Falling
Lee Dong Hae & Im Yoon Ah
Note: don't bash me because this fic. i wrote this based on my perception and also because i watched a video about them (Yoona & Donghae). if you don't like this, just forget it. if you're not a pyro and love them with their another couple just go and don't read it. because i don't wanna be a fanwar in here because my fic. and i don't wanna get hate from you.
o O O O o
Seorang gadis tengah mematut dirinya di depan sebuah cermin.
Ia sisir rambutnya yang panjang dan merapihkannya dengan sedikit bantuan
tangan. Ia tersenyum manis pada pantulan dirinya itu. Namun tak lam kemudian,
senyum itu lenyap berganti dengan kemurungan yang entah mengapa kembali datang
menyergapnya.
Jantungnya berdetak lebih cepat dari detakan pada umumnya. Nafasnya
sedikit tercekat, seperti ada yang mengikat yang membuat ia sulit untuk
bernafas. Tangannya pun ikut mendingin dan tanpa gadis itu sadari, helaan berat
lolos dari mulutnya.
Ia meletakan sisir yang tengah ia gunakan ke atas meja. Wajahnya
ia tundukan dengan tangannya yang menutupinya. Entah kenapa perasaan takut itu
kembali muncul. Perasaan yang membuat ia terus menangis dan tak dapat
membendung air matanya sendiri. Perasaan yang telah ia rasakan lama, bahkan sangat
lama. Perasaan yang membuat ia harus terus berakting ketika berhadapan dengan
orang lain setiap kali ia menangis.
Ia tak tahu kenapa perasaan itu harus kembali ia rasakan di
saat seharusnya ia gembira dengan malam itu. Ia tak tahu. Ia tak tahu kenapa ia
begitu bodoh sampai-sampai ia tak mampu mengontrol perasaan itu. Perasaan
yang sejak lama telah ia coba untuk hilangkan.
Gadis itu mengangkat kepalanya dan menyekah air mata yang
tak sengaja kembali jatuh. Ia tak ingin membuat malam itu menjadi berantakan
hanya karena rasa takut yang ia rasakan. Ia tak mau membuat segala usaha yang
telah pria itu lakukan menjadi tak berarti, termasuk pengorbanan pria itu untuk
dirinya serta masa depan mereka. Ia tak mau!
Dengan kembali mengumpulkan rasa keberaniannya, gadis itu
pun bangkit dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkan ruangannya menuju ke
suatu tempat dimana pria itu telah menunggunya.
Selama perjalanan yang entah kenapa terasa begitu lama untuk
dirinya, gadis itu terus saja memegangi dadanya dengan sesekali menghela nafasnya
dengan berat. Memang ia telah berusaha untuk menghapuskan perasaan takut yang
kerap ia rasakan itu dari dalam dirinya, tapi ia juga tak memungkiri bahwa
perasaan itu begitu besar sehingga sulit baginya untuk menghilangkan rasa takut
itu dengan cepat.
Dan ketika kendaraan yang ditumpanginya telah benar-benar
berhenti, gadis itu masih tetap diam dan sama sekali tak beranjak dari posisi
awalnya. Ia hanya menatap ke luar melalui jendela dengan pandangan yang tak
dapat dijelaskan. Sedih? Senang? Takut? Entahlah. Rasanya sulit untuk
memperkirakan apa yang tengah gadis itu rasakan saat itu. Begitu sulit bahkan
diri gadis itu sendiri tak tahu pasti dengan apa yang ia rasakan.
Helaan kembali lolos dari bibirnya dengan mata yang
terpejam. Ia begitu gugup, dan juga begitu takut. Rasanya ingin sekali pergi
dari tempat itu, tapi setengah hatinya tak mengizinkannya. Hingga sampai
akhirnya keberanian itu kembali muncul dan membuat gadis itu keluar dari
kendaraan tersebut dan berjalan megikuti jalan setapak dengan cahaya lilin
disetiap sisinya.
Selama menapaki jalan itu, jantungnya terus bergemuruh
seakan ada sesuatu yang siap meloncat keluar. Bahkan tangannya kian lama kian
mendingin. Ia tak tahu mengapa kini perasaan senang seakan tengah meluap
memenuhi relung hatinya. Menggantikan sedikit demi sedikit rasa takut yang
sebelumnya mendominasi dirinya. Ia sekaan lupa pada kekhawatiran yang
sebelumnya berhasil meloloskan kristal bening dari matanya.
Hingga sampai ketika kakinya berhenti melangkah, tepat di
depan lilin-lilin yang diletakan di bawah hingga menyerupai hati. Gadis itu
sudah tak mampu lagi membendung semua perasaan yang sebelumnya telah memenuhi
relung hatinya, hingga membiarkan air matanya jatuh membasahi pipinya. Ia tak
peduli pada make up yang ia gunakan
di wajahnya. Ia tak peduli pada alam yang menyaksikannya menangis. Ia tak
peduli pada apa pun.
Gadis itu tetap menangis dan terus menangis sampai sepasang
tangan kekar memeluk tubuhnya dari belakang. Ia tahu siapa yang baru saja
melingkarkan tangannya. Tanpa perlu membalik tubuhnya ia tahu. Ia tahu bahwa
pria itulah yang memeluknya. Pria itu yang memberikan rasa hangat yang kini
tengah menjalar ke seluruh tubuhnya, bahkan sampai ke dalam hatinya.
Meraskaan kehangatan tubuh pria itu membuat ia semakin tak
dapat membendung tangisnya. Ia tak dapat mengehentikan air matanya. Ia tak bisa
membuat dirinya sendiri berhenti menangis. Bahkan saat pria itu memutar tubuhnya,
ia sama sekali tak menyadarinya. Yang ia tahu hanya kini ia telah berdiri
berhadapan dengan pria itu. Dengan pria itu yang menatapnya dengan hangat dan
lembut.
ākenapa kau menangis Yoong?ā Suara itu, suara yang berat
namun tetap lembut itu mengalun ke dalam telinganya. Dan hal tersebut membuat gadis
itu semakin tak dapat mengontrol tangisnya. Ia semakin terisak dan bahkan kini
ia menangis di dalam dekapan pria itu.
āYoona? kenapa? apakah ada yang salah? apakah kau tak menyukainya? apakah kau
membenci lilin-lilin ini? apakah ka-ā
āoppa maaf.. maaf...ā
Pria itu melepaskan rangkulannya. Ia menatap gadis itu lekat
dengan pandangan tak mengerti dengan ucapan gadis itu. Maaf? Untuk apa? Menurutnya
tak ada yang harus meminta maaf dan juga dimaafkan. Tapi kenapa gadis itu malah
mengatakan kata maaf padanya?
āYoong? sebenarnya ada apa? kenapa kau meminta maaf?ā
Gadis itu masih dengan terisak, membalas tatapan pria itu.
Ia menarik nafasnya dalam, berusaha untuk menghentikan tangisnya. Beberapa kali
ia menarik nafasnya dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya. Sampai akhirnya
isakannya terhenti dan gadis itu pun meraih tangan pria itu. Menggenggamnya
erat.
āaku tak tahu kenapa semua ini harus terjadi oppa. semua..
berita itu, hubungan kita..ā
Pria itu memicingkan matanya. Ucapan gadis di hadapannya itu
seperti mengingatkan ia akan suatu hal. Tapi apa?
āmaksud mu apa? oppa tak mengerti.ā
āaku tak tahu alasan kenapa perusahaan melakukan hal itu.
apakah salah jika publik tahu kalau aku dan oppa berpacaran? apakah salah jika
sampai hubungan kita diketahui oleh semua orang? apakah salah oppa?ā
Melihat gadis itu kembali terisak, pria itu langsung menarik
sang gadis ke dalam dekapannya. Membiarkan gadis itu menangis di dalam
dekapannya dan membasahi pakaiannya.
Kini ia tahu maksud ucapan gadis itu. Dan ia juga tahu
kenapa gadis itu menangis dan begitu emosional.
āaku tahu, aku terlalu pengecut untuk mengatakan tidak ketika
perusahaan berusaha untuk membuat skenario mengenai hubungan ku dengan Seunggi
oppa. padahal aku tahu kalau semua itu akan menyakiti mu oppa. tapi aku, aku
tak bisa mengatakannya. aku takut oppa. aku takut..ā
Pria itu tak sanggup lagi untuk mendengarnya. Luka yang
sebelumnya mulai membaik kini kembali memburuk setelah disirami oleh cairan
garam yang membuat luka itu kembali menganga, itulah gambaran bagaimana
perasaannya saat itu. Saat ia mendengar penuturan gadis itu. Saat penuturan itu
membawanya kembali ke saat dimana media tahu bahwa gadisnya itu adalah kekasih
seseorang bernama Seunggi.
Ia tahu bahwa semua yang terjadi saat itu bukanlah salah
gadisnya maupun pria bernama Seunggi itu. Tapi ia juga bukanlah pria naif yang tak
merasa tersakiti oleh berita itu. Berita yang telah membuat hatinya remuk dan
seakan ia kehilangan sebaigan dari kehidupannya.
āDonghae oppa.. maaf. maaf karena aku semua ini terjadi. maaf
atas kebodohan ku yang membuat kita menjadi seperti ini. maaf-ā
Pria itu menautkan bibirnya pada bibir gadis itu. Sudah
cukup baginya untuk mendengar hal-hal yang dapat membuatnya kembali ke masa
kelamnya itu. Ia tak mau lagi mendengar apa pun dari mulut gadis itu mengenai
masa lalu yang telah ia coba kubur dalam-dalam. Ia tak ingin membuka luka lama
itu dan membuat luka baru untuk kehidupannya kelak.
