I Can Do It!
Cast : Zoey ā BTS' Jin
Aku tak boleh kalah, iya kan?
~00~
Apa ini? Tugas menumpuk, deadline gila-gilaan, dan aku masih
sempat membuka lembar kerja Word-ku
untuk menulis sesuatu yang bisa mengisi blog-ku. Heh, kurang gila apa aku ini?
Pemalas, tak tahu diri, namun penuh mimpi. Mau tahu rasanya seperti apa? Rasanya
bahagia seperti sedang bermimpi indah dalam tidur panjang kemudian terbangun
dengan penuh kebingungan.
Tugasku itu sangat banyak. Baca
jurnal-terjemahkan jurnal-tulis kekurangan dan kelebihan jurnal, membuat
makalah dengan format mirip skripsi yang ngomong-ngomong harus mengenai
fenomena sosial yang sedang ramai dibicarakan, dan belum lagi makalah biopsychology-ku tentang sistem endokrin
yang belum juga kukerjakan. Serius, aku ini sangat kacau.
Seharusnya tak sesulit itu andai
saja aku lebih tahu diri dan mengerjakannya sedikit demi sedikit. Tapi apa yang
kulakukan? Aku malah merasa seperti orang yang paling dirugikan, tanpa berpikir
kalau masalah utamanya di sini adalah diriku sendiri. Aku sibuk dengan duniaku,
amnesia dengan tugas-tugas sialan itu kemudian ingat kembali dan merasa kacau
seperti orang gila.
ā Oi, tutup Word-mu dan
buka jurnalmu segera.ā
Oh, aku sudah tahu suara itu akan
terdengar. Aku juga sudah tahu kalau nadanya akan sangat menjengkelkan.
Peduli apa? Aku itu tipe yang
sangat keras kepala, aku tak terpengaruh dengan suara dengusannya yang menusuk
telinga. Hei, aku saja tak pernah mendengarkan ibu dan nenekku untuk memakai
rok dan berpakaian seperti gadis pada umumnya. Lalu kenapa aku mesti
menghiraukannya?
Oke, kembali pada kerisauanku
mengenai nasib tugas-tugas laknat ini. Aku sempat berpikir untuk tidak
meneruskan kuliahku agar terlepas dari tugas-tugas sialan ini. Tapi,
lagi-lagi ini masalahku dan harga diriku. Tak hanya itu, logikaku membawa
seluruh alasan untuk mengurungkan niatan gila itu. Yah, mau jadi apa aku? Berbekal
ijazah SMA, paling-paling hanya jadi asisten rumah tangga. Lagipula, berhenti
kuliah sama saja mematikan diriku sendiri. Berhenti kuliah sama seperti
menghalangi kesempatan untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Berhenti
kuliah hanya membuktikan betapa pengecutnya aku.
Huft, ini tak boleh terjadi. Aku tak boleh kalah, iya kan?
ā Ckk.ā
Orang itu, maksudku Jin, sudah
berdiri di sisi kursiku dengan mata memicing ke arah layar laptop. Aku
mendongak menatapnya yang terlihat tak habis pikir. Ia mendengus lagi, lalu
mendecak sambil menggelengkan kepalanya. Pandangannya menemuiku, ekspresi
wajahnya benar-benar mengejekku, lebih tepatnya menghina.
ā Kau pikir tugas-tugasmu itu
akan selesai begitu saja setelah kau menyelesaikan sesi storytelling-mu ini? Serius Zoey, bisa tidak kau fokus dengan
kewajibanmu dulu?ā suaranya mengalun dengan amarah yang tertahan.
Pandangan kami masih bertaut,
bertemu seolah dengan begitu bisa mengubah kebiasaan burukku. Bagaimana ya? Aku
juga tahu tentang mendahulukan kewajibanku sebelum bersenang-senang. Aku tahu,
tapi aku juga tak tahu kenapa aku tak bisa melakukannya dengan baik.
ā Sepertinya minatmu untuk kuliah
sudah tidak ada,ā desahnya sebelum beranjak dari tempatnya berdiri dan kembali
ke kursinya yang terletak di seberang meja.
Pengunjung perpustakaan ini tak begitu banyak. Dan hal itu cukup bagus karena tak akan ada yang mengeluhkan
perbincangan kami yang terlampau kencang atau derak kaki kursi Jin yang
terdengar tak menyenangkan. Kurasa ia sudah menyerah denganku.
Aku meliriknya sekilas, ia masih
menatapku dari tempat duduknya. Ia kelihatan seperti sedang mengamati spesies
baru yang terlalu aneh hingga keningnya berkerut dalam. Padahal aku tidak
memintanya untuk memahamiku. Aku hanya ingin semua tugas-tugas ini selesai dan
aku bisa bernapas dengan tenang.
Sumpah, saat tugasmu menumpuk kau
tidak akan pernah merasa tenang. Coba saja.
Dengusan napas berembus dari
hidungku. Sejenak aku merasa bersalah pada ayah dan ibuku. Untuk apa mereka
mengeluarkan uang banyak untuk membiayai kuliahku sementara aku tak pernah
benar-benar serius menjalankannya?
Pandanganku beralih ke layar
laptop yang masih menyala. Satu tarikan napas panjang diikuti dengan helaan
panjang memulai langkahku. Baik, sampai di sini saja curahan hatiku yang tak
bermutu ini. Aku harus mulai mengerjakan tugasku. Demi Tuhan, besok hari senin!
Aku harus mengurangi bebanku dan sedikit demi sedikit merasa lebih tenang.
ā Kau tahu Zoey?ā
Aku menatap Jin yang
mencondongkan tubuhnya, membuatku bisa menatap lebih jelas iris hitamnya. Kalau
saja aku tidak sedang kacau dengan tugas-tugas ini, pasti senyumku sudah
melengkung tertahan dan hatiku akan merasa damai begitu melihat wajah
seriusnya.
ā Kadang aku merasa kau adalah
pemalas sejati, tapi dengan mudahnya kau berubah menjadi Zoey si gadis rajin.
Serius, kau adalah makhluk paling rumit yang perlu diteliti,ā tuturnya
mengeluh.
Sebagai tanggapan atas
pernyataannya, aku hanya mengangkat bahu sambil menggelengkan kepala.
ā Tapi tak peduli betapa rumitnya
dirimu, untuk saat ini jadilah Zoey si gadis rajin.ā
Memang inilah bagian
menyedihkannya, aku bisa menjadi seperti apa saja. Kadang itu baik tapi
buruknya lebih banyak.
Aku menghela susah payah. ā
Baiklah, aku akan mencari jurnalnya dulu,ā kataku sambil mengotak-atik puluhan
folder di laptopku.
ā Apa? Katamu jurnalnya sudah
ada!ā
ā Memang sudah ada ratusan jurnal
di laptopku, tapi aku belum menemukan yang sesuai dengan permintaan dosen
Kang,ā tanggapku tak terlalu peduli dengan kegelisahannya. Inikan tugasku,
kenapa ia yang repot sih?
ā Apa saja sih yang kau lakukan
dari kemarin? Kau pikir kau bisa menyelesaikan tugas baca jurnal-terjemahkan
jurnal-tulis kelebihan dan kekurangan jurnal hari ini juga? Ya Tuhan!ā
Mendengar ocehannya membuat kepalaku
berdenyut-denyut. Ia itu seorang pria, tapi cara mengomelnya lebih parah dari
nenekku.
ā Kau percaya Tuhan selalu
membantu hamba-Nya?ā
Ia mendesah sambil mengusap
wajahnya sebelum menabrakkan punggungnya ke sandaran kursi. ā Iya aku percaya,
tapiāā
ā Oke, begitupun denganku. Aku
percaya Tuhan akan membantuku. Kau tenang saja.ā
Ia tak kembali mengoceh, hanya
bisa membuka mulutnya lebar-lebar sambil menatapku nanar.
ā Kalau aku tidak bisa
menyelesaikannya hari ini, aku akan memohon pada Tuhan untuk meminjamkan
kekuatannya yang Maha dahsyat,ā ucapku lagi sambil memamerkan wajah yakin.
Tugasku memang menumpuk,
pikiranku sudah kacau, dan yang sekarang bisa kulakukan adalah berusaha
menuntaskannya serta memohon bantuan lebih dari Tuhan. Aku pasti bisa. Huft..bantu aku Ya Tuhan..
Fin
LOL bgt ini tulisan! Jujur aja ini curhatan dri lubuk hati paling dalemā¦*sedalem
apa?*
Again, bukan ff yang kalian harepin. Sorry to say, aku lagi ga mood
bikin ff romance, hurtromens,fluff, ato apapun yg ada romensnya apalagi yg
berbau fantasy atau sci-fi*angkat tangan* jadi sabar aja yak kalo trus ketemu
ff nonromens dari akuā¦
Kayak karakter cewek di atas, aku juga lgi byk tugas. Aku lgi ngedate
ama tugas belakangan ini, jadi gak bisa mikir yang unyu-unyu.. Yah pokoknya
gitu deh, aku bingung mau nulis apa lagi. Ya udah deh segitu ajaā¦ Good Luck for
Monday, Eperibodehhh!!!
Fighting!!!
GSB
Hai, tetap semangat buat tugas-tugasnya! Percaya lah bulan ini memang bulan yg tidak bagus buat para pelajar..seandainya disekitar kita ada sosok seperti kim seokjin atau setidaknya sehun atau kai exo.. dunia akan terasa sedikit lebih ringan
ReplyDeleteAlhamdulillah..akhirnya ada yg mengerti aku!! Minggu-minggu ini emg kampret bgt..pfft..tapi ya itu, gak ada sosok jin ganteng ato dua anak tengil aka si item dan si cadel..coba ada *ngarep.com* btw makasih udh baca yah..jgn bosen nengokin GIGSent!!
Delete