Sometimes









Cast : Lee Chaerin ( YOU )
          Lee Donghae

Genre : Angst

Rating : PG-13






Be a good girl, the kind one and the modest person. Benarkah seperti ini yang kau inginkan? nampaknya menjadi sesuatu, oh maksudnya seseorang yang menjadi panutan bagi orang lain bukan hal yang ingin kau lakukan, karena sebanyak apapun kau mencoba, kau tetap seorang gadis dengan kepribadian yang tidak banyak disenangi. Sekuat apapun kau berusaha untuk terlihat seperti putri kerajaan dengan segala kebaikannya, kau tetap kau. Tetap bagian dari dunia yang tak terlalu mendapat perhatian, peranmu tetap cameo yang datang dan pergi tanpa dihiraukan.  






Tak peduli bagaimana dunia bicara tentangmu, tak peduli bagaimana insan-insan di langit dan bumi berbisik, kau akan tetap berdiri tanpa peduli pendapat mereka. Kau sendirian, dan kau percaya itu. Kau hebat, bukan untuk menyombongkan diri tapi karena memang begitu kenyataannya. Kau mandiri, dan kau pikir kau tidak membutuhkan perhatian banyak dari orang lain.




Kau selalu begitu dan mungkin akan begitu. Apa itu terkesan sangat angkuh? Tidak juga. Sebenarnya semua yang telah terjadi selama ini tidak sepenuhnya kesalahanmu. Kau merasa sendiri, karena tak peduli betapa banyak orang yang berada di sekelilingnya, tak ada yang benar-benar memberikanmu kehangatan. Selama itu kau selalu menggigil dalam gulitanya malam, memeluk tubuhmu sambil berharap matahari akan datang. Namun kau sadar, kau bukan penguasa waktu yang mampu menggulirkan waktu secepat yang kau inginkan. Kau mulai berpikir, dan akhirnya menemukan kekuatan hebat yang rasanya terlalu kuat untuk manusia sekecil dirimu.




Kau tak lagi berharap matahari datang cepat hanya karena kedinginan, kau hanya perlu menyalahkan penghangat ruangan dan menyelimuti tubuhmu dengan selimut tebal di ranjang. Saat semua anak akan berbaring dan membiarkan orangtuanya menarik selimut sebelum tidur, kau justru melakukannya sendiri. Sejak hari itu dan seterusnya pun begitu, kau tak pernah menunggu sosok pemberi kehangatan dengan senyum menyenangkannya datang dari balik pintu kemudian mengecup keningmu, dan menyelimuti tubuhmu. Tidak…sejak hari itu kau sadar kau hanya perlu melakukannya sendiri, kau sadar kau bisa melakukan semua itu dengan kekuatan yang Tuhan berikan. Kau sadar kau tak perlu menangis hanya karena lampu di rumahmu padam, kau hanya perlu mengambil lilin dan menyundut sumbunya dengan percikan api dari pemantik yang biasa kau simpan di dalam nakas. Kau tumbuh menjadi hebat, dan bukan hal yang salah jika kau merasa begitu.




Tak ada lagi yang kau cintai melebihi dirimu sendiri, kecuali Tuhanmu. Kau mencintai DIA lebih besar dari cinta untuk dirimu sendiri. Tapi untuk makhluk lainnya, kau rasa kau tak bisa mencintai mereka bahkan dengan setengah cinta yang kau miliki. Tidak… setengah itu terlalu banyak untuk orang yang sudah lama tak peduli dengan hubungan antar manusia seperti itu.  




Lalu apa hidup yang kau pilih salah? Tentu kau akan menjawab TIDAK dengan lantang. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang berbisik aneh tentangmu? Apa kau akan tetap pada pendirianmu?. Tentu iya.. karena kau merasa orang-orang di luar sana terlalu banyak mengatur dan tak mengerti dirimu. Kau merasa mereka terlalu banyak bicara, karena mereka tak pernah berada dalam kisahmu. Mereka tak ditinggalkan seperti yang kau rasakan, mereka berada dalam dekapan ibunya saat udara dingin berhembus kencang menemani malam. Mereka tak pernah kecewa karena sosok gagah yang diharapkan membawanya ke kebun binatang tak datang hanya karena pekerjaan yang tak bisa diabaikan. Mereka selalu dihujani kehangatan, kenyamanan, keamanan, kebahagiaan, tak sepertimu yang harus berhenti mengharapkan hal-hal seperti itu. Awalnya kau pun salah satu diantara mereka, tapi sudah sejak waktu yang lama kau berhenti berharap. Kau berhenti menggantungkan harapan hanya untuk mendapat sesuatu dari orang lain. Menurutmu kau hanya perlu bergerak dengan segala kekuatanmu untuk mendapatkan itu semua. Jadi…apakah ini salah?  





Dan pada akhirnya kau akan terjebak pada jawaban tak pasti yang membuatmu berpikir keras sepanjang hari. Termenung dalam waktu yang lama hingga kau mengambang dalam lautan yang tak kau ketahui. Kau kehilangan arah dan tujuan. Semuanya terlalu berat dan membingungkan untuk orang yang mencintai kebebasan sepertimu. Segalanya membawamu pada kubangan rasa lelah dan frustasi, hingga kau memilih untuk kembali tenggelam dalam dunia yang telah lama kau tinggali. Dunia yang tak perlu pendapat dari mulut-mulut usil yang tanpa kau sadari menaruh kasih dan harapan. Kau tak menyadarinya, karena lagi-lagi kau sudah terlalu lama berada dalam kehidupan aku hebat dan baik-baik saja tanpa orang lain. Kau tak lagi bisa memandang, menatap dunia seperti yang coba orang lain tawarkan. Kau selalu memandang dunia dengan caramu, tak peduli itu salah atau benar.




“ Kau egois.”



Lagi. Kau mendengarnya bicara seperti itu. dengan sorot mata teduh yang menyalak dengan garis wajah yang mengeras, ia datang seolah mendorongmu ke tempat yang tak akan kau datangi lagi. Jika semua orang menyerah padamu, mundur perlahan dengan sikap aroganmu, ia tetap berdiri di tempatnya walau tak pernah menerobos batas yang telah kau tetapkan. Ia berada di belakangmu, namun tak pernah mencoba untuk merangkulmu. Ia tersenyum tapi tak pernah memaksamu untuk melakukan hal yang sama. Dan pada akhirnya kau bisa menyimpulkan kalau ia adalah makhluk paling idiot yang pernah kau temui. He’s a fool, but I know he’s someone I need.  




Ia bicara, menyuarakan pendapatnya, menyatakan pikirannya yang tak sejalan denganmu. Kau hanya bisa mencemoohnya dalam dengus pendek yang lolos dari hidungmu. Ia tahu bahwa kau tak pernah peduli dengan pendapat siapapun, kau hanya dirimu yang selalu memegang kendali atas segala keputusan yang kau ambil. Kau tak pernah menghiraukan pendapatnya, dan ia tahu itu. Tapi ia tak pernah berhenti.




“ Bertaruh padaku, kau akan menyesal pada akhirnya.”





Itu ucapan terakhirnya sebelum melangkah pergi bersama angin senja yang menerbangkan sosoknya dalam keheningan. Kau tak peduli, karena kau sudah berhenti peduli. Namun itu tak bertahan lama. Kejadian hebat tiba-tiba mengguncangmu, membuat jiwamu terhentak, terjebak dalam ketakutan. Pada akhirnya kau terdampar dalam rasa takut untuk percaya pada kebenaran, setelah sebelumnya kau tak pernah mempedulikannya.




Hari itu, siang yang kau anggap biasa saja, menjadi sebuah saksi betapa kau tak pernah sehebat yang kau bayangkan. Kau hebat, tapi tetap kau bukan sebuah robot yang tak akan menangis begitu mendengar kabar kematian kedua orang tuanya. Saat itu, telepon berdering nyaring, meraung hingga kau mendecak kesal dan beranjak dari ranjang.




Pandanganmu mengabur dan mulai tak jelas begitu buliran hangat mulai menumpuk di pelupuk mata. Kau terjatuh pelan dalam kesedihan yang tak bisa terdengar. Dalam diam airmatamu mengalir, diam-diam mulai menenggelamkanmu.





Kau tak tahu apa yang harus kau lakukan setelah itu. Kau hanya melangkah seperti yang biasa kau lakukan, namun dalam benakmu kau mulai mengingat ucapannya. Tak peduli seberapa kuat kau menutupi kesedihanmu, kau tetap menangis hingga matamu terlihat bengkak. Kau nampak seperti mayat hidup.





Kau mulai menyesali dan lambat-lambat membuktikan ucapannya hari itu. Kau menyesal, namun kau tak punya pilihan untuk menghilangkan rasa sesalmu. Sekali lagi kau ingat, kau bukan penguasa waktu yang bisa mengutak-atik cara kerja waktu. Kau tak bisa memutar, mengulang waktu ke titik yang kau inginkan. Kau tak bisa membawa dirimu ke waktu dimana kedua sosok yang telah lama tak kau pedulikan mengajakmu makan malam bersama. Selama dua puluh satu tahun mereka mengabaikanmu, meninggalkanmu tanpa bertanya sedikitpun, melayang dalam kegiatan masing-masing seolah tak pernah ada dirimu di hidup mereka. Kenapa baru sekarang? Itu yang kau pikirkan, hingga akhirnya kau menolak ajakan itu tanpa berdalih. Kau menolaknya dengan tegas. Tak peduli bagaimana perasaan mereka, tak peduli bagaimana wajah kecewa mereka saat mendengar penolakan itu.  Tak peduli jika ternyata malam itu adalah kesempatan terakhirmu bersama dengan mereka, bersama dengan kedua orang tuamu.




“ Tak perlu tenggelam, kau hanya perlu melihat kembali dengan melibatkan sedikit hati nuranimu.”



Kau menatapnya yang tak berpaling dari matahari yang mulai merangkak turun dari tempatnya secara perlahan. Ia kembali lagi, meski ia tak pernah pergi kemanapun. Ia selalu menemanimu, meski kau selalu menolaknya, meski kau selalu mendorongnya pergi. Namun ia tetap berdiri di tempatnya, tak melanggar batas nyamanmu.




“ Kadang kita perlu mendengar orang lain untuk menentukan arah. Bukan untuk menjadi yang orang lain inginkan, tapi karena kita tetap manusia yang sering merasa benar hingga melangkah ke arah yang salah.”



Ia beralih menatapmu yang sejak tadi terus menatapnya tanpa berpaling. Matamu tenggelam dalam matanya yang teduh, menarikmu ke dalam arus yang tak berujung hingga kau tak peduli dengan batas nyaman yang selama ini kau terapkan. Kau mulai tak peduli, namun dalam cara yang berbeda. Kau mulai tak peduli karena lambat laun kau mulai peduli.




“ Meski kau sudah berhenti mengharapkan matahari menyapamu, bukan berarti kau harus mendorong pergi cahaya yang bersedia menyinari jalanmu.”



“ Kau tetap seorang gadis kuat yang hebat, seseorang yang mampu mengatur segalanya dengan baik. Tapi menerima uluran tanganku dan berjalan bersamaku bukan sesuatu yang buruk, kau tetap menjadi dirimu yang selama ini kau banggakan. Kehilangan sesuatu tak harus membuatmu tak memiliki segalanya Chaerin.”




Dalam hatimu kau berteriak, menekan rasa hangat yang menggerayang hingga ke sudut hati paling terdalam yang sudah lama membeku. Kau masih menatapnya dalam diammu. Kau tak bereaksi seolah seluruh sel di otakmu rusak parah, hingga tak mampu merespon pernyataan hebatnya. 



“ Menerima uluran tanganku bukan berarti kau lemah.” tambahnya dengan nada setenang sebelumnya.   



“ Namun jangan salahkan aku jika kau tak bisa melepaskan genggamanku. Aku tak bisa melepasmu begitu saja. Saat aku memutuskan untuk meraih tanganmu itu tandanya tak ada jalan kembali Lee Donghae.” tegasmu mencoba tak terpengaruh dengan sepasang mata lugu yang menatapmu.




Ia terkekeh pelan, melukiskan wajah tampan yang semakin mempesona dengan caranya sendiri. “ Aku malah menantikan saat seperti itu tiba.” Kekehnya lagi. Tanpa kau sadari kedua tangannya membawamu ke dalam dekapannya, memeluk erat tubuhmu dalam kehangatan yang kau rindukan. Memberimu sesuatu yang telah lama kau buang jauh dalam daftar keinginanmu, tapi hari ini kau tahu, kau masih tetap menginginkannya.




Tak peduli apa dulu orangtuamu mencintaimu atau tidak, sekarang kau tak akan menghalangi cinta yang datang menyapamu. Tak peduli betapa lama kau kehilangan rasa hangat, bukan berarti kau tidak bisa mendapatkannya sepanjang hidupmu. Karena kau mulai sadar, terkadang ia hanya manusia lemah yang butuh segala hal sepele yang terkadang sering dilupakan. Jadi kesimpulannya apa selama ini ia salah? Yah…mungkin tidak sepenuhnya salah. Ia hanya lupa memikirkan jalan lain selain mengendap dalam bangunan sepi yang selama ini ia tinggali.






END


Wooooo…I’m back!!!! LALALALALALALA*goyangin tangan bareng teentop*
Oke….ini apa? aku gak tau!! Well…ini aku bikin setelah aku baca live journal seseorang*asik*, yah…dri situ aku nemuin banyak hal mulai pendapatnya tentang hidup dan sedikit cerita tentang hidupnya. aku akuin untuk ngejalanin hidup kayak hidup dia gak mudah, tapi pengalaman dan kebiasaan yang ada ngebentuk dia jadi careless dan mungkin agak songong. But…semua orang punya kendali atas diri masing-masing, dan ff ini adalah pandangan aku tentang ceritanya dia. Aku gak mau ngejudge gimana atau gimana. Karena kan sulit buat orang luar kayak kita yg gak ngalamin apa yg dia hadapin selama ini untuk ngerti, tpi bukan berarti g boleh berpendapat kan? Segala perilaku org pasti ada latar belakangnya dan….yg terpenting itu bukan gimana kisah itu terjadi, tapi gimana kita berusaha untuk menjadi pribadi yg jauh lebih baik setelah itu. Yah…walau berat. Aku tahu. Aku gak mau ngomong bullshit karna jujur aku g punya pengalaman kyak dia. Soo..this is the end of my speaking friends.. aku gak tau ini menarik atau enggak, aku cuma mau berbagi itu aja.

Oh ya….klo ada yg heran kenapa GIGSent sepi, mohon maklum. Kita bertiga lagi sibuk nyusun strategi untuk masa depan masing-masing, jadi yah…nikmatin aja apa yang ada. Tapi sih…sbenernya aku g hiatus, aku kan emg g rajin” bgt publish kecuali pas jaman Another Cinderella. Jujur aku lagi dilema. Lagi terjebak dalam sebuah arus tanpa nama, semacem writer’s block tpi lebih hebat *aduhlebeh*. Tapi aku bakal publish painfully smile krna tanggung kan udh mau abis, tpi klo ff lain aku g tau. Doain aja semoga aku bisa lanjutin passion ambition, snap on the plan sama marry me..yah.. okelah aku ngantuk banget ini aku mau bobo cantik dulu yeh…bye…MUAAAHHH..



See You,


GSB

Comments

Popular Posts