Suddenly Daddy (3rd story)



Sore itu, Hyejeong terpaksa ikut di mobil Henry. Gadis itu terus melihat ke jendela, sementara sang pengendara fokus menatap jalanan. Suasananya sungguh menegangkan. Danny yang duduk di jok tengah menatap dua orang dewasa di depannya dengan heran.


ā€œhenry, tumben sekali kau diam terus. Apa kau sakit?ā€
ā€œanio. Aku memang sedang ingin diamā€
ā€œitu bagusā€ Danny mengangguk-angguk dan beralih menatap Hyejeong. ā€œnoona tinggal dimana?ā€
ā€œtak jauh dari rumahmuā€ jawab gadis itu sambil menoleh dan tersenyum.
ā€œjadi kita tetangga?ā€
ā€œaku tinggal di perumahan yang berbeda. Sebut saja tetangga jauhā€
ā€œehemā€¦..ā€ Henry berdehem, sontak membuatnya jadi objek perhatian. ā€œkau akan ke rumahku dan membuatkan Danny makan malam, menyuruhnya mandi dan membantunya mengerjakan prā€ hening. Semuanya masih belum bergerak dan hanya menatap Henry.


ā€œsetelah itu kau baru boleh pulangā€ tambahnya
ā€œne.. arasseoā€
ā€œsoal bayaranā€¦ā€¦.ā€
ā€œgwaenchanaā€¦ā€¦ā€¦. Sudah kubilang aku melakukannya demi Dannyā€


**********


Sesampainya di rumah, Henry langsung masuk ke kamarnya dan menjatuhkan diri di ranjang. Matanya memejam. ā€œ5 menit. Aku cuma akan menutup mata selama 5 menitā€ gumamnya sebelumā€¦ā€¦..


Tikā€¦ tokā€¦ tikā€¦ tokā€¦


Suara samar jam yang berdetak menyapa sepasang kelopak mata yang mengerjap. Hal pertama yang ia  lihat adalah jam dinding berbentuk mobil balap yang melekat di dinding kamar. Jam 9 lewat 40 menit. Matanya langsung saja terbelalak. Secepat kilat tubuhnya bangkit, melesat keluar kamar. Dan yang ia dapati malah ruang tengah yang kosong. Ia memeriksa meja makan, satu set piring beserta segala makanannya sudah tersedia. Bahkan sudah dingin.


Mata Henry berputar lagi. Kali ini tatapannya berhenti di pintu kamar Danny yang tertutup rapat. Pelan-pelan ia membukanya, dan ternyata Danny bahkan sudah tertidur pulas. Segalanya tampak luar biasa rapi dan Hyejeong sepertinya sudah tak ada. Setelah sekian lama selalu hidup di rumah yang berantakan, melihat rumahnya rapi seperti ini justru malah terasa asing.


**********


Keesokan harinya, seperti biasa Henry mengantar Danny sekolah dan pergi kuliah. Ia berusaha mencari Hyejeong, namun gadis itu tak terlihat dimana-mana. Bahkan setelah ia pura-pura ke toilet untuk menjemput Danny di sekolahnya, Shin Hyejeong tetap tak ada. Aku tak tahu dia di jurusan apa! Kemana lagi aku harus mencari? Apa jangan-jangan hari ini dia libur? Tidak ke kampus, begitu? Tckā€¦. Tapi aku ingin berterima kasih, aku juga ingin memastikan jadwalnya. Dia pergi begitu saja semalam. Harusnya aku meminta nomor handphonenya kemarin. Aishā€¦. Pabo.



**********



Setelah merebut Danny dari teman-teman perempuannya yang semakin liar, mereka langsung berjalan menuju parkiran. Dan disanalah, seorang gadis yang sejak tadi dicari-cari tampak tengah menunggu dengan gelisah.


ā€œkauā€¦ā€¦ disini?ā€
ā€œne.. bukankah aku harus ke rumahmu lagi hari ini? Atau kau sudah tak butuh bantuan menjaga Danny?ā€
ā€œani..aniā€¦ hanyaā€¦. Dari tadi aku mencarimu dan ternyata kau sudahā€¦.. disiniā€
ā€œbisakah kita masuk sekarang?ā€ Tanya Danny di tengah-tengah mereka.
ā€œoh.. geuraeā€
ā€œkurasa lebih baik kita mampir ke supermarket dan membeli bahan makananā€ ucap Hyejeong sambil membuka pintu mobil.


ā€œbaiklahā€¦. Kau atur saja semuanyaā€



**********



Seperti yang diminta Henry, Hyejeong benar-benar ā€˜mengatur semuanyaā€™. Dari mulai apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh dibeli, lama waktu mereka di supermarket dan total pengeluaran. Lebih dari itu, Hyejeong bahkan memegang dompetnya juga.



ā€œah jeongmal! Aku mau beli itu!ā€ teriak Henry sambil menunjuk satu dus makanan ringan.
ā€œanio!ā€
ā€œYA! Kau bertingkah terlalu jauh! Itu uangkuā€
ā€œkau bilang kau harus berhemat sampai-sampai tak bisa membayarku. Aku akan membantumu berhemat. Oh.. satu lagi, mau ini uangmu atau bukan, dompetnya tetap ada padaku. Jadi aku yang menentukanā€


ā€œnoona.. aku mau ice creamā€
ā€œkalau kau dapat 100 saat ulangan, aku belikanā€
ā€œulangan? Aku sedang tak ada ulanganā€
ā€œtak ada yang boleh membantah pemegang dompet, ara?ā€ Hyejeong berjalan melewati kedua orang itu sambil mendorong troli berisi susu dan sayuran.


ā€œhuh! Dia benar-benar persis seperti eomma-muā€ keluh Henry.
ā€œdia jadi menyebalkan. Pasti gara-gara kau, Henryā€ mereka berdua saling melirik lalu mendengus bersamaan.


Acara belanja paling membosankan sedunia berakhir. Henry membawa semua belanjaan itu dengan lemas menuju mobil. Sementara Hyejeong dan Danny sudah duduk nyaman sambil berteriak-teriak menyuruh Henry lebih cepat. Mungkin dia sengaja mempermainkanku seperti ini sebagai balasan karena sudah bekerja tanpa dibayar.



**********


Hari itu tak jauh berbeda dari kemarin. Henry tertidur di kamarnya dan Hyejeong sibuk di luar. Memasak, mengurus Danny, membantu mengerjakan PR dan segalanya. Tapi ada satu hal yang berbeda. Malam itu, Henry keluar kamar sebelum Hyejeong pulang. Namja itu berdehem ringan, membuat Hyejeong yang sedang meletakkan piring-piring di meja makan menoleh.


ā€œkau belum pulang?ā€
ā€œsebentar lagiā€
ā€œHyejeong-ssi, boleh aku minta nomor ponselmu?ā€ Hyejeong terlihat berpikir selama beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk pelan. Henry duduk berhadapan dengan Hyejeong yang kini tengah fokus mengelap sendok-sendok.


ā€œaku sedang mencari ayah kandung Danny. Setelah aku menemukannya, aku akan membayarmu. Aku janji tak akan lamaā€


ā€œapa?ā€
ā€œaku juga masih mencari pekerjaan danā€¦.ā€
ā€œmemangnya kemana ayah kandung Danny?ā€
ā€œmollaā€¦. Dia berkebangsaan Prancis. Mungkin sekarang dia di Prancis, atau mungkin masih di Koreaā€
ā€œmereka sudahā€¦.. bercerai?ā€ Henry menggeleng, ā€œbelum. Dia meninggalkan noona dan Danny begitu sajaā€


ā€œkalau dia tidak bertanggung jawab seperti itu, kau masih berpikir memberikan Danny padanya?ā€
ā€œseburuk-buruknya seorang ayah, mereka tetap satu darah kan? Lagipula berdasarkan hukum, seharusnya hak asuh Danny berada di tangan ayahnya. Bukan akuā€ Hyejeong terlihat tidak setuju, namun ia tetap menahan pemikirannya dan mengangguk. ā€œaku tak bisa ikut campur, ini urusan keluargamuā€¦ā€ ucap gadis itu sambil meletakkan sendok-sendok bersih di kotak-nya.


ā€œaku pulang ya..ā€
ā€œkuantarā€
ā€œnde? tak perlu! Rumahku dekat kok. Lagipula Danny, tak mungkin kan dia ditinggal sendiri?ā€
ā€œdia kan sudah tidur. Ini sudah hampir jam 10 lohā€
ā€œkemarin aku juga pulang jam segini. Sudahlah, aku bisa sendiriā€ Henry tak mendengarkan ucapan gadis itu dan ikut berdiri.


ā€œHenry!ā€
ā€œwae?ā€
ā€œaishā€¦ terserah!ā€



**********



ā€œdisini?ā€
ā€œne.. gomawo!ā€ Hyejeong membungkuk sedikit dan membuka pintu mobilnya. Namun Henry malah ikut turun dan berdiri di sampingnya. Gadis itu melirik Henry dengan heran.


ā€œapa yang kau inginkan?ā€
ā€œuhā€¦ kauā€¦. tidak mau menawarkan sesuatu?ā€
ā€œkau mau masuk?ā€
ā€œini sudah malam, tapi kurasa aku bisa mampir sebentar untuk minum teh, atau makan kue atau duduk-duduk atauā€¦ā€¦ā€¦..ā€ Henry melirik jaket Hyejeong dan menggigit bibirnya.


ā€œm..mwo? barusan aku hanya bertanya, aku tak benar-benar mau menawarkan masukā€ ujar Hyejeong langsung. ā€œaku sudah berterimakasih tadi, masih kurang ya?ā€


ā€œIni sudah malam Henry-ssi, Danny sendirian dan sepertinya kau lupa kalau kita tidak sedekat ituā€ Hyejeong menggeleng-gelengkan kepalanya dan segera membuka kunci pagar. Namun..ā€¦.


ā€œShin Hyejeongā€
ā€œapa lagi? Aku tak mengizinkanmu masuk. Belum jelas ya?ā€
ā€œhmm dompetkuā€¦.. sepertinya masih ada padamuā€ Henry menunduk dalam-dalam sambil tersenyum geli, sementara Hyejeong yang masih berkutat dengan kunci pagar langsung terdiam kaku dengan mata melebar dan rasa malu yang tak terkira.


Pelan-pelan ia merogoh kantong jaketnya dan menyodorkan dompet itu ke belakang tanpa menoleh. Henry mengambilnya sambil menahan tawa. ā€œsudah kan? Selamat malamā€ setelah mengucapkan itu dengan cepat, Hyejeong segera membuka pagar dan setengah berlari memasuki rumahnya. Dan saat itulah tawa Henry menyembur.


Aku baru tahu ada orang sepercaya diri itu. Padahal aku mencoba memintanya dengan manner, tapiā€¦. Fiuh~ gadis konyol.



**********



ā€œbisa ke rumahku sekarang?ā€
ā€œhuh? Ini kan hari mingguā€
ā€œaku ada urusan. Tolong ya..ā€
ā€œah jinjja! Urusan ap~ā€  tutā€¦. Tutā€¦ tutā€¦.
ā€œYAA!ā€ Hyejeong mendengus dan memejamkan matanya erat-erat. Padahal ia mau mengerjakan tugas. Gadis itu menoleh, menatap laptopnya yang menyala dan mendesah. Ini tidak bisa ditunda lagi



*********



Saat Hyejeong sampai, Henry sudah terlihat rapi dengan kemejanya. Namja itu membawa gelas berisi susu cokelat dan tengah mengetuk pintu kamar Danny. Dengan heran, Hyejeong meletakkan laptop dan tasnya di meja, lantas berjalan cepat menghampiri Henry.


ā€œkau sedang apa?ā€
ā€œmemangnya apa lagi? Mengantar susu untuk keponakankuā€ jawab pria itu sambil mengangkat gelasnya. Hyejeong merebut gelas itu dan membawanya ke dapur.


ā€œYA!! WAE???? Kali ini aku yakin 100% aku tidak salah. Kau bilang 3 sendok susu dan satu setengah sendok gula kan? Aku melakukannya dengan benarā€


ā€œkau sudah mencobanya? Ini terlihat tidak benarā€
ā€œtidak benar apanya huh? Kau jangan meremehkan kemampuanku ya.. walaupun aku pria, aku iniā€¦ā€¦ā€
ā€œIGE BUYAAAA? KAU MAU MEMBAKAR TENGGOROKANNYA HUH?ā€ teriak Hyejeong setelah mencicipi susu itu dengan sendok kecil. Henry berjengit.


ā€œuntung aku mencobanya dulu, kalau tidakā€¦.. fiuh~ kau! pokoknya jangan berikan apapun yang kau buat kepada Danny. Aku tak mau anak lucu itu menjadi kelinci percobaanmu. Ara?ā€


ā€œjinjja? Memangnya sepanas itu ya?ā€
ā€œkau bilang ada urusan kan? Kenapa tidak pergi sekarang? Aku akan menjaga Danny dengan baik, tidak ceroboh seperti pamannyaā€


ā€œcihā€¦ tidak perlu sinis begitu kan? Aku ini masih dalam proses belajarā€
Hyejeong menarik napas dalam-dalam sambil menambahkan air dingin ke dalam gelas.
ā€œkau tahu? aku sebenarnya akan pergi bekerjaā€ ucap pria itu sambil pura-pura merapikan dasinya.
ā€œjinjja? Bagaimana bisa? Kau jadi cleaning service? Atau office boy? Ohā€¦. Jangan-jangan kasir ya?ā€
ā€œtckā€¦ berhentilah bicara buruk tentangku. Aku janji akan membayarmu!ā€
ā€œkubilang aku tak butuh bayaran kan? Tapi aku penasaran, memangnya kau bekerja apa?ā€
ā€œaku baru tahu ini dari Danny, ternyata noona sedang menjalankan bisnis roti di Seongnam. Astaga~ padahal aku adiknya, tapi aku sama sekali tak tahuā€


ā€œjadi kau mau mengambil alih bisnis itu?ā€
ā€œkeurae! Kalau bukan aku siapa lagi yang berkompeten di bidang ini?ā€ Hyejeong mengangguk-angguk sambil mengaduk susu di gelas Danny. Bukan masalah berkompeten, tapi karena memang pria itulah satu-satunya keluarga yang tersisa.


ā€œdan aku akan pulang agak larutā€
ā€œuhm? Memangnya kau mau apa disana? Kalau itu punya noona-mu seharusnya kau hanya perlu mengeceknyaā€


ā€œaku mau mencari tuan Lachapelleā€
ā€œayah kandung Danny?ā€ Hyejeong memelankan suaranya sambil melirik kamar Danny.
ā€œne..ā€


**********


ā€œAnnyeonghaseyo. Mannaseo bangapseumnida. Che Ireumeun Daniel imnida. Choneun daseot sal imnida. Choneun Korea eso wassoyo. Nae Samcheon ireumeun Henry. Choneun neomu neomu saranghamnidaā€


Henry terdiam di depan pintu. Begitu kakinya melangkah, serangkaian kalimat itulah hal pertama yang ia dengar. Danny dengan senyum lebar baru saja menyambutnya pulang.


ā€œHenry, aku senang kau bekerja. Jadi kita bisa makan di restoran lagi kan? Kau bisa mengajakku ice skating lagi kan?ā€ Henry mengangguk dan berlutut mensejajarkan tingginya dengan Danny. Di belakangnya, Hyejeong tengah berdiri bersandar di dinding sambil ikut tersenyum. Ia baru saja mengajarkan cara memperkenalkan diri yang baik dan benar, dan sekarang Danny langsung mempraktikkannya di depan sang paman.


ā€œkau pintar! Biasanya bahasamu berantakanā€ ujar Henry sambil mengajak rambut Danny.
ā€œHyejeong noona yang mengajariku. Aku tak sabar memberitahukan ini pada eommaā€ Henry terdiam. Sementara Hyejeong langsung membesarkan matanya dan menatap Henry seolah berkata ā€˜Kau belum memberitahunya?ā€™


ā€œDaniel Lachapelle. Bagaimana aku memberitahu ini? Aku sudah sering memberitahukannya, tapi kau tak pernah bisa mengertiā€


ā€œDaniel~aaā€¦.. bisa ikut noona sebentar?ā€ Danny menoleh pada Hyejeong dan mengangguk.



*********



ā€œeotte?ā€ Tanya Henry sesaat setelah Hyejeong keluar dari kamar Danny dan duduk di hadapannya.
ā€œjinjja! Kenapa kau tidak memberitahunya sejak awal? Kasihan diaā€
ā€œhei.. aku bahkan mengajaknya ke pemakaman. Kukira dia sudah mengertiā€ Henry mendecak, ā€œDanny terus menanyakan kapan ibunya akan pulang padaku. Kalau kubilang tidak akan pulang, Danny akan menangis. Aku kasihan melihatnya begituā€


ā€œkalau begini malah lebih kasihan kan?ā€
ā€œtapi sekarang dia sudah paham? Kau sudah memberitahunya?ā€
ā€œne.. dia sangat pintar. Aku menjelaskannya dengan berbagai macam perumpamaan. Dan saat kubilang jantungnya sudah berhenti berdetak, dia masih terus bertanya sampai mendapat jawaban yang konkrit. Dia benar-benar anak umur 5 tahun yang sangat berbeda. Pikirannya kritis sekaliā€


ā€œdia menangis?ā€
ā€œkeurae. Dia tidak bisa berhenti menangis sampai tertidurā€ Hyejeong menghembuskan napas dengan berat. Melihatnya dengan mata kepala sendiri membuat hatinya ikut terasa sesak. Danny masih terlalu kecil untuk ini.


ā€œdan bagaimana ayah Danny? Kau menemukannya?ā€
ā€œbelum. Tapi aku akan tetap mencarinyaā€
ā€œwae? Kau lelah menjaga Danny?ā€
ā€œtckā€¦ berhentilah menggunakan nada sinis itu. Aku benci mendengarnyaā€
ā€œaku tidak bisa diam saja sekarang. Kalau kau benar-benar memberikan Danny pada ayahnya. Aku akan sangat membencimuā€


ā€œaku melakukan ini bukan karena aku ingin menyingkirkan Danny. Tapi karena ia memang harus diurus oleh ayah kandungnya. Dia sudah tak punya eomma, mana mungkin aku membiarkannya hidup tanpa ayah?ā€


ā€œtck aku tak mau mendengarnya lagi. Aku pulangā€ Hyejeong berdiri. Padahal ia baru mengenal Henry dan Danny selama beberapa hari, tapi perasaannya untuk keluarga ini terus menguat sampai rasanya ia harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan.


**********



ā€œHenryā€
ā€œHenry kau mendengarku?ā€ Henry terlonjak dan menoleh pada Danny yang baru menepuk lengannya.
ā€œoh.. wae?ā€
ā€œkau melamun?ā€
ā€œah.. anioā€ Henry tersenyum tipis, matanya fokus menatap jalan raya di depannya. Pagi ini, seperti pagi-pagi sebelumnya, Henry mengantar Danny ke sekolah.


ā€œaku disuruh membawa orang tua sabtu besok. Kau mau datang?ā€
ā€œaku? kurasa lebih baik kau mengajak Hyejeongā€
ā€œaku ingin mengajak kalian berdua sebenarnya. Kau menggantikan appa, dan Hyejeong sebagai eommaā€
ā€œaku tidak yakin Dan~ā€
ā€œkumohon! Jika hanya noona, anak-anak lain pasti akan menghinakuā€
ā€œaku akan memukul siapapun yang berani menghina keponakankuā€
ā€œHenry samcheon, aku tidak sedang bercandaā€
ā€œuh? Ne? akuā€¦. jugaā€¦ tidakā€¦. bercandaā€
ā€œaku akan memanggilmu samcheon selamanya. Tapi tolong datang sabtu besokā€ ujar Danny pelan. Henry menoleh, menghembuskan napas pelan dan mengangkat bahunya.


ā€œjika aku tidak kuliah, aku tetap harus bekerja kan? Kita lihat saja sabtu besokā€
ā€œyaā€¦ semoga samcheon tidak membuatku kecewaā€
ā€œcihā€¦ kenapa ucapanmu seperti itu? Heiā€¦ kau tahu ada toko cokelat baru di Samseong-dong?ā€ Danny mengangguk dengan antusias.


ā€œayo kita kesana! Setelah aku kuliah, aku akan menjemputmu di rumah. Jadi bersiap-siaplahā€
ā€œHyejeong noona diajak?ā€
ā€œkeurae! Kita bertigaā€


**********


ā€œnamanya Steven Lachapelle. Coba kau cek lagi, Apa dia benar-benar sudah kembali ke Prancis? Apa dia tahu noona-ku baru saja meninggal?ā€ Henry mendesah mendengar jawaban dari ujung telponnya. Sepertinya pria itu benar-benar sudah meninggalkan Korea. Jejaknya menghilang.


ā€œjagi~ā€ Henry menoleh begitu seseorang memegang bahunya. Dan seketika mata pria itu melebar, ā€œuh.. terimakasih. Nanti aku menghubungimu lagi. Anyyeongā€


Henry mengganti posisi duduknya dan memerhatikan gadis yang baru saja duduk disampingnya dengan heran, ā€œkenapa kau disini?ā€


ā€œYA! Pacarmu baru sampai dan sambutannya malah ā€˜kenapa kau disini?ā€™ Jinjja!ā€
ā€œkatanya dua bulan? Ini cuma 3 mingguā€
ā€œaku takut kau merindukanku, uri kwiyeowo mochiā€ ucap gadis itu sambil mencubit pipi Henry gemas.


ā€œYak! Andwaeee!!! Sudah berapa kali kubilang jangan menyebutku begituā€ sang gadis tertawa, malah makin senang melihat ekspresi terganggu yang Henry tunjukkan. Ia menarik kursinya lebih dekat pada Henry dan memperhatikan namja itu seolah sedang membaca pikiran.


ā€œkau tidak berselingkuh kan selama aku tidak ada?ā€
ā€œsayangnya belumā€
ā€œeiiiā€¦. Sayangnya belum? Mwoya? seharusnya jawabannya adalah tidak jagi! Tidak akan pernahā€ Henry memutar matanya.


ā€œ kenapa kau tidak memberitahuku kalau noonamu meninggal?ā€
ā€œkalau kuberitahu memangnya kau mau apa?ā€
ā€œkau takut aku khawatir ya?ā€ Henry mendesah. Siapa yang bilang begitu?
ā€œaku turut berduka Henry~aā€¦ semoga noonamu tenang di alam sanaā€
ā€œne.. gomawoā€


ā€œmochi~ berhubung aku baru datang dan kau terlihat sangat merindukanku, bagaimana kalau kita jalan-jalan sore ini?ā€
ā€œaku sibukā€
ā€œah sibuk apa?ā€
ā€œbukan urusanmuā€
ā€œyaaā€¦. Kenapa nada bicaramu begitu? Aku ini pacar~ā€
ā€œaku sedang mencari seseorang Yoon Da Eunā€ sela Henry, berusaha menahan rasa kesalnya. Gadis ini benar-benar pengganggu.


ā€œei ei.. panggil aku Eunie jagi! Eunie jagi! Ingat?ā€
ā€œah~ terserah! Yang pasti aku tidak bisaā€
ā€œkau sedang mencari ayah kandung Danny kan? Steven Lachapelle? Aku akan membantumu mencarinya. Aku akan meminta ayahku untuk membantumu. Kau tahu kan ayahku bisa melakukan apa saja?ā€ nada bicara Da Eun yang sejak tadi terkesan manis berubah menjadi penuh ancaman. Henry menatap nanar ke depan dengan pikiran kacau.


ā€œya.. ayahmu bisa melakukan segalanya. Termasuk membunuhku jika aku melukai perasaan putri kecilnyaā€


ā€œaigooā€¦. Kenapa kau bicara begitu? Aku tahu kau tak mungkin melukai perasaanku. Iya kan?ā€
ā€œaku menyesalā€ ujar pria itu pelan.
ā€œjadi kita jalan-jalan sore ini?ā€
ā€œapa jawabanku berpengaruh?ā€
ā€œah~ oke! Saranghae mochi~aaā€


**********


ā€œDanny! Ayo masuk! Hujannya akan semakin deras. Lagipula Ini sudah malam, sayang. Besok kau sekolahā€ Hyejeong berlutut di depan Danny sambil memayunginya. Baju yang dipakai Hyejeong ikut basah karena payung itu tak cukup untuk memayungi mereka berdua. Dan tentu saja Hyejeong lebih memilih mengutamakan Danny.


Anak itu tidak beranjak dari tempatnya sejak 2 jam yang lalu. Saat Hyejeong menjemputnya pulang, Danny langsung berlari ke kamarnya dan dengan semangat memilih-milih baju. Ia juga tak berhenti bicara betapa senangnya ia karena Henry akan mengajak mereka semua ke toko cokelat. Melihat Danny yang sesenang itu, tentu saja Hyejeong ikut merasa senang. Tapi Henry malah mematahkan hatinya. Daebak!


ā€œkumohon Danny, ayo masuk. Mungkin Henry samcheon sedang ada urusan mendadakā€
ā€œsebentar lagi ia datang noona, sebentar lagi. Kumohonā€
ā€œ5 menit lagi. Oke?ā€ Danny mengangguk. Matanya lurus memperhatikan jalanan yang lengang.
Hinggaā€¦ā€¦ ā€œnoonaā€¦.ā€
ā€œwae?ā€
ā€œkakiku sakitā€ ucap pria itu dengan bibir bergetar. ā€œYa Tuhan~ā€ Hyejeong menjatuhkan payungnya dan langsung mengangkat tubuh Danny yang terasa seperti es.


***********


Suara deritan pintu terdengar, bersamaan dengan seorang pria yang muncul dari baliknya.
ā€œkalau kau tak bisa menepatinya, seharusnya tidak perlu berjanji kan?ā€ Henry menatap Hyejeong tak paham.


ā€œapa yang kau bicarakan?ā€
ā€œtoko cokelat huh?ā€
ā€œastaga~ā€ Henry memegang keningnya sambil meringis merutuk diri sendiri.
ā€œdia menunggumu sejak tadiā€
ā€œdimana dia sekarang?ā€
ā€œsudah tidur!ā€
ā€œaku minta maaf. aku benar-benar lupa!ā€
ā€œucapkan itu pada Danny! Awas! Aku mau pulangā€
ā€œkuantar!ā€
ā€œTIDAKā€
ā€œDILUAR HUJANā€
ā€œLEPASKAN TANGANKUā€
ā€œKENAPA KAU BERSIKAP SEPERTI INI PADAKU?ā€
ā€œKARENA KAU BRENGSEK! KAU SIAL! KAU BODOH! KENAPA KAU MENYAKITI DANNY SEPERTI ITU? SEBENARNYA KEMANA KAU PERGI HUH?ā€ Hyejeong menangis saat mengucapkannya. Ia menyayangi Danny seperti adiknya sendiri, dan ia bisa seribu kali lebih terluka jika melihat Danny terluka.


ā€œmaafkan akuā€ ujar Henry lemah.
ā€œAWAS KAU! AKU MAU PULANGā€ Henry menghalangi pintu keluar, menguncinya kemudian dengan gerakan cepat menarik kunci itu dan memasukkannya ke dalam saku.


ā€œkau tidak boleh keluar! Disana hujan dan kau bilang kau tak mau kuantar! Tidurlah disiniā€
ā€œYA! Brengsek! Sini kuncinya!ā€


BRAKK!


Suara sesuatu yang pecah baru saja terdengar dari kamar Danny. Henry dan Hyejeong secara refleks terdiam, saling berpandangan selama beberapa saat sebelum akhirnya melesat menghampiri Danny.


TBC



Suddenly daddy part selanjutnya aku pastiin bakal dua kali lipat lebih panjang dari part ini. Maaf banget sama alurnya yang ngebut parah, aku bener-bener ga tahu mau nulis kaya gimana lagi. Dan tolong dimaklumi kalau aku publishnya kelamaan~ dua minggu lagi aku UN. Dan mau ga mau aku harus ā€“setidaknya- nyolek-nyolek buku. Makasih ya buat yang udah baca, atau bahkan ngasih komen(*^ā–½^*) 




Comments

Popular Posts