The Way






Cast : Do Kyungsoo
          Cho Nayoung

Genre : Romance

Length : 1877 words





Kau tak perlu memikirkan itu semua, kau hanya perlu memikirkan aku. Mengerti?
 Do Kyungsoo –







Sudah setengah jam Kyungsoo duduk di tempatnya, menunggu Nayoung yang entah kenapa belum juga datang. Hari ini ia dan Nayoung sudah sepakat untuk menghabiskan waktu bersama. Dan sesuai rencana awal, mereka akan bertemu di sebuah kafe yang sering mereka kunjungi. Kyungsoo yang baru saja menyelesaikan jadwal latihan teaternya, memutuskan untuk segera pergi ke kafe itu. 





Sesampainya di kafe, ia tidak menemukan Nayoung. Memang bukan sebuah masalah besar, karena seingat Kyungsoo ia datang terlalu awal. Namun sejak beberapa menit yang lalu, ia mulai merasa bosan. Lambat-lambat rasa jengkel menyita seluruh perhatiannya. Dan berbagai tuduhan mulai berputar di kepalanya hingga ia mendenguskan napasnya dengan berat.




Ia kembali melirik ponselnya. Tak ada pesan masuk atau apapun yang ia harapkan. Padahal ia sudah mengirimkan sebuah pesan pada Nayoung sejak lima belas menit yang lalu. Dan itu benar-benar membuatnya semakin jengkel. Kyungsoo memang bukan seseorang yang gila pada ketepatan waktu, ia masih bisa memaklumi jika Nayoung terlambat sepuluh atau lima belas menit, tapi kali ini berbeda. Nayoung terlambat sekitar tiga puluh dua menit dan gadis itu sama sekali tidak mengabarinya. Yah…setidaknya ia bisa mengabariku.  




Kyungsoo tidak marah, dia hanya jengkel. Dan kejengkelannya terus bertahan hingga Nayoung muncul dari pintu masuk. Ia tidak tahu kenapa kejengkelannya itu tak mau pergi bahkan saat Nayoung sudah duduk di hadapannya. Mungkin ia semakin jengkel karena Nayoung terus menekuk wajahnya. Sepertinya suasana hati gadis itu sedang buruk. Oh…ayolah!! Kalau dia merasa kesal, lalu bagaimana denganku yang sudah menunggunya seperti orang idiot?.




Perbincangan tak juga dimulai, tak ada yang mau memulai atau berinisiatif untuk melakukannya. Kyungsoo tenggelam bersama choco latte-nya dan Nayoung sibuk dengan ponsel lebarnya.




Jauh di dalam benaknya Kyungsoo mempertanyakan maksud dari pertemuan mereka siang ini. Apa mereka bertemu hanya untuk memberitahu wajah-aku-kesal pada satu sama lain?. Tentu bukan seperti itu. Pertemuan mereka kali ini harusnya berlanjut pada kegiatan seru lain seperti berbincang-bincang, menonton film di bioskop atau makan siang di salah satu restoran yang terletak tak jauh dari kafe tersebut.




Kyungsoo meletakkan kembali gelasnya ke atas meja. Matanya terus menyelidiki ekspresi Nayoung yang begitu menyebalkan. Sebelumnya Nayoung memang sering seperti ini. Gadis itu cenderung mudah mengalami perubahan suasana hati. Ketika merasa senang gadis itu akan bertingkah seolah ia manusia paling bahagia di dunia, dan ketika suasana hatinya tidak baik gadis itu akan diam seolah semua orang adalah musuhnya. Kyungsoo memahami sifat Nayoung yang itu, walau terkadang ia terganggu dengan sikap menggebu-gebu yang akan muncul tiap kali gadis itu merasa senang.




Berbagai kemungkinan mulai bermunculan dalam pikirannya. Segala hal. Bisa dari yang paling mungkin hingga yang tidak mungkin telah berkumpul di dalam kepalanya. Nayoung bisa saja merasa kesal karena bertengkar dengan adiknya di rumah, tapi Nayoung juga bisa saja merasa kesal hanya karena terlibat percekcokan kecil dengan salah seorang temannya di twitter. Yah.. yang terakhir memang terdengar kekanakan, tapi itulah yang sangat Nayoung.




Setelah merasa cukup menahan mulutnya yang mulai gatal, Kyungsoo akhirnya bersiap untuk mulai berbicara. “ Kau baik-baik saja?” tanyanya dengan nada tak begitu santai.




Nayoung menatapnya sebentar hingga kembali menatap layar ponselnya.




“ Menurutmu?”




Sumpah demi apapun Kyungsoo merasa benar-benar kesal. Sangat. Ia tak tahu kenapa, tapi ia sangat membenci jawaban Nayoung. Jawaban itu seolah menyindirnya yang terlihat tak begitu peka pada keadaan dan memaksanya untuk berpikir lebih keras.




“ Yah..menurutku kau baik-baik saja. Maksudku kau kelihatan sangat sehat, tidak ada luka—“



Kata-katanya tergantung di udara begitu dengusan berat Nayoung terdengar. Menyita minatnya untuk menanggapi pertanyaan Nayoung yang menyebalkan tadi. Ia pun berhenti bicara dan memutuskan untuk menunggu Nayoung bicara.




Gadis itu menatapnya dalam sorot mata yang begitu aneh, terlalu kesal namun terkesan sedih jika diamati baik-baik. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi sepertinya ada sesuatu yang serius atau mungkin juga tidak.




“ Aku baik-baik saja? Well..tubuhku baik-baik saja. Suhu tubuhku normal dan aku tidak sedang terserang penyakit apapun. Tapi apa kau tahu? Aku mengalami yang lebih parah daripada demam selama tiga hari berturut-turut.” Koar Nayoung dengan awalan penuh penekanan dan berlanjut dengan ledakan amarah yang membuat Kyungsoo mengunci mulutnya rapat-rapat.




Dan itulah keputusan paling bijak yang bisa diambil Kyungsoo dalam situasi seperti ini. Membiarkan Nayoung meluapkan segala kekesalannya dan ia akan tetap diam sepanjang gadis itu bicara.




Nayoung menghela napasnya sembari memejamkan matanya selama beberapa detik. Setelahnya ia menatap Kyungsoo lagi, ponsel di tangannya ia geletakkan di atas meja.




“ Aku tidak ingin mengatakan hal ini, tapi kurasa aku harus mengatakannya sebelum aku benar-benar menjadi gila.”




Tatapan Nayoung masih tertambat pada Kyungsoo yang sedang memahami maksud ucapannya. Alisnya berkerut, menyudutkan Kyungsoo yang tak mengeluarkan banyak usaha untuk menenangkannya. Tapi mau bagaimana lagi? Kyungsoo memang seperti itu. Pria itu bukan tipikal pria romantis atau pria yang suka mengumbar rasa pedulinya melalui sebuah pelukan.




“ Kau tahu Ga Eun?”




Kyungsoo berpikir sejenak. Membuka memorinya yang terpendam oleh beberapa hal baru yang belakangan ini sering terpikir olehnya. Setelah bayangan kabur tentang sosok gadis bernama Ga Eun muncul, iapun mengangguk ragu.




“ Hmm…gadis yang suka datang ke tempat latihanku itu?”




Nayoung tak mengangguk ataupun menggelengkan kepalanya. Tapi dari sorot matanya, Kyungsoo bisa tahu jika tebakannya tentang gadis bernama Ga Eun itu tidak salah. Yah…Nayoung pernah menceritakan gadis itu padanya. Kalau tidak salah gadis itu adalah teman sekelas Nayoung di kampus dan entah bagaimana caranya bisa mengenal Kyungsoo –bahkan telah menjadi salah satu penggemar Kyungsoo.




“ Kau tahu apa yang dikatakan gadis itu?” suara Nayoung terdengar lebih lantang dan yakin. Seolah ingin menyita seluruh perhatian dan meminta semua orang untuk menyimak penuturannya.



“ Dia bilang aku terlalu posesif padamu. Dia bilang aku bersikap terlalu berlebihan hingga membuatmu terganggu. Menurutnya aku terlalu cerewet hingga sering membuatmu tak bisa bernapas. Bahkan dia juga bilang aku begitu terobsesi padamu, padahal kau tak menunjukkan hal yang sama, justru kau kelihatan jengah dan terganggu. Oh…sungguh! Ucapannya itu melekat dengan sangat baik di kepalaku!” runtut Nayoung dengan nada serta ekspresi kesal yang sangat meyakinkan.




Kini Kyungsoo mengerti kenapa Nayoung terlihat begitu kesal hari ini. Gadis itu memikirkan hal yang tak perlu ia pikirkan. Sudah berulang kali hal semacam ini terjadi. Seperti saat Baekhyun –rekan Kyungsoo di tempat teater– bertanya kenapa Kyungsoo yang pendiam dan tak begitu banyak tingkah bisa bertahan bersama Nayoung yang sangat bersemangat dan mudah mengekspresikan rasa kasih sayangnya dengan berlebihan. Ingatannya juga masih segar akan kejadian dimana Nayoung mempertanyakan keseriusannya pada gadis itu.




“ Aku terus memikirkan ucapannya, hingga beberapa opini yang pernah kudengar tentang kau dan aku di masa lalu muncul kembali.” Nayoung mendesah, ia benar-benar frustasi.




“ Aku benci mengakuinya tapi aku merasa aku terlalu berlebihan. Aku menginginkanmu terlalu banyak. Aku mengungkapkan perasaanku terlalu sering padahal kau jarang menanggapinya. Aku…mungkin memang benar aku terlalu terobsesi padamu.” ungkap Nayoung dengan nada merendah. Wajahnya menjadi semakin murung begitu memaparkan hal-hal yang mau tak mau harus ia akui.




Dan persis seperti yang sudah Kyungsoo perkirakan, masalah sepele ini akan terus muncul dan mengganggu Nayoung. Ia sudah mendengar banyak opini mengenai hubungannya dengan Nayoung. Bagaimana cara mereka yang begitu berbeda dalam menjalani hubungan ini sampai bagaimana cara mereka memandang sebuah hubungan itu sendiri. Semuanya menjadi hal yang begitu menarik untuk dibicarakan orang-orang.





Sejujurnya ia memang cukup terganggu dengan segala sikap Nayoung yang cenderung berlebihan. Gadis itu meneleponnya dalam intensitas yang cukup tinggi dan mengiriminya pesan setiap waktu. Itu berlebihan dan Kyungsoo tidak menyukai hal-hal seperti itu. Namun lambat laun ia bisa menerimanya, walau ia sendiri tak tahu bagaimana caranya.




Nayoung berpendapat bahwa sebuah hubungan harus diisi dengan ucapan aku mencintaimu, perhatian yang melimpah serta sentuhan-sentuhan yang membuat mereka semakin dekat. Tapi Kyungsoo memiliki pendapat yang berbeda. Menurutnya sebuah hubungan tak harus selalu begitu. Menurutnya ia tak perlu mengucapkan pernyataan cinta berulang kali untuk membuat Nayoung meyakini perasaannya. Ia pernah mengucapkan kalimat itu saat memutuskan untuk bersama Nayoung, dan ia rasa itu sudah mewakili semua rasa cintanya. Dan untuk perhatian, memang begitulah Kyungsoo. Ia tidak terbiasa memeluk orang lain untuk meredam kekhawatirannya. Tapi percayalah sejak hari pertama ia resmi berpacaran dengan Nayoung hingga detik ini, ia masih dan akan selalu memerhatikan gadis itu.




“ Aku jadi berpikir apa hubungan ini hanya menjadi beban untukmu saja? Atau mungkin hanya aku yang selalu mencurahkan rasa cintaku di sini— ”




“ Jadi kau meragukanku?” selak Kyungsoo.



“ Bukan begitu, hanya saja aku merasa mungkin kau terbebani dengan segala yang aku lakukan untukmu, aku merasa—”



Kyungsoo mengembuskan napasnya keras-keras.




“ Hanya karena aku tidak mengungkapkan perasaanku, kau menganggapku tak peduli? Ayolah…kita hanya berbeda dalam masalah penyampaian. Kau dengan caramu yang begitu jelas, dan aku melakukannya dengan caraku sendiri. Aku mencintaimu dengan selalu bersamamu, dengan mencoba memahami segala hal tentangmu yang begitu berbeda dengan diriku.” Ungkap Kyungsoo panjang dan penuh keyakinan.




Ia menarik napasnya dalam-dalam kemudian mengembuskan napasnya perlahan.




“ Kita memang memiliki cara yang berbeda tapi kita akan berakhir pada tujuan yang sama. Lalu apa masalahnya?”



“ Carakulah yang menjadi masalah. Aku tahu terkadang sikapku membuatmu jengah dan terganggu.” Balas Nayoung tak kalah yakin.




Kyungsoo terdiam sejenak sebelum melontarkan pendapatnya lagi. “ Kadang aku memang terganggu, dan kau tahu hal itu. Tapi setelahnya kau akan memperbaikinya dan membuat segalanya menjadi jauh lebih baik. Dan akupun sering membuatmu kesal, tapi setelahnya aku tahu banyak tentang dirimu.” Lontar Kyungsoo dengan nada bicara yang jauh lebih pelan.




Sorot matanya masih tertancap pada iris kecokelatan milik Nayoung yang terlihat berkaca. 




“ Dan pada akhirnya kita akan mencapai tujuan yang sama, yaitu memahami satu sama lain, menerima segala hal tentang aku dan dirimu. Setelah itu kita akan lebih mengerti serta menyayangi satu sama lain. Sesederhana itu, hanya seperti itu saja Young.” Tutupnya dengan suara melembut, serta panggilan istimewanya untuk Nayoung.




Air mata yang sejak awal terbendung, kini meluap bagai aliran sungai  yang deras. Nayoung merasa begitu buruk namun merasakan kehangatan di saat yang sama. Ia semakin memandang rendah dirinya yang berpikir terlalu dangkal. Ia selalu berpikir jika ia satu-satunya pihak yang peduli pada hubungan ini. Menurutnya Kyungsoo tak pernah benar-benar memandang serius hubungan mereka. Tapi ternyata ia salah. Kyungsoo memikirkan hubungan ini lebih jauh dari yang telah ia lakukan.




“ Aku tahu kau merasa sangat terganggu dengan pendapat orang lain tentang hubungan kita. Tapi akupun tak bisa mencegah mereka untuk berpendapat. Mereka bebas melakukannya dan seharusnya kau tidak perlu memikirkannya. “ Kyungsoo beranjak, ia sudah bangkit dari kursinya. Ia menyampirkan salah satu tali ranselnya di bahu, kemudian berjalan menghampiri kursi Nayoung.




Gadis itu mendongak ke arahnya. Menatapnya dengan linangan air mata yang mulai mengering. Sudah lama sekali sejak dua tahun yang lalu hal seperti ini terjadi. Kyungsoo mendatangi Nayoung yang sedang menangis dan menyeka air matanya pelan-pelan. Ia tersenyum simpul begitu mengusapkan ibu jarinya pada titik-titik air mata di pipi Nayoung.





Tak peduli jika semua orang di tempat itu menatapnya dengan rasa penuh ingin tahu, Kyungsoo tetap pada posisinya. Berdiri di sisi Nayoung dan mengusap wajah gadis itu. Kepalanya menunduk dan semakin menunduk hingga bibirnya mengecup kening Nayoung yang terasa hangat. Ia menahan posisinya selama beberapa detik sebelum menegakkan tubuhnya kembali.



Ia hanya tersenyum santai begitu Nayoung melemparkan tatapan kagetnya. Ia menangkupkan wajah gadis itu lalu mengusapnya pelan. “ Kau tak perlu memikirkan itu semua, kau hanya perlu memikirkan aku. Mengerti?” ujarnya tenang.  



Yah…Kyungsoo memang benar. Selama mereka memiliki tujuan yang sama, rasanya tak masalah jika mereka memiliki cara yang berbeda. Karena saat mereka menemukan perbedaan mereka akan belajar untuk mencintai kekurangan yang ada, dan pada akhirnya mereka akan lebih mencintai satu sama lain. Who cares about the others? It’s about us, about you and me.





END



Ada yg baru nih!! Apa?...hehehe…authornya sarap gara-gara bru ngisi kuota.. Oke….bagi siapapun yg mantengin gigsent pasti engeh yah…klo belakangan ini aku publish ff dalam rentang waktu yg cukup dekat dari satu ff ke ff lain, kecuali ff yg satu ini. Tapi percaya deh..aku tuh mau publish ff ini tuh pas tanggal 16 agustus… dan yah..kuotanya abis dan modemku nyaris ilang tpi udh kembali… oke..balik lagi ke topik permbicaraan. Sebelumnya aku udh publish 5 ff *good morning g diitung dalam project dadakan ini* dan ff ini *the way maksudku* adalah penutup dari rangkaian short fic-ku.. horee!!!!



Karena aku yakin seyakin-yakinnya klo yg baca ff ini blum tentu tau apa aja 5 ff itu, nih aku bagi linknya.   




Ok…sebenernya aku sih pengen nahan ff ini lebih lama, tpi krna aku udh janji sama diri sendiri klo ospek kelar aku bakal publish ff. ya udh deh aku publish aja dahhh…



Oh ya…sedikit curhat nih… sebenarnya The Way ini ikut lomba di sebuah blog ff, tpi unfortunately…yah blum beruntung. Dan aku baru tau lho…rasanya sedih karena g menang lomba, well…bukan krna aku selalu menang di setiap lomba yg aku ikutin, tpi krna aku emg jarang bgt pke sangat ikut lomba kekekek….terakhir kli aku ngerasa gagal kyak gtu tuh pas pengumuman SNMPTN ama PTAIN dan krna lomba itu aku inget lgi rasanya.. tpi jelas masih sedihan pas gagal PTAIN ama SNMPTN..



Tpi bgus juga sih, seenggaknya aku udh berani ikut lomba, walo gak menang. Itu kan bisa jadi motivasi buat trus berkmbang, ngingetin aku klo bahkan di atas langit masih ada langit, apa lagi aku yg masih di bumi, pasti langit di atasnya msih byk bgt kan?? Well…lomba kmrn bikin moodku kurang baik selama beberapa jam, tpi abis itu aku lupa deh…



Dan…rasanya pengen ketawa di depan muka sendiri klo inget alesan ikut lomba itu. konyol gak sih, klo seorang author ff ikut lomba ff cma biar dapet pulsa 50rb..pas itu aku lg males ngeluarin uang buat beli paket, so…yah..ikutan lomba itu.. kekekekek.... Mungkin buat sbgian author menang di lomba ff tuh kya sambil menyelam minum air, ngincer hadiah plus ngebuat karya mereka makin eksis dan dikenal lebih banyak org… tpi wktu itu tujuan aku tuh cuma biar dpet pulsa 50rb… wktu aku ceritain hal ini ke Kim Dhira ama Nandita, mereka tuh lgsung ktawa kenceng bgt *pdahal wktu itu kita di J.Co dan mereka ketawa super keras dengan ekspresi muka pling ngejek* trus nandita bilang, “ Lu bener-bener udh ngejual harga diri buat pulsa 50rb!” WTH!!! Hehehe…itu ga ngejual harga dirikan? Itu bagian dri persuit happiness kn?? Ibaratnya klo kita mau dpt sesuatu kitapun hrus ngerjain sesuatu.. yah gampangnya klo mau dpt duit ya kerja… dan ikut lomba ff itu adalah bagian dri serangkaian strategi hidup yg aku punya… tpi yah ga menang, tpi g apa-apa… krna lomba itu ff ini terlahir dengan cukup sempurna, g ada typo krna percaya ato enggak aku udh nger-review ini sepuluh kali atau lebih.. jdi seenggaknya aku jadi makin usaha biar ffnya makin rapi..



Well…itu aja yg mau aku curhatin, g penting buat kalian sihh… Tapi…terima aja, aku anaknya suka berbagi cerita…jdi gak bisa nahan diri klo lg antusias mau cerita sesuatu dan kebetulan aku blm nyeritain perasaanku stlah ikut lomba itu ke siapapun, g ke mamaku *aku rasa mamaku ga perlu tau* atau juga temen”ku *aku yakin mereka lg sibuk sma urusan masing-masing  jdi  g mungkin aku nyeritain sesuatu yg sebenernya g penting*.



Dan berhubung GIGSent adalah tempat paling cocok buat ngelampiasin semuanya, makanya aku tulis deh… Yah…wlo gak menang tapi aku akuin kalo itu pengalaman brharga… Long way to go…there are too much way to Rome…fail never makes the world stop running, right?... oke semuanya…krna semua yg mau aku sampein udah kelar…aku pamit…makasih yg udah baca baik ff atopun serangkaian pesan alay dri author pling lucu sepenjuru munjul… Yah…klo ada yg berkenan tinggalinlah komen…aku menunggu tanggepan ajaib kalian kawan-kawan… sebelum pamit aku mau nanya nih, dri we are different, the calling, yixing the forgetful, i want you back, look at me sama the way, mana yang paling kalian suka?…y udh yah…aku udahan...smpe ketemu di kesempatan berikutnya!!!^^




YOHOO!!

GSB

Comments

Popular Posts