Suddenly Daddy (last story)
BRAKK!
Henry dan Hyejeong bergegas memasuki kamar Danny. Dan yang
mereka dapati adalah Danny yang sedang menangis dan pecahan gelas kaca di bawah
tempat tidurnya.
“Danny~a ada apa?”
“aku merindukan eomma. Kau yakin eomma sudah meninggal?
Kurasa tadi eomma kemari”
“Henry dia demam” bisik Hyejeong sambil memeluk Danny. Henry
yang tengah memungut pecahan kaca menatap anak itu dengan khawatir dan segera
keluar mengambilkan obat.
“ini akibatnya kalau kau kehujanan” ujar Hyejeong. Tak lama
kemudian Henry datang sambil membawa plester demam dan juga botol obat. Ia
memberikan semua itu pada Hyejeong yang dengan telaten mengurus Danny. Henry
membereskan pecahan kaca dan keluar dari sana.
Satu jam kemudian, namja itu kembali lagi ke kamar Danny.
Anak itu sudah tidur, sementara Hyejeong ikut berbaring di sampingnya dengan
mata yang menatap lurus ke arah langit-langit.
“Bagaiman~”
“shtt~ dia baru tidur” ujar Hyejeong cepat.
“berhubung kau kesini, lebih baik aku pulang” gadis itu
sudah bangkit dan menyerongkan kakinya ke bawah saat Henry menggeleng.
“aku masih tak boleh pulang?”
“diluar masih hujan. Lagipula besok kau libur kan?”
“tapi…”
“dan Danny masih sakit” perkataan ini membuat Hyejeong tak
lagi merasa keberatan. Ia mengangguk lalu tersenyum pada namja itu.
“kau tersenyum padaku? Kalau tidak salah satu jam yang lalu
kau baru saja mengataiku brengsek” ucap Henry dengan nada setengah menyindir.
Kakinya melangkah mendekat ke sisi ranjang yang lain dan duduk sambil menatap
Danny.
“bagaimana aku tidak bilang begitu? Kau tahu seantusias apa
Danny tadi? Ia bahkan tak mau masuk walaupun hujan”
“aku benar-benar tak ingat. Tadi sepulang kuliah aku pergi
bersama seseorang”
“siapa?”
“tidak penting”
“kekasihmu?”
“eoh? Bagaimana kau tahu?”
“jadi aku benar ya?” Hyejeong tersenyum simpul dan kembali
membaringkan badan.
“tidak sepenuhnya benar. Aku juga tak mengerti kenapa kita
pacaran”
“hmm?”
“ini sudah tahun kelima. Awalnya aku hanya kasihan, tapi
yah….” Henry ikut berbaring.
“kasihan jadi sayang sungguhan?”
“bukan. Dulu dia gadis yang pendiam dan penyendiri, aku
berteman dengannya dan tanpa disangka ia menaruh hati padaku. Lalu dia
menembakku dan aku tak punya pilihan lain. Aku menerimanya dan yah… sampai
sekarang”
“kalau kau tidak menyayanginya, kenapa masih bertahan?”
“ayahnya menyeramkan. Dia anak satu-satunya dan sudah pasti
anak itu sangat dimanja. Saat aku bilang mau putus, ia mengadu pada ayahnya dan
aku hampir dibunuh”
“eomo!” kedua orang yang sedang berbincang itu menatap
langit-langit, dengan kompak bergidik saat membayangkan tubuh Henry tertabrak
oleh mobil dan terpental di tengah jalan. Keduanya menoleh satu sama lain, “itu
menyeramkan!” ucap Hyejeong sambil menggeleng ngeri. Henry tersenyum getir.
Danny yang menjadi batas penghalang antara Hyejeong dan
Henry tertidur dengan damai. Sementara mereka sendiri masih betah mengobrol
macam-macam, saling mengenal satu sama lain. Mereka tertawa dan bercerita, lalu
beberapa saat setelahnya satu dari mereka akan mengingatkan untuk tidak terlalu
berisik. Lalu bicara serius, tak lama kembali terkekeh dan begitu seterusnya.
Hingga mereka benar-benar terlelap.
*********
Hyejeong mengerjap, ia menoleh ke kanan dan langsung saja
berteriak. Muka Henry berada tepat di hadapannya. Henry terkejut. Mereka
bangkit dari posisi berbaringnya dalam waktu yang bersamaan sambil berteriak
satu sama lain.
“Hahahaa” Danny tertawa melihat tingkah mereka.
“Aigoo…. Kalian lucu sekali” ucap Danny sambil menarik
gorden kamarnya. Membuat sinar matahari yang luar biasa menyilaukan seketika masuk.
“ini sudah jam 10, appa, eomma” namja kecil itu tersenyum
saat mengucapkannya.
“appa?”
“eomma?” Henry dan Hyejeong
mengulangnya dengan kaget.
“kalian tidur disini saja setiap hari. Aku senang melihat
kalian berdua di sampingku saat bangun. Jadi ini rasanya ya?”
“uh! Aku harus pulang” Hyejeong merapikan rambutnya dan
bergegas turun dari tempat tidur. Henry mengusap tengkuknya lalu…
“ini kan libur. Untuk menebus kesalahanku kemarin…….. ayo ke
toko cokelat hari ini”
“eung…. Maksudku, kita bertiga” Danny tersenyum sambil
melirik Hyejeong yang nampak menimbang.
“mau ya noona….” Namja itu mengeluarkan aegyo yang membuat
Hyejeong tak bisa mengatakan tidak.
“baiklah”
“YES!” Teriak Henry dan Danny refleks. Membuat Hyejeong terkejut.
“tapi aku bisa pulang dulu kan?”
“tentu.... nanti siang kujemput!” Hyejeong mengangguk, lalu
membungkuk sedikit pada Henry dan segera keluar dari kamar.
“Henry”
“ah.. wae?” Henry yang sedang tersenyum langsung tersentak
dan menoleh pada Danny.
“kau menyukainya ya?” namja itu terdiam, lalu beberapa saat
kemudian mengangkat bahunya lesu “molla”
*********
Saat Henry dan Danny sudah siap dan ingin menjemput
Hyejeong. Tiba-tiba saja seorang wanita datang dengan heboh. Ia berteriak
memanggil Henry sambil meletakkan beberapa paper bag di meja makan. Tingkahnya
benar-benar seperti berada di rumah sendiri.
Dengan heran, Danny keluar dari kamarnya saat mendengar
teriakan itu.
“neo nuguya?” Tanya anak itu bingung.
“dimana naui mochi?”
“apa?”
“mochi Henry~ku mana?”
“kau siapa?”
Dan disaat itulah Henry keluar dari kamar sambil mengancing
lengan kemejanya.
Ia terkejut saat melihat Da Eun “apa yang kau lakukan
disini?”
“chagi? Haiii! Astaga kau tahu ya aku mau datang?” Da Eun
hendak memeluk lengannya, namun Henry segera menghindar. “menyingkirlah”
“YA! Kenapa kasar sekali sih?”
“kau mau apa kesini? Aku ada acara dengan keponakanku”
“oh ya? Kemana? Aku ikut ya..”
“andwae!” teriak Danny. “kami hanya akan pergi bertiga saja”
“ne.. hanya kita bertiga” ucap Da Eun sambil tersenyum.
“bukan kau. Tapi Hyejeong noona”
“ah? Siapa? Hyejeong itu siapa? Cepat jelaskan padaku!”
gadis itu bertolak pinggang dan berbalik pada Henry. Sementara namja itu hanya
mendesah sambil memutar matanya, ia berjalan melewati Da Eun tanpa peduli dan
menyuruh Danny untuk cepat naik ke mobil.
“YA! Henry! Jawab
aku!” Da Eun mulai geram dengan sikap Henry yang mengabaikan kehadirannya.
Gadis itu menarik tangan Henry tepat saat mereka berada di teras, sementara
Danny sendiri sudah berdiri di samping mobil.
“aku sudah pernah mengatakan ini padamu kan, Da Eun~ssi? Aku
tidak menyukai caramu yang seperti ini. Aku butuh waktu untuk sendiri”
“tidak. Kau akan pergi bersama Hyejeong. Siapa dia?”
“dia hanya pengasuh Danny” ucap Henry dengan nada lelah.
“lalu kenapa kau pergi bersamanya?”
“karena samcheon menyukai Hyejeong noona” sahut Danny
kencang. “Henry samcheon, kajja! Jangan buat Hyejeong noona menunggu”
Henry benar-benar tak tahu harus menunjukkan ekspresi
seperti apa, jadi ia tak menatap Da Eun dan langsung beranjak. Namun gadis itu
menahan lengannya lagi.
“benarkah?”
“mungkin iya. Dia cantik, baik, menyayangi keponakanku dan
bersikap dewasa. Pria mana yang tidak suka?”
PLAAKK!
Danny langsung menutup matanya dengan kaget. Da Eun menangis
dan mengepalkan tangannya dengan geram, sementara Henry menatap gadis itu
sambil menahan marah.
“puas? Sekarang adukan aku pada ayahmu! Cepat menangis
padanya, katakan aku sudah melukai perasaanmu. Suruh dia membunuhku”
“Henry”
“kau boleh mengikatku di rumahmu dan bertingkah seperti
psikopat. Terserah. Aku tak peduli lagi”
“Henry! Hiks…. Kenapa kau begini?” Da Eun terisak-isak.
Danny mengintip lewat celah jarinya. Ia sangat penasaran, tapi di sisi lain
anak itu tetap tak mau melihatnya. Sebenarnya Danny tak ingin tinggal diam
melihat pamannya ditampar seperti tadi, tapi melihat sang perempuan yang justru
malah menangis, anak itu jadi bingung harus membela siapa.
“sekarang kutanya padamu, kalau aku sudah menyakiti hatimu
sejauh ini. Maukah kau melepasku? Bolehkah aku minta putus?” Da Eun menatap
Henry dengan matanya yang basah, lalu menggeleng kuat.
“tidak akan”
“oke… nikmatilah hubungan ini” pria itu berjalan
meninggalkan Da Eun begitu saja. Danny segera masuk ke dalam mobil, begitu pun
Henry. Dan dalam hitungan detik mobil itu sudah berlalu menjauhi rumah.
**********
“dia pacarmu, Henry?”
“dia…..” bahkan Henry sendiri tak tahu siapa dia.
“kukira kau suka Hyejeong noona. Padahal aku sudah
merestuinya”
“apa? Merestui?” Henry terkekeh. Sejenak lupa akan Da Eun
dan masalahnya.
“ne.. aku sudah membayangkan jika kalian menikah dan
merawatku seperti ayah dan ibu”
“kau kira Hyejeong mau menjadi ibumu?” ledek Henry.
“kenapa tidak mau? Aku kan sangat lucu”
“cih… aku lebih lucu”
“lucu mwo?” sahut Danny cepat. Membuat Henry tak kuasa
menahan tawa.
**********
Sekali lagi, Hyejeong mematut dirinya di cermin. Ia menarik
napas panjang dan tersenyum. Padahal ia sudah tahu kalau Henry sudah punya
kekasih, tapi entah kenapa ia tetap saja tak bisa menahan perasaannya. Ya..
Shin Hye Jeong menyukai pria konyol yang memintanya menjadi pengasuh Danny
dengan pengeras suara itu. Shin Hye Jeong menyukainya, dan ia tak tahu
alasannya.
Mungkin karena semalam mereka bicara banyak sekali. Dan
semua pembicaraan itu sanggup membuat hatinya tersentuh akan rasa nyaman.
Padahal Hyejeong termasuk gadis introvert yang sering bingung jika diajak
bicara, tapi Henry mampu mengubah itu secepat kilat.
Tin… Tin….
Suara klakson menyadarkannya. Dengan cepat ia menarik tas
kecilnya dan segera berlari ke luar. Saat ia membuka pintu, Henry ternyata
sudah berdiri di depan dengan tangan yang tertahan, hendak mengetuk.
“uh.. hampir saja aku mengetuk kepalamu”
“keurae. Beruntung kau tidak melakukannya” Hyejeong menunjukkan
kepalan tangannya. Membuat Henry mendengus sinis.
“kajja”
*********
Rencana awal memang hanya berkunjung ke toko cokelat. Tapi
siapa sangka kalau nyatanya mereka malah keliling Seoul dan mengunjungi banyak
tempat. Dan dari semua agenda jalan-jalan ini, satu hal yang membuat Henry
paling senang adalah kenyataan bahwa Hyejeong sangat menyayangi Danny. Ia butuh
perempuan yang seperti itu. Lagipula siapa yang mengira perasaannya kepada Shin
Hyejeong semakin menjadi-jadi sejak semalam. Ya.. sebenarnya mereka hanya butuh
sedikit waktu untuk saling bicara dan mendengarkan. Dan juga sedikit waktu bagi
Henry untuk menyadari…… bahwa ia menyukai gadis itu.
“Henry”
“hmm”
“kau datang kan?”
“apa?”
“sabtu besok” Henry terdiam selama beberapa saat sebelum
akhirnya mengangguk yakin. “keurae”
“janji”
“janji!”
**********
Sejujurnya Henry sudah tidak lagi memikirkan Steve
Lachapelle sekarang. Ia tahu Danny pasti akan lebih senang bersamanya, dan ia
tahu ia mulai bersedia merawat anak itu. Tapi di tengah-tengah keyakinannya
yang mulai mantap, sebuah nomor tak dikenal menghubunginya. Tepat di malam sebelum
acara sekolah Danny, pria itu mendapat kabar bahwa Da Eun mendapatkan informasi
tentangnya, tentang Steve Lachapelle. Henry benar-benar kebingungan
Pertahanannya pun kembali goyah.
Sekarang ia masih berada di kampus. Pria itu melirik jam-nya
sambil mendesah. Kemudian menoleh pada Da Eun yang duduk sangat jauh darinya.
Ini sangat langka. Biasanya gadis itu akan menempel disebelahnya seperti
magnet. Tapi wajar, setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Da Eun memang
lebih dingin dan terkesan menjaga jarak dengan Henry. Sejujurnya namja itu
bersyukur.
Tak lama, dosen yang sedang mengajarnya mendapat telfon dan
mengakhiri kelas begitu saja. Padahal mereka masih punya waktu setengah jam
lagi. Henry sedang memasukkan buku catatannya ke dalam tas saat Da Eun berjalan
di depannya. Pria itu buru-buru berdiri dan menangkap tangan sang gadis. Da Eun
menoleh dengan wajah terganggu.
“ada apa? Bukankah kita sudah putus?”
“kau tau keberadaan tuan Lachapelle”
“tch….” Da Eun tertawa mencibir. “keurae. Apa yang tidak
diketahui ayahku?” lanjutnya sembari menatap Henry rendah. Ternyata namja ini cuma mencariku karena tuan Lachapelle.
“aku bisa mempertemukan Daniel dengannya” Da Eun membalik
badan sepenuhnya menghadap Henry dan bersedekap angkuh. “asal kita pacaran
lagi”
Kali ini Henry yang tersenyum. “tidak. tidak perlu. Aku justru
ingin bilang jangan pertemukan mereka. Aku hargai usahamu mencarinya, oh..
bukan! Tapi usaha bawahan ayahmu untuk mencarinya. Tapi sekarang aku sadar,
akulah yang Danny butuhkan. Bukan lelaki itu”
Henry menarik tasnya dan tersenyum simpul pada Da Eun, lalu
melenggang begitu saja. Meninggalkannya yang terdiam tak percaya.
**********
“Astaga! Kau dimana?” suara teriakan Hyejeong langsung saja
terdengar begitu Henry mengangkat telfonnya.
“aku di jalan, Jeongi~aa”
“M..mwo? kau panggil aku apa? JEONGIE MWOYAA?”
“YAK! Jangan berteriak. Kau membuat jalanannya semakin
macet”
“cih.. bagaimana bi…. Oh.. tidak! kita tidak boleh berdebat!
Danny sudah hampir dipanggil”
“dipanggil?”
“geurae! Mereka sedang lomba puisi Henry Lau”
“lomba puisi? Bocah itu bisa baca puisi?”
“aigoo…. Cepatlah!” Hyejeong menutup telfonnya. Henry
mendengus, lalu menatap antrean mobil dihadapannya sambil meringis. Ia
benar-benar tak yakin bisa tepat waktu. Jika
jalannya terus-terusan begini, aku bisa sampai besok lusa.
**********
Hyejeong mendesah, Danny turun dari podium sambil tersenyum
simpul lalu langsung berlari memeluknya.
“aku tahu dia menyebalkan, tapi kukira dia tidak
semenyebalkan ini, noona” Danny merajuk. Namja kecil itu terlihat sedang
menahan air matanya mati-matian.
“sepertinya Henry samcheon terjebak macet, Danny~aa…”
“tapi aku ingin dia melihatku. Walau puisinya bertema ayah,
aku tetap membuat puisi itu untuknya. Aku memikirkan paman bodoh itu saat
menulis puisinya, dan ia malah tidak datang. Daebak!”
“aku merekamnya kok. Kita pastikan pamanmu yang menyebalkan
itu menontonnya berulang-ulang”
“tetap saja berbeda noona” dan air mata yang ditahan itu
mulai meleleh di pipi Danny.
“aku tak pernah menyesal tak punya ayah, karena kukira Henry
jauh lebih keren dari sekedar ayah. Tapi…. Disaat seperti ini aku malah kecewa
punya Henry”
“YAA! Kau bilang akan memanggilku samcheon selamanya?”
Hyejeong dan Danny refleks menoleh. Henry, dengan wajah
tanpa dosanya tengah berjalan lurus kearah mereka dengan tangan yang terselip
di saku celana. Langkahnya terlihat sangat percaya diri. Pasti namja itu merasa
menjadi manusia terkeren disini, pikir Hyejeong selama menahan amarah. Sudah kubilang aku akan membenci siapapun
yang membuat Danny menangis! Dan sekarang, paman yang membuat keponakannya
menangis ini malah mengumbar senyum seperti Casanova. Sebenarnya dia mau
membuat terkesima siapa? Yang ada disini hanyalah pasangan suami istri dan
anaknya.
“tepat waktu sekali Henry. Aku sudah ingin pulang” sindir
sang keponakan. Danny menarik tas punggungnya dari tangan Hyejeong lalu
berjalan melewati Henry begitu saja. Namun dengan cepat pria itu menahannya.
Henry berlutut di depan Danny sambil memegang kedua bahu anak itu.
“Aku tak tahu rasanya
punya ayah. Tapi apapun rasanya, aku yakin tidak akan sebaik punya Henry” Danny
terkejut. Henry baru saja mengucapkan bait terakhir dari puisinya. Namja itu
tersenyum melihat ekspresi keponakannya.
“kau mendengarnya, Henry?”
“aku mendengarnya, Daniel. Semuanya”
“eoh?”
“aku ada di belakang. Semua kursi penuh, jadi aku terjebak
di ujung sana. Tapi aku bisa mendengar suaramu dengan jelas dari speaker.
Tenang saja, kau keren! Pasti kau yang menang”
“jinjja? Kau dengar?” Danny tersenyum lebar sambil
menanyakannya sekali lagi.
“hmm” Henry mengangguk.
“tapi aku tak mungkin menang”
“wae?”
“tema puisinya adalah ayah dan aku malah membangga-banggakan
pamanku yang super aneh”
“super aneh, tapi juga super tampan, keurae?”
“keurae” jawab Danny sambil tertawa. Henry dan Hyejeong pun
tertawa. “pengumuman pemenangnya masih satu jam lagi, kau mau menunggu atau….?”
“siapa yang butuh piala kosong itu? Lebih baik kita mencari
piala yang ada isinya” Danny dan Hyejeong mengerutkan alis. Sementara Henry
menatap mereka berdua seperti sedang bermain tebak-tebakan.
“maksudku ayo kita makan es krim”
“haish! Itu tidak baik untuk gigi, Henry. Kenapa kau selalu
mengajakku makan es krim?” keluh Danny.
“jadi kau tak mau?” Tanya Hyejeong kaget. Danny menggeleng
kuat-kuat.
“kalau begitu kita makan berdua saja, Henry~ssi” Hyejeong
menggamit lengan Henry dan mengajaknya berjalan meninggalkan Danny. Dan
sikapnya ini sukses membuat paman-keponakan itu terkejut. Henry tersenyum
takjub dan mengikuti langkah Hyejeong dengan senang hati. Sementara Danny
segera berlari mengejar mereka.
**********
Fiuh~
Henry, Hyejeong dan Danny dengan kompak menghempaskan badan
di sofa. Hari ini benar-benar melelahkan. Astaga~ mereka masih tak habis pikir.
Bagaimana mungkin mobil Henry mogok 4 blok dari rumah? Cih…. Beruntung Hyejeong
bukan tipe gadis yang peduli dengan kuku jari. Dan beruntung Danny juga bukan
tipe anak TK yang suka merengek kepanasan. Kalau sampai begitu, sudah pasti
Henry akan mendorong mobilnya sendirian.
Tak sampai 1 menit mereka berburu napas, tiba-tiba saja
Danny tertawa. Cukup keras untuk membuat Hyejeong dan Henry menoleh terkejut
padanya. Oh tidak… kali ini mereka sudah berada di tahap khawatir jika anak 5
tahun itu tengah kerasukan roh jahat atau semacamnya. Bagaimana tidak? ia
tertawa terpingkal-pingkal tanpa alasan.
“YA! DANIEL LACHAPELLE! KAU KENAPA?” teriak Henry sambil
melemparkan bantal sofa kearahnya. Danny menangkap bantal itu dan mengontrol
tawanya dengan susah payah.
“aku tak pernah mendorong-dorong mobil seperti tadi. Dan aku
sangat menyukainya” mendengar alasan tak masuk akal Danny, Henry mendengus.
“kalau kau menyukainya, apa yang harus ditertawakan?”
”bagaimana aku tak tertawa kalau mengingatnya? Aku merasa
seperti punya appa dan eomma, kalian berdua bertengkar menyalahkan satu sama
lain. Bisakah aku mendengarnya lagi, samcheon?”
“dengar apa? Kami bertengkar?”
“Daniel sayang, appa dan eomma sungguhan tidak akan
bertengkar” sahut Hyejeong.
“tapi kalian lucu jika bertengkar. Dan aku tahu kalian tak
sungguh-sungguh bertengkar kan?”
“mwoya? Bagaimana bisa tak sungguh-sungguh bertengkar jika
dia terus menyalahkanku?” Henry menunjuk Hyejeong yang langsung melotot.
“itu wajar jika aku menyalahkanmu! Kenapa kau tidak
memeriksa mesinnya dulu sebelum berangkat? Yang tidak wajar itu jika kau
menyalahkanku!”
“oh.. Kau dengar? Betapa bodohnya Shin Hyejeong! Siapa yang
menyalahkanmu? Aku hanya tidak suka jika kau terus menyalahkanku sepanjang kita
mendorong mobil tadi. Kau membuat cuaca panasnya terasa lebih panas, tau?”
“APA YANG……..”
“AHAHAHAHA” Hyejeong dan Henry menghentikan perdebatan yang
tersulut tanpa direncakan itu karena suara tawa Danny kembali terdengar. Mereka
menoleh dan bertatapan bingung. Maksudku, hei… apa yang sangat lucu dari
perdebatan konyol ini?
“neomu joha” Danny mengangkat jempolnya. Sementara Hyejeong
dan Henry mendesis tak setuju. Apanya yang lucu?
Tok Tok Tok
Ketiganya reflek menoleh pada pintu. Astaga~ Dan Henry
menjadi orang pertama yang berdiri tegap dengan tubuh tegang. Namja itu
benar-benar kehilangan kata. Ini pasti ulah Da Eun. Hyejeong ikut berdiri dan
melirik Henry. Sementara Danny cuma duduk diam dan memperhatikan tanpa mau
bicara. Ia benar-benar menjadi pihak yang paling tidak mengerti disini.
“I’ll bring my son
home” ucapan itu cukup untuk membuat Hyejeong mengerti. Secara refleks ia
memukul dada Henry dengan kecewa. Ia kira namja ini sudah sadar dan tak akan
menghubungi ayah kandung Danny, tapi ternyata….. “apa-apaan kau!” desis
Hyejeong.
“bukan aku”
“lalu siapa lagi?”
“Da Eun”
“bagaimana bisa?”
“kami putus beberapa hari yang lalu. Pasti dia sengaja” Da
Eun bisa melakukan apapun yang ia mau. Gadis itu tinggal menjentikkan jari dan
semua yang ia mau akan berada di tangannya. Ya.. semengerikan itulah Yoon Da
Eun.
“No. You’ve been
abandoned him before. Then why now?”
“I need him” Henry
tertawa pendek. Mencibir. Steve –ayah Danny yang datang tiba-tiba ini- sudah
menikah dan memiliki anak perempuan. Ia juga sudah tidak membiayai Danny sama
sekali sejak lahir. Lalu kenapa sekarang tiba-tiba ia membutuhkannya?
“for money, right?”
“what?”
“Da Eun’d pay you”
“No. He’s my son. My
right”
“Henry, siapa dia?”
“even your son didn’t
recognize you” Nada menghina sang pemuda semakin menjadi-jadi.
“I don’t care. I’d
still take him home” Steve menyambar tangan mungil Danny dan menariknya
keluar rumah. Hyejeong kontan menghalangi jalan, tapi tubuhnya dihempas begitu
saja oleh pria asing bertubuh besar itu.
“TIDAAAKK! HENRY SAMCHEONNN! HYEJEONG NOONA…. TOLONGG” Henry
mengambil langkah cepat, dan menarik tangan Danny dengan kuat. Tapi Steve
menahannya lebih kuat lagi. Sangat kuat hingga membuat pergelangan tangan sang
anak memerah.
Danny berteriak lebih kencang dan menangis karena ketakutan
dan juga kesakitan. Tangisan itu membuat Henry tak tahan dan melepaskan cengkramannya.
Ia yakin keponakan kecilnya itu sangat kesakitan dan ia benar-benar tak tega.
Henry masih sibuk menghalangi Steve menjangkau mobil, sementara Hyejeong
menelfon polisi.
Mobil itu melaju, Henry tak bisa mengejar karena seperti
yang kalian tahu mobilnya sedang tidak berguna.
“bagaimana?” Henry menoleh pada Hyejeong yang baru saja
berlari menghampirinya.
“polisi akan menahannya sebelum jalan raya. Kita harus
kesana, ppali”
“pakai apa?”
“lari saja” Tangan Hyejeong menarik kemeja yang dipakai
Henry dan mereka pun berlari.
Mereka butuh waktu dua puluh menit untuk sampai, dan
ternyata mobil polisi sudah berkerumun menjegal mobil Steve. Tapi pria itu dan
Danny memilih untuk tidak keluar dari mobil. Henry merasa kakinya melayang saat
namja itu berjalan menggedor kaca mobil Steve, sementara Hyejeong yang sudah
tak kuat jatuh berlutut di belakang kepungan mobil itu.
“kembalikan keponakanku”
Akhirnya, Steve keluar tanpa membawa Danny. Ia mengangkat tangannya
tinggi-tinggi saat sejumlah polisi heboh menudingkan pistol. Henry menarik
kerah baju pria itu, “I AM HIS DAD, BASTARD” teriak Steve. Henry tertawa
pendek. Diantara rasa lelahnya, pria ini masih mencoba bersabar pada lelaki
kanada yang berumur 10 tahun lebih tua darinya itu.
“then show me! If you’re his dad, you should hear him. Who
he chose to live with”
“what? He’s totally my right! Why the fxck you call the
police?”
“jerk! What did I just heard? Your right? After 5 years? And
you still thinking that he’s your right? HE’S NOT! YOU ABANDONED HIM. You
don’t give anything to him. HE DOESN’T KNOW YOU! OPEN YOUR EYES! WHAT KIND OF
DAD YOU ARE”
Diam-diam Hyejeong membawa Danny keluar dari mobil. Anak itu
pingsan. Mungkin karena terus meronta, Steve memberikan obat hirup yang
membuatnya pingsan. Benar-benar keterlaluan. Bukankah ini sudah lebih dari
cukup untuk membuktikan betapa bejatnya ia sebagai ayah.
“angkat tangan” Seru polisi yang mendekat. Henry menarik
tangan Steve ke belakang dan menahannya dengan gerakan tak terbaca. Seketika
membuat polisi itu memborgol tangannya dan menggiring sang pria yang tak
berhenti mengumpat itu ke dalam mobil.
Henry langsung menghampiri Hyejeong.
“dia pingsan, haruskah kita bawa ke rumah sakit?”
Henry menggeleng lemah, “bawa ke rumah saja!”
Saling bahu membahu mereka berdua berdiri, dan bertepatan
dengan itu seorang polisi datang.
“terimakasih banyak” Ucapnya sembari mengacungkan tangan.
Henry menjabat tangan itu dengan senyum seadanya. Selain karena ia benar-benar
lelah, namja ini juga merasa bingung. Berterimakasih untuk apa? Bukankah ia
yang harusnya berterimakasih? Jangan-jangan pria ini sedang menyindir.
“aku tak yakin dia bisa ditahan. Maksudku, pria itu memang
ayah kandung Danny. Secara teknis seharusnya ini tidak bisa dikatakan
pencurian” Henry mendesah setelah mengucapkannya. Hyejeong ikut menunduk,
setelah ini pasti Steve akan dilepaskan dan kembali mencoba mengambil Danny
dari mereka.
“Steve Lachapelle sudah menjadi buronan internasional sejak
setahun yang lalu. Dan ternyata ia bersembunyi di Korea. Dia terlibat penjualan
senjata illegal, semua rekannya sudah ditangkap dan tak ada yang mengetahui
keberadaannya. Beruntung sekali kalian melapor” Henry dan Hyejeong tak bisa
menyembunyikan keterkejutannya. Mereka saling melempar tatapan syok lalu
kembali menatap polisi itu, belum bisa percaya.
“dan setahu saya, jika dia sudah menikah lagi, seharusnya
hak asuh tak berada di tangannya lagi”
“benarkah?”
“mungkin lebih baik dikonsultasikan lagi dengan pihak yang
berwenang untuk urusan ini”
“baiklah.. terimakasih” Polisi itu mengangguk dan hendak
pergi. “changkaman, dia akan di penjara kan?” ucap Henry.
“dia akan dikembalikan ke negaranya, dan mendapat hukuman
sesuai dengan peraturan yang berlaku disana” Henry mengangguk mengerti. Lalu ia
menoleh pada Hyejeong, “haruskah aku melaporkan Da Eun juga? Ini benar-benar
aneh, bagaimana bisa ia tahu keberadaan Steve….”
“padahal dia adalah buronan internasional” lanjut Hyejeong
serius.
“apa jangan-jangan ayah Da Eun terlibat?”
“tapi polisi itu bilang semuanya sudah tertangkap, kecuali
Steve”
“kau tahu kan kalimat ‘ayah Da Eun bisa melakukan segalanya’?
Mungkin ada yang ditutupi”
Henry dan Hyejeong saling bersahutan melemparkan opini yang
saling mendukung. Lalu bertatatapn seperti baru saja memecahkan masalah
internasional.
“Astaga~ Pak Polisi! Bisakah kau periksa ayah dari gadis ini
juga? Dia mencurigakan!” Henry memberikan nomor Da Eun dan sekali lagi polisi
itu mengucapkan terimakasih.
**********
Hyejeong keluar dari kamar Danny dan melihat Henry tengah
melamun di ruang tengah. Gadis itu menghampirnya.
“kau melakukan hal yang benar” ucapan itu sukses membuat
sang pria terlonjak. Ia mendongak dan tersenyum tipis saat Hyejeong duduk tepat
disebelahnya.
“apa lagi yang kau pikirkan? Tentang Da Eun? Kau
mengkhawatirkannya?”
“aku….. aku tak mungkin membesarkan anak itu sendiri kan?”
Hyejeong mengangguk perlahan. Ia setuju, tapi kenapa Henry tiba-tiba bicara
begini?
“jadi kau mau membesarkannya bersama Da Eun?”
“tch,… kenapa kau terus memasukkan nama itu dalam kalimatmu?
Aku bahkan tak sedang membicarakannya”
“kau punya pacar baru? Kau khawatir Danny tak akan setuju?
Menurutku lebih baik kau utamakan Danny terlebih dahulu. Pastikan Danny
menyukai gadis itu, kalau sudah, ajak saja dia menikah”
“semudah itu?”
“keurae! Pastikan dia menyayangi Danny” Hyejeong
mengangguk-angguk menyetujui ucapannya sendiri.
“Danny Danny dan Danny, lalu apa kabarnya denganku?
Bagaimana kalau aku tak mencintainya?”
“cinta itu kebiasaan Henry. Kalau sudah terbiasa, tak
mungkin cinta itu tak datang”
“begitu ya?”
“kenapa kau tiba-tiba membicarakan ini? Kau sudah memikirkan
untuk….. menikah?” Hyejeong melirik pria di sebelahnya sambil tertawa. Ia masih
ingat betapa kekanakannya seorang Henry Lau saat mereka pertama bertemu. Dan
sekarang, pria ini malah sudah ingin menikah. Betapa cepatnya waktu berlalu.
“keurae. Aku sudah punya pekerjaan, dan bahkan sudah punya
anak. Lagipula umurku sudah cukup”
“yasudah! Ikuti saja kata hatimu”
Selama beberapa saat, kedua orang itu saling terdiam, hanyut
dalam pikiran masing-masing.
“Astaga~ sudah jam 9? Aku harus pulang” Hyejeong berdiri.
Henry tak berbuat apa-apa dan cuma memerhatikan gadis itu saja.
“kalau Danny siuman, beri dia susu yang banyak. Oke?”
Hyejeong memasukkan handphone-nya ke dalam tas lalu bersiap pergi. Namun Henry
menarik tangannya.
“kau mau jadi ibunya Danny tidak?”
“apa? Kau… sedang… apa?”
“mengajakmu menikah. Apa lagi?”
“tapi… aku… YA! LEPASKAN TANGANKU”
“tadi katamu ajak menikah saja! Sekarang aku sedang
melakukannya”
“Henry, tidakkah ini terlalu……………. terburu-buru? Aku bahkan
tidak….. aku….” sejujurnya Hyejeong tak tahu harus berkata apa. Ini adalah
lamaran paling tidak romantis sedunia. Tidak ada cincin. Tidak ada bunga. Tapi
tetap saja pipinya terasa panas dan astaga~~
ia benar-benar malu sampai kakinya lemas. Lebih lemas dari pada berlari ke
jalan raya tadi. Hyejeong tak bisa menahan perasaannya yang terlanjur
berbunga-bunga.
“EOMO! Hyejeong noona! Bisakah kau menerimanya? Aku akan
dapat ibuuuu!!!” Henry dan Hyejeong menoleh. Danny sudah berteriak kegirangan
dan melompat-lompat senang di depan pintu kamarnya.
“kau tak mau membuat Danny-mu sedih kan, Shin Hyejeong?
Anggap saja ini bayaran dari menjadi babysitter Danny” bayaran katanya?
“Ayolah…. semua gadis berlutut untuk kunikahi”
“oh… jinjja!”
“jinjja apa?”
“ah… okay”
“apa? Maksudmu okay kita menikah”
“iya”
“ASTAGA~~ DANNY AKU AKAN PUNYA ISTRIIII” Dan pria itu pun
ikut berteriak dan langsung berlari memeluk Danny. Hyejeong benar-benar tak
tahan untuk tidak tertawa. Ya Tuhan! Pria macam apa yang akan ia nikahi??
END
Tolong seseorang bakar kepala aku… sumpah ini udah sebulan lebih dan ceritanya
malah begini. Aku udah ngayal sekuat tenaga(?) tapi tetep aja stok scene bagus
yang ada di kepala aku lagi limited banget. Heheh… sorry! *im truly sorry. I
swear* ini series romance tp hampir g ada skinshipnya>,< no hugging, no
kissing. Omg! It’s good tho^^ bukan muhrim keke
Aku beserta segenap cast Suddenly Daddy (tarik Henry, Hyejeong, Da Eun,
bapaknya Da Eun, steve lachapelle, pak polisi, alm. Kakaknya Henry dan semua
temen sekampus) mengucapkan OH! ADA YANG KETINGGALAN *Seret Danny* mengucapkan
terimakasih buat siapapun yang udah baca ff ini dari awal. We love you guys so
much^^
Okeh, walaupun sulit dipercaya, ff ini udah end. Dan utang aku selesai.
Aku mau ngumumin kalo aku akan hiatus panjang. Siapa aku? Well, coba liat nama
authornya, Im salsa. So… author salsa will be on super long hiatus until………
(aku juga belum tau sampai kapan)
Makasih ya semuaJ bye
Critanya seru. Meski alurnya kecepatan. (Y)
ReplyDeleteSelamat hiatus. Heheh smoga cepet kembali dengan karya2 yg lebih hebat lagi ^^
iya sorry alurnya ngebut banget(╯︵╰,)
Deletehehe... Amin! makasih