnya dengan tidak percaya.
“ Maaf…tapi aku mencintaimu Jung Cheonsa.” ucap Kris yakin.
Bagai mendapat hentakan maha dahsyat, Cheonsa terpaku, gadis
itu tercengang dengan pengakuan Kris. Bibirnya terkunci rapat hingga sebuah
katapun tak dapat terlontar. Matanya kembali menatap Kris, ia mencoba untuk
mencari kesalahan, ia berusaha untuk mengelak dan membantah pernyataan itu. Ia
berusaha meyakinkan dirinya sendiri jika yang ia dengar adalah sebuah lelucon.
“ Apa aku salah? Cheonsa..jawab aku.” desak Kris. Pria itu
menuntutnya untuk bicara, pria itu menuntutnya untuk mengatakan sesuatu.
Sekeras apapun Kris mencoba untuk mendesak Cheonsa, ia tidak
akan berhasil membuatnya bicara. Cheonsa tidak akan menjawabnya, ia lebih
senang menghindar dan tidak pernah membahas hal itu lagi.
“ Matahari mulai terbenam, sebaiknya kita kembali ke
penginapan.” Cheonsa berusaha melepaskan dirinya, ia berusaha pergi dan
menghilang.
Namun Kris tidak membiarkannya. Pria itu ingin Cheonsa
menatapnya, mencoba untuk memikirkan perasaannya. “ Cheonsa kau belum
menjawabku.” Tegas Kris. Pria itu menahan tubuh Cheonsa yang mencoba untuk
melepaskan diri.
Namun Cheonsa tetaplah seorang gadis keras kepala yang tidak
mau mengalah. Ia tidak mau mengatakan apapun lagi karena memang tidak ada yang
harus ia katakan. Ia ingin pergi sekarang juga.
“ Aku ingin kembali ke penginapan.”
Kris masih tetap dengan tekadnya. Ia masih berharap gadis
itu mau menjawabnya. Tapi di sisi lain Cheonsa tak akan memberikannya. Gadis
itu terus mencoba untuk melepaskan diri.
“ Aku ingin kembali…”
“ Ku mohon Kris.” Cheonsa kehilangan asanya, ia tak tahu
harus melakukan apa lagi selain memohon pada pria itu. Ia tidak memiliki
pilihan lain selain memelas.
Nampaknya itu berhasil karena Kris terlihat mendecak pelan.
Pria itu kehilangan kekuatannya, kedua mata Cheonsa yang telah melahapnya. Ia
seakan terpedaya dengan tatapan mata Cheonsa.
“ Baiklah…kita kembali ke sana.” Ia menghembuskan napasnya.
Perlahan ia mulai melepaskan Cheonsa dari cengkramannya. Ia terlihat ragu namun ia tetap melakukannya.
Ia membiarkan gadis itu mundur beberapa langkah, namun ia
tidak membiarkan gadis itu pergi begitu saja. Tangannya menggenggam tangan
Cheonsa. Gerakannya itu membuat gadis itu menatapnya dan berusaha untuk
melepaskan tangannya.
“ Aku tidak ingin kau hilang lagi.” Ucapnya.
****
Satu hal yang Kris sadari setelah beberapa hari berlalu,
Cheonsa menjauh. Gadis itu selalu menghindarinya, bahkan saat di Pulau Nami pun
gadis itu selalu pergi seolah ada banyak hal yang membuatnya sangat sibuk. Kris
baru menyadari hal itu setelah sekian lama ia berusaha untuk menemui gadis itu.
Sangat lucu memang. Mereka berada di kelas yang sama, tapi nyatanya sulit
sekali untuk membuat gadis itu menatapnya. Seperti saat ini. Mungkin jika saja
ia tidak mendesak, Cheonsa akan kembali beralasan dan pergi meninggalkannya.
Tapi itu hanya perasaan Kris saja. Nyatanya detik ini masih
sama seperti sebelumnya. Cheonsa masih enggan bertatap muka dengannya. Gadis
itu pun terlihat hendak beranjak dari kursinya mengingat kelasnya yang sudah
sepi.
“ Cheonsa aku….”
“ Kris…maaf tapi Jaekyung sudah menungguku di perpustakaan.”
Lagi-lagi Cheonsa berkelakar. Gadis itu kembali menghindar seperti biasanya.
Kris ingin mencegahnya, tapi ia tidak bisa. Ia tidak mampu memaksa gadis itu.
“ Aku duluan.”
