Crazy Relationship - Epilogue : This is Crazy
cast :
- Kris Wu / Wu Yi Fan
- Lee Haera (OC)
- Oh Sehun
- Kim Joon Myeon
Still for 16+ guys..... (^^,)
~ O O O ~
Suasana ramai selalu menemani kemanapun kakinya melangkah.
Apakah itu ketika ia berada di rumah atau berada di kantornya. Keramaian tak
pernah lepas dari diri seorang Lee Haera. Seorang gadis yang baru saja
menyelesaikan studinya dan dalam kurun waktu yang dapat dikatakan cepat, ia
juga telah mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang dipilihnya.
Dan entahlah menyebutnya apa. Apakah itu keberuntungan? Atau mukjizat Tuhan?
Yang jelas tanpa ia duga, ia bekerja di satu kantor yang sama dengan sosok
laki-laki yang dulu ia kagumi, Zhang Yixing. Laki-laki asal Changsa yang dulu
mampu menarik simpatiknya. Tapi itu dulu. Dan sekarang? Entahlah.. ia juga tak
tahu bagaimana perasaannya saat ini pada laki-laki itu.
Waktu makan siang telah berkumandang sejak beberapa saat
yang lalu. Namun gadis berperawakan dingin itu masih dengan setianya duduk di
hadapan sebuah benda datar dengan berbagai macam gambar menarik yang tergeletak
di atas mejanya. Matanya masih terus menatap benda datar itu, dan tangannya masih
bekerja mengetikan sesuatu yang sesuai dengan gambar-gambar yang tergeletak di dekatnya
saat seseorang muncul dari balik sekat kubikal dimana mejanya berada. Sosok itu
menatap Haera dengan seulas senyum yang terus mengembang dibibirnya.
“ini sudah jama makan siang. apakah kau tak lapar Haera-ah?”
Tanya sosok itu. Hal itu membuat Haera langsung menghentikan aktivitasnya dan
menatap sosok yang juga tengah menatapnya.
“oh kau Lay-ah. mmm~ setelah aku menyelesaikan ini, aku akan
langsung makan. kalau kau ingin makan pergilah lebih dulu. nanti aku akan menyusul
mu.” Balas Haera dan kembali fokus pada layar datar di depannya.
“baiklah. kalau begitu aku pergi dulu, kau cepatlah
menyusul.” Ujar Lay dan kemudian beranjak pergi meninggalkan Haera.
**********
Mentari senja telah menyapa kaum manusia. Semilir angin
dingin juga mulai berhembus beriringan dengan sang pemilik cahaya yang mulai
tenggelam. Beribu pasang kaki telah dipastikan memenuhi jalan-jalan saat itu.
Mengingat malam mulai menyapa dan pergantian cuaca yang membuat beberapa orang
enggan untuk berlama-lama berada di luar. Salah satunya Haera. Gadis bermarga
Lee itu baru saja keluar dari kantornya dan secepat kilat berjalan menuju
tempat pemberhentian bus dimana mungkin ia bisa segera menemukan taxi atau
tidak bus yang akan mengantarnya pulang. Namun hal tak terduga malah terjadi.
Sebuah Audi A3 berhenti tepat di
depannya. Membuat ia spontan mengernyitkan dahi.
“siapa pemilik mobil ini? kenapa ia berhenti tepat di depan ku?”
Batin Heara sembari mencoba menerawang ke dalam mobil melalui kaca.
Perlahan kaca itu terun dan menampakkan sosok laki-laki
tampan yang tengah tersenyum padanya. Haera yang menyadari bahwa kaca telah
terun, buru-buru membenarkan posisinya dan kembali mengernyitkan dahi manakala
ia mengingat bagaimana paras laki-laki itu. Tampan dengan tatapan yang
meneduhkan. Sesuatu yang mengingatkannya akan sosok yang dulu selalu berada di
sampingnya. Menemaninya kapanpun dan selalu menjaganya.
“Haera-ah...” Panggil sosok laki-laki pemilik mobil yang
entah sejak kapan telah berdiri di depannya.
“Haera-ah.. kau benar Haera kan?” Tanya sosok itu. Haera
hanya mampu menatap bingung laki-laki itu. Sejenak kepalanya mengangguk pelan
dan kemudian otaknya kembali bekerja, mencoba mengingat-ingat siapa laki-laki
itu.
“Joo-Joon Myun op-pa?” Tanya Haera. Kentara sekali raut
keraguan dari wajahnya saat menyebutkan nama laki-laki itu.
“ne. aku Joon Myun. Kim Joon Myun. apakah kau lupa?”
“oh... Joon Myun oppa. apakah ini benar kau?” Tanya Haera
lagi. Ia masih mencoba memastikan bahwa telinganya dalam keadaan baik-baik saja
dan tak salah mendengar nama laki-laki itu. Sementara laki-laki bernama Joon
Myun itu hanya menganggukan kepalanya. Meyakinkan bahwa yang baru saja gadis
itu dengar tak salah.
Mendapat anggukan refleks Haera langsung berhambur memeluk
laki-laki itu. Menumpahkan seluruh rasa rindunya akan sosok laki-laki itu
melalui pelukannya.
“oppa... kemana saja kau? kenapa kau pergi begitu saja?”
Tanya Haera. Dan tanpa diduga air matanya jatuh membasahi pakaian laki-laki
itu. Ya... Haera menangis di dalam dekapan laki-laki itu, Kim Joon Myun.
“mianhae.. jinjja mianhae Haera-ah. oppa terpaksa pergi
meninggalkan mu. oppa harus segera menyelesaikan studi oppa dan kau tahu
itukan? tapi sekarang oppa kembali. oppa datang untuk memenuhi janji oppa. kau
tak marahkan?”
Haera menggelengkan kepalanya. Ia merasa lidahnya kelu
hingga untuk mengucapkan kata ‘tidak’
saja terasa sulit baginya.
**********
Sebuah audi berwarna putih baru saja berhenti tepat di depan
banguan besar yang mungkin menjadi tempat tinggal bagi seseorang yang duduk
dikursi penumpang mobil itu. Sang pengemudi menatap penumpang itu setelah
memperhatikan bangunan besar di sampingnya.
“sekarang kau tinggal disini? lalu bagaimana dengan
rumahmu?”
“eomma dan appa memutuskan untuk menetap di Kanada, karena appa
dipindah tugaskan kesana. dan ini rumah temanku, orang tuanya sama dengan orang
tuaku. jadi kami memutuskan untuk tinggal bersama.”
Pengemudi itu menganggukan kepalanya. Mengerti atas
penuturan tersebut.
“mmm~ gomawo untuk makan malamnya. kalau begitu aku masuk
dulu.” Pamit gadis itu. Ia membuka pintu mobil dan berjalan menuju pintu mobil
lainnya dimana sosok yang ia panggil oppa itu duduk.
“ne.. kalau begitu oppa pergi dulu. sampai bertemu besok.”
Pengemudi itu melambaikan tangannya dan kemudian mobil mewah miliknya melaju
pergi meninggalkan sosok gadis yang masih terus memperhatikan kepergian mobil
itu sampai matanya sudah tak lagi melihat bagian belakang mobil.
Gadis itu memutar tubuhnya. Membuka pagar besar yang
menghalangi jalannya. Dan berjalan masuk menuju pintu utama bangunan besar itu.
Mengetahui pintu yang terkunci, tangannya dengan sigap bergerak masuk ke dalam
tas. Mencari-cari sesuatu yang dapat ia gunakan untuk membuka pintu. Apa lagi
kalau bukan sebuah kunci. Namun belum juga benda itu berada digenggamannya,
pintu besar itu telah lebih dulu terbuka. Sontak gadis itu mengernyitkan
dahinya, tapi tak berapa lama kemudian akhirnya ia dengan santainya melangkah
masuk ke dalam tanpa ingin mengetahui siapa yang membuka pintu itu.
“darimana saja kau Haera-ah?”
Suara dingin seseorang berhasil masuk ke dalam gendang
telinganya. Tanpa harus menolehkan kepalanya, gadis itu –Haera- sudah tahu
siapa pemilik suara itu. Laki-laki dengan wajahnya yang dingin dan tentunya
kulitya yang putih melebihi dirinya.
“dari kantor. memang menurut mu aku darimana?” Tanya balik
gadis itu. Ia seakan jengah atas perlakuan sosok itu padanya. Terlebih tak
hanya satu orang saja yang memperlakukan ia bagaikan tahanan, tetapi seluruh
penghuni rumah itu juga ikut memperlakukannya seperti sosok itu.
“kantor? tak biasanya kantormu memulangkan karyawannya
sampai malam seperti ini. dan siapa pemilik mobil itu?” Tanya sosok lain yang
ternyata tengah terduduk bersama beberapa orang lainnya di sofa. Memperhatikan
Haera bagaikan gadis itu baru saja melakukan kesalahan yang teramat besar.
Haera menghela nafasnya berat. Ternyata dugaannya selama ini
benar-benar terjadi. Hidup diatap yang sama dengan teman-temannya memang tak
semudah yang teman-temannya katakan. Dan tentunya ia juga tak akan sebebas
seperti saat ia tinggal di rumahnya sendiri.
“apa urusan kalian? kenapa kalian selalu mengurusi urusanku?
urus saja urusan kalian sendiri!” Tegas gadis itu. Kakinya hendak berjalan
pergi meninggalkan ruangan yang tengah dihuni oleh sembilan orang muda-mudi
termaksud dirinya. Namun tangan seorang laki-laki berhasil menahan
pergerakannya. Haera mengerang saat tangan kekar itu menggenggam pergelangan
tangannya. Ah tepatnya mencengkram pergelangan tangannya.
“lepas Kris!”
Haera mencoba untuk menepiskan tangan kekar itu dari
pergelangannya. Namun perbedaan gender selalu membuat seorang wanita tak akan
pernah bisa menandingi kekuatan seorang pria, dan hal itu-lah yang tengah
menimpa seorang Lee Haera.
“tidak sebelum kau menjawabnya!!”
“lepaskan Kris! kenapa kau suka sekali memaksa?? kau bukan
siapa-siapaku dan aku bukan siapa-siapamu! jadi jangan pernah terus menerus
mencampuri urusanku!!!” Titah Haera. Ia masih terus mencoba melepaskan
cengkraman laki-laki itu, saat suara seorang gadis menggema dan membuat seluruh
fokus langsung beralih menatapnya.
“apakah kau melupakan kesepakatan yang telah kau setujui sendiri.
kau kini merupakan kekasih Kris dan juga Sehun. jadi.....”
“kesepakatan kata mu? dan kekasih? ha....” Dengus Haera.
“aku tak pernah menyetujui kesepakatan itu Daehyun-ah. kalian sendiri yang
mengasumsikan kalau aku menyetujuinya. apakah kalian tak ingat? sejak insiden pengambilan
kartu mahasiswiku. bukankah kalian yang merancang itu semua. dan bahkan sampai
saat ini, detik ini, kartu itu belum kembali ketanganku!”
Haera menatap sosok-sosok di ruangan itu dengan penuh
amarah. Coba bayangkan.. selama empat tahun ia menjadi seorang mahasiswi, tapi
kartu yang menjadi identitas kemahasiswiannya hanya ditahun pertama saja berada
pada dirinya. Dan ditahun-tahun berikutnya... entahlah~ tak ada yang tahu
dimana kartu itu berada. Apakah masih berada ditangan teman-temannya? Atau
sudah menghilang entah kemana? Semua itu hanya teman-temannya saja yang tahu.
“Haera-ah, apa yang kau bicarakan? bukankah kita sudah
sepakat untuk tak mengungkit hal itu?”
“sepakat kata mu? sejak kapan aku menyepakati hal itu
Luhan-ah? sejak kapan??”
“Haera-ah! berhenti berbicara yang tidak-tidak!” Hardik
sosok laki-laki yang kini tengah berdiri dan hendak menghampiri Haera. Namun
urung dilakukan karena sosok gadis yang berada di sampingnya yang menahan pergerakannya.
“apa kata mu? berbicara yang tidak-tidak? aku mengatakan
yang sebenarnya Jong In-ah! kalian-lah yang berbicara yang tidak-tidak!!”
Haera kembali menghela nafasnya. Rasanya kini seluruh
tenaganya telah benar-benar terkuras habis. Setelah seharian bekerja, kini ia
juga harus menggunakan sisa-sisa tenaganya untuk berdebat dengan teman-temannya
sendiri.
“aku lelah.” Ujar Haera singkat dan dingin. Ditepiskannya
tangan laki-laki bernama Kris yang tadi mencengkram pergelangannya dan berjalan
pergi meninggalkan teman-temannya.
“Haera-ah, kami belum selesai bicara.” Teriak laki-laki
bernama Jong In tadi saat Haera pergi begitu saja.
~~~~~
Haera langsung menghempaskan tubuhnya begitu saja sesaat
setelah mengunci pintu kamarnya dan menghidupkan musik dengan volume yang
teramat kencang. Ia merasa membutuhkan ketenangan saat itu. Tak mau ada satu
orang pun yang mengusiknya. Mengingat sebanyak apa pekerjaannya tadi dan juga
perdebatan dengan teman-temannya, membuat ia benar-benar merasa tak memiliki
tenaga lagi.
“menyebalkan! dasar manusia-manusia pengusik!!” Gerutunya.
Ia lemparkan bantal-bantal yang berada di dekatnya kesembarang arah. Menyalurkan
seluruh amarahnya pada bantal-bantal tak berdosa itu.
**********
Sebuah berkas cahaya berhasil masuk menembus celah pada
jendela yang tak tertutupi oleh tirai. Dan dengan cahayanya yang terang, satu
buah berkas itu berhasil membangunkan sesosok gadis yang masih terlelap tidur
di atas ranjangnya. Gadis itu mengerjapkan matanya begitu merasakan sebuah
benda mendarat di atas kulitnya. Ia usap matanya dengan punggung tangan dan
mencoba mengubah posisinya menjadi terduduk. Ia mengerang. Masih merasa lelah
karena posisi tidur yang tak terlalui baik.
“kenapa pagi datang begitu cepat?” Gerutunya. Ia menghela
nafas sebelum bangkit menuju meja rias dan memandangi dirinya disana.
“bahkan aku sampai tak berganti baju. ini semua karena
manusia-manusia terkutuk itu.” Gerutunya lagi. Ia segera bangkit dari duduknya.
Mengambil handuk yang tergantung di samping pintu kamar mandi, dan kemudian
menghilang di balik pintu itu.
Tak perlu waktu lama untuk ia membersihkan dirinya dan
mengenakan seluruh pakaian yang akan ia gunakan untuk bekerja. Karena saat itu,
tubunya telah terbalut dengan kemeja putih serta celana hitam yang membuatnya
terlihat santai namun tetap rapih. Ia meraih tasnya yang berada di atas
ranjang. Memasukan seluruh keperluannya ke dalam. Dan kemudian beralih menuju
lemari kecil tempat dimana sepatu-sepatunya tersimpan. Sebuah heels berwarna
coklat menjadi pilihannya untuk ia kenakan hari itu. Dan setelah itu tubuhnya
langsung beranjak pergi meninggalkan kamarnya.
Ia melangkahkan kakinya menuruni anak tangga dengan fokus
mata yang tengah mengarah pada pergelangannya dimana ia tengah mengenakan jam
berwarna coklat disana. Dan saat kakinya telah menapaki lantai satu bangunan
itu, ia segera mengambil langkah seribu untuk mencapai pintu utama tanpa
mendapatkan penghambat apapun. Namun terlambat, karena saat kakinya hendak
melangkah pergi panggilan seorang gadis berhasil membuat kakinya tak jadi
melangkah. Ia memutar tubuhnya menyesuaikan dengan arah suara itu berasal.
“apakah kau tak mau sarapan?” Tanya gadis itu lagi.
Sementara Haera, ia hanya diam memandang orang-orang yang tengah berkumpul
menyantap sarapan pagi mereka dengan berbagai macam model pakaian yang ia
yakini sebagai pakaian bekerja.
“tidak. aku tidak lapar.” Balasnya dingin. Haera kembali
memutar tubuhnya dan hendak segera pergi. Namun lagi-lagi langkahnya harus
terhenti saat tiba-tiba saja seseorang meraih pergelangan tangannya.
“aku akan mengantar mu.” Ujar sosok itu dengan ekspresi
wajah yang Haera sendiri tak tahu ekspresi macam apa itu.
“tidak usah. aku bisa sendiri. jadi kau lanjutkan saja
makanmu Sehun-ah.” Balasnya. Ia tepiskan tangan laki-laki itu namun terlambat
karena laki-laki itu telah lebih dulu menariknya pergi meninggalkan rumah mewah
itu.
~~~~~
Selama mobil yang ditumpanginya melaju. Tak satupun kata
terlontar dari bibirnya. Bahkan helaan nafas pun tak terdengar dari bibirnya.
Dan begitupun dengan sang pemilik mobil yang tengah fokus memperhatikan
jalan-jalan yang ada di depannya. Hingga mobil itu memasuki area padat karyawan
dimana Haera bekerja, kedua manusia yang berada di dalam mobil itu tetap saja
bungkam. Seakan ada sebuah perekat yang merekatkan bibir mereka.
“gomawo..” Ujar Haera saat mobil itu telah berhenti tepat di
depan lobby kantornya. Ia hendak keluar, namu lagi-lagi laki-laki di sampingnya
–Sehun- menahan pergerakannya.
“nanti Kris akan menjemput mu. jadi kau tunggu dia.”
“ta....” Belum sempat Haera mengutarakan pendapatnya, Sehun
telah lebih dulu membungkam mulutnya dengan mendaratkan bibirnya pada bibir
Haera. Mendapatkan perlakuakn seperti itu, spontan Haera mendorong tubuh Sehun.
Namun sayangnya Sehun telah lebih dulu menekan tengkuknya hingga membuat ia tak
mampu mengakhiri adegan itu.
Cukup lama Sehun mencumbu bibir Haera. Menyalurkan seluruh
perasaan yang ia rasakan semalam karena menemukan gadisnya diantar oleh sebuah
mobil yang ia yakini pengemudinya adalah seorang laki-laki. Hingga pada
akhirnya ia sendiri yang mengakhiri cumbuannya.
“apa yang kau-”
“sudah masuk sana. nanti kau terlambat.” Ujar Sehun untuk
kesekian kalinya memotong ucapan Haera.
Haera dengan cepat membuka pintu mobil. Dan menutupnya
dengan sedikit membanting.
“Haera-ah.. ingat, nanti Kris akan menjemput mu setelah ia
bekerja. jadi tunggu dia. kalau kau tak menunggunya, akan ada hukuman yang akan
kami berdua berikan pada mu.” Ucap Sehun dari dalam mobil.
**********
Mengingat ucapan Sehun tadi pagi membuat Haera hingga saat
itu masih berada di kantornya. Ya.. ia menunggu laki-laki bernama Kris untuk
menjemputnya. Tapi nyatanya, sudah selama stau jama ia menunggu tapi Kris tak
kunjung menunjukan tanda-tanda kedatangannya. Dan hal itu membuat ia sedikit
merasa kesal. Ah.. bukan sedikit, tetapi benar-benar kesal. Seharusnya ia sudah
bisa menikmati nyamannya ranjang tidurnya. Tetapi saat itu..... ah~ bahkan ia
belum bisa merasakan yang namanya duduk semenjak keluar dari ruangannya.
“aarrgghhhh... kalau begini, lebih baik tadi aku menerima tawaran Joon Myun oppa! dasar
namja menyebalkan!!” Haera menghentak-hentakan kakinya. Dan bertepatan dengan
itu, sebuah audi putih berhenti di depannya. Oh masih perlukan dijelaskan siapa
pemilik mobil mewah itu.
“Haera-ah.. ayo masuk.” Sontak Haera membulatkan matanya
saat melihat sosok yang sebelumnya telah ia tolak untuk menjemputnya -karena
ucapan seorang Oh Sehun- kini berada di hadapannya. Awalnya ia ragu untuk
menerima tawaran pengemudi itu. Namun mengingat sudah berapa lama ia menunggu,
akhirnya ia memutuskan untuk menerima tawaran itu. Dan melupakan hukuman yang
akan ia dapatkan setelahnya.
~~~~~
“Haera-ah...”
Haera menolehkan kepalanya. Menatap sosok laki-laki yang
matanya masih terus memperhatikan jalan yang mereka lalui.
“siapa sosok laki-laki yang menganta mu tadi?”
Sontak Haera membelalakan matanya. Tenggorokannya seperti
tercekat sesuatu hingga membuat ia terbatuk begitu mendengar pertanyaan
pengemudi itu.
“neo gwaenchana?” Tanya sosok itu khawatir.
“ne oppa..” Jawab Haera sembari menormalkan nafasnya yang
menjadi tak karuan setelah terbatuk tadi.
“mian.. oppa tak bermaksud mencampuri urusanmu.”
Dan setelah itu, suasana menjadi hening. Tak ada yang
membuka suara mereka. Hanya diam dan diam yang terjadi disana. Hingga tiba-tiba
saja mobil yang ditumpangi Haera harus berhenti secara mendadak hingga membuat
gadis itu dan juga sosok laki-laki di sampingnya hampir terlempar ke depan
andai saja tak ada safety belt yang mengikat tubuh mereka.
“siapa mereka? apakah mereka tak bisa berkendara?” Ujar
sosok laki-laki itu sembari melepaskan safety belt yang mengikat tubuhnya. “kau
disini saja Haera-ah, biar oppa yang mengurusnya.” Sambung laki-laki itu dan
kemudian keluar dari mobilnya.
Haera yang masih terkejut atas pengereman mendadak yang
hampir merenggut nyawanya masih terus mengatur detakan jantungnya. Matanya
masih terus terpejam untuk beberapa saat. Dan ketika detakan dijantungnya sudah
kembali menormal, barulah ia kembali membuka matanya. Dan betapa terkejutnya ia
saat mendapati bahwa sosok yang tadi berada di sampingnya kini tengah terkapar
tak berdaya dengan beberapa laki-laki yang tentunya ia kenal bahkan sangat ia
kenal, yang tengah memukuli sosok itu.Dengan gerakan cepat, ia membuka pintu
itu dan berlari menghampiri kumpulan orang-orang itu.
“hentikan!!” Teriaknya tapi tak mendapatkan gubrisan dari
sosok-sosok itu. Malah sebaliknya, sosok-sosok gadis yang sebelumnya tak ia
lihat kini malah datang menghampirinya dan mencoba menahan pergerakannya.
“apa yang kalian lakukan? cepat hentikan mereka?!” Perintah
Haera. Namun gadis-gadis itu malah terdiam dan tak merespon apa yang
diperintahkan kepada mereka.
“tsk. kenapa kalian diam?! cepat hentikan kekasih-kekasih
kalian!!!” Ulang Haera tapi tetap saja tak mendapatkan respon apa pun.
“tsk!! HENTIKAN!!!!!” Teriak Haera dengan harapan bahwa
teriakannya kali ini mampu membuat sosok-sosok yang tengah melayangkan tinju
mereka berhenti melakukannya. Dan sepertinya harapannya terkabul, karena
setelah teriakannya menggema masuk ke dalam telinga sosok-sosok itu, mereka
lantas menghentikan aksi brutal mereka.
Dengan cepat, gadis itu berlari menghampiri sosok laki-laki
yang tengah terkapar tak berdaya dengan darah yang mengalir dari berbagai sudut
diwajahnya. “apakah kalian gila?? apa yang kalian lakukan?!” Maki Haera. Ia
benar-benar tak habis pikir atas tindakan yang baru saja sosok-sosok itu
lakukan. Apakah mereka pikir perbuatan mereka perbuatan terpuji? Apakah mereka
pikir ini bukan negara hukum???
“kenapa kau membelanya?! kau kekasih kami Haera-ah! dan
bukankah tadi aku sudah mengatakan untuk menunggu Kris sampai menjemput mu??!”
Sosok itu menarik tangan Haera. Mencoba menjauhkan gadis
yang diklaim sebagai kekasihnya itu dari sosok laki-laki yang baru saja
merasakan pukulannya. Namun bukan Haera namanya jika ia hanya menerima begitu
saja segala bentuk perlakuan yang ia dapatkan. Dengan tak mau kalahnya ia
menepiskan tangan sosok itu.
“Lee Haera!! jangan membuat kami marah!” Hardik sosok lain.
“membuat kalian marah Kris??? seharusnya aku yang mengatakan
itu. jangan membuat aku marah! kalian tak tahu apa-apa? kenapa kalian suka
sekali mengurusi urusanku??!!!”
Sosok-sosok itu diam. Tak tahu apa yang mereka pikirkan.
Apakah meraka membenarkan apa yang dikatakan Haera atau sekedar diam karena tak
tahu apa yang harus dilakukan??
“tapi Haera-ah...”
“tapi??? apanya yang tapi Jisun-ah?! kau tahu, ia adalah Kim
Joon Myun. dia yang menjaga dan menyayangi ku sejak kecil. dan dia kesini hanya
untuk memberitahu ku bahwa sebentar lagi dia akan menikah. dan... arrggghhhh!!!
kalian!!!!!” Ucap Haera. Terdengar sekali kefrustasian dari suaranya. Ya....
mendapati orang yang menjaga dan menyayangi kita terkapar tak berdaya karena
ulah orang-orang tak berotak, membuat siapapun pasti akan menjadi seperti
Haera.
Tanpa membiarkan banyak waktu lagi yang terbuang, Haera
mencoba untuk membopong tubuh laki-laki itu. Membawanya masuk ke dalam mobil.
Dan dalam hitungan detik, mobil itu melaju pergi dengan Haera yang kini
mengambil alih kendali mobilnya.
**********
Mentari baru saja memunculkan cahayanya saat seorang gadis
dengan matanya yang memanda berjalan memasuki sebuah rumah besar dimana ia
tinggal. Ia menutup pintu dan hendak berjalan langsung menuju kamarnya andai
saja seseorang tak membuat ia mengurungkan niatnya.
“ada apa?” Tanyanya malas. Ia sedang tak ingin mendebatkan
apapun dan dengan siapapun. Ia hanya ingin sampai di kamarnya. Merebahkan
tubuhnya, dan terlelap tidur. Hanya itu dan tak lebih.
Sosok itu diam. Ia tak menjawab pertanyaan gadis itu. Ia
malah memandang gadis itu dari atas dan bawah.
“kalau tak ada yang ingin kau katakan, aku akan pergi.”
Ucapnya. Kakinya baru saja akan melangkah tapi sosok itu menghentikannya.
Menghentikannya dengan memeluk gadis itu.
“Sehun-ah, apa yang kau lakukan? lepaskan.”
“biarkan seperti ini Haera-ah... aku mohon.” Pintanya.
Mendengar hal itu, gadis itu –Haera- mau tak mau menurutinya. Ia tak mau
terjadi sesuatu yang lebih buruk lagi. Tubuhnya sudah tak mampu lagi untuk
beradu mulut dengan sosok itu.
Cukup lama Sehun merangkulkan tangannya pada pinggang
ramping Haera. Menyesapi aroma tubuh Haera yang sempat menghilang dari
kehidupannya. Hingga pada akhirnya, ia –Sehun- melepaskan rangkulannya dan
memenghadapkan tubuh Haera kearahnya.
“mian..” Ujarnya lemah.
Haera membelalakan matanya. Menatap tak percaya pada sosok
laki-laki di hadapannya. Apa yang baru ia katakan? Maaf? Oh Sehun? Oh... pasti
dunia sudah terbalik. Bagaimana bisa seorang Sehun yang tak pernah mau mengalah
mengatakan kata itu padanya. Kata yang masuk ke dalam kamus hitam hidupnya.
“k-kau mengatakan apa?” Tanya Haera tak percaya. Oh Tuhan..
jika ada penghargaan atas perubahan sikap secepat kilat, pastilah laki-laki itu
akan memenangkannya.
“mian.. mianhae.” Ulangnya. Ia kembali memeluk gadis itu.
Menyalurkan segala macam rasa yang tengah ia rasakan.
~~~~~
Haera baru saja masuk ke dalam kamarnya. Ruangan yang gelap
membuat ia berancang-ancang untuk mencari saklar guna menghidupkan lampu. Namun
alih-alih menekan tombol saklar, tubuhnya malah mematung saat seseorang dengan tak
terduga menariknya hingga kini ia terhimpit diantara dinginnya dinding dan
tubuh sosok itu.
Haera terkejut. Begitu terkejut hingga membuat ia tak dapat
mengeluarkan satu kata pun. Terbesit dipikirannya bahwa sosok yang tengah
mengurungnya adalah seorang pencuri kelas kakap yang masuk ke dalam kamarnya
guna mengambil barang berharga. Namun gagal karena kemunculan dirinya.
“si-sia.......” Haera kembali membelalakan matanya saat
seberkas sinar cahaya, masuk dan mengenai sedikit wajah sosok itu hingga
membuat ia dapat melihat sosok itu.
“K-Kris? a-apa yang-”
Belum sempat gadis itu menyuarakan apa yang tengah ia
pikirkan, sosok bernama Kris itu telah lebih dulu mendaratkan bibirnya pada
bibir gadis itu. Melumutnya seakan bibir gadis itu merupakan oksigen untuknya.
Haera yang baru saja tersadar dari keterkejutannya berusaha
mendorong tubuh laki-laki itu. Ia meronta. Namun laki-laki itu –Kris- tetap
melakukannya. Terus melumutnya dan sesekali menggigit bibir bawah gadis itu.
Haera mengerang saat Kris dengan sengaja menggigit bibirnya hingga terasa
begitu perih. Mendengar erangan itu, Kris tersenyum diantara ciuman mereka. Dan
setelahnya, lidahnya menerobos masuk ke dalam mulut gadis itu. Membiarkan
lidahnya bergerilya disana.
“K...ris.”
Haera masih mencoba untuk mendorong tubuh Kris menjauh
darinya. Namun tubuhnya yang kecil tak sebanding dengan tubuh laki-laki itu.
Dan alhasil, Kris terus melakukan apa pun yang ingin ia lakukan pada gadis itu.
Mengunci tubuh Haera dan melumut habis bibirnya. Ia tak peduli bahwa kini
tangan kecil gadis itu tengah memukuli dadanya. Dan ia juga tak memungkiri
bahwa pukulan itu mengakibatkan dadanya terasa sedikit sakit. Namun saat itu
perasaannya lebih mendominasi kerja otaknya hingga membuat ia mengabaikan rasa
sakit itu.
“K-Kris... se..sak....” Ucap Haera terbata. Dengan sisa-sisa
oksigen yang bersemayam di dalam paru-parunya, Haera mencoba untuk menghentikan
tindakan gila Kris padanya. Mencoba menghentikan dengan ucapan walaupun ia tahu
apa yang akan ia ucapkan tak akan terdengar baik, dan juga dengan mendorong
tubuh laki-laki itu.
Mendengar permintaan gadis itu, akhirnya Kris menghentikan
tindakan gilanya. Dengan nafas yang tersenggal, laki-laki itu menatap wajah
gadis yang kini tengah tertunduk dengan nafas yang sama berantakannya dengan
dirinya. Ia menangkup wajah gadis itu. Mengarahkan pandangan gadis itu pada
dirinya.
“maaf.” Ujar laki-laki itu lembut. Entah apa yang ada
dipikiran laki-laki bermarga Wu itu hingga mengucapkan kata yang sama sekali
tak sesuai dengan dirinya.
Mendengar kata permintaan maaf terlontar begitu saja dari
bibir Kris, Haera tak mampu menutupi rasa keterkejutannya. Matanya membelalak
dan tubuhnya mematung seketika. Apakah
benar laki-laki ini Kris? Jika benar, apakah Kris baru saja salah makan?
Semua pertanyaan-pertanyaan aneh itu terus berputar-putar diotaknya.
Seakan-akan Kris merupakan manusia titisan iblis yang tak bisa mengucapkan kata
itu.
**********
Suara kegaduhan berhasil membuat mata gadis yang tengah
tertidur di atas ranjangnya terbuka perlahan. Gadis itu mengerang. Tangannya
terangkat guna mengusap matanya yang baru saja terbuka.
“tsk. kenapa berisik sekali??” Gerutu gadis itu. Ia bangkit
dari ranjangnya. Berjalan menuju pintu kamar dan hendak keluar mencari tahu apa
yang tengah terjadi. Namun sayang, saat baru saja tangannya terulur hendak
menekan gagang pintu, pintu itu telah terlebih dulu terbuka dan berhasil
menabrak tubuhnya hingga ia limbung dan langsung terhempas begitu saja ke atas
lantai.
Ia merintih. Ia tak memperhatikan siapa sosok yang membuat
tubuhnya terasa hancur bak kaca yang dilempari batu. Ia hanya fokus pada tubuh
bagian belakangnya yang baru saja merasakan dinginnya lantai kamar.
“oh.. Haera. mianhae. aku tak sengaja.” Ucap sosok itu. Ia
segera menghampiri Haera dan membantu gadis itu berdiri.
“yak! bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu?! ini
kamarku Lee Naeun.”
“aish.. aku kan sudah meminta maaf. lagi pula ini juga bukan
sepenuhnya salahku. kau sendiri mengapa berada di belakang pintu.” Ujar Naeun
tak mau kalah.
Haera mendengus. Rasanya percuma saja melawan seorang Lee
Naeun. Melawannya sama saja dengan mengajak sepatumu untuk minum teh bersama.
“oh iya aku sampai lupa. Haera-ah, cepat kau ganti pakaianmu
dengan ini. dan segera temui yang lain di bawah.” Perintah gadis itu sembari
menyerahkan satu buah tas kepada Haera.
“apa ini?” Tanya gadis itu sembari melihat apa yang
tersimpan di dalam tas tersebut.
“sudahlah~ tak usah banyak bertanya. cepat ganti bajumu.” Naeun
mendorong tubuh Haera hingga masuk ke dalam kamar mandi, dan menutup pintu
sebelum gadis itu kembali melontarkan pertanyaan padanya.
Haera menatap pantulan dirinya pada cermin meja rias.
Melihat dari atas hingga bawah. Meneliti setiap benang yang telah melekat pada
kulitnya. Oh tak ada yang salah dengan pakaian yang ia pakai. Semua terlihat
normal dan tak buruk. Namun Lee Haera tetaplah Lee Haera. Ia adalah seorang
gadis yang tak mau terjerumus ke dalam lubang yang sama berkali-kali.
Menurutnya, sudah cukup baginya menjadi gadis bodoh dengan mengenakan pakaian
yang sama sekali bukan dirinya saat kartu mahasiswinya diambil secara diam-diam
oleh teman-temannya.
Haera menghela nafasnya. Mencoba menenangkan raga, hati,
serta otaknya yang tengah beradu sengit dengan segala macam kemungkinan yang
akan terjadi pada dirinya. Tak mungkinkan temannya itu memberikannya sebuah
barang tanpa ada maksud tertentu. Tak mungkin! Itu mustahil! Ia mengenal
bagaimana sosok seorang Lee Naeun atapun teman-temannya yang lain. Mereka tak
pernah melakukan apapun tanpa maksud dan tujuan.
“sebenarnya apa yang tengah mereka rencanakan??”
~~~~~
Setiap langkah tak henti-hentinya ia menghela nafas. Seakan
berpuluh-puluh tumpuk buku tengah dibawanya. Masih bergulat dengan berbagai kemungkinan,
tanpa sadar kakinya telah melangkah menuju ruang tengah dimana seluruh penghuni
rumah itu telah menunggunya.
“sebenarnya ada apa?” Tanya Haera. Ia menatap setiap sosok
yang berada di tempat itu. Namun seperti yang ia ketahui, mereka tak mungkin
melakukan hal baik pada dirinya dengan tanpa maksud tertuntu. Dan itu terbukti
dengan senyuman mengerikan yang sosok-sosok itu tunjukan saat melihat Haera.
Haera mendecak. Ia sudah tahu kemungkinan apa yang akan terjadi
pada dirinya. Oh come on... tinggal di bawah atap yang sama dengan
manusia-manusia itu selama lebih dari tiga tahun membuat ia tahu betul
bagaimana tingkah orang-orang itu. Terlebih jika sebuah seringai telah terpatri
dengan begitu elegant-nya diwajah mereka.
Monday, tuesday, everyday…
Geureokjeoreok nan jaljinae
Chingudo manhi mannago
Yojeumen utneunildo manhajyeosseo
Haera merogoh tasnya. Mengambil sebuah benda persegi
panjang yang tengah bergetar dengan ringtone khusus yang sengaja ia gunakan.
Tanpa perlu melihat nama pada layar benda tersebut, Haera langsung mendekatkan
benda itu pada telinganya setelah tombol hijau pada benda itu ia tekan.
“oppa...
bagaimana keadaan mu?”
“..........”
“nde?
nugu?”
“..........”
“memangnya
apa yang mere-”
“..........”
“mwoya?
mereka? memberikan oppa hadiah untuk berlibur??!”
“..........”
“a..
em.. ne. sampai nanti.”
Sambungan berakhir dengan raut keterkejutan yang kini
menghiasi wajah gadis itu.
“apakah itu dari laki-laki bernama Kim Joon Myun?”
Hyunra menatap sosok yang entah sejak kapan telah
berdiri di belakangnya. Melihat wajah sang lawan bicara yang tepat berada di
depannya, membuat ia refleks bergerak mundur namun tertahan karena tangan sosok
itu yang telah melingkar manis dipinggangnya.
“K-Kris-ah.. a.. a-pa ma-”
“hanya sebagai permintaan maaf karena kesalah pahaman
tempo hari.”
Haera menahan nafasnya begitu hembusan nafas Kris
menerpa kulit wajahnya. Mungkin ini sudah kesekian kalinya ia mendapat
perlakuan seperti itu, tapi rasa ketakutan entah kenapa selalu hadir dan
semakin memperburuk keadaannya karena sosok di hadapannya pasti akan selalu
memanfaatkan kelemahannya itu.
Hembusan hangat yang tadi menerpa kulit wajahnya kini
berpindah menuju daerah tersensitifnya yang lain. Haera sontak memejamkan
matanya begitu dirasanya sesuatu yang basah bergerak disekitar lehernya. Ia
hampir saja berteriak manakala lehernya kini terasa perih akibat sosok
laki-laki yang tengah memonopoli leher jenjangnya. Namun terlambat karena kini
entah siapa telah melumut bibirnya. Membuat suaranya tertahan dan tak mampu
tersampaikan.
Dengan jantungnya yang berdetak tak karuan, ia mencoba
untuk menghentikan segala bentuk kontak fisik terhadap tubuhnya. Namun kembali
lagi kepada hukum alam bahwa tubuhnya yang kecil dan tak sebanding dengan tubuh
Kris dan juga tubuh sosok yang tengah menciumnya. Oh ayolah... beratnya yang
tak lebih dari lima puluh kilo dan tingginya yang tak sampai seratus delapan
puluh membuat ia bagaikan seekor tikus ditengah-tengah dua ekor kucing.
Tak lama, Kris menghentikan aksinya. Begitupun dengan
sosok yang mencium Haera. Kedua laki-laki itu kini tengah menatap Haera dengan
tatapan yang tak gadis itu mengerti. Menjadi fokus utama dua laki-laki di
depannya membuat Haera bagaikan kembali tersambar oleh listrik bertegangan
tinggi. Ia hendak mendorong tubuh laki-laki itu agar menjauh darinya. Namun
sayangnya gerakan tangannya tak secepat dengan pergerakan tangan Sehun
–laki-laki yang tadi menautkan bibirnya pada bibir miliknya- yang kini telah
menariknya pergi menuju mobil mewah yang terparkir di halaman.
Sehun membukakan pintu untuk Haera. Mendorong gadis
itu masuk. Dan setelah itu, ia juga ikut masuk dan mendudukan tubuhnya pada
kursi penumpang yang bersebelahan dengan kursi pengemudi yang entah sejak kapan
telah Kris tempati.
“kita akan kemana?” Tanya Haera saat mobil mewah itu
telah melaju pergi meninggalkan pekarangan tempat tinggal mereka.
“kita akan berlibur nona Lee..” Balas Kris yang tetap
fokus pada jalan dan kendali mobilnya.
“berlibur? kemana? dan kena-”
“sssstttttttt.. jangan banyak bertanya. jika kau terus
berbicara, kami tak segan-segan memberikan mu hukuman atas insiden tempo
hari.” Selak Kris yang masih saja fokus
pada jalan yang mereka lewati.
“tempo hari? aku? yak! itu sa-”
“sssstttttt! diam atau kami akan benar-benar
memberikan hukuman karena kau yang tak menceritakan tentang laki-laki bernama
Kim Joon Myun itu, disini. di dalam mobil ini.” Ujar Sehun dengan seringainya
yang membuat Haera menyadari bahwa ancaman itu akan benar-benar terjadi andai
saja ia tak juga menutup mulutnya.
E
N D
hhhuuuuaaaaaa....
firstly *BOW*!!
oke... i
just wanna say sorry if your new year become cluttered because this fic.
hhh~
honestly i don't want to make this epilogue. but when there are some people who
asked me to make the sequel of This is Crazy, my mind suddenly
changed.
and if you
ask me, why did i made the epilogue like the previous story, the girl still
with two boys?
my answer
is....................
because
something like that couldn't happen in real life! two handsome men who love
you.. *when else if not in this fic hehehe*
mmmm...
actually i don't know what should i say again. because all of this make my feel
weird. so... hope you enjoy and happy new year for all of you guys.....감사합니다 ^^
kasian haera...ga bisa bebas n lepas dari sahabat2nya...kalo aku mah milih langsung kabur aja...hehehe..
ReplyDeleteIya haera kasian.. tapi dia terlalu pengecut juga untuk kabur. Soalnya kalau dia kabur, entah apa yg akan terjadi sama dia. Mungkin nanti cuma tertinggal nama doang..
DeleteOh iya.. makasih loh ya kamu udah nyempetin waktu untuk kasih komen..
Dan satu lagi... selamat bergabung di GIGSent ^^
Sequel dong thor!
ReplyDeletesequel ya.. udah ada kok. coba kamu liat update terbaru GIGS :)
Delete