Another Cinderella Story - Chapter 4
Cast
: Jung Cheonsa
Kris Wu
Park Hayeon
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Genre
: Romance, friendship, family
Rating
: PG 15
Matanya melebar seiring dengan mulutnya yang menganga.
Emosinya naik, amarahnya terbakar hingga ia merasa kepalanya panas. Ia langsung
menyorot Hayeon yang masih terlihat seperti gadis suci yang tak tahu apa-apa.
Pasti gadis itu yang melakukan semua ini, pasti gadis itu yang membuat gaunnya
bolong karena hangus terbakar.
ā Kau apakan gaunku?ā teriaknya penuh amarah.
ā Akuā¦aku tidak tahu Cheonsa. Aku hanya menaruhnya di ruang
pakaian, Ibu Hong yang menyetrikanya. Aku bisa memanggilnya kalau kau tidak
percaya, tapi aku mohon kau jangan memarahinya.ā Jelas Hayeon pelan, gadis itu
hampir terisak. Yahā¦.harusnya gadis itu jadi pemain drama, dia benar-benar
hebat bersandiwara.
ā Cheonsa! Hentikan! Jangan bertingkah kekanakan seperti
ini!ā bentak sang ayah yang sudah menatapnya dengan tajam.
ā Kau sengaja melakukannya kan? Kau memang ingin merusaknya
kan? Kenapa kau selalu merusak hidupku? Kenapa? Apa kau belum puas juga merebut
semua milikku Park Hayeon!ā Cheonsa semakin meledak-ledak, ia semakin di luar
kendali. Ia terlalu marah dan ia tidak bisa menahan kesabarannya kali ini.
ā Cheonsa! Berhenti membesar-besarkan masalah! Hayeon itu
kakakmu harusnya kau menghormatinya!ā
Ia mendecak kesal. Ia tak menyangka kalau ayahnya akan
membela Hayeon, ia juga tidak menyangka kalau ayahnya menganggap dirinya
seorang gadis kenakan yang senang mencari masalah.
ā Kakak? Ia hanya lahir enam bulan lebih awal dariku,
lagipula untuk apa aku menghormati orang seperti dirinya? Dia hanya gadis licik
yang lahir dari wanita brengsek-ā
PLAAAKK
Semua mata terperangah melihat kejadian itu. Semuanya
membatu bahkan Cheonsa. Ia tak hanya membatu, ia nyaris lumpuh dan gila saat
tamparan panas itu mendarat di pipinya. Cairan hangat terbendung di pelupuk
matanya.
ā Jaga ucapanmu Jung Cheonsa! Appa benar-benar kecewa
mendengar kau bicara seperti itu!ā
Keheningan menyelimuti suasana mencekam di ruangan besar
itu. Kris terlihat mematung, ia tidak menyangka akan melihat kejadian itu.
Jujur hatinya terasa sakit melihat apa yang baru saja terjadi pada gadis itu,
ia ingin sekali membawa gadis itu keluar, membawanya pergi jauh dan memeluknya
dengan erat. Tapi ia tidak bisa melakukannya, itu bukan urusannya.
ā Suamiku apa yang terjadi?ā Lee Mija pun datang, memecah
keheningan itu dengan perasaan khawatir. Yahā¦walau hanya pura-pura. Tentu ia
sudah tahu apa yang terjadi sebelumnya, ia berada di belakang dan menyaksikan
semua kejadian dengan santai dan senyum puas yang terpatri di wajah liciknya.
Ia beralih menatap Cheonsa yang masih memegangi pipinya,
pipi gadis itu memerah. Anak tirinya itu terlihat menyedihkan, gadis muda itu
tengah mati-matian menahan airmatanya.
ā Cheonsaā¦kau kenapa? Suamiku apa yang terjadi?ā ia kembali
menatap sang suami yang masih geram.
ā Tidak usah dibahas! Dia hanya membesar-besarkan masalah.ā
Tuan Jung terlihat sudah enggan untuk membahas kejadian beberapa menit yang
lalu itu.
ā Tapi suamikuā¦ā
ā Eomma..Ibu Hong tidak sengaja membakar gaun Cheonsa, itu
memang salahku. Harusnya tadi aku mengawasinya saat menyetrika gaun itu.ā Jelas
Hayeon dengan suara renah.
