No Craziness - Sequel of Crazy Relationship : 2nd Section





cast :
  • Kris Wu / Wu Yi Fan
  • Lee Haera  (OC)
  • Oh Sehun
  • Mark GOT7 a.k.a Mark Tuan



this is the last story of Haera's life. this is also called Haera's choice because this is the final of Haera's love story. this story is a sequel of the previous story. so.. if you haven't read the previous story, just click this...





before you read this fic, i would to warning you that, this section is for 16+. so if you're not 16, i hope you make a protector for yourself first before read this.

Happy Reading ^^



o O O O o





Setelah mengalami pergulatan batin sepanjang malam. Akhirnya Haera berhasil meyakinkan dirinya dan memenuhi otaknya dengan berbagai macam kalimat yang akan ia pergunakan jika ia berada di dalam posisi tak aman. Dan kini di depan cerminlah ia berada. Setelah membersihkan diri dan mengenakan pakaian kerja seperti biasanya, gadis itu segera mendandani wajahnya dengan peralatan kecantikan yang ia miliki. Dan setelah ia merasa cukup, barulah ia mengambil tasnya dan pergi meninggalkan kamarnya.



* * * * *



Meja makan pagi itu telah ramai dipenuhi dengan suara-suara hantaman antara piring dengan sendok, suara air yang tengah ditungkan ke dalam gelas, hingga suara berat  pria yang tengah berbincang. Walaupun jam masih menunjukkan pukul 06.00, tetapi keadaan di ruangan itu tak menunjukkan seperti yang jam dinding itu tunjukkan. Perbincangan yang terjadi di meja makan membuat keadaan meja makan hidup, ah maksudnya.. bagaikan berada di keramaian jalan. Keadaan meja makan itu benar-benar tak terkendali.


Entah bagaimana menjelaskannya.. yang jelas berbagai macam pembicaraan yang tengah kedelapan orang itu lakukan membuat ruangan itu seakan sesak dan penuh. Hingga semua itu berubah dan tak menyisakan suara sekecil apa pun saat Haera muncul dan langsung menempati kursi yang biasanya ia tempati. Ia meletakkan tasnya di bawah dan mengambil selembar roti serta selai coklat yang berada tak jauh darinya. Tanpa memperdulikan sekitarnya, gadis itu langsung mengoleskan selai yang telah ia ambil menggunakan pisau ke atas selembar roti yang berada di atas piringnya


“kau mau kemana?”


Kris membuka suaranya. Ia yang duduk tepat berhadapan dengan Haera merasa aneh dengan sikap gadis tu. Kris tahu bahwa Haera masih memiliki libur karena cuti yang diambilnya beberapa hari lalu. Tetapi kenapa gadis itu telah mengenakan pakaian kerjanya? Walaupun Kris tahu bahwa gadis yang dicapnya sebagai gadis miliknya itu sangat menyukai dan menyayangi pekerjaannya, tetapi Lee Haera tetaplah Lee Haera. Ia adalah seorang gadis yang belum bisa beranjak menjadi dewasa seutuhnya. Hingga walaupun ia sangat mencintai pekerjaannya, tetapi ia lebih mencintai hari libur yang ia miliki dibandingkan apa pun.


“menurut mu dengan menggunakan pakaian seperti ini aku akan pergi kemana?” Tanya balik Haera yang kini tengah bersiap-siap untuk menyantap roti miliknya.


Kris kembali diam begitu mendengar jawaban Haera. Ia bukannya merasa takut atau kalah, tetapi ia tengah berpikir tentang perubahan sikap gadis itu setelah ia kembali dari menjenguk orang tuanya di Paris.


“aku ingin mengakhirinya.”


Dan disaat Kris masih memikirkan perubahan sikap yang tejadi pada diri Haera, sebuah kalimat yang baru saja terlontar dari mulut Haera membuat laki-laki itu kembali terdiam dan menatap Haera bak mangsa yang siap untuk diterkamnya. Tak hanya Kris yang langsung menatap Haera dengan tatapan tajam, tetapi yang lainnya juga ikut menatap Haera dengan begitu tajam begitu gadis itu menyelesaikan kalimatnya.


“apa maksud mu Haera-ah?”


Naeun meletakkan pisau yang tengah digunakannya ke atas piring dan menatap Haera dengan penuh tanda tanya. Sama seperti Naeun, sosok Jisun, Daehyun, serta kekasih-kekasih mereka juga ikut menatap Haera dengan tatapan penuh kebingungan.


“aku ingin semua ini berakhir. ini gila Naeun-ah!!”


“gila? apa maksud mu?”


Kini giliran Sehun yang membuka suaranya. Sejak tadi laki-laki itu terus saja membungkam mulutnya. Ia bukannya tak pandai berbicara, tetapi sama halnya dengan Kris, ia tengah memikirkan sikap Haera yang tiba-tiba saja berubah.


“kau, Kris, aku.. bahkan kalian semua!”


“Haera-ah, kami masih tetap tidak mengerti.”


Baekhyun membuka suaranya. Sejak tadi alisnya bertaut dan dahinya ikut mengerut begitu mendengar ucapan Haera.


“semuanya. hubungan gila yang kalian buat sejak dulu., hukuman-hukuman tak wajar yang kalian berikan, dan juga status yang sama sekali tak pernah aku setujui. semuanya.. aku ingin mengakhir semuanya!”


Haera menggenggam dengan erat pisau yang sejak tadi masih berada digenggamannya. Ia seakan tengah menyalurkan seluruh kegundahannya kepada pisau yang tadi ia gunakan untuk mengoleskan selai coklat pada rotinya.


“semua ini tak akan bertahan selamanya. seorang wanita tak mungkin menikahi dua orang pria. itu gila!! bahkan hal gila ini tak ada dihukum! dan itu berarti hukum melarangnya!!


“Lee Haera! hentikan omong kosong mu!” Bentak Sehun. Laki-laki itu semakin menatap Haera tajam begitu ia mengetahui maksud sebenarnya dari kata-kata Haera.


“ini bukan omong kosong. aku telah memikirkannya! jadi berhentilah melakukan hal gila ini!!”


