That Idiot
Cast : Jang Hanseul
Kim Taehyung
Park Jimin
Rating : PG ā 13
Jangan tersenyum seperti itu, kau
kelihatan seperti idiot yang menggelikan.
ā That Idiot ā
Sepertinya aku sudah
mengatakannya berulang kali, namun ia masih melakukannya. Persis seperti
perkiraanku, Kim Taehyung memang tidak akan mengerti apa yang kukatakan. Ia adalah
si idiot besar. Walau begitu aku tidak bilang kemampuan berpikirnya itu payah. Ia
bahkan salah satu lima anak terpintar di kelasnya. Bukan karena itu aku
memanggilnya idiot.
Ia tidak idiot karena gagal pada
ujian minggu kemarin. Ia juga tidak idiot karena tidak bisa menjawab pertanyaan
Miss Kim pada tes speaking yang
diadakan setiap hari selasa. Bukan idiot seperti itu yang kumaksud. Kemampuan berpikir
Kim Taehyung sangat mengagumkan dan prestasi akademiknya juga tidak main-main.
Hanya saja ia tetap idiot di mataku, sekalipun ia memenangkan olimpiade sains
tingkat internasional.
ā Kau masih ingat kan, apa yang
sering kukatakan?ā
Aku memutar mata kesal. Aku baru
saja ingin kembali mengingatkannya, namun dengan cepat ia kembali memamerkan
ekspresi idiotnya. Ia tersenyum lebar sampai deretan giginya terlihat semua. Suara
kekehan pelan tak ayal terdengar. Ia menggedikkan bahunya, masih belum selesai
memamerkan keidiotannya.
Taehyung boleh saja pintar
matematika, ia boleh saja memiliki kemampuan berbahasa inggris lebih baik dari
Park Jimin, tapi ia tetap idiot. Ia tetap tidak bisa memahami apa yang
kukatakan padanya.
Jangan tersenyum seperti itu, kau
kelihatan seperti idiot yang menggelikan.
Aku sudah mengatakannya berulang
kali, namun setiap kali aku menegurnya ia akan kembali memamerkan senyum
kebanggaannya itu.
ā Kata orang-orang kau sangat
pintar, dan udengar dari beberapa orang gadis yang sempat membicarakanmu di
toilet, kau mengagumkan,ā ungkapku sambil mendengus kesal.
ā Tapi kupikir mereka sudah salah
paham.ā
Ia hanya menggedikkan bahunya. Menatap
kakinya yang sedang berayun pelan. ā Mereka memang benar. Kau saja yang tidak
masuk akal. Kau selalu memanggilku idiot. Apa yang salah denganku?ā
ā Kau mau tahu apa yang salah?ā
Ia mengangguk, kemudian
memusatkan perhatiannya padaku. Demi Tuhan, aku juga sudah sering bilang pada
si idiot ini untuk tidak menatapku seperti itu.
ā Kau selalu tersenyum dengan
sangat lebar sampai aku bisa melihat deretan gigimu. Kau menganggukkan kepalamu
seperti bocah umur lima tahun. Terkadang pandangan matamu sangat aneh dan
menakutkan. Kau suka merangkulku tiba-tiba, hei..bahkan kita tidak seakrab itu.ā
Ia masih menyimak perkataanku
dengan baik. Dan sialnya, ia kelihatan semakin serius.
ā Kau suka merebut pulpen yang
sedang kupakai, padahal seingatku kau selalu membawa alat tulis. Kau juga suka
mengikutiku kemanapun aku pergi, dan kaupun sering memasukkan namaku ke dalam
daftar anggota kelompok belajar, tak peduli apapun mata pelajarannya.ā
ā Dan itu semua sangat
menyebalkan dan juga idiot. Kenapa? Kau senang melihatku kesal dan marah-marah?ā
Ia tak menjawab. Ia memalingkan
pandangannya begitu saja. Sialnya, ia malah menjatuhkan pandangannya kembali
pada kakinya āyang kali ini sudah berhenti berayun.
ā Menurutku kau yang sebenarnya
idiot.ā
Aku langsung menoleh ke samping,
tepatnya pada Jimin yang akhirnya buka suara. Aku sampai lupa dengan
keberadaannya. Bagaimana bisa aku lupa? Padahal sejak awal ia berada di sebelah
kiriku. Bahkan kami bertiga pergi ke pinggir lapangan bersama.
Aku menatap Jimin dengan jengkel,
sementara anak itu menatapku dan Taehyung bergantian. Setelah puas dengan aksi
ala detektif gadungannya, ia geleng kepala.
ā Kau tahu Jang Hanseul?
Sebenarnya kaulah satu-satunya pihak yang idiot di sini. Kauāā ia mempertajam pandangan matanya, menatapku dengan penuh penilaian sementara jari telunjuknya
mengarah padaku.
ā āsebenarnya kau hanya tak bisa
mengendalikan perasaanmu saat Taehyung melakukan āhal-hal menyebalkan dan idiotā
yang kau katakan barusan.ā
ā Kau hanya takut menjadi idiot
karena kenyataannya kau tak bisa menahan pesona temanku,ā ucapnya sambil
tersenyum licik.
Tanganku mengepal tanpa sadar. Bagaimana
mungkin Park Jimin yang mendapat nilai lima untuk ulangan matematikanya bisa
menebak setepat itu?
Jantungku berdebar tak karuan,
semakin kencang dan menakutkan. Sekejap mulutku terasa kering, seolah kelenjar
ludahku tak bisa memproduksi saliva sedikitpun. Oh Tuhan, apa yang sedang
Taehyung pikirkan tentangku?
ā Benarkah?ā tanya Taehyung riang.
Aku menatapnya segan. Aku tak
mampu menatapnya, aku benar-benar sudah kehilangan harga diriku sekarang.
Salahkan Park Jimin dan mulut sialnya.
ā Kalau begitu aku akan melakukan
semua hal yang kau sebutkan tadi hanya saat di depanmu,ā kata Taehyung
antusias.
Ia masih bisa terlihat seantusias
itu di saat ujung jemariku mendingin dan tubuhku menegang, seolah hanya tinggal
menunggu waktu saja aku berubah menjadi sebuah batu.
ā Aku tak ingin orang lain jadi
idiot karena diriku, cukup kau saja.ā
Dahiku berkerut sedangkan mataku
memicing ke arahnya. Cih, apa katanya? Jadi ia senang membuatku idiot? Ia senang
karena saingannya di kelas berkurang?
ā Aku hanya akan bertingkah idiot
di depanmu, membuatmu ikut bertindak idiot sepertiku. Dan kita menjadi dua
orang idiot yang bahagia. Menurutmu bagaimana?ā
Aku tak bisa menahan getaran yang
menyerang tubuhku tiba-tiba. Helaan panjang lolos dari mulutku perlahan, melepaskan
kegugupan yang menguasaiku.
ā Oh man, kau benar-benar payah. Lebih tepatnya kalian berdua sangat
payah.ā
Aku menoleh sekilas pada Jimin. Bisa
tidak ia menutup mulutnya dan tidak merusak suasana?
ā Perbincangan kalian menggangguku.
Iām studying right now,ā ungkapnya
memamerkan buku bahasa inggrisnya.
Cih, baru kali ini aku melihatnya
belajar dan sekarang ia sudah mau pamer? Oh..benar-benar menyebalkan.
ā Jadi Hanseul, bagaimana dengan
tawaranku?ā
Aku memalingkan pandanganku ke
arah Taehyung. Aissh, karena Park Jimin aku sampai melupakan manusia idiot ini.
ā Tawaran untuk menjadi idiot
bersama?ā
Ia mengangguk antusias,
melebarkan senyumnya namun kali ini tidak sampai memperlihatkan deretan
giginya. Dan aku baru tahu kalau senyumnya yang seperti ini memiliki potensi
lebih besar untuk membuatku idiot.
ā Well, sepertinya bukan ide yang buruk,ā kataku.
Ia kembali tersenyum, tanpa
sepengetahuanku tangannya menggenggam tanganku. Ah, baiklah. Sepertinya menjadi
idiot bersama Taehyung lebih menyenangkan daripada terus mengelak dan menderita
sendirian.
ā I guarantee it.ā
END
Haihaiā¦.semuanya!!! mau jadi idiot bersama? oke, sebenernya ini absurd.
Aku cuma lagi pengen nulis, dan tiba-tiba kata āidiotā langsung muncul dan
terus berkeliaran di kepala. Jadi aku langsung mutusin buat ngambil cerita yg
kontennya berisi tentang sesuatu yang menyangkut sebuah keidiotan. Hahahahā¦tapi
sekali lagi ini absurd dan gak terencana..
Itās not the best from me sih, tapi yahā¦menyenangkan bisa nulisā¦ lagian
aku jadi ngebayangin V terus kan, terus di pertengahan mau ke akhir ditambah
Jimin yang pasang ekspresi senga, ngocol, tapi minta dikarungin.
Ya udah deh itu aja. Kalau ada yang mau ngasih kritik dan saran aku
terima lapang dada. Makasih semuanya yang udah baca~
Thanks,
GSB
Dari tulisannya udah terbiasa banget nulis ya. Bahasanya enak dan mengalir :)
ReplyDeleteBeda dengan kebanyakan fan fiction yang pernah kubaca, eh baru sadar isi blognya udah banyak banget. Tetap semangat berkarya ya :) Hwating!
Hai Ron salam kenal..
Deleteenggak kok masih belajar, tpi mksih y udh baca+komen..
iya pasti semangat terus..makasih!!