It Should Be








Cast : Do Kyungsoo

Genre : Angst, Life

Rating : PG – 13

Length : >800 words






Kepalanya merasakan rasa sakit yang bertambah parah. Darah segar mengucur deras dari pelipis dan mengalir ke sepanjang garis pipinya. Menorehkan warna merah menyala pada wajahnya yang mulai memucat. Sulit rasanya untuk menarik napas. Sulit untuk merasa baik-baik saja setelah bus yang ditumpanginya bertubrukan dengan truk pengangkut minyak yang melaju kencang dari arah berlawanan. 





Ia tak tahu bagaimana kronologi kejadiannya. Yang jelas saat ia membuka mata, bus yang rencananya akan mengantar dirinya ke Busan itu tengah berguling untuk yang kedua kali setelah sebelumnya menghantam badan truk minyak yang melaju kencang dari arah berlawanan. Saat itu Kyungsoo dan teman-temannya tengah tertidur pulas. Yah…bus yang seharusnya mengantar mereka ke Busan, kini malah mengantar tiga puluh tujuh orang dan satu orang pengemudi ke penghujung gerbang kematian. 





Suara tubrukan yang begitu kencang membangunkannya, menyadarkan tubuh lelahnya bahwa bus yang ia tumpangi tengah berguling. Guncangan dahsyat begitu terasa, mengempas kepalanya hingga menabrak kaca jendela di sebelahnya. Dan saat bus kembali berguling, Kyungsoo sadar jika kesempatannya untuk tetap hidup kian menipis dan menguap pelan-pelan. Ia bukannya pesimis, tapi siapa yang mampu melambungkan harapan begitu tinggi saat jelas-jelas tubuhnya terhimpit diantara deretan bangku serta badan bus yang penyok yang telah mematahkan tulang rusuknya? 




Rasa ngilu yang hebat langsung menyerang hingga membuatnya mengerang tanpa suara. Setelah rasa sakit yang luar biasa itu Kyungsoo tak bisa merasakan punggungnya lagi. Seolah bagian itu telah disuntikkan cairan anestesi yang membuat sebagian tubuhnya mati rasa. Seingatnya ia sudah berupaya menggerakkan tubuhnya, mencoba berjuang untuk membebaskan tubuhnya dari himpitan barang-barang berat tersebut. Tapi tak berhasil atau menghasilkan apapun.





Jerit histeris teman-temannya terdengar pilu, pelan-pelan mencengkeram jiwanya yang mulai menyerah. Bulu kuduknya berdiri, sekejap hawa dingin menyergap sekujur tubuh begitu matanya menangkap perjuangan Joon –teman sebangkunya– untuk menyelematkan diri. Pemuda itu terlihat amat kesakitan, tentu sama persis dengannya. Dan yang membuatnya semakin ngilu adalah saat pemuda itu meloloskan rintihannya.




 “ Eomma tidak mengizinkanmu dan itulah keputusan akhirnya.”



“ Tapi ini libur musim panas yang begitu kutunggu! Semua teman-temanku juga ikut.”



“ Eomma tidak peduli pada teman-temanmu. Eomma tidak mengizinkanmu dan itu artinya kau tidak akan pergi kemanapun!”



“ Kalau begitu akupun tak peduli padamu! Aku akan tetap pergi sekalipun kau tidak mengizinkan!”




Kyungsoo merasa sesak luar biasa begitu percakapan ia dan ibunya kembali berputar dalam benaknya yang mulai melayang tak karuan. Bibirnya bergetar menahan rasa sakit yang melanda sekujur tubuhnya, dan pada akhirnya ia hanya bisa berusaha mengatupkannya rapat-rapat saat rasa sesal itu memenuhi dadanya. Ribuan kata andai saja mulai bermunculan, memadati pikirannya yang telah sesak dengan beragam kekhawatiran. Seharusnya ia mendengarkan sang ibu. Seharusnya ia tak pergi kemanapun dan seharusnya ia sedang terlelap di atas ranjang empuk miliknya. Tapi nyatanya ia disini, menahan perih, mencoba bertahan dan berharap bantuan akan segera datang.





Dan di sisa-sisa kesanggupannya, ia menarik napas panjang dengan susah payah. Namun kondisinya yang semakin sekarat tak memungkinkan oksigen dalam jumlah banyak masuk dan memenuhi kebutuhan paru-parunya. Rasanya benar-benar sesak, seolah ada rangkaian tali yang tengah melilit lehernya. 





Ia kembali mencoba menghirup udara, mengerahkan tenaga yang masih tersisa. Namun usahanya sia-sia. Dadanya semakin sakit dan udara yang dapat ia hirup hanya seperempat dari jumlah yang paru-parunya butuhkan. Tangannya menekan dada, mengupayakan agar dirinya tetap bertahan sampai bantuan datang. 





Tapi embusan panjang yang keluar dengan susah payah, membuktikan bahwa usaha seperti apapun tidak lagi berguna untuknya. Karena kecil harapannya untuk bisa bertahan. Dan itu berarti ia tak bisa melakukan apapun selain menunggu malaikat pencabut nyawa datang dan melaksanakan tugasnya.




Tak berapa lama setelah itu, detakan jantungnya melambat dan Kyungsoo bisa merasakan segala rasa sakit yang menerjang tubuhnya terangkat secara perlahan. Rasa perih serta ngilu yang sepanjang lima belas menit itu menyiksanya mulai tersamar oleh rasa pusing yang menyerang kepalanya. Pelan-pelan napasnya berembus, bersamaan dengan kelopak matanya yang mulai bergerak menutup. Tubuh yang sejak tadi bergetar langsung mengejang hebat, melengkung ke atas hingga akhirnya terempas kembali. Dan pada akhirnya jantung Kyungsoo berhenti berdetak. Ia telah pergi dengan membawa setumpuk rasa sesal yang tak pernah bisa ia enyahkan.





*****




Wanita paruh baya yang tengah terlelap di balik selimut tebalnya terpaksa membuka mata begitu merasakan getaran di balik bantalnya. Ponselnya bergetar. Dengan perasaan tak begitu senang, tangannya meraih benda kecil di balik bantal dan mengeluarkannya. Matanya mengerjap-ngerjap begitu sinar terang dari layar ponsel menyerbu pandangannya tanpa ampun. Namun rasa kantuk itu langsung menguap, seolah tertarik –entah  bagaimana– begitu nama putranya tertera di layar ponsel. Dengan segera ia membuka pesan yang dikirimkan putranya itu.




Eomma..aku tahu seharusnya aku mendengarkan ucapanmu. Tapi semua telah terjadi dan kesempatan untuk mengubah segalanya telah sirna dilahap takdir. Aku tahu kau sangat mencintaiku, karena aku pun begitu, maaf. Jaga dirimu baik-baik..aku menyayangimu.



From : Kyungsoo





Napasnya tertahan selama beberapa detik. Akalnya mulai mencari-cari jawaban atas misteri dari pesan yang terasa ganjil untuknya itu. Dan pada akhirnya rasa takut menyergap jiwa tangguhnya, mencengkeram dadanya yang bergemuruh hebat. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi ia tahu bahwa ada hal buruk yang menimpa putranya. 






END



Hoho…apa ini?? death fic-kah?? Mungkin tergolong ke situ, tpi bukan itu poin utama yg mau aku angkat. Jujur aku ga suka baca apapun yg berkaitan dengan kematian dan segala tajuk yg ngebuat aku ketakutan. Dan see?? Inilah death fic yg dibikin oleh seseorang yg bgitu membenci hal-hal kya gitu..


Aku ga suka aura kelam, jdi akupun g tau apa aura gelap nan kelam udah kerasa di ff ini. tpi sumpah…ini aku bikin bukan krna aku seneng dengan hal-hal menyakitkan, di sini aku cuma mau nyeritain seorang anak laki-laki yg ngerasain penyesalan yg smpai kapanpun g bkl bisa ia ubah. Ya…krna penyesalan itu bru dateng pas kondisinya udh gak mungkin lagi untuk ngubah keadaan. Pokonya di ff ini aku cuma mau menekankan kalo segala hal bisa aja terjadi, entah baik ato buruk. Jdi…think before do something… coz we never know what will happen…


Oke..ampe lupa!!! GIGSent ultah ya? Cieee!!! Oke…it’s my second project untuk birthday event gigsent tahun ini!! well…makasih yg udah baca… dahhh..


Happy 3rd Anniversary GIGSent fanfiction!!!!


Cheers,

GSB

Comments

Popular Posts