No Craziness - Sequel of Crazy Relationship : 1st Section
cast :
- Kris Wu / Wu Yi Fan
- Lee Haera (OC)
- Oh Sehun
- Mark GOT7 a.k.a Mark Tuan
this is the last story of Haera's life. this is also called Haera's choice because this is the final of Haera's love story. this story is a sequel of the previous story. so.. if you haven't read the previous story, just click this...
Happy Reading Guys ^^
o O O O o
Haera melipat beberapa pakaiannya dan
memasukan pakaian-pakaian tersebut ke dalam koper berukuran sedang yang berada
di atas ranjang. Ia mulai membenahi beberapa barangnya sejak pagi tadi, dengan
harapan bahwa ia akan selesai sebelum jadwal penerbangannya. Dan benar saja,
disaat waktunya masih tersisa tiga jama lagi, Haera telah selesai memasukkan
pakaiannya ke dalam koper.
Ia mengangkat koper bermotif garis itu dari
atas ranjang dan meletakkannya di dekat lemari pakaian. Ia regangkan otot pinggangnya
yang terasa kaku setelah menghabiskan banyak waktunya untuk menyusun beberapa
pakaian serta perlengkapan lainnya yang akan ia butuhkan selama ia berada di Paris.
Haera hendak merebahkan tubuhnya yang
terasa lelah saat tiba-tiba saja pintu kamarnya berdecit. Sontak Haera menoleh
ke arah daun pintu berwarna putih itu. Menanti sosok yang membuka pintu
kamarnya muncul. Dan ketika ia telah melihat siapa sosok yang baru saja membuat
suara decitan pada pintu kamarnya itu, helaan nafasnya lolos begitu saja dari
mulutnya.
āada apa?ā Tanya Haera malas.
Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Mencoba untuk tetap merilekskan tubuhnya walau kini perasaannya tiba-tiba saja
berubah menjadi tak menentu.
Sementara Haera tetap fokus pada layar
datar di depannya, sosok yang membuka pintu kamar gadis itu tetap berdiri di
tempatnya setelah ia menutup kembali pintu kamar Haera. Ia terus menatap Haera
dalam diam. Entah apa yang dipikirkan sosok tersebut saat itu hingga membuat ia
sama sekali tak bergeming dan tetap memilih diam pada posisinya.
ājika tak ada yang penting, tolongā¦ā
ābisakah kau tak pergi?ā Tanya sosok itu
cepat.
Haera lantas menegakkan tubuhnya. Ia
kembali menghela nafasnya. Namun helaannya terdengar lebih berat dibandingkan
dengan sebelumnya.
ākita sudah membicarakan ini Sehun-ah. dan
lagi pula, aku pergi hanya untuk menjenguk orang tua ku.ā
āya aku tahu. kau pergi ke Paris untuk
menjenguk appamu yang tengah sakit. tapi-ā
ātapi apa? sudahlah jangan membuat keadaan
yang awalnya biasa saja menjadi tak biasa.ā Selak Haera cepat.
Ia kembali merebahkan tubuhnya. Mencoba
untuk tak menggubris keberadaan Sehun di kamarnya demi membuat dirinya merasa
lebih tenang. Namun bukannya merasa tenang, ia malah semakin merasa tak menentu
saat Sehun terus saja menatapnya dari tempatnya berdiri.
Haera menghela nafasnya berat. Lantas ia
kembali mendudukan tubuhnya di tepi ranjang dengan arah pandang yang tetap tak
mengarah pada Sehun.
ālalu apa mau mu?ā
Sehun tak langsung menjawab pertanyaan
Haera. Ia lebih memilih untuk diam dan terus menatap gadis itu untuk bebereapa
saat. Hingga Haera harus kembali mengulangi pertanyaannya karena Sehun yang tak
kunjung menjawabnya.
ātetaplah di sini.ā Jawab Sehun setelah
Haera harus mengulangi pertanyaannya untuk kedua kalinya.
āSehun-ah.. pria itu adalah appaku. dia
yang telah membanting tulangnya selama ini demi keluarganya. demi aku, anak
satu-satunya.ā
Haera menjeda ucapannya. Ia menarik
nafasnya dalam dan menghembuskannya kasar sebelum melanjutkan ucapannya.
ādan kini pria itu tengah sakit. sakit
Sehun-ah.. sakit!!ā Tekan Haera.
Gadis itu bangkit dari duduknya. Ia menatap
sosok laki-laki yang tengah menatapnya itu dengan tatapan lelah. Oh bagaimana
tidak?? Ia telah membicarakan tentang kepergiannya ke Paris sejak dua minggu
yang lalu. Dan ia telah mengatakan alasannya pergi dengan teramat jelas. Namun
kepergiannya itu tetap saja menimbulkan sebuah permasalahan yang setelah ia
pikirkan sama sekali tak beralasan.
āaku merasa akan ada sesuatu yang buruk
Haera-ah. bisakah kau mengerti itu?ā
Haera menghela nafasnya. āitu semua hanya
ketakutanmu Sehun-ah. ingat! aku pergi hanya untuk menjenguk orang tuaku dan
merawat appa sampai keadaannya membaik.ā
ākau tak tahu Haera-ah.. ka-ā
āSudahlah. aku ingin mandi. lebih kau
keluar Sehun-ahā¦ā
o O
O O o
Incheon
Airport
19.27
KST
Beribu orang silih berganti mendatangi
tempat dimana pesawat akan datang dan lepas landas. Entah hanya untuk mengantar
kerabat mereka atau memang mereka yang akan pergi. Dan walaupun hari itu adalah
akhir pekan, tetapi tempat dimana banyak wisatawan mancanegara atau domestik
datang itu tetap penuh dengan manusia-manusia yang membawa koper dengan ukuran
yang berbagai macam.
Dan salah satu dari sekian banyak orang
yang berada di bandara utama di Korea itu adalah Lee Haera. Ia tak sendiri,
tetapi seluruh penghuni rumahnya ikut bersamanya. Dan hal itu semakin menambah
kesesakan di tempat umum itu. Ia telah berulang kali menolak permintaan Luhan
,yang ia yakini mendapat suruhan dari Kris atau Sehun, untuk mengantarnya ke
bandara. Namun sebanyak apa pun ia mengatakan kata tidak pada pria berwajah imut itu, tetap saja pada akhirnya ia akan
datang bersama dengan teman-temannya.
Dan hal itulah yang terjadi saat itu. Dengan
sebuah koper berukuran sedang serta tas tangan berwarna merah bata, gadis itu
berjalan menuju kursi tunggu dengan ditemani delapan manusia yang sejak mereka
berangkat hingga mereka telah sampai di bandara, terus saja berbicara tanpa
henti. Entah itu mengatakan ketidak setujuan mereka akan kepergian Haera atau
memberikan beberapa nasihat agar Haera dapat hidup dengan baik selama gadis itu
berada di negeri fashion itu. Namun dari sekian kalimat yang teman-temannya
katakan, ada satu yang membuat Haera ingin sekali melemparkan Naeun ke dalam
laut dengan suhu yang amat rendah.
Gadis bermarga Lee dengan perawakan yang
sangat tak memperdulikan sekitarnya itu mengatakan satu buah kalimat yang Haera
yakini sebagai sebuah sindiran sekaligus ancaman untuknya.
ākau ingatkan apa yang aku katakan
Haera-ah?ā Tanya Naeun.
Gadis itu terus saja menanyakan kepastian
Haera kalau Haera mengingat apa yang ia katakan. Dan untuk kesekian kalinya
pula, Haera harus menganggukkan kepalanya serta mengatakan ya pada gadis yang terus melingkarkan tangannya pada laki-laki
bertubuh tinggi dengan kulit eksotisnya yang berada di sampingnya.
āaku paham Lee Naeun! jadi berhenti
menanyakan hal itu lagi!ā Peringat Haera.
Telinganya lelah jika harus terus-menerus
mendengar kalimat-kalimat yang memintanya untuk tak mencari pria lain ketika ia
sampai di Paris. Terlebih ketika ia mendengar bahwa mereka tak akan segan-segan
melakukan hal kejam pada pria tersebut. Ditambah lagi dengan kalimat yang Jisun
katakan bahwa ia telah dimiliki sepenuhnya oleh Kris dan Sehun. Oh ayolahā¦
sejak kapan ia menjadi milik seorang Kris Wu dan Juga Oh Sehun?? Tak ada hitam
di atas putih yang menjadi bukti bahwa ia telah menjadi milik dua pria dengan
hormon dewasa yang melampaui batas.
Namun sebanyak apa pun ia mengatakan apa
yang ada dibenaknya, sebanyak itu pula ia mendapatkan perlakuan yang melebihi
batas dari kedua pria itu, Oh Sehun dan juga Kris Wu. Entah itu sekedar
mengecup singkat bibirnya atau sampai membuat kakinya melemas dan tubuhnya
menjadi meremang. Dan hal itu membuat Haera lebih memilih diam dan tak membantah
satu kata pun terhadap apa yang teman-temannya katakan.
āpenumpang dengan tujuan Paris, Prancis,
diharapakn untuk segera memasuki pesawat karena sebentar lagi pesawat akan
lepas landas.ā
Haera bangkit dari duduknya. Ia menarik
penarik kopernya dan mendirikannya tepat di sampingnya.
āaku pergi.ā Pamit Haera.
Gadis itu tersenyum singkat sebelum
membalikan tubuhnya. Ia berjalan memasuki bagian dalam bandara dengan tangan
kirinya yang menarik koper. Dan ketika ia hampir sampai pada antrian
pemeriksaan tiket, secara tiba-tiba Kris menarik tangannya dan membalik
tubuhnya. Dengan gerakan cepat, laki-laki tinggi itu mendaratkan bibirnya pada
bibir Haera. Melumut habis bibir gadis itu dan tak membiarkan Haera melakukan
perlawanan karena laki-laki itu berhasil mendominasi tubuh Haera dengan tubuh
besarnya.
āapa yang kau lakukan?!ā Tanya Haera
setelah Kris melepaskan segala bentuk kontak fisik diantara mereka berdua.
ātidak ada. Aau hanya mencium mu.ā Jawab
Kris santai dengan wajahnya yang sama sekali tak menunjukkan rasa bersalah
sedikit pun.
Haera hendak memaki laki-laki itu andai
saja seorang wanita yang tadi memberikan pengumuman tentang keberangkatannya
tak kembali memberikan pengumuman tentang pesawat yang akan lepas landas.
ātsk.. kali ini kau selamat Kris! awas
kau!!ā
ānde? kau mengatakan apa? aku tak
mendengar?ā Goda Kris.
āaish.. sudah lupakan. aku pergi!ā
Haera kembali melanjutkan langkahnya. Dan
disaat ia telah berhasil masuk, suara berat Sehun menggema dan membuat ia harus
kembali membalikan tubuhnya, menatap teman-temannya.
āingat apa yang aku katakan! jangan mencari
pria lain jika kau tak ingin mendapatkan hukuman!!ā Peringat Sehun yang hanya
mendapatkan decakan dari Haera. Dan setelah itu gadis itu benar-benar menghilang
sampai pada akhirnya pesawat dengan tujuan Paris telah lepas landas.
o O
O O o
5
Days Later
Seorang pria dengan kisaran umur empat
puluh tahun keluar dari sebuah sedan saat kendaraan yang dibawanya itu telah
berhenti di depan sebuah rumah. Pria itu langsung menghampiri bagian belakang
mobil dan mengeluarkan satu buah koper dari dalam bagasi. Ia menarik koper itu
sampai kepada seorang gadis yang baru saja turun dari mobil sedan yang pria itu
kendarai. Sang gadis memberikan beberapa lembaran uang kepada sang pria sesuai
dengan nominal yang tertulis pada argo mobil. Sementara sang pria, menerima
lembaran-lembaran uang itu dan menganggukan kepalanya singkat sebelum kembali
mengendarai mobilnya dan pergi dari kawasan tersebut.
Setelah mobil yang mengantarnya pergi,
gadis itu dengan menarik kopernya berjalan masuk ke dalam rumah besar yang ada
di hadapannya. Ia membuka pagar rumah tersebut dan memberikan salam kepada
seorang pria yang bertugas menjaga keamanan rumah tersebut.
ānona sudah pulang?ā
āiya ahjussi. oh iya, dimana teman-teman
ku? kenapa rumah terlihat sepi?ā
Gadis itu bertanya sembari memperhatikan
bangunan besar di hadapannya dengan dahi yang sedikit berkerut.
āmereka sudah pergi bekerja nona.ā Jawab
Pria itu dengan tetap tersenyum ramah.
Mendengar jawaban dari pria itu, sang gadis
hanya menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti. Dalam hatinya ia menyesal karena
telah menanyakan hal seperti itu pada pria itu. Oh.. hari itu adalah hari
bekerja. Dan saat itu jam baru menunjukkan pukul sembilan pagi. Jadi, tanpa
harus bertanya pun seharusnya ia tahu kenapa keadaan rumah terlihat sepi.
āoh baiklah.. kalau begitu aku masuk dulu
ahjussi.ā
Gadis itu merunduk sebelum kembali berjalan
menuju rumah tersebut.
o O
O O o
Matahari sudah bersembunyi dan telah
digantikan oleh rembulan. Cicitan burung juga telah berganti menjadi suara
jangkrik yang tak kalah menenangkannya. Dan langit biru telah berubah hitam
dengan beberapa bintang yang menghiasi.
Seorang gadis menggeliat di atas ranjangnya
sesaat setelah getaran yang ia rasakan akibat ponselnya yang berada di
sebelahnya. Ia mendudukan tubuhnya serta meregangkan otot-otot tubuhnya sebelum
mengusap matanya dengan punggung tangan. Matanya masih terpejam saat tangannya
mengambil alih ponselnya yang tergeletak tak jauh dari dirinya. Ia mengusap layar
benda itu. Sebuah nomor tak dikenal berhasil membuat kedua matanya benar-benar
terbuka. Ia mengerutkan dahinya, mencoba mengenali nomor tersebut. Namun sudah
beberapa saat ia mencoba menggunakan otaknya untuk mengenali nomor tersebut, ia
tetap tak tahu nomor siapa itu. Dengan rasa penasaran, gadis itu kembali
mengusap layar ponselnya hingga menyebabkan pesan yang diterimanya terbuka.
From : +62xxxxxxxxxxx
Haera, mungkin ini berat untuk mu. Tetapi ini juga
berat untuk ku. Mungkin kau merasa ini tak adil untuk mu. Tetapi ini juga tak
adil untuk ku. Tapi walaupun begitu, aku tak ingin membuat orang tua ku
menderita. Aku akan melakukan apa pun agar mereka bahagia. Walaupun aku harus
melepaskan kebahagiaan ku sekali pun.
Aku tak memaksa mu.. tetapi ku harap kau juga mau
berkorban demi orang tua mu sendiri. Jika kau sudah memutuskan keputusan mu,
temui aku dua hari lagi di The Grace Eclat cafƩ.
Gadis itu menghela nafasnya. Ia memejamkan
matanya dan menghempaskan rambutnya ke belakang. Ia terlihat begitu frustasi.
Bahkan kefrustasiannya saat itu terlihat melebihi kefrustasiannya satu tahun
yang lalu, saat teman-temannya menganggap bahwa ia memiliki hubungan dengan
seorang pria bernama Kim Joon Myun. Gadis itu kembali menghela nafasnya sebelum
turun dari atas ranjang dan berjalan meninggalkan kamarnya yang tak
berpencahayaan.
Ia berjalan menuju dapur. Lantas membuka
lemari pendingin dan mengeluarkan satu botol jus jeruk dan membawanya ke atas
meja makan. Ia tuangkan cairan berwarna jingga itu ke dalam gelas yang
sebelumnya ia telah ambil dari dalam lemari. Setelah dirasanya cukup, gadis itu
kembali menyimpan botol jus tersebut ke dalam lemari pendingin dan beralih pada
gelas yang telah ia isi dengan cairan yang berasal dari botol jus tersebut.
Ia meminum cairan tersebut perlahan.
Menikmati aliran dingin yang mengalir di kerongkongannya yang terasa kering
setelah menghabiskan sepanjang harinya di atas ranjang. Ia kembali meletakkan
gelas itu di atas meja saat dirasanya kerongkongannya sudah lebih baik.
āoh Haera-ah..? kau sudah pulang?ā
Gadis itu āHaera- memutar tubuhnya. Ia
hanya tersenyum canggung saat mendapati siapa sosok yang berada di belakangnya
itu.
āee.. kau sudah pulang Jong In-ah?ā Tanya Haera
yang mencoba untuk menghilangkan kecanggungan yang baru saja dibuatnya.
Sosok bernama Jong In itu hanya
menganggukkan kepalanya sembari memperhatikan Haera yang menurutnya tengah
bertingkah aneh. Haera yang menyadari akan tatapan Jong In, buru-buru mengalihkan
kembali perhatian Jong In.
āah.. apakah yang lainnya juga sudah
pulang?ā Tanya Haera lagi yang hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Jong
In.
āoh baiklah kalau begitu.ā
Haera segera mengambil gelas berisikan jus
miliknya, dan segera pergi meninggalkan dapur sebelum keadaan semakin tak
terkontrol.
Haera menghela nafasnya begitu ia sudah tak
melihat Jong In lagi. Dan lagi-lagi ia merutuki perbuatan bodohnya. Bagaimana
tidak? Jong In adalah seorang pria casanova
yang sangat mengetahui keadaan seorang wanita. Sekeras apa pun wanita itu
mencoba untuk menutupi suatu hal, pasti Jong In akan menyadarinya. Dan Haera
yakin kalau Jong In menyadari perubahan sikapnya itu.
Dengan langkah yang terburu, Haera segera
menaiki tangga menuju kamarnya. Ia sedang tak ingin diganggu. Ia ingin
menyendiri. Menenangkan pikirannya sebelum memutuskan akhir dari cerita
hidupnya.
o O
O O o
Jong In kembali duduk dengan seorang
pelayan yang mengekor di belakangnya. Laki-laki itu kembali menempati tempatnya
dan mengendurkan dasi yang ia kenakan. Sementara pelayan yang mengekor di
belakang laki-laki itu, meletakan gelas-gelas berisi jus serta makanan ringan
yang dibawanya ke atas meja.
Setelah ia meletakkan apa yang dibawanya,
pelayan itu pamit dan segera pergi meninggalkan ruang tengah dimana Jong In
beserta teman-temannya tengah beristirahat.
āberapa lama Haera pergi?ā
Jong In membuka topik pembicaraan.
Sebenarnya ia sendiri tahu jawaban atas pertanyaannya. Namun sosok gadis yang
ia temui di dapur tadi membuat ia bingung dan ingin memastikan bahwa ingatannya
sebenarnya masih baik.
āmm.. sepuluh hari. memangnya kenapa?ā Jawab Baekhyun sembari mengambil salah satu
gelas yang tadi disediakan oleh pelayan rumahnya.
Baekhyun meminum sedikit demi sedikit cairan
kental di gelasnya. Menikmati sensasi dingin yang mengaliri kerongkongannya
dengan tetap memperhatikan Jong In yang terlihat agak sedikit bingung.
āHaera telah pulang.ā Balas Jong In. Ia
menyanderkan tubuhnya dan kembali meminum jus yang tadi telah ia minum.
ānde?ā
āmwo?ā
āia ada di kamarnya. sepertinyaā¦ā
o O
O O o
Haera memainkan jemarinya. Menautkan tiap
jemarinya ke jemari yang lain. Atau melakukan hal-hal aneh lainnya dengan
kesepuluh jari tangannya. Entah sudah keberapa kalinya gadis itu menghela nafas
setelah ia berhasil menghindari sosok Jong In di dapur tadi. Tapi yang jelas,
gadis itu kembali menghela nafasnya dan langsung menghentikan permainan aneh
dengan jemarinya.
āapa yang harus aku lakukan??ā Gumam Haera.
Ia mengcak rambutnya. Mengusap
wajanya. Dan kembali menghela nafasnya
yang terdengar semakin berat. Ia tak tahu lagi harus melakukan apa. Bahkan
memikirkan rencana atau alasan-alasan yang akan ia pergunakan jika nanti
teman-temannya bertanya saja, ia tidak
mampu.
Dan disaat ia tengah mencoba untuk membuat
dirinya membaik, sebuah ketukan berhasil membuat gadis itu terlihat semakin
kacau. Tanpa harus menebak atau bertanya siapa yang mengetuk pintu kamarnya,
gadis itu sudah tahu pasti siapa orang itu. Dan karena itulah perasaannya saat
itu kian kacau.
Suara ketukan pada pintu kamarnya terus
mengalun. Bak sebuah lagu, sosok yang mengetuk pintu kamar Haera terus saja
mengayukan tangannya pada daun pintu putih itu. Membuat irama tersendiri untuk
orang-orang yang mendengarnya. Termkasud Haera.. gadis itu menganggap ketukan
pada pintu kamarnya bagaikan alunan musik kematian yang biasa ia dengar pada
acara pemakaman.
Haera menghela nafasnya. Seperti telah
menjadi sebuah kebiasaan untuk gadis itu menghembuskan nafasnya. Awalnya Haera
enggan untuk menanggapi ketukan itu. Berpura-pura sudah tidur dan meminta maaf
keesokan harinya. Namun.. pada akhirnya ia lebih memilih untuk mengakhiri
pikiran gilanya itu. Ia tahu bagaimana karakter teman-temannya. Jadi jika ia
menganggap bahwa hari ini dan esok akan selamat.. itu semua hanya ada
diangan-angannya saja. Karena sosok-sosok yang hidup di bawah atap yang sama
dengannya bukanlah orang-orang yang mudah ia bohongi dan mudah percaya akan
perkatannya.
Haera bangkit dari ranjangnya. Berjalan menghampiri
pintu kamarnya yang masih berbunyi dan membuka pintu tersebut. Dan tepat
setelah pintu itu terbuka, seorang pria berkulit putih tengah berdiri di sana.
Menatapnya dengan tatapan yang tak dapat gadis itu mengerti hingga detik itu.
Tak ada respon berarti dari sosok itu, lantas membuat Haera memutar tubuhnya
dan hendak kembali merebahkannya di atas ranjang. Namun nampaknya pria itu tak
menginginkannya. Karena sesaat setelah Haera memutar tubuhnya, pria itu
mencengkram lengannya dan menutup rapat pintu kamar Haera.
āah.. sakit.ā Rintih Haera. Ia mencoba
untuk melepaskan tangan kiri pria itu dari lengannya. Namun bukannya melepaskan
cengkramannya, pria itu malah kembali mencengkram lengan gadis itu dengan
tangan kanannya. Membuat tubuh Haera bagaikan terpaku menghadapnya.
āSehun-ah.. lepaskan.ā
Haera masih terus mencoba melepaskan
cengkraman pria itu. Namun pria bernama Sehun itu tetap saja mencengkram
lengannya. Malah ia mendorong tubuh Haera hingga punggungnya bersentuhan dengan
dinding.
āSe..hun-ahā¦ā
Haera masih terus mencoba untuk melepaskan
cengkraman Sehun. Lengannya benar-benar terasa sakit. Ia sudah tak kuat untuk menahan rasa sakit yang pria itu timbulkan. Ia ingin berteirk. Menepiskan
tangan pria itu. Tetapi ia tahu bahwa usahanya tak akan pernah membuat Sehun
menghentikan aksi gilanya sampai pria itu mendapatkan apa yang ia ianginkan.
Dan selama pria itu belum mengatakan
keinginannya. Mau tak mau Haera harus merasakan rasa sakit yang membuat pelupuk
matanya tengah dipenuhi oleh butiran-butiran air yang siap melesat jatuh
membuat genangan kecil dipipinya.
Haera menundukkan kepalanya. Ia berusaha
mati-matian untuk membuat matanya tak mengalirkan cairan sekecil apa pun. Namun
rasa sakit yang lengannya rasakan telah membuat seluruh tubuhnya juga mulai
terasa sakit. Hingga membuat gadis itu mau tak mau membiarkan satu butir air
matanya jatuh begitu saja.
āapa yang terjadi?ā
Sehun akhirnya membuka suaranya. Dengan
tangan kekarnya yang tetap mencengkram lengan Haera. Namun Haera tak bergeming.
Ia tetap mengunci rapat mulutnya. Tetap mencoba untuk menghilangkan sedikit
rasa sakit yang ditimbulkan oleh Sehun.
ākau diam? berarti apa yang aku katakan
benar? jika orang tuamu meminta mu untuk pergi karena-ā
āhentikan Sehun! hentikan!! aku tak ingin
membahasnya!ā Teriak Haera.
Ia mengangkat kepalanya. Menatap Sehun
dengan matanya yang telah basah oleh air matanya sendiri.
āku mohon.. lepaskan. lenganku sakit
Sehun-ahā¦ā Pinta Haera.
Ia mencoba melepaskan jari jemari Sehun
dari lengannya. Satu.. satuā¦ hingga pada akhirnya lengannya terbebas dari
cengkraman pria itu.
āaku ingin istirahat, bisakah kau
tinggalkan aku??ā
o O
O O o
Haera mematut dirinya di depan cermin. Tak
ada yang dilakukannya. Ia hanya duduk di sana dan memandangi dirinya lewat pantulan
cermin. Bagaikan sebongkah tubuh tak bernyawa.. begitulah Haera terlihat saat
itu. Matanya menatap pantulan tubuhnya dengan tatapan lelah dan tak bernyawa.
Wajahnya sedikit pucat. Bahkan ia terlihat tak memiliki semangat sedikit pun.
Haera menghembuskan nafasnya. Sejenak
matanya terpejam. Namun tak lama, ia kembali membuka matanya. Kembali menatap
pantulannya dengan tatapan kuat seakan tengah memberikan semangat pada dirinya
sendiri.
ākau bisa! kau pasti bisa! mungkin berat..
tetapi kau pasti bisa Haera-ah! semangat!!ā
Ia mengepalkan tangannya di depan wajahnya.
Mencoba untuk memberikan semangat positif kepada dirinya sendiri. Dan setelah
itu, ia segera merias wajahnya tipis dan segera pergi meninggalkan kamarnya.
o O
O O o
The
Grace Eclat cafƩ
12.10
KST
Haera baru saja sampai saat sebuah pesan
singkat berhasil di terima oleh ponselnya. Ia merogoh tas tangannya. Mencari
alat komunikasi yang telah menimbulkan getaran di dalam tasnya. Dan tak butuh
waktu yang lama untuk gadis itu mencari dimana keberadaan benda berbentuk
persegi panjang itu. Karena tak lama setelah tangannya mengacak seluruh isi di
dalam tas berwarna peach puff
miliknya, ia berhasil mendapatkan benda datar itu.
Ia menyentuh layar ponselnya. Matanya
lantas menyepit begitu mendapati nama Sehun tertera di layar utama ponselnya.
Awalnya ia ingin mengabaikan pesan itu. Namun pikirannya kembali menyadarkan ia
tentang bagaimana seorang Oh Sehun. Dan alhasil.. ia harus menggerakkan
jemarinya guna mengusap layar ponselnya agar pesan yang ia terima bisa
dibacanya.
From : Sehun
Apakah kau masih akan terus mengunci dirimu? Ayolah..
sejak kemarin kau tak keluar dari kamar. Bahkan kau juga tak membiarkan pelayan
di rumah mengantar makanan ke kamarmuā¦
Haera mendecak. Bukan karena ia kesal atau
tak suka. Tetapi lebih kepada perasaannya yang terasa sedikit aneh begitu
membaca pesan yang Sehun kirimkan padanya.
Benda datar itu kembali bergetar. Haera
yang masih terus memegangnya segera menyentuh layar ponselnya dan kembali membaca
pesan yang lagi-lagi dikirimkan oleh pengirim yang sama, Sehun.
From : Sehun
Kau melakukan ini karena kau masih marah? Oh.. ayolah
Haera-ahā¦ aku janji. Aku tak akan melakukan hal itu lagi! Jadi ku mohon kau
jangan mengunci dirimu. Aku tak mau kau sakit Haera-ahā¦.
Dan entah kenapa, setelah ia membaca pesan
tersebut seulas senyum terpatri diwajahnya. Ia tak tahu kenapa ia bisa tesenyum
setelah membaca pesan yang Sehun kirimkan. Tetapi yang jelas, ia baru menyadari
bahwa pria bermarga Oh itu adalah pria yang penuh perhatian di balik dengan
sikapnya yang kadang-kadang melebihi akal sehatnya.
Oke lupakan tentang Sehun yang ternyata
seorang pria perhatian. Dan lupakan pesan-pesan yang baru saja pria itu
kirimkan. Dan kini, setelah Haera membaca pesan-pesan yang baru saja
diterimanya dan memutuskan untuk tak memberikan balasan, gadis itu kembali
menyimpan ponselnya ke dalam tas dan bergegas masuk ke dalam cafƩ.
Suara lonceng terdengar begitu ia membuka
pintu cafƩ. Dan bersamaan dengan itu seorang pelayan wanita lengkap dengan
atribut pelayannya datang dan menyambut kedatangannya.
āselamat datang nona.. boleh saya tahu
untuk berapa orang?ā Tanya pelayan itu ramah. Ia tersenyum sembari menunggu
jawaban Haera yang nampaknya tengah sibuk mencari keberadaan seseorang yang
memintanya untuk bertemu.
āmmā¦ adakah seseorang yang telah memesan
atas nama Mark Tuan?ā
Pelayaan itu sesaat mencoba untuk
mengingat-ingat pemesanan meja yang telah dilakukan di cafƩ tempatnya bekerja.
Dan setelah ia dapat mengingatnya, pelayan itu kembali menatap Haera yang
tengah memalingkan pandangannya keseluruh penjuru cafƩ.
āoh ada nona. kalau begitu mari saya
antar..ā
Pelayan itu berjalan mendahului Haera.
Sementara Haera, ia yang sebelumnya tengah meneliti bagian dalam cafƩ -setelah
mendengar jawaban sang pelayan- segera mengikuti langkah pelayan itu. Hingga
pada akhirnya, sang pelayan berhenti tiga meja sebelum meja dimana telah duduk
seorang pria yang diyakini sebagai pemesan meja atas nama Mark Tuan.
ādi sana nona..ā
āoh.. mmm baik. kalau begitu terima kasih.ā
Haera membungkuk begitu juga dengan pelayan
itu. Pelayan itu tersenyum begitu ia kembali menegakkan tubuhnya sebelum
berjalan pergi meninggalkan Haera di sana.
Setelah kepergian pelayan tadi, Haera masih
belum mau beranjak dari tempatnya berdiri. Ia terus saja memperhatikan tubuh
laki-laki itu, dan hanyut dalam pikirannya sendiri. Ia tidak sedang menerka
bagaimana paras laki-laki itu, atau membayangkan hingga membandingkan wajah
laki-laki itu dengan teman-temannya. Tetapi ia tetap berada di sana karena ia
ingin memantapkan keputusannya terlebih dahulu sebelum benar-benar menemui
laki-laki itu dan mengatakannya.
Setelah beberapa saat hingga membuat
pelayan yang tadi mengantarnya melihatnya dengan bingung, Haera akhirnya
memutuskan untuk menghampiri laki-laki itu. Dengan menghembuskan nafasnya
terlebih dahulu, gadis itu melangkahkan kakinya mendekati meja dimana laki-laki
itu tengah menunggunya.
āmaaf membuat mu menunggu.ā
o O
O O o
Langit baru saja menyampaikan kesedihannya
dengan hujan yang jatuh membasahi bumi. Entah langit menurunkan hujannya karena
Haera tengah bersedih, atau memang saat itu hujan seharusnya turun. Yang
jelas.. karena hujan yang turun dengan cukup deras membuat Haera harus terjebak
di dalam cafƩ bersama dengan seorang laki-laki hingga langit berubah menjadi
hitam dan rembulan menggantikan mentari yang bersinar.
Haera sampai di rumahnya tepat disaat jarum
panjang menunjuk angka enam dan jarum pendek berada diantara angka sembilan dan
sepuluh. Ia segera membuka pintu dan masuk ke dalam. Ia benar-benar lelah dan
ingin sesegera mungkin menikmati nyamannya ranjang miliknya.
Haera berjalan menuju tangga. Menaiki satu
demi satu anak tangga agar ia bisa sampai di kamarnya yang berada di lantai
dua. Sedikit lagi ia bisa meraih pintu kamarnya, namun seseorang berhasil
membuat langkahnya terhenti.
Haera memutar tubuhnya. Menatap sosok gadis
yang baru saja memanggilnya dan membuat ia tak jadi masuk ke dalam kamarnya.
ākau darimana?ā
Gadis itu memicingkan matanya. Ia menatap
Haera dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dan hal itu membuat Haera merasa
tak nyaman.
āemm.. bertemu teman. eoh.. Jisun-ah aku
lelah. aku masuk dulu.ā
Haera segera membalik tubuhnya dan membuka
pintu kamarnya. Ia tak ingin membuat dirinya mendapat banyak pertanyaan.
Terlebih dari teman-temannya. Tubuhnya saat itu benar-benar lelah dan jika
sampai hal itu terjadi, ia tak tahu harus melakukan apa.
Setelah mengunci rapat pintu kamarnya,
Haera segera bergegas memasuki kamar mandi dan membersihkan dirinya. Hujan
memang baru saja turun dan membuat udara di luar menjadi dingin, tetapi
nampaknya kepala gadis itu tak bisa mendingin hanya karena hujan yang turun.
Dan karena itulah ia segera membersihkan dirinya dan membasuh kepalanya dengan
air yang mengalir dari shower kamar mandi. Dan setelah ia merasa lebih baik,
gadis itu keluar dengan mengenakan pakaian rumah yang amat nyaman dipakainya.
Haera mengeringkan rambutnya dengan handuk
yang sebelumnya membalut kepalanya. Ia mengusap kepalanya perlahan dan
bersamaan dengan itu, ia menghela nafas. Haera berjalan menuju meja rias dan
duduk tepat di depan cermin besar yang memantulkan bayangannya. Ia diam. Hanya
diam dan terus menatap pantulan dirinya. Hingga pada akhirnya, otaknya kembali
mengingatkan ia akan kejadian yang baru saja dilewatinya.
>>>
ābagaimana? apakah kau sudah mengambil keputusan?ā
Haera
diam. Ia sama sekali tak menggerakkan tubuhnya atau mengatakan sepatah kata pun.
Hingga lawan bicaranya kembali diam dan memperhatikannya, Haera tetap saja tak
melakukan apa pun. Entah apa yang ada dipikirannya. Yang jelas air wajahnya
menunjukkan bahwa ia tengah benar-benar berpikir.
Cukup
lama mereka hanya saling diam. Hingga pada akhirnya Haera memberanikan diri
untuk membuka mulutnya dan mengatakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan
sang lawan bicara saat orang itu bertanya untuk yang kedua kalinya.
ādemi
orang tua ku. aku akan menerimanya..ā
Setelah
mengucapkan itu, secara otomatis ia menghela nafasnya. Walau pelan, tetapi sosok
orang yang menjadi lawan bicaranya tahu kalau sebenarnya Haera tak benar-benar
yakin dengan pilihannya. Namun mau bagaimana lagi. Ia dan Haera sama-sama
diberikan pilihan yang sama sekali tak mereka inginkan.
āaku
tahu ini berat.. tetapi aku yakin kau bisa melewatinya. karena ku lihat, kau
adalah seorang gadis yang kuat.ā
Sosok
itu mengulurkan tangannya. Dan hal itu membuat Haera bingung dan seketika
menatap sang lawan bicara dengan dahi yang sedikit berkerut.
ākita
mulai dari awal. aku Mark Tuan.. senang berkenalan dengan mu.ā
āLee
Haera.. senang berkenalan dengan mu..ā Balas Haera.
Ia
juga mengulurkan tangannya. Menjabat Mark āsang lawan bicara- dengan perasaan aneh
yang masih terus menggelayutinya.
>>>
Haera mengacak rambutnya. Ia benar-benar frustasi.
Ia tak tahu harus melakukan apa. Bahkan rasanya ia tak ingin bertemu dengan
teman-temannya karena ia juga bingung harus melakukan apa dan mengatakan apa
pada mereka.
To Be Continued...
halloha guys ^^
finally... i can meet you again after my last fic. oke.. i just wanna say sorry because i comeback with another story. hh~ i don't know why did i comeback with the new story? but i always hope that all of you guys entertained with my fic. oke.. i think just that. but before i go away from here, i wanna say thank you for my best friends.. author Salsa and GSB for their message in this morning. your message was really entertaining and made me smile and laugh when i arrived at the course place. thanks for made me and flying member Mark to be a couple in your message hehehe...
oke guys.. i think it's enough. so hope you enjoy and thanks for you time. see you....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
Lanjut thor, kasian haera ya......... Sempet kaget juga tiba2 ada mark hehehe..... Daebak lah thor!
ReplyDeletemakasih udah mau nyempetin komen :)
Deletekelanjutannya ditunggu aja ya... soalnya masih dalam tahap pengeditan yang belum kunjung kelar akibat SBMPTN dan teman-temannya. tapi gak lama lagi kok...
*BOW*