Another Cinderella Story - Chapter 5
Cast
: Jung Cheonsa
Kris Wu
Park Hayeon
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Genre
: Romance, friendship, family
Rating
: PG 15
Cheonsa mendelik sinis
menanggapi tatapan-tatapan aneh yang menyambut dirinya. Kemanapun ia melangkah,
pasti orang-orang di kampus akan berbalik ke arahnya dan terus memandangnya
bagai seorang buronan. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, ia hanya tahu
kalau perilaku aneh orang-orang itu sudah dimulai semenjak dua hari yang lalu.
ā Mereka mengira kau
berkencan dengan Chanyeol.ā Ujar Baekhyun. Pria itu hanya mengangguk ringan
manakala Cheonsa menatapnya dengan penuh tanda tanya.
ā Yaā¦tentu mereka melihat
kalian berpelukan di taman waktu itu.ā tambahnya lagi yang membuat Cheonsa
kembali mendecak kesal.
Gadis itu menggelengkan
kepalanya. Ia masih benar-benar tidak percaya dengan apa yang semua orang itu
pikirkan. ā Bukankah mereka tahu kalau aku dan Chanyeol hanya berteman? Kenapa
mereka membuat gosip murahan seperti itu? Kenapa mereka tidak sekalian
menyebarkan berita kalau aku juga mengencanimu? Hahā¦menyebalkan!ā gerutunya
sebal.
Baekhyun hanya mampu
menanggapi Cheonsa dengan mengangkat bahunya dan mengunci mulutnya rapat-rapat.
Walau ia ingin sekali memberitahu gadis itu tentang perasaan Chanyeol yang
sebenarnya, tapi sayangnya ia sudah terlanjur bersumpah tidak akan pernah
melakukannya.
Ia memutuskan untuk tetap
diam dan terus berjalan menyamai langkah Cheonsa. Ia terus melangkah hingga
langkahnya terhenti begitu matanya menemukan sosok Kris dari arah berlawanan.
Pria itu tengah melangkah lebar menuju ke arahnya, ahā¦lebih tepatnya ke arah
Cheonsa.
Ia melirik Cheonsa yang masih
belum menyadari kedatangan Kris, gadis itu masih sibuk dengan pikirannya
sendiri.
ā Ikut aku.ā ucap Kris
dingin. Pria itu telah berada tepat di hadapan Cheonsa.
Kedatangan Kris bukanlah
sesuatu yang Cheonsa harapkan. Ia tidak ingin bertemu pria itu sekalipun untuk
terakhir kalinya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Baekhyun yang menatapnya
dengan santai.
ā Baekhyun-aa..ā desisnya
pelan. Ia memberi isyarat pada temannya itu agar membawanya pergi dari sana
secepatnya, namun tampaknya Baekhyun lebih senang membiarkannya tersiksa. Pria
itu tidak mau memberi pertolongan apapun kepadanya.
Ia meringis pelan sembari
memutar kepalanya kembali ke depan. Kris masih menunggunya dengan wajah dingin
dan bengisnya. ā Aku tidak bisa.ā Cheonsa hendak melangkah, namun Kris
menghalangi jalannya. Pria itu benar-benar membuatnya naik darah.
ā Menyingkir!ā tegas Cheonsa
pada Kris yang nampak tak peduli.
ā Ikut aku Jung Cheonsa!ā
ā Aku tidak mau!ā balas
Cheonsa dengan setengah berteriak.
Mendengar itu Baekhyun
menghela napasnya, ia menyesali tindakan bodoh temannya itu. Tentu tindakan
Cheonsa itu benar-benar bodoh, karena kini Kris terlihat semakin kesal dan
tidak segan untuk menyeret gadis itu dengan kasar.
ā Cheonsa lebih baik kau ikut
dengannya.ā bisiknya. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Cheonsa
mengingat betapa menyeramkannya Kris saat ini.
Cheonsa hanya mendengus
kasar. Ia menolak mentah-mentah usulan Baekhyun. ā Aku tidak akan mau!ā
tekannya sambil menatap tajam mata Kris.
ā Baiklah kalau itu
pilihanmu.ā Desis Kris sebelum pria itu benar-benar bertindak kasar. Ia
langsung menarik lengan Cheonsa. Menyeret gadis itu untuk mengikutinya.
Cheonsa terus berteriak dan
meronta. ā Lepaskan bodoh!ā pekiknya
sambil mencoba menghempaskan cengkraman tangan Kris yang melingkar kencang di
pergelangan tangannya.
Segala tindakan Cheonsa bagai
angin lewat yang tidak membuat Kris gentar untuk membawa gadis itu pergi. Kris
juga tidak peduli ketika beberapa orang melihat ke arahnya dengan takut. Ia
tidak peduli, karena yang ia pedulikan hanyalah waktu. Ia butuh kesempatan
untuk bicara dengan gadis itu. Ia juga tidak peduli sekalipun gadis itu tidak
mau memberinya kesempatan, karena ia bisa mendapatkannya tanpa harus meminta
persetujuan gadis itu.
ā Lepaskan atau aku akan
berteriak!ā
ā Bukankah kau sudah
berteriak dari tadi?ā Kris terus berjalan tanpa menghiraukan dengusan kasar
atau makian yang Cheonsa gumamkan untuknya.
Bibirnya tertarik begitu ia
sudah sampai di depan mobilnya. Ia kemudian menghempas lengan Cheonsa hingga
gadis itu menatapnya dengan nanar sambil terus memegangi lengannya yang sedikit
memerah.
ā Sekarang apa maumu?ā tanya
Cheonsa.
Cheonsa menghembuskan
napasnya dengan kasar. Ia terlanjur kesal dan geram. Ia tidak ingin bicara
dengan Kris untuk alasan apapun. Ia tidak ingin berada di dekat pria itu lagi,
ia tidak ingin pria itu membuat keyakinannya goyah. Karena nyatanya Cheonsa
tidak bisa menampik jika pengaruh Kris amat besar untuk dirinya, dan ia takut
kalau pria itu mengetahuinya.
Ia kembali dibuat kesal
karena Kris tidak menjawab pertanyaannya, pria itu malah membuka pintu mobilnya
dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam sana. Ia mengalihkan pandangannya,
lagi-lagi ia menolak pria itu.
ā Ku bilang masuk!ā Kris
langsung mendorong Cheonsa, membawa gadis itu masuk ke dalam mobilnya dengan
paksa. Tak peduli jika gadis itu menyumpahinya mati, ia tetap memaksa gadis
itu. Ia segera menutup kembali pintu mobilnya kemudian berlari ke sisi kiri
mobilnya.
Tanpa mengucapkan sepatah
katapun Kris langsung menjalankan mobilnya, membawanya berpetualang di atas
hamparan aspal yang bergesekan dengan empat ban mobilnya. Ia melajukannya
dengan cukup kencang, atau mungkin terlalu kencang untuk Cheonsa yang terus
berteriak seperti pasien rumah sakit jiwa.
ā Berhenti atau aku akan
melompat keluar!ā ancam Cheonsa yang belum juga tenang. Kris hanya
menggelengkan kepalanya, ia tak memberi respon apapun selain gelengan tak
peduli. Oh ayolahā¦mana mungkin Cheonsa berani melompat keluar dari mobil yang
tengah melaju. Gadis itu memang keras kepala tapi gadis itu tidak idiot. Ia
tidak mungkin melakukannya.
