The Distance Between Us : Lee Byung Hun's Story











~ O O O ~






Look at my eyes, I whisper alone as I look at you from far away
Just smile for me once, I can endure it just by seeing your face
If you are standing at the end of my life, if I can get closer to you
I can throw away everything and run to you




Derasnya hujan serta kencangnya angin yang berhembus tak membuat laki-laki itu bersembunyi dibalik pintu balkon kamarnya. Langit yang gelap dan tak berhias satu bintang pun menjadi objek penglihatannya selama beberapa jam ia disana. Dari matanya terpancar kesedihan yang teramat dalam yang tengah ia rasakan.



Ia menghembuskan nafasnya. Membuat uap dingin terbentuk begitu nafasnya terhembus. Sejenak matanya terpejam, mencoba menenangkan perasaannya serta pikirannya yang tengah berkecamuk tidak menentu.



Ia kembali membuka matanya. Menatap sebuah balkon rumah yang tepat berada di seberangnya. Ya.. balkon yang menjadi saksi bisu kedekatannya dengan sosok gadis yang memiliki status sebagai sahabatnya. Balkon yang membuat perasaannya disemayami rasa yang tak pernah ia duga sebelumnya. Dan balkon yang menjadi kunci kehancuran perasaannya itu.



Dan tanpa sadar, otaknya kembali memutarkan sebuah kejadian yang membuatnya menjadi seperti sekarang itu. Satu tetes cairan jatuh begitu saja saat ingatan itu terputar. Menyadari kerapuhannya, ia segera menyekah cairan itu dan kembali menghela nafas.



Helaan penuh harap akan gadis itu. Andai saja gadis itu melihat dirinya. Andai saja gadis itu berada disana. Dan berbagai andai saja yang ternyata hanya berupa pengandaian yang tak akan pernah terjadi. Ia kembali menghela nafasnya. Seakan helaannya adalah sebuah panggilan untuk gadis itu. Membayangkan gadis itu datang karena panggilannya dan tersenyum padanya.



Namun sayangnya, hal itu malah membuat ia semakin merasakan rasa sakit yang tiada tara. Membuat ia hanya bisa meringis menahan sakit yang tengah menggerogoti hatinya. Dan membuat ia hanya bisa kembali membayangkan sosok gadis itu. Membayangkan seandainya saja gadis itu masih berada di dekatnya. Seandainya saja waktu bisa ia putar kembali. Seandainya saja ia bisa seperti dulu. Mungkin ia akan dengan mudahnya berada di dekat gadis itu.




Every day changes so quickly and you are warmly and brightly shining
I’ve never seen that turned back (your back) – is curiosity also part of my greed?
Since when did I start being with you? From the moment I opened my eyes and started to breathe
I was with you every night (we were together) but I can’t approach you




Laki-laki itu bangkit. Nampaknya hawa dingin berhasil menyadarkannya dimana ia tengah berada saat itu. Namun apakah karena hawa dingin itu? Apakah bukan karena sosok gadis itu, yang membuatnya lebih memilih masuk ke dalam dan mengunci rapat pintu balkonnya?



Laki-laki itu berjalan menuju nakas yang berada di samping ranjang tidurnya. Membuka laci nakas tersebut dan mengambil satu buah figura yang membingkai selembar foto dirinya dengan sosok gadis itu. Ia membuka figura itu, meraih foto tersebut dan membaliknya. Disana tertulis sebuah tanggal serta namanya dan juga nama seorang gadis yang pastilah nama gadis yang berada difoto itu. Nama gadis yang akan terus terpatri dengan indahnya diingatannya dan tak akan pernah bisa ia hapus.



Laki-laki itu, panggil saja ia Lee Byung Hun. Laki-laki dengan perawakannya yang tenang, yang mampu membuat orang lain tak mengetahui segala sesuatu yang tengah ia rasakan. Tak mengetahui apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Ajaibkah? Ya.. begitulah dia. Hari-harinya ia lalui tanpa ada satu orang pun yang tahu bagaimana perasaannya satu itu. Bahkan setiap kali ia melihat sosok gadis itu, air wajahnya selalu berubah menjadi lebih baik manakala gadis itu tersenyum, walaupun kenyataannya hatinya tengah hancur.



Sempat terbesit dibenaknya untuk menghapus segala bentuk kenangan yang terjadi antara dirinya dengan gadis itu. Kenangan saat pertama kali mereka bertemu. Kenangan saat pertama kali mereka menjadi dekat. Kenangan ketika kedekatan itu membawa mereka ke dalam kearaban hingga membuat mereka tanpa sadar terus bersama setiap saat. Hingga kenangan yang membuat ia -Byunghun- sadar bahwa sampai kapanpun ia tak akan pernah bisa meraih gadis itu.




Even if you tease me by saying this is foolish, I can’t turn this heart around
I shout out loud (shout out loud and call you), I get angry but it’s no use
I’m just one out of the many people that pass by you (pass by you)
I’m not special to you




Tapi lagi-lagi rasa itu membuat ia tak bisa melakukan hal itu. Bahkan jika gadis itu memakinya sekalipun karena tindakan bodohnya, ia tak akan pernah bisa membuang perasaannya pada gadis itu. Membuang jauh-jauh segala sesuatu yang berhubungan dengan gadis itu. Tidak. Ia tidak bisa!



Merasa menjadi orang bodoh? Orang tak berguna? Ya.. ia merasakannya. Bahkan ia sempat marah atas dirinya sendiri. Marah atas kebodohannya. Marah atas ketidak berdayaannya. Marah atas semuanya. Namun lagi-lagi ia tetap tak bisa melupakan gadis itu. Tak bisa! Seperti sebuah perangko dan amplop yang sampai kapanpun tak akan pernah bisa dipisahkan. Begitulah perasaannya akan gadis itu kini. Walaupun kenyataanya ia tak lebih dari seorang sahabat bagi gadis itu. Sahabat yang tak akan pernah berubah statusnya menjadi apapun. Tidak akan pernah!




Though I extend my hand, though I extend it with all my strength, (I can’t reach you baby) I can’t reach you
It seemed like I got closer (so I shout outloud and call you) so I called you with a fluttering heart (I call out to you more)
But there’s no answer, I guess I can never reach you
I guess I can never reach you




Dengan selembar foto yang digenggamnya, ia bangkit menuju kaca yang berada di dalam ruangan itu. Menempelkan foto itu pada kaca tersebut. Dan kemudian menatap pantulan dirinya di cermin. Memperhatikan wajahnya membuat ingatan akan apa yang ia lakukan demi mengembalikan gadis itu padanya kembali teringat olehnya. Ia telah melakukan semuanya demi gadis itu. Ya.. berbagai macam cara telah ia coba untuk membuat gadis itu kembali padanya.



Namun sebanyak apapun ia mencobanya. Apakah itu puluhan kali. Ratusan kali. Atau bahkan ribuan kali. Semua itu akan tetap sama bagi gadis itu. Tak akan ada yang berubah baginya. Walau laki-laki itu -Byunghun- merasa bahwa gadis itu merasakan apa yang ia rasakan. Tetapi tetap saja gadis itu tak merasakannya. Ya tak merasakannya! Merasakan perasaan yang selama ini membuat ia bagaikan makhluk tanpa hati. Perasaan yang membuat hatinya terkoyak dan tak menyisakan apapun. Perasaan yang selalu membuatnya merasakan rasa sakit yang teramat sakit hingga membuat ia sulit untuk bernafas. Dan pada akhirnya.. perasaan itu-lah yang menyadarkan ia bahwa sampai kapanpun gadis itu tak akan pernah menjadi miliknya. TIDAK AKAN PERNAH!!




F  I  N




i'm back again guyssss...
because this is the second fanfict for today, so there is one fict again which i will publish. so.. stay tuned guys.. and don't miss it! 감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts