Baek - Nam : Short Story
Cast : Baek Yeonjoo & Nam Taehyun
Genre : Fluff
Rating : PG ā 15
Sampai detik ini aku belum
menyelesaikan cerpenku. God!
~ Baek Yeonjoo ~
.
.
Sudah beberapa hari ini aku
mencoba untuk menulis sesuatu untuk cerpen majalah kampus yang harus
kukumpulkan senin minggu depan. Beragam ide sempat mampir lalu hilang lagi
ketika tak satupun kata bisa memulai kisah yang akan kutulis. Ini benar-benar
gila. Selalu begitu selama empat hari berturut-turut. Aku duduk berhadapan
dengan laptop dan ditemani kopi plus
krimmer āyang menurutku cara paling ampuh untuk memancing ide. Sudah dua
jam lebih aku duduk di sudut kamar, bermodalkan meja kecil sebagai alas laptop
hitam yang masih menyala hingga saat ini. Namun tak menghasilkan apapun.
Benar-benar kegiatan yang sia-sia.
Aku sudah tahu kegiatan ini akan
sia-sia, sama seperti empat hari sebelumnya. Namun aku terus melakukannya,
seolah tak mengenal kata menyerah. Entah karena gigih atau frustasi karena tak
kunjung berhasil.
Kopiku sudah dingin dan sisa
setengah, namun sekali lagi tulisanku belum dimulai. Benar-benar menyedihkan
sekaligus sia-sia. Padahal aku sempat berpikir untuk membuat cerita petualangan
ala backpacker yang melancong ke
negeri tirai bambu.
Tapi setelah melakukan beberapa
penelusuran tentang tempat wisata di negeri itu lewat internet, keraguan malah
mendatangiku. Benarkah ini yang mau kutulis? Selalu begitu setiap kali ingin
memulai. Ada perasaan bahwa ide ceritaku tidak cukup menarik untuk dibahas,
belum lagi dengan rangkaian kata-kata yang seolah mengendap di dalam kepala
hingga sulit sekali untuk mulai menulis.
Rasanya benar-benar jengkel dan
mulai putus asa. Beberapa pikiran melantur malah mulai menguasai kepalaku
hingga rasanya ingin kubenturkan saja. Satu dari sekian banyak hal-hal
menyebalkan yang memenuhi kepalaku adalah āapakah lebih baik aku berhenti
mengurusi majalah sekolah?ā. Itu benar-benar gila menurutku. Tidak mudah untuk
sampai pada posisiku saat ini āpenulis tetap majalah kampusājadi gila saja
kalau aku berhenti begitu saja.
Saat aku mulai jengah menyapukan
jemari di atas papan ketik, aku meraih ponsel putih yang terbaring tenang tak
jauh dari kakiku. Mungkin sedikit waktu jeda, berhenti sejenak memikirkan ini
dan itu bisa membuatku lebih tenang.
Aku baru saja menggeser kunci
layar, langsung masuk ke layanan blackberry messenger. Ada beberapa pesan yang
belum sempat kubaca dan kebetulan aku juga tidak menyadarinya. Ponselku diatur
dalam modus senyap, maka dari itu aku sama sekali tidak tahu ada pesan masuk.
Ibu jariku menggeser layar ke
bawah, mempertimbangkan pesan mana dulu yang harus kubaca. Perhatianku tercuri pada salah satu nama di kontak. Nam Taehyun.
Dengan segera aku membuka pesannya.
Cukup terkejut begitu melihat deretan
pesan darinya. Tidak biasanya ia mengirimi pesan segini banyaknya.
Saat membuka akun twitter-ku tadi siang, tak sengaja menemukan info
tentang Japan Corner. Acaranya digelar selama satu minggu penuh, dimulai dari
senin minggu depan. Tempatnya seperti biasa, di Universitas Yonsei.
19.47
Beberapa temanku akan datang ke sana, kau mau datang?
20.00
Joo, kau belum tidur kan?
20.17
Aku tahu kau belum tidur. Sekarang belum waktunya kau tidur. Jawab
pesanku!!
20.43
Huft!! Serius, kau masih marah padaku ya?
21.11
Baik, aku tidak peduli!! Aku tidak peduli kau akan membalas atau tidak!
21.20
Apa gunanya ponselmu kalau kau abaikan? Heh, Baek Yeonjoo! Ponselmu
ketinggalan di lemari piring lagi, ya?
21.36
Aku tak bisa menahan tawaku selagi
membaca pesannya. Sebentar. Kalau dilihat dari pesan terakhirnya, berarti baru
sepuluh menit yang lalu. Mungkin menghubunginya sekarang masih belum terlambat.
Bunyi nada tunggu terdengar cukup
lama. Cukup membuatku yakin untuk membatalkan panggilan. Namun tanpa
disangka-sangka suaranya terdengar di seberang sana. Terdengar seperti orang
kesal karena mendapat panggilan tak diinginkan.
ā Masih hidup, huh?ā
Aku hanya tertawa pelan selagi
mendengar gerutuannya. Tak ingin berakhir menyedihkan, seperti pegal karena
terlibat percakapan panjang dengan posisi duduk yang kurang menyenangkan,
akupun beranjak. Melangkah ke arah kasur. Membaringkan tubuh di atasnya, persis
seperti yang selalu kulakukan saat bertelepon ria dengannya.
ā Jadi ponselmu ketinggalan
dimana?ā
Aku berdeham pelan, membenarkan
posisi bantal di bawah kepalaku sebelum menjawabnya, ā Sebenarnya ada di
sebelahku dari tadi, hanya saja aku sedang mengerjakan cerpen untuk minggu
depan.ā
ā Belum selesai?ā
Mendengar nada bicaranya yang mengejek,
membuatku ingin menjambak rambutnya. Ia pikir mudah apa menulis cerpen? Yeah, ia salah satu orang yang berpikir
kalau menulis cerpen itu mudah. Maklum saja, Taehyun bukanlah pencinta dunia
tulis menulis, jadi ia memandang sebelah mata dunia yang kugeluti itu. Dan
itulah yang membuatku selalu kesal padanya. Tunggu, bukannya aku masih marah
padanya karena hal itu?
ā Kau masih menganggap menulis
itu mudah? Kau masih berpikir menulis hanya sepele yang bisa dilakukan
siapapun? Serius, kalau kau masih berpikir begitu, lebih baik aku mengakhiri
percakapan tidak bermutu ini.ā
ā Oke-oke, aku akan bersikap
sedikit lebih baik malam ini.ā Mendengarnya berkata begitu membuatku
benar-benar ingin menghantam kepalanya dengan sesuatu.
Aku tak bicara lagi setelahnya.
Aku benar-benar kehilangan minat untuk melanjutkan percakapan ini. Dan rasanya
ia cukup menyadari hal itu. Tarikan napas panjangnya, menjelaskan betapa kewalahannya
ia menghadapiku. Ia dengan gengsinya melawanku yang lengkap dengan prinsip tak
tergoyahkan.
ā Aku tidak mau kita bertengkar
lagi hanya karena hal yang sama. Bahkan kita hampir selalu bertengkar karena
masalah yang sama.ā
Selagi ia bicara dengan nada
disabar-sabarkan, aku mencari posisi senyaman mungkin. Melingkupi tubuhku
dengan selimut, meraih guling kesayanganākarena sebenarnya aku hanya punya satu
gulingādan memeluknya protektif.
ā Jadi bisa ceritakan padaku
kenapa cerpenmu belum selesai?ā
Tak ada jawaban. Aku masih agak
kesal padanya. Oh, salahkan sikapnya yang menyebalkan.
ā Ayolah Joo, aku sedang berusaha
menjadi pacar yang baik. Gunakan kesempatan ini sebaik mungkin.ā Ucapannya
sukses membuat mataku mendelik sinis. Kalau menjadi pacar yang baik adalah hal
yang akan diusahakan setiap saat oleh sebagian besar kaum pria, tapi tidak
dengan Taehyun. Taehyun hanya melakukannya kalau ia sedang ingin melakukannya.
ā Joo.ā
Oh, baiklah. Kurasa menjadikannya
ātempat sampahā untuk masalahku ini tidak ada salahnya.
ā Entahlah, aku kesulitan
menemukan kata yang tepat untuk memulai tulisanku. Belum lagi fokusku yang tak
bisa menetap pada satu tema. Saat aku ingin membahas tema yang ini, tiba-tiba
terpikir untuk menulis tema yang itu. Benar-benar kacau. Kurasa aku tidak bisa
mengumpulkannya,ā keluhku panjang.
ā Umm..begitu ya.ā
Entah kenapa saat mendengar
gumamannya aku bisa membayangkannya sedang menganggukkan kepala sambil memasang
ekspresi sok berpikirnya.
ā Kurasa kau harus meninggalkan
cerpenmu untuk sementara, maksudku jangan terlalu membebani dirimu sendiri.ā
Aku menggumam pelan,
memberitahunya kalau aku sudah menjauh dari ātempat kerjakuā dan sedang
berbaring di kasur.
ā Boleh kutahu kenapa fokusmu
tidak bisa menetap pada satu gagasan?ā
Perlu beberapa detik untuk
memikirkan jawaban yang tepat, karena saat sedang kacau, semua hal berceceran
dan bertumpuk jadi satu.
ā Entahlah, mungkin karena saat
ingin mulai menulis tema pertama aku merasa ragu dan berpikir kalau tema
pertama kurang menarik. Lantas memiih tema kedua, namun hal yang sama terjadi
terus menerus.ā
ā Begini, aku memang tidak begitu
akrab dengan duniamu itu, tapi berdasarkan pengetahuanku yang seadanya, kurasa
apapun tema yang kau ambil bisa saja menarik. Walau tema mempengaruhi penilaian
pembaca, tapi eksekusi si penulis juga memainkan peran tak kalah penting.ā
Hei, aku tidak salah dengarkan?
Aku masih tersambung dengan Nam Taehyun, kan? Ckk, terkadang ia suka membuatku
berdecak kagum.
ā Jadi, tema sederhana sekalipun
bisa menjadi enak dibaca kalau kau bisa menyuguhkannya dalam kesatuan kata yang
rapi dan menarik.ā
ā Taehyun,ā
ā Ya.ā
ā Kau tidak salah minum
obat?ā
ā Kenapa? Aku terdengar sangat
bijaksana ya? Sudah kubilang aku sedang jadi pacar yang baik sekarang, nikmati
saja selagi aku melakukannya.ā
Sesaat aku lupa kalau ia adalah
makhluk menyebalkan yang tak bisa mendengar pujian.
ā Jadi lupakan tema hebat yang
keren, pikirkan sesuatu yang membuatmu sangat tertarikāā
Alisku bertaut, ā Misalnya?ā
sergahku tak sabaran.
ā Aku.ā
Decakanku langsung terdengar
cukup kencang. Nam Taehyun memang tak pernah merasa rendah diri. Ia terlalu
penuh dengan kepercayaan diri. Membuatku heran kenapa aku bisa menyukai orang
sepertinya.
ā Kau bisa menceritakan seorang
gadis yang membenci sekaligus sangat mencintai pacarnya yang brengsek namun
sayangnya sangat seksi. Mereka sering bertengkar karena pacarnya tidak bisa
memahami dunia gadis itu. Mereka punya cara pandang yang berbeda, namun entah
bagaimana bisa tetap bersama. Dan setelah dipikir berulang kali akhirnya si
pria brengsek itu bilang, tak peduli betapa berbedanya mereka. Tak peduli betapa
butanya ia pada dunia si gadis, tak peduli betapa seringnya kau mengabaikanku,
pesanku, dan panggilanku karena masih marah padaku.
ā Bertengkar denganmu itu
menyenangkan, karena setelahnya aku merasa kita lebih dekat. Aku merasa kita
semakin mengenal satu sama lain. Kau mulai bisa menerimaku berikut sikap
brengsekku dan begitupun aku yang semakin andal dalam mengatasimu dan berbagai
hal menyeramkan yang melekat padamu.ā
Setelahnya aku merasa kaku di
tempat. Telingaku terasa gatal dan sensasi itu lama-lama menjalari sekujur
tubuh. Aku tahu Taehyun suka membuatku tak habis pikir, tapi aku belum pernah
mendengar yang seperti ini.
ā Kau bisa mengedit bagian
akhirnya. Tadi aku terbawa suasana. Pokoknya atur saja sesukamu.ā
ā Joo?ā
ā Hei, kau masih di sana?ā
Aku hanya mampu menggumam pelan.
Benar-benar masih di bawah kendali mantranya.
ā Tapi aku serius dengan bagian
akhirnya. Itu yang ada di pikiranku selama ini. Tak peduli betapa jengkelnya
aku padamu, akuāā
ā Oke aku mengerti. Bisa
berhenti? Nanti aku tidak bisa tidur.ā
Huft, percakapan malam ini hanya
salah satu percakapan yang berpotensi membuatku terjaga cukup lama. Walau bukan
tipe perayu, tapi Taehyun bisa membuatku merinding dengan pengakuannya yang
ceplas-ceplos. Tidak dibuat manis, tapi selalu sukses membuatku berdesir.
Benar-benar menyebalkan. Kalau
begini aku jadi memikirkan usulnya. Mengisahkan cerita kami untuk cerpen minggu
depan. Ouh, tidak mungkin kan? Tapi Taehyun benar, aku benar-benar tertarik
dengan idenya.
END
Halo..hola..!!! Aku balik lagi nih bawa anak baru*cengirin Taehyun*. Seperti
biasa, setiap kopel punya konsep masing-masing. Nah kalau Taehyun-Joo ini
ceritanya, cowok apatis yang pacaran ama cewek aktif yang punya prinsip kuat.
Jadi yah, cuek-cuek kampret gitu deh..
Yah pokoknya gitu dehā¦semoga mereka bisa ngasih rasa baru buat
tulisanku. Semoga. Ya udah itu aja. Yang mau kasih kritik dan saran boleh
banget. Aku selalu menunggu dan menerima dengan lapang dada*asik*. Ya udah dahā¦
See You,
GSB
Hai GSB eonni ?...^^
ReplyDeleteThis is my first comment and i'm new comer
Cerita bagus aku suka tapi pendek :(
tapi tetep bagus
Taehyunnya keren tapi nyebelin tapi sukaa :D
Hi, sarah salam kenal!!
Deleteaku 96line jdi putuskan sndiri mau pnggil apa..
Wah, makasih ya udh baca.
Ya tuh disini taehyunnya ngeselin tapi ngangenih juga..