Helaan panjang terdengar
berisik begitu Cheonsa memutuskan untuk menyudahi aksi protesnya. Percuma saja
ia terus berteriak, Kris sama sekali tidak mempedulikannya. Pria itu terus
melajukan mobilnya tanpa menghiraukan ancaman-ancamannya. Ia sudah mengancam
akan melompat tapi pria itu hanya menggeleng, ia bahkan sudah mengancam akan
membakar mobil itu jika Kris tidak mau berhenti juga. Tapi itu semua bagai
omong kosong yang tidak berpengaruh untuk Kris. Nyatanya pria itu terus
mengemudikan kendaraannya semakin jauh hingga mereka sampai di sebuah tempat
yang sudah tidak asing lagi. Mereka sampai di taman pinggir kota yang
sebelumnya pernah mereka datangi bersama.
Mobil sedan itu telah
berhenti. Kris terlihat bergegas membuka sabuk pengamannya, berbeda dengan
Cheonsa yang masih diam dengan wajah kesal. Kris mendecak melihat ekspresi
wajah Cheonsa. ā Sekarang keluar! Bukankah kau ingin keluar?ā ucap pria itu
sebelum akhirnya keluar dari mobil.
Tidak ada pilihan lain selain
keluar dari mobil itu sebelum Kris menariknya keluar. Hembusan angin lembut
menyapa kulitnya begitu ia sudah menapaki hijaunya rerumputan taman. Ia menarik
napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan-lahan. Beberapa beban yang
mengisi kepalanya seolah ikut keluar bersama dengan hasil ekspirasinya.
Ia menoleh pada Kris yang
tengah menatap lurus ke depan. Untuk sejenak keheningan menyelimuti keduanya.
Terlalu hening hingga jantungnya berdebar tidak karuan. Ini konyol. Jantungnya
berdebar hanya karena ia melihat punggung Kris yang terlihat gagah. Namun belum
sempat ia membenahi pikiran-pikiran aneh yang berlalu di kepalanya, Kris
kembali mengacaukan akal sehatnya. Pria itu berbalik menghadapnya, menatapnya
dengan tatapan teduhnya.
Cheonsa bergerak mundur
secara spontan begitu pria itu berbalik. Ia terlalu panik hingga tak bisa
mengendalikan gerak refleksnya. Namun ia cukup pandai karena setidaknya ia
tidak berlari atau menampakkan wajah bodoh.
ā Jadi kau akan tetap pergi?ā
suara Kris terdengar bagai alunan musik balada yang membungkam mulut dan
melumpuhkan saraf dalam tubuhnya. Cheonsa tidak menjawab. Ia masih tenggelam
dalam pikirannya tanpa menyadari bahwa Kris sedang berjalan beberapa langkah ke
arahnya.
ā Tidakkah kau memikirkan
perasaan appa-mu? Kau bahkan tidak mau mendengarkannya.ā Ucap Kris lagi.
Kali ini Cheonsa tak hanya
diam. Secara spontan amarahnya bergejolak, darahnya mendidih manakala Kris
menyinggung masalah ayahnya. Tiba-tiba hatinya sakit, dadanya sesak dan
airmatanya kembali menggenang tak tertahankan di pelupuk matanya.
Ia membiarkan hembusan panas
keluar dari mulutnya begitu rasa benci dan marah bercampur jadi satu dalam
hatinya. Ia menatap pria di depannya kemudian mendengus pendek. ā Hayeon yang
menceritakannya padamu?ā ia mendecakkan lidahnya. ā Tak ku sangka mulutnya
sebesar itu.ā lanjutnya sambil tersenyum sinis.
Berbagai perasaan bercampur
di dalam hatinya hingga sebuah sensasi yang terlalu kuat menguasai akal serta
hatinya. Rasa kecewanya pada sang ayah, rasa dikucilkan, cemburu, marah, putus
asa, semuanya bercampur hingga Cheonsa merasa dirinya akan meledak sebentar
lagi.
ā Jadi kau membawaku ke sini
hanya untuk membicarakan hal ini?ā Cheonsa kembali menatap mata Kris.
ā Yah...menurutku kau harus
mempertimbangkan keputusanmu. Setidaknya pikirkan perasaan ayahmu!ā gadis itu
kembali mendengus kesal kemudian tersenyum miris.