Cheonsa mendengus kesal. Lagi-lagi ia terlibat dalam
sandiwara murahan milik sepasang ibu dan anak menggelikan ini. Konyol bukan?.
ā Hayeon! Lihat apa yang telah kau lakukan! Sekarang..ā
ā Sudahlah Mija..jangan salahkan Hayeon, dia bahkan sudah
meminta maaf tadi. Anak itu saja yang terlalu keras kepala.ā
ā Tapi suamiku..lihatlah gaun ini.ā
Tuan Jung tidak memedulikan kondisi gaun putrinya yang
bolong. ā Sekarang kembali ke kamarmu, gunakan gaun lainnya Cheonsa.ā Perintah
Tuan Jung tegas.
ā Tidak mau.ā Sengit Cheonsa. Meski airmatanya nyaris
mengalir, ia tak gentar menatap balik ayahnya. Ia ingin melihat dengan matanya
bagaimana sang ayah menyingkirkan dirinya. Ia ingin melihat apakah pria itu
menyesali perbuatannya dan nyatanya pria itu sama sekali tidak menyesal.
ā Kalau begitu kau tidak bisa ikut karena appa tidak akan
mengajakmu jika kau masih berpakaian seperti itu.ā Balas sang ayah. Cheonsa
menghela pelan, mencoba untuk melepaskan rasa sakit di dalam dadanya. Walau itu
percuma, rasanya tetap sakit, sakit sekali saat tahu kalau appa-nya lebih
membela Hayeon.
ā Baikā¦aku tidak
ikut. Pergilah! Selamat bersenang-senang tanpa pengacau sepertiku.ā Ucapnya
datar.
Ia langsung meninggalkan tempat itu dan menyusuri anak
tangga. Ia ingin segera kembali ke kamarnya. Percuma saja ia tetap di sana,
berharap ayahnya akan menarik ucapannya. Panggil ia kekanakan karena sikapnya
itu, tapi di balik sikapnya itu ia memiliki alasan.
ā Sebelumnya aku minta maaf Kris. Gadis itu memang
benar-benar keras kepala, sulit untukā¦ā
ā Tidak masalah ahjushi.ā Kris tersenyum singkat, meyakinkan
Tuan Jung jika ia baik-baik saja. Matanya kembali melirik ke arah tangga, ia
berusaha menggambarkan sosok Cheonsa yang tadi berada di sana. Andai saja ia
memiliki keberanian lebih, ia pasti sudah memeluk gadis itu. Andai saja ia
tidak menyimpan kekecewaan di dalam hatinya, ia pasti akan membela gadis itu
tanpa berpikir dua kali. Ia menyesal harusnya ia tidak sepengecut itu.
****
Hembusan angin sore menerpa wajah malangnya yang masih tak
berekspresi semenjak satu jam yang lalu. Hawa di luar benar-benar sangat
dingin, namun Cheonsa masih tak bosan berdiam di salah satu bangku taman
seorang diri. Yahā¦dua hari belakangan ini ia selalu datang ke taman ini selepas
pulang kuliah. Ia sengaja menghindar dari Chanyeol, karena ia yakin pria itu
pasti akan memaksanya untuk pulang bersama motornya. Beruntung ia sangat pintar
untuk menghindar dari Chanyeol.
Cheonsa menghembuskan nafasnya, ia kembali menenggak minuman
kalengnya hingga cairan yang terasa membakar kerokongannya itu membuat
pikirannya melayang. Untuk sejenak dunia menjadi tak seberat biasanya, untuk
sejenak dunia terasa lebih damai dari yang sebenarnya. Harus diakui minum
alkohol itu kurang baik untuk kesehatan, tapi persetan dengan efek negatif itu
karena ia tidak peduli. Ia hanya ingin melupakan masalahnya, walau hanya sementara.
ā Kau di sini?ā kepalanya menoleh pelan, ia berusaha menjaga
keseimbangannya agar tidak terjatuh. Matanya memicing menemukan sosok Kris
berdiri di hadapannya.
Tanpa basa-basi pria itu langsung mengambil tempat di
sebelahnya. Pria itu melirik ke arah gadis di sampingnya dengan sejuta pikiran.
ā Kenapa kau ada di sini?ā tanyanya lagi.