Ya..lagi-lagi ia hanya bisa menatapi kepergian Cheonsa tanpa
bisa melakukan sesuatu. Ia menatap amplop di tangannya. Sebenarnya ia ingin
memberikan cetakan foto-foto Cheonsa di Pulau Nami kemarin. Ia menghembuskan
napasnya, pikirannya melayang sambil menimbang sesuatu. Baiklah…sepertinya
mencoba untuk menghampiri gadis itu bukan sesuatu yang sulit. Setidaknya ia
harus mencoba.
Ia pun melangkah keluar. Melangkah melewati jejeran loker
yang berbaris teratur di di sebelahnya. Ia sudah tidak sabar untuk memberikan
hadiahnya, yah…ia ingin Cheonsa melihat foto itu, foto mereka. Ia terus
berjalan hingga langkahnya memelan dan berhenti begitu ia sampai beberapa meter
di belakang Cheonsa. Ia memutuskan untuk menahan langkahnya saat menemukan
Cheonsa tengah berbicara dengan Hayeon.
“ Kau benar-benar penipu handal Jung Cheonsa!” ujar Hayeon
sinis.
Kris bingung melihatnya, ia tidak mengerti apa yang sedang
kedua gadis itu bicarakan.
“ Apa maksudmu?” balas Cheonsa.
Hayeon tersenyum sinis, kedua tangannya terlipat di depan
dada. “ Kau bertingkah seolah kau tidak menginginkannya, tapi apa? Kau kelihatan
terus menempelinya.” Hayeon mendekatkan wajahnya, ia benar-benar mengintimidasi
Cheonsa.
“ Demi Tuhan, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan!”
Decakan keluar begitu saja dari mulu Hayeon.“ Aigoo…bukankah
saudariku ini sangat pintar?” ia menyentuh helaian rambut Cheonsa dan
memainkannya.
“ Kau menyukai Kris kan?”
Detik selanjutnya Cheonsa membisu. Ia tak bisa mengeluarkan
suaranya, ia tidak bisa membantah Hayeon. Tapi…
“ Bukankah dulu kau sangat membencinya?” tanya Hayeon lagi
sambil menatapnya sinis.
Cheonsa masih diam, ia masih tenggelam dalam keraguannya.
Dan di sisi lain, Kris begitu menanti jawaban baik terlontar dari mulut
Cheonsa.
“ Yah…bahkan sampai saat ini pun begitu.”
Jawaban Cheonsa membuat Hayeon terkekeh pelan.“ Benarkah? Lalu
apa arti kebersamaan kalian selama ini? Aku tidak buta Cheonsa.”
Cheonsa balas menatap Hayeon, ia tidak suka ditekan. “ Apa
salah kalau aku membalas kebaikan orang lain? Setidaknya aku masih sangat tahu
diri untuk bersikap baik padanya.” Tegas Cheonsa.
“ Wow…” Hayeon menepukkan tangannya, ia terus terkekeh. “
Jadi…kau hanya balas budi begitu? Jadi kau ingin bilang kalau selama ini kau
hanya berpura-pura baik karena tidak enak hati padanya?.”
“ Apa itu sangat penting untukmu? kau takut aku merebut
pangeranmu itu?”
“ Tenang saja…aku tidak akan melakukannya.”
Hayeon tersenyum puas. Ia menepuk pelan bahu Cheonsa. Gadis
itu terlihat sangat senang karena beberapa detik yang lalu ia menemukan Kris
berada di belakang Cheonsa, pria itu kelihatan sangat kecewa dengan jawaban
adik tirinya.
“ Aku senang mendengarnya dan ku harap Kris juga senang
mendengarnya.” Hayeon tersenyum riang.Ia pun beranjak meninggalkan Cheonsa yang
mematung.
Berbeda dengan Hayeon yang mampu tersenyum senang, Cheonsa
justru terlihat kehabisan kata.Tubuhnya membeku terlebih saat suara berat itu
terdengar memanggil namanya.Hatinya bagai diguncang oleh guncangan hebat.Ia
tidak tahu apa ia harus berbalik dan menemui pria itu. Ia tidak yakin akan
sanggup melakukannya.
“ Cheonsa.”
Ia pun membalikkan badannya, memutuskan untuk menatap pria
yang berdiri beberapa langkah di belakangnya. Pria itu menatapnya namun tidak
seperti biasanya, pria itu terlihat sangat dingin, sangat berbeda dengan yang
biasa ia temui.
Cheonsa bisa merasakan jika pria itu, Kris memendam
kekecewaan yang besar terhadap dirinya. Ia bisa melihatnya dari mata itu, mata
yang tengah menatapnya.
“ Ini..aku ingin memberikanmu ini.” pria itu memberikan
sebuah amplop ke arahnya. Ia menerima pemberian itu dengan ragu.
