Bad Boy Good Girl (2/2)
Cast : Kim Sora
Huang Zitao
Kim Jongdae
Shim Hayeon
Genre : Romance,
comedy
Rating : PG - 15
Untuk kesekian kalinya Sora menatap ponselnya yang kembali
berdering. Kali ini masih dari penelepon yang sama dengan penelepon sebelumnya.
Sepertinya sudah hampir duapuluh kali nama itu terus terpampang di layar
ponselnya. Beberapa pesan singkat dari nomor yang sama juga berulang kali ia
terima.
Sora sudah selesai berkemas, dia langsung bergegas keluar
dari kubikelnya. Rencananya hari ini ia ingin pulang sangat larut, tapi
nyatanya pekerjaannya selesai begitu cepat. Ia tidak tahu harus melakukan apa
lagi, yang jelas ia tidak ingin kembali ke rumahnya sekarang.
ā Ikutlah bersamaku.ā Ujar Hayeon. Ia dan Sora langsung
memasuki mobilnya. Pergi ke suatu tempat untuk membuat temannya itu jauh lebih
baik.
Dalam sudut pandang orang-orang yang mengenal Sora pasti
beranggapan bahwa gadis itu merupakan sosok ideal dari anak penurut yang
memiliki sikap dewasa serta perhitungan yang tepat. Tapi kenyataannya Sora
hanya seorang anak yang tak berani menerobos batas-batas hidupnya dan apa yang
sedang ia lakukan sekarang merupakan salah satu wujud dari ketakutannya. Ia
terlalu takut untuk membantah ayahnya, hingga ia lebih memilih untuk
menghindar.
Panggilan tidak terjawab dari ayahnya menjadi bukti betapa
gadis itu ingin pergi dari masalahnya. Yahā¦harusnya hari ini ia pulang lebih
awal karena rencananya hari ini akan ada acara pertemuan keluarga. Tentu antara
keluarganya dan Jongdae yang ingin membahas masalah pernikahan dan sebagainya.
Mobil Hayeon berhenti di depan sebuah Kafe. Kedua orang itu
langsung memasuki Kafe tanpa banyak bicara. Setelah memesan beberapa makanan,
mereka kembali diam. Sama-sama larut dengan pikiran masing-masing.
ā Kenapa kau tidak membicarakannya dengan appa-mu? Bukankah
itu jauh lebih baik? Yah..mungkin jika kau membicarakannya, dia bisa mengerti.ā
Ucap Hayeon memberi usul.
Menurut Hayeon semua masalah bisa terselesaikan asal
dibicarakan baik-baik, tapi menurut Sora kenyataan yang ia hadapi tidak semudah
itu. Appa-nya bukan sosok yang mau bertoleransi dengan apa yang tidak sesuai
dengan harapannya. Terlalu sulit untuk mengubah pikiran appa-nya.
Sora tak menjawab. Sudah cukup ia kelihatan mengenaskan, ia
tidak ingin menambahnya dengan memperjelas kondisinya yang tak memungkinkan
untuk bicara dengan ayahnya sendiri.
ā Mungkin dia memang keras, tapi ayolahā¦ayahmu bukan Hitler!
Kau tidak akan dikubur hidup-hidup hanya karena tidak menerima perjodohan itu.ā
Gadis itu tak habisnya memberi sugesti pada Sora. Beberapa
pikiran realistis dilontarkan Hayeon untuk menjebol pertahanan Sora. Dia bukan
bermaksud untuk merusak atau mempengaruhi temannya dengan hal buruk, ia hanya
ingin Sora mendapatkan apa yang harusnya ia dapatkan, bukannya sebuah
pernikahan yang tak pernah diinginkan. Di sisi lain Sora mengerti betapa
bodohnya ia karena tak pernah melakukan apapun, tapi sebanyak apapun ia
mengutuk nyalinya, ia memang seperti itu. Ia penakut. Ia pengecut.
ā Maaf aku terlambat.ā Ucap seseorang yang baru datang dan
langsung menempati kursi di sebelah Hayeon.
Sora mengalihkan pandangannya pada Hayeon yang hanya
menggedikkan bahunya. Jadi..Hayeon sengaja mengajaknya ke sini dan diam-diam
mengundang orang ini? Jadi temannya itu sengaja mempertemukannya dengan Tao? Mempertemukannya
dengan orang yang sedang mati-matian ia hindari belakangan ini?.
ā Karena Tao sudah datang, aku pergi sekarang.ā
ā Tapi-ā Sora langsung berdiri, ia tak bisa menerima
keputusan Hayeon. Tapi gadis itu malah tersenyum kecil sambil menganggukkan
kepalanya. Ia meminta Sora untuk kembali duduk. Percayalah yang ia lakukan
hanya untuk membuat Sora bahagia.
Sora duduk kembali. Duduk dengan perasaan tidak nyaman. Ia
benar-benar bersikap kaku sampai Tao dapat merasakan keanehan sikapnya. Tao memperhatikan
Sora sambil menerka-nerka isi pikiran gadis itu. ā Bagaimana kalau kita
jalan-jalan sebentar sebelum aku mengantarmu pulang?ā.
****
Lembutnya pasir pantai menyapa kaki telanjang Sora yang
dibiarkan berkeliaran tanpa alas. Sepertinya gadis itu cukup menikmati waktu
tenangnya, yahā¦tidak sia-sia Tao membawanya ke tempat ini. Selain cahaya
mentari yang sudah berganti dengan sinar rembulan, suara riakan air yang
terdengar seirama membuat setumpuk hal yang membebani pikirannya seolah terlupakan.
Jika ditanya apa yang sebenarnya ia lakukan sampai merasa
begitu tenang, jawabannya sederhana ia hanya duduk beralaskan pasir pantai
sambil memperhatikan gulungan ombak yang tak pernah lelah mengejar satu sama
lain. Sangat sederhana, tapi ia sangat senang dengan apa yang sedang ia lakukan
sekarang. Jujur ia memang membutuhkan penyegaran.
ā Ku pikir pria itu memang tidak cocok untukmu.ā Tao kembali
bersuara setelah sebelumnya ia menjadi komentator yang baik saat mendengar
cerita Sora. Pria itu menoleh ke arah Sora yang sedang menatapnya. Senyumnya
terulas begitu Sora tersenyum mendengar pendapatnya. Tao kembali mengarahkan
pandangannya ke depan.
ā Yahā¦jujur saja pria itu terlalu baik untuk gadis ceroboh
sepertimu.ā Ujar Tao datar. Di dalam benaknya pria itu benar-benar terhibur
dengan ucapannya sendiri, tentu ia tidak lupa kalau kegiatan menggoda Sora
adalah salah aktivitas favoritnya.