Cheonsa hanya terkekeh sinis sambil mendesah begitu sensasi
membakar kembali mendatangi kerongkongannya setelah cairan alkohol itu kembali
ia tenggak. ā Apa karena ini tempat spesialmu dan kakak tercintamu, aku tidak
boleh datang ke sini?ā pria itu menggeleng sambil menghela frustasi. Ia
benar-benar tidak habis pikir dengan gadis di hadapannya.
Cheonsa yang biasanya terlihat keras kepala kini tak lebih
dari seorang gadis malang yang kehilangan semangat hidupnya. Tatapannya penuh
beban dan Kris tidak tahu harus berbuat apa untuk menguranginya.
Ia mendengus kesal. Setelah berpikir untuk kesekian kalinya,
akhirnya ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia langsung merebut kaleng minuman
itu dari tangan Cheonsa. ā Heiā¦itu punyaku!ā protes Cheonsa. gadis itu berusaha
merebut minumannya kembali.
Kris mengabaikannya, ia langsung menenggak cairan dalam
kaleng hijau itu. Ia menelannya sampai habis, sampai tidak tersisa setetespun.
Ia meletakkan kaleng kosong itu di samping tubuhnya, membiarkan Cheonsa
mengambil kaleng itu dan kemudian mendecak kesal.
ā Kau menghabiskannya! Aisshā¦menyebalkan!ā Cheonsa kembali menatap ke depan. Tangannya
masih sibuk meremas kaleng kosong itu. Kalau ia bisa, ia mungkin akan
meremukkan tubuh Kris persis seperti kaleng dalam genggamannya. Yahā¦itu pun
kalau ia bisa.
Suara-suara bising dari pengunjung lain serta suara
gemerisik daun yang saling bersentuhan menjadi dua hal penting yang mengisi
kebisuan diantara Cheonsa dan Kris. Keduanya sama-sama tenggelam jauh dalam
pikirannya, terlalu sibuk dengan kemarahan yang tersimpan besar dalam hati.
Cheonsa merasakan nyeri di sekujur tubuhnya manakala
gambaran kejadian pada malam itu kembali terputar jelas di dalam benaknya. Ia
bahkan bisa merasakan perih di pipinya saat itu, dan ajaibnya hatinya kian
sakit setiap harinya.
ā Itu hanya gaun. Seharusnya aku diam, menjadi anak baik dan
patuh. Aku terlalu kekanakan untuk berpikir bahwa aku bisa memakai gaun lain.ā
ujarnya begitu saja. Suaranya gemetar merasakan luapan emosi di dalam hatinya
yang semakin besar.
Kris menoleh ke arahnya. Pria itu menatap dalam padanya,
mencurahkan segala perhatian dan waktu untuk dirinya.
ā Aku memang pembuat masalah, aku sulit diatur, aku
pembangkang. Tapi apa aku salah kalau aku marah? Yahā¦mungkin kau berpikir
betapa idiotnya aku. Pastiā¦ā ia menggeleng kuat, mengatupkan bibirnya
rapat-rapat saat pilu itu menyiksa jiwanya.
Bibirnya gemetar begitu hembusan napasnya keluar perlahan. ā
Pasti kau berpikir aku hanya seorang gadis bodoh yang senang berburuk sangka
pada saudari tirinya. Pastiā¦ā ia mengangguk, kepalanya mengangguk setuju
terhadap ucapannya sendiri. ā Tapi gaun itu benar-benar berharga untukku. Salah
satu benda terpenting dalam hidupku. Itu pemberian ibuku.ā Lanjutnya seiring
dengan linangan airmata yang turun membasahi pipinya. Ia menutup wajahnya
dengan kedua tangannya.
ā Apa aku salah kalau aku begitu marah saat tahu gaun itu
rusak? Apa aku terlihat sangat bodoh karena berteriak sehisteris itu pada
Hayeon? Yahā¦.mungkin aku bodoh. Aku terlalu tolol karena telah memberitahu
gadis itu betapa pentingnya gaun itu untukku.ā Cheonsa kembali menutup lurus ke
depan, membiarkan Kris melihat sisi kanan wajahnya.
Pria itu membisu, ia bagai dikejutkan dengan berita paling
menggemparkan hidupnya. Iaā¦ia tidak pernah tahu alasan Cheonsa tapi kini ia
benar-benar menyesal karena tidak mengetahuinya lebih awal.
ā Dulu aku hanya seorang gadis limabelas tahun yang
menganggap semua orang itu baik, ku kira Hayeon tidak seperti saudari tirinya
Cinderella. Ku pikir dia menyayangiku seperti aku menyayanginya, ku pikir dia
peduli padaku seperti aku peduli padanya. Tapi seiring berjalannya waktu, aku
mengerti, aku memahami semuanya. Dunia tidak seindah dan sedamai yang ku
bayangkan. Namun saat aku menyadari itu semua, nyatanya sudah terlambat. Aku
sudah membagi semua hal penting dalam hidupku padanya, tanpa ku sadari aku
sendiri yang mengundangnya masuk ke dalam hidupku. Ia tahu semua tentang
diriku, ia tahu
betapa pentingnya gaun itu untukku. Dia bahkan tahu kenapa aku
tidak pernah memakainya..ā
Cheonsa menahan napasnya yang terasa berat. Dadanya sesak
serasa ada beban yang mendesak keluar. Ini memang pertama kalinya ia
menceritakan hal ini pada orang lain, yahā¦dan ia baru tahu kalau memaparkan
semua ceritanya bukanlah hal yang mudah.
ā Hari itu aku ingin memakainya karena ku pikir akan sangat
sia-sia kalau aku hanya menyimpannya di dalam lemari, tapi lagi-lagi aku terlambat.
Dia sudah merusak semuanya, merusak barang yang diberikan ibuku.ā
Ia mengubah posisi duduknya, mencoba untuk mencari posisi
nyaman untuk dirinya. Walau percuma saja, ia tetap tidak merasa nyaman.
Kris mengalihkan pandangannya. Ia baru menyadari satu hal.
Meski ia mencoba untuk menjauh, walau ia terus berusaha untuk mengabaikan gadis
itu, nyatanya ia tidak pernah melangkah sejengkalpun meninggalkan gadis itu. Ia
selalu berdiri di belakang gadis itu, ia tetap berada di tempatnya dimana ia bisa
melihat gadis itu.
Kris merogoh sesuatu di dalam saku jaketnya. Soju kalengan.
Yahā¦sama seperti tujuan Cheonsa datang ke tempat itu, ia pun datang ke sana
untuk menikmati sekaleng soju. Ia ingin melepas segala kepenatan dan kegundahan
hatinya.
Ia langsung menenggak minuman berwarna bening itu hingga
setengah. Helaannya terdengar berat begitu sensasi panas dan membakar menjalari
kerongkongannya. Hal itu menarik perhatian Cheonsa yang menoleh ke arahnya.
ā Kau punya minumanmu sendiri.ā ia mendelik kesal.
Yahā¦harusnya pria itu tidak menghabiskan minumannya, harusnya pria itu minum
miliknya sendiri.
Cheonsa mencoba untuk menekan kekesalannya, ia pun melirik
ke arah kaleng soju dalam genggaman Kris. Tangannya bergerak cepat, berusaha
untuk merebut benda itu.
ā Kau menghabiskan punyaku dan sekarang kau tidak membagi
milikmu! Pelit!ā
ā Aku tidak bilang akan berbagi denganmu kan?ā Kris melirik
sinis, ia kembali menenggak minumannya.
Sementara itu Cheonsa masih terlihat mendengus kesal dan berusaha
untuk mengabaikan pria di sampingnya.
ā Ini.ā Ia menatap Kris yang sedang mengulurkan kaleng itu
ke arahnya. Pria itu hanya menggerakkan kepalanya, menyuruhnya untuk segera
mengambil kaleng itu sebelum ia berubah pikiran.
Cheonsa langsung mengambil kaleng itu, ia langsung menenggak
cairan soju itu dengan cepat.
ā Kau boleh menghabiskannya, tapi kau tidak boleh minum lagi
setelah ini.ā ujar Kris.
ā Asal kau tahu, aku tidak pernah berpikir jika kau itu
idiot. Yahā¦kau memang pembangkang, tapi aku bisa mengerti. Kau memang pembuat
masalah, tapi aku tahu kau hanya berusaha mendapatkan kembali apa yang menjadi
milikmu.ā
Cheonsa menoleh ke arah Kris, menatap baik-baik pria yang
masih melempar jauh pandangannya ke depan.
ā Hal yang wajar kalau kau merasa kesal atau marah karena
Hayeon merusak gaunmu. Biar bagaimanapun gaun itu pemberian ibumu, pasti banyak
kenangan di dalamnya kan?ā Cheonsa mengangguk setuju.
