Different World
Main Cast = Kim Minseok, OC
Genre = Fantasy
Length = Ficlet
Author = Salsa
Matanya mengerjap, perlahan-lahan terbuka. Ia menoleh ke
sekitarnya dan tak ada seorang pun disana. Gadis itu beranjak, turun dari
ranjang pasien mengerikan dan membuka pintu ruangannya. Ia terus berjalan dan
menuruni setiap anak tangga dengan perasaan takut. Kenyataan bahwa tidak ada
orang yang ia temui sejak tadi membuat semuanya lebih menakutkan lagi.
Ia ingin pulang. Ia butuh rasa aman yang cuma bisa didapat
di rumah.
Namun….. terkutuklah orang yang sudah memindahkan rumahnya.
Terkutuklah orang yang sudah membuatnya sebingung ini. Kenapa? Karena semuanya
berbeda. Gadis itu tak mengenal tempat ini. Sama sekali.
Kakinya melangkah lagi, tanpa tujuan pasti. Sampai akhirnya sebuah
danau berwarna perak membuatnya berhenti. Gadis itu tertegun, membiarkan rasa
penasaran membawa kakinya mendekat, menyentuh air yang bahkan tak membuat
jemarinya basah.
“percuma!” seseorang berkata, membuat gadis yang sedang
memasukkan tangannya ke dalam danau itu terkejut. Tangannya ia tarik dan
wajahnya menoleh dengan refleks. Seorang pria dengan tangan yang terselip di saku
tengah tersenyum menatapnya. Ia memiliki bola mata hazel yang berbinar, dan
rambut cokelat moka yang terlihat lembut.
“siapa kau?” Tanya gadis itu heran.
“pria yang hampir mati” ia terkejut.
“sama sepertimu”
namun lanjutan kalimatnya bahkan lebih mengejutkan lagi.
“a..ap..apa maksudmu?” lirihnya terbata.
“kau tidak sedang berada di duniamu”
“apa? aku……. aku sudah mati?” titik air jatuh begitu saja
dari bola mata yang bergetar menuntut penjelasan.
“belum”
**********
Namanya Kim Minseok, seorang pria hampir mati yang sudah
berada di dunia ini selama 3 bulan. Disini tak pernah gelap, matahari dan bulan
terlihat berdampingan sepanjang hari. Inilah dunia dimana semua hal yang cuma
bisa diandai-andai menjadi nyata. Padahal semuanya terlihat indah, tapi banyak
sekali orang-orang yang terlihat melamun dan menyedihkan.
“Kau bisa melakukan ini” ucap Minseok sambil
menggerak-gerakkan tangannya di udara. Seketika gumpalan air di danau
terangkat, Minseok menarik tangannya dan byur! Air itu ikut tertarik dan pecah
di depan wajah gadis di sampingnya.
“ups! maaf”
Minseok terkikik geli sambil memainkan airnya lagi. Pria ini
sengaja. Dan itu sangat jelas. Sang gadis mendengus. Ini tidak lucu. Dengan
lengan panjang kemeja pasiennya, gadis itu mengelap wajah yang basah.
“bagaimana caranya aku pulang?” pertanyaannya terlalu tiba-tiba.
Minseok yang tengah tersenyum menatap gumpalan air yang melayang-layang
langsung kehilangan senyumnya. Gumpalan air itu seketika jatuh kembali ke
danau.
“disini menyenangkan. Kau bisa memakan semuanya, bunga-bunga
itu, dedaunan, rumput-rumput ini. Semuanya terasa manis. Bahkan kau juga bisa
menarik awan dan menyentuhnya”
“apa tak ada jalan keluar?”
Kalau ada, ia pasti
sudah keluar sejak lama.
Gadis itu bertanya dengan cemas. Cara Minseok menghindari
pertanyaannya terlihat sangat jelas.
“kau baru seminggu disini, mungkin butuh beberapa lama lagi
untuk keluar” jawab Minseok pelan, matanya menerawang jauh ke tengah danau.
“tak ada yang tahu
pasti siapa yang bisa pulang lebih dulu dan kemana dia akan pulang”
Mereka sedang koma. Inilah dunia tempat semua orang menunggu
kepastian yang sangat mengerikan. Antara tetap hidup atau mati.
“jadi kita harus menunggu? Entah berapa lama” gadis itu
bergumam dan menundukkan wajahnya.
“jika kau pulang lebih dulu, tolong suruh keluargaku
melepaskanku. Aku……. tidak mau berada disini”
Minseok menoleh dan menatap gadis disampingnya dengan bola
mata hazel yang berkaca-kaca. Terlihat luar biasa indah, tapi juga luar biasa
menyedihkan.
“aku kesepian”
**********
“Ya Tuhan! Eomma! Mata eonni bergerak”
“Astaga suster!!!! Suster! Cepat kesini! Anakku siuman”
Suara teriakan gembira adik dan ibunya menjadi sambutan hangat
bagi gadis itu. Matanya yang baru mengerjap-ngerjap tak kuasa menahan tangis
saat melihat orang-orang berkerubung di sekitarnya. Orang-orang yang beberapa
lama ini tak ada di dunianya.
Hari demi hari berlalu. Gadis itu keluar dari rumah sakit
dan beraktivitas normal di rumahnya. Dan saat itulah ia teringat Minseok. Apa
ia sudah menerima keputusannya? Ataukah ia masih menunggu di dunia itu?
Ia tak tahu kemana harus mencari raga Minseok yang tengah
koma. Ia tak tahu di rumah sakit mana, di kota apa.
Hingga secara tak sengaja ia menemukan surat kabar harian
edisi 3 bulan yang lalu. Tepatnya di salah satu artikel yang memuat berita yang
mengejutkan.
‘Anak pengusaha tambang terkaya di Korea mengalami kecelakaan fatal’
Berbekal alamat rumah sakit dari surat kabar, ia
memberanikan diri untuk datang. Gadis itu berpikir keras-keras, bagaimana cara
memberitahukan ini semua tanpa disangka gila? Bagaimana cara membuat
keluarganya percaya? Bertemu Minseok di dunia yang berbeda? Mustahil.
Gadis itu menghentikan kakinya tepat 5 langkah dari ruangan
Minseok. Seorang wanita tengah duduk termenung di kursi tunggu. Di depan pintu
ruangannya ada dua orang pengawal yang berjaga. Keluarga Minseok sangat kaya,
tinggal berbulan-bulan di ruangan vvip sebuah rumah sakit tersohor bukanlah hal
sulit.
Wanita yang sedang duduk di depan ruangan itu mungkin adalah
ibunya. Belum sempat ia bergerak, wanita itu menoleh padanya, membuat sang
gadis tertegun. Namun lantas membungkuk sopan sambil memberi salam. Ibu itu
berdiri, dan sang gadis berjalan menghampirinya.
“kau temannya Minseok?”
“tidak……. maksudku
iya”
“ia tidak menunjukkan perkembangan apa-apa”
“sampai kapan Minseok akan memakai semua alat bantu itu?”
“entahlah………”
“kenapa tidak dilepas saja?”
“dan membiarkannya mati, begitu?” bentaknya marah. Gadis itu
mencoba menguatkan diri dan tidak pergi.
“kau lebih memilih melihatnya mati dengan tenang atau
tersiksa di dunia yang berbeda?”
“YA! Bicara apa kau ini? Penjaga!! Bawa dia pergi dariku!!”
Seketika itu juga dua penjaga di depan ruangan Minseok
menahan tangan dan menyeretnya pergi. Sang wanita jatuh berlutut dan
terisak-isak.
“Aku koma dan bertemu dengannya di dunia yang berbeda.
Minseok kesepian. Dia ingin mati dengan tenang, bukannya ditahan begini! Kau
ibunya kan? Seharusnya kau mengerti! Jangan egois” gadis itu berteriak dan
meronta-ronta sebelum akhirnya hilang di balik pintu lift.
Keesokan harinya ia datang lagi, mengatakan hal yang sama
dan pada akhirnya mendapat perlakuan yang sama. Begitupun esoknya. Hingga di
hari keempat, satpam di luar rumah sakit menahannya. Melarang gadis itu masuk
karena sudah terlalu sering membuat kekacauan.
Usahanya pun berhenti. Ia serahkan semuanya kepada Tuhan. Ia
tak tahu apakah ibu Minseok mendengarnya atau tidak.
Hingga sebuah berita pagi membuatnya tersenyum sekaligus
menangis. Minseok meninggal. Ibunya yang bermata sembap diwawancara sambil
terisak. Ia bilang akan merelakan Minseok dan membiarkannya pergi dengan
tenang, agar tak kesepian di dunia yang berbeda.
Pada akhirnya ibu Minseok mempercayai ucapannya. Semoga
namja itu senang dengan keputusan yang diterimanya.
Selamat jalan
Minseok~a
END
Comments
Post a Comment