Haera bangkit dari duduknya. Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya dengan suara yang meninggi, gadis itu merasa bahwa jika ia terus berada di tempat itu bukan tak mungkin air matanya akan jatuh dan hal buruk yang akan terjadi adalah perlakuan gila dari seorang Oh Sehun dan juga Kris Wu akan didapatkannya. Dan sebelum semua itu benar-benar terjadi, Haera segera mengambil tasnya dan pergi meninggalkan rumah tanpa membiarkan teman-temannya mengejarnya dan membrondongi dirinya dengan berbagai pertanyaan.




o  O  O  O  o




Hover Corp.
11.55 KST



Kris menyenderkan tubuhnya begitu seorang pria pergi meninggalkan ruangannya. Ya.. laki-laki itu baru saja menyuruh seorang pria untuk mencari tahu tentang Lee Haera selama gadis itu berada di Paris. Apa yang ia lakukan? Siapa yang ia temui? Dimana ia tinggal? Bagaimana keadaan orang tuanya? Dan semua yang selama beberapa hari ini selalu memenuhi pikirannya.


Ia bukannya seseorang yang ingin mengetaui urusan orang lain. Tetapi gadis yang tengah menjadi targetnya bukanlah orang lain. Tetapi gadis yang telah menghiasi hari-harinya dengan tingkah kekanakannya serta wajah dinginnya yang selalu membuat ia merindukan gadis itu. Dan ucapan gadis itu pagi tadi membuat Kris terasa bagaikan tersambar petir bertegangan tinggi. Ia tahu bagaimana gadis itu. Dan ia yakin kalau sebenarnya sudah ada yang terjadi hingga membuat seorang Lee Haera berubah menjadi seperti sekarang.


Dan ketika ia akan memejamkan matanya. Dering pada ponselnya menginterupsinya untuk tak melakukan hal itu. Ia kembali menegakkan tubuhnya dan tangnnya beralih meraih benda datar yang berada di dekat komputer. Kris mengernyitkan dahinya begitu ia melihat nama yang tertera dilayar benda tersebut. Sehun.. ya, nama laki-laki itulah yang berada di sana. Dengan sedikit bingung, Kris segera mengusap layar benda tersebut dan mendekatkan ponselnya ketelinga.


“Coffee Dome sekarang. ada sesuatu yang harus aku tunjukkan pada mu!”




o  O  O  O  o




Di bawah teriknya sinar mentari, seorang gadis berjalan menembus keramaian dengan tanpa arah. Ia hampir saja menabrak semua orang yang berpapasan dengannya andai saja seorang pria tak menyadarkannya dari berbagai macam pikiran yang tengah memenuhi otaknya. Sontak gadis itu menatap dengan bingung seorang pria yang baru saja menyelamatkannya dari cacian pengguna jalan yang lain.


“Lay?” Gumam gadis itu begitu ia melihat wajah sang pria.


“apa yang kau lakukan Haera-ah? kau tadi hampir saja menabrak tiang listrik dan sekarang kau ingin mendapatkan cacian dari orang-orang itu karena kau menabrak mereka, eo?”


Gadis itu –Haera- masih terus memperhatikan Lay dan belum menyadari maksud dari perkataan pria itu. Ia bagaikan kehilangan kecerdasannya setelah kembalinya ia dari Paris.


“aku tahu ada sesuatu yang terjadi pada mu. kau bisa menceritakannya pada ku… tetapi jika kau mau. ya… setidaknya berbagi kepada teman akan sedikit mengurangi beban yang tengah kau hadapi.”


Mendengar penuturan Lay, Haera hanya dapat menghembuskan nafasnya yang berat. Tersirat sekali bahwa gadis itu tengah memiliki masalah yang sangat besar. Dan Lay menyadari itu. Sejak gadis itu tiba di kantor pagi tadi, Lay telah menyadarinya. Pria itu sangat peka terhadap sekitarnya. Jadi tak salah jika ia berasumsi bahwa Haera tengah memiliki masalah besar hingga membuat gadis itu tak berkonsentrasi saat bekerja.


“bagaimana?”


Lay kembali bertanya. Ia ingin sekali membantu gadis yang sempat menarik perhatiannya saat mereka masih berstatuskan sebagai mahasiswa. Walaupun ia tak yakin bisa membantu menyelesaikan masalah Haera, tetapi setidaknya mengurangi sedikit kerisauan gadis itu sudah cukup membuatnya merasa lebih baik dibandingkan dengan tidak melakukan apa pun.


Haera kembali menghembuskan nafasnya. Dan menarik sedikit ujung bibirnya sebelum mengangguk mengiyakan ajakan pria berdarah China itu.


“baiklah.. kajja.”


Lay mengulurkan tangannya dan meraih tangan Haera. Ia menggenggam tangan gadis itu erat dan menuntunnya agar berjalan beriringan dengannya menuju tempat yang setidaknya bisa melindungi mereka dari teriknya sinar matahari selama gadis itu menceritakan keluh kesahnya.



* * * * *






Dua orang pria duduk saling berhadapan dengan wajah yang sama-sama mengeras. Sudah hampir tiga puluh menit kedua pria itu berbincang. Dan kini tubuh mereka bagaikan tersengat teriknya sinar mentari di luar café. Memanas dengan detak jantung yang berdetak tak karuan.


“jadi karena itu Haera melakukan ini?”


Seorang pria berjas hitam kembali bertanya pada pria yang duduk di depannya.


“ku rasa begitu. sepertinya demi membuat perusahaan mereka bertahan.”


Pria berjas hitam itu menatap sang lawan bicara dengan garang. Rahangnya semakin mengeras. Matanya memerah. Dan tangannya semakin terkepal kuat. Rasa kesalnya benar-benar telah menguasai dirinya sepenuhnya. Hingga tanpa sadar pria itu memukul meja di depannya dan langsung menarik perhatian pengunjung yang lain yang berada di dalam café yang sama dengan mereka.


“Kris jangan membuang tenaga mu di tempat ini!”  Peringat sang lawan bicara. Ya.. pria itu tak memungkiri bahwa dirinya juga kesal begitu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi setidaknya pria itu masih memiliki akal sehat untuk tak mempermalukan dirinya di tempat umum seperti apa yang baru saja Kris perbuat.


“apa yang harus kita lakukan?”


“pria itu menginap di salah satu hotel berbintang dikawasan padat perusahaan. kita akan melakukan sama seperti apa yang kita lakukan biasanya. tapi sebelum itu, kita harus tunggu anak buah mu menyerahkan hasil penyelidikannya.”




o  O  O  O  o




Matahari telah tenggelam dan tak menyisakan sinarnya sedikit pun. Langit biru telah berganti menjadi langit berwarna hitam pekat dengan angin yang bertiup lebih kencang dibandingkan saat matahari masih menyinarkan cahayanya. Haera yang baru saja sampai dari tempatnya bekerja segera turun dari mobil yang ditumpanginya. Ia sedikit merundukkan badannya. Melihat sang pemilik mobil yang telah mengantarnya dengan selamat sampai ke rumah.


“terima kasih telah mengantar ku Lay..”


“sama-sama..”


“oh iya, terima kasih juga karena kau sudah mau mendengarkan cerita ku. dan terima kasih atas semangat yang kau berikan.”


“bukankah kita teman? jadi kau jangan berterima kasih. karena bukankah sesama teman harus saling membantu?”


Haera hanya menganggukkan kepalanya. Ia merasa begitu beruntung memiliki Lay sebagai temannya. Ya… walaupun ia memiliki banyak teman dekat yang tinggal satu atap dengannya, tetapi semua temannya itu tak bisa membuat ia merasa lebih baik seperti apa yang telah Lay lakukan padanya.


“kalau begitu aku pulang.” Pamit Lay.


“ya.. hati-hati.” Balas Haera.


Tak lama mobil yang dikendarai pria itu melaju meninggalkan Haera yang masih terus memperhatikan mobil itu sampai matanya sudah tak mampu menjangkaunya. Dan sepeninggal mobil itu, barulah ia berjalan masuk ke dalam rumah.


Haera membuka pintu besar tempat tinggalnya dan tak menemukan kehidupan di sana. Beberapa lampu di ruang utama masih mati dan seketika ia baru menyadari bahwa ia tak menemukan satu buah mobil pun terparkir di halaman. Ia menatap jam besar yang berada di pojok ruangan. Jarum pendek pada jam tersebut mengarah pada angka enam dan jarum panjangnya berada diantara angka tujuh dan delapan. Dan itu berarti seharusnya seluruh penghuni rumah telah berada di rumah.


“kemana mereka? tumben sekali..”


Haera hanya memperhatikan sekitarnya sejenak. Ia tak mau ambil pusing tentang teman-temannya yang belum berada di rumah. Ia tak ingin menambah kerja otaknya. Sudah cukup dengan masalah yang tengah dihadapinya. Ia tak ingin menambahkan masalah lain karena masalahnya saja belum dapat ia seleasikan.



* * * * *



Malam semakin larut. Namun ruangan berukuran sedang itu masih dipenuhi oleh cahaya lampu. Beberapa orang tengah berkumpul dan membahas sebuah topik hangat yang baru saja terjadi. Apakah itu alasan kenapa hal itu bisa terjadi? Penyebabnya? Atau hal-hal lain yang berhubungan dengan kejadian itu. Dan setelah sekian lama mereka hanya memperdebatkan sesuatu tanpa ada bukti yang jelas. Akhirnya semua itu berakhir saat seseorang mengetuk pintu ruangan tersebut.


Sosok itu masuk dengan membawa satu buah map coklat berukuran sedang yang ia genggam di samping tubuhnya. Ia merunduk singkat pada seorang pria berjas hitam sebelum menyerahkan map coklat tersebut.


“kerja yang bagus..”


“terima kasih. kalau begitu saya permisi tuan.” Sosok itu kembali merunduk singkat dan setelah itu berjalan pergi meninggalkan ruangan tersebut. Tak lupa ia menutup pintu ruangan itu sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu.


Semula saat kedatangan sosok tadi, beberapa orang yang berada di dalam ruangan itu tengah disibukkan dengan kegiatan mereka masing-masing. Namun sepeninggal sosok itu, sontak mereka langsung memfokuskan diri mereka pada map coklat yang tengah dipegang oleh pria berjas hitam itu.


“bagaimana? apa yang orang itu temukan mengenai Haera?” Racau seorang wanita yang sebelumnya tengah asyik berbincang dengan pria berkulit agak gelap yang merupakan kekasihnya.


Pria berjas hitam itu segera membuka lilitan tali pada map coklat yang dipegangnya. Ia segera mengelurkan lembaran kertas yang berada di dalam serta beberapa lembar foto yang menampilkan sosok seorang gadis serta seorang pria yang tak ia kenal.


Pria itu melihat sekilas lembaran-lembaran foto tersebut. Dan setelahnya ia meletakkan foto-foto tersebut ke atas meja dan membiarkan orang-orang yang tengah menunggunya melihat foto tersebut. Pria itu segera beralih membaca lembaran kerta yang juga tengah dipegangnya.


“jadi siapa pria ini?” Tanya seorang pria berkulit putih pucat yang sebelumnya telah bertemu dengan pria berjas hitam itu disalah stau café dekat katornya.


“Mark Tuan. anak tunggal pemilik perusahaan fashion.”


“jadi..?” Wanita yang sebelumnya bertanya kembali menyuarakan rasa kebingungannya dengan terus memperhatikan lembaran foto yang berada di atas meja.


“perusahaan milik keluaraga Haera tengah memiliki masalah serius. dan jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan membuat kerja sama dengan perusahaan milik keluarga pria itu.”


“lalu apa hubungannya dengan perubahan sikap Haera?” Tanya wanita lain yang duduk tak jauh dari pria berjas hitam itu.


“sepertinya untuk membuat kerja sama itu berjalan dengan lancar, mereka akan menyatukan keluarga mereka.” Urai pria berkulit putih pucat.



* * * * *



Haera baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Gadis itu segera menghampiri meja kerjanya dan duduk pada kursi yang berada d depan meja itu. Ia membuka lembaran-lembaran pekerjaan yang harus ia selesaikan sebelum ia menyerahkan surat pengunduran dirinya. Ia tak ingin membuat orang lain merasa dirugikan hanya karena dirinya. Jadi ia memutuskan untuk menyelesaikan tugasnya malam itu dan menyerahkannya besok pagi.


Haera mengambil satu buah gunting serta lem yang ia simpan di laci meja. Ia mulai menggunakan gunting tersebut untuk menggunting beberapa foto dan menempelkannya pada kertas-kertas berwarna peach yang berada di dekatnya. Ia terus melakukan pekerjaannya tanpa henti sampai pada akhirnya suara dering ponselnya menginterupsinya untuk menghentikan sejenak pekerjaan yang tengah ia lakukan.


Haera bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri nakas kecil yang berada di samping ranjang tidurnya. Ia mengambil ponselnya dari sana dan memperhatikan layar benda itu.


“Lay? tumben ia menghubungi ku..”


Haera menyentuh layar ponselnya. Dan setelah itu ia mendekatkan benda berbentuk persegi panjang itu pada telinganya.



“ada apa? tumben sekali kau menghubungi ku malam-malam?”

“……….”

“a-apa? apakah kau tak salah melihat?”

“……….”

“aish… baik baik. aku akan segera kesana. kau tolong awasi mereka sampai aku tiba.”



Sambungan pun berakhir. Haera yang sebelumnya baik-baik saja, setelah berbicara dengan Lay rautnya berubah menjadi gelisah. Ia yang sebelumnya hanya mengenakan t-shirt berwarna putih serta celana pendek selutut segera bergegas mengganti pakaiannya dan pergi meninggalkan rumah.




o  O  O  O  o




Sebuah taksi berhenti tepat di depan sebuah hotel mewah di daerah kawasan perusahaan-perusahaan besar. Bersamaan dengan berhentinya taksi tersebut, seorang gadis turun dari kursi penumpang dan segera berlari menuju bagian dalam hotel. Tepat di depan pintu lobby, ia bertemu dengan seorang pria yang tadi sempat mengantarnya pulang.


“dimana mereka?” Tanya gadis itu.


“mereka baru saja pergi.”


“APA?”


“kalau kita pergi sekarang kita dapat mengejarnya. ayo!”





Pria itu langsung menarik tangan sang gadis menuju sebuah mobil yang terparkir di pelataran depan hotel. Pria itu segera masuk ke dalam mobil. Begitu pun dengan gadis tersebut. Dan tanpa membuang banyak waktu, setelah gadis itu duduk di sebelahnya, pria itu langsung menghidupkan mobilnya dan menginjak kencang-kencang pedal gas hingga mobil itu melaju dengan cepat meninggalkan hotel berbintang itu.



* * * * *





Lima buah mobil mewah melaju menembus ramainya malam di jalan besar ibukota. Dengan Mitsubishi Outlander yang berjalan memimpin, BMW X6, Mazda CX-5, Range Rover Evoque, dan VW Tiguan melaju di belakangnya. Kelima kendaraan mewah itu terus melaju dengan kecepatan yang cukup cepat  diantara kendaraan-kendaraan lain yang juga berada di jalan yang sama dengan kelima kendaraan tersebut. Dan tepat di depan sebuah taman besar, kelima mobil itu berhenti. Pengemudi dari setiap mobil memarkirkan mobilnya hingga membentuk sebuah lingkaran diantara kelima mobil tersebut.


let’s go..” Ajak wanita yang mengendarai Outlander putih kepada seorang pria yang berada disatu mobil yang sama dengannya.


sorry, but why did you bring me to this place?” Tanya pria itu yang masih enggan untuk mengikuti ucapan sang wanita.


you will know later. therefore, let’s get down.” Wanita itu kembali menyunggingkan senyumnya kepada pria tersebut. Ia sempat melirik sebentar pada dua orang wanita yang duduk di belakang. Dan tak lama kedua wanita itu turun dan membukakan pintu tempat dimana sang pria duduk.


Melihat pintu yang sudah terbuka dan wanita yang mengendarai mobil itu telah menutup pintunya, mau tak mau pria itu mengikuti apa mau dari ketiga wanita itu. Ia turun dari mobil itu dan mengikuti langkah ketiga wanita itu yang membawanya tepat berdiri ditengah-tengah lingkaran dengan lampu mobil yang menyorot dirinya.


Pria itu merasa tak nyaman dengan cahaya terang yang mengarah padanya. Namun belum sempat ia menyuarakan ketidak nyamanannya, seseorang telah lebih dulu melayangkan pukulannya hingga membuat pria tersebut jatuh terjerembab. Semua kekerasan itu terjadi dengan begitu cepat. Hingga tanpa pria itu sadari, tubuhnya sudah tergeletak tak berdaya dengan berbagai macam luka yang kini bersarang ditubuhnya.


w-what... d-do yo-u wa..n-t...?


Pria itu mencoba untuk menegakkan tubuhnya. Ia berusaha untuk berdiri dari posisinya yang tengah tergeletak di atas tanah. Namun usahanya tak membuahkan hasil apa pun karena seseorang kembali menendang tubuhnya hingga ia kembali tersungkur ke atas ranah.


our wish is that you stay away from Haera! Haera is ours and you are not entitled to have her!!


Pria itu menatap sang lawan bicara begitu ia mendengar apa mau dari orang-orang itu. Ia perhatikan satu per satu wajah orang-orang yang berdiri tak jauh dari dirinya. Namun ia tetap tak mengenali siapa orang-orang itu. Tiga orang wanita yang tadi mengajaknya pergi serta lima orang pria yang entah sejak kapan mengikuti mobi yang ia tumpangi. Tapi yang jelas, ia yakin bahwa kedelapan orang itu memiliki hubungan dengan Haera. Gadis yang dijodohkan oleh orang tuanya beberapa hari yang lalu.


Pria itu kembali mencoba untuk bangkit. Namun tubuhnya sudah tak mampu untuk melakukan hal apa pun selain membiarkan dirinya terbaring di atas tanah.


we don’t know why Haera’s parents tried to arranged you and Haera’s marriage. but, you need to know is Lee Haera is ours! and until whenever she is still ours! no one can change that other than us! include you Mark Tuan!!” Titah seorang pria berkulit putih pucat.


Pria itu -Mark- mendengus. Ia memang tak mengenal siapa orang-orang itu. Tetapi dari bagaimana mereka berbicara, Mark tahu bahwa alasan mengapa Haera sulit sekali menerima perjodohan itu adalah mereka. Awalnya pria itu memang tak menyetujui hal gila yang dirancang oleh orang tuanya dengan orang tua Haera, tetapi kini ia bahkan berterima kasih karena telah dijodohkan dengan Haera. Kenapa? Ia sendiri juga tak tahu. Tetapi yang jelas hatinya kini bertekad untuk memiliki Haera seutuhnya.


i don’t know what relationship between all of you and Haera.. but i will not let Haera live with all of you. humans who has no heart!” Terang Mark. Ditengah-tengah rasa sakit yang tengah ia rasakan, pria itu masih dapat tersenyum sinis pada kedelapan orang yang membawanya ke tempat itu.


Mendengar ucapan Mark, lantas kedelapan orang itu menghujami pria yang telah tak berdaya itu dengan tatapan penuh amarah. Terlebih pria berjas hitam dan juga pria berkulit putih pucat. Bagaikan mesiu yang tersulut api, begitulah kedua orang itu. Amarah mereka siap meledak hanya dalam beberapa detik setelah mendengar perkataan Mark yang bagaikan simfoni pelecehan untuk mereka.


YOU!!!” Sungut pria berjas hitam itu. Ia hendak menghampiri Mark, namun tertahan oleh seorang pria yang berdiri di sampingnya.


“serahkan semuanya pada ku Kris!” Ujar pria itu singkat. Ia melepaskan tagannya dari pundak pria bernama Kris itu dan kemudian berjalan menghampiri Mark yang masih tergeletak tak berdaya di atas tanah.


Pria itu merendahkan tubuhnya dan menatap wajah Mark lekat. Tak tahu apa yang ada pada pikiran pria itu, karena tak lama setelah ia memperhatikan wajah Mark, pria itu malah tertawa singkat dan kembali menegakkan tubuhnya.


do you know.. honestly, you are quite handsome. but... you are too stupid. really bad right...” Ucap pria itu dengan nada yang merendahkan. Ia kembali tersenyum sinis sebelum melayangkan kakinya menendang tubuh bagian kiri Mark, hingga membuat pria itu melenguh kesakitan.


if only you would listened us, i am sure if you do not end up like this!”


Pria itu kembali bersuara. Dan ia kembali akan mengayunkan kakinya. Namun tak jadi karena kemunculan seorang gadis yang membuat kedelapan orang itu spontan mengalihkan tatapan mereka dari Mark.


“BERHENTI!!”


Gadis itu berlari dan mendorong tubuh pria itu menjauh dari Mark. Ia mencoba membantu Mark untuk berdiri. Namun belum sempat ia membantu pria itu, seorang wanita telah lebih dulu menarik tangannya dan membuat pegangannya terhadapa tubuh Mark terlepas.


“Haera apa yang kau lakukan?!” Sungut wanita itu.


Ia menatap Haera lekat. Matanya membulat dan rahangnya mengeras. Bahkan genggamannya pada tangan Haera juga begitu keras.


“seharusnya aku yang mengatakan itu pada kalian! apa yang kalian lakukan? kenapa kalian bertindak sesukanya? bukankah sudah aku katakan, jangan pernah mencampuri urusan ku lagi!!” Titah Haera.


Ia benar-benar telah kehilangan akal sehatnya. Ia benar-benar merasa marah dan tak tahu harus melakukan apa lagi untuk membuat teman-temannya sadar atas perbuatan mereka.


“Lee Naeun jangan pernah menatap ku seperti itu!! kau tak sebaik aku jadi berhenti menganggap aku adalah manusia bodoh dan mainan mu!”


Haera menepiskan tangan wanita itu –Naeun-. Ia kemudian memutar tubuhnya menatap dua orang pria yang juga tengah menatapnya dengan tatapan yang ia sendiri tak tahu tatapan apa itu. Ia terdiam sejenak. Memperhatikan teman-temannya satu per satu dan kembali berhenti tepat diantara dua orang pria yang masih terus menatapnya.


“kita tak lagi seperti dulu. kita bukan lagi seorang mahasiswa yang bisa bermain-main terus-menerus. jadi berhenti! aku mohon hentikan semua ini!”


“main-main katamu??! jadi selama ini kau menganggap semua ini hanya permainan, ha? jawab Haera JAWAB!”


Haera menghela nafasnya dengan kasar. Ini pertama kalianya ia dibentak oleh pria itu. Pria berkulit putih pucat yang selama ini selalu memperlakukannya bak seorang putri raja.


“lalu apa kalau bukan permainan Sehun-ah? APA? bukankah semua ini telah kalian rancang sejak dulu?!”


“kami memang merancangnya, tetapi ini bukan permainan Haera-ah! aku benar-benar mencintai mu!” Terang Sehun. Ia hendak meraih tangan Haera, namun gadis itu menolaknya dan lebih memilih berjalan mundur.


“tapi ini tak mungkin! tak mungkin bila seorang wanita harus bersama dua orang pria. ini kehidupan nyata Oh Sehun! ini bukan cerita disebuah dongeng atau didrama-drama murahan yang sering disiarkan ditelevisi!”


“Haera-ah.. tetapi kena-”


“Kris.. bukankah kau sendiri yang bilang, cinta itu perlu pengorbanan. kalau kalian berdua benar-benar mencintai ku pasti kalian tak akan melakuakn hal ini!”


Haera memberikan jeda terhadap ucapannya. Ia sengaja melakukan itu untuk mengisi paru-parunya sejenak dengan udara yang sempat hilang karena terus berteriak.


“jadi ku mohon… hentikan semua ini. biarkan aku menjalankan kehidupan ku sendiri.”


Ia menatap temannya satu per satu. Mencoba menyampaikan permintaannya sekaligus permintaan maaf melalui tatapan matanya. Setelah dirasanya cukup, ia memutar tubuhnya dan berjalan menghampiri Mark yang masih terdiam tak berdaya di atas tanah. Ia membantu pria itu berdiri dan membopongnya pergi meninggalkan tempat itu.


“LEE HAERA..” Panggil Sehun yang tak mendapatkan jawaban apa pun dari Haera.



* * * * *





Haera membuka pintu kamar hotel dan segera menekan saklar yang berada di dekat pintu. Ia membiarkan Mark yang tengah dibopong berjalan terlebih dulu dan setelahnya, ia baru mengikuti di belakang. Seseorang yang membantu Mark mendudukan pria itu di sofa. Sementara Haera, gadis itu mencari handuk kecil serta air guna membersihkan luka pada tubuh Mark.


Setelah ia mendapatkan semuanya, Haera segera kembali ke sofa dan meletakkan sebuah wadah berisikan air ke atas meja. Ia hendak membersihkan luka pada wajah Mark andai saja ia tak menyadari bahwa masih ada keberadaan sosok yang membantunya di ruangan itu.


“Lay.. terima kasih.”


Pria itu kembali tersadar begitu mendengar perkataan Haera. Ia menyunggingkan senyumnya yang selama ini selalu berhasil membuat wanita-wanita jatuh hati padanya.


“sama-sama.. kita kan teman, jadi sudah menjadi hal yang lumrah untuk aku membantu mu.”


Haera bangkit dari duduknya. Ia berjalan menghampiri Lay yang masih berdiri di depan meja, dan melebarkan tangannya memeluk tubuh besar Lay. Entah apa yang ada dipikiran gadis itu? Tetapi yang jelas, ia merasa beruntung memiliki Lay sebagai temannya. Dan ia tak menyesali pernah memiliki perasaan lebih pada pria asal Changsa itu.


“terima kasih.. mungkin jika ada kata lain yang lebih pantas aku akan mengatakannya Lay.”


“sudahlah.. tak usah seperti itu.”


Haera melepaskan rangkulannya. Ia menatap mata pria itu dalam. Mencoba mencari sesuatu yang belum ia ketahui tentang pria berdarah China itu.


“oh iya, ku kira aku harus pergi. kalau begitu sampai bertemu besok di kantor.” Seru Lay. Ia menatap Haera dalam sebelum kembali tersenyum manis pada gadis itu.


“ku harap kita bisa bertemu lagi..” Entah apa maksud dari ucapannya itu, yang jelas Lay telah merasakan bahwa ia akan benar-benar terpisah dengan Haera. Entah kapan.. tetapi yang penting adalah ia telah melakukan sesuatu untuk gadis yang baru menyadarkannya akan perasaan yang ia miliki pada gadis itu.


Lay kembali memeluk erat tubuh Haera. Ia seakan ingin merasakan hangatnya tubuh gadis itu untuk yang terakhir kalinya. Tak lama, ia kembali melepaskan pelukannya dan mengusap lembut puncak kepala Haera.


“jaga diri mu. kalau begitu aku pergi…” Ujar Lay. Ia memutar tubuhnya dan berjalan keluar. Ia menutup pintu kamar itu pelan hingga benar-benar tertutup dan hanya menyisakan Haera dan Mark di sana.


Setelah kepergian Lay, Haera kembali memutar tubuhnya dan beralih pada Mark yang sedari tadi terus memperhatikan adegan demi adegan yang terjadi antara ia dan Lay. Menyadari bahwa ia baru saja membuat kesalahan, gadis itu hanya mampu menghela nafasnya pelan. Ia benar-benar tak bisa menguasai dirinya sendiri. Ia selalu saja terbawa suasana.


“maaf..” Gumam Haera namun masih bisa didengar dengan baik oleh Mark.


“untuk apa?” Tanya Mark yang tengah mendapatkan perawatan dari Haera.


“mmmmm… untuk… itu, maksud ku, untuk…. sss.. mmmm itu yang tadi… semuanya.”


“tak apa, aku mengerti. tetapi.. bolehkah aku jujur pada mu.”


Haera yang sebelumnya tengah membersihkan noda darah pada wajah Mark, sejenak menghentikan pekerjaannya dan menatap pria itu.


“em.. kau boleh mengatakannya.” Ia menganggukan kepalanya dan kembali menyunggingkan senyumnya pada pria itu. Dan itu untuk pertama kalinya bagi Mark melihat senyum manis Haera. Ia memang pernah melihat gadis itu tersenyum saat mereka pertama kali dipertemukan. Tetapi senyum kali itu berbeda dengan senyum yang gadis itu tunjukan saat di Paris. Dan Mark kembali menyadari alasan kenapa teman-teman gadis itu sampai melakukan tindak kekerasan padanya hanya untuk seorang gadis di depannya.


“mungkin awalnya aku menolak rencana ini.. tetapi lambat laun aku bisa menerimanya. terlebih setelah kejadian hari ini. dan… ku harap kau juga Haera.”


Haera kembali menghentikan pekerjaannya dan kembali menatap pria di depannya itu. Ia merasa terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia mengerti maksud pria itu. Tetapi ia tak mengerti alasan pria itu mengatakan hal seperti itu padanya.


“ma.. maksud mu?” Tanya Haera dengan ragu.


“nampaknya aku mulai jatuh cinta pada mu. mmm.. mungkin ini terdengar gila karena tiba-tiba saja aku mengatakan ini pada mu. tapi aku sendiri tak tahu kenapa aku mengatakannya pada mu. yang jelas.. aku tak ingin semua ini terjadi hanya karena rencana yang telah dirancang, tetapi aku ingin hal ini terjadi karena kau dan aku.”


Mark menjeda ucapannya. Ia menundukkan kepalanya dan menarik nafasnya dalam.


“aku tak akan melepaskan mu sekalipun kau tak mencintai ku. aku tak akan membiarkan mu kembali lagi pada teman-teman mu itu. aku ingin kau hanya menjadi milik ku dan begitu pun sebaliknya.”


Haera masih tak bergeming begitu Mark menyelesaikan ucapannya. Ia masih begitu terkejut mendengar ucapan pria itu. Bak tersambar petir, begitulah ia saat itu. Tubuhnya mematung dengan terus menatap pria di depannya.


“M-Ma..rk, k-ka..u…..”


“kita mulai dari awal. semuanya…”


Pria itu menggenggam tangan Haera erat. Dengan genggaman itu, ia berusaha meyakinkan Haera bahwa ia serius dengan apa yang dikatakannya. Ia tak sedang membuat lelucon. Dan ia tak sedang mabuk. Ia benar-benar sadar ketika mengatakan hal itu.


Tanpa keduanya sadari, jarak diantara mereka hanya tersisakan beberapa senti saja. Hingga kini kedua bibir mereka telah saling bertemu, Haera masih diam dan tak melakukan apa pun. Ia masih bagaikan raga tak bernyawa. Hingga beberapa saat ia baru menyadari akan apa yang tengah ia lakukan dengan pria yang baru saja dikenalnya.Kendati demikian, Haera tak lantas melepeskan tautan yang tengah terjadi. Tak tahu apa yang gadis itu pikirkan sampai-sampai ia malah membalas ciuman Mark dan membiarkan dirinya berada pada keadaan yang dulu juga terjadi antara ia dengan Kris dan juga Sehun.


Ciuman yang awalnya hanya sekedar menempelkan bibir saja, kini mulai berubah menjadi ciuman hangat yang sedikit menuntut. Mark mulai mencoba untuk mengambil alih permainan yang tengah terjadi dengan mencoba untuk memasukan lidahnya menjelajahi bagian dalam mulut Haera. Awalnya Haera ingin mengakhirnya, tetapi semakin lama ia semakin membiarkan dirinya terbawa oleh suasana yang terjadi diantara dirinya dengan Mark. Dan hal itu berhasil membuat Mark mendominasi pentautan yang terjadi.


“M-Mark…”


Haera mencoba untuk menghentikan Mark. Namun pria itu tak membiarkan tautan mereka berakhir begitu saja. Ia gunakan tangannya yang bebas untuk menekan tengkuk Haera. Membuat tautan mereka semakin dalam.


Sementara itu, Haera masih mencoba untuk menghentikan aksi Mark. Mengingat kadar oksigen yang ia miliki membuat ia mati-matian untuk menyadarkan pria itu dari aksinya. Hingga akhirnya, usaha kerasnya untuk mengakhiri semua itu berhasil dan tersisalah ia dan Mark yang sama-sama tengah saling memburu nafas. Sebenarnya ia tak rela untuk mengakhiri semua itu, tetapi keadaanlah yang memaksanya untuk melakukan hal itu. Melepaskan tautan diantara mereka dan mencoba untuk mengisikan udara ke dalam paru-paru yang mulai kehabisan kandungan oksigen.


“I Love You Lee Haera…”




o  O  O  O  o




Haera membuka pintu kamarnya dan berjalan masuk. Ia tak lupa mengunci pintu tersebut sebelum membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Ia tatap langit-langit kamarnya. Ia selalu melakukan hal itu jika ada sesuatu yang tengah mengusik pikirannya. Dan saat itu, pikirannya tengah dipenuhi oleh aksi gila teman-temannya dan juga keputusan yang telah diambilnya.


Haera kembari menegakkan tubuhnya. Ia beralih meninggalkan ranjangnya menuju meja kerja yang masih dipenuhi dengan pekerjaannya. Ia kembali mendudukan tubuhnya pada kursi di dekat meja tersebut. Pekerjaan yang seharusnya telah ia selesaikan sejak tadi, kini masih bersisakan beberapa foto yang belum ia selesaikan. Ia hendak mengambil gunting yang ternyata berada di bawah meja. Sepertinya gunting itu terjatuh saat ia hendak mengambil ponselnya yang berdering karena Lay tadi. Namun ia tak lantas kembali melanjutkan pekerjaannya, ia malah beralih pada dua lembar kertas dan satu buah bolpoin yang juga berada di atas meja itu.


Awalnya ia hanya menatap lembaran kertas itu tanpa ada niatan untuk menorehkan tinta boilpoin yang digenggamnya ke atas kertas tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, Haera mulai menggerakan tangannya menuliskan kalimat-kalimat ke atas kertas putih itu.




o  O  O  O  o




Tak jauh berbeda dengan keadaan saat kedelapan orang penghuni rumah itu tiba tadi malam. Mereka tetap mengunci mulut mereka rapat-rapat saat matahari telah menyapa bumi. Dan tak membiarkan sepatah kata pun terlontar dari bibir mereka masing-masing. Dan disaat matahari telah menyapa dan mereka diharuskan melakukan aktivitas seperti biasanya pun, kedelapan orang itu tetap tak berbincang bahkan sepatah kata pun. Mereka bagaikan robot yang tak dapat berbicara. Mereka hanya duduk melingkari meja dimana menu sarapan mereka telah tersedia.


Hingga seorang pelayan datang dan menuangkan air berwarna coklat transparan ke dalam gelas tiga orang wanita di sana. Pelayan itu menuangkan air tersebut dengan penuh hati-hati. Ia tahu bahwa kedelapan orang itu tengah dalam keadaan yang tak baik, jadi ia tak mau membuat suasana semakin buruk dengan ia melakukan kecerobohan. Setelah selesai mengerjakan tugasnya, pelayan itu hendak pergi meninggalkan ruang makan tersebut. Tetapi ia urung melakukannya dan kembali menghampiri seorang wanita yang merupakan pemilik rumah itu.


“nona Naeun, ini ada surat dari nona Haera.” Ucap pelayan itu pelan. Ia menyerahkan secarcik kertas pada wanita bernama Naeun dan kemudian barulah ia pergi meninggalkan ruang makan tersebut.


Naeun yang memegang kertas itu awalnya hanya memperhatikan kertas itu dengan bingung. Ia ingin membaca surat itu, tetapi melihat teman-temannya yang lain yang juga tengah memperhatikan dirinya dengan selembar kertas itu, membuat ia akhirnya memutuskan untuk membacakan surat itu. Ya.. setidaknya jika ia terkejut, tak hanya dirinya saja yang terkejut. Teman-temannya juga akan ikut terkejut bersama dengannya.




Hai… sebelumnya aku ingin berterima kasih pada kalian semua karena pertemanan yang terjalin diantara kita selama ini. Terlebih untuk mu Naeun, karena kau telah mengizinkan aku untuk tinggal di rumah mu selama orang tua ku pergi ke luar negeri. Dan untuk kalian semua… aku juga berterima kasih karena tanpa kalian mungkin hidup ku akan biasa saja. Terima kasih Daehyun, karena kau telah mau membuat ku tertawa sepanjang hari. Dan Jisun, terima kasih atas berbagai pemikiran baik yang telah kau tularkan pada ku. Baekhyun-ah Luhan-ah… terima kasih untuk selalu menemani ku jika tak ada satu pun orang di rumah ini yang mau menemani ku, sekali pun Daehyn dan Jisun, kekasih kalian. Dan Jongin, kau memang tak melakukan apa pun untuk ku, tetapi aku tetap berterima kasih karena kau telah mau melindungi Naeun, ya.. walaupun cara mu terlalu berlebihan untuk melindungi si cerewet Naeun.

Dan.. untuk kau Kris… terima kasih untuk semuanya. Terima kasih untuk apa yang telah kau lakukan untuk ku. Kau terlalu banyak melakukan hal-hal tak terduga.. tapi aku tahu, tujuan mu melakukan itu baik. Karena kau mau melindungi ku. Bukankah begitu? Jadi… terima kasih Kris…..

Dan Oh Sehun… aku juga ingin berterima kasih. Karena diantara yang lain, kau yang paling mengerti aku. Kau tak pernah melakukan hal yang tak aku suka. Kau selalu membuat ku nyaman.. dan aku sangat berterima kasih untuk itu….

Hhh…. mungkin ketika kalian membaca surat ini, kalian tak akan menemukan ku maupun barang-barang ku di kamar. Aku bukannya ingin kabur. Tetapi aku tak ingin semakin memperburuk keadaan.. aku tak mau persahabatan yang telah terjalin selama ini rusak hanya karena aku. Maaf… aku benar-benar minta maaf…. Dan karena itu, aku menulis surat ini. Aku ingin mengatakan bahwa pagi ini pesawat ku akan berangkat. Aku akan kemabli ke Paris dan tinggal bersama kedua orang tua ku. Aku akan menjalani perjodohan yang telah mereka buat. Mungkin kalian berpikir kalau aku gila karena menerima begitu saja perjodohan ini.. tetapi jika kalian nanti berada diposisi ku saat ini, kalain pasti akan tahu alasan mengapa aku menerimanya.

Hhh… ku rasa ini sudah banyak, sangat banyak. Dan aku rasa, aku tak bisa menulis lagi. Aku tak tahu apa yang harus aku katakan lagi pada kalian. Tapi yang jelas, aku berharap bahwa kita akan tetap menjadi teman walau bagaimana pun. Dan Kris, Sehun….. hhh… terima kasih atas perasaan kalian pada ku. Terima kasih atas apa yang telah kalian lakukan untuk ku.. terima kasih…. Dan, mungkin aku telat untuk mengatakannya. Tetapi lebih baik telat daripada tidak sama sekali bukan??

Hmm… Oh Sehun, Kris Wu, aku menyukai perlakuakn kalian kepada ku selama ini. Terlepas dari perbuatan serta hukuman-hukauman aneh yang kerap kalian berikan pada ku. Tetapi yang jelas, aku sangat merasa nyaman berada di dekat kalian…

Hhh~ ku rasa ini benar-benar sudah panjang. Jadi sekali lagi terima kasih… dan ku harap kita bisa bertemu lagi. Jaga diri kalian baik-baik.. aku pasti akan sangat merindukan kalian semua… ^^ sampai jumpa dan aku menyayangi kalian semua….

Lee Haera




* * * * *



The Design’, Photo & Art Group
09.54 KST



Lay baru kembali dari pertemuan singkat dengan seorang client di salah satu café di dekat kantornya. Ia berjalan memasuki lift dan menekan angka lima pada deretan tombol yang berada dibagian kanan lift. Tak berapa lama, suara dentingan membuatnya tersadar dan ia segera keluar dari benda berbentuk balok itu. Ia berjalan melewati kubikal tempat teman-teman kantornya bekerja. Dan tepat dikubikal dimana Haera biasa duduk menghabiskan waktunya guna menyelesaikan pekerjaannya, pria itu menghentikan langkahnya sejenak dan memperhatikan tempat itu.


Dalam diam, otak pria itu kembali memutarkan deretan kejadian yang ia lalu bersama Haera di tempat itu. Apakah itu ketika mereka akan pergi makan siang, membicarakan seorang client, membahas rencana kerja, dan sebagainya. Hingga ingatan itu menghilang saat seorang teman pria itu memukul pelan pundaknya.


“ini..”


Sosok itu menyodorkan satu buah amplop pada Lay. Lay yang tak mengerti apa-apa hanya diam dan menatap amplop serta sosok itu bergantian.


“tadi salah satu petugas kebersihan memberikannya pada ku. katanya ini dari Haera untuk mu.” Ujar sosok itu sembari kembali mengangkat amplop yang dipegangnya kehadapan Lay.


Lay yang mendengar bahwa amplop itu dari Haera, menerima benda berwarna putih itu dari sosok tersebut. “terima kasih Kim Minseok.” Ujarnya pada sosok bernama Kim Min Seok itu.


Min Seok hanya mengangguk singkat. Ia kemudian pergi meninggalkan Lay yang telah menduduki kursi yang biasanya Haera duduki selama ia bekerja. Ia memperhatikan amplop itu. Perlahan ia mulai membuka amplop tersebut dan mengeluarkan selembar kertas yang tersimpan di dalamnya. Ia membuka lipatan kertas tersebut dan mulai membaca tulisan yang tertera pada kertas putih itu.




Lay… mungkin ketika kau membaca surat ini, aku sudah tak berada di kantor. Ya… aku telah menyelesaikan pekerjaan ku, semuanya… dan menyerahkan surat pengunduran diri kepada direktur. Kau benar, disetiap kehidupan pasti akan ada pilihan. Dan kini aku telah memutuskan pilihan ku.

Lay.. terima kasih karena kau telah mau mendengarkan cerita ku, memberikan aku berbagai pemikiran, dan membantu ku kemarin malam. Mungkin jika tidak ada kau, aku tak tahu hal buruk apa yang akan terjadi. Jadi terima kasih…..

Hhh~ pagi ini aku akan pergi ke Paris. Aku akan tinggal bersama kedua orang tua ku, mengurus mereka, mengurus perusahaan keluarga yang tak pernah aku inginkan, dan juga…… mengurus rencana pernikahan ku dengan Mark. Aku tak tahu apakah keputusan yang aku ambil ini benar atau salah. Tetapi aku berusaha untuk meyakinkan diri ku sendiri bahwa hal ini benar. Sama seperti apa yang kau katakan pada ku…

Hhuuhh… aku tak tahu harus mengatakan apa lagi pada mu. Yang jelas, terima kasih karena kau telah mau menjadi teman ku. Aku berharap kita masih bisa bertemu lagi.. sampai jumpa Zhang Yixing :)

Lee Haera




Lay meletakkan lembaran surat itu di atas meja. Ia hanya tersenyum miris begitu selesai membaca habis kalimat-kalimat yang Haera tulis pada kertas tersebut. Ia tak tahu, apakah ia harus merasa senang karena telah membantu gadis itu. Atau ia merasa sedih karena akhirnya gadis itu lebih memilih pergi.


Lay menghela nafasnya. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Ia membuka kunci benda itu dan memperhatikan foto yang ia pasang sebagai wallpaper pada ponselnya.


“semoga kau bahagia Haera-ah… mungkin aku terlalu tak percaya diri untuk mengatakannya langsung pada mu, terlebih ketika aku tahu bahwa kau telah dijodohkan oleh orang tua mu. tetapi walaupun begitu, suatu saat aku berharap kalau aku bisa mengatakannya langsung pada mu. mengatakan bahwa aku menyukai mu… sangat menyukai mu Haera-ah.. walaupun kau telah menjadi milik orang lain sekali pun…”



 The End .. or To Be Continued .. (?)





annyeong guysss....
after a long long long long long time, finally, i can meet you again!! *blew the trumpet*
hhhhaaaahhhh... the feeling is like flying above the clouds and then parachuting directly into the indian ocean and then swimming with  Mark oppa sailing the ocean. wwooohhhh that's so unbelievable!!

oke.. now time to talk about this fic.
as you can see at the end, i wrote The End or To be Continued, maybe some of you are confused with the intention of that. oke i will explain about that.
as i wrote, this section maybe the last part or maybe not. maybe there is or there are another part of this story or maybe not.
so if you're curious, just wait .i wouldn't explain more because this might be a surprise for you and maybe not. so for all of you who followed the story of Lee Haera and her boys from the beginning until now, just wait.. *try to be mysterious*

mmm.. i think it's enough. and the last, i hope you enjoy with this part. and i wanna say sorry if i had any mistake. happy fasting for all of you who run it. and see you... 감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts