Finding Father - Part 1
Aku tidak bisa menjanjikan
apapun, namun aku akan melakukan apapun yang kubisa
ā Finding Father ā
ā
Dulu saat ia masih kanak-kanak,
dulu saat pikirannya penuh dengan imajinasi dan fantasi, ia pikir bibinya yang
melahirkan setelah mengandungāhanyaāselama lima bulan mendapat keajaiban dari
Tuhan. Anak itu lahir bertepatan dengan hari natal. Ia pikir mungkin Tuhan
memberikan anak itu sebagai kado natal untuk bibinya. Namun seiring berjalannya
waktu, semakin banyak pengetahuan yang ia dapatkan, semakin banyak hal yang ia
temukan, ia mengerti sesuatu.
Ia mendapatkan sesuatu. Sesuatu
yang membawanya kembali pada dirinya empat belas tahun yang lalu, tepatnya saat
usianya menginjak delapan tahun. Bibinya bukan mendapat keajaiban atau Tuhan
mempercepat kelahiran anak bibinya sebagai kado natal. Nyatanya sang bibi
melahirkan anak yang sehat, tidak premature.
Jadi jelas bibinya mengandung selama sembilan bulan. Waktu yang wajar
diperlukan seorang wanita untuk mengandung anaknya.
Ada alasan lain yang menyebabkan kenapa
kelahiran itu lebih cepat dari biasanya. Dan itu tidak ada hubungannya dengan
kado natal atau hal-hal imajinatif lainnya. Bibinya yang melahirkan setelah
lima bulan menikah, sebenarnya telah mengandung empat bulan di hari
pernikahannya. Dengan kata lain, bibinya telah mengandung sebelum pernikahannya
diadakan.
Cheonsa menyadari kebenaran itu
saat usianya tiga belas tahun. Saat ia mulai mempelajari biologi dan ketika di
televisinya banyak bermunculan artis-artis yang melahirkan setelah mengandung
dalam waktu singkat. Ia merasa begitu malu dan mengutuk mulutnya yang
membeberkan cerita itu pada guru matematikanya. Semasa SD, Cheonsa sangat suka
bercerita pada guru matematikanya dan ia menceritakan kisah melahirkan bibinya
yang sangat ajaib itu pada guru matematikanya.
Ia masih sangat ingat bagaimana naifnya
ia begitu bilang kalau bibinya mendapat keajaiban.
ā Tuhan pasti kasihan melihat
bibiku kelelahan karena perut buncitnya, maka dari itu ia membiarkan anaknya
lahir lebih awal.ā
Mengingat hal itu, ia ingin
tertawa di depan wajahnya. Ia tak membayangkan apa yang dipikirkan guru
matematikanya saat itu. Pasti wanita langsing itu menggeleng prihatin sambil
mengasihani kepolosannya dalam hati.
Tapi itu dulu, saat ia berpikir
dunia itu penuh dengan hal ajaib dan segala hal-hal di film Disney bisa
terjadi. Sekarang ia sudah tumbuh menjadi gadis cerdas yang menurut orang-orang
sangat polos dan lugu. Itu menurut mereka. Walau sebenarnya tidak begitu.
Kalau boleh jujur, ia mengetahui
hampir semua hal yang menurut orang-orang tidak diketahuinya. Hei, ia membaca
buku. Ia punya beragam fasilitas teknologi untuk meraih segala informasi yang
menurut orang-orang tidak diketahui seorang Jung Cheonsa. Ia mengetahui banyak
hal, namun hanya sebagian orang yang mengetahui kenyataan itu. Salah satu dari
mereka adalah pria di depannya. Pria berwajah angkuh tapi sialnya sangat tampan
yang sedang menanti respon darinya. Kris.
Mengingat kasus hamil di luar
nikah membuatnya terus mengingat kejadian empat belas tahun yang lalu. Ia
sampai lupa kalau sebenarnya ia sedang berbincang dengan Kris.
ā Tanggung jawab. Memangnya apa
lagi yang bisa dilakukan?ā ucapnya tenang.
Mata pria di depannya terbelalak,
melotot sempurna hingga memungkinkan bola matanya keluar. Pria itu mengempaskan
punggungnya hingga menabrak kepala kursi. Setelah itu yang dilakukannya hanya
menggerutu sambil meliriknya sesekali.
ā Di zaman seperti ini menurutmu
ada orang yang siap menikah di usia dua puluh dua tahun? Kau pikir ini apa?
Cihh, masih tetap sama. Kau dan kenaifanmu yang entah kapan hilangnya.ā
Pria itu, Kris geleng-geleng
kepala. Terlihat cukup frustasi, terlebih dengan jawaban darinya yang tidak
membantu sama sekali. Yah, menurut pria itu solusinya terlalu mengerikan dan
tidak masuk akal.
Kris menyugar rambutnya,
mengacaknya hingga tatanannya berantakan dan sialnya membuat pria itu kelihatan
semakin, umm..seksi?
ā Lalu apa maumu? Aborsi?ā
Tepat setelah itu, Kris
menjentikkan jarinya. Wajahnya yang kusut terlihat sedikit berbinar.
Kelihatannya pria itu cukup setuju dengan usulannya kali ini. Aisshā¦pria ini!
Apa-apaan dia? Sampai kapanpun Cheonsa tidak akan menyetujui usulan itu.
ā Lakukan aborsi dan jalani hidup
masing-masing dengan baik. Melanjutkan kuliah hingga lulus, mencari pekerjaan,
mengumpulkan uang yang banyak dan terus mengembangkan karir. Aku suka dengan
usulan itu,ā ujar pria itu sambil menyesap americano-nya.
Kini giliran Cheonsa yang
menggeleng, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Apa semua pria
selalu lari dari tanggung jawab? Apa semua pria tidak punya hati seperti Kris
Wu? Astaga.. Apa semua pria itu brengsek?
ā Hanya bajingan dan pengecut yang
melakukan hal seperti itu.ā
Kris langsung terdiam. Tak
menyangka ia akan mencetuskan kalimat seperti itu.
ā Jadi kau mau bilang aku itu
bajingan dan pengecut?ā
Cheonsa menggeleng pelan. Matanya
masih bersitatap dengan mata berkilat milik Kris.
ā Kau itu bajingan yang pengecut
dan brengsek.ā
Kris melongo, benar-benar tak
percaya Cheonsa menghinanya serendah itu. Beginikah Jung Cheonsa yang sering
dibilang lugu dan polos itu? Ia heran kenapa orang-orang bisa berpendapat
begitu.
ā Hei, ini tidak seperti aku
menghamilimu lalu meninggalkanmu dan bersenang-senang begitu saja,ā protes Kris
tak terima.
Cheonsa mendelik sinis. Apa
katanya?
ā Talk to my ass, Mr. Asshole.ā
Kali ini Kris benar-benar dibuat
tercengang. Walau bukan pertama kalinya mendengar Cheonsa mengatakan hal
semacam itu, namun ia masih tidak menyangka kalau gadis berwajah lugu yang
terlihat sangat sopan di depan orang-orang, baru saja menghinanya seolah ia
makhluk paling berdosa di muka bumi.
ā What theā¦ā Kris mendesis-desis, matanya terpejam begitu rasa
gemasnya hendak meledak.
ā Kita sedang membicarakan Juno
yang tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan Ahreum. Tapi kau malah
menghinaku seolah aku yang bersalah dalam kasus ini,ā protes Kris.
Cheonsa mendengus lelah. Tubuhnya
mencondong ke depan, berusaha memberi tekanan pada pria di depannya.
ā Tapi aku yakin jika kau berada
di posisinya, kau pasti akan melakukan semua hal hina yang tadi kau sebutkan.ā
ā Aku benar-benar kasihan pada
ibumu. Pasti ia sangat sedih kalau tahu anak satu-satunya seperti ini,ā Ucap
Cheonsa sambil menggeleng miris.
****
Setelah perbincangannya dengan
Kris minggu lalu, ia merasa tidak cukup nyaman untuk membicarakan masalah yang
sama dengan pria itu. Entahlah, ia hanya merasa cukup kecewa dengan jawaban
pria itu.
Iapun tak lagi membahas kondisi
Ahreum saat bersama Kris, dan Kris menyadari perubahan pola tingkahnya. Tapi
pria itu tampak tak begitu masalah dengan perubahan sikapnya, persis seperti
yang telah ia duga. Kris memang tak pernah memedulikan orang lain, tak perlu
diragukan lagi.
Maka dari itu, saat menemukan
tubuh Ahreum tergeletak di lantai kamar apartemennya, ia segera menghubungi
Seokjin. Bukan Kris. Lagipula selama Ahreum mengurung diri di kamar karena depresi,
ia selalu mengunjunginya bersama Seokjin. Bukan dengan Kris.
Kepanikannya bertambah besar
begitu menemukan sayatan di pergelangan tangan Ahreum. Darah mengalir dari
sana. Ia mencari apa saja yang bisa ia gunakan untuk menghentikan pendarahan.
Tangannya gemetar, sekujur tubuhnya menegang begitu bersentuhan dengan kulit
Ahreum. Sudah dingin.
Mulutnya bergetar dan pikirannya
sudah melayang pada beragam hal menyeramkan yang mungkin saja terjadi.
ā Sepertinya kita harus segera
membawanya ke rumah sakit,ā ucap seseorang di belakangnya.
Cheonsa menoleh pada Seokjin yang
baru saja tiba. Pria itu kelihatan kewalahan mengatur napas. Ia langsung
menghambur mendekati raga Ahreum. Dengan siaga ia segera menggendong Ahreum
yang sudah tak sadarkan diri.
Sepanjang perjalanan ke rumah
sakit Cheonsa diterpa perasaan khawatir yang tidak main-main. Berulang kali ia
mendesah tidak sabar. Kenapa lama sekali sampainya, gerutu Cheonsa dalam hati.
Ia menatap Ahreum yang tak berdaya di sebelahnya. Karena tidak tahu lagi apa
yang harus ia lakukan, ia menggosok tangan Ahreum. Berharap gadis itu cepat
sadar.
Begitu mobil Seokjin sampai di
rumah sakit, dengan cepat Seokjin berlari menggendong Ahreum. Di dalam rumah
sakit, para suster dan petugas lainnya langsung membantu membopong Ahreum,
membaringkan tubuh tak berdaya itu di atas kasur roda. Gadis itu langsung
dilarikan ke unit gawat darurat.
Ketika pintu ruangan di
hadapannya ditutup, Cheonsa merasakan setengah dari kecemasannya pergi. Namun
tetap saja ia tak bisa merasa tenang. Seorang ibu hamil ditemukan tidak
sadarkan diri dengan darah yang terus mengalir dari pergelangan tangannya.
Bayangkan!
Cheonsa terduduk lemas di sebelah
Seokjin. Ia kelihatan sangat emosional saat ini. Belum genap lima menit Ahreum
berada di dalam sana, ia sudah merasa sangat gelisah.
ā Tenanglah. Dokter akan
menanganinya dengan baik.ā Seokjin menggenggam tangannya, mencoba menenangkan
dirinya yang kalut.
ā Aku menemukannya tergeletak di
lantai dan parahnya ia habis mencoba bunuh diri, Jin. Aku benar-benar takut
sesuatu yang buruk terjadi padanya,ā racaunya tak terkendali.
Ia membalas genggaman Seokjin,
mencoba untuk menekan rasa cemasnya. Beruntung Seokjin mengerti apa yang ia
butuhkan, pria itu langsung mendekapnya.
ā Tubuhnya dingin. Coba
bayangkan, bagaimana kalau ia tidak selamat?ā
Seokjin menghela pelan.
Benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa, ia sendiri takut. Ahreum adalah
sahabatnya sejak kecil, dan ia tidak membayangkan kalau hal buruk itu benar-benar
terjadi pada gadis itu.
Namun dalam situasi seperti ini,
harus ada satu pihak yang berkepala dingin. Dan itu harus dirinya. Cheonsa
tidak mungkin bisa, biar bagaimanapun gadis itu yang menemukan Ahreum.
Tangannya meluncur mengusap
kepala Cheonsa sementara tangan satunya menggenggam tangan gadis itu.
ā Kau sudah menghubungi Kris?ā
Cheonsa hanya menggeleng.
Setelahnya tak ada percakapan lagi. Baik Cheonsa maupun Seokjin memilih untuk
menenangkan diri masing-masing.
Tak lama, seorang dokter keluar
dari ruangan. Seokjin dan Cheonsa langsung menghampirinya. Berharap cemas
dengan informasi yang akan diberikan dokter.
ā Beruntung kalian cepat
membawanya kemari, sehingga ia tak kehilangan darah terlalu banyak,ā ucap sang
dokter membuka keterangan panjang yang akan ia sampaikan.
ā Tubuhnya masih sangat lemah.
Apa beberapa hari ini ia tidak memakan apapun?ā
Cheonsa dan Seokjin bertatapan.
Benar, gadis itu selalu menolak makanan apapun yang diberikan padanya.
ā Ia kekurangan asupan nutrisi
dan juga mengalami dehidrasi. Belum lagi dengan adanya janin di rahimnya, ia
semakin lemah.ā
ā Boleh kami menemuinya?ā tanya
Cheonsa penuh harap.
ā Untuk saat ini biarkan dia
istrihat, setelah dua jam kalian boleh menemuinya. Demi kenyamanan pasien, kami
akan memindahkannya ke ruang opname,ā papar sang dokter yang diakhiri dengan
anggukan singkat.
****
Penyesalan itu selalu datang
terlambat, begitupun dengan yang tengah ia rasakan. Setelah kejadian kemarin,
ia tak habis-habisnya menyalahkan dirinya sendiri. Ia benar-benar menyesal
sudah membiarkan Ahreum mengenal Juno. Ia menyesal karena temannya begitu
mencintai pria brengsek yang keberadaannya masih belum diketahui sampai saat
ini.
Juno adalah salah satu teman baik
Kris. Ia pikir hal seperti ini tidak akan terjadi saat pertama kali Juno
menjabat tangan Ahreum. Ia pikir mereka akan berhubungan dengan baik; saling
mencintai, berbagi suka dan duka, dan terus bersama. Tapi tidak. Dua bulan lalu
setelah Ahreum mengungkap kehamilannya yang sudah memasuki bulan keempat, Juno
langsung menghilang. Benar-benar menghilang dan tidak bisa ditemui. Bahkan
tidak bisa dihubungi.
ā Ahreumāā
Belum sempat Kris menuntaskan
kalimatnya, Cheonsa sudah beranjak dari kursinya. Gadis itupun menarik Seokjin
untuk pergi dari sana. Ia tidak ingin bicara dengan Kris. Jadi ia sudah
memutuskan untuk menghindari pria itu.
Ya, penyesalannya yang lain adalah
mengenal Kris. Lagipula kenapa sih Seokjin berteman dengan pria itu?
Ia menggeram begitu Kris mencekal
tangannya, menariknya hingga tubuhnya limbung. Pria itu kelihatan sangat marah.
ā Kenapa kau tidak memberitahuku?ā
Cheonsa mendecak. ā Apa ada
gunanya? Memang kau peduli?ā sahutnya sinis.
Ia hendak berbalik dan pergi dari
kafetari, namun Kris kembali menariknya. Memaksanya untuk menatap pria itu.
Serius, apa sih yang pria itu inginkan?
ā Apa lagi?ā
ā Kau memperlakukanku seolah ini
semua salahku. Ini tidak adil Nona Jung.ā Pria itu terlihat murka dengan
sikapnya.
ā Lalu aku harus bagaimana? Kau
mau aku mengabari kondisi Ahreum padamu?ā
Pandangan mereka beradu sengit.
Cheonsa dengan kekerasan hatinya dan Kris dengan rasa terhinanya. Jika sudah
begini akan terjadi perang mulut yang hebat, dan ujungnya Seokjin harus melerai
keduanya. Ya Tuhan.
ā Jujur saja ya Kris Wu, tidak
usah pura-pura peduli. Aku tahu kau tidak benar-benar mengkhawatirkannya. Kau
hanya merasa tidak enak pada Seokjin. Biar bagaimanapun Ahreum seperti ini
karena ulah temanmu, ya kan?ā Cheonsa kelihatan tidak main-main kali ini. Ia
tampak begitu marah dan tak menginginkan kehadiran Kris.
Kris beralih menatap Seokjin,
menatap temannya itu dengan penuh harap. Ia berharap temannya mau membantu.
Kalau keadaan sudah seperti ini hanya Seokjin yang bisa mempengaruhi Cheonsa.
ā Cheonsa sudahlah. Bukankah kita mau menjenguk Ahreum?ā
Persis seperti yang sudah
diperkirakan Kris, Cheonsa terlihat lebih tenang. Gadis itu berusaha
mengendalikan emosinya dan kembali pada kesadarannya.
ā Aku ikut,ā ucap Kris yakin.
Meski tidak setuju dengan
kehadiran Kris, Cheonsa tak mengatakan apapun. Ia tak menghiraukan keberadaan
Kris yang sesekali melirik ke arahnya. Ia membungkam mulutnya selama
perjalanan. Sementara di depan sana, Seokjin dan Kris terlihat beberapa kali
memandangi gadis itu dari spion. Gadis itu sedang memalingkan wajahnya, melihat
ke luar jendela.
TBC
Wooohoooā¦
Apa kabar semuanya??? Well..aku kangen banget! Aku kangen nulis, aku
kangen publish, aku kangen kalian!!!*halah..peresnya*. Oke, sebenernya ff ini
udh cukup lama ada di laptop, cuma emang gak ada lanjutannya dan pas mau
dilanjutin pun susah. Demi apa ya! Aku udah gak nulis lagi semenjak nulis
Baek-Nam story, aku lgi kejebak di zona terlalu ilmiah sampe gak bisa mikir
sesuatu yang santai.
Aku udah berkali-kali ngerasain gimana susahnya ngebangun mood dan berusaha
mulai nulis setelah lama otak ini gak dipake buat mikir kreatif āmaksudnya berpikir
buat hal-hal di luar kepentingan kuliahā tapi tetep aja sampe sekarang aku gak
tau cara ampuh dan jitu buat lepas dari siklus aneh itu. jadi yah, dengan susah
payah walau feelnya gak kerasa, aku lanjutin. Kalo kata dosenku, lakuin dulu
baru kalian merasa senang melakukannya. Oke, mari kita buktikan teorinya.
Terus, apa ini bakal jadi endless ff kayak ff-ku yang lain? entah, tapi
aku pengen banget bikin ff chaptered tahun ini. seenggaknya satuuuā¦ aja yg
kelar di tahun ini. Dan ff ini aku harap bisa kelar. Kenapa gak marry me atau
little secret? Nah, secara logikanya orang-orang normal pasti bakal nyelesaian
dua ff itu karena emang udah lama bgt dan gak kelar-kelar. Tapi aku cukup tau
diri, kalo aku lgi nge-feel sama sesuatu biasanya susah buat fokus ke yang
lain. jadi ya alternatifnya biar aku tetep produktif, aku bakal ngelanjutin ff
yang feelnya paling greget. Dan untuk saat ini, Finding Father lagi menantang
banget.
Finding Father? Berasa Finding Nemoā¦ tapi biarkan judul unik itu, aku
gak nemu judul lain yang lebih mewakili daripada itu.
Apa lagi ya? Kayanya untuk saat ini, cukup sekian aja. Kalau ada yang
mau ditanyain atau mau protes tentang sesuatu, ayo silahkan isi kolom
komentarnya. Aku tungguā¦hehehe.. Ya udah deh, itu aja dari aku. Semoga part-part
selanjutnya bisa menyusul secepatnya.. AMIN YA ROBBAL ALAMIN!!*ngusap muka*
Oh iya, ketemuan dulu yukk ama Finding Fatherās cast!
See You,
GSB
Akhirnya ada post juga.. saya suka dengan ide cerita kali ini.. sangat ditunggu kelanjutannya ya GSB :) hwaiting
ReplyDeleteiya akhirnya kekekek..
Deleteditunggu aja ya chingu~ makasih semangatnya^-^
Hai GSB eonni
ReplyDeleteaku dtg lagi
akhirnya setelah sekian lama aku menunggu
tapi ffnya blm aku baca
hai sarah, jdi aku eonni nih?*gak rela menjadi tua*
Deleteslmt dtg kembali ya sar, *sok akrab*, semoga setelah bca kmu suka yahh..
Iya soalnya aku line 98 hehe
DeleteIya makasih ya
Gapapa aku juga suka sok akrab
Aku udah baca daaaaannnnnn....Aku suka buuiiingggiitzz *oke ini lebay* tapi cerita ini tuh bagus karena udah buat aku kesel sama Juno yang seenak jidatnya kabur gitu aja ninggalin ahreum