Dorongan penuh tenaga didapatkan Tao. Pria itu tersungkur ke
pasir, namun bukannya marah ia justru tertawa apalagi saat Sora bangkit dan
menghantam tubuhnya dengan pukulan. Ia benar-benar tergelitik melihat betapa
seramnya Sora saat marah, gadis itu bahkan melempar gumpalan pasir ke arahnya
dengan kesal.
Tao langsung berdiri, kemudian berlari menjauhi Sora yang
sedang mengejarnya. Ia tidak ingin menjadi pelampiasan gadis itu. Serangan Sora
semakin ganas dan meyakinkan, jika ia terus bertahan dengan kondisi seperti
tadi, bisa ia pastikan tubuhnya akan terasa remuk.
ā Sudah..sudah.. cukup.ā Ucap Tao masih terengah. Sebenarnya
ia terlalu lelah tertawa, tapi rasanya kenapa payah sekali untuk bernafas. Ia
menangkap tangan Sora yang ingin memukul perutnya. ā Lebih baik kita berfoto,
bukankah tempatnya sangat mendukung?ā Sora menghempas tangan Tao, ia kemudian
berjalan menjauhi pria itu. ā Yaā¦ya..jangan pergi!ā Tao menghampiri Sora, menyejajarkan
langkahnya dengan gadis itu.
Tao mengeluarkan ponselnya dari saku celana, kemudian mengatur
aplikasi kamera. Ia mengarahkan kamera ponselnya ke arahnya dan Sora. Ia agak
kesulitan karena Sora yang tak kunjung berhenti. Ia mendesah, benar-benar tak
ada pilihan lain. Tao langsung mencengkram bahu Sora, membawa gadis itu lebih
dekat dengannya hingga ia bisa merasakan bahunya yang menempel dengan bahu
Sora. Sementara Tao masih sibuk memfokuskan ponselnya, Sora tak bisa melepaskan
tatapannya dari Tao. Ia tak bisa mengalihkan pandangannya seolah matanya sudah
berikrar bahwa hanya Tao-lah yang akan menjadi alasannya untuk melihat. Ribuan
getaran terhantar hingga ke relung hatinya, begitu hangatnya tangan Tao bisa ia
rasakan dari balik kemejanya.
ā Okeā¦1ā¦2ā¦.3.. Cheese!!!ā setelah puas berfoto, Tao
kembali memasukkan ponselnya. Pandangannya beralih pada Sora yang masih
terdiam, gadis itu cenderung membatu. Apa yang dirasakan Sora dapat ia rasakan,
karena sebenarnya Tao juga merasakan hal yang sama. Tubuhnya bergetar, jutaan
sel dalam tiap bagian tubuhnya bergerak tak karuan begitu tangannya merangkul
tubuh Sora. Ia juga tak bisa mengenyahkan sensasi aneh yang menyengat tubuhnya
saat ia sadar Sora tak berhenti menatapnya.
ā Sepertinya kau sudah bisa pulang sekarang. Kajjaā¦kita
kembali!ā ajak Tao. Awalnya ia ingin meraih tangan Sora, menuntunnya agar ia
bisa memastikan jika tidak ada satupun krikil yang menghambat langkah gadis
itu, tapi begitu bola matanya bertemu dengan mata Sora, nyalinya seakan pergi.
Jadi ia memutuskan untuk membiarkan Sora jalan terlebih dulu, dan sebagai
gantinya ia akan mengawasi gadis itu dari belakang.
****
Sepi dan hening begitulah suasana yang menyambut Sora begitu
memasuki rumahnya. Memang ini sudah terlalu larut untuk menyatakan bahwa
mobilitas di dalam rumahnya masih berjalan. Sora berjalan dengan penuh
kekhawatiran, bagaimanapun juga ia habis melakukan sebuah pelarian. Ia tidak
ingin kedatangannya menarik perhatian penghuni rumahnya.
ā Kau baru pulang? Apa pekerjaan kantormu sangat banyak hari
ini?ā nafas Sora tercekat, ia bahkan hampir tidak bisa menghirup udara lagi
begitu suara mencekam menghetikan langkahnya. Sora yang sudah berada di anak
tangga kedua, memutar tubuhnya ke belakang. Tanpa diberi pengarahan ia sudah tahu
harus menghadap kemana, tepatnya pada seorang pria yang tengah duduk di salah
satu sofa ruang keluarga. Tadi saat melewati tempat itu ia tidak menyadari ada
seseorang disana, kenapa sekarang ayahnya berada di tempat itu.
ā Ya begitulah. Ada persiapan untuk peresmian kerja sama
jadi ada banyak hal yang harus kutangani.ā Sora tersenyum simpul. Dalam situasi
seperti ini hanya ada beberapa hal yang bisa ia lakukan, bersikap manis,
pura-pura lelah atau mengalihkan topik pembicaraan.
ā Ummā¦begitu ya. Ya sudah sepertinya kau sangat lelah, masuk
ke kamarmu dan segera istirahat.ā Ucap ayah Sora tenang, sungguh Sora tak
menyangka jika ayahnya akan menyuruhnya istirahat. Sora kembali tersenyum sebelum
ia membalikkan tubuhnya dan menaiki anak tangga dengan perasaan lega.
ā Jangan temui pria itu lagi. Appa rasa seharian bersamanya
hari ini sudah lebih dari cukup. Lupakan pria itu dan fokuskan dirimu pada
pernikahanmu.ā Kini kaki Sora bergetar, untung tangannya masih memegangi
pegangan tangga atau tidak, mungkin saja ia akan jatuh terduduk. Apa? Apa yang
dimaksud ayahnya adalah Tao?.
ā Appa memiliki banyak akses untuk memantaumu Sora dan appa
benar-benar menyesal melihatmu bersama brandal seperti itu. Ku harap ini untuk
terakhir kalinya. Sampai kapanpun kau tidak akan bisa bersama dengan pria
seperti itu Sora.ā lanjut ayah Sora. Pria tua itu berdiri kemudian berjalan
meninggalkan Sora yang masih mematung di tangga sana. Tanpa ingin menengok
kondisi putri sulungnya, Tuan Kim langsung memasuki kamarnya.
Sora masih belum bergerak, ia masih sibuk merapihkan ritme
pernafasannya. Berulang kali ia berusaha untuk menekan pikiran buruknya,
berbagai problema mengusik akal sehatnya. Ia harusnya sudah tidak terkejut lagi
dengan keputusan sang ayah. Dari jauh-jauh hari bahkan ia tak pernah
menggantungkan harapan lebih, seperti ayahnya yang bisa menerima Tao. Tapi
pernyataan ayahnya terdengar begitu menyakitkan. Titik-titik hangat yang
awalnya ditahan keluar, pada akhirnya mengalir tanpa kendali. Semuanya tumpah,
seperti harapan Sora yang meluap dan tak memiliki wadah untuk mengumpulkannya.
****
Tao hanya bisa merelakan waktu makan siangnya terbuang untuk
meladeni seorang pria tua yang baru saja mendatangi studionya. Sebagai seorang
profesional, Tao tentu memprioritaskan masalah pekerjaan dibandingkan prahara
perutnya. Seramah mungkin ia menyambut pria yang masih berdiri tegap tanpa
melepaskan pandangan darinya.
ā Ada yang bisa saya bantu? Ahā¦bagaimana kalau kita bicara
di ruanganku saja?ā Tanya Tao penuh pengertian.
ā Tidak perlu.ā Tao menghela nafas pelan, ia hanya sedang
menekan emosinya. Ia kembali menatap pria di depannya dengan harapan ia bisa
memperlakukan orang itu dengan sebaik mungkin.
Pria tua itu memfokuskan pandangannya pada Tao. Jujur saja
Tao merasa terintimidasi dengan tatapan pria itu. Meski ia tahu penampilannya
jauh dari kata rapi, tapi tetap saja ada suatu hal yang membuatnya merasa
direndahkan karena tatapan itu.
ā Jadi kau yang bernama Huang Zitao?ā tanya pria itu yang
langsung diangguki Tao. ā Yaā¦benar.ā
ā Jauhi anakku.ā Singkat dan benar-benar penuh misteri,
setidaknya Tao tidak tahu siapa yang mesti ia jauhi. Lagipula kenapa ia harus
menjauhi seseorang? Tohā¦selama ini ia tidak pernah menjerumuskan siapapun.
ā Maksud anda?ā kali ini Tao benar-benar masuk ke dalam
perbincangan. Awalnya ia hanya menganggap pria di depannya adalah seorang klien
yang ingin membicarakan konsep atau urusan pekerjaan, tapi sepertinya pria itu
datang dengan maksud lain.
ā Jauhi Soraā¦.ā kalimat itu meluncur begitu mudah dari mulut
pria yang tak lain adalah ayah Sora. setelah berhasil mendapat indetitas Tao, Tuan
Kim langsung mengambil langkah cepat. Menurutnya permasalahan cinta anaknya
mesti dituntaskan sesegera mungkin sebelum semuanya lebih sulit untuk diatasi.
ā Aku tidak mau tahu hubungan seperti apa yang terjalin di
antara kalian berdua, tapi demi kebaikanmu lupakan Sora.ā
ā Kau tentu tahu jika sebentar lagi dia akan menikah dengan
pria lain. Jadi tolong, lupakan dia! Sampai kapanpun kau tidak akan pernah ada
dalam masa depannya. Kau harus segera bangun dan sadar dimana seharusnya kau
berada.ā Tuan Kim melirik Tao sesaat sebelum ia memutuskan untuk memutar
langkahnya dan meninggalkan studio itu. Satu urusan selesai, setidaknya pikiran
yang mengganggu batinnya beberapa hari lalu telah enyah. Sekarang ia bisa
melanjutkan rencana pernikahan Sora dengan tenang.
Ia memasuki mobilnya setelah seorang supir membukakan pintu
untuknya. tanpa memberi perintah, mobil itu langsung berjalan sesuai dengan
rencana sebelumnya. Tentu ia harus kembali ke kantor dan mengurusi banyak hal
demi kelangsungan hidup ribuan orang yang bekerja di bawah naungan
perusahannya.
****
Sora merasa dirinya tidak salah lihat, mobil hitam yang tadi
ia lihat keluar dari studio Tao adalah mobil ayahnya. Walau bukan pengingat
yang baik, tapi Sora yakin bahwa nomor plat mobil yang ia lihat sama dengan mobil
ayahnya.
Ia memang sengaja ingin mengajak Tao pergi makan siang tanpa
memberi tahu pria itu sebelumnya, tapi begitu hendak turun dari taksi, ia
melihat mobil ayahnya keluar dari studio milik Tao.
Berbagai dugaan dari yang buruk hingga yang paling buruk
berlalu lalang dalam pikirannya. Dugaan itu semakin kuat adanya begitu ia
mendapati Tao yang tengah terduduk sambil mendesah pelan. Pria itu terlihat
begitu kacau dan lelah.
Sora mendekati Tao yang masih memijat keningnya. ā Tadiā¦.apa
ayahku datang ke sini?ā Tao begitu terkejut dengan kedatangan Sora yang sangat
tiba-tiba. Padahal beberapa waktu lalu ayah gadis itu sudah menyuruhnya untuk
menjauhinya, tapi sekarang gadis itu justru sedang berdiri di hadapannya.
Betapa sakitnya atau sedalam apapun hatinya tersinggung
dengan ucapan ayah Sora tadi, Tao tidak memperlihatkan perasaannya di hadapan
gadis itu. Setelah melihat gadis itu berdiri di depannya dengan penuh
kekhawatiran, membuat ekspresi wajahnya berubah dengan cepat. Sekarang ia
kelihatan seperti Tao yang riang, yang tak pernah tertekan dengan ancaman
apapun dalam hidupnya.
ā Kau datang ke sini untuk mengajakku makan siang bersama? Kalau
begitu ayo kita pergi sekarang!ā ujar Tao yang beranjak dari kursi. Ia langsung
menarik lengan Sora bersamanya.
ā Taoā¦kau belum menjawab pertanyaanku.ā Sora memegang tangan
Tao yang membuat pria itu menatapnya balik. Ia tahu Tao tidak ingin membahas
hal itu, tapi untuk kali ini saja biarkan ia memaksa pria itu. Ia ingin
mendengar apa saja yang ayahnya katakan, dan yang lebih penting ia ingin tahu
seperti apa perasaan Tao saat ini.
ā Kita bicarakan sambil makan saja.ā
Keduanya telah membuat kesepakatan untuk membahas semuanya
saat makan siang. Jadi tidak ada perbincangan yang mengarah pada pertemuan Tao
dengan ayah tadi selama di perjalanan. Beragam lagu dari tape mobil terputar
menemani kekakuan di antara keduanya. Bagaimanapun Sora merasa tidak enak hati,
ada banyak hal yang mengganjal hatinya. Ia memang tak pernah berharap ayahnya
bisa menerima Tao, tapi ia tidak menyangka jika ayahnya sampai menemui Tao. Walau
ia tidak tahu betul apa saja yang ayahnya katakan pada pria itu, tapi
sedikitnya ia sudah mengerti maksud kedatangan ayahnya.
Sora keluar dari mobil Tao dan mengekor di belakang pria
itu. Ia tak banyak bicara, ia hanya bicara begitu Tao menanyakan pesanannya.
Hampir kurang lebih limabelas menit, ia hanya diam memperhatikan Tao yang
sedang sibuk bicara dengan seseorang di telepon. Kali ini ia menemukan keraguan
dan ketakutan begitu matanya melihat Tao. Ia bisa melihat jelas bagaimana pria
itu menghindari matanya saat mereka tak sengaja berpandangan. Walau sedang
fokus bicara dengan kliennya, Sora bisa merasakan bagaimana kacaunya Tao yang
sedang mengendalikan perasaannya sendiri.
Sampai seorang pelayan selesai menyajikan semua pesanan
mereka, keduanya belum kunjung bicara. Seperti sengaja ingin mengalihkan
perhatian Sora, Tao langsung menyantap makanannya tanpa bicara apapun. Tidak
seperti yang ia katakan sebelumnya, ia tidak menceritakan apa pun tentang
kedatangan tuan Kim tadi.
Sora meletakkan sendoknya, ia muak pada Tao yang ingin
mengingkari janjinya. Bukankah ia bilang
ingin membicarakannya sambil makan? Tapi sejak tadi ia tidak mengatakan apapun.
Sora menatap pria itu dengan perasaan kesal.
ā Apa yang ayahku katakan?ā tanpa basa-basi Sora langsung
menodong Tao dengan pertanyaan yang menjadi alasan terbesar kenapa ia tak bisa
tenang menyantap makan siangnya.
Tao diam. Ia menghentikan makannya kemudian menyesap
minumannya dengan tenang. Setelah sebelumnya tidak berani menatap Sora, ia pun
menatap gadis itu. Namun hal terpenting yang harusnya ia lakukan tak bisa
direalisasikan semudah itu.
ā Kenapa kau diam? Apa mengatakan kalau ayahku menyuruhmu
untuk menjauhiku begitu sulit? Apa sulit sekali untuk mengatakan betapa
kejamnya ayahku yang menilai dirimu tidak pantas? Apa seperti itu?ā Sora mulai
emosi, nada suaranya meninggi dari pada sebelumnya. Ia menyorot Tao yang
semakin tak bernyali. Tanpa dijawabpun ia sudah mengerti apa yang ayahnya
katakan pada Tao tadi.
Kini minatnya untuk menyantap makanannya sudah hilang, ia
benar-benar tidak berselera. Perasaannya tak karuan, nyatanya ia begitu kacau
hanya dengan melihat Tao yang tak kunjung bicara. Entah kenapa hatinya sakit
saat tahu jika ayahnya mengatakan hal buruk pada Tao. Tanpa alasan yang jelas
ia ingin menangis, menangis karena tahu Tao tersakiti. Apa ini logis? Ia ingin
menangis atas apa yang Tao terima.
ā Walau seluruh penghuni bumi memintaku untuk menjauhimu aku
tidak akan menjauhimu. Aku tidak akan melakukannya hanya karena hal seperti
itu.ā Sora mengangkat kepalanya, ia pandangi Tao yang sedang menatapnya dengan
serius.
ā Aku tidak pernah tahu apakah aku ada di masa depanmu atau
tidak, tapi aku tahu hari ini aku sedang bersamamu.ā
Tao menggenggam tangan Sora dengan erat. Jantungnya berdebar
begitu tangannya menyentuh kulit lembut Sora yang hangat. Seperti yang ia
bilang ia memang tidak pernah tahu apakah dirinya merupakan bagian dari masa
depan Sora atau bukan, tapi ia hanya ingin memastikan bahwa detik ini ia tengah
menggenggam tangan itu dengan segenap perasaannya yang tak bisa ia kendalikan
lagi.
Sementara Sora tak bisa melepaskan pandangannya dari Tao.
Jujur ia merasa tenang saat Tao menggenggam tangannya, namun tak lama berbagai
rencana ke depan mengusik ketenangannya. Dari yang mendukung hasratnya hingga
yang menegakkan kepatuhannya sebagai seorang anak. Ini terlalu rumit untuk
diputuskan dalam waktu singkat, setidaknya terlalu singkat jika ia memilih
salah satunya tanpa memikirkan dampak ke depannya.
ā Aku mencintaimu Sora.ā
Sora benar-benar tak bisa
mengendalikan dirinya sendiri, bagaimanapun ia tetaplah seorang gadis biasa
yang akan merasa sangat bahagia mendengar pernyataan cinta dari seseorang yang
ia cintai. Namun entah kenapa justru lelehan airmata yang mengekspresikan
jawabannya. Hatinya dirundung dengan perkara yang terlalu banyak.
ā Tapi Taoā¦.ā
ā Temui aku di sini besok saat
makan siang. Kau bisa menjawabnya besok.ā
****
Tidak akan ada yang bisa mengerti
dengan jalan pikiran atau alasan atas apa yang dilakukan orang lain untuk
hidupnya. Begitupun dengan Sora. Pasti tidak akan ada yang mengerti dengan apa
yang sebenarnya terlintas dalam benaknya. Siang tadi harusnya ia berada di kafe
yang sama dengan kemarin, bertemu dengan Tao dan menyatakan perasaannya. Tapi
yang ia lakukan justru bergelut dengan pekerjaan tanpa henti. Ia memang sengaja
menghindari Tao, ia bahkan membawa bekal dari rumah agar tak ada alasan untuknya
keluar dari kantor.
Ia mengerti dengan apa yang ia
rasakan. Tapi kembali lagi dengan kenyataan, sekuat apapun ia berusaha untuk
mengukuhkan perasaannya, ia akan tetap berakhir menjadi milik orang lain. Ia
pikir akan sangat sia-sia jika dirinya mengutarakan isi hatinya, jika pada
akhirnya yang ia dapatkan tetaplah pernikahan yang tidak ia inginkan. Lagipula
bukankah itu terlalu kejam untuk Tao? Bukankah itu sama saja dengan memberikan
harapan tinggi untuk pria itu padahal ia sendiri tahu sampai kapanpun ayahnya
tak akan pernah berdiri untuk melihatnya bersama Tao.
Inilah pilihannya, berjalan tanpa
peduli apa yang akan terjadi dengannya nanti. Tidak peduli siapakah yang akan
mendampinginya di pelaminan nanti. Jujur ia terlalu lelah untuk
mempermasalahkan itu lagi. Rasanya seperti sedang membahas pemecahan masalah
konspirasi yang tak berujung. Mungkin dengan mencoba untuk menerima semuanya
adalah pilihan terbaik. Yahā¦yang ia lakukan hanya agar lukanya tak semakin
dalam dan lebih sulit untuk disembuhkan.
Ia hanya perlu melangkah seperti
biasanya. Pulang dan pergi ke kantor seperti sebelumnya, sama seperti yang ia
lakukan saat ini. Begitu waktu kerja usai ia segera meninggalkan kubikelnya.
Dengan menenteng tasnya Sora berjalan di antara pekerja lain yang juga ingin
segera keluar dari kantor.
Beberapa kali ia membaca beberapa
agenda di ponselnya. Rencana kerjanya untuk esok hari yang telah ia susun
sedemikian rupa. Terlalu sibuk memang, tapi itulah yang ia inginkan. Sibuk
dengan pekerjaannya, membuat tubuhnya lelah hingga dirinya tidak memiliki waktu
untuk menengok kondisi hatinya.