“ Baiklah itu saja, aku duluan.” Cheonsa menahan napasnya
saat pria itu memutar langkahnya, pria itu memunggunginya dan bersiap untuk
menghilang dari pandangannya. Namun pria itu kembali berbalik dan menatapnya.
“ Terimakasih karena sudah memperlakukanku dengan baik, aku
juga minta maaf karena keberadaanku membebani dirimu. Mulai dari sekarang aku
akan berusaha untuk tidak melakukannya. Senang bisa mengenalmu Jung Cheonsa.”
****
Cheonsa tidak pernah merasa hampa seperti ini. Sebelumnya ia
tidak pernah merasa sangat kesepian seperti beberapa hari belakangan ini. Ia…ia
tidak pernah merasa selemah ini. Sebelumnya ia tidak pernah peduli siapapun
yang berada di sebelah Hayeon, sebelumnya ia tidak pernah memerhatikan ke arah
Hayeon, sebelumnya ia tidak pernah merasa nyeri ketika melihat Kris berada di
samping gadis itu, ia…ia merasa dirinya sudah tidak waras lagi.
Setiap kali melihat dua orang itu bersama ia selalu ingin
memisahkannya, ia ingin menarik Kris pergi. Ia tidak ingin pria itu berada di
dekat Hayeon. Seperti saat ini contohnya. Ia ingin sekali berdiri dan menarik
Kris yang sedari tadi berbincang dengan Hayeon. Entah apa yang sedang mereka
bicarakan, tapi apapun itu, jujur saja itu sangat mengganggunya.
Sepanjang pelajaran mereka terlihat berbisik pada satu sama
lain kemudian mengangguk atau tertawa pelan. Tidak seharusnya mereka berbincang
di tengah pelajaran, harusnya mereka memperhatikan Kim seosangnim, harusnya
mereka tidak duduk bersebelahan. Cheonsa merasakan tangannya terkepal erat.
Di saat Cheonsa masih sibuk menatap ke arah Hayeon dan Kris,
seorang dosen wanita masuk ke dalam kelas. Wanita itu berbincang pelan dengan
Kim seosangnim yang membuat pria itu mengangguk beberapa kali. Ia pun kembali
mengangguk sebelum wanita itu keluar.
Ia berdehem pelan, sejenak ia meninggalkan kegiatannya dan
beralih menatap para peserta didiknya. Ia tersenyum kecil begitu menemukan
Cheonsa yang sedang menatap ke arah Hayeon dan Kris.
“ Hem…Jung Cheonsa. ”suaranya berhasil mengembalikan kesadaran
gadis itu. Gadis muda yang tengah terbakar oleh rasa cemburunya.
Cheonsa menoleh kikuk terlebih saat ia menyadari senyuman
kecil di wajah dosennya itu. “ Nde? Ada apa seosangnim?”
“ Apa aku mengganggu penelitianmu?”
“ Ah..a..a…anniyo!” elak Cheonsa cepat.
Percakapan antara murid dan guru itu menyita perhatian
seluruh perhatian penghuni kelas. Mereka menoleh ke arah Cheonsa yang terlihat
bingung.
“ Rektor menunggumu di ruangannya.”
Cheonsa mengangguk pelan. “ Apa sekarang?”
“ Tentu. Apa kau masih ingin melanjutkan penelitianmu itu?”
sindir Kim seosangnim yang membuat Cheonsa meringis pelan. Gadis itu langsung
memberesi barang-barangnya kemudian beranjak dari kursinya.
Ia meninggalkan kursinya kemudian berjalan menuju pintu
keluar. “ Rahasiamu aman padaku Nona Jung.” Bisik Kim seosangnim. Pria berumur
itu mengerlingkan matanya.
****
Ia menghela berat begitu menemukan mobil milik Kris
terparkir rapi di depan rumahnya. Untuk alasan apapun kenapa pria itu harus
berada di rumahnya?. Cheonsa mencoba untuk mengendalikan dirinya, ia tidak
ingin kelihatan aneh . Ia mencoba mengabaikan perasaannya dan terus melangkah
masuk ke dalam rumah. Langkahnya terkesan begitu hati-hati, seolah kakinya bisa
saja terluka jika ia tidak waspada.
Suara gurauan dari ruang tengah semakin jelas terdengar
seiring dengan kakinya yang terus melangkah, membawanya semakin dekat dengan
sekumpulan empat orang yang terlihat sedang berdiskusi. Ia menahan napasnya
saat sosok Kris berada di antara orang-orang tersebut, ia mengalihkan
pandangannya sebelum pria itu melihatnya.
“ Cheonsa..kau sudah kembali. Tadi aku mendengar suara motor
Chanyeol, kenapa tidak diajak masuk?” Cheonsa memejamkan matanya dengan erat,
ia menghembuskan napasnya dengan kasar.
Ia berbalik menatap Hayeon yang terlihat sangat memesona
dengan wajah malaikatnya. Saudari tirinya itu tengah tersenyum manis ke
arahnya.
“ Dia harus segera pulang. Ia tidak ingin ibunya khawatir.”
Jawab Cheonsa datar. Sebenarnya ia malas menjawab pertanyaan Hayeon, terlebih
saat sepasang mata Kris menyorotnya dengan tajam.
“ Wahh…Chanyeol anak yang sangat baik. Benar-benar sesuai
dengan tipe idealmu!” Tutur Hayeon dengan wajah sumringah.
“ Ahh…aku ke kamar.” Pamitnya. Ia langsung berbalik dan
berlaari menyusuri tangga. Ia tidak sanggup berada di sana.
Ia membanting pintu kamarnya, membiarkan suara debuman keras
terdengar hingga ruang tengah. Mendengar itu Hayeon tersenyum senang.
Cheonsa langsung menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia
menatap lurus langit-langit kamarnya, tangannya bergerak meraba sesuatu di
bawah bantalnya. Ia kemudian mengambil amplop yang diberikan oleh Kris beberapa
hari yang lalu. Ia mengeluarkan semua foto di dalamnya dan mengamatinya satu
persatu.
“ Kau brengsek Kris Wu!”
“ Kau memang pantas bersama Hayeon!”
****
Seperti beberapa hari yang lalu, kini Cheonsa pun kembali ke
ruangan rektor. Cukup lama ia berada di sana, setidaknya sangat lama untuk
Baekhyun yang setia menunggunya di luar. Pria itu terlihat sudah tidak tahan
dan langsung menarik tangannya begitu ia keluar dari ruangan itu.
“ Jadi tekadmu sudah benar-benar bulat?” tanya Baekhyun.
“ Ya. Aku tidak akan melakukan segalanya jika tidak
benar-benar yakin Baek…”
Baekhyun mendengus kesal. “ Sebagai seseorang yang telah
mengenalmu sejak SMP aku tidak mengizinkannya.” Tegas pria bertubuh mungil itu.
“ Ini hidupku Baekhyun…berhenti bersikap seolah kau itu
ibuku, oke?”
****
Seperti biasanya, hari ini Chanyeol kembali mengantarnya
pulang. Pria itu selalu begitu dan mungkin akan selalu begitu selama Hayeon
terus meninggalkannya. Cheonsa harus
bersyukur atas hal itu, karena setidaknya ia tidak perlu berdesak-desakkan di
dalam bus.
Well..itu cukup baik. Sebaik kondisi rumahnya saat ini.
Namun alisnya bertaut begitu Hayeon terlihat hilir mudik dengan gaun pesta.
Gadis kelihatan sangat sibuk. Cheonsa mengabaikannya, ia tidak peduli dengan
apapun yang dilakukan gadis itu. Ia menyusuri anak tangga, berjalan pelan
menuju kamarnya.
“ Cheonsa..” ia menoleh ke arah sang ayah yang sudah rapi
dengan balutan jasnya.
“ Cepat bergegas kita akan pergi ke acara jamuan makan malam
nyonya Song.” Ia hanya mengangguk dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
Pantas saja Hayeon terlihat sangat sibuk, gadis itu pasti
ingin terlihat semenarik dan sesempurna mungkin di hadapan ibu mertuanya,
Nyonya Song yang tak lain adalah ibunya Kris.
Ia menghela pelan, ia tanggalkan ranselnya dan meletakkannya
di atas ranjang. Baiklah…sepertinya ia harus membersihkan dirinya terlebih
dahulu.
Sensasi ringan dan menyegarkan terasa begitu ia selasai
mandi. Ia sudah selesai membersihkan tubuhnya, ia keluar dari kamar mandi
lengkap dengan kaos serta celananya. Ia melangkah ringan ke arah lemari
bajunya. Dengan perasaan senang ia langsung membuka pintu lemarinya. Matanya
menyusuri deretan pakaian yang tergantung di dalam lemarinya. Ia mengerinyit
heran begitu tidak berhasil menemukan gaunnya. Gaun pemberian mendiang ibunya.
Merasa tidak percaya, ia kembali memastikan setiap pakaian yang tergantung di
dalam lemarinya. Hasilnya tetap sama, gaun itu tidak ada. Tanpa banyak
berpikir lagi, ia langsung beranjak keluar, berlari menyusuri anak tangga.
“ Cheonsa kau belum bersiap?”
Ia abaikan pertanyaan sang ayah yang menyambutnya. Matanya
langsung mencari keberadaan Hayeon, ia yakin gadis itu yang telah mengambil
gaunnya. Tak lama Hayeon kembali, gadis itu kembali setelah sebelumnya berada
di teras rumah. Air wajah Cheonsa berubah seiring dengan kemunculan sosok Kris
di belakang Hayeon.
“ Kau kemanakan gaunku?” tembaknya tanpa basa-basi.
“ Cheonsa sebenarnya ada apa?” selak sang ayah yang berusaha
menengahi.
Seperti sebelumnya, Cheonsa kembali mengabaikan sang ayah.
Ia menatap lurus ke arah Hayeon dengan penuh kebencian. “ Mana gaunku Park
Hayeon?” geramnya.
“ Cheonsa..aku bisa menjelaskan.” Ujar Hayeon dengan wajah
malaikatnya.
“ Aku hanya membantumu merapihkan gaunmu, bukankah gaun itu
sudah berada di dalam lemari selama bertahun-tahun? Pasti kainnya sedikit
kusut, makanya aku menyuruh ibu Hong untuk menyetrikanya. Sebentar…aku
ambilkan.” Jelas gadis itu panjang. Ia berusaha untuk terlihat sepolos mungkin,
ia berusaha kembali berperan sebagai seorang kakak yang penyayang dan baik
hati.
Cheonsa terus mendengus kesal sambil berkacak pinggang selama
menunggu kedatangan Hayeon. Ia menghembuskan napasnya. Tanpa sengaja
pandangannya bertemu dengan Kris, pria itu masih berdiri di tempatnya. Pria itu
menatapnya dengan tajam.
“ Kau bisa memakai gaun yang lain Cheonsa.” Ujar tuan Jung.
“ Cepat bergegas.” Tegasnya yang hanya dibalas dengan gelengan kepala Cheonsa.
Tak berapa lama kemudian Hayeon kembali dengan membawa gaun
berwarna peach miliknya. Gadis itu menatapnya dengan sendu, terkesan sangat
menyesal.
“ Cheonsa…aku mohon kau jangan marah pada Ibu Hong, dia
tidak sengaja melakukannya.” Ucap Hayeon penuh penyesalan. Cheonsa tak
menghiraukan gadis berwajah melas yang kini tengah memohon ampunannya, ia
langsung mengambil alih gaunnya dari tangan Hayeon. Ia memperhatikan gaunnya, melebarkan gaunnya yang
terlipat.
Matanya melebar seiring dengan mulutnya yang menganga.
Emosinya naik, amarahnya terbakar hingga ia merasa kepalanya panas. Ia langsung
menyorot Hayeon yang masih terlihat seperti gadis suci yang tak tahu apa-apa.
Pasti gadis itu yang melakukan semua ini, pasti gadis itu yang membuat gaunnya
bolong karena hangus terbakar.
“ Kau apakan gaunku?” teriaknya penuh amarah.
TBC
Wow……..Drama mode on!!! Well…this fic is extremely contains drama
effect, I wonder ….why could I write this such story??? *wrinkles all over my
face* ok….balik lagi jadi orng indonesia ya….
Anda menemukan kejanggalan?? Udah…pasti!!! Di chapter pertama aku nulis
ibunya kris itu pake nama nyonya wu, dan di sini aku nulisnya nyonya song.
Actually it’s human error guys… but don’t blame me! Aku juga baru nyadar pas
baca fic ini berulang kali… sebenernya mamanya Kris itu bernama nyonya Song
karena dia nikah ama tuan wu jadi nama depannya Wu, namun sayangnya takdir gak
merestui keduanya untuk terus bersama. Nyonya Song dan Tuan Wu bercerai… jadi
namanya nyonya Song balik lagi, hrusnya sih skrng dia pke marga suami barunya
tapi biar gak makin ribet aku tulis aja nyonya song.
Is there anybody who wants complain to me? Maybe coz this chapt is very
short though?? Just bear with me okay?? For all my lovely readers thank you…
I’d wanna say see you….
Confused girl,
GSB
Lanjut kak
ReplyDeleteSeru nihhh
sippp....aku usahain secepetnya..
ReplyDeletethanks..
aigoo...aku jd greget banget sama hayeon...cari gara2 mulu...
ReplyDeleteudh chingu bejek aja hayeonnya..
Delete