Like The Drugs





Mark Tuan  <>  Hwang Jiyeong (oc)  <>  Zhang Yixing



Romance, University Life, Fluff, Smut





>>>   For 17+.. if you're not yet 17 years old, prepare yourself well before read it :)   <<<





o   O   O   O   o









Aku baru saja menggantung kembali handuk putih yang ku gunakan saat tiba-tiba saja suara wanita yang sangat ku cintai terdengar mengalun ke dalam telinga ku. Wanita itu memanggil nama ku dengan ketukan pelan pada pintu berwarna putih dengan corak garis di sana. Tanpa berpikir panjang, aku segera menghampiri pintu itu dan membukanya. Benar saja, begitu pintu putih itu terbuka, senyum manisnya telah kembali menyapa ku. Ya... memang sedikit berlebihan, tapi aku mengatakan ini dengan tulus dan tanpa ada maksud lain.


“ada apa bu?” Tanya ku pada wanita di hadapan ku ini.


“ada teman ibu dan ayah. kau pasti sangat senang jika melihatnya Jiyeongie..”


Sejenak aku menautkan alisku dan menatap wajah ibu ku penuh tanya. Teman mereka? Lalu kenapa aku yang akan senang?? Bukankah seharusnya mereka yang senang karena itu teman mereka.


“Jiyeong-ah.. kenapa kau diam? ayo kita turun..” Ibu mengguncang pundak ku saat aku tak kunjung menanggapi ucapannya.


“ah baik bu..”


Lantas, ku tutup pintu kamar ku dan berjalan mengikuti ibu yang telah terlebih dulu berjalan menuju ruang tengah. Selama menuruni anak tangga, aku masih terus berpikir tentang siapa teman dari ibu dan ayah ku yang akan membuat ku merasa senang. Tapi sampai pada anak tangga terakhir, aku tak kunjung tahu siapa mereka.


“Jiyeong-ah.. ayo.”


Ibu merangkul ku dan membuat kami melangkah beriringan. Aku terus melangkah dan juga terus memikirkan akan sosok-sosok tersebut. Namun hingga kami hampir sampai, aku belum juga dapat menebaknya hingga akhirnya aku memutuskan untuk berhenti menerka mengenai sosok-sosok orang tersebut.


Ibu melepaskan rangkulannya dan kemudian melangkah lebih dulu menuju ruang tengah. Aku yang masih berdiri terpaku di depan lemari besar pembatas antara ruang tengah dan koridor segera mengikuti ibu begitu wanita itu telah menghilang di balik lemari tersebut. Dan ketika aku telah mencapai ruangan tersebut, seketika mata ku mebulat dan tubuh ku bagaikan tersengat listrik begitu melihat siapa yang tengah bercengkrama dengan ayah ku di ruangan tersebut.


Apakah ini tidak salah?? Kenapa ada  pria itu di sini?? Apakah aku tengah bermimpi??? Ya ampun.. jika memang ini mimpi, bisakah aku terbangun sekarang juga?? Aku tak mau bermimpi seperti ini??!!


“Jiyeong.. hei kenapa kau diam di sana?? ayo duduk sini.”


Suara ayah berhasil menginterupsi otak ku serta menyadarkan ku dari lamunan singkat karena rasa terkejut yang menyerang ku begitu saja. Menyadari kebodohan yang baru saja aku lakukan, lantas aku segera menghampiri ayah dan duduk di sebelahnya.


“ini benar Jiyeong?? ya ampun.. kau telah tumbuh menajdi gadis yang sangat cantik.”


“iya, aku bahkan tak menyangka ia lebih tinggi dibandingkan kalian.”


“ya.. Jiyeong dan Jonghyun telah tumbuh melebihi apa yang kita perkirakan. mereka telah tumbuh lebih seperti nenek dan kakeknya dibandingkan kami orang tuanya.”


Orang-orang dewasa itu tertawa begitu mendengar penuturan ayah. Bahkan Jonghyun, kakak laki-laki ku ini juga ikut tertawa seakan apa yang diakatan oleh ayah tadi adalah lelucon. Sedangkan aku, aku masih terdiam dengan rasa bingung yang terus saja bertambah setiap kali mata ku menatap sosok pria yang tengah duduk di dekat sepasang wanita dan pria yang ku yakini sebagai teman dari kedua orang tua ku.


Aku terus saja menatap pria muda itu sampai pada akhirnya aku berpaling begitu pria itu kini menolehkan kepalanya ke arah ku. Sebisa mungkin aku mencoba untuk biasa saja. Mencoba untuk terlihat seperti aku terus saja memperhatikan para orang dewasa itu berbicara.


“oh iya Jiyeong-ah, apakah kau mengingat Mark? Mark, apakah kau mengingat Jiyeong??”