Ia menghembuskan nafasnya begitu
matanya kembali menangkap beberapa pesan yang belum ia baca. Semuanya berasal
dari Tao, itulah kenapa ia tak membacanya.
ā Apa ada sesuatu yang terjadi
hingga kau tak datang menemuiku?ā
Tubuh Sora bergetar begitu
mendengar suara Tao dengan jelas. Dan benar. Pria itu memang berada di
depannya. Tadinya pria itu ingin tetap mengawasi Sora dari mobilnya, tapi
kekesalannya membuat kesabarannya habis. Ia memutuskan untuk menghampiri gadis
itu dan meminta penjelasan atas semuanya.
Jelas Tao sangat kesal. Terlihat
dari bagaimana cara pria itu menatap Sora. Tidak seperti biasanya, ia terlihat
begitu geram dan menyimpan banyak amarah. Ia sudah cukup kecewa karena Sora tak
menemuinya siang tadi, dan gadis itu justru menambah kekecewaannya dengan
mengabaikan panggilannya. Jika memang Sora tak bisa datang, setidaknya berikan
kabar atau apapun yang bisa membuatnya mengerti.
ā Taoā¦sejak kapan kau ada di
sini?ā tak terlihat gurat takut ataupun bersalah dari wajah Sora. Ia malah
terlihat santai menanggapi tatapan tajam Tao. Ia bertingkah seolah tak ada yang
patut disesali.
Entah bagaimana Tao harus
menjabarkan perasaannya, ia benar-benar kehabisan rasa sabar. Ia tak mengerti
kenapa Sora bertingkah sesantai itu, apa Sora memang tak mengingat kalau hari
ini mereka memiliki janji? Tapi bukankah ia mengirimi gadis itu pesan? Alasan
lupa tentu bukan sesuatu yang masuk akal.
ā Kita harus bicara.ā Putus Tao
sambil menarik lengan Sora. Ia menarik Sora hingga sampai di depan mobilnya.
ā Aku tak bisa, sampai kapanpun
aku tak bisa menentang masa depan yang telah ayahku buat.ā Ucap Sora.
Tao memandang gadis di belakangnya
sambil mendengus. Sekali lagi emosinya dipermainkan, ia tak tahu sampai kapan
ia bisa mengendalikan emosinya.
ā Aku dan kau hanya bisa berteman
di masa depan. Berteman bukan sesuatu yang buruk kan?ā Tao menyorot Sora dengan
tajam, mengintimidasi gadis itu dengan sejuta amarahnya yang tak terbendung.
Hal itu bisa dirasakan Sora melalui eratnya cengkramannya tangan Tao pada
lengannya.
ā Bukankah sebelumnya kita memang
berteman, jadiā¦..ā Sora menatap tangannya dengan tidak percaya. Tatapannya
benar-benar kosong ketika Tao melepaskan tangannya begitu saja.
Tao mendecak. ā Berteman?ā ia
kesal dan benar-benar tidak bisa menerima kenyataan yang keluar dari mulut
Sora.
ā Aku tidak bisa menerima
pertemanan darimu. Huftā¦maaf aku tak bisa.ā Ujar Tao sambil menekan amarahnya.
Di sisi lain ia sedang menahan keperihan yang menyiksa hatinya. Secara tidak
langsung ia telah menambah derita hatinya, karena sesungguhnya berpisah dengan
Sora bukan hal yang inginkan, walau bertahan di sisinya sebagai seorang teman
bukan pilihan yang bagus juga.
ā Kau tahu kenapa aku tidak akan
pergi meski semua orang memintaku untuk menjauhimu? Itu karena aku akan pergi
begitu hatiku menghendakinya dan hari ini aku sudah memutuskan untuk pergi.ā tutup
Tao. Tanpa mengucap perpisahan, ia langsung berbalik dan mulai melangkah pergi.
Seperti yang ia katakan, ia akan
pergi begitu hatinya mendesak. Dan hari ini di bawah langit yang mulai gelap,
keputusan untuk pergi telah ia tetapkan. Ia tak akan muncul dalam kehidupan
Sora, meski ia tak tahu apa dirinya akan mampu melakukannya. Mungkin ini tidak
adil untuk Sora, tapi inilah pilihan teradil untuk Tao. Jika ia memang tidak
bisa bersama Sora, lebih baik ia pergi dan menghilang sampai dirinya tak bisa
mengingat gadis itu lagi.
*****
Sudah hampir dua bulan berlalu.
Tidak ada candaan frontal atau seorang pria beranting dengan karismanya. Semua
bagai tak berlaku lagi dalam hidup Sora. Segalanya seperti cerita pengantar
tidur yang membuat malamnya begitu damai dan tenang. Memang setelah sore itu,
ia dan Tao tidak pernah bertemu kembali. Bahkan berkomunikasi lewat telepon
atau berkirim pesan singkat pun sudah tidak dilakukan keduanya.
Awalnya Sora masih mencoba untuk
menghubungi pria itu, tapi tak satupun panggilannya mendapat jawaban. Sepertinya
Tao benar-benar memenuhi ucapannya. Ia benar-benar pergi dari kehidupan Sora. Ia
tidak berusaha untuk menelpon Sora saat hatinya menyesal karena telah
mengabaikan panggilan gadis itu. Ia hanya bisa menghela nafasnya ketika dirinya
merindukan gadis itu, yang ia lakukan hanyalah menahan diri.
Tapi hal itu tak adil untuk Sora,
walau sebenarnya itu semua tidak adil untuk keduanya. Namun Sora tidak bisa
menerima keputusan Tao untuk mengakhiri segalanya. Ia sudah cukup tersiksa
karena harus menerima keputusan ayahnya, haruskah ia juga menerima kenyataan
bahwa Tao meninggalkannya?. Jelas..Sora tidak bisa menerimanya begitu saja. Meski
terkesan sudah melupakan Tao, sebenarnya gadis itu sering memikirkan cara lain
untuk menemui pria itu.
Ia tersenyum tipis begitu memasuki
sebuah kafe yang terletak di daerah Gangnam. Kakinya melangkah dengan yakin
menghampiri sebuah meja yang sudah dipenuhi oleh beberapa orang. Senyumnya semakin
mengembang begitu matanya mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia bisa melihat
jelas Tao yang berada di tengah-tengah rombongan itu.
ā Sora! Akhirnya kau datang!ā Sora
tersenyum. Ia mempercepat langkahnya, ia membalas pelukan Hyerim yang begitu
senang dengan kehadirannya.
Inilah yang dimaksud dengan cara
lain untuk menemui Tao. Datang ke pesta perayaan kesuksesan Hyerim. Lalu
bagaimana bisa Sora datang ke pesta itu?. Mudah saja, setelah menjadi model untuk
rancangan Hyerim beberapa waktu lalu, Sora memang memiliki hubungan yang cukup
baik dengan wanita itu. Hubungan keduanya semakin baik begitu Sora bertemu
dengan Hyerim di pusat perbelanjaan, hingga keduanya berbincang dan akhirnya
Hyerim menawarkan diri untuk menjadi penengah dalam masalah Sora dan Tao. Yahā¦Tuhan
memang memberikan kerumitan dan kesulitan untuknya, tapi jangan lupa kalau Tuhan
juga menyisipkan kesempatan untuk Sora memperbaiki semuanya.
Hampir semua orang yang berada di
meja panjang itu menyapa Sora dengan akrab, karena kebanyakan dari mereka
merupakan rekan Sora saat pemotretan dulu. Mereka semua terlihat begitu santai
berbincang, hingga sesekali membuat lelucon yang membuat suasana semakin hidup.
Tapi suasana kelam justru jelas terlihat dari raut wajah Tao. Pria itu tidak
berhenti menenggak sojunya dalam kebisuan. Ia meremas gelasnya dengan kuat
seolah ingin meremukkan benda itu.
ā Aku masih sanggup dua botol
lagi!ā di tengah-tengah kesemarakkan itu, salah seorang wanita yang juga bagian
dari kelompok itu meronta begitu rekan-rekannya melarangnya untuk kembali
menenggak minumannya. Wanita itu sudah mabuk berat dengan kondisi yang begitu
payah.
Srrett
Semua orang begitu terkejut dengan
apa yang sedang dilakukan Tao. Tanpa disangka, pria itu berdiri dari duduknya
dan menyambar tangan model itu saat ia ingin mengambil segelas soju. ā Berhenti
Ai Lin! Kau sudah minum terlalu banyak!ā Tao kelihatan sangat menyeramkan, pria
itu bersikap layaknya seseorang yang tidak ingin dibantah. Pria itu begitu
emosi begitu Ai Lin ānama wanita itu- tidak mendengarkannya.
Tao menarik lengan Ai Lin hingga
wanita itu berdiri, dengan sigap ia pun memapah gadis itu. mengalungkan tangan
kanan Ai Lin di lehernya, sementara tangan kirinya memeluk pinggang gadis itu
agar tidak terjatuh. ā Noona..aku harus mengantarnya pulang. Aku pergi.ā
matanya melirik Hyerim, berpamitan pada wanita itu. Ia segera membuang
pandangannya begitu matanya bertemu dengan mata Sora, tidak bisa ia bohongi
kerinduannya akan sosok itu terobati walau nyatanya yang ia lakukan justru
mengabaikan gadis itu. Ia justru pergi tanpa bicara sedikitpun pada Sora, ia
pergi begitu saja tanpa menghiraukan betapa hancurnya gadis itu melihat dirinya
yang begitu memperhatikan gadis lain.
Setelah Tao pergi, keadaan di
dalam ruangan itu berubah menjadi kaku dan canggung hingga banyak yang
memutuskan untuk pulang dengan berbagai alasan. Hyerim tak mempermasalahkan hal
itu, karena ia sendiri tahu apa yang terjadi. Ia melirik Sora yang sedang
termenung memandangi meja tanpa bergeming sama sekali.
ā Dia model yang sekarang ini bekerja untuk rancanganku. Sepertinya Tao cukup mengenal gadis itu.ā ujar Hyerim yang mengarah pada sosok Ai Lin. Sementara Hyerim melanjutkan penjabarannya tentang Ai Lin, Sora hanya diam sambil menekan rasa sesak di dadanya. Setelah mendengarkan Hyerim, ia bisa menarik kesimpulan mengenai seorang Zhu Ai Lin. Gadis berdarah cina itu merupakan kenalan Tao yang bisa jadi seseorang yang akan menempati posisi istimewa di hati Tao. Terlebih dari cerita yang ia dengar, Ai Lin memang begitu menggilai Tao.
ā Walau belakangan ini banyak
kabar yang mengatakan mereka dua memiliki hubungan khusus, tapi aku percaya itu
tidak benar. Aku yakin Tao masih memiliki perasaan padamu.ā Hyerim menatap Sora
sambil menggenggam tangan gadis itu.
ā Aku tidak masalah jika itu
memang benar. Aku tidak berhak untuk melarangnya berhubungan dengan gadis
manapun.ā Ucap Sora. ā Bukankah itu bagus? Berarti aku tidak perlu merasa bersalah
karena pernah menyakitinya.ā Selanjutnya air mata Sora mengalir, perlahan
membasahi pipinya. Menyedihkan dan lebih menyedihkan saat ia mencoba untuk
tetap tersenyum ketika hatinya benar-benar terluka. Sekali lagi ia gagal
membohongi perasaannya.
ā Soraā¦dengarkan aku! Baiklahā¦aku
memang tidak pernah tahu apa yang Tao rasakan, tapi percayalah dia masih
menyayangimu!ā
ā Aku tak ingin dia menyayangiku
jika kenyataannya ia justru menjauh dariku. Apa aku salah jika memintanya terus
berada di sisiku? Apa ia tak tahu aku juga merasakan apa yang ia rasakan? Aku
juga terluka karena ini semua! Tapi kenapa dia justru pergi? tidak tahukah ia
kalau aku membutuhkan seseorang untuk berbagi?ā Sora benar-benar emosional, ia
menumpahkan segala pemikirannya yang selama ini hanya ia simpan dalam hatinya.
Kepalanya sangat pusing terlebih
saat bau soju menusuk penciumannya. Ia begitu frustasi hingga tak bisa menahan
dirinya sendiri. Ia menangis, melampiaskan segala perih yang selama ini ia
tanggung sendiri.
ā Soraā¦kau mungkin menganggapnya
egois. Tapi yang ia lakukan justru agar tak bersikap egois padamu. Yahā¦ku akui
keputusannya untuk menjauhimu benar-benar egois, apalagi ia menolak untuk
berteman denganmu. Sepintas ia memang terlihat egois, tapiā¦tahukah kau jika ia
hanya menahan dirinya untuk tidak egois? Ia bukan seseorang yang bisa menerima
kekalahan Soraā¦ā
ā Ia tak ingin menerima pertemanan
karena ia tak mau jika suatu hari nanti ia menjadi seseorang yang tidak
terkendali. Ia bisa saja membawamu pergi dari negara ini jika ia mau. Membawamu
pergi tanpa peduli jika nantinya kau sudah menjadi istri pria lain. Tapi yang
ia lakukan justru melepasmu, itu semua karena ia sangat menghargai keputusanmu.
Ia tahu sampai kapanpun kau tidak akan menentang ayahmu.ā Airmata yang mulai
menyurut kini kembali mengalir, memberikan rasa hangat pada wajah Sora. Jujur
ia merasa buruk karena sudah berprasangka buruk pada Tao. Selama ini ia merasa
hanya dirinya yang tersiksa, tapi tanpa ia ketahui ada satu orang lainnya yang
menelan kepedihan dalam diamnya. Entah harus bagaimana, tapi setelah mendengar
semuanya dari Hyerim, ia ingin mendatangi Tao. Memeluk pria itu dan menyatakan
seluruh isi hatinya.
****
1 year laterā¦.
Seperti yang sudah diduga,
hidupnya tetap baik-baik saja. Meski sebuah perpisahan yang melukainya tetap
teringat jelas dalam memorinya. Cinta memberinya kesempatan untuk mendapat kebahagiaan
dengan sebuah pertemuan, namun cinta juga memberi penderitaan dalam sebuah
perpisahan. Tapi beruntung, logika untuk bertahan hidup membuatnya tetap
melanjutkan hidupnya dengan baik.
Tak dirasa waktu berjalan dengan
cepat, hingga ia tak sadar betapa hebatnya ia bisa bertahan tanpa orang yang ia
cintai. Tapi waktu terkadang membawa banyak kesulitan untuk manusia, contohnya
yang berlaku pada dirinya sekarang. Ia kesulitan bernafas begitu mendapati
seseorang yang tengah duduk di sofa ruangannya.
ā Kauā¦ā
Ia tak bisa memberi respon lain,
selain sapaan kaku. Citranya yang baik-baik saja kini berubah menjadi
menyedihkan dan begitu mengenaskan. Sekejap ia kembali menjadi seseorang yang
begitu payah saat dirinya kembali dipertemukan dengan cintanya.
ā Sepertinya kau tidak senang
bertemu denganku lagi Tao.ā sosok itu, orang yang selama ini tak bisa ia
singkirkan dari hatinya, tersenyum tanpa menghiraukan betapa jantungnya
berdebar kencang.
ā Apa tujuanmu datang kemari?ā
Orang itu, Sora hanya tersenyum
jahil menanggapi sikap dingin Tao. Gadis itu merasa terhibur dengan sikap Tao
yang begitu berbeda dengan kesan pada pertemuan pertamanya. Tidak ada pria
beranting dengan perangai blak-blakan yang suka menggodanya dengan berbagai ejekan,
yang ia lihat sekarang hanya seorang pria tanpa tindik berhati dingin. Dari
sekian banyak perubahan yang ia lihat, telinga Tao menjadi pusat perhatiannya.
Pasalnya sudah tidak ada lagi anting-anting yang biasanya menggantung di sana. Yahā¦setelah
lama tidak bertemu, rupanya Tao mengubah penampilannya menjadi lebih rapih.
Tidak ada anting, tidak jeans bolong, atau mungkin kaos tanpa lengan. Kini Tao
kelihatan lebih dewasa dengan kemeja putih serta cardigan berwarna biru tua.
Flashback
ā Mungkin dia memang keras, tapi ayolahā¦ayahmu bukan Hitler! Kau tidak
akan dikubur hidup-hidup hanya karena tidak menerima perjodohan itu.ā
ā Onnie kau yakin akan menerima
pernikahan itu? Ayolahā¦kau masih punya waktu untuk membatalkannya.ā
Ucapan Hayeon dan Soobin terus
terlintas dalam benaknya. Setelah memutuskan untuk menerima perjodohan itu,
Sora kembali berpikir tentang bagaimana dirinya ke depan. Apa ia akan bahagia?
Apa Jongdae juga akan bahagia? Tidakkah pernikahan itu hanya menyakiti semua
pihak? Bagaimanapun juga ia tidak bisa mencintai Jongdae. Ia tahu hidupnya
bukan cerita roman yang berakhir dengan seorang pria yang melarikan pengantin
wanita dari altar pernikahan. Tapi ia hanya berharap salah satu keajaiban dalam
kisah itu bisa terjadi dalam kisahnya.
Karena semua pemikiran itu,
akhirnya Sora memutuskan untuk melakukan sesuatu. Melakukan apa yang tidak
pernah ia lakukan dalam hidupnya. Untuk sekali ini saja biarkan ia melakukan
apa yang ingin ia lakukan.
ā Aku mengerti Sora, dan aku tidak
akan memaksamu. Aku bisa membantumu untuk membicarakannya dengan appa-mu.ā
Mungkin inilah keputusan akhir
yang diinginkan Sora. Ia tahu ini cukup menyakitkan karena ia mesti berterus
terang, mengatakan semua penolakannya pada Jongdae. Ia tahu harusnya ia bisa
menjaga perasaan pria itu, biar bagaimanapun pria itu adalah teman kecilnya,
orang yang selalu menjaganya dengan baik.
ā Mianhae Oppa.ā
Kejujuran memang terkadang
menyakitkan tapi itu lebih baik daripada penderitaan berkepanjangan. Jongdae mengerti
itu, ia juga tidak ingin menjadi penghalang bagi siapapun. Meski harus ia akui
hatinya benar-benar hancur saat mendengar betapa Sora begitu menderita dan
tidak bisa menerima pernikahan ini. Jujur ia memang sangat menyayangi gadis
itu, ia juga memiliki rasa ingin memiliki sama seperti pria lainnya. Namun ia
memang harus melakukannya. Ia sadar ini bukan masalah ia begitu berbesar hati
melepas gadis itu, ini masalah apakah ia siap bersanding dengan seseorang yang
tak bisa menerima dirinya. Jadi sesulit apapun itu, ia akan mundur, ia melepas
Sora tanpa syarat.
Setelah berhasil membicarakan
masalahnya pada Jongdae, sekarang tibalah dimana keberaniannya diuji. Sekarang
ia harus menemui ayahnya, membicarakan semuanya, sama seperti yang telah ia
lakukan pada Jongdae.
Suasana ruang keluarga malam itu
benar-benar tegang dan menyeramkan. Telah duduk Sora yang berseberangan dengan
ayahnya yang sedang mendecak frustasi. Baru saja perdebatan hebat menggaung di
dalam ruangan itu. Tuan Kim dibuat terkejut dengan perlawanan Sora yang
mendebatnya. Ia seperti sedang berhadapan dengan orang asing, tidak ada lagi
Sora yang begitu mematuhi perkataannya. Sosok itu hilang seiring dengan
pembrontakan hebatnya. Ia tidak memiliki ide lain, kepalanya benar-benar pening.
Apa salah jika ia menginginkan
yang terbaik untuk putrinya? Apa salah jika ia ingin putrinya bersanding dengan
pria yang baik? sayangnya ia benar-benar salah. Bagaimanapun akal sehat serta
nuraninya telah menjatuhinya. Mungkin keinginannya tidak akan menjadi sebuah
kesalahan jika saja ia tidak bersikap diktator. Harusnya ia bertanya apa yang
diinginkan putrinya, bukan malah memaksanya dengan sesuatu yang tidak bisa
ditolak.
ā Appaā¦aku tidak bermaksud untuk
mengecewakanmuā¦appaā¦.ā Sora hanya bisa menelan kepedihannya begitu ayahnya
meninggalkan ruangan itu dan kembali ke kamarnya tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Dalam posisinya, Sora hanya mampu meredam tangisnya.
ā Kau mengenalnya, dia hanya butuh
waktu.ā Nyonya Kim memeluk putrinya, memberi sandaran untuk mata hatinya
mencurahkan seluruh tangisnya. Yahā¦sebagai ibu dan seorang istri ia hanya bisa
menjadi penengah, menjadi seseorang yang bersikap netral. Dalam kasus ini ia
tak membenarkan siapapun, namun sebisa mungkin ia akan menjadi penengah antara
suami dan putrinya. Ia ingin keduanya menemui kesepakatan terbaik, yang
tentunya membawa kebahagiaan untuk semuanya.
Flashback end
Tao memalingkan wajahnya, ia
mengalihkan pandangannya ketika Sora mendapati dirinya sedang menatap gadis itu
dengan serius. Ia terlalu terbawa dengan cerita yang Sora katakan. Semua
lukanya seakan terobati, jiwa lemahnya seperti dipaksa untuk membrontak
perangkap yang memperdayanya. Mendengar betapa beratnya perjuangan gadis itu
untuk melakukan sebuah pemberontakan bukan hal yang biasa, ini merupakan sebuah
berita yang membuatnya menyesali keputusannya yang begitu egois.
ā Pasti kau benar-benar tidak
percaya kalau aku mampu melakukan semua itu, karena aku pun begitu. Aku tidak menyangka,
aku juga bingung darimana aku mendapat kekuatan untuk melakukannya. Tapi lambat
laun aku mengerti darimana aku mendapatkan semua itu.ā Tao menolehkan
kepalanya, memusatkan perhatiannya pada Sora.
ā Aku mempunyai sebuah tujuan yang
membuatku berani melakukan itu semua. Kau tahu, layaknya pelajar yang mesti
berjuang untuk menjalani ujian demi memasuki perguruan tinggi, itulah
keadaanku.ā Sora menyimpulkan senyumnya, lagi-lagi ia berhasil membuat Tao
kehilangan kendalinya. Pria itu terlihat begitu salah tingkah. ā Kau tidak
ingin tahu apa tujuanku?ā
Setelah diam beberapa saat, Tao
mendehem pelan. ā Memangnya apa tujuanmu?ā tanyanya.
ā Tujuankuā¦. tujuanku tidak akan
pernah berubah, kecuali jika gosip tentang kencanmu dengan Ai Lin benar.ā Sora
mengerling, ia terlihat menyindir Tao dengan kabar yang selama ini terus
mengikuti laki-laki itu.Yyahā¦selama setahun itu, gosip hubungannya dengan Ai
Lin semakin jelas terdengar, terlebih karena Ai Lin memang terlihat semakin
sering menempelinya.
Bahu Tao turun seiring dengan
helaan nafasnya yang terkesan lelah. Ia yang dari tadi hanya berdiri di depan
pintu kini berjalan masuk ke dalam ruangannya. Tatapan matanya terlalu biasa,
hingga sulit ditebak oleh Sora. Gadis itu memang tak berani untuk menyimpulkan
sesuatu dari sorot mata Tao.
ā Walau aku menyukai bentuk
tubuhnya, tapi aku tidak mencintainya. Jadi kau tidak perlu mengubah tujuanmu.ā
Sora tersenyum mendengar ucapan Tao. Gadis itu langsung bangkit dari duduknya,
menyejajarkan posisinya dengan Tao yang berdiri di depannya.
Sekali lagi Sora tersenyum, lebih
tepatnya menahan tawanya agar tidak meledak. Pasalnya Tao mengulurkan tangan
padanya dengan wajah super bodoh. Sora menggenggam tangan Tao. ā Ku pikir kau
sudah bersama Ai Lin, bukankah dia teman kencan yang bagus? Dia menggoda..ā
ā Yahā¦walau sampai kapanpun kau
tidak bisa menjadi seseksi dia, kau tetap terlihat yang terbaik. Love is blind, right?ā Tao menyeringai
puas, kini kecanggungan antara keduanya hilang begitu saja. Mereka sudah tak
segan untuk mengejek satu sama lain. Dan kini Sora mendapatkan Tao-nya kembali,
Tao si pria menyebalkan yang tidak pernah berkata manis.
Tanpa keduanya sadari, mereka
telah berjalan keluar dari ruangan Tao. Berjalan beriringan melewati beberapa
ruangan dengan bergandengan. ā Ngomong-ngomong bagaimana kau tahu..tentang aku
dan Ai Lin?ā
ā Hyerim Onnieā¦ā
ā Kau memata-mataiku?ā Tao
memandang Sora, ā Ya..hanya berjaga-jaga kalau penantianku bukan sebuah lelucon.ā
Sora mengangkat bahunya dengan santai. Sesantai tangannya yang mengayun ringan
bersama tangan Tao yang menggenggamnya.
Tao berhenti, pria itu
menghentikan langkahnya. Hal itu tentu membuat Sora penasaran. ā Lalu bagaimana
dengan ayahmu?ā Tao memandang Sora dengan serius, kali ini perbincangan mereka
sudah tak membahas hal main-main.
Melihat itu Sora memperhatikan Tao
dari atas sampai bawah. Matanya berhenti tepat menyorot mata Tao. ā Kau takut
dengan ayahku?ā sindir Sora.
Tao tidak menjawab, ia lebih
memilih untuk menundukkan kepalanya. memijit pelan tengkuknya kemudian menatap
Sora kembali. ā Menurutmu?ā Tao menyeringai. Tak banyak yang ia sampaikan, tapi
itu sudah cukup untuk membuat Sora yakin jika pria di hadapannya tak akan
menyerah hanya karena sang ayah.
Perjalanan mereka mungkin masih panjang,
terlebih tujuan baru telah menyambut hari mereka ke depan. Tapi mereka akan
saling menggenggam tangan satu sama lain begitu salah satu pihak merasa lelah.
Mereka telah dewasa, keduanya akan menghadapi tentangan bersama. Waktu telah
memberi mereka pelajaran dan kini waktu memberi mereka kesempatan untuk
menghadapi ayah Sora.
ā Kemana anting-antingmu?ā
ā Ku lepas. Untuk bertemu dengan
calon mertua anting-anting itu harus dilepas.ā
END
Thanks,
GSB
woaahh..aku tegang banget waktu ayahnya sora ketemu tao..sadis jg kata2nyaa..tp aku seneng akhirnya sora jadi berani nentuin jalan hidupnya...tp tao jg hebat mau berubah n masih setia sama sora sampe 2 tahun..
ReplyDeleteff nya kereeeenn...gomawo chingu..^^
yah...akhirnya sora dan tao sama" bljr..
Deletekeren ya tao?? oke...makasih yah komennya..