Ia menggeleng cepat. ā Untuk
apa aku memikirkan perasaan orang yang tidak memikirkan perasaanku? Dia bahkan
membuangku! Dia sudah tidak peduli lagi padaku!ā papar Cheonsa kencang.
Pertahanannya runtuh manakala luapan airmatanya tak lagi bisa ia tahan.
Airmatanya mengalir deras tanpa bisa ia kendali. Cheonsa terisak pelan sambil
menundukkan kepalanya.
Kris merasa nyeri. Hatinya
sakit melihat gadis itu menangis. Ia tidak suka melihat Cheonsa menangis, ia
benci melihat gadis itu seperti ini. Ia mengerti apa yang gadis itu rasakan, ia
pun mengerti alasan atas keputusan besar yang Cheonsa ambil, tapi ia tidak
cukup besar hati untuk menerimanya. Pasti ada cara lain agar gadis itu tidak
kembali terluka.
ā Dia tidak ingin kehilangan
dirimu. Waktu itu dia memang marah padamu, tapi bukan berarti dia membencimu.ā
Ujarnya pelan. Ia berusaha menarik gadis itu dari kesedihannya.
Cheonsa menggeleng berat. ā
Tidakā¦dia tidak menginginkanku. Baginya aku hanya gadis pembuat masalah yang
senang membuatnya sakit kepala. Ia hanya ingin hidup tenang bersama istri dan
anak tirinya. Iaā¦ia sudah berjalan meninggalkanku sendiri. Tanpa aku harus
pergi, aku memang sudah tidak lagi bersamanya, setidaknya di dalam hatinya. Aku
bukan anak yang bisa ia banggakanā¦aku hanya gadis menyebalkan yang ingin
dibuang jauh oleh ayahnya. Aku masalah besar untuknya Kris..ā Cheonsa tak lagi
mampu meneruskan kalimatnya. Bibirnya gemetar hingga ia hanya bisa kembali
terisak dan membiarkan suara isakannya semakin jelas terdengar.
Rasa nyeri itu kian besar
begitu sosok lemah Cheonsa menangis di hadapannya. Kris menggeleng cepat. Ia
tidak tahu kalau ucapannya mengorek luka dalam hati Cheonsa, ia tidak tahu
kalau ia baru saja membuat luka itu semakin parah. Ia menghela berat sambil
mengacak rambutnya.
Ia kembali menatap sosok
Cheonsa yang sedang menghentikan tangisnya. Kris menarik napas panjang. ā
Setidaknya pikirkan Baekhyun danā¦.ā Suaranya hilang, lebih tepatnya sengaja
hilang. Ia melirik panik ke sekitarnya. ā danā¦Chanyeol. Bagaimana perasaan
mereka jika kau pergi?ā tuntas Kris.
Suara desahan pelan Cheonsa
terdengar begitu gadis itu mengangkat kepalanya. Ia terdiam sejenak memikirkan
pertanyaan Kris. Dadanya mengempis begitu hembusan udara keluar melalui
mulutnya. ā Mereka akan baik-baik saja tanpa aku.ā ucapnya sambil menatap
hamparan rumput di bawahnya.
ā Lalu bagaimana dengan aku?ā
tukas Kris dengan nada yakin.
Cheonsa langsung mengangkat
kepalanya, ia langsung menatap mata pria itu dengan perasaan kacaunya. Desiran
dalam tubuhnya terasa kuat hingga ia merasa akan terbang begitu tatapan Kris
seolah menembus ke dalam jiwanya.
ā Bagaimana dengan diriku?
Apa kau tidak bisa bertahan untukku?ā tutur Kris sungguh-sungguh.
Lagi-lagi Cheonsa dibuat
bingung oleh perasaannya. Lagi-lagi ia harus memilih untuk menentukan jalannya,
lagi-lagi ia harus menghadapi kenyataan bahwa perpisahan bukanlah sesuatu yang
ia inginkan. Cheonsa mengalihkan pandangannya dari Kris. Ia berpikir sejenak,
berusaha melibatkan akal sehatnya bukan hatinya. Bibirnya mengatup saat rasa
nyeri yang hebat menjalari seluruh sel dalam tubuhnya hingga airmata kembali
membasahi pipinya.
ā Memangnya siapa dirimu?
Untuk apa aku memikirkanmu? Kenapa aku harus bertahan untukmu Kris? Aku bahkan
tidak mengerti kenapa kau berani menanyakan hal seperti itu. Sekalipun aku
bertahan, itu semua bukan karena dirimu.ā Tuturnya dengan jelas. Bahkan terlalu
jelas hingga berhasil membuat Kris kembali hancur. Pria itu kembali merasa
dadanya sesak dan segenap sel dalam tubuhnya melemah.
Kris terdiam dalam
kehancurannya. Mulutnya terkunci begitu rasa sesak itu kembali menghantam
dadanya. Pria itu berusaha meraih kepingan hatinya yang pecah karena ucapan
kejam Cheonsa. Ia tidak pernah mengira jika gadis itu akan berbicara sekejam
itu. Bahkan sekalipun ia mengetahuinya, ia masih tetap tidak bisa mengendalikan
rasa sesak yang kini menyiksanya.
Ia menarik napas panjang
hingga dirinya terbatuk. Kris menelan ludahnya dengan berat kemudian kembali
menatap Cheonsa yang sama sekali tidak menyesali ucapannya.
ā Yahā¦ siapa aku memangnya? Aku
hanya orang asing, orang asing yang berusaha terlalu keras untuk masuk ke dalam
hidupmu. Aku hanya orang asing yang mencoba banyak hal untuk menjadi bagian
penting dalam hidupmu. Yahā¦aku hanya orang asing yang selalu berharap jika kau
akan menatapku sama seperti aku menatapmu.ā Kris menganggukkan kepalanya dalam
rasa pusing dan sakit. Matanya beralih menatap ke atas, menatap ke langit senja
yang keruh. Sama persis dengan perasaannya saat ini.
ā
Kau tidak seharusnya memikirkan diriku. Maafā¦aku terlalu lancang. Ini hidupmu
dan tidak seharusnya aku mengaturnya. Jadi pergilahā¦karena ini hidupmu.ā Kris
menatap Cheonsa dengan perasaan hancurnya. Ia mencoba untuk terlihat tegar
hingga kemudian berusaha untuk mengulas senyumnya.
Rasa
sesak itu menahan persendiannya. Kris tidak bisa mengulas senyumnya, ia ingin
meringis kemudian menangis kencang bukan tersenyum seolah ia orang paling
bahagia. Percuma segala usahanya, seharusnya ia menyadari hal itu dari awal.
Seharusnya ia tidak pernah membiarkan perasaan itu membawanya terlalu jauh
hingga ia tidak bisa menghindari rasa sakitnya.
Ia
pun melangkah ke arah Cheonsa, tapi kali ini bukan untuk menarik gadis itu,
kali ini ia memutuskan untuk masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi. Namun
baru saja ia menapaki langkah keempatnya, kakinya berhenti. Tiba-tiba saja
sesuatu terlintas dalam pikirannya yang memaksa dirinya untuk berbalik menatap
Cheonsa.
Kris
mempertegas penglihatannya, memastikan jika ia telah menyimpan gambar gadis itu
dalam memorinya sebelum ia benar-benar pergi.
ā
Sebelum kau pergi, aku ingin mengatakan satu hal yang harus kau ketahui
Cheonsa.ā ucap Kris datar.
Ia
menarik napasnya kemudian menghembuskannya dengan cepat. ā Semua yang terjadi
dalam hidupmu selama ini, itu semua karena dirimu sendiri. Kau terlalu angkuh
hingga kau merasa kau akan baik-baik saja tanpa orang lain! Kau merasa dirimu
hebat hingga kau menolak uluran tangan orang lain. Kau bilang kau ditinggalkan?
Cihh..tapi apakah pernah kau berusaha untuk mengejar? Apa yang kau lakukan Jung
Cheonsa? Kau hanya diam! Kau hanya bisa menyalahkan takdir sama halnya dengan
kau yang selalu menyalahkan Hayeon yang kau anggap telah merebut kasih sayang
ayahmu! Kau hanya bisa diam tanpa berusaha untuk merebutnya kembali! Kau egois!
Kau menangis seolah hanya kau yang ditinggalkan tanpa pernah berpikir kalau kau
pun meninggalkan orang lain!ā
Aliran
panas dari mata Cheonsa kian deras seiring dengan kerasnya volume suara Kris
yang menghentak jiwa ringkihnya. Cheonsa tak bisa bernapas saat udara di
sekelilingnya terasa semakin menipis. Ia tidak sanggup mendengar semuanya, ia
tidak sanggup. Ia menggelengkan kepalanya sambil menguatkan dirinya sendiri.
ā
Kau pantas mendapatkan semua ini! Kau pantas ditinggalkan! Sekarang pergilah!
Pergi kemanapun yang kau mau, pergi dan carilah tempat yang kau anggap pantas
untukmu!ā Kris menyudahi semua luapan emosinya, ia langsung berbalik dan
meninggalkan Cheonsa seorang diri.
Kris
hanya seorang manusia biasa, ia pun memiliki hati seorang manusia bukan
malaikat. Tentu ia merasa sangat sakit akibat perbuatan Cheonsa. Hatinya
terlalu hancur untuk sekedar mentolerir gadis itu. Kekecewaannya terlalu banyak
hingga membuat hatinya mati untuk bisa merasakan kepedihan Cheonsa. Kris sudah
terlanjur tenggelam dalam rasa perihnya hingga ia tak sempat membalikkan
tubuhnya. Ia terlalu hancur untuk berhenti dan merengkuh gadis malang yang kini
menjatuhkan dirinya ke tanah. Kris tidak melihat lagi ke belakang dimana Cheonsa
tengah terisak kencang sambil mencengkram rerumputan di atas tanah.
*****
At Incheon airport
Kau pantas untuk ditinggalkan
Rasa
nyeri masih terasa jelas dalam hatinya. Ia masih mengingat benar bagaimana
lantangnya suara Kris pada sore itu. Ia masih mengingat dengan jelas bagaimana tatapan
kebencian itu mengoyak lukanya. Ia bahkan tidak bisa melupakan setiap kata yang
terucap dari mulut Kris hari itu dan ia benci karena semuanya dapat teringat
dengan jelas.
ā
Kau harus hidup dengan baik di sana.ā Ucap Chanyeol.
Untungnya
dari sekian banyak orang yang meninggalkannya, Baekhyun dan Chanyeol masih
setia menemaninya. Miris memang. Ia ingin pergi untuk waktu yang lama, namun tak
satupun keluarganya yang datang untuk melepas kepergiannya. Bahkan saat tadi ia
hendak berangkat, sang ayah terlihat sedang santai membaca korannya. Dan..jauh
di dalam hatinya, ia berharap menemukan Kris yang tengah berlari ke arahnya dan
menggagalkan kepergiannya seperti yang biasa dilakukan tokoh pria dalam drama.
Namun sekali lagi, Cheonsa harus terbangun dari khayalannya. Dunianya bukan
drama, hidupnya adalah kenyataan pahit yang harus ia terima.
ā
Hemm..jangan tidur terlalu malam. Kalau kau sudah lelah, lekas tidur!ā tambah
Baekhyun dengan cerewet.
Cheonsa
terkekeh pelan namun ia mengatupkan bibirnya kala airmatanya hendak mengalir.
Ia mengalihkan pandangannya.
ā
Baik eomma..appa! Jaga diri kalian baik-baik.ā Cheonsa langsung berhambur ke
dalam pelukan Baekhyun. Ia memeluk erat sahabatnya itu seolah ia tidak akan
pernah bisa melakukannya lagi.
Setelah
merasa cukup ia pun beralih memeluk Chanyeol. Ia pun memeluk pria itu sama
eratnya seperti ia memeluk Baekhyun beberapa detik yang lalu.
ā
Jangan membuat masalah! Bersikaplah dengan baik.ā pesan Chanyeol yang ia
angguki dengan yakin.
Cheonsa
melepaskan pelukannya, ia menghela pelan kemudian menatap tegar kedua
sahabatnya yang juga berusaha untuk tidak menangis.
ā
Baiklahā¦aku pergi.ā ucapnya. Ia langsung menarik kopernya yang dibantu oleh
Chanyeol. Sebelum melangkah lebih jauh, pandangannya kembali mengedar ke
belakang. Ia mencari seseorang, tapi ia harus menerima karena nyatanya orang
itu tidak akan datang. Kris tidak akan datang.
Ia
kembali berbalik ke depan. Ia terdiam sejenak untuk meyakinkan dirinya sendiri
sebelumnya akhirnya ia benar-benar melangkah dan pergi.
Sementara Cheonsa mulai menjauh, menghilang bersama
keramaian yang memadati bandara, Chanyeol masih diam mengamati gadis itu
sebelum akhirnya sebuah helaan berat keluar mengiringi pergerakannya. Ia
berbalik dengan perasaan tak menentu.
Sesuatu dalam dadanya hendak meledak begitu gaungan yang
memaki kebodohannya terus menghakimi dirinya. Yahā¦ia terlalu bodoh. Karena
hingga saat berpisahpun ia belum juga mengungkapkan perasaannya pada Cheonsa. Ia
menyukai gadis, ia menyayangi gadis itu. Status sahabat diantara mereka
membuatnya enggan untuk mengatakan isi hatinya.
Ia memang sangat menyesal karena hingga gadis itu pergi ia
belum berani untuk menatap gadis itu dengan serius, ia masih takut untuk
memberitahu Cheonsa mengenai perasaannya. Jatuh cinta memang menyenangkan walau
terkadang menyakitkan. Ia tak tahu kapan tepatnya ia menyukai Cheonsa, yang ia
ingat, ia sudah memerhatikan gadis itu semenjak pertama kali Baekhyun
mengenalkan Cheonsa pada dirinya. Saat itu masa awal dirinya menjadi mahasiswa
di Annyang.
ā Jadi kau benar-benar tidak akan memberitahunya?ā sebuah suara
menyadarkan dirinya yang tengah terhanyut dalam penyesalan. Chanyeol membiarkan
senyum datar terulas di bibirnya, membiarkan Baekhyun menghela panjang karena
tidak habis pikir.
Ia terus berjalan, bersamaan dengan Baekhyun yang masih
setia mengekor di sebelahnya. Untuk sejenak ia terdiam, matanya menatap lurus
jalan di depan. Ribuan orang dengan tujuannya masing-masing terlihat memadati
jalan.
ā Yahā¦mungkin aku ditakdirkan hanya untuk menjadi
sahabatnya, yeahā¦her Giant Bear.āujar
Chanyeol dengan tenang.
Baekhyun hanya mengangkat bahunya, mencoba untuk menerima pemikiran
Chanyeol. Walau ia benar-benar kasihan, tapi ia tidak berusaha untuk menekan
atau menggurui temannya itu. Ia pikir Chanyeol sudah cukup dewasa untuk
memutuskan sesuatu untuk hidupnya.
ā Semoga itu keputusan yang terbaik untukmu. Aku hanya
berharap kau tidak akan menyesal melihatnya bersama Kris suatu hari nanti.ā
Gumam Baekhyun cukup kencang. Pria berwajah imut itu tersenyum jahil begitu
mendapati ekspresi kesal Chanyeol. Matanya menatap Chanyeol dengan konyol.
****
TBC
Pooorā¦.chanyeol!!*seribu pukpuk untuk chanyeol* Semoga chanyeol diberi
ketabahan ya kawan..*pasang muka simpati*. Holaa eperibodeh!!!! Pada sehat
kan???*sodorin microfon*
Wellā¦..akhirnya ff ini bakal tamat juga!!! Woaah!!!!
Huhhhā¦WAOOWW..yeaahyy *sorak-sorai brg ricky*#diajak syuting ama l.joe PD-nim*
Klo boleh kasih sedikit bocoran chapt 5 ini adalah 3 ff terakhir dari fic alay
ini. Jadi bisa tau kan klo ff ini bakalan abis dikit lagi???
Sebenrnya sih gak rela ngebayangin ff ini bakal berakhir. Masalahnya
bukan karena apa-apa, cuma sedih aja krna aku jadi kekurangan stok ffā¦ Huhā¦apa
aku tunda aja chap 6 ama 7 nya buat dua bulan yg akan datang?? satu bulan satu
part?? Chap 6 buat bulan maret, chap 7 buat april?? #lumayan tuh buat ngirit#
But weāll see okay?? I dunno what will happen later, maybe Iāll get
some strange whisper for update next chapt earlier. Future is mystery, rite??
Wellā¦see you in the next chaptā¦
Good girl,
GSB
yah thor, jangan satu chap satu bulan dong.. penasaran nih..
ReplyDeletepoor chanyeol, semoga juga ayahnya cheonsa sadar akan kelakuan istri dan anak tirinya. any, kata-katanya kris kejam amat huhuhuh
hihihi...ya nggak satu chap satu bulan kok...
Deleteaku usahain secepatnya..
ya..kasian bgt chanyeol*geleng kepala*, ya smoga ayahnya cheonsa cepet sadar dan kembali ke jalan yg benar.
Amien...*usap muka brg suho*
Poor Chanyeol
ReplyDeleteYah....udah hampir tamat nihh ff jadi sedih:(
Tapi thor jangan satu chap satu bulan thor
Tamba galau nihhhhh:( >ā<
Kata-katanya kris menusuk hati banget >,<
ditunggu next chapnya thor:)
Tng...g bakal slama itu kok...aku juga ga tahan klo nahan ff lama"
Deletejangan galau oke?
Oke thor ;)
DeleteHai....aku baca ff ini awalnya dari IFK dan nemu blog ini, jadi aku baca dengan ngebut karena penasaran dan baru komen di part ini. Sejauh ini, aku semakin enjoy dengan alur yg berkembang bahkan aku turut ikut merasakan emosional dari tiap karakternya.
DeleteMeski Cheonsa keras kepala dan agak angkuh, disisi lain aku cukup menyukai sifatnya yg mudah kesepian walau kadang aku sedikit kesal juga dengan sifat pesimis. Ucapan Kris yg terakhir itu menusuk, namun cukup bisa membuat Cheonsa sadar bahwa kesalahannya dia.
Okay, aku lanjut ke part 6 :)
yah...aku juga baca komen kmu kok di ifk. well..thanks krna udh baca dan terdampar di blog ini
Deletedan gak lupa juga thanks for ur review!!
sprti yg aku rncanain dri awal, emg krkter cheonsa tuh agak beda sma cinderella yg biasa di dongeng..
ini cinderella versi ngeselin... klo buat pesimis, mungkin g spnuhnya pesimis, cheonsa tuh klewat realistis jdi jatohnya kayak pesimis...
salut sama chanyeol yang lebih milih nyembunyiin rasa sukanya ke cheonsa...^^
ReplyDeleteyah...chanyeol kan bijak, tapi ksian juga dia ngebatin sendiri
Delete