Hey My Empress



Main Cast = Kim Kibum (Key), OC
Genre = General, Romance
Length = Ficlet
Author = Salsa



“kubilang jalan pelan-pelan, Are you deaf?”



Perlahan, telapak tanganku mengepal. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Hanya memperhatikan betapa tidak sopannya pria itu memperlakukan gadisnya sendiri.



Andai….




Andai yang berjalan di samping gadis itu adalah aku….




Aku berjanji akan memperlakukannya dengan baik. Lebih baik dari perlakuan seorang pangeran terhadap permaisuri.



Tapi….



Apa gunanya mengandai-andai sesuatu yang tidak mungkin?



Semua ini bermula di awal Oktober. Saat aku memutuskan untuk menaiki bus umum dan meninggalkan kendaraan pribadiku di rumah. Ini seperti takdir. Karena pada hari itu, 2 Oktober 2014, tepat pukul 8 pagi di Halte Gwanghwamun, aku bertemu dengannya……. dengan karya Tuhan yang paling sempurna.



Mungkin, saat menciptakan gadis ini, Tuhan sedang dalam keadaan mood yang baik.



Maksudku, Hei…. COBA LIHAT WAJAHNYA! Aku bertaruh untuk dua ratus tahun kedepan, tak akan ada wajah sememukau itu di bumi.



Baiklah… setidaknya untukku.



Hari pertama sampai ketiga, aku hanya diam. Memperhatikannya sambil tersenyum kagum. Bahkan sering kali lupa turun.



Aku tidak sedang melebih-lebihkan. Bagaimana jika dengan memperhatikannya saja, aku sudah merasa bahagia?



Oh.. Ayolah. Aku masih di tahap yang paling awal. Kita tak boleh tergesa-gesa untuk urusan cinta.



Hari keempat.



Disaat aku sudah meyakinkan diri untuk melangkah maju ke tahap 2 —mengajaknya berkenalan— Gadis itu malah datang ke halte bus bersama seseorang.



Seketika kebakaran hebat terjadi di dalam dadaku. Rasanya panas. Bolehkah aku menelfon ambulan? Tidak tidak… aku akan menelfon pemadam kebakaran saja.



Oke… bicara soal pria itu!



Dia pria yang tampan, dan itu merupakan tekanan tersendiri untukku. Bukannya aku meragukan ketampananku yang luar biasa ini, tapi……  sudahlah!



Kini tatapan kagumku mulai berubah jadi tatapan kesal penuh dengki. Rentetan kalimat ‘aku lebih cocok dengannya’ berkeliaran minta ditutur.



Jika aku bisa berdiri. Menarik tangan gadis itu dan berucap tegas pada si pria untuk menjauhinya, maka akan kulakukan. Tapi sayangnya itu tak mungkin. Bukankah akan sangat aneh jika aku benar-benar melakukannya?



Atau bagaimana jika pura-pura menabraknya dari belakang dan membuat genggaman tangan mereka terlepas. Lalu bilang… “hei… aku menyukaimu” pada si gadis.



Dan setelahnya mungkin aku akan ditampar.



Atau disiram air keras.



Heol….. Apa boleh buat?



Akhirnya aku hanya menahan napas setiap melihat mereka. Berusaha rela walau sulit. Ya… selama dia bersikap baik pada gadis itu, aku tak punya pilihan lain selain merelakan. Maksudku… MEMANGNYA SIAPA AKU?



Semuanya berjalan biasa-biasa saja, yah... sedikit menyakitan sebenarnya.



Sampai hal-hal tidak baik mulai terjadi di minggu ke-2 sejak pertemuan kita. Oh.. bisakah ini disebut ‘pertemuan kita’? Sejujurnya aku tak yakin dia menyadari kehadiranku.



“heh! Kubilang apa? Kau harus menggandeng tanganku!” ia membentak, mengulurkan tangannya dan menarik tangan gadis itu dengan kasar. Dan sang gadis hanya menunduk dan mengikuti apa mau pria itu dengan patuh. Tidak seharusnya permaisuriku diperlakukan begitu. Benar-benar keterlaluan.



Aku berdiri tak tahan, namun disaat yang bersamaan seorang ahjumma bertubuh besar datang dari arah depan dan menabrakku hingga terduduk lagi. Lalu saat aku kembali berdiri, mereka sudah benar-benar keluar dari bus. Sial!



Esok harinya, kejadian itu terjadi dan terjadi. Dan aku cuma bisa mengumpat dalam hati.



Hingga……



Hari itu pun tiba…



Hari yang kutunggu-tunggu….



Entah dari mana, yang pasti sekarang aku punya keberanian untuk melangkah,…



Melakukan apa yang seharusnya kulakukan dari kemarin kemarin,.



“Kubilang jalan pelan-pelan, Are you deaf?”



Yah… saat itu juga aku menggeleng, dalam hati menggemakan kata ‘Oh tidak! Tidak lagi!’ sembari mempercepat langkah. Lantas menarik tangannya. Tangan gadis itu.



Mereka berdua terkejut dan menatapku heran. Terlebih gadis itu yang sekarang tangannya kupegang.



“Jangan kasar pada perempuan!”
“siapa kau?”
“kalau kau pria bersikaplah seperti pria sejati! Kau tahu tidak? diluar sana banyak orang yang mengejar-ngejar gadis secantik dia! Termasuk aku! Jadi tolong perlakukan permaisuriku ini dengan baik!”



“tunggu…. Apa yang….”



“AH! DIAM KAU! Kau tahu tidak betapa beruntungnya dirimu itu?”



"heh bodoh bicaralah yang jelas!"



“KAU INI BENAR-BENAR……..” kepalan tanganku melayang begitu saja ke arah wajahnya, nyaris menyentuh wajah tampan nan menyebalkan itu saat, “……….. HEI HEI HEI HEI” si gadis cantik yang sebelah tangannya kupegang, merangsek melindungi sang pacar.



“permaisuri, Jangan melindunginya! Ini urusan laki-laki” seruku setengah sewot.



“Kumohon jangan memukul kakakku!”



“APA?”



Aku terdiam, lelaki tampan di belakang gadis itu mencebikkan mukanya mengejek. Kenapa aku tak memikirkan hal ini? Pantas saja wajah mereka mirip. Gen keluarganya benar-benar baik.



“o..oh.. jadi… kalian…”


“AHA! Dasar namja payah” Selanjutnya pria itu tertawa tanpa henti dan mengejekku habis-habisan. Skakmat.



“Oppa! Hentikan!” aku semakin diam dan menatap mereka berdua serba salah. Bukan serba salah, malu tepatnya. 



 “kau duluan saja oppa!”



“keurae! Aku sudah telat gara-gara pria konyol ini”



“YAA! Jangan menghinanya terus! Sudah sana!!” ucapnya sambil sedikit mendorong pria yang dipanggil ‘oppa’ itu. Dan syukurlah si ‘oppa’ ini akhirnya pergi walau beberapa kali menoleh dan mengejekku tak puas-puas. Ya…… aku memang pantas mendapatkannya.



Dan kini tinggalah kami berdua.



Aku meliriknya, dan ia secara terang-terangan malah balik menatapku sambil memiringkan kepala dan menahan senyum. Aku segera menunduk. Ya Tuhan! Ternyata ini lebih memalukan daripada jatuh tersandung kaki sendiri di depan karyawan.



“apa itu?”



“apanya yang itu?”



“permaisuri? Barusan kau memanggilku permaisuri” ia tersenyum, memamerkan eyesmile-nya yang mempesona.



“ah itu! maaf…”



“tak apa-apa! Sejujurnya itu terdengar….. Bagaimana ya mengatakannya? Lucu? Haha aku suka”



“kau suka?”



“ya”



“kau tahu apa yang lebih lucu?” setelah mendengar gadis itu suka kupanggil permaisuri, seketika kepercayaan diriku kembali seperti semula. Aku menegakkan badan dan meliriknya seraya memulai langkah, berjalan beriringan. Sepertinya ini tidak terlalu buruk. Jika saja aku tidak sok pahlawan dan berteriak di depan sang kakak, mungkin besok dan besoknya lagi aku masih jadi pria menyedihkan yang patah hati tanpa alasan. Setidaknya sekarang aku sudah tahu kalau mereka tidak pacaran, dan lebih hebatnya lagi, sekarang aku sudah bisa mengobrol beberapa kalimat sambil berjalan beriringan begini. Astaga~



“apa?”



Aku tersenyum padanya. Menunjukkan bahwa aku juga memiliki eyesmile yang tak kalah indah.



“memanggil satu sama lain dengan nama asli kita”



“oh… Ya Tuhan” ia tertawa pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku ikut tertawa bersamanya. Jangan mengejek. Terkadang pria sepertiku ini juga butuh modus untuk memulai, oke?



Aku mengulurkan tangan, malu-malu ia menyambutnya.



“Kim Kibum………. imnida” 



END




“Salsabila imnida”



Hehe kiddingXD  


yeay... aku resmi(?) comebackkk!! semoga bisa publish dengan lebih rajin ya... secara kuliah baru masuk bulan kedua and honestly things are more relax now.... 


jujur, kangen bikin series, tapi aku lagi g ada ide buat bikin series.... T_T semoga secepetnya bisa dapet ide huhu



okeh anyeong babay^^

Comments

  1. Sung hyun yoo imnidha..:p
    Itu kakak kandung atau tiri sbnarnya kejam amat ma adekx. Ahh... Fellnya dpat mski OS. Like itu, ^,^d
    Lanjut...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh.. iya yah rada kejam juga kalau dipikir-pikir(-_-; ) Makasih^^

      Delete

Post a Comment

Popular Posts