Flavor (1 of 2)
Main cast = Lee Byunghun aka L.Joe, Park Hyo
Jin
Minor cast = Lee Kyunghun, Lee Chan Hee
Length = Twoshoots
Genre = Romance
Author = Salsa
Itās amazing how a person who was once just a stranger,
Suddenly mean the world to you
Suasana sibuk bandara Internasional Paris terhampar, menjadi
sambutan bagi para pendatang. Bangunan arsitektur yang mewah dan sikap
individualistis seluruh penghuninya seakan menegaskan kemegahan kota romantis
ini. Paris.
Seorang gadis dengan beanie bergambar kartun berjalan
menyusuri area bandara dengan tatapan kagum. Ia melepas pegangannya dari koper
dan berteriak sambil mengangkat tangannya ke udara. āPARIS, PARK HYO JIN
DATANGā Gadis itu, Hyo Jin, tak peduli dengan tatapan orang-orang padanya. Ia
tersenyum lega setelah meneriakkan kalimat itu, setidaknya mereka semua tak
mengerti. Hyo Jin menarik kopernya kembali danā¦
āpaboā
āapa?ā
Pria yang barusan menyindirnya itu berjalan begitu saja
melewati Hyo Jin. Tentu saja Hyo Jin tak terima, ia langsung menarik kopernya
lebih cepat dan mencoba menyamakan langkah.
āYA! Setiap manusia itu
punya kebebasan berekspresi. Ini caraku. Jadi lebih baik jangan komentar
apalagi menghinaku seperā¦ā¦ Errr! Kau lagi rupanya?ā Hyo Jin melompat ke depan pria itu dan merentangkan
tangannya, membuat sang pria mau tak mau berhenti.
āminggirā ucapnya dingin.
ākenapa kau mengikutiku?ā Hyo Jin bertolak pinggang dan
menatap namja di depannya dengan tatapan menyelidik. Namja itu mendecak,
mendelik, menggeram, tak habis pikir dan langsung mendekatkan wajah mereka
sambil melepas kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya.
ākita masih di bandara, Jenius. Dan kau pikir apa untungnya
bagiku mengikuti yeoja bodoh sepertimu?ā
āYA! Bodoh?ā dengan cepat Hyo Jin menarik tas selempangnya
ke depan dan mengeluarkan selembar kertas berstempel resmi.
ākeobwa! Surat keterangan penerima beasiswa 75% di
universitas Paris atas nama Park Hyo Jinā ujar gadis itu menggebu-gebu sambil
menunjuk dirinya sendiri. Sementara namja di depannya melipat tangan dan
menatap Hyo Jin seolah sedang menilai.
āberarti mendapat beasiswa di zaman ini sudah tidak terlalu
sulit ya?ā
āapa?ā
ālihat saja dirimu. Kau yang duduk di bangku orang saat di
dalam pesawat dan berteriak seperti tarzan di bandara internasional saja bisa
mendapat beasiswaā Pria itu mengucapkan sebuah kalimat panjang yang membuat Hyo
Jin tercengang dengan ekspresi datar dan tangan yang bersedekap tenang.
āsekarang minggir!ā entah kenapa Hyo Jin mengikuti ucapan
pria itu begitu saja. Ia bergeser dan memberi jalan dengan lemah. Apakah benar begitu? aku memang salah
melihat nomor kursiku saat di pesawat tadi, tapi apa hanya karena itu aku jadi
termasuk kategori bodoh? Apa beasiswa ini berada di tangan yang tidak tepat?
Apa dikembalikan saja?
Perkataan seseorang yang baru ia kenal beberapa jam yang
lalu sukses membuat Hyo Jin mempertanyakan kepintarannya sendiri dalam hati. Ia
memasukkan surat pernyataan itu ke dalam tas dan melanjutkan langkahnya sambil
menarik koper. Matanya lurus menatap pria tadi, langkahnya terlihat angkuh dan
tidak bersahabat. Jika aku bertemunya
lagi, aku harus mencekiknya.
**********
Hyo Jin berusaha berkonsentrasi, ia menyipitkan matanya dan
melihat lubang kunci dengan seksama. Lantas mencoba memasukkan kunci itu sekali
lagi, danā¦.. ceklek. Pintu itu malah terbuka duluan sebelum Hyo Jin sempat
memutarnya, seseorang telah membukanya dari dalam. Hyo Jin terkejut. Tapi si
pembuka pintu itu bahkan lebih terkejut lagi.
āKAU??!!ā teriak keduanya serempak.
āapa yang kau lakukan?ā tanya pria di pintu itu.
āharusnya aku yang bertanya seperti itu! ini apartemenkuā
sahut Hyo Jin.
āapartemenmu? Ini milikkuā Hyo Jin mendesah, jangan-jangan
ia salah lihat lagi. Gadis itu memeriksa nomor kamar yang diberitahukan
eommanya dan menyamakan dengan nomor di pintu. 109. Danā¦. 109.
āini kamarku! Sungguhā ujar Hyo Jin tanpa emosi. Ia
menyodorkan handphone-nya pada pria itu dan sesaat tak ada yang bicara. Gadis
itu lelah. Lelah sekali. Seharusnya ia bisa sampai di apartemen ini sejak 4 jam
yang lalu. Tapi taksi yang ia tumpangi malah sengaja berputar-putar untuk
menambah ongkos. Hyo Jin menyesal setengah mati karena sudah dengan bodohnya menghitung
uang di dalam taksi dan membuatnya terlihat seperti mangsa menggiurkan bagi si
sopir.
āah~ā dan seperti teringat sesuatu, pria itu memejamkan mata
dan langsung mempersilakan Hyo Jin masuk dengan nada bersalah.
ājadi kau yang salah kamar?ā tanya Hyo Jin sambil menyeret
kakinya masuk.
āanio!ā
āmwo? Tapi eomma bilang aku akan tinggal bersama seorang
perempuan korea. Oh..atau jangan-jangan kauā¦ perempuan?ā
āYAK! Apa aku terlihat seperti perempuan?ā
ātidak juga! tapiā¦..ā
āharusnya memang bukan aku yang tinggal disini. Aku hanya
menggantikan teman perempuanku yang tidak mengambil beasiswanyaā
ājadi kau juga dapat beasiswa?ā
āanio! aku hanya menggantikan tempat tinggalnya, beasiswanya
dianggap hangus karena tidak diambilā
āmungkin kau harus menceritakannya lagi besok. Aku
benar-benar lelah dan tak mengertiā
āsebelahnya! Kamar
yang sebelahnyaā teriak pria itu saat Hyo Jin hampir membuka sebuah kamar. āaku
sudah meletakkan barang-barangku disituā Hyo Jin mendesah, lalu menyeret-nyeret
kopernya lagi ke pintu di sebelahnya danā¦ā¦
āheh!ā Hyo Jin berseru, membuat pria itu menoleh dan menatap
Hyo Jin seakan berkata āapa?ā
ākita tak mungkin tinggal berdua disini. Jadi lebih baik
jangan keluarkan barang-barangmu dari koper. Sebentar lagi kau akan pindahā Hyo
Jin melirik pintu keluar dan menatap sang pria dengan tatapan mengintimidasi.
Pria itu menaikkan sebelah alisnya dan mendengus sambil menggeleng-gelengkan
kepala. Kok ada ya perempuan setidak tahu
diri itu? sudah bagus kuizinkan masuk.
**********
Hyo Jin membuka pintu kamarnya pelan-pelan dan mengintip keluar.
Pria itu, pria tanpa perasaan yang sudah mengatainya bodoh di pesawat dan
bandara , juga pria yang ternyata satu apartemen dengannya, sekarang tengah
duduk di meja makan sambil memakan roti dan menatap layar ponsel. Hyo Jin
mendengus. Ia menutup pintu kamarnya lagi dan segera meraih ponsel.
āyoboseoā
āHyo Jin~aaaā¦. Aigooā¦. bagaimana perjalananmu? Kau sudah
sampai di Paris sayang? Bagaimana keadaan disana? Eomonaā¦. Bogoshipoyo. Semua
tetangga menanyakan keadaanmu juga. Katanya Seoul jadi sepi sekali tanpa
kehadiranmuā Hyo Jin mendecakkan lidahnya. Memangnya
aku apa? gara-gara tidak ada aku, Seoul jadi sepi? Keterlaluan. Bukankah semua
tetangga yang selalu meneriakiku ādasar gadis gila!ā atau āYA! Pergi kau yeoja
berisikā senang karena aku benar-benar pergi? Memangnya mereka pikir aku tidak
tahu mereka membuat pesta kepergianku? Cihā¦
āne.. aku sudah sampai dengan selamat dan baru saja tidur 12
jam di apartemen. Dan katakan pada para tetangga, tolong buat pesta kepergianku
dengan lebih meriah. Suruh mereka undang super junior kalau bisaā balas Hyo Jin
sinis. Namun sang ibu malah tertawa sambil mengangguk-angguk antusias di ujung
sana.
āne.. Hyo Jin~aaā¦.. itu ide yang bagusā Hyo Jin kembali
mendengus. Astaga eomma, aku sedang
menyindir! Bukan memberi ide. Belum jelas ya?
āgeumanhae eomma. Aku menelfonmu untuk bicara pentingā
āada masalah apa?ā
ākenapa kau membiarkanku tinggal bersama seorang pria?ā
tanya Hyo Jin sambil bertolak pinggang.
āpria? Aniyeo! Seharusnya kau tinggal bersama pelajar perempuan
asal korea yang mendapat beasiswa juga. Namanya Shin Chae Yeonā
ātapi nyatanya yang ada malah seorang pria asing tak
bermanner. Dan aku yakin namanya bukan Shin Chae Yeonā
ājinjja? Tapi eomma sudah mengeceknya sebelum menyewa
apartemen. Coba kau tanyakan lagi. Mungkin dia salah kamar. Atau jangan-jangan
kau yang salah kamarā
āmolla! Pokoknya aku mau pindahā
āpindah bagaimana? Eomma sudah membayarnya untuk setahunā
ākalau begitu akan kubuat dia pindahā tangan Hyo Jin
terkepal erat penuh ambisi.
āmaja. Kalau anak itu tidak mau pindah, eomma akan datang
kesana dan tinggal bersamamu Hyo Jin~a. Tidak perlu khawatirā
āYA! BUYAA? Jangan bilang begitu, kau malah membuatku
khawatirā Hyo Jin menggaruk lehernya. Ia jauh-jauh ke Paris agar bisa hidup mandiri
dan terbebas dari ocehan eommanya yang mengalahkan suara bising mesin pesawat.
Tapi sekarang eommanya malah mau ikut-ikut kesini? Astaga~ Seoul bisa jauh
lebih sepi lagi.
āaku hanya butuh dukunganmu dari sana, eomma! Aku bisa
mengatasi pria iniā
āeomma akan mendoakanmu sayang. Hyo Jin~a fighting!ā
āne.. Fighting! Anyyeong eommaā Hyo Jin menghembuskan napas
dan menoleh lagi kearah pintu yang tertutup. Ia harus bicara dengan namja itu.
Sekarang.
**********
Sementara itu, L.Joe -seorang
pria Korea yang tengah melanjutkan studi fotografi di Paris- masih lurus menatap layar ponsel
dengan gamang. Nyaris seluruh keluarga besarnya tidak menyetujui kepergian
namja itu ke Paris, terlebih hanya untuk sekolah fotografi. Memang, bagi mereka
ini hanya membuang-buang waktu, terlebih ada satu perusahaan besar yang sudah
menunggunya di Korea. Hidup harusnya menjadi semudah itu. Hidupnya sudah
disiapkan dengan baik oleh orang tua yang sangat berkecukupan -atau mari sebut berkelebihan-. Tapi ia
tak menginginkan hidup yang seperti itu, ia mencintai fotografi, dan ia sudah
sejak lama mengagumi kota Paris. Ia ingin menghidupkan impiannya yang tertunda
selama bertahun-tahun di kota ini, ia ingin meninggalkan semua berkas konyol yang
membuat matanya sakit dan juga ibu yang terus-menerus mendesaknya untuk
mengerti.
Banyak orang yang menginginkan kehidupan seperti itu,
kehidupan dimana kau bisa mendapatkan uang sebanyak apapun tanpa usaha lebih,
tapi orang itu bukan L.Joe. Ia bukan tipe pria yang betah duduk berlama-lama di
ruang besar, pria yang kerjanya hanya memerintah bawahan dan membubuhkan tanda
tangan. Ia ingin hidup yang benar-benar hidup, ia ingin hidup dari passionnya
di bidang fotografi. Tapi kenapa seluruh
keluargaku tak ada yang bisa mengerti?
ākau bisa menyuruh Kyunghun hyung menjalankan perusahaan.
Kenapa harus aku?ā gumam L.Joe. Matanya masih lurus menatap pesan yang
dikirimkan eommanya semalam.
Jika kau tak kembali minggu depan. Eomma akan datang kesana dan
mencarimu.
āheh! Aku mau bicara denganmuā mendengar suara itu, L.Joe
mengangkat kepalanya dari layar ponsel.
āakhirnya bangun juga. Baru saja mau kupanggilkan ambulanā
ujarnya tanpa ekspresi. Hyo Jin membuka mulutnya tak percaya, astaga~ pria ini!
āYAA! KAU! aku ingin kau pindah sekarang jugaā
L.Joe mengangkat sebelah alisnya. Heran. Gadis ini sakit ya? ākenapa aku harus pindah?ā
ākarena menurut adat timur seorang perempuan dan laki-laki
yang tidak memiliki hubungan tidak boleh tinggal bersamaā
ātapi kita ada di Negara baratā
ātapi kita orang timurā
ākalau begitu kenapa tidak kau saja yang pindah?ā
āmana mungkin?ā
ākenapa tidak mungkin?ā
ātentu saja tidak mungkin. Pertama, aku ini perempuan,
seharusnya bukan perempuan yang mengalah. Kedua, aku sudah membayar sewa
apartemen ini selama setahun. Jadi aku tak mungkin pindahā
āini bukan masalah gender. Coba gunakan otakmu yang kecil
itu untuk berpikir, coba kau ingat-ingat, siapa duluan yang menempati apartemen
ini? biar kubantu, aku tiba disini 4 jam sebelum kau datang. Dan satu lagi, aku
sudah membayar sewa apartemen ini sampai lulus. Dan kabar baiknya, aku baru
akan lulus 3 tahun lagi. Jadi coba pikir siapa yang lebih berhak pindah?ā L.Joe
berdiri dan berjalan mendekati Hyo Jin sambil bersedekap. Hyo Jin yang terkejut
tak bisa berkata apa-apa dan hanya mengusap tengkuknya mencoba mencari alasan.
ācepat kemasi barangmu dan keluar dari sini!ā ucap L.Joe
dingin.
āuhā¦ begini, menurut adat timur, setiap manusia harus saling
tolong-menolong. hahahaā¦ iya kan? sebenarnya aku senang loh bisa tinggal
bersama orang Korea juga. Kalau aku pindah, belum tentu aku bisa tinggal
bersama orang Korea. Kau juga kan, belum tentu yang akan menempati apartemen
ini nantinya orang korea juga. hahaā¦ yang tadi itu aku cuma bercanda. Aku cuma
mau tahu apa teman satu apartemenku ini bisa diajak main-main atau tidakā Hyo
Jin tertawa canggung sambil merangkul L.Joe sok akrab. Sementara namja itu sendiri
tak bergerak, terheran-heran memperhatikan tingkah Hyo Jin yang super aneh.
Beberapa saat yang lalu ia berteriak-teriak mengusirnya pergi dan sekarang ia
tertawa-tawa dan merangkulnya seperti teman lama.
ābegini saja, sebagai wanita kan aku harus memikirkan
keselamatanku juga. Walau bagaimanapun aku ini kanā¦.ā
āaku-tidak-akan-menyentuhmuā sela L.Joe penuh penekanan.
āasalkan kau juga tak menyentuhkuā lanjut pria itu sambil melirik tangan Hyo
Jin yang bergelayut di bahunya.