ā Tapi biar bagaimanapun kau harus merelakannya, karena
nyatanya kau bisa merasakan ibumu di sini.ā Kris menolehkan kepalanya, menatap
Cheonsa yang masih terdiam memandanginya. Ia menggerakkan tangannya menyentuh
dada. ā Karena segala yang ada di sini adalah satu-satunya yang tidak bisa ia
hancurkan, siapapun itu, mereka tidak bisa mengambilnya. Yang terpenting
ingatan dan kenangan itu masih tersimpan rapi dalam hatimu dan itu lebih dari
cukup Cheonsa.ā tutupnya.
****
Cheonsa mengingat dengan baik apa yang Kris katakan padanya
di taman waktu itu dan ia harus mengakui jika perasannya lebih baik dari
sebelumnya. Walau ia tidak bisa mengatakan ia telah sepenuhnya melupakannya,
tapi ia mencoba untuk merelakannya. Gaunnya. Yahā¦setidaknya ia masih memiliki
jutaan ingatan dan kenangan yang tersimpan dalam hatinya.
Ia mencoba dan terus mencoba. Ia mencoba untuk berdiri dari
keterpurukannya, ia mencoba untuk bangkit dari kesedihannya, ia mencoba membuka
matanya dan melihat hal-hal baik yang terhampar di depan matanya. Ia mencoba,
tapi tak satupun hal baik yang menyambut dirinya. Tak ada hal baik yang mampu
menghilangkan luka di hatinya, ia masih membenci ayahnya. Ia masih terluka atas
perbuatan ayahnya. Terlebih saat ini, saat pria itu melempar sebuah amplop cokelat
ke atas meja. Ia baru sampai di rumahnya namun ayahnya kelihatan sangat geram
seolah ia baru saja mencoreng nama baik keluarganya.
ā Apa ini Jung Cheonsa?ā suara sang ayah menggaung keras
menakuti jiwa kecilnya.
Cheonsa melangkah kecil menuju meja itu, ia mengambil amplop
yang baru saja dilempar oleh ayahnya ke atas meja.
ā Kau mengambil beasiswa dari universitas Tokyo?ā Tuan Jung
mendecak kemudian menatap tajam sang putri yang terpaku setelah membaca surat
dari dalam amplop tersebut.
ā Kau bahkan telah memutuskan semuanya sendiri! Kau tidak
pernah memberitahu appa tentang hal ini sebelumnya! Apa yang kau pikirkan,
hah?ā bentak pria itu lagi. Kini ia berdiri dari duduknya, berdiri dengan kedua
kakinya seolah ingin menjatuhkan mental anak gadisnya.
ā Seharusnya kau membicarakan hal ini dulu pada appa! Apa
kau memang sudah tidak menganggap appa sebagai orang tuamu? Kau memang sulit
diatur Jung Cheonsa!ā
ā Berhenti appa! Bisakah appa berhenti menyalahkanku? Aku
mengaku salah karena tidak pernah memberitahu-mu, tapi apa hal itu penting
untukmu?ā
Cheonsa memejamkan kedua matanya, kemudian helaan berat
berhembus dari mulutnya. ā Bukankah appa sudah tidak lagi peduli padaku?
Bukankah appa tidak pernah merasa bangga dengan apapun yang ku dapat? Appaā¦kau
hanya mencintai Hayeon, tidak peduli bagaimana dirinya!ā tuturnya sambil
menahan airmata.
ā Jangan menjadikan Hayeon sebagai alasanmu Cheonsa.ā desis
Tuan Jung.
ā Aku akan tetap pergi sekalipun appa tidak mengizinkan. Aku
akan menghilang, aku akan meninggalkan rumah ini dan tentunya aku juga akan
meninggalkanmu appa. Aku akan pergi dari hidupmu serta anak dan istrimu, aku
tidak akan mengganggu kalian!.ā Tegas Cheonsa.
ā Baikā¦.kalau itu yang kau inginkan! Pergi! Appa tidak akan
mencegahmu!ā tuan Jung terlihat geram dan sangat emosi. Ia menatap sekilas sang
putri sebelum berbalik meninggalkan Cheonsa yang mematung di tempatnya.
ā Yahā¦kau telah membuat keputusan yang sangat tepat appa.ā
Desisnya miris.
*****
Kris sibuk memutar pulpen
dalam genggamannya. Ia tidak memiliki kegiatan lain selain melakukan sesuatu
untuk mengalihkan perhatiannya dari Cheonsa. Gadis itu benar-benar menjadi
pusat perhatian saat ini. Seluruh penghuni kelas menunda kegiatan mencatatnya
untuk sekedar menatap gadis itu, gadis yang baru saja diumumkan akan pindah ke
Jepang. Yahā¦dengan kemampuannya Cheonsa berhasil mendapatkan beasiswa di
Universitas Tokyo. Kris akui gadis itu hebat, tapi kalau boleh memilih ia pasti
akan lebih senang jika gadis itu tidak pergi kemanapun.
ā Selamat Jung Cheonsa.ā ucap
Kim seosangnim.
Kris masih ingat bagaimana
teman-teman sekelasnya datang untuk menyalami gadis itu atau sekedar berbincang
sebentar kemudian memberi selamat.
Ucapan-ucapan itu masih teringat jelas bahkan saat dirinya sudah berada di
kantin. Orang-orang masih terdengar membicarakan gadis itu.
Ia hampir kehilangan selera
makannya saat obrolan dengan tema yang sama itu terus terulang menyapa
telinganya. Ia tidak ingin mendengar berita itu lagi, ia tidak ingin mendengar
apapun yang berkaitan dengan Cheonsa dan Jepang.
ā Yahā¦dia sangat hebat walau
sangat keras kepala.ā Kris berhenti mengaduk makanan dalam piringnya. Ia
menghela pelan sambil berusaha untuk berpikir jernih.
Namun sepertinya Hayeon dan
beberapa orang lainnya masih betah membicarakan Cheonsa dan beasiswanya.
Yahā¦suka atau tidak, Kris harus menerima jika ia mesti mendengar semua itu
selama waktu makan siangnya.
ā Padahal appa kelihatan
tidak suka dengan rencananya itu. Bahkan beberapa hari yang lalu mereka
bertengkar hebat.ā tanggap Hayeon.
Kris terpaku begitu mendengar
ucapan Hayeon. Entah kenapa kini ia merasa ingin tahu segala hal tentang
Cheonsa.
ā Lalu kenapa dia masih tetap
pergi?ā tanya Kris mengintrupsi perbincangan Hayeon dan teman-temannya.
Sepertinya Kris tidak suka
menunggu lama dan Hayeon menyadari itu. Yahā¦walau Hayeon harus mengakui ia
sangat benci saat tahu kalau Kris masih peduli dengan Cheonsa, tapi ia tetap
mencoba untuk tidak membiarkan kecemburuannya itu terlihat jelas.
ā Kau tahu kan kalau Cheonsa
sangat keras kepala? Dia bilang dia tetap akan pergi sekalipun appa tidak
mengizinkannya.ā Jelas Hayeon.
Kris menghela frustasi.
Benar-benar tidak habis pikir dengan Jung Cheonsa. Ayolahā¦apa yang ada dalam
pikiran gadis itu?. Kenapa gadis itu selalu membuat keputusannya sendiri?
Kenapa gadis itu tidak pernah mendengarkan orang lain? Kenapa gadis itu
memutuskan untuk pergi dan meninggalkannya di sini?.
ā Tidak ada yang bisa
mencegah gadis itu.ā gumam Kris. Tangannya menggerakkan sendok di atas
piringnya, mengaduk makanan di dalamnya dengan perasaan kacau.
Lagi-lagi Kris membuat Hayeon
mendengus kesal. Kenapa pria itu harus terlihat seresah ini hanya karena
Cheonsa? Ohā¦ayolah! Hayeon memutar bola matanya dengan sinis.
ā Aku penasaran bagaimana
perasaan Chanyeol saat ini.ā ucapnya sambil menggeleng polos. Ia hanya sengaja
mengungkit sesuatu yang seharusnya tidak Kris ketahui, tapi ia tidak peduli.
Menurutnya Kris perlu mengetahui rahasia terbesar Park Chanyeol yang ia genggam
dalam tangannya.
ā Yahā¦pasti dia dan Baekhyun
merasa kecewa, kesal, ā¦ā
ā Bukan itu maksudku Kris.ā
Selak Hayeon cepat. Gadis itu menatap serius ke dalam bola mata Kris yang juga
menatap dirinya dengan serius.
Hayeon menggelengkan
kepalanya. Untuk sejenak ia mengunci rapat mulutnya seolah ia tidak bisa
mengatakan semua yang ingin ia katakan. Ia kembali bersandiwara dan lagi-lagi
ia terlihat sangat sempurna.
ā Maksudku perasaan Chanyeol
sebagai seorang pria yang menatap Cheonsa sebagai wanita, bukan sebagai
sahabatnya.ā Tuturnya pelan dan terkesan ragu. Walau terlihat sangat takut dan
menyesal, tapi jauh di dalam hatinya Hayeon sedang tertawa lebar terlebih
begitu mendapati ekspresi wajah Kris. Pria itu terdiam seolah sel-sel di dalam
otaknya rusak parah.
Butuh waktu beberapa detik
untuk meyakinkan dirinya tidak salah mendengar, butuh keyakinan kuat untuk
membuat dirinya mau mempercayai fakta yang baru saja terbuka jelas di depan
matanya. Kris menggeleng pelan. ā Chanyeol menyukai Cheonsaā¦ā ia menggumam
tidak yakin. Sebenarnya ia tidak mau mempercayai hal itu, namun kenyataan
tetaplah sesuatu yang tak bisa ia tampik.
ā Darimana kau tahu hal itu?ā
Kris kembali menatap Hayeon yang tengah mengerjapkan matanya perlahan.
ā Aku tidak sengaja mendengar
perbincangannya dengan Baekhyun. Waktu itu Baekhyun mendesak Chanyeol untuk
mengungkapkan perasaannya pada hari ulang tahun Cheonsa.ā
ā Laluā¦apa dia melakukannya?ā
tanya Kris penasaran.
ā Entahlahā¦mungkin belum. Aku
juga tidak tahu.ā Hayeon mengangkat bahunya, ia segera menyibukkan dirinya
dengan sajian makan siangnya. Ia sudah sangat muak menjawab pertanyaan Kris, ia
sudah sangat muak karena nyatanya pria ituā¦.pria itu menyukai saudari tirinya.
****
Kekecewaan menyelimuti benak
Chanyeol. Pria itu masih setia memandang lurus ke arah Cheonsa yang berdiri di
hadapannya. Ia berharap hatinya bisa merasa jauh lebih tenang ketika ia
memutuskan untuk mengajak gadis itu bicara. Ia kira dengan menarik gadis itu ke
taman belakang sekolah akan meringankan sedikit rasa gundah dalam hatinya. Tapi
nyatanya tidak. Letupan di hatinya kian dahsyat hingga ia harus memejamkan
matanya berulang kali.
Sebelumnya ia memang sudah
mendengar keinginan Cheonsa untuk mengambil beasiswa itu, tapi ia tidak pernah
benar-benar menganggap serius hal itu. Ia pikir Cheonsa hanya berujar tanpa
bermaksud untuk benar-benar mendapatkan beasiswa itu. Dan kini ia menyesal
telah berpikir demikian.
ā Kalau kau pergi hanya untuk
menghindar dari masalah, lebih baik tidak usah pergi. Cheonsaā¦berpikirlah
dengan jernih. Kau sedang dalam keadaan kacau saat ini.ā Ucapnya untuk kesekian
kali. Ia kembali berucap seolah kata-katanya bisa menahan gadis itu. Seolah
semua ucapannya itu mampu mengubah keputusan seorang Jung Cheonsa.
Namun satu hal yang Chanyeol
lupakan tentang Cheonsa, gadis itu terlalu keras kepala untuk mendengarkan
orang lain. Terlalu sulit untuk mempengaruhi pikiran gadis itu, terlebih saat
ini. Chanyeol menjatuhkan pandangannya ke hamparan rumput yang menyelimuti
seluruh tanah di taman itu.
ā Ckkā¦ucapanmu mirip dengan
yang Baekhyun katakan.ā Gadis itu menyengir kikuk, ia berusaha mencairkan
suasana. Tapi percuma saja karena Chanyeol yang kini berdiri di hadapannya
bukanlah Chanyeol yang senang bergurau, kini ia berhadapan dengan Chanyeol yang
berharap ia mau mengubah keputusannya.
ā Apa yang harus ku lakukan
untuk menahanmu?ā ucap Chanyeol sebelum akhirnya menarik Cheonsa ke dalam
pelukannya. Tak peduli jika Cheonsa akan mengetahui perasaannya, Chanyeol terus
mendekap tubuh itu dengan erat. Ia hanya ingin melakukannya, setidaknya ia
ingin mendekap gadis itu walau hanya satu kali. Napasnya berhembus berat,
seberat dirinya yang harus melepas kepergian gadis itu.
Cheonsa menghela pelan
sebelum akhirnya membalas pelukan Chanyeol. Ia balas memeluk pria itu, mencoba
untuk memberi sebuah penjelasan atas keputusan besarnya itu. Tangannya bergerak
menepuk-nepuk punggung Chanyeol.
ā Kau tidak perlu
melakukannya Yeolā¦ yang perlu kau lakukan hanya berdoa agar aku mampu bertahan
hidup di sana.ā Ujar Cheonsa.
Chanyeol menggelengkan
kepalanya, ia mengeratkan pelukannya. Ia ingin menegaskan pada Cheonsa bahwa ia
tidak bisa berjanji untuk melakukan hal itu. Yahā¦walau merasa kecewa, tapi
Cheonsa memahaminya. Ia paham jika perpisahan ini berat untuk Chanyeol,
Baekhyun maupun dirinya.
Cheonsa memejamkan matanya.
Ia mencari ketenangan yang Chanyeol tawarkan. Ia menenggelamkan kepalanya pada
bahu kokoh Chanyeol yang terasa nyaman dan memberinya keamanan. Yahā¦ia
benar-benar memanfaatkan waktunya dengan sangat baik. Tak peduli jika
orang-orang menatap ke arahnya dan Chanyeol sambil berbisik. Ia pun mungkin
tidak peduli pada pria yang kini sedang membatu melihatnya dengan Chanyeol.
Yahā¦mungkin ia tidak peduli karena nyatanya ia tidak menyadari jika Kris telah berdiri
beberapa meter di belakangnya. Pria itu tengah menatap lurus ke arahnya dengan
pikiran yang kacau dan hati yang hancur.
Jauh di tempatnya sana, Kris
merasakan ledakan hebat menghancurkan hatinya, ia tidak bisa mengendalikan
perasaannya yang kini hancur berantakan. Ia hanya bisa terdiam tanpa bisa
melakukan apapun. Ia hanya bisa terdiam dan terus mengamati betapa Cheonsa
merasa sangat nyaman berada dalam dekapan Chanyeol.
****
TBC
Yoyoooā¦..aku balik lagi kawan!!*pasang senyum
lima jari*
Well this chapt is more longer than before,
rite?? Yalahā¦tpi tetep aja ini gak sepanjang chapter 1-nya, dan mungkin kalo g
salah, chapter 1 itu yg paling panjang. Jadi kalian bisa berspekulasi
sendirilah sepanjang apa chapter-chapter selanjutnya. gak sepanjang chapter 1
tapi gak sependek chapter 2dan 3 juga.
Hmmmā¦still curious about Cheonsa-kris?? Wait
for the next chapters yehā¦.
The kids who full of aegyo,
GSB & TAO
Penasaran banget nihh^^
ReplyDeleteDitunggu next chapnya:)
makasih udh komen..
Deletebener-bener gak bisa nunggu lama buat next partnya hahaha cepetan yaaa
ReplyDeletemakasih udh komen...
Deletene..aku ushain publish as soon as possible!!
annyeong, aku newbie salam kenal yah
ReplyDeleteceritanya bangus, penasaran dengan kelanjutan ceritanya
sorry commentnya langsung dipart ini
haii...salam kenal juga lhyna..
Deletegpp kok...makasih ya udh komen^^
keren >< hanya saja masih bingung, marga di keluarga Cheonsa kok beda-beda semua?
ReplyDeletekan cheonsa punya ibu+kakak tiri jadi marganya beda.
Deleteibu tirinya kan Lee Mija,
nah kalo Hayeon, marga ayah kandungnya hayeon itu park..jadi hayeon itu pake nama ayah kandungnya....
gitu...smoga g bingung lg yah...
kasian cheonsa...appanya sendiri ga percaya sama dia..trus malah diusir gara2 nerima beasiswa ke jepang...sedih banget baca part ini..feelnya dpt lg...
ReplyDeleteemng...ayahnya cheonsa tuh aneh...org tua lain mah seneng klo anaknya dpt beasiswa, ini malah diusir..
Delete