The Unpredictable Heart Attack 1 of 2
cast:
Kim Jong In <> Kim Hye Ra <> Jung Daehyun
genre:
school life, romance, little bit abusive
o O O O o
Mengisi waktu lenggang dengan bersantai memang dambaan bagi siapa
pun. Apa lagi jika dilakukan untuk mengurangi kadar stress setelah seharian
beraktivitas. Sungguh kesenangan seperti itu bisa membuat kita merasa berada di
dunia yang lain.
Dan hal itulah yang tengah dilakukan oleh seorang gadis berambut
hitam, yang tengah duduk sendiri di ruangan besar yang penerangannya tak
terlalu baik. Penarangannya tak baik bukan karena ruangan itu tempat hiburan
malam yang hanya diterangi oleh beberapa lampu dengan watt yang kecil, tetapi itu
karena sang gadis yang hanya menyalakan lampu pada bagian depan saja. Sedangkan
dia duduk dipinggir ruangan yang kurang terjamah oleh cahaya lampu.
Sejenak sang gadis mengalihkan pandangannya dari layar datar -yang
terus dipandanginya sejak beberapa saat yang lalu- saat suara decitan pintu
menggema keseluruh seluk ruangan itu. Namun tak lama, gadis itu kembali
memalingkan pandangannya.
āckck apakah kau tak bosan, eo?ā Tegur seseorang yang tadi baru
saja masuk. Ia menarik salah satu kursi dan mendudukinya di samping gadis yang
tak merespon kedatangannya.
Sosok itu menghela nafas kasar. Ia seperti kehabisan kata-kata
-walau dalam nyatanya ia baru berbicara beberapa patah kata saja- saat gadis di
sampingnya tak juga merespon kehadirannya.
Sesaat, sesuatu melintas dipikirannya. Membuat sebuah lengkungan
kelicikan terpatri pada wajah bulatnya. āah~ aku tahu. kau pasti akan berhenti
saat Jong In sunbea yang menegur mu, iya kan?ā
Spontan gadis berambut hitam legam itu menoleh pada lawan
bicaranya. Ia terlihat begitu terkejut sekaligus kesal.
āapa yang kau katakan? aku? YA! kau gila? apakah kau lupa ingatan?
ha?!ā Maki gadis itu. Namun sosok tadi hanya tersenyum -menahan tawanya yang
ingin meledak-, membuat gadis itu naik pitam.
ājinjjayo? bukankah kau me...........ā
āsudah ku katakan kan, kalau aku TAK ME-NYU-KAI JONG IN SUN-BEA!!ā
Tekan gadis itu.
āeo lalu bagaimana dengan berita yang terseba-ā
āyak! bukankah itu ulah mu?! kau kan yang membuat gosip murahan itu!!!ā
Selak sang gadis saat ia merasa bahwa lawan bicaranya akan mengatakan sesuatu
yang tak sesuai dengan kenyataan.
Dan untuk kesekian kalinya, sang lawan bicara mencoba untuk
menahan tawanya. Namun gagal dan berakhir pada tawa menyakitkan bagi sosok gadis
itu.
āyak Shin Hyejin! berhenti tertawa!!!ā Hardik sang gadis, dan
bersamaan dengan itu pintu ruangan yang awalnya tertutup tiba-tiba terbuka.
Menampakan wajah-wajah keterkejutan yang sangat kentara dari orang-orang yang
baru saja membuka pintu tersebut.
āapa yang terjadi? kenapa kau berteriak Kim Hye Ra?!ā Tanya sosok
gadis yang berdiri dipaling depan deretan orang yang baru memasuki ruangan.
āHye Ra menyukai Jong In sunbea, Minyoung sunbea.ā Celetuk Hyejin
disela tawanya. Dan hal itu langsung membuat Hye Ra mengutuki Hyejin dan juga
merutuki dirinya sendiri. Oh ayolah, coba kalian pikirkan, andai saja kalian
berada diposisi Hye Ra saat itu. Apakah kalian tak akan melakukan hal yang
sama? Terlebih jika sosok yang berkaitan juga berada di antara deretan
orang-orang itu.
āannie sunbea. aku tak mengatakan apa pun. perempuan ini hanya-ā
ātak usah mengelak Hye Ra-aa, seluruh murid di sekolah ini sudah tahu
kalau kau menyukai Jong In.ā Selak gadis berambut coklat yang berdiri tepat
diambang pintu. Gadis itu melirik singkat pada seorang laki-laki yang berdiri
tak terlalu jauh dari dirinya.
āJong In-ah, kau dengarkan. Hye Ra menyukai mu.ā Bisik gadis itu,
tapi tetap saja dengan volume yang cukup untuk didengar oleh orang lain yang
berada di dekatnya.
āHyo sunbea!!ā Seru Hye Ra seketika. Ia kini benar-benar mengutuk
seorang Shin Hyejin. Karena gadis itu kesialan akan datang kepadanya.
Sementara Hye Ra sibuk menyumpah serapahkan Hyejin, sosok-sosok
yang masih berdiri di depan pintu kini tengah sibuk tertawa -terkecuali sosok
bernama Jong In-. Senang atas penderitaan yang tengah melanda Hye Ra.
āsudah. lebih baik sekarang kita mulai rapat kita.ā Ujar Miyoung
sembari berjalan menuju kursi paling depan. Walaupun nyatanya ia masih ingin
tertawa, tetapi melihat bagaimana raut Hye Ra, membuat rasa keibaannya tergugah
hingga memutuskan untuk memulai rapat. Terlebih Hye Ra tak hanya bawahannya
dikeorganisasian, tetapi Hye Ra juga merupakan sepupunya. Yang tinggal satu
atap dengan dirinya.
Seluruh anggota organisasi langsung berhambur menempati tempat
mereka masing-masing. Dan tak lama, Miyoung memulai rapat mereka.
āmengenai acara tahunan sekolah. apakah kalian telah membuat demo
untuk setiap kegiatan yang akan diadakan pada acara tersebut?ā Tanya Miyoung
mengawali rapat kali itu.
Sesaat ruang rapat itu bagaikan tempat pemakaman yang sepi sekali
dari suara. Namun selang beberapa detik kemudian, seorang laki-laki berdiri
memecahkan keheningan.
āya, kebutulan aku baru menyelesaikan demo untuk dance competition
dan pemilihan āKing & Queenā
dance. apakah kalian ingin melihatnya? sekaligus memberikan masukan untuk video
demo ini?ā Tawar laki-laki itu pada seluruh jajaran anggota organisasi, yang
langsung mendapat anggukan persetujuan. Dengan senang hati laki-laki itu
berjalan menuju meja paling depan dengan membawa laptop berwarna putih
miliknya.
Sementara itu, Hye Ra masih saja merundukan kepalanya. Ia masih
merasa tak memiliki muka setelah ucapan yang dilontarkan Hyejin tadi.
ābaiklah, aku akan memulai video-nya.ā Ucap laki-laki tadi dan
bertepatan dengan itu lampu-lampu di ruangan tersebut menjadi redup.
Video itu mulai berputar, menunjukan wajah-wajah orang yang tengah
meliukan tubuh mereka tanpa mengenal lelah. Mereka dengan percaya dirinya
menunjukan seluruh kemampuan yang dimiliki di depan kamera yang tengah merekam
mereka. Dan tepat saat video itu menunjukan penampilan sosok laki-laki yang
duduk berhadapan dengan Hye Ra, seluruh mata anggota organisasi langsung
berpaling dan menatap Hye Ra yang masih menundukan kepalanya.
āHye Ra-ah, coba angkat kepalamu dan lihat video itu.ā Tegur salah
seorang gadis yang duduk disamping Miyoung.
āne lihat video itu.ā Ucap Hyejin sembari menyikut lengan Hye Ra.
āah~ aku tahu, kau pasti lebih memilih melihat Jong In yang ada di
depanmu dibandingkan Jong In yang ada divideo ini kan?ā Ujar laki-laki pemilik
laptop berwarna putih itu yang berhasil membuat Hye Ra mengangkat kepalanya
sesaat, dan kembali menundukannya saat melihat laki-laki yang duduk
dihadapannya.
āaaaggghhh~ bodoh. bodoh.ā Batinnya.
o O O O o
Hye Ra merebahkan tubuhnya di atas ranjang setelah mengunci pintu
kamar dan menghidupkan musik. Rasa lelah membuat tubuhnya seperti melayang atau
bahkan tak bertulang. Ia merentangkan tangannya, memejamkan mata berharap ia
akan tertidur, ya setidaknya untuk mengistirahatkan otaknya walau hanya
beberapa saat saja.
Namun rentetan kejadian yang membuatnya terasa sepeti terbakar di pinggir
tebing membuat otaknya tak dapat berhenti bekerja. Oh ayolah.. ia hanya gadis
normal yang hanya menginginkan kehidupan sekolahnya juga normal. Bukannya
diterpa isu dengan salah satu senior favorit sekolah hingga membuat ia juga
menjadi pusat perhatian bagi seluruh murid sekolah, terutama murid perempuan.
Hye Ra mengacak rambutnya begitu frustasi. āini semua karena Shin
Hyejin. gadis menyebalkan itu-lah biang kerok dari semua isu tak bertuan
itu!!!!ā
o O O O o
Langit hitam telah berganti warna menjadi kebiruan yang ditemani
dengan nyanyian merdu dari para burung. Sang pemilik cahaya terbesar pun juga
ikut muncul bersamaan dengan perubahan warna langit. Begitupun dengan Hye Ra,
ia telah terjaga sejak burung yang hinggap pada pohon di luar kamarnya
bersenandung untuk yang pertama kali.
Tanpa membiarkan banyak waktu yang terbuang, Hye Ra langsung
merapihkan perlengkapan sekolahnya setelah ia keluar dari kamar mandi.
Memasukan buku-buku pelajarannya, dan tak ketinggalan satu buah folder besar
yang telah diisi dengan kertas-kertas putih, dan juga seperangkat alat tulis
dan gambar. Dan tak lupa, ia juga merapihkan penampilannya sebelum beranjak
pergi.
Dengan cepat Hye Ra berjalan menuruni tangga. Dan kembali bergerak
cepat menuju keluar rumah, dengan harapan Miyoung -kakak sepupunya- tak
menyadari kepergiannya. Masa bodoh dengan bagaimana saudaranya itu berangkat.
Yang jelas ia harus sampai di sekolah sebelum kumpulan orang-orang tenar di
sekolahnya datang. Bisa gawat jika saat ia datang orang-orang itu telah berada
di sana. Tepatnya di depan pintu koridor, tempat yang selalu mereka gunakan
untuk menunggu bell masuk berbunyi. Aneh? Gila? Ya.. begitulah orang-orang itu.
Supir yang biasa mengantar kedua saudara itu terlihat bingung
manakala hanya Hye Ra saja yang masuk ke dalam mobil. Namun bukan Hye Ra
namanya bila tak memiliki beribu macam cara untuk melaksanakan aksinya. Dan
pada akhirnya, supir itu segera melajukan mobilnya menuju sekolah dimana Hye Ra
harus segera berada.
Hye Ra mengeluarkan foldernya dan juga beberapa alat tulis dari
dalam tas. Ia berencana untuk setidaknya membuat sedikit sketsa atau tidak
menemukan tema untuk tugasnya dikeorganisasian. Namun sayangnya selama mobil
yang ditumpanginya melaju, tak ada satu pun garis yang tergambar difoldernya.
Bahkan ide sekali pun belum ia dapatkan sampai mobil itu berhenti di area parkir
di depan pintu koridor sekolahnya.
Hye Ra menghela nafasnya. Ternyata menemukan sebuah ide tak
semudah yang ia bayangkan. Dan dengan gerakan cepat, ia kembali memasukan
folder serta berbagai macam benda yang tadi ia keluarkan ke dalam tas. Dan setelah
itu tangannya hendak membuka pintu, tapi urung ia lakukan ketika retinanya
menangkap bayangan yang sangat ia hindari.
Senior-senior yang digilai oleh hampir seluruh siswi di sekolahnya
telah berdiri di tempat yang mau tak mau pasti ia lewati. Apakah perlu ia
sebutkan siapa saja yang berdiri disana? Oh ayolah.. untuk mengingat serta
menjelaskan mereka tak membutuhkan waktu yang lama. Mulai dari dua orang
tertinggi disana, Choi Minho dan Kris Wu. Mereka sangat digilai karena mahir
dalam olah raga. Lalu Kim Kibum dan Kim Minseok, kedua laki-laki itu yang
paling mahir dalam ilmu bela diri. Dan jangan lupakan sosok yang paling
dihindari Hye Ra, Kim Jong In dan juga teman satu clubnya Lee Taemin. Entah
terbuat dari apa tubuh mereka hingga mampu meliuk-liukan tubuh dengan durasi
waktu yang cukup lama. Dan tak ketinggalan Xi Luhan dan Oh Sehun, pembawaan
mereka yang tenang juga berhasil membuat kedua laki-laki itu berada dijajaran
yang sama dengan keenam teman mereka.
Saat ia tengah mengamati kedelapan orang itu, matanya tak sengaja
menangkap siluet tubuh seorang gadis yang sangat ia kenali. Dan saat pemilik
siluet itu benar-benar muncul, Hye Ra tak mampu menutupi keterkejutannya. Shin
Hyejin. Gadis itu juga tengah berada di antara kumpulan orang-orang itu. Hye Ra
mendecak. Ia tak habis pikir dengan temannya yang satu itu. Untuk apa ia berada
di sana?? Tapi persetan dengan alasan gadis itu yang ikut berkumpul di sana,
yang membuatnya menjadi bingung kini adalah.......
Apa yang harus ia lakukan agar bisa masuk dalam keadaan baik-baik
saja. Terlebih di sana sudah bergabung gadis menyebalkan yang menyebarkan isu
mengenai dirinya yang menyukai Jong In.
Hye Ra melirik sekilas pada jam tangan putih yang terikat
dipergelangan tangannya. Pukul enam lebih lima, dan Miyoung masih berada di
rumah. Hye Ra kembali menghela nafasnya. Dan dengan berat hati ia turun dari
mobil, dan membiarkan mobil itu kembali melaju guna menjemput kakak sepupunya.
Tepat saat mobil itu telah melaju pergi, Hye Ra menatap kearah
pintu koridor. Ia perhatikan setiap lekuk pintu itu. Mencari celah yang bisa ia
lalui dengan selamat. Namun selama apapun ia mencoba mencarinya, pintu itu
tetaplah sebuah benda berbentuk persegi panjang yang terbuat dari besi dengan
berbagai ukuran yang terpasang pada tembok sisi kanan, kiri, dan atasnya. Tak
ada celah sekecil apapun di sana.
Dan untuk kesekian kalinya nafasnya terhembus. Lebih tepatnya
nafas putus asa dan menyerah. Entahlah, otaknya sudah tak mampu lagi memikirkan
apa yang akan menimpanya saat ia hendak melewati pintu itu dan bertemu dengan
senior-senior tenar itu dan tak ketinggalan gadis mungil bernama Shin Hyejin.
Masih dengan memandangi kumpulan orang-orang itu dan juga pintu
koridor, Hye Ra mulai melangkahkan kakinya. Mencoba sebisa mungkin untuk
terlihat biasa-biasa saja. Tapi nampaknya usahanya tak membuahkan hasil apapun,
karena tepat saat ia akan melewati kerumunan orang-orang itu, namanya dipanggil
oleh seorang gadis yang sangat diyakini adalah Hyejin.
Hye Ra merundukan badan memberikan salam kepada senior-seniornya
itu. Seakan dewa kematian tengah berdiri di belakangnya, kini tubuhnya terasa
seperti terbakar. Tanganya berkeringat dan ia sulit untuk menelan salivanya
sendiri. Dan keadaan tubuhnya semakin memburuk manakala sosok Jong In malah
melangkah maju mendekati dirinya. Kontan tubuhnya menegang seketika.
āapakah kau telah mengerjakan tugas keorganisasian?ā
ābelum sunbea, aku akan mengerjakannya sekarang. kalau begitu aku
ke kelas dulu. annyeong.ā Hye Ra buru-buru melangkah pergi dari tempat itu.
Membiarkan tatapan aneh dari senior-seniornya menatap kepergiannya.
o O O O o
Hye Ra melangkahkan kakinya mencari tempat yang paling nyaman guna
mengerjakan tugas yang diberikan Miyoung kemarin saat rapat. Setelah bell
istirahat berbunyi, gadis itu langsung melesat pergi meninggalkan kelasnya
menuju rooftop sekolah -tempat yang selalu memberikan ketenangan padanya-. Hye
Ra masih mengedarkan matanya, dan pada akhirnya ia memutuskan untuk memilih
bagian samping kanan rooftop. Bagian yang tak memiliki perbedaan apapun dengan
bagian lain, tapi entahlah. Mungkin jika ia duduk di sana, ia akan mendapatkan
banyak inspirasi untuk tugasnya.
Hye Ra membuka foldernya. Mengeluarkan satu buah pensil beserta
penghapusnya. Sejenak ia pejamkan matanya. Masih mencoba mencari ide untuk
tugasnya.
āah..ā Hye Ra membuka mata dan menjentikan jarinya. Ia tersenyum sebelum
kembali berkata ākenapa tak terpikirkan olehku sebelumnya.ā
Ia mulai menggerakan pensilnya. Menorehkan berbagai macam garis di
atas kertas putih itu. Menyatukan garis-garis tersebut hingga lambat laun garis
itu berubah menjadi bentuk yang sebelumnya tergambar diotaknya.
āah.. akhirnya.ā Hye Ra mengangkat folder itu. Menyejajarkannya
dengan matanya.
āini memuaskan. setidaknya aku hanya tinggal memberikan warna pada
bagian-bagian yang penting.ā Sambungnya.
Hye Ra kembali meletakan pensilnya. Beralih meraih satu kotak
berukuran sedang berisi alat-alat pewarna yang biasa dipakainya. Ia keluarkan
beberapa warna yang akan ia gunakan untuk menghias beberapa bagian dari gambar
yang dibuatnya.
Setelah memilah warna-warna apa saja yang akan ia gunakan,
perlahan jari jemarinya mulai tergerak menuangkan tinta-tinta berwarna itu di atas
bagian-bagian sketsanya. Mulai dari warna merah, biru, sampai hitam. Semua itu
mulai memenuhi tempat-tempat kosong yang sengaja dibuat oleh Hye Ra.
Hingga yang terakhir adalah pewarna bewarna perak yang mulai ia
tuangkan diatas kertas yang sudah tidak putih lagi.
āternyata kau memang berada di sini.ā
Hye Ra menghentikan aktivitasnya saat tiba-tiba saja ia mendengar
seseorang mengajaknya berbicara. Ia angkat kepalanya melihat pada sosok yang
telah berdiri tepat di depannya.
āDaehyun..ā
o O O O o
Teriknya mentari hari itu membuat siang yang melelahkan semakin
bertambah melelahkan bagi sebagian besar penghuni bangunan bertingkat berwarna
coklat itu. Setiap ruangan yang ditempati oleh hampir tiga puluh siswa itu
sudah terlihat tak bersemangat dalam aktivitas mereka sejak bell pertanda jam
istirahat berakhir menggema keseluruh penjuru bangunan.
Dan Hye Ra adalah salah satu dari sebagian besar penghuni bangunan
itu yang mulai kehabisan tenaganya untuk melanjutkan aktivitasnya. Sejak
pelajaran terakhir dimulai, ia telah mempersiapkan tangannya sebagai alat
penopang kepala jika nanti ia sudah tak mampu lagi untuk memperhatiakan sosok
laki-laki paruh baya yang tengah menjelaskan pelajaran di depan. Dan saat bell
nyaring pertanda seluruh kegiatan belajar mengajar berakhir berbunyi, Hye Ra
dengan cepat mengangkat kepalanya dan dengan cepat pula memasukan seluruh alat
tulis dan juga bukunya ke dalam tas.
āHye Ra-aa..ā
Hye Ra mengangkat kepalanya. Melihat sosok yang tengah berjalan
kearahnya.
āeo Daehyun-ah. wae?ā Tanya nya sembari kembali merapihkan
buku-buku miliknya.
āJong In mencarimu. kau diminta untuk menemuinya di ruang latihan
dance khusus sekarang.ā
Sontak Hye Ra menghentikan aktivitasnya. Menatap laki-laki bernama
Daehyun itu dengan terkejut. Jong In? Mencarinya? Dan ruang latihan khusus?
Apakah laki-laki itu bercanda? Apakah ucapannya hanya sebuah lelucon? Jika ia,
itu sama sekali tak lucu!
ākau tak sedang bercandakan? memangnya untuk apa aku kesana?ā
Tanya Hye Ra pada akhirnya. Sebisa mungkin ia tak menunjukan sesuatu yang
mencurigakan dihadapan laki-laki itu.
āannie, aku serius. tadi ia sendiri yang mengatakannya padaku.
katanya kau harus menyerahkan tugas keorganisasian. entahlah, aku tak
mendengarnya dengan jelas.ā
Hye Ra kembali diam. Tugas keorganisasian? Ya ia tahu dan sangat
tahu kalau Jong In merupakan partnernya dalam tugas yang diberikan Miyoung
kemarin padanya. Tapi siapa dia? Dia hanya seorang senior biasa yang memiliki
kedudukan yang sama dengannya dikeorganisasian. Jadi sebenarnya ia tak berhak
memerintah Hye Ra untuk datang menemuinya. Jikapun ia membutuhkan tugas itu,
kenapa tidak ia saja yang datang?!
āem Daehyun-ah, setelah ini kau akan kemana?ā
Daehyun menautkan alisnya. Merasa aneh atas pertanyaan yang baru
saja terlontar dari bibir gadis dihadapannya.
āmenemui Yoon saem, la-ā
āapakah kau akan menemui Taemin sunbea? jika ia tolong sekalian
berikan tugasku ini pada Jong In sunbea.ā Pinta Hye Ra. Ia menggenggam tangan
laki-laki itu. Memasang wajah penuh harap, berharap laki-laki itu merasa iba
dan mau menolongnya.
āem.. baiklah. tapi jika ia tidak-ā
āpasti mereka tengah berkumpul. kau kan tahu sendiri bagaimana
kelompok senior itu.ā
o O O O o
Hentakan musik menjadi backsound dari perbincangan sekelompok
laki-laki muda nan tampan yang tengah berkumpul. Candaan-candaan yang mereka
lontarkan membuat mereka semakin terhanyut di dalam dunia mereka sendiri.
Hingga tiba-tiba saja pintu berwarna coklat yang awalnya tertutup kini terbuka.
Menampakan sosok laki-laki yang tengah membawa dua map berwarna merah
ditangannya.
āTaemin-ah, ini data dari Yoon saem.ā Ujar laki-laki itu sembari
menyerahkan salah satu map yang dibawanya pada sosok laki-laki bernama Taemin.
āne gomawo Daehyun-ah.ā Balas laki-laki itu sembari meraih map
merah yang diberikan Daehyun padanya.
āoh iya, ada satu lagi.ā Daehyun membuka tasnya. Mengambil satu
buah folder berwarna biru langit dari sana.
ātadi Hye Ra memintaku untuk memberikan tugas ini padamu Jong
In-ah.ā
Daehyun menyerahkan folder itu pada laki-laki yang tengah terduduk
dengan dua kancing teratas kemejanya yang tak terkancing. Laki-laki itu
mengambilnya. Membuka folder tersebut, dan melihat isinya.
ālalu dimana gadis itu?ā Tanya nya dengan masih membulak-balikan
tiap lembaran kertas di dalam folder itu.
ākatanya ia ada urusan lain, makanya ia memintaku untuk memberikan
folder itu padamu.ā Daehyun kembali menutup tasnya. Ia kenakan tas itu. Dan
berniat untuk pergi meninggalkan ruangan tersebut.
ākalau begiu aku pergi.ā Pamitnya. Ia segera melangkah menuju
pintu dan setelah itu tubuhnya menghilang bersamaan dengan pintu yang kembali
tertutup.
Ruangan itu tiba-tiba saja menjadi sunyi. Tak ada yang bersuara
setelah kepergian Daehyun dari sana. Semua tengah sibuk menatap Jong In yang
tengah terduduk dengan wajah yang begitu kesal.
ālalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?ā Tanya laki-laki dengan
kulit putih susunya yang duduk berseberangan dengan Jong In.
Jong In menutup folder itu kasar. Wajahnya yang kesal kini telah
berubah. Entah berubah menjadi apa. Air wajahnya sama sekali tak dapat
dijelaskan.
āapakah kau akan memperlakukannya seperti apa yang kau lakukan
pada gadis terdahulumu itu?ā Tanya sosok laki-laki tertinggi di sana.
āentahlah. mungkin aku akan menggunakan cara itu.ā
To Be Continued
hii guys.. i back again with something new. hope you enjoy and like this fic. the last part will be update soon.. so stay tuned. and by the way happy holiday guysss:)!!!
.....ź°ģ¬ķ©ėė¤ ^^
Comments
Post a Comment