Wanita setengah baya yang duduk di depan ku ini menatap ku dan sosok pria muda yang ku yakini bernama Mark itu bergantian. Ia menatap pria muda itu dengan tatapan yang seakan mengharapkan anggukan kepala atau kata iya yang terlontar dari mulut pria itu. Dan begitu ia melihat anggukan kepala dari pria muda itu, senyumnya semakin merekah dan segera mengalihkan pandangannya pada ku. Ia menatap ku dengan tatapan penuh kasih seperti seorang ibu yang menatap anaknya.


Aku terdiam begitu sadar bahwa wanita setengah baya itu masih terus menatap ku dengan raut wajah yang perlahan berubah karena aku yang tak kunjung memberikan jawaban.


Apa yang harus aku katakan? Apakah aku harus mengatakan yang sebenarnya kalau aku tak mengingat pria itu? Tapi bagaimana cari mengatakannya?? Dan.. dan.. dan... kenapa harus pria itu??? Kenapa harus pria yang mendapat gelar sebagai pria tertampan di gabungan fakultas kesehatan?? Kenapa harus dia?? Kenapa harus pria yang seminggu lalu aku dan kakak ku tolong??? Kenapa???


“hei Hwang Jiyeong.. apakah kini kau sudah memilih melamun sebagai hobi mu?” Tegur Jonghyun pelan sembari menyikut lengan ku.


“ah.. mm... a-aku..... aa..”


“ah, kau pasti lupakan? tak apa Jiyeong-ah, bibi maklum karena terakhir kali kalian bertemu itu saat kau dan keluarga mu harus kembali ke Seoul. kalau tidak salah, saat Mark berulang tahun yang kelima. berarti.. itu tiga belas tahun yang lalu. pantas kau lupa...”


Mendengar penuturan wanita itu, rasa bersalah semakin memenuhi hati ku. Aku yang sebelumnya hanya terduduk malas, lantas segera menegakkan tubuh ku.


“maaf aku tak ingat.. tapi, mm.. tapi kami pernah bertemu. bahkan beberapa kali setiap kami harus belajar mata kuliah yang sama.”


Wanita itu nampak kembali ceria begitu mendengar penuturan ku. Senyumnya yang sempat hilang, kini kembali terpatri di wajahnya.


“jadi kalian..”


“iya, kami berada di universitas yang sama dan belajar bersama untuk beberapa mata ajar mengenai kesehatan.” Terang ku sebelum akhirnya pria itu membuka suaranya.


“dan Jiyeong serta Jonghyun lah yang menolong ku saat kecelakaan seminggu yang lalu.”


Penjelasan dari pria itu semakin menambah bibir wanita itu tertarik dan membentuk senyuman yang mengembang. Sampai pada akhirnya bibi Jung, asisten rumah tangga ku datang.


“maaf tuan nyonya,  ada tuan dan nyonya Zhang di depan.”


“oh benarkah?? kalau begitu persilahkan mereka masuk bi.” Perintah ibu ku yang kemudian beranjak dari duduknya.


“baik nyonya.” Ujar bibi Jung dengan mengangguk singkat.


Wanita itu lantas pergi meninggalkan ruang tengah guna mempersilahkan seseorang yang disebutnya sebagai tuan dan nyonya..... mmm... tuan dan nyonya.... Ah.. siapa pun mereka, aku tak peduli. Yang jelas aku ingin pertemuan ini segera berakhir dan pria ini beserta keluarganya pergi sebelum firasat buruk yang aku rasakan benar-benar akan terjadi.


“maaf kami terlambat.” Suara seorang wanita terdengar dan membuat seluruh penghuni di ruangan ini berlomba-lomba untuk melihatnya. Terkecuali aku yang sama sekali tak memiliki niatan untuk melihatnya, bahkan untuk menolehkan kepala saja aku malas.


“oh.. ya ampun. kau semakin cantik saja.” Puji ibu ku. Entahlah untuk siapa pujiannya itu ditujukan. Tapi sepertinya untuk seorang wanita yang tadi bibi Jung panggil sebagai nyonya nyonya itu.


“ah terima kasih. kau juga...”


Entah apa yang lucu dari kalimat-kalimat pujian yang terlontar dari mulut ibu ku, mulut ibu dari pria di depan ku ini, atau mulut wanita yang baru saja datang itu. Yang jelas, sampai dimana ibu mempersilahkan mereka untuk duduk, aku masih belum mengetahui pada bagian mana hal lucu dari kalimat-kalimat pujian itu hingga membuat ketiga wanita itu tertawa.


“apakah kalian sulit menemukan alamatnya?” Tanya ayah.


“ah tidak.. alamat mu mudah sekali ditemukan.”


Ayah dan ibu serta para orang dewasa lainnya masih sibuk berbincang. Sedangkan aku, aku masih sibuk memainkan kuku-kuku ku dan sama sekali tak memiliki niatan untuk memandang dan mengetahui siapa sosok-sosok yang baru saja datang itu. Sampai akhirnya, aku mengangkat kepala ku saat dimana ibu memperkenalkan sosok-sosok itu.


“Jiyeong-ah.. ini paman dan bibi Zhang. apakah kau ingat?”


Aku terdiam dan memperhatikan wajah keduanya. Hhhh... tapi sayangnya, aku juga tak ingat keduanya.


“ah.. mungkin kalau dia kau ingat. ini Yixing, kalian dulu sering bermain bersama..”



o O O O o



Ku tekan tombol on pada pemutar musik dan kemudian beranjak menaiki ranjang. Ku rebahkan tubuh ku sembari memeluk bantal kecil yang tergeletak di samping ku. Pertemuan antara kedua orang tua ku dan teman-temannya benar-benar membuat kepala ku terasa pening. Rasanya otak ku menegang dan kemudian berdenyut kencang seperti jantung seorang atlet yang beru saja berlari mengitari lapangan sepuluh kali.


Pertemuan itu bahkan membuat aku terlihat seperti orang bodoh yang tak mempunyai ingatan yang baik. Semua yang datang mengatakan bahwa aku, Mark, serta Yixing telah bersama sejak kecil. Bahkan mereka mengatakan bahwa tanggal ulang tahun ku, Mark serta Yixing sama, dan umur kami hanya terpaut dua bulan saja. Tapi sayangnya, aku sama sekali tak mengingat semua itu. Aku hanya ingat kalau kami belajar di universitas yang sama dan kami sama-sama mempelajari mengenai kesehatan. Hanya itu. Selebihnya aku tak mengingatnya.


Aku menghela nafas ku. Rasanya ingin sekali mengatakan pada semua orang yang berada di ruangan itu kalau aku tak mengingat segala sesuatu yan mereka ceritakan. Entah itu tentang aku, Mark, dan Yixing yang sering bermain bersama, atau kami yang tidur bersama karena kelelahan, atau aku yang menangis dan Yixing yang mencium pipi ku. Semua itu.. aku tak mengingatnya! Aku sama sekali tak dapat mengingat setiap kejadian yang mereka ceritakan tadi. Yang ada di pikiran ku saat itu adalah pergi meninggalkan ruang tengah dan segera menenggelamkan diri di antara bantal-bantal serta guling di atas ranjang ini.


Dan sampai saat ini, tak ada satu pun ingatan akan kejadian itu yang muncul di pikiran ku. Tidak ada!


Aku kembali menghela nafas. Rasanya ingin sekali berteriak atau bahkan, jika tubuh manusia seperti tubuh boneka yang dapat dibongkar dan kemudian dipasang kembali, aku akan melepaskan otak ku dan menyimpannya sejenak untuk mengurangi rasa sakit akibat denyutan yang timbul.


Aku benar-benar tak mengerti, mengapa semua ini dapat terjadi? Dipertemukan dengan sosok Mark dan Yixing di rumah ini setelah setiap harinya kami bertemu untuk menuntut ilmu, dengan keadaan dimana mereka merupakan anak dari teman kedua orang tua ku. Hah masalahnya bukan anak dari teman kedua orang tua ku, tapi mereka merupakan teman masa kecil ku seperti apa yang tadi ibu ku dan teman-temannya ceritakan.


Lagi-lagi aku menghela nafas. Rasanya dada ini terlalu sesak jika aku tak menghembuskan udara hasil metabolisme tubuh ini. Berharap dengan terbuangnya zat berbahaya itu dari dalam tubuh dapat membantu untuk menghilangkan rasa sakit di kepala ku ini.



o O O O o



Hari berlalu seperti tak mengenal istirahat. Berganti tiap harinya dengan begitu cepat hingga membuat ku berpikir tak akan ada hari untuk aku bernafas dengan sedikit tenang. Sejak pertemuan malam itu semua kehidupan ku berubah bak aliran lahar dingin gunung meletus. Semua perubahan itu terjadi dimulai dari sosok Mark yang entah menyebutnya apa, yang jelas sejak hari menyebalkan itu, pria itu sering menghubungi ibu dan mengatakan akan menjemput ku untuk berangkat bersama.


Dan kegilaan-kegilaan lain seperti memanggil ku dan merangkul pundak ku saat ia tengah dihadapkan pada seorang gadis yang tengah menyatakan perasaannya, atau mengajak aku dan Yixing untuk jalan bersama, mungkin untuk yang satu ini tak terlalu buruk. Ya.. setidaknya, walaupun aku pergi bersama dengan kedua pria yang masih berusaha untuk mengingatkan ku akan kejadian-kejadian masa kecil yang kami lalui bersama, aku masih tetap dapat merasakan yang namanya senang dan melupakan sejenak saat-saat menyebalkan bersama dengan mereka.


Dan dengan berjalannya waktu pula, aku dapat memahami makna kalimat yang waktu itu Minhyo ungkapkan pada ku saat malam setelah pertemuan pertama itu. Semakin kau menolak, akan semakin mudah mereka mengendalikan diri mu. Semakin kau mencoba untuk menjauhi mereka, semakin mudah pula untuk mereka membuat mu mendekat. Yah... itulah yang kini terjadi. Aku.. Hwang Jiyeong. Gadis berusia dua puluh tahun yang sebelumnya sangat enggan untuk berhubungan dengan sosok Mark Tuan dan juga Zhang Yixing, kini malah dengan senangnya berjalan beriringan bersama mereka sembari melempar lelucon di sepanjang jalan menuju ruang kelas kami masing-masing.


Bahkan tak hanya itu saja. Aku kini telah mengenal sosok gadis bernama Song Jung Ra yang tengah menuntut ilmu di salah satu universitas terbaik di Busan. Seorang gadis yang secara tidak langsung telah diklaim sebagai milik Yixing untuk lebih dari tiga tahun. Ya.. gadis itu merupakan kekasih Yixing. Hubungan mereka begitu harmonis walaupun kini mereka harus dipisahkan oleh jarak.


Dan kini di sinilah aku sekarang. Di ruang baca perpustakaan dengan gadget kesayanagn ku serta satu buah headset hanya untuk menunggu sosok Mark dan juga Yixing yang harus menyelesaikan kelas mereka masing-masing. Aku memutuskan untuk menunggu mereka di perpustakaan untuk mencari tempat terbaik dalam menyelesaikan kewajiban ku menonton drama yang sempat tertinggal karena terlalu disibukan dengan tugas-tugas dari para dosen yang menyebalkan itu.


Adegan tiap adegan terputar dengan aku yang terus tersenyum setiap kali saat-saat lucu atau manis mulai ditunjukan. Dan untungnya, seluruh meja baca di ruangan ini memiliki sekat sehingga aku dapat menyembunyikan wajah ku hingga orang lain tak dapat melihatnya. Namun di tengah-tengah, nafas ku mulai tercekat begitu kedua pemain tersebut tengah berada di suatu kondisi yang ku yakini akan berakhir dengan ciuman panas atau ciuman yang memakan waktu yang cukup lama atau hal-hal yang ya..... seperti itu.


Dan benar saja. Tak lama setelah aku menahan nafas ku, kedua pemain itu mulai saling menempelkan bibir mereka dan terjadilah pentautan yang cukup membuat ku menundukan kepala sejenak dan menarik nafas ku dalam-dalam. Tak ku pungkiri bahwa drama yang ku tonton ini memiliki adegan yang cukup membuat siapa pun iri karena kedua pemainnya beberapa kali harus berbagi ciuman dengan mesranya. Tapi tujuan ku menonton drama ini bukan untuk menikmati setiap detik saat mereka berciuman, tetapi karena drama ini begitu booming dan mendapatkan ratting terbaik karena jalan ceritanya yang begitu menyayat hati dan mengandung banyak filosofi kehidupan yang dapat menjadi sebuah pembelajaran.


Namun di saat adegan itu masih terus terputar, seseorang berhasil membuat ku menghentikan pemutaran drama itu dan mematikan seluruh akses ke video tersebut.


“tak ku sangka kau menonton hal-hal semacam itu Jiyeong-ah..”


“ckckck... apa yang kau lakukan? apakah pada akhirnya kau ingin menjadi dewasa dengan menonton adegan ciuman panas seperti itu??”


“ya! aku tak seperti apa yang tengah kalain pikirkan! aku menontonnya karena drama ini mengandung banyak nilai kehidupan yang dapat diambil.” Urai ku sembari merapihkan barang-barang ku dan menyimpannya kembali ke dalam tas.


“benarkah??” Tanya Yixing dengan wajahnya yang ia dekatkan pada ku dan menatap ku penuh selidik.


“aish.. benar! bahkan tak hanya aku saja. Jung Ra, kekasih mu itu juga menontonnya. dia yang membuat ku berambisi untuk menyelesaikan dua episode yang telah ku tinggalkan secepat mungkin. ya.. walaupun kami belum bertemu secara langsung.” Balas ku dengan tersenyum menang begitu melihat bagaimana raut pria di depan ku ini begitu mengetahui bahwa kekasihnya juga menonton apa yang baru saja ku tonton.


“kalau begitu, apa pelajaran hidup dari episode yang baru saja kau tonton itu?”


Mark melipat kedua tangannya di depan dada. Menyandarkan tubuhnya pada kursi serta menatap ku dengan cukup tajam.


Aku terdiam sejenak berusaha untuk mencari tahu apa yang dapat ku pelajari dari episode yang baru saja ku tonton itu. Hhh.. apa ya? Apa pelajaran hidup yang dapat ku ambil dari episode ini??


“apa huh?” Tanya Mark yang kini tengah tersenyum menang sembari meletakan kepalanya di atas tangannya yang berdiri kokoh di atas meja.


“mmm.. itu. apa.. itu... mengenai.....”


Mark menaikan sebelah alisnya dan tersenyum miring sembari menunggu jawaban yang akan terlontar dari mulut ku.


“mengenai.... ah... kiss is so addicting. ya.. alasan kenapa seseorang selalu ingin mencium kembali kekasihnya jika mereka telah sekali saja melakukan hal itu. kurang lebih seperti itu. lagi pula aku belum menontonnya sampai habis, jadi aku tak dapat menyimpulkannya. ah sudahlah, ayo kita pergi. aku telah lelah menunggu kalian menyelesaikan kelas kalian.”


Ku kesampirkan tas ku dan beranjak meninggalkan ruang baca terlebih dulu. Meninggalkan sosok Mark dan Yixing yang entah tengah melakukan apa.



o O O O o



Mobil yang dikendarai oleh Mark masih melaju menembus keramaian jalan. Setelah beberapa saat kami bersenang-senang dengan menonton film bersama, akhirnya tibalah waktu kami untuk pulang. Dan di sinilah kami sekarang. Di dalam sebuah SUV merah milik Mark.


“Mark kau turunkan saja aku di depan sana.”


“memangnya kenapa? aku akan mengantarkan mu sampai ke depan rumah mu.”


“tak usah. aku telah meminta supir di rumah ku untuk menjemput di depan sana. lagi pula, kau kan harus mengantar Jiyeong.”

“ya ampun.. aku dan Mark berada di perumahan yang sama dan hanya berbeda blok saja.”


“ya tak apa Jiyeong-ah.. aku hanya kasihan dengan Mark. jika ia harus mengantar ku sampai masuk ke dalam, akan semakin lama dia sampai di rumahnya. itu membuang waktu.”


“baiklah kalau itu mau mu.” Ujar Mark yang sudah menepikan mobilnya sesuai dengan perkataan Yixing.


“kalian hati-hati ya..” Yixing menutup pintunya dan melambai singkat sebelum ia mulai melangkah menuju sebuah mobil sedan yang telah menunggunya. Dan ketika mobil itu melaju, Mark juga kembali melajukan mobilnya meninggalkan perumahan tempat dimana Yixing dan keluarganya tinggal.


Selama perjalanan, tak ada satu pun di antara aku dan Mark yang saling berbicara. Aku sibuk dengan ponsel ku dan Mark sibuk dengan kendali mobilnya. Hingga ketika kami telah memasuki area perumahan rumah kami. Awalnya tak ada yang aneh, namun setelahnya dahi ku berkerut dan perasaan  bingung mulai tumbuh saat Mark tak mengendarai mobilnya menuju ke arah dimana rumah ku berada. Ia hanya melewatinya dan tak mengatakan apa pun.


“Mark kita akan kemana?” Tanya ku karena Mark tak kunjung memberikan penjelasan.


“ke rumah ku. ada yang ingin ku tunjukan pada mu.”


Mendengar itu, aku kembali menyenderkan tubuh ku dan kembali menyibukan diri dengan ponsel putih yang aku genggam. Dan tak lama, sampailah kami di depan sebuah rumah berwarna putih gading dengan satu buah patung angsa di tengah taman.


“ayo kita masuk.” Ujar Mark sembari membukakan pintu mobilnya untuk ku.


Mark menuntun ku memasuki rumahnya. Ia menggenggam tangan ku dan membawa ku menuju lantai dua. Hingga sampai akhirnya, ia membuka pintu bercatkan coklat dan melangkah masuk ke dalam. Aku yang terus digenggamnya, mau tak mau juga melangkah masuk ke dalam ruangan yang ku yakini sebagai kamarnya.


“ini dimana? dan untuk apa kita di sini??”


“ini kamar ku.”


Mark meletakan tasnya di atas ranjang dan meletakan kunci mobilnya di atas nakas kecil di samping ranjang.


“bukankah tadi kau mengatakan bahwa ada yang ingin kau tunjukan pada ku. memangnya apa? lalu kenapa kau membawa ku ke sini?” Tanya ku dengan menatapnya bingung.


Mark memutar tubuhnya. Perlahan ia melangkah menghampiri  ku. Awalnya aku hanya diam dan tak melakukan apa pun. Tapi saat memperhatikan matanya, aku merasa akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Lantas aku melangkah mundur saat Mark terus melangkah maju.


“aku ingin menunjukan mengenai alasan kenapa berciuman membuat orang-orang seakan menjadi kecanduan. sampai-sampai mereka ingin mengulanginya dengan orang yang mereka cintai.”


Dada ku bergemuruh setelah mendengar penuturan Mark. Nafas ku memburu dan mata ku terus berkedip cepat untuk beberapa saat. Hingga sampai dimana aku tersudut dan tak dapat melakukan apa pun ketika Mark telah berdiri tepat di depan ku.


“kau tahu, biasanya keadaan seperti ini yang membuat seseorang kembali ingin mengulanginya.”


Saliva ku tertelan begitu saja setelah mendengar kalimat itu. Aku tahu dan mengerti maksud dari keadaan yang Mark katakan. Ya..... apalagi kalau bukan keadaan ku saat ini. Keadaan dimana aku yang tersudut di dinding dan Mark yang berdiri di depan ku dan semakin menghapuskan jarak antara tubuh ku dan tubuhnya.


“dan aku akan menunjukan akan alasan yang belum kau yakini sepenuhnya dari drama yang kau tonton.”



o O O O o



Aku berjalan dengan tatapan tak menentu serta jantung yang berdetak dengan begitu cepat. Perasaan aneh ini terus ku rasakan bahkan ketika aku sudah memasuki kamar dan mengunci pintunya. Aku kemudian bergerak menuju ranjang dengan tangan yang terus berada di depan dada.


Ku baringkan tubuh ku di atas ranjang dengan tetap memegangi dada ku yang bergemuruh. Di sini, di kamar ini, aku dapat dengan jelas mendengar deru nafas ku. Seakan habis berlari maraton, suaranya terdengar begitu kencang dan memburu. Bahkan kini perlahan wajah ku terasa panas dan aku yang mulai menggigit bibir bawah ku.


“kenapa ini?? kenapa tubuh ku semakin terasa memanas??”


Saat merasakan tubuh ku yang memanas, saat itu pula ingatan akan kejadian yang terjadi antara aku dengan Mark saat di kamarnya tadi kembali terputar bagaikan sebuah pemutar film. Aku masih tak dapat mempercayai apa yang telah aku dan Mark lakukan. Ya.. walaupun semua berawal dari Mark, tapi aku tak memungkiri bahwa nyatanya aku sangat menyukai apa yang pria itu lakukan pada ku.


Mulai dari bagaimana ia memangkas jarak di antara kami. Kemudian beralih pada tangannya yang membelai pipi ku dengan begitu lembut. Hingga sampai pada dimana Mark mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibir kimi. Awalnya aku memang terkejut dan ingin menjauhkan ia dari diri ku. Namun Mark terus saja melakukan aksinya itu dan membuat aku akhirnya menerima perlakuannya. Ya... aku membiarkan Mark mencium ku. Bahkan aku juga membiarkan Mark melumut dan menggigit bibir ku.


Gila??? Ya... aku akui bahwa semua itu gila. Aku baru saja mengenal Mark. Bahkan sampai saat ini aku masih belum bisa mengingat pria itu serta Yixing seutuhnya. Tapi entah mengapa, sentuhan-sentuhan yang ia berikan tak mampu ku tolak. Ya.. aku sangat menyukainya. Bahkan melebihi rasa suka ku pada seluruh novel koleksi ku.



o O O O o



Hari ini seluruh mahasiswi fakultas kesehatan termaksud aku mengakhiri suka duka kami untuk semester ini lebih cepat dari yang tertera di jadwal. Dengan sorak sorai layaknya memenangkan lotre, kami semua berhambur meninggalkan bangunan fakultas dan bergegas pulang untuk menikmati hari-hari libur dengan perasaan lega.  Walaupun matahari masih bersinar di atas kepala, tapi sebagian dari kami tetap memilih untuk meninggalkan area fakultas walaupun mereka harus merasakan panas akibat teriknya matahari yang bersinar.


Dan di sinilah aku, dengan masih mengemasi perlengkapan ku tak lama setelah dosen yang mengawas kelas ku keluar. Aku bersama dengan beberapa teman kelas lainnya sedikit membicarakan soal yang kami harus jawab tadi sebelum akhirnya kami bergegas meninggalkan ruang ujian bersama.


“mau pulang bersama?”


“ah.. mmm kalian pulanglah lebih dulu.”


“oh kalau begitu baiklah. kami pulang... kau hati-hati Jiyeong-ah.”


Aku mengangguk dan membalas lambaian tangan mereka. Namun setelah mereka menghilang, aku kembali menatap ponsel ku yang sebelumnya bergetar dan kembali membaca pesan yang baru saja ku terima.


“apakah akan baik-baik saja???” Gumam ku. Ku hela nafas ku sebelum kembali melangkah menuju toilet lantai satu.


Sesampainya di toilet, segera ku masuki salah satu bilik guna merapihkan pakaian ku yang sedikit berantakan. Tak lama aku keluar dan menatap pantulan diri ku di cermin dan kembali merapihkan pakaian ku. Tak lupa ku rapihkan rambut ku yang beberapa saat lalu aku acak akibat frustasi mendapatkan soal yang sangat membuat ku bingung. Dan setelah meyakini bahwa semuanya telah rapih, aku mengambil tas ku dan hendak berjalan keluar. Namun saat aku akan meraih gagang pintu, tiba-tiba saja pintu itu terbuka dan menampakan seorang gadis dengan rambutnya yang panjang. Ia lantas terseyum dan aku pun membalas senyuman gadis itu.


“eo.. apakah kau Hwang Jiyeong??”


 Aku berbalik dan menatap gadis yang baru saja menyebut nama ku itu dengan penuh tanya. Ku anggukan kepala ku walapun aku masih merasa bingung akan gadis itu.


“oh.. jadi kau benar-benar Jiyeong?? teman masa kecilnya Yixing?? tak ku sangka kau sangat cantik Jiyeong-ah..”


“Jung Ra? kau Song Jung Ra?? waahh akhirnya kita bisa bertemu. terima kasih. kau juga cantik Jung Ra-aa.. pantas saja Yixing tergila-gila pada mu.”


Tak ku sangka seorang Zhang Yixing dapat memiliki kekasih seperti Jung Ra. Dia sangat cantik! Apakah Jung Ra tak salah memilih kekasih?? Bagaimana bisa manusia seperti Yixing menjadi kekasihnya? Ckckck...



o O O O o




Aku, Mark, Yixing, serta Jung Ra tengah menghabiskan waktu siang kami disalah satu café yang tak jauh dari kampus kami. Walaupun hanya dengan menyesap minuman dingin, tetapi hal itu sudah cukup untuk menemani perbincangan yang terjadi di antara kami. Bahkan perbincangan ini terjadi sampai matahari telah tenggelam dan hanya menyisakan langit yang gelap. Walaupun begitu, kami masih terus bercengkrama, menceritakan berbagai hal konyol yang membuat kami tak henti-hentinya untuk tertawa.


Dan di tengah-tengah perbincangan yang terjadi, aku merasa kini Mark tengah melirik ke arah ku. Namun saat aku menoleh kearahnya, ia malah tengah melepaskan jaketnya. Tsk... kenapa pria ini?? Aneh sekali dia.


Lantas aku kembali memainkan ponsel ku dan terkejut ketika Mark meletakan jaketnya tepat di atas tubuh ku. Menutupi tubuh bagian depan ku. Sontak ku tatap pria itu yang kini juga tengah menatap ku dengan tatapannya yang cukup membuat ku merasa bagaikan dikuliti oleh seluruh pengunjung café ini.


“kancing kemeja mu.” Ucapnya pelan sembari menggerakan dagunya menunjuk apa yang baru saja ia katakan.


Aku lantas melihat kemeja ku dan benar saja, kancing teratas kemeja ku lepas dan membuat bagian atas dada ku terlihat! Aaaa kenapa aku tak menyadarinya?? Kenapa malah Mark yang menyadarinya?????


Aku segera memperbaikinya dan merapihkan jaket yang Mark berikan kepada ku. Ya.. setidaknya jaket ini dapat menyelamatkan ku andai saja nanti kancing keparat ini kembali terlepas.


Tak lama Jung Ra kembali dengan membawa beberapa potong cake untuk kami nikmati. Yixing yang sudah menanti cake kesukaannya itu segera melahapnya. Begitupun dengan Jung Ra, gadis itu juga mengikuti Yixing dengan segera menikmati cake pilihannya. Ku perhatikan kedunya yang begitu menikmati cake mereka masing-masing dengan saling meyuapi satu dengan lainnya. Sampai saat Mark  tiba-tiba saja memberikan satu piring cake kepada ku.


“makanlah.. sebelum hari semakin malam.” Ucap Mark. Ku terima piring itu dan kemudian ia mengambil piringnya dan mulai menikmati setiap potongan cake tersebut.


Hari semakin gelap dan kami baru saja akan meninggalkan café. Yixing yang sebelumnya memang membawa kendaraan memutuskan pulang terlebih dulu guna mengantar Jung Ra. Sedangkan aku, sudah pasti aku pulang bersama Mark. Selain karena aku tak mungkin pulang sendiri, entah kebetulan atau apa rumah ku dan rumah Mark berada di daerah yang sama hanya saja berbeda blok.


“ayo..” Mark menggenggam tangan ku dan menuntunnya menuju mobil miliknya. Ia membukakan pintu penumpang dan kembali menutupnya saat aku telah berada di dalam.


Aku menghela nafas saat Mark tengah berjalan menuju sisi lain mobil. Kejadian yang terjadi antara kami tempo hari masih berbekas dalam ingatan ku. Dan kini jantung ku kembali berdetak dengan cepat dan paru-paru ku seakan kehilangan udara begitu setiap rentetan kejadian itu kembali terputar. Bahkan saat Mark telah duduk di tempatnya seharusnya duduk, aku semakin merasa tak menentu dan merasakan tubuh ku yang mulai memanas.


Mark mulai mengendarai mobilnya menembus keramaian malam. Tak ada hal menarik yang kami lakukan selian fokus pada apa yang tengah masing-masing dari kami lakukan. Mark terus saja fokus pada jalan serta kendali kendaraannya, sedangkan aku, aku masih fokus mengendalikan diri ku yang begitu kacau. Sampai ketika Mark memanggil nama ku.


“Jiyeong..”


Aku tersadar begitu suara Mark mengalun ke dalam telinga ku. Ku perhatikan sekitar ku dan betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa kini kami telah sampai tepat di depan pagar rumah ku! Oh.. bagaimana bisa?? Kenapa aku tak menyadarinya?? Aaaa Hwang Jiyeong?!?! Kau memang gadis bodoh!!


Aku tolehkan kepala ku guna menatap pria yang sebelumnya memanggil ku. Dan ketika itu, tanpa sengaja mata kami bertemu. Untuk beberapa saat kami hanya diam dan membiarkan mata kami saling beradu pandang. Hingga sampai dimana, Mark semakin bergerak maju hingga jarak wajah ku dan wajah Mark hanya tersisa beberapa inchi saja.


“kau memiliki pengaruh yang tak baik seperti obat-obatan.. tapi bodohnya, aku tak bisa menolaknya dan malah menginginkannya, lebih dan lebih.” Ucap Mark.


Aku tak mengerti dengan apa yang baru saja dikatakan Mark. Ku coba untuk menelaah tiap kata dari ucapan pria itu. Namun belum sempat aku mengetahui maksud ucapannya, aku malah dikejutkan dengan aksi Mark yang menempelkan bibinya dengan bibir ku. Melumutnya. Bahkan menjelajahi seluruh bagian dalam mulut ku dengan lidahnya. Dan ketika aku baru benar-benar tersadar dengan apa yang dilakukan pria itu pada ku, aku segera mendorong tubuhnya. Namun tanpa ku sadari, Mark telah lebih dulu meletakan tangannya pada tengkuk ku dan menekannya hingga membuat aku tak dapat melepaskan ciuman ini.


Apa yang tengah dilakukan Mark membuat aku tak dapat menjauhkan wajahnya. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menutup mulut ku rapat agar ia berhenti untuk menjelajah bagian dalam mulut ku dengan lidahnya. Namun usaha yang aku lakukan ini kembali tak berakhir dengan baik karena Mark selalu memiliki cara untuk menggagalkannya. Hingga akhirnya Mark sendiri yang menjauhkan wajahnya dan membiarkan aku menghirup oksigen walaupun nyatanya wajah kami masih berjarak beberapa inchi saja.


“sekarang kau tahu bukan maksud dari drama yang kau tonton waktu itu.” Mark tersenyum. Ia kembali menyunggingkan senyumnya yang manis namun syarat akan suatu hal kepada ku. Membuat ku seperti tersengat sesuatu dan malah membiarkan dia kembali mendekatkan wajahnya hingga akhirnya bibir kami kembali bertemu.


Mark memejamkan matanya namun aku masih menatapnya. Namun saat ia mencoba untuk memperdalam ciuman kami, aku secara refleks memejamkan mata dan membiarkan ia melumut bibir ku dengan semakin kencang dan membiarkan suara decakan keluar dari mulut kami.






E   N   D






oke.. kalau kalian merhatiin postingan yang terakhir kali aku post, pasti kalian ngeh kalau sebenernya dan seharusnya aku posting lanjutan dari postingan itu. tapi karena hari ini itu beda. hari ini rada sedikit special karena sesuatu hal, jadinya aku posting cerita baru.


dan kenapa aku nyebut hari ini sedikit special....???



itu karena hari ini adalah hari ulang tahun si abang cadok. wwoooohhhhh happy birthday abang cadok yang udah berhasil buat aku mimpiin dia beberapa kali!!! *ckckck gila.. terlalu menganggumi-_-* *tiup terompet* *nyalain petasan* *buka botol soda yang udah dikocok*


semoga.. semoga apa ya. susah.. kita aja belom pernah komunikasi, kenal aja enggak *hhuuhhh #muka sedih#* ya.. pokoknya yang terbaik aja ya buat abang cadok. terus terus.. semoga cepet putus sama pacarnya hahahahahaa *evil laugh* enggak deng bercanda. ya intinya semoga apa yang dicita-citakan bisa terealisasikan.


dan kalau aku enggak bisa jadi masa depan abang cadok, jadi pasien masa depannya juga gapapa mweheheh...



pokoknya intinya, aku posting cerita ini untuk merayakan hari bertambahnya usia abang cadok. jadi yang menanti kelanjutan dari The Unpredictable Heart Attack, sabar ya.. mungkin setelah ini aku akan publish part terakhrinya.


okee... ini udah mulai ngelantur dan menyimpang dari keinginan ku untuk ngebahas fanfict ini. jadi.. gimana gengsss... apakah kalian terhibur dengan fanfict gaje bin alay ini?? yaa.. aku tau sih kalau belakangan ini aku sering banget bikin cerita yang alurnya mirip kayak gini. no conflict.. fluff enggak, smut enggak *karena enggak mau dan gak bisa bikin smut sih ehehehe*, pokoknya enggak danta deh tipenya.


tapi mau gimana lagi, saat ini aku cuma mood bikin cerita kayak gini. jadi kalau nextnya aku posting yang enggak jauh beda kayak gini, tolong dimaafkan ya.... dan semoga kalian juga enggak bosen kalau baca karya ku. aku akan berusaha untuk keluar dari masa krisis alur ini! *ngepelin tangan di depan muka* *berusaha nambah semangat*


okedeh.. kayaknya udah cukup ya. ini udah panjang. dan aku enggak mau bikin cuap-cuap ini makin panjang dan semakin tanpa arah. oke.. happy friday guyss... selamat menanti weekend ya kalian. yang kerja, ayo semangat kerjanya. yang sekolah, ayo nantikan bell pulang dengan tetap tersenyum. yang enggak ada kegiatan, bersyukurlah kalian karena enggak ada beban selama menunggu weekend.


oke.. aku akhiri. see you guyss.....감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts