Evil & Angel



 Serius kalian ingin mendengarkannya?

~ Jung Cheonsa ~


.
.



Kenapa? 




Aku bosan mendengar salah satu kata tanya itu terus diajukan orang-orang mengenai hubunganku dengan Kris, dan juga dengan Jin. Beberapa diantara mereka bilang Kris adalah pria yang tepat untukku. Dia adalah si misterius penuh kegilaan yang membuatku tak takut untuk mewujudkan seluruh rencana gilaku. Aku setuju dengan itu, yeah..hidup itu tidak harus selalu dibawa serius kan? 





Namun di tengah kegilaan dan kebebasan yang kurengkuh bersama seorang Kris Wu yang super jangkung, seseorang datang dengan gaya tarik yang luar biasa. Ia bisa menarikku kembali ke tempatku, dimana aku tetap Jung Cheonsa, si gadis baik-baik dengan pola pikir yang sedikit berbeda dengan orang kebanyakan. Dialah Jin, Kim Seokjin. Ialah orang yang membuatku menyadari bahwa menjadi berbeda bukanlah hal yang salah, namun bukan juga menjadi ajang menjalani hidup tanpa batas. 




Aku tak bisa bilang siapa yang lebih benar di antara keduanya. Karena dalam situasi tertentu aku memihak Kris dan pada waktu lainnya akan bersikeras membela Jin. Bagiku sulit untuk memutuskan mana yang lebih baik, karena bagiku, Kris dan Jin adalah kesatuan dari diriku. Kebebasan dan kegilaan dalam darah Kris dan akal sehat serta rasionalitas Jin, berada dalam diriku. Aku memiliki semua bagian yang ada dalam diri kedua orang itu.





" Senin malam nanti ada acara?" 





Suara berat itu menginterupsi. Aku langsung menoleh ke arahnya yang sedang menjingkatkan alisnya yang tebal. Dan itu benar-benar bukan hal yang baik. Lebih tepatnya kesialan yang tak sengaja kusukai. Oke, dan keheningan di dalam perpustakaan pun memperburuk situasiku. Maksudku, aku bisa mendengar desah napas pria itu. Seolah ia memang sengaja melakukannya dengan berlebihan untuk menggodaku. 





Aku melirik ke orang di sebelahku yang masih sibuk dengan sesuatu di dalam layar laptopnya, lalu kembali menatap pria sialan di hadapanku. Ia sedang menekuri jemari lentik dan panjangnya, sambil menyentuh cincin-cincin aneh yang melingkari entah di jari telunjuk, tengah, atau manisnya.





Sambil mendeham pelan, aku mulai merangkai kata untuk menjawab pertanyaannya. " Kurasa aku agak sibuk," jawabku sambil mengangkat bahu penuh keraguan. 





Seperti biasa, ia menganggukkan kepala dengan gelagat keren dibuat-buat. Tubuhnya dimundurkan dalam mode lambat. Menurutku ia terlalu banyak menyaksikan opera sabun di rumahnya. 





" Hanya agak sibuk? Itu berarti kau tidak benar-benar sibuk, kan?" 





" Ya, tapi tetap saja aku sibuk," sahutku berusaha tak goyah. Oke, aku sudah bilang belum kalau pria di hadapanku ini memiliki kemampuan khusus dalam menggoyahkan iman seseorang?




Ia melanjutkan aksi 'menggodaku' dengan melipat kedua tangannya di atas meja, kemudian menumpukan dagunya di atas sana, dan terus saja memandangku dengan sangat persuasif. Senyum kurang lebarnya terpampang dan sialnya mulai menjebol pertahananku perlahan-lahan.




Aku memang agak sibuk. Agak sibuk menyiapkan diri untuk ujian statistika, agak sibuk mengerjakan makalah sistem endokrinku, agak sibuk mencari refrensi untuk perbaikan makalah sosiologi yang sialnya belum mendapat solusi, dan agak sibuk untuk memikirkan bagaimana semua tugas itu bisa rampung tepat pada waktunya. 





" Cheonsa, kau tahu? Kita hanya hidup sekali, itu berarti kita hanya punya kesem-" 




" Dan karena kita hanya hidup sekali, maka berbuatlah sesuatu yang berguna sebelum kita mati. Tak satupun dari kita yang tahu kapan Tuhan mencabut nyawa kita, bukan?" selak orang di sebelahku yang akhirnya angkat suara. Kukira saking sibuknya dengan tugas di laptopnya akan menahan dirinya untuk tidak bersuara. 





Keduanya saling beradu pandang, dan tak lama kemudian Kris menepukkan tangannya sambil menampilkan ekspresi wajah bangga dibuat-buat. Sedangkan orang di sebelahku hanya memasang wajah santainya dengan jemari mengetuk-ngetuk permukaan meja. 




" Wow! You're so awesome! Like usual.. Of course, you're The Great Kim Seokjin after all!" Kris membuat suaranya kedengaran menjengkelkan, dan kalau sudah begini aku ingin memukulnya. 





Aku berpaling menatap ke samping, maksudku pada Jin yang kelihatan tak bermasalah dengan sikap konyol Kris. Ia mengangkat bahunya, menegaskan kesan cerdas yang melekat pada dirinya. 





" Kuingatkan padamu wahai Kris si penguasa dunia kegelapan, jauhi Cheonsa untuk dua minggu ke depan," ujar Jin tenang. 





Kris mengerutkan alisnya kemudian melenguh seperti bocah menggelikan. Dia benar-benar tidak pantas berakting seperti itu. 





" Kau tentu tidak bermaksud membuatnya gagal pada semester ini, bukan?" 




Kris menggelengkan kepala, secara perlahan menegakkan posisi duduknya. " Ayolah, selama lima semester aku merecokinya dan itu tidak berpengaruh sama sekali. Ia tidak gagal di mata kuliah manapun. Oh man, kurasa ia akan gila kalau hanya belajar setiap waktu!"





Kalau sudah seperti ini, rasanya mustahil untuk menghentikan perdebatan mereka. Dan firasatku semakin kuat, begitu menemukan ekspresi tak setuju pada wajah Jin. 





" Tidak berpengaruh sama sekali? Kurasa kau harus lebih memperhatikannya. Kau dan kegilaanmu membuatnya dalam kekacauan. Ia harus terjaga hingga pagi untuk mengerjakan tugasnya, padahal ia bisa tidak perlu melakukannya kalau saja ia mengerjakan tugasnya lebih awal. Pertanyaannya, kenapa ia tidak mengerjakannya lebih awal? Tentu karena kau." 




" Gadis di sebelahmu bukan robot, ia butuh hiburan di tengah tugas-tugas sialan itu!"





" Hiburan tidak dilakukan empat kali dalam seminggu Kris Wu!"





Aku benar-benar malu sekarang. Beberapa orang melihat ke arah meja kami, menyorotkan perasaan jengkel, penasaran, dan mengejek. Namun tak satupun dari dua pria ini yang menyadarinya. 





" Aku hanya membantunya untuk melihat dunia lebih luas! Ia sudah dua puluh satu tahun, Jinnie! Dan aku, membantunya untuk menjelajahi banyak tempat dan melakukan banyak hal agar ia tak menyesal. Aku tak ingin ia menyesal karena tak sempat merasakan hal-hal menyenangkan itu!"





" Di umurnya sekarang, yang ia butuhkan adalah motivasi untuk giat berkuliah dan mengingatkannya untuk memikirkan segala hal mengenai kelulusannya!" sergah Jin. 





" Kau benar-benar jahat, Kim Seokjin! Kau terlalu menekannya!" 




" Aku tak menekannya! Aku juga tak melarangnya untuk bersenang-senang! Tapi aku tidak setuju dengan caramu yang super berlebihan itu!" 






Mungkin bagi siapapun yang membayangkan posisiku akan menyangka bahwa situasi ini sangat menyenangkan. Hidupmu sedang diperdebatkan oleh dua orang pria yang cukup tampan dan itu menunjukkan betapa perhatiannya mereka pada dirimu. Oughh..menurutku tidak seperti itu. Awalnya memang menyenangkan, namun semakin kesini aku menyadari betapa menyebalkannya itu. 





Mereka selalu berdebat mengenai apa yang baik atau tidak untukku. Setiap bertemu mereka hanya akan beradu mulut untuk mengukuhkan peran masing-masing dalam hidupku. Awalnya memang menyenangkan, aku merasa seperti diperebutkan dalam hal ini. Namun tidak. Apa yang mereka lakukan hanya membuatku semakin pusing. Mereka hanya menambah sesaknya pikiranku. Serius, mereka hanya seperti wujud nyata dari sisi 'Evil' dan 'Angel' dalam diriku. 






Dan jika kalian masih bertanya kenapa aku tidak memilih satu di antara keduanya, aku akan menjawab mungkin belum saatnya. Kalian lihat bagaimana mudahnya aku terbuai dengan godaan Kris, dan betapa lemahnya aku dengan nasihat bijak dari Jin? Aku sama sekali belum siap untuk menetap pada satu sisi. Karena menurutku aku bukanlah makhluk dengan satu sisi. Aku memiliki keduanya. 




Evil & Angel, I got these two inside of me. Oughh..





Fin

Whatsssuuupppp????  Oke, harusnya aku nulis peringatan ini di awal tapi ya udah dripada ga sama sekali, aku tulis di sini aja. Aku mau bilang tulisan ini gak terkonsep, muncul secara tiba-tiba, agak kabur, intinya gak jelas. Aku cuma lagi kangen nulis, cuma terhalang rasa bersalah sama tugas seabrek yang kenapa gak kelar-kelar menghantui masa mudaku? kenapa?? 


Dan tulisan ini muncul karena aku pernah nemuin kalimat bijak, kalo ide itu bukan cuma ditunggu harus kita cari. Kadang gak perlu nunggu lama, tapi cukup kerjain sekarang. Dan... walaaa...tulisan ini tercipta dehh... 


FYI, tulisan ini juga jadi ajang pembuktian aku ke diriku sndiri aku masih bisa nulis kok.. aku gak hopeless.. Aku cuma perlu konsisten. Aku tetep bisa kuliah bener sambil ngejalanin nulis-nulis alay yang gilanya jadi hobiku, bisa dibilang salah satu hal di dunia ini yang pengen bgt aku lakuin.  


Masalah tugas, aku tau aku emang manusia dengan skema paling kacau!!!*mungkin ada yang lebih, tapi sementara ini aku doang* jadi masalah tugas akan aku kupikirin sebentar lagi, tentunya setelah nulis cuap-cuap ga bermutu ini. Well..kayanya udh penuh sama curhatan plus keluhan gak danta deh... 

selagi aku masih sadar, aku bakal pamit... Selamat malem buat semuanya...semoga apapun yang kalian lakuin bisa dilakuin sebaik"nya dan doain semoga aku dapet keajaiban dri Allah SWT seperti yang biasa Dia kasih klo aku udh kayak orang gila... 


oke deh...semuanya...dadahhh...semoga g ikutan gila!!






Rombongan orang gila,


Kris, GSB, Jin

Comments

Popular Posts