āoh.. oh.. benar! Aku tidak akan menyentuhmu asal kau tidak
menyentuhku. Aku setujuā Hyo Jin menarik tangannya dari bahu L.Joe dan
mengangguk-angguk setuju.
ākita sepakat. Oke?ā gadis itu mengulurkan tangannya untuk
berjabat tangan. Namun L.Joe malah tersenyum mencibir dan
berjalan memasuki kamarnya begitu saja.
ābenar! Kita tak boleh bersentuhan kan? Awas kalau kau
menyentuhku! Dasar pria! Huh!ā pekik Hyo Jin sambil mengepalkan tangannya yang
terulur. Kenapa jadi aku yang terlihat
ingin sekali menyentuhnya?
**********
Keesokan paginya, Hyo Jin keluar dari kamar lengkap dengan
beanie dan ranselnya. Dengan rambut kecokelatan yang tergerai panjang, gadis
itu juga memakai kacamata tanpa lensa, jeans robek-robek dan kaos hitam
berbalut kemeja kotak-kotak. Di saat yang bersamaan, pria di kamar sebelah juga
keluar. Ia memakai kemeja lengan panjang yang terkancing rapi dan jeans putih
bersih. Di lengannya sebuah kamera D-SLR tersampir. Mereka saling menoleh dan
bertatapan dengan sengit.
ākau? kuliah dengan pakaian itu? pffttt!ā L.Joe mencoba
menahan tawa dan berpaling dari gadis itu. Sementara Hyo Jin yang merasa kesal
mempertajam tatapannya sambil bertolak pinggang menghadap L.Joe.
ākalau iya kenapa?ā
ākau lebih terlihat seperti preman dari pada anak kuliahā
namja itu terkekeh lagi dan menggeleng-geleng sambil membenarkan posisi
kameranya.
āoh.. setidaknya aku tidak terlihat seperti uhukā¦. Nerdā sindirnya sambil pura-pura
terbatuk lalu berjalan begitu saja melewati L.Joe.
āYA! Dan kau? menurutmu itu bagus? Kau terlihat seperti
perpaduan antara badut sulap dan gelandangan, dan pengamen dan preman danā¦ā
āuhukā¦ nerd.. uhuk
uhuk geeky boy ā Hyo Jin mengeraskan
suaranya sambil terus berjalan menjangkau pintu keluar.
āsetahuku fotografer itu modis loh! Tapi iniā¦. aish perlukah
kusebutkan seburuk apa penampilanmu? Coba bercermin, kau terlihat seperti kutu
kamera, ups! Sorry not sorry!
Hahahahā Hyo Jin menarik gagang pintu dan keluar apartemen sambil tertawa puas.
L.Joe yang sudah tak punya kesempatan untuk membalas hanya
mendengus sambil menatap pintu yang baru saja tertutup. Lantas benar-benar
berjalan ke arah cermin.
ājinjja? Seperti ini terlihat culun?ā L.Joe benar-benar tak
mengerti. Padahal menurutnya ini sudah sangat baik. Dengan tak yakin, ia
mengacak rambutnya. Kemudian ia melihat bayangannya lagi. Lantas membuka
kancing paling atas kemejanya.
āaku harus begini? Tapi ini tidak rapiā L.Joe mendesah. Ini
terasa aneh baginya.
ātapi aku sudah sangat jauh dari rumah. Harusnya aku berani
melakukan hal-hal baru. Aku bukan Lee Byunghun. Disini aku L.Joeā sudut
bibirnya perlahan tertarik, menyeringai ke arah kaca dan mengacak rambutnya
lebih yakin.
ābenar! Aku L.Joe. Bukan Lee Byunghun. Aku tak perlu memakai
jas resmi ataupun kemeja formal lagi. Aku tidak perlu menyisir rambutku serapi
biasanya. Aku bisa membuat karakter L.Joe jauh dengan Lee Byunghun. Aku bisa
menjadi apa yang kumauā
**********
Minggu pertama di Paris berlalu dengan menyenangkan. Hyo Jin
mendapat banyak teman baru di kampusnya, ia juga memakan makanan enak setiap
hari. Sebagai pemegang beasiswa, beban biaya kuliah terasa tak begitu berarti.
Selain itu, sewa apartemen pun sudah lunas untuk setahun dan tagihan-tagihan
lain biasanya baru akan mulai di akhir bulan. Hyo Jin sangat menikmati
kehidupan barunya ini. Dan soal teman satu apartemen, mereka sudah tak terlibat
pembicaraan apapun selama hampir 5 hari. Saat Hyo Jin pulang kuliah, L.Joe
pasti sudah mendekam di kamarnya. Mungkin namja itu sedang sangat sibuk.
Entahlah. Atau jangan-jangan dia memang
tak mau bertemu denganku.
Namun, semuanya tentu tidak akan semulus apa yang ia pikir. Siang itu, Hyo Jin baru merasakan betapa beratnya hidup di
negeri orang. Kenapa? Karena tiba-tiba saja dompetnya kosong. Hyo Jin
mengeluarkan lembar uang terakhir yang menghias dompetnya untuk membayar Espresso
dingin yang sudah ia sedot. Setelahnya, Hyo Jin langsung mencari ATM dengan
panik. Ia melihat sisa uang di rekeningnya sambil meringis. Uang yang dikirimkan
untuk sebulan habis dalam seminggu. Hebat! Bagaimana
bisa aku seboros ini?
Ia tak mungkin meminta dikirimkan lagi, ibunya cuma seorang
pedagang biasa. Hyo Jin mendesah dan keluar dari box ATM dengan lesu. Tiba-tiba
saja Espresso-nya terasa sangat pahit di lidah.
Saat kembali ke apartemen, seperti biasa tempat itu lengang
seperti makam. L.Joe di dalam kamar -mungkin
sedang mengerami telur-.
Hyo Jin masuk ke kamarnya dan langsung tidur. Namun beberapa
saat kemudian ia bangun karena kelaparan.
Saat Hyo Jin keluar, suara spatula dan wajan yang beradu
terdengar dari dapur. L.Joe masak? Hyo
Jin berjalan mendekat dan benar saja! pria itu sedang memasukkan potongan sosis
dan daun bawang ke telur dadarnya. Hyo Jin memperhatikan pria itu sambil
bersandar di dinding. L.Joe meletakkan telurnya di piring dan berbalik. āehā
pria itu terkejut melihat Hyo Jin.
ābisakah kau buatkan untukku juga?ā tanya Hyo Jin baik-baik.
Ekspresi gadis itu membuat L.Joe merasa kasihan. Ia menyodorkan piringnya pada
Hyo Jin dan berbalik lagi membuat telur dadar yang sama. Hyo Jin tersenyum
senang melihat makanan, ia berjalan ke meja makan dan duduk disana menunggu
L.Joe.
Beberapa menit setelahnya,ā¦.
ākenapa belum dimakan?ā L.Joe meletakkan gelas air di
samping Hyo Jin.
āaku mau makan bersamamuā
āaku akan makan di kamarā L.Joe berlalu begitu saja dan
menghilang di balik pintu kamarnya. Hyo Jin mendengus, padahal ia sedang
mencoba ramah. Tapi ya sudahlahā¦ā¦ā¦ yang
penting aku bisa makan.
**********
Di malam berikutnya, Hyo Jin kembali meminta L.Joe untuk
membuatkan makanan. Namja itu tidak berkata apa-apa dan hanya memasak dengan
wajah datar untuk dua sampai tiga malam setelahnya. Namun saat Hyo Jin meminta
lagi,ā¦ā¦
āYA! Aku bukan pembantumu!ā teriak L.Joe. Hyo Jin berjengit
dan langsung menundukkan kepalanya takut.
āa..uangku habis. Aku tak bisa membeli bahan makanan dan
kemampuan masakku tidak begitu baik danā¦. ā L.Joe meninggalkan Hyo Jin sebelum
gadis itu menyelesaikan ucapannya. BAAMM! Pintu kamarnya berdebam dan terdengar
suara ceklek, tanda dikunci. Hyo Jin berjengit lagi mendengar suara pintu yang
dibanting. Ia meringis dan meremas tangannya. Mata gadis itu mengedar ke konter
dapur, sebungkus mie instan tertinggal disana. Dia sengaja meninggalkan mie ini untukku? atau dia tak sengaja
meninggalkannya? Hyo Jin mengambil mie itu dan melirik kamar L.Joe yang
tertutup rapat.
āini untukku kan? terima kasih yaā Hyo Jin berbisik pelan.
Akhirnya, malam itu ia bisa mengisi perutnya walau dengan
mie super lembek hasil karyanya. Padahal ia sudah mengikuti petunjuk yang ada
di belakang bungkus mie tersebut dengan teliti, tapi tetap saja hasilnya tidak
seenak yang ada di tv. Ia bahkan menggunakan gelas ukur untuk merebus air, lalu
menggunakan stop watch saat merebus mie-nya. Aku yakin semuanya sudah pas! 500 cc air dan 3 menit waktu perebusan.
Apa yang salah?
**********
Keesokan paginya, L.Joe dan Hyo Jin yang biasa keluar kamar
dengan kompak kini tidak lagi kompak. Saat Hyo Jin keluar, pria itu tak berdiri
di sebelahnya untuk menghina gaya berpakaian Hyo Jin. Dia belum bangun? Atau sudah jalan? Hyo Jin mendecakkan lidah
dengan bosan, padahal ia sudah memikirkan kata-kata yang bagus untuk menghina
L.Joe. walaupun dalam hati aku sering
berpikir penampilannya yang rapi itu terlihat sangat chik dan keren dan aku
ingin memujinya dan menyentuh rambutnya untuk membuktikan apakah rambut yang
kelihatan sangat halus itu benar-benar sehalus apa yang terlihat, lalu
menyentuh kulit wajahnya yang terlihat bersih dan segalanya yang nampak
sempurna itu, tapi lebih dari semua yang telah kusebutkan tetap saja aku merasa
harus menghinanya sebagai ritual pagi yang menyenangkan.
Pandangan mata Hyo Jin tak sengaja terarah ke meja makan,
dan beberapa roti lengkap dengan selai cokelat dan nanas telah tersedia. Gadis
itu tersenyum, lalu melirik kamar di sebelahnya. Ia duduk di depan roti-roti
itu dan mengoleskan selai dengan senang, hinggaā¦.
Ceklekā¦ saat suara itu terdengar, Hyo Jin tengah memasukkan
potongan besar roti ke dalam mulut. Ia memutar kepalanya dan langsung berdiri
saat melihat L.Joe tengah menatapnya dengan tatapan datar seperti biasa.
āuhukā¦. Maaf! Ini punyamu? Kukira kau sudah jalan dan
meninggalkan ini untukkuā Hyo Jin meletakkan selai di tangannya dan membungkuk menyesal.
L.Joe tak merespon apa-apa dan langsung berjalan menuju
pintu keluar.
āchangkaman! L.Joe-ssiā namja itu berhenti tepat sebelum
tangannya menyentuh gagang pintu.
āwae?ā tanyanya dengan kepala yang tak benar-benar tertoleh.
āmungkin aku akan sedikit merepotkanmu dalam hal makanan
selama 3 minggu ini. Aku sama sekali tak punya uang dan jika uang bulananku
dikirim pun aku tidak yakin bisa membayar semuanya. Jadiā¦. bisakah kau
membantuku?ā Hyo Jin melirik L.Joe takut-takut. āsetelah 3 minggu ini. Aku
janji tak akan mengganggumu lagiā Sambung Hyo Jin cepat. Ia menunduk dalam dan
memejamkan matanya sungguh-sungguh. Suara langkah terdengar mendekat, Hyo Jin
mengangkat kepalanya dan ternyata L.Joe sudah berdiri di hadapannya.
ābagaimana jika kita membuat perjanjian?ā
ālagi?ā tanya Hyo Jin, merujuk pada perjanjian ātidak saling
menyentuhā yang sudah mereka sepakati di hari pertama.
āne.. ā
āsoal apa?ā
āaku akan bertanggung jawab penuh dalam hal makanan. Mulai
dari membeli bahan-bahan sampai memasaknya. Tapi untuk urusan mencuci dan
kebersihan, itu ada di tanganmuā Hyo Jin tersenyum.
ākedengarannya mudahā
ābenarā L.Joe mengangguk.
āaku setujuā ucap Hyo Jin.
āaku jugaā sahut L.Joe. Mereka berjabat tangan sambil saling
tersenyum. Kemudian L.Joe langsung berjalan ke dalam kamar dan mengeluarkan
keranjang pakaian, ia meletakkan keranjang itu di lantai dan mendorongnya
dengan kaki sampai menyentuh kaki Hyo Jin. Gadis itu menatap keranjang itu
dengan tatapan āapa ini?ā kepada L.Joe yang tengah bersedekap puas.
ākau tahu kan kebersihan itu meliputi mencuci pakaian,
menjemur dan menyetrikanya? Kalau sudah kau tak perlu memasukkan baju-baju ini
ke lemariku, kau cukup meletakkannya di depan pintu kamar dan aku akan
melakukannya sendiriā Hyo Jin tak bicara apa-apa dan hanya menatap semua
pakaian itu saja. ia sengaja ya? Berapa hari
namja ini tidak mencuci?
ākebersihan itu juga meliputi mencuci piring, menyapu,
mengepel dan mengelap perabot rumah. Kita sudah tinggal disini hampir dua
minggu dan sepertinya beberapa benda sudah mulai berdebu. Ah~ aku senang kita
berdua saling setuju!ā L.Joe tersenyum puas setelah mengatakan itu sementara
Hyo Jin kehilangan seluruh akalnya.
āa..apa?ā gadis itu tersadar saat L.Joe sudah menutup pintu
apartemen.
ādia! Beraninya namja itu membodohiku!!ā
**********
Walaupun merasa dirugikan, Hyo Jin tetap sudah setuju dan
tak punya pilihan lain. Ayolahā¦. Bagaimanapun balasannya adalah makanan. Semua
orang tetap harus makan jika mau hidup. Akhirnya di minggu pagi yang cerah, Hyo
Jin menyapu apartemen yang kotor dan meneriska semua baju yang baru kering. Ini
sangat melelahkan, tapi sekali lagi, ini semua demi makanan.
Setelah selesai, Hyo Jin mengangkat setumpuk pakaian pria
yang sudah disetrika rapi menuju kamar L.Joe. Gadis itu berdiri di depan kamar
dan mengetuk-ngetuk pintunya dengan malas.
āYA! L.Joe~a! aku tahu kau di dalam. Cepat buka pintunya!ā
Hyo Jin menggerutu karena tak kunjung dibukakan.
ākalau kau tak buka juga aku akan masukā Hyo Jin menghitung
satu sampai tiga dengan suara lantang lalu āAku masuk!!!! Kau tak boleh marah
ya..ā teriak Hyo Jin sambil mendorong pintunya.
Seketika seisi kamar L.Joe yang selalu tertutup rapat itu
terhampar di mata Hyo Jin. Ia berjalan ragu menuju sebuah lemari di sudut
kamar, berniat meletakkan baju-baju itu langsung di lemarinya. Namun sesuatu di
nakas menarik seluruh perhatian Hyo Jin. Tanpa sadar kakinya melangkah kesana.
Ia mengambil sebuah bingkai foto berisi gambar L.Joe kecil yang sedang
tersenyum lebar sampai matanya menghilang. Dia benar-benar lucu, Hyo Jin tak
kuasa menahan senyum. Gadis itu jadi penasaran apakah jika L.Joe yang sekarang
tersenyum akan terlihat semanis ini.
Hyo Jin mendesah, selama ini yang ia lihat cuma seringaian
dan senyum sinis. aku ingin lihat satu
yang tulus. Semanis ini tidak ya?
Hyo Jin yang terlalu larut membayangkan āsemanis apa senyum
L.Joeā tak sadar kalau sang pemilik kamar baru saja masuk dari beranda dan
menutup pintunya. Saat Hyo Jin menoleh, L.Joe sudah menarik bajunya ke atas dan
melemparnya ke ranjang. āYa Tuhanā Hyo Jin menahan napas melihat pemandangan
itu.
Telinga L.Joe yang sangat peka tentu berhasil mendeteksi
keberadaan Hyo Jin. Ia menoleh dan mendapati gadis itu sedang fokus
memandanginya.
āYA! Apa yang kau lakukan disitu?ā L.Joe berteriak sambil
berusaha menutupi tubuhnya dengan tangan.
āini.. uhm.. bajumuā Hyo Jin benar-benar terbata. Ia
berusaha mengalihkan pandang kemana-mana tapi pada akhirnya pandangan itu tetap
berakhir ke arah semula.
āsudah kubilang kan? letakkan bajuku di luar kamar. Kau
tidak boleh masuk ke kamarku. Sekarang keluarā Hyo Jin segera meletakkan
baju-baju di tangannya di atas ranjang. Lalu ia memungut baju yang barusan di
lempar L.Joe.
āyang ini mau dicuci juga?ā
āAstaga kubilang keluarā L.Joe benar-benar tak tahan. Gadis
ini terlihat sekali sedang mengulur-ngulur waktu. L.Joe menghentakkan kakinya
seperti mengusir kucing, membuat Hyo Jin ketakutan dan buru-buru keluar.
Ia menutup pintu kamar L.Joe cepat, takut pria itu
akan meneriakinya lagi. Dan saat itulah Hyo Jin mulai tersenyum seperti orang
bodoh. Ia rasa mulai detik ini akan sangat sulit untuk melihat L.Joe tanpa
membayangkan tubuhnya. Okeā¦ L.Joe memang bukan tipe pria berotot, tapi siapa
peduli? Hyo Jin tak pernah menyukai pria yang memiliki otot terlalu banyak. Itu
menyeramkan. Bagaimana jika mereka sedang berpelukan dan tanpa sengaja membuat
tulangnya remuk? Lebih dari sekedar pria berotot, Hyo Jin sungguh mengagumi
kulit punggung L.Joe yang putih bersih dan lengan atasnya yang terbentuk pas. Setidaknya lengan seperti itu tidak akan
membuat tulangku remuk. Dan apa ini? aku membayangkan L.Joe memelukku? Hyo
Jin tersadar dan senyumnya langsung menghilang. Astaga~ dari mana pikiran ini
datang?
**********
Selamat malam sayang.
Jangan tidur terlalu larut. Jaga kesehatanmu, ara? Bogoshipo.
Hyo Jin membaca pesan itu sekilas, lalu meletakkan ponselnya
kembali. Ia menatap ke arah pintu kamarnya yang tertutup dan meringis.
Sebenarnya gadis itu sudah menahan diri untuk tidak keluar
kamar. Tapi ia benar-benar tak tahan saat aroma daging asap yang menggiurkan
tercium dari dalam kamarnya. Dan disinilah Hyo Jin sekarang. Duduk kaku di meja
makan berseberangan dengan L.Joe. Hyo Jin mengambil alat makan dan memotong
daging di piringnya tanpa bicara.
L.Joe menyeringai. ākenapa menunduk terus? Takut melihatku
ya?ā Hyo Jin langsung tersedak-sedak dan segera meminum airnya. Suara tawa
kecil terdengar dari mulut L.Joe.
āmakanya jangan mesum. Kalau sudah begini aku khawatir kau
jadi terus-menerus membayangkan tubuhkuā L.Joe berdiri dan berlalu sambil
membawa bekas piringnya menuju dapur.
Hyo Jin menggebrak meja dan menoleh mengikuti pergerakan
L.Joe.
āKau pikir tubuhmu sebagus apa sih? Tidak ada yang menarik.
Ototmu seperti lelucon. Apa yang sebenarnya kau banggakan? Kulit tubuhmu sangat
pucat seperti mayat. Lalu tanda lahir di punggung sebelah kananmu juga membuat
semuanya makin tidak bagusā L.Joe berbalik dengan kaget.
ākau bahkan hapal letak tanda lahirku? Padahal ukurannya tak
sampai dua centi. Bagaimana bisa kau melihatnya? Kau benar-benar fokus
memandangi badanku ya?ā dan Hyo Jin pun tersedak lagi.
āa..aku tidakā¦ā Gadis itu kehilangan kata. Kalau begini ia
jadi benar-benar terlihat seperti gadis mesum yang terus mengingat-ingat betapa
sempurnanya tubuh sang rekan satu apartemen. Akhirnya Hyo Jin pura-pura
bersikap tenang dan melanjutkan makan. L.Joe menggeleng-gelengkan kepalanya.
Rekan satu apartemennya benar-benar unik , tapi juga berbahaya.
Drrtā¦ drrtā¦
Tiba-tiba saja ponsel Hyo Jin yang terletak di meja makan
bergetar. Gadis itu segera meraihnya. Dan dalam sekejap, senyuman manis pun
terbentuk.
āastaga~ pria Prancis itu manis-manis ya..ā ucap Hyo Jin
dengan suara dikeras-keraskan. Ia melirik L.Joe yang masih sibuk menuangkan air
dari botol di kulkas. Berharap mendapat perhatian.
āNathan mengirimkan ucapan selamat tidur dan emoticon kiss!
Ah~~~ā Hyo Jin memeluk ponselnya dan melirik L.Joe lagi. Bertepatan dengan itu,
L.Joe keluar dari dapur dan menatapnya dengan datar. Hyo Jin segera memalingkan
wajahnya ke layar ponsel lagi.
āastaga~ kurasa ada kupu-kupu di perutkuā
ācoba ke dokter! Mungkin sebelumnya kau tak sengaja makan
ulat buluā dan Buk! L.Joe menutup pintu kamarnya. Hyo Jin membuka mulut tak
percaya sembari menatap pintu yang sudah tertutup itu. L.Joe benar-benar
mengabaikannya. Bahkan meledeknya juga.
"Babo ya" dengus Hyo Jin.
**********
Langkah L.Joe terhenti. Tepat sepuluh meter di depan,
seorang pria tengah menatapnya sambil tersenyum. Tapi L.Joe hanya memberikan
tatapan datar, lalu menoleh kearah lain sambil menyelipkan kedua tangannya di
saku. Ia tak tahu harus berekspresi seperti apa saat melihat anggota
keluarganya ada disini. Jangan-jangan ia akan dipaksa pulang. L.Joe menarik
napas, ia tak bisa menghindar. Akhirnya kedua pria itu pun mengayun langkah
saling mendekat.
ā hyungā
āmau minum kopi sebentar?ā
Dan disinilah mereka berakhir, di bagian teras sebuah kedai
kopi. L.Joe menyesap Americano-nya yang pahit lalu mengangkat wajah menatap si
pria, Kyunghun, kakak laki-laki L.Joe.
ābagaimana kau menemukanku?ā Kyunghun tersenyum, lalu
menggelengkan kepalanya.
āsebut saja kebetulanā mana
mungkin? pikir L.Joe dibalik wajah datarnya.
āoke.. aku memang sengaja ke Paris untuk mencarimu. Tapi kau
tahu sendiri kan, tak ada satu pun anggota keluarga yang tahu tempat tinggalmu
disini. Jadi, pertemuan kita saat iniā¦.ā Kyunghun mengambil jeda seraya
mengangkat cangkir caramel macchiato-nya. āitu kebetulanā sambung pria itu
sebelum menempelkan bibirnya di bibir cangkir.
ākalau begitu katakanlah. Jadi kau termasuk kaki tangan
eomma juga? Kau ingin memaksaku pulang?ā Kyunghun, masih dengan senyum tipis
yang menghiasi wajah tampannya, segera menggeleng. Alis L.Joe tertaut. Ia tak
bisa begitu saja percaya.
ālalu apa? kenapa kau mencariku?ā Kyunghun menyodorkan
sebuah kotak handphone.
ākau sudah merusak ponselmu kan? Ini! aku tak ingin putus
komunikasi dengan adikkuā
āsebenarnya kau berada di pihak siapa, hyung? Apa eomma
sudah menyerah denganku? Apa sekarang ia memberikan perusahaan padamu?ā
Kyunghun menggeleng.
ātidak mungkin byungā ucap pria itu pelan.
ātidak mungkin? Wae?ā
ākarena aku bukanlah anak kandung merekaā L.Joe merasa
seperti tersambar petir di tengah langit yang cerah. Ucapan pria itu membuatnya
seperti tak bisa merasakan gravitasi.
āa..apa?ā
āaku juga kaget. Tapi mau bagaimana lagi? itulah
kenyataannyaā
āb..bagaimana bisa?ā
āmereka mengambilku dari panti asuhanā L.Joe kehilangan
kata. Ia terus menatap Kyunghun dengan bola mata yang bergetar. Dalam hati
namja itu terus berharap agar Kyunghun tiba-tiba saja bilang āaku hanya
bercandaā sambil tertawa-tawa. Kalau itu terjadi, ia janji tak akan marah
seperti kemarin-kemarin.
āEomma sempat divonis tak bisa punya anak danā¦ yahā¦ mereka
mengadopsiku. Namun 5 tahun setelahnya kau malah muncul, byungā Kyunghun
tertawa sedih. Tapi sebenarnya L.Joe lebih sedih lagi. Ia ingin bangkit dan
memeluk kakak yang selalu melindunginya ini, tapi di sisi lain mereka tak
pernah melakukan hal itu. Dan sepertinya memang tidak akan pernah.
āwalaupun begitu, kau tetap harus menghormatiku ya..ā kedua
namja itu saling bertingkah kuat. Mereka menahan tangis dan tersenyum seperti
tak terjadi apa-apa.
ātolong jangan beritahu eomma aku disiniā
ātidak akan. Kejarlah cita-citamu, jangan menyerah!ā L.Joe
mengangguk. Ia memeriksa arlojinya dan menatap Kyunghun lagi. āmasih ada yang
ingin kau bicarakan hyung? Aku~ kurasa aku harus pulangā
āwae? ada yang menunggumu di rumah?ā L.Joe tersenyum.
Kyunghun ikut tersenyum seolah mengerti.
āperempuan Prancis?ā
āapa? Aish~ā Kyunghun terkekeh.
āmemangnya kau pikir aku tak tahu hah?ā
ātapi ini tak seperti
yang kau pikirkan. Kami hanya~ā
āoke.. oke.. itu urusanmuā
ābenar. Itu urusanku. Aku pulang, hyungā pria itu menahan
L.Joe yang hampir berdiri. ātungguā ekspresi Kyunghun nampak serius.
ādan satu lagiā¦ā pria
itu mengeluarkan amplop cokelat besar dan menyodorkannya pada L.Joe.
ārahasia lain di keluarga iniā
**********
Hyo Jin berjalan memasuki sebuah restoran. Langkahnya
terlihat ringan meski dengan high heels,
dan siapapun yang meihat wajahnya pasti bisa menebak kalau gadis itu sedang
sangat bahagia. Ia duduk di salah satu kursi dan langsung sibuk merapikan
rambutnya yang bahkan sudah sangat rapi. Hyo Jin yang biasanya tak begitu
peduli penampilan kini terlihat sangat manis dengan pita di rambutnya. Gadis
itu tersenyum sembari mengalihkan pandang ke jendela kaca. Ini adalah kencan
pertamanya dengan si pemuda Prancis. Hyo Jin merasa sangat gugup tapi juga
tidak sabar. Kata orang, pria Prancis itu romantis kan?
Walaupun Hyo Jin mengkategorikan dirinya sebagai āgadis yang
tak sabarā, tapi sebenarnya tanpa ia sadari ia adalah seorang yang sangat
penyabar. Bagaimana tidak? dua jam sudah ia menunggu, tapi Nathan tak juga
datang. Perlahan namun pasti senyum Hyo Jin kian menipis menipis hingga akirnya
menghilang. Seorang pelayan yang sudah mendatanginya tiga kali kini datang
lagi,
āIām sorry but you
have to order somethingā
āI told you already,
Iām waiting my boyfriend. Iād order when he comesā
āam sorry butā¦ā
āokay give me juice.
Whatever juice. I donāt care. Up to youā
āw..what? okayā
Saat pelayan itu pergi, Hyo Jin yang semakin depresi
langsung meraih ponsel dan menarik napas bimbang. Ia ingin sekali menelfonnya,
tapi di sisi lain gadis itu takut Nathan marah dan menuduhnya tidak sabar.
Bagaimanapun ini kencan pertama mereka, jadi Hyo Jin sungguh menahan diri. Ia
menimbang-nimbang selama beberapa saat sebelum memutuskan untuk benar-benar
menelfonnya.
āhello..........uhm No, I just want to ask, where are you?..........uh? what? Donāt we have a
date today?..........all right, I seeā¦ā¦ā¦.ā Kepala Hyo Jin langsung
tertunduk. Aura kekecewaan terpancar dahsyat dari tubuhnya. Kalau ia bisa
meledak, maka ia pasti sudah meledak. Hyo Jin mengangguk-angguk tak peduli
mendengarkan ucapan Nathan.
āItās fine. Iām not in
restaurant anywayā Hyo Jin tertawa miris sambil memerhatikan segelas jus
mangga diletakkan di mejanya.
ābyeā
āIām not in restaurant
anywayā tiba-tiba saja terdengar suara dari belakangnya. Hyo Jin menoleh.
āthen where the hell are
you, brainless?ā
**********
L.Joe melihat-lihat hasil fotonya dengan tidak puas.
Seharusnya ia bisa memotret jauh lebih baik dari ini. Tapi entah kenapa mood-nya kacau seharian dan semua
jepretannya terlihat tidak bernyawa.
āIād order when my
boyfriend cameā L.Joe tersentak mendengar suara itu. Ia terdiam selama
beberapa saat sebelum menoleh pelan-pelan ke belakang. Dan L.Joe pun makin
tersentak. Ternyata Hyo Jin persis berada di belakangnya. Mereka duduk saling
membelakangi dengan bangku yang bahkan bersentuhan.
āboyfriendā L.Joe
bergumam sambil mengerutkan alisnya. Entah kenapa, ia merasa sedikit penasaran
dengan sosok āboyfriendā yang Hyo Jin
maksud.
Dua jam berlalu. L.Joe sudah menghabiskan secangkir vanilla
latte dan es krim untuk dua orang. Sebenarnya ia sudah tak tahan, tapi entah
kenapa ia juga tak mau meninggalkan Hyo Jin begitu saja. Setidaknya sampai āboyfriendā itu datang.
Tak lama kemudian, Hyo Jin akhirnya menelfon pria yang
ditunggu-tunggu. Selama mendengar percakapan sepihaknya, L.Joe tak berhenti
tertawa sinis sambil menggeleng-geleng.
āIām not in restaurant
anywayā dan saat mendengar kalimat itu, ekspresi takjubnya semakin
menjadi-jadi. Ia baru tahu ternyata sang rekan seapartemen adalah gadis super
bodoh dengan otak yang lebih dangkal dari taman air untuk bayi.
L.Joe langsung berbalik saat Hyo Jin sudah mengakhiri
telfonnya dan āIām not in restaurant anywayā
pria itu menirukan nada bicara Hyo Jin. Sang gadis pun refleks berbalik dengan
kaget.
āthen where the hell are
you, brainless?ā lanjut pria itu dengan nada super sinis.
ākau? sejak kapan disitu? Kau menguping ya? Apa yang kau
lakukan dari tadi? Astaga bagaimana bisa aku tidak menyadari keberadaanmu?ā
āharusnya kau bilang padanya kau sudah menunggu dua jam
disiniā L.Joe melirik arlojinya, ātidak. Lebih sepuluh menit malah. Kau
benar-benar bodoh. Demi Tuhan apa yang kau pikirkan?ā
Hyo Jin menatap L.Joe geram lalu berdiri tiba-tiba dan
berlalu pergi dengan langkah cepat. āmiss, you havenāt paid the juiceā
āIām not drinking it
yet. Why should I pay?ā Pekik Hyo Jin tepat sebelum pintu keluar, lantas
benar-benar meninggalkan restoran. Salah satu pelayan hendak mengejar, tapi
L.Joe dengan sigap menahannya.
āshe is with meā
ucap L.Joe sambil memberikan sejumlah
Franc.
Setelahnya namja itu langsung berlari menyusul Hyo Jin yang
berjalan sangat cepat. Dan walaupun terengah, ia akhirnya berhasil.
ākenapa kau begini? Kau harusnya marah dengan pacarmu itu!
Bukan dengankuā Hyo Jin tak merespon. Ia melirik L.Joe dengan tajam lalu
membuat suara āhuhā sambil mempercepat jalannya. L.Joe mendecak, lantas ikut
mempercepat jalan.
ājadi kau sudah punya pacar ya? Oh.. aku baru tahu, padahal
kita belum sampai sebulan disiā¦ā
ādiamlah. Aku tak mau membicarakannyaā
āokayā¦ tapi aku penasaran bagaimana wajahnya. Dia orang asli
Pranā¦ā¦.ā
āKUBILANG DIAM!ā Hyo Jin berhenti menghadap pria itu dan
berteriak. L.Joe langsung mengatupkan mulutnya dan refleks mengangkat kedua
tangan seolah bilang āoke! Aku tak akan bicara lagiā. Lalu keduanya melanjutkan
langkah dengan lebih tenang.
ājangan berteriak seperti itu. Padahal hari ini kau terlihat
sedikit lebih cantik dari Hyo Jin yang kutemui di apartemenā gadis itu luar
biasa terkejut. Namun ia menahan ekspresi senangnya dalam-dalam.
Entah kenapa, mendengar seorang L.Joe memujinya begitu, Hyo
Jin jadi merasa pusing. Ia berjalan lebih pelan sambil menahan senyum. Lalu
kakinya pun mulai terasa sakit. Ia menunduk dan melihat high heels yang ia
kenakan. Dia pakai high heels dan membuat kakinya sakit demi Nathan, tapi namja
itu malah lupa. Oh.. bukanā¦ katanya ia tidak lupa, tapi sedang sibuk dengan
tugas kuliah. Baiklah. Apapun itu, Hyo Jin berusaha percaya.
Hyo Jin berhenti lagi. Ia berpegangan di pundak L.Joe yang
ikut berhenti dan KREEG! Mematahkan heels itu dan membuangnya begitu saja.
āpadahal aku baru memujimu, tapi sepertinya sifat preman-mu
sudah kembaliā
ājangan komentar. Kau tak tahu semelelahkan apa heels ituā
ālalu kenapa kau memakainya?ā Hyo Jin hanya melirik L.Joe tanpa
berniat menjawab. Ia juga tak tahu kenapa tiba-tiba ingin pakai pita dan heels
begini. Bahkan make up-nya sedikt lebih tebal dari yang biasa. Sepertinya ia
kelewat antusias untuk agenda kencan pertama dengan pemuda prancis.
āmau langsung ke apartemen?ā
āmemangnya kemana lagi?ā
ājalan-jalan di sekitar Eiffelā¦ā¦ā¦ā¦ā¦.. mungkinā jawab L.Joe
ragu. Ia bahkan tak menoleh pada Hyo Jin dan memegangi tengkuknya sambil
pura-pura melihat etalase tas branded.
āokay. Lagipula aku sudah dandan secantik ini kan?ā balas
Hyo Jin dengan tawa ringan.
**********
Perlahan-lahan langit yang biru mulai berubah gelap. Lampu
di menara Eiffel menyala, memamerkan keindahannya yang memukau. Dalam sekejap,
kawasan Eiffel yang tadi lebih dipenuhi oleh para pekerja kini berubah menjadi
surganya para pasangan. Tak terkecuali dua muda mudi asal Korea yang satu ini,
walaupun bukan pasangan, setidaknya mereka juga ikut menyumbang keramaian.
ākau berdiri di sana! benar. Sebelah sanaā ujar L.Joe
mengarahkan. Hyo Jin mengikuti arahan itu dan tersenyum menghadap kamera.
Mungkin ini seperti naluri seorang fotografer, tiap melihat pemandangan bagus,
L.Joe selalu menyuruh Hyo Jin bergaya. Dan untungnya gadis itu termasuk
perempuan yang senang berada di depan kamera, jadi semuanya tidak terlalu
sulit.
Hyo Jin sangat menikmati waktu-waktunya sebagai model
dadakan. Dan walaupun L.Joe belum menjadi fotografer ternama, Hyo Jin sungguh
mengagumi hasil jepretan kameranya yang sangat indah. Semuanya terlihat
sempurna dan L.Joe benar-benar mampu mengabadikan pemandangan itu sama indahnya
dengan yang asli.
Setelah lelah berjalan-jalan, L.Joe dan Hyo Jin memutuskan
untuk pulang. Mereka berjalan bersebelahan dan sibuk beradu argumen tentang
pelayan di restoran tadi. L.Joe membela pelayan itu sementara Hyo Jin
mencelanya habis-habisan. Hingga tiba-tiba saja langkah Hyo Jin terhenti,
senada dengan mulutnya yang langsung terkatup. L.Joe ikut berhenti dengan
bingung, lalu mengikuti arah mata sayu gadis di sebelahnya.
āada apa?ā
āNathanā
āpacarmu? Yang mana? Yang sedang merokok atau yang sedang
minum bir atau yang sedang merangkul wanita itu?ā ini seperti skak mat dalam
catur.
āmungkin aku salah lihat. Nathan bilang dia sedang sibuk
mengerjakan tugasā Hyo Jin memutar pandangannya ke depan dan kembali melangkah.
Begitu pula dengan pria di sampingnya.
ādan kau percaya?ā tanya pria itu pelan. L.Joe menyeringai
kecil sambil merunduk memperhatikan langkahnya sendiri.
āaku percaya. Nathan tidak akan berbohongā
ākenapa kita tidak mendekat dan memastikan? kau bisa
menampar pacarmu di depan teman-temannya mungkinā
ātidak usah. Ini sudah malam, aku pasti salah lihatā
ākatakan saja kau takut menghadapi kenyataan. Pacarmu itu
brengsekā
ākita belum pacaran, L.Joe~ssi. Berhentilah memanggilnya
pacarkuā
āitu bagus. Setidaknya kau bisa berpikir ulang untuk
menyukainyaā kali ini Hyo Jin benar-benar mengabaikannya. Ia berjalan dengan
langkah gamang dan wajah yang menyiratkan kekecewaan.
*********
Langit-langit kamar yang hampa tak luput dari pandangan
L.Joe selama hampir sejam terakhir. Walau matanya tertuju kesana, pikirannya
sudah melayang-layang sampai ke Seoul. Apa ia akan terus menjalani hidup
seperti ini? L.Joe mulai meragukan keputusannya meninggalkan rumah. Ia bahkan
merusak ponsel dan membuangnya ke sungai Seine. Takut terlacak di GPS oleh
ibunya yang luar biasa canggih. Tapi setelah melakukan itu semua, entah kenapa
perasaannya sekarang malah terasa hambar. Ia tak merasa senang ataupun sedih.
Dan ia tak tahu kenapa. Salah memilih tujuan hidup kah? Walaupun nantinya ia
menjadi fotografer terkenal sekalipun, ia tak bisa membuat bahagia siapa-siapa.
Orang tuanya pasti akan tetap kecewa.
L.Joe yang sedang
berbaring dengan tangan yang menyilang di belakang kepala itu menoleh melihat
kameranya. Atau mari kita sebut āsenjataā-nya sebagai seorang fotografer. L.Joe
meraih benda itu dan mengecek apa-apa saja yang sudah ia foto hari ini.
Tatapannya terlihat datar di sepanjang foto-foto awal. Namun begitu kawasan
Eiffel terlihat, senyum tipis mulai terbentuk. Keanggunan Eiffel bukan satu-satunya
alasan, justru ekspresi seorang gadislah yang memiliki andil lebih besar. Park
Hyo Jin.
Hyo Jin bisa membuat ekspresi yang sangat manis hingga
membuat L.Joe tersenyum dan bisa juga membuat ekspresi super konyol hingga
L.Joe tertawa. Pria itu benar-benar menikmati isi kameranya malam ini. Ia sudah
memotret lama sekali dan baru sekarang ia merasa luar biasa puas dengan
hasilnya. Selain foto-foto itu, L.Joe juga memotret tanpa sepengetahuan Hyo
Jin. Seperti ketika gadis itu membeli permen kapas, atau tertawa kagum menunjuk
cahaya Eiffel. Entah bagaimana, Park Hyo Jin menjelma menjadi gadis yang sangat
menarik.
**********
Dua minggu yang lain berlalu di Paris. Banyak perubahan yang
terjadi. Terutama pada Hyo Jin, ia menjadi semakin dekat dengan Nathan. Atau
dengan kata lain mereka berpacaran. Bahkan malam ini gadis itu pergi ke sebuah
bar bersama Nathan, tentu saja L.Joe khawatir. Tapi apa yang bisa dia lakukan
untuk mencegah seorang Park Hyo Jin yang keras kepala? Terlebih ia juga punya
kehidupan sendiri yang tak kalah melelahkan. Tugas fotografi dan masalah
pribadinya.
ākarena aku bukanlah
anak kandung merekaā
L.Joe teringat kata-kata Kyunghun tiga minggu yang lalu.
Perkataan itu terus berputar di benaknya seperti candu. Seharusnya ia fokus
mengedit hasil jepretan kameranya malam ini, tapi tiba-tiba saja ingatan itu
terbersit lagi dan sukses membuat konsentrasinya buyar.
Sejak pertemuan tiba-tiba di kafe itu, L.Joe tak bisa lagi
memerintah akalnya untuk berpikir tenang. Ia mulai merasa bersalah. L.Joe
merasa seperti pecundang yang lari dari tanggung jawab. Karena sebenci apapun L.Joe
pada hidupnya, perusahaan di Seoul itu āsuka
tidak suka- sudah jatuh ke tangannya. Dan yang L.Joe lakukan malah pergi
menuju Paris. Mengabaikan tanggung jawab.
Aku seharusnya tidak
egois dan menjalankan perusahaan itu dengan baik. Tapi, aku masih tak terima
jika Kyunghun yang jelas-jelas pantas mendapat jabatan itu malah diabaikan. Dia
lebih berhak dariku. Tapi kenapa eomma harus menentangnya? Jika hanya karena
masalah āanak kandungā, Tidakkah itu terlalu berlebihan? Maksudku, heiā¦ Kyunghun
sudah tinggal bersama kami sejak kecil. Lantas apa bedanya denganku?
Napasnya terhembus gusar. Di sisi lain, L.Joe sungguh belum
mampu mengubur cita-citanya sekarang. Fotografi adalah sesuatu yang ingin ia capai
sejak dulu, dan sekarangā¦. saat kesempatan mulai terbuka, L.Joe tak mungkin melepasnya
begitu saja. Ia tak akan rela. Pria itu menatap lemah layar laptopnya. Jari
L.Joe bergerak pelan menggiring kursor mendekati tombol close. Ia tak bisa
menyelesaikan ini sekarang. Pikirannya terlalu kalut untuk diajak bekerjasama.
Mungkin dini hari nanti ia akan terbangun dan melanjutkan. Bagaimanapun ia
harus mengumpulkan pekerjaan ini besok siang.
TRAAANGG!
L.Joe refleks menoleh. Suara pecah terdengar dari luar.
Tanpa membuang waktu ia membuka pintu dan menyembulkan kepalanya ke arah pintu
masuk apartemen danā¦ āHyo Jin?ā Gadis yang sedang dalam posisi jatuh terduduk
itu melambaikan tangannya pada L.Joe sambil tersenyum lebar. Di sekeliling
kakinya terdapat pecahan vas bunga, namun ia tampak tak peduli dan malah dengan
sengaja menggenggamnya. Darah segar segera saja mengalir.
Hyo Jin nampak terkejut selama beberapa saat, namun di detik
berikutnya ia malah tertawa senang dan memamerkan tangannya yang berdarah pada
L.Joe. Namja itu menatap Hyo Jin heran.
āKauā¦ mabuk?ā seharusnya ia tak perlu bertanya lagi. Walau
Hyo Jin sering bertingkah konyol, ia tak mungkin melakukan hal sebodoh āmelukai
diri sendiriā. Dan dengan alasan itu, L.Joe terpaksa mendekati Hyo Jin dan
mengangkat tubuhnya.
āei.. kau menyentuhku! Ini menyalahi kesepakatanā teriak Hyo
Jin. Namun, saat L.Joe sudah berhasil berdiri sambil menggendongnya, ia malah
bersandar di dada L.Joe dan memeluk lehernya. Pria itu mendecak tak suka seraya
menjauhkan wajah, bau alkohol yang tajam menguar menusuk indra penciumannya.
Karena pintu kamar L.Joe sedang dalam keadaan terbuka, ia
memasukkan Hyo Jin ke dalam dan membaringkannya disana.
ācihā¦ apa yang kau pakai huh? Ini terlihat seperti t-shirt!
Gaun seharusnya tidak sependek iniā
āNathan yang membelikannya, bagus kan?ā Hyo Jin yang
setengah sadar itu tersenyum.
ādia hanya mau membuatmu tampak seperti gadis Asia murahanā
L.Joe mengambil kain dan obat antiseptik, lalu duduk di
samping Hyo Jin yang setengah memejam. Gadis itu terlihat sangat bodoh karena
terus tersenyum. Pengaruh alkoholnya sangat kuat.
ākau kesini dengan siapa? Nathan?ā L.Joe membersihkan luka
Hyo Jin dengan kain basah.
āne..ā
āapa saja yang sudah dia lakukan padamu?ā Hyo Jin tiba-tiba
bertepuk tangan sambil tertawa keras.
ādia sangat manis, Joe~ aku mau menikahinya!ā
āmenggelikan!ā
ādia menciumkuā
āhanya itu?ā sang gadis mengangguk. L.Joe membalut luka di
tangan Hyo Jin dengan kain kasa dan menggunting ujungnya.
ādia menciumku, Joeā
āiya aku dengar! Kau tak perlu mengulangnya lagi. Aku tak
mau dengarā Pria itu berdiri, namun Hyo Jin menangkap tangannya.
ādia menciumku seperti iniā Hyo Jin menangkupkan kedua
tangannya di pipi L.Joe dan menempelkan bibir mereka dengan kuat. L.Joe
terbelalak syok dan menatap Hyo Jin yang berada di depan wajahnya.
ādia menciumku seperti itu di depan teman-temannya, lalu
mencium gadis lain dan mencium gadis lain lagi dan mencium semua orang. Aku tak
mengerti, Joe~.. aku tak mengertiā dan Hyo Jin yang sejak tadi tertawa-tawa kini
mulai menangis. L.Joe yang masih syok setengah mati tak bergerak dan hanya
menatapnya.
ātapi aku mencintainya. Aku sangat mencintainyaā
āk..kau baru dua bulan disini. Kau tidak mencintainyaā sahut
L.Joe terbata. Ia masih tak percaya Hyo Jin melakukan itu padanya. Walaupun
dalam keadaan mabuk, walau mereka tak saling suka, tapi tetap sajaā¦..
āaku ambilkan selimut di kamarmu. Diam disini, tidurlahā Hyo
Jin menurunkan posisi kepalanya dan tidur meringkuk menghadap beranda.
Saat L.Joe kembali, Hyo Jin sudah terlelap. Namja itu
menutup tubuh Hyo Jin dengan selimut dan berdiri diam di samping ranjang.
Memperhatikannya.
L.Joe menggigit bibirnya yang terasa aneh. Namja itu masih
belum benar-benar percaya. Ia tak pernah berciuman sebelumnya, dan benar-benar
konyol rasanya jika ciuman pertama yang harusnya menjadi sesuatu yang spesial
malah berakhir dengan kejadian seperti tadi.
ātck~ gadis bodohā
L.Joe memijit keningnya dan kembali ke meja kerja, lantas
membuka laptopnya lagi. Ia tak akan bisa tidur jika gadis itu berada di
ranjangnya, jadi inilah saat yang tepat untuk bekerja.
TBC
kasihan hyojin,. :'(
ReplyDeletedia masih lugu akan cinta,. :(