Tak lama pria itu menautkan bibirnya pada bibir gadis itu,
karena setelahnya ia menjauhkan wajahnya dari wajah gadis itu. Ia menatap manik
gadis itu lekat dan menggenggam tangannya erat. Tatapan yang tajam namun terasa
begitu hangat hingga mampu membuat gadis itu merasakan rasa nyaman tiap kali
matanya bertemu pandangan dengan mata pria itu.
āapa yang sudah terjadi, biarlah. kau tak usah mengingatnya
lagi Yoong. dan kau juga tak perlu meminta maaf untuk hal yang bukan kesalahan
mu. oppa tahu kalau semua itu bukanlah keinginan mu. dan oppa juga tak perduli
jika yang diketahui dunia adalah kau kekasih pria lain dan bukan oppa. oppa juga
tak perduli dengan skenario yang dibuat oleh perusahaan. yang terpenting adalah
bagaimana kita menjalani hubungan ini Yoong. kita.. aku dan kau. Lee Donghae
dan Im Yoon Ah. tidak lebih dan tidak kurang..ā
Pria itu menjeda ucapannya. Ia melepaskan genggaman
tangannya dan kemudian menangkup wajah gadis itu.
ākarena cinta sejati tak butuh pengakuan dari orang banyak. cinta
sejati hanya butuh kepercayaan dari pasangan itu sendiri. jadi berhenti
menyalahkan diri mu atas kejadian itu dan anggap semua yang terjadi hanyalah buah
tidur yang akan membuat hubungan kita ini menjadi lebih baik lagi. mengerti?ā
Pria itu menyelesaikan ucapannya dengan tersenyum bak
malaikat yang baru saja turun dari kayangan. Begitu hangat dan manis. Senyum yang
berhasil membuat gadis itu ikut mengulas senyum pada bibirnya dan menganggukan
kepalanya, mengiyakan ucapan pria itu.
Masih dengan mengulas senyum pada bibir masing-masing, wajah
mereka kian mendekat dan menghapus jarak yang ada. Perlahan, hingga akhirnya
bibir mereka kembali bertaut. Tak ada yang mendominasi, tak ada pertukaran
saliva, tak ada decakan, tak ada hal apa pun selain hanya menempelkan bibir
mereka tanpa ada niatan untuk melakukan hal yang lebih dalam lagi.
Malam itu, langit memang gelap dengan tanpa bintang yang
bersinar di sana. Angin juga berhembus cukup kencang yang membuat dahan-dahan
pohon berayun tak menentu. Tapi lilin-lilin yang menerangi jalan setapak itu
sudah cukup untuk memberikan cahaya penerang untuk sepasang kekasih itu. Dan pohon-pohon
besar ayng berada di sekitar mereka juga sudah cukup untuk menjadi saksi bisu
bagaimana kuatnya cinta yang mereka miliki. Tak perduli sebesar apa badai yang
menghadang perjalanan asmara mereka, karena cinta yang mereka miliki sudah
cukup untuk membuat mereka tetap bersama dalam melewati badai tersebut.
E N D
oke.. aku tau ini aneh. manis enggak. romantis enggak. sedih juga enggak. tapi yasudahlah ya... inilah karya ku jadi walaupun absurd aku harus bisa terima ini mweheheh *sok bijak*.
jujur ide ini tiba-tiba aja muncul di tengah krisis tanpa laptop dan juga krisis ide untuk nyelesain TIME yang udah apa kabar di sana. abis itu projek baru yang bisa dibilang ngejerk *lagi-lagi...-_-*, terus yang terakhir adalah dua fanfic challange yang super banget deh. entahlah gimana semua itu bisa rampung di masa liburan ini. doakan saja semoga aku bisa mewujudkannya sebelum masa perkuliahan yang super duper lebih absurd dari fanfict ini balik lagi, dan juga sebelum aku ketemu sama abang cadok yang bisa aja buat aku mau bikin fanfic soal dia.
kayaknya aku harus pergi. ini udah cukup melelahkan.. semoga walaupun absurd dan gak terstruktur, kalian tetep bisa menikmati karya ku ini. ohya satu lagi, yang paling penting. semoga enggak ada bash setelah kalian baca ini. semoga kalian bisa bijak dalam menanggapi karya ku ini.
oke deh sampai jumpa dan bye.....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
oke deh sampai jumpa dan bye.....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
Thor ditunggu yah yang cast nya hyojin hhehehe mereka lucu banget.. Pasangan ababil.. ššš aku juga bingung thor ff ini.. Tapi tak apa thor terus semangat membuat ffnya.. šš
ReplyDeleteYang castnya hyojin udah aku kasih tau ke author salsa.. ditunggu aja ya, semoga bisa cepet rampung.
DeleteUntuk ff ini, sebenernya ini cuma curahan hati aku sebagai seorang pyro. Nah.. biar kamu enggak bingung, coba buka link yang aku cantumin di atas. Soalnya itu juga yang mendasari aku untuk buat ff ini.
Btw.. makasih ya udah sempetin bacan. Ne.